eightypercentwater
Word Engineer
8 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
eightypercentwater ¡ 8 years ago
Quote
Adakah yang lebih romantis daripada mencintai diam-diam?
dududu
0 notes
eightypercentwater ¡ 8 years ago
Quote
Tak akan kubebani dirimu dengan kata cinta yang kau tau tak bisa kau membalasnya.
dududu
0 notes
eightypercentwater ¡ 8 years ago
Text
Resensi Critical Eleven, Ika Natassa
Tumblr media
Keterangan Novel :
Penulis : Ika Natassa
Jumlah Halaman : 344
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Agustus 2015
Jalan Cerita
Diawali dengan perjalanan menuju Sydney, seorang lelaki bernama Aldebaran Risjad (Ale) bertemu dengan wanita bernama Tanya Baskoro (Anya).
Ale bekerja di pertambangan dan sering menyebut dirinya sebagai ‘tukang minyak’. Sedangkan Anya adalah seorang gadis yang sangat cantik (seperti itu lah dituliskan di novel) dan berkarir sebagai seorang konsultan. Dalam penerbangan selama 8 jam itu, keduanya terlibat dalam sebuah pembicaraan yang sederhana.
Sebuah perbincangan yang kemudian berlanjut menjadi kencan pertama setelah mereka kembali ke Jakarta.
Kencan pertama mereka terjadi di Ketoprak Ciragil (saya harus menyebutkan ini karena iconic sekali di novel sampai disebutkan berkali-kali :D), tempat favorit Ale. Pembicaraan santai di antara mereka masih terus berlanjut.  Sampai akhirnya, tujuh hari setelah kencan itu, sebuah ciuman pertama terjadi. Dan mereka tidak bisa lagi memungkiri bahwa memang mereka saling jatuh cinta. Ale dan Anya pun mengukuhkan diri untuk menjadi sepasang kekasih.
Jarak yang ada di antara mereka, lantaran Ale harus berada di site sebagai konsekuensi pekerjaannya sementara Anya lebih banyak  berada di Jakarta, tidak membuat cinta mereka pupus. Justru setahun setelah itu keduanya meresmikan hubungan dan menjadi sepasang suami istri.
Perjalanan cinta mereka selanjutnya juga begitu indah. Keduanya bahkan sempat merasakan tinggal di New York dan menikmati kehidupan yang bahagia di sana.
Semua terasa menyenangkan sampai sesuatu terjadi menimpa keluarga kecil mereka.
Anya hamil. Dan semua berharap seorang anak akan segera hadir di tengah keluarga mereka. Ale begitu antusias sampai-sampai sebuah kamar sudah ia siapkan untuk menyambut si bayi. Begitu pula Anya. Hobi barunya adalah membeli pakaian dan perlengkapan bayi. Bahkan mereka juga sudah mempunyai nama untuk bayi yang diketahui berjenis kelamin laki-laki itu : Aidan.
Tapi di balik antusiasme itu, sebuah bencana datang. Di suatu hari di bulan ke-sembilan kehamilannya, Anya tidak lagi dapat merasakan gerakan si bayi yang biasanya ia rasakan. Anya melarikan diri ke rumah sakit dan harus melahirkan saat itu juga.
Bayinya lahir. Namun tanpa nyawa.
Cerita selanjutnya adalah kedukaan yang dalam di keluarga kecil itu. Perasaan kehilangan yang sangat merundung Ale dan Anya. Namun tidak sampai di situ. Ale yang seharusnya menenangkan Anya justru mengatakan hal yang membuat Anya semakin terpuruk.
“Mungkin jika kamu nggak terlalu capek, Aidan masih ada ya, Nya..”
Kira-kira begitu yang Ale ucapkan di tengah perbincangan mereka.
Anya begitu kecewa dengan perkataan Ale dan merasa sang suami telah membebankan semua kesalahan kepadanya. Akibat perkataannya itu, selama berbulan-bulan Anya enggan berinteraksi dengan Ale seperti sebelumnya. Semua berubah.
Tapi memang cinta dan kehendak Tuhan bisa mengalahkan segalanya. Mungkin itu yang tepat menggambarkan bagaimana akhirnya Anya dan Ale bisa kembali bersama karena sebuah kejutan yang diberikan oleh Tuhan.
Tentang Setting dan Cara Penyampaian
Setting
Suasana yang digambarkan dalam tiap halaman buku ini begitu akrab dengan keseharian kebanyakan dari kita. Bandara, shopping malls, dan tempat-tempat nongkrong yang pasti ‘terbayangkan’ di benak kita seperti apa bentuknya. Apalagi bagi mereka yang tempat beredar-nya di kota Jakarta :D.
 Gaya Bahasa
Bahasa yang digunakan sederhana, mudah dimengerti dan gamblang.
Jarang saya menemukan metafora, kiasan atau kata yang tersirat di sini. Semuanya tersurat. Sebetulnya bagus, tapi mengurangi rasa sastra yang terkadang saya pribadi harapkan dari sebuah novel :D.
 Dua sudut Pandang yang tidak memberikan Kesan dan Informasi yang Berbeda
Penulis menggunakan dua sudut pandang untuk bercerita : sudut pandang Ale dan sudut pandang Anya. Tapi sayangnya tidak terlalu banyak perbedaan yang didapat dari pemisahan sudut pandang ini. Saya justru merasa bosan karena seperti harus membaca cerita yang sama dua kali :(.
Penulis kurang maksimal dalam memanfaatkan penggunaan dua sudut pandang yang seharusnya menambah detail informasi yang didapat oleh pembaca. Bukan hanya sekedar mengulangi cerita.  
 Karakter dan Cerita
Kesempurnaan yang Menghilangkan Keunikan
Anya : cantik, karir bagus, hidup berkecukupan, keluarga sempurna.
Ale : ganteng, karir bagus, hidup berkecukupan, keluarga sempurna (walau ada sedikit konflik yang sebetulnya semua orang pasti mengalami : orang tua tidak setuju dengan karir yang dipilih si anak. Biasa kan?).
Tidak ada effort yang diperlukan untuk membangun sebuah karakter yang sesempurna ini. Standar karakter semacam ini menurut saya semua orang juga tahu.
Contohnya, untuk membuat karakter superhero, tanpa berpikir kita pasti tahu standar-nya adalah : gagah, immortal dan punya kekuatan super.
Seperti itu lah yang saya lihat pada Ale dan Anya. Tidak ada karakter unik pada mereka. Standar orang bahagia dan sukses. Biasa. Padahal karakter yang unik itu perlu untuk membuat suatu novel memiliki nilai lebih. Untuk membuat orang teringat dan terkesan.
  Miskin konflik / Konflik terlalu ringan
Novel ini miskin konflik yang esensial.  Konflik terbesar yang terjadi di sini adalah sebuah kalimat yang diucapkan Ale setelah Anya melahirkan. Sisanya adalah konflik-konflik kecil yang tidak cukup memberikan kesan mendalam.
Bagi saya, novel yang terdiri dari 300-an halaman ini, 80%  berisi penjabaran dari Anya dan Ale tentang perasaan kehilangan dan kegalauan mereka. Saat saya membaca tiap halaman, saya dihadapkan pada konflik yang lagi-lagi sama. Dan benak saya seperti berucap “Ok, saya sudah tau konflik ini, lalu apa?”
 Side Story yang Tidak Menambah Kesan
Ada cerita tentang Raisa (adik perempuan Ale) yang berbelanja sementara dia sedang hamil, Harris (adik laki-laki Ale) yang melamar pacarnya, Harris yang mengajak Ale main basket, Harris yang ternyata pernah kenal dengan Anya sebelumnya, bachelor party untuk Ale, ulang tahun Ale, dan beberapa side story yang lain,  dibuat seolah hanya untuk menambah halaman di novel ini. Semuanya terasa biasa saja dan tidak membut novel ini lebih ‘berisi’.
 Penggambaran Hidup yang Mewah dan Cenderung Bragging
Penggambaran kehidupan yang mewah terlihat jelas di novel ini. Dan sayangnya lagi, karena penulis menggunakan bahasa yang tersurat (tidak ada metafor maupun kiasan), kesan bragging jadi tidak bisa dihindari. Padahal penggunaan kiasan atau metafor bisa mengurangi kesan ini.
Beberapa kesan bragging yang tidak perlu, yang saya baca di novel ini adalah: cincin untuk melamar Anya harganya sama untuk DP rumah , Ale menunjukkan buku tabungan ke temannya untuk mendesain rumah (disebutkan bahwa tabungan Ale ‘isinya’ banyak), Ale yang melihat harga sepatu Anya di sebuah outlet , pesta bujang di hotel mahal, meninggalkan mobil di sembarang tempat,  judging berdasarkan brand tas yang dimiliki, Ale yang membelikan mainan untuk keponakannya dengan menyebutkan “tiga aja ya”, dan scene makan di restoran mewah di New York yang bisa menghabiskan jutaan rupiah.
Seolah tidak ada cara lain bagi penulis untuk merepresentasikan bahwa barang itu mahal tanpa mengucapkan kata mahal. Dan menurut saya itu adalah sebuah PR bagi seorang pencerita.
Penyelesaian Konflik yang Terlalu Mudah
Kita disajikan ratusan halaman yang menceritakan bagaiamana konflik batin seorang Anya atas apa yang dilakukan Ale, tapi ternyata masalah itu selesai dalam hanya beberapa paragraf terakhir novel ini (menghindari spoiling, silakan baca sendiri novelnya,ya ).
Solusi ini terlalu simpel, tidak ambil pusing dan tidak ada effort lebih.
Rasanya ratusan halaman yang dibaca sebelumnya jadi tidak worth it untuk ending yang seperti ini.
Antiklimaks.
Pesan Moral
Hari gini mikirin pesan moral? Haha. Tapi kalau boleh share, pesan yang saya dapat dari cerita ini sebetulnya satu : komunikasi adalah yang terpenting dalam sebuah hubungan.
Cinta, harta, keluarga semua sudah ada, tapi kalau komunikasi tidak berjalan dengan baik semua jadi kacau. Energi dan waktu terbuang untuk sesuatu yang sebetulnya bisa kita selesaikan lebih cepat.
Seperti Anya. Dia menghabiskan waktunya untuk berduka dan memusuhi suaminya selama berbulan-bulan karena ucapan yang bahkan sang suami tidak bermaksud mengatakannya.
Seharusnya dengan membuka komunikasi yang baik semua bisa diselesaikan tanpa membuang waktu.
 Bayangan Mengenai Film
Tipe Novel yang Akan Sangat disukai Orang Kebanyakan, Berlaku juga untuk Filmnya Nanti
Tidak perlu banyak berpikir untuk memahami novel ini.  Jalan cerita, gaya bahasa, semua mudah dan untuk dipahami.
Isi cerita yang menonjolkan kehidupan yang mewah dan romantisme orang perkotaan seperti ini, pasti banyak yang meminati. Terutama kalangan remaja.
Saya yakin setelah jadi film pun, Critical Eleven akan cukup laris. Mengingat genre seperti ini bisa dinikmati oleh semua kalangan.
Kalau boleh usul, Ale sebaiknya diperankan oleh Fahri Albar dan Anya diperankan oleh Marsha Timothy, haha. Tapi sepertinya usul saya sudah basi :D.
Harapan
Saya berharap novel/film ini bisa memberikan fungsi utamanya : sebagai hiburan.
Karena jalan cerita yang ringan dan akrab dengan keseharian, sangat pas untuk menghibur mereka yang sudah penat dengan kehidupan nyata yang rumit (seperti saya :D).
Dan yang pasti bisa jadi pelajaran, bahwa dalam suatu hubungan, komunikasi itu sangat penting. Sepelik apa pun masalah yang dihadapi.
 Every book is worth to read.
If you can’t get what’s good in it, you can get what’s bad and learn from it.
Ya kan?
 :D
0 notes
eightypercentwater ¡ 10 years ago
Quote
You were born as an adventurer. Never forget that
me-as always
0 notes
eightypercentwater ¡ 11 years ago
Text
Zodiac Today
Aries : Don't get stuck doing just one thing today. The more varied your activity, the easier it will be for you to integrate the different pieces of the puzzle. This is a day to think big. The more you know, the greater an asset you'll be when it comes time to solve the biggest problems. Learn how to multitask effectively.
0 notes
eightypercentwater ¡ 11 years ago
Quote
Failed twice in one day is like failed twice in a day
:)
0 notes
eightypercentwater ¡ 11 years ago
Quote
A blog is like alcohol; You need it most when you're get hurt, haha
my thought
0 notes
eightypercentwater ¡ 11 years ago
Quote
Make up is like boyfriend; You love it so much, but you do not depend on it :)
my thought
1 note ¡ View note