#Resensi
Explore tagged Tumblr posts
ceritapermata · 2 years ago
Text
50 tahun Bobo
Tumblr media
My childhood memories are here! Yeayy! Alhamdulillah kebagian juga edisi terbatas ini. Walaupun bobo udah terbit jauh sebelum aku lahir, tapi bobo membersamai masa kecilku. Bisa dibilang sedikit banyaknya suka nulis dan baca ya karna sering disodorin majalah bobo ini sama ibu. Paling sering bacanya tiap malam sebelum tidur, dan ibu jadi tempat bertanya kalau ada kata-kata baru yang belum kupahami.
Terimakasih bobo masih ada sampai saat ini. Harapanku bobo terus ada biar nanti akupun bisa kasih ke anakku kelak haha.
Terimakasih juga buat ibu yang udah kenalin bobo, yang udah beliin bobo tiap minggunya, sampe bosan aku teror buat beliin dan akhirnya ngizinin buat langganan aja biar bisa langsung dianter ke rumah.
Beberapa yang aku masih ingat ada di majalah bobo tentunya cergam keluarga bobo dengan keunikan tiap anggota keluarganya. Kirim-kirim surat dari sahabat pena (Sapen), arena kecil tak disangka yg kadang bikin kaget, dear Nirmala yang kadang curhatannya relate sama yg aku alamin. Pipiyot si penyihir yang aku takuti di cerita negeri dongeng Nirmala. Problem solving yang selalu ada dari belalai Bona yang ternyata sekarang udah ga sama rong-rong lagi, fyi buat yg belum tau sekarang temennya Bona namanya Ola. Juga ada cerbung yang lupa bgt apa namanya hahaa tapi ditunggu-tunggu banget. Paman kikuk yang ngeselin dan Husin ponakannya. Juga latihan soal-soal. Paling senang kalau ada bonusnya haha, apalagi kalau edisi ulang tahun di bulan April bonusnya bisa double bahkan triple. Ada halaman fakta-fakta, dulu ada halaman tentang Indonesia. Dan juga ada tentang artis cilik hahaha banyak banget dan sebagian udah lupa.
Seru banget ternyata kalau diingat-ingat lagi. Aku ga tau deh kalau masa kecilku tanpa bobo, waktu itu gadget juga belum terlalu pesat perkembangannya seperti sekarang, jadi enjoy aja baca majalah, dan vibesnya beda baca buku fisik dan digital.
Oya satu hal yang belum tercapai waktu itu adalah.... Ikut sayembara bobo haha motivasi pengen menang biar namaku ada di majalah bobo dan dapet hadiahnya, tapi ibu ga ngizinin karna males ngirim-ngirim surat haha yaudhlah ya it's okey.
2023
4 notes · View notes
byrenfa · 2 years ago
Text
Bicara Buku Ep1: Kita Pergi Hari Ini
Tumblr media
"Yang paling mengerikan adalah anak-anak."
Well, pas baca buku ini sebenernya gua gak kaget karena udah sempet baca review orang-orang di literarybase twitter. Gua selalu suka buku-buku yang satir, baik secara langsung maupun engga mengangkat suatu isu yang terjadi di masyarakat. Dan bagi gua buku ini salah satunya. Gak sekali dua kali gua 'smirk' selama baca ini, karena ada banyak fenomena sosial yang disinggung. Gak cuma itu, fokus di buku ini banyak bahas soal keegoisan orang dewasa serta ketamakan manusia. Semua dikemas dengan bahasa yang santai, absurd, dan gak blak-blakan, tapi kena pada intinya dan punya makna yang bisa disetujui oleh pembaca.
Buku ini bagus banget buat yang udah terbiasa baca fantasi, kalian bakal mudah memvisualisasikan latar cerita di buku ini. Buat yg gak terbiasa baca buku fiksi terutama fantasi mungkin akan sedikit ngang ngong ngang ngong di awal dan perlu baca ulang kalau emang pengen bisa gambarin latar cerita di imajinasi kalian.
Bagi yang gak pernah baca karyanya Ziggy mungkin akan sedikit terganggu sama diksi-diksi dan jokes tambahan yang kurang padu dan tabu dari bahasa sehari-hari kita. Jujur, itu yang bikin gua selalu kagum sama karyanya Ziggy. Ya walaupun gua juga gak terlalu menikmati. Tapi gimana dia membolak-balik struktur bahasa, penggunaan tanda baca dan semiotika, semuanya keren. Klo pertama kali baca mungkin akan mikir ini ngaco, padahal yaa sah-sah aja penulis mau kayak gitu.
"Peniup Api meniup api. Api Peniup Api menerpa Kolonel Jagung. Terus, terus-terbakar, terbakar. Terus, terus, sampai Kolonel Jagung berhenti bergetar." (Hlm. 85)
Untuk keseluruhan ceritanya, jujur ini beneran prank. Bukan buku yg layak dibaca sama minor karena byk adegan sadis berdarah-darah. Masalahnya, kebengisan di cerita KPHI ini ditulis dengan santai dan tanpa aba-aba. Yang berakhir bikin gua sebagai pembaca ngerasa "loh loh kok gini". Jangan tertipu dengan covernya yg gemoy dan terlihat ramah untuk anak-anak. Ini buku tentang sisi kelamnya pemikiran 'orang dewasa' yang dinarasikan dalam sudut pandang anak-anak. Ya begitulah Ziggy, selalu berhasil buat gua kagum dgn segala plot twist ceritanya.
"Oh, tidak semuanya. Anak-anak ada banyak gunanya, kan? Ada juga yang tidak cuma jadi bahan makanan. Yah tapi memang sebagian besar dimakan, sih. Tapi ada juga yang tidak, kok. Kalian belun tahu mau diapakan ya?" (Hlm. 133)
"Anak-anak yang datang kesini memang selalu dibuang kukunya, agar tidak mencakar-cakar." (Hlm. 142)
Tapi seperti yang tadi di atas gua bilang, ada beberapa hal yang gak bisa gua nikmati di buku ini. Mungkin karena terbiasa baca footnote di karya ilmiah, gua jadi ngerasa terganggu dengan cara penulis buat footnote di buku ini yang beneran 'ngaco' dan suka-suka penulis mau ngarang apa. Jadi gua skip untuk baca footnotenya.
Overall, gua rekomendasiin buku ini. Karena unik dan ngasih peringatan buat gua pribadi soal gimana gua selama ini meperlakukan binatang (nah bingung kan lu dari satir fenomena sosial, sisi kelam orang dewasa kok tiba-tiba nyinggung binatang wkwkwk). Buku ini walaupun tergolong tipis tapi gua gak bisa nyelesein dalam sekali duduk. Karena cukup melelahkan untuk gua yang sering nyerah ketika baca buku fantasi dan juga emang ceritanya bikin gua kena mental. So, gua kasih 8.5/10 buat buku ini.
🌼 • ┈ ๑ ⋯ ୨ ୧ ⋯ ๑ ┈ • 🌼
Salam sayang, Piwa.
Note: Coba nonton film The Farm, menurut gua buku ini kalau dijadiin film ada bagian yang bakal sedikit mirip sama film itu.
3 notes · View notes
ranisyahreza · 7 days ago
Text
Ting - Ting - Ting!
Judul: Ting – Ting – Ting! Penulis: Asri Andarini Penerbit: The Asia Foundation – Let’s Read Tahun: 2023 Halaman: 33 Peresensi: @ranisyahreza Jika mencari e-book anak, Let’s Read memang salah satu rekomendasi terbaik. Selain disajikan dengan banyak bahasa, cerita yang disajikannya pun unik-unik dan menarik. Tak lupa, ilustrasinya pun mendorong siapa pun untuk membaca. Kali ini cerita…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
badclues · 3 days ago
Text
Tumblr media
Hidup Tak Melulu Tentang Jawaban —Wait, What? Dan Pertanyaan Mendasar Lain dalam Hidup
Sebuah resensi oleh Ghina Hasna Afifa (instagram.com/oghinaa) Jumat, 31 Januari 2025
“Meski orang lain bosan mendengarnya, atau tidak bisa menjawab, jangan berhenti memberikan pertanyaan itu kepada diri sendiri.” Wait, What? Dan Pertanyaan Mendasar Lain dalam Hidup Halaman 35
Identitas Buku
Judul Buku : Wait, What? Dan Pertanyaan Mendasar Lain dalam Hidup Judul Asli : Wait, What? And Life’s Other Essential Questions Penulis : James E. Ryan Penerjemah : Annisa Cinnantya Putri Tahun Terbit : 2018 Penerbit : Gramedia Pustaka Utama ISBN : 978-602-06-4421-9
Sinopsis
Dengan menggunakan contoh dari bidang politik, sejarah, budaya populer, dan gerakan sosial, juga kehidupan pribadinya, James E. Ryan menunjukkan bagaimana pertanyaan-pertanyaan penting ini menghasilkan pemahaman, memicu keingintahuan, memulai kemajuan, memperkuat hubungan, dan menarik perhatian kita pada hal-hal penting dalam kehidupan. Dengan secara teratur mengajukan lima pertanyaan penting ini, Ryan berjanji bahwa kita akan lebih mampu menjawab pertanyaan hidup yang paling penting. Buku ini adalah kebijaksanaan yang menginspirasi, yang akan mengubah cara Anda memikirkan pertanyaan untuk selamanya.
Resensi
Manusia seringkali membebani diri dengan ekspektasi, entah dari lingkungan atau dari diri sendiri, tentang menjadi sosok yang serba tahu dan seakan harus memiliki jawaban atas segala hal. “Sindrom Juru Selamat” adalah istilah yang digunakan penulis untuk menjelaskan fenomena ini. Mengapa kita selalu menjadikan jawaban sebagai pilar dalam hidup, ketika sejatinya peran pertanyaan ternyata sama pentingnya?
Ryan mengibaratkan pertanyaan sebagai kunci. Pertanyaan yang tepat jika disampaikan dengan cara dan pada saat yang tepat, akan membawa kita kepada hal-hal yang belum kita ketahui, yang acap kali tak kita sadari, yang bisa jadi kita lewatkan jika kita tidak ‘bertanya’. Terbagi ke dalam lima bab saja, penulis membuka buku ini dengan menjelaskan terlebih dulu mengapa pertanyaan dan bertanya itu penting untuk menjadikan hidup lebih baik. Jika dirangkum, kurang lebih seperti ini:
(Pertanyaan yang baik) menghidupkan pengetahuan dan menyalakan api rasa ingin tahu;
Memaksa kita agar tidak terpaku pada jawaban yang konstan serta mengungkap probabilitas lain yang tak terlihat;
Menjadi hal yang memanusiakan kita, sebagaimana bertanya adalah hasil dari proses berpikir sekaligus merasa yang hanya dapat dilakukan oleh kita manusia.
Ryan menyatakan ada lima pertanyaan penting dalam hidup dengan tujuan dan manfaatnya tersendiri. Masing-masing disampaikan dalam satu bab khusus untuk tiap pertanyaan dan dilengkapi dengan berbagai peristiwa personal penulis yang berkaitan sebagai contoh.
Eh, Bagaimana? (Wait, what?)
Berbeda makna tergantung dari pada intonasi yang digunakan. Bisa jadi berupa ekspresi penekanan untuk mengulangi perkataan lawan bicara atau mengonfirmasi sesuatu fakta. Pertanyaan ini penting sebagai langkah dalam memahami pendapat atau ide agar kita dapat berpendapat dengan yakin tanpa perlu merasa ragu atau keliru, memperdalam hubungan dengan orang sekitar, dan menghindari konflik yang tak perlu akibat kesalahpahaman.
Kira-kira…? (I wonder…?)
Pertanyaan yang bersifat mendasar dan merupakan wujud dari rasa tahu itu sendiri. Dapat menjadi cara kita lebih terhubung dengan dunia sekitar, menemukan peluang dan kebahagiaan yang bisa saja terlewat, dan menjadikan diri kita lebih menarik di mata orang lain.
Bisakah kita setidaknya…? (Couldn’t we at least…?)
Sifatnya sangat krusial karena dengan menanyakan ini, kita akan bisa memulai sesuatu yang tadinya kita ragu dan enggan untuk lakukan. Lewat pertanyaan ini, kita akan terhindar dari rasa penyesalan karena berdiam diri, karena tidak membiarkan diri ini mencoba dulu. Satu pertanyaan, dan kita siap untuk maju.
Bagaimana saya bisa membantu? (How can I help?)
Alih-alih menawarkan pertolongan sebagai pertanyaan, Ryan memberi pencerahan mengapa menyampaikannya sebagai pertanyaan lebih penting. Dengan menawarkan diri, lawan bicara tak akan merasa tertekan dan kita akan dapat membantu secara efektif sesuai dengan yang dibutuhkan. Bahkan jika ditolak, pertanyaan itu sendiri sudah berupa uluran tangan dan menunjukkan bahwa kita peduli.
Apa yang benar-benar penting? (What really matters?)
Hal yang sering dilupakan di tengah dunia yang hiruk-pikuk dengan segala distraksinya. Ryan menganjurkan pembaca untuk meluangkan waktu, menyempatkan diri, untuk bertanya pada relung hati, “Apa yang sebetulnya penting bagi kita?” Penulis mengingatkan kita perlunya fokus untuk mencapai tujuan dan kebahagiaan yang diidam-idamkan.
Terakhir, penulis menyediakan satu pertanyaan bonus nan pamungkas yang hanya bisa dijawab jika kita sudah menanyakan kelima pertanyaan tersebut dan menemukan jawabannya. Lewat 130 halaman buku ini, Ryan mengajak pembacanya rehat sejenak dan merenungkan hidup dengan bertanya. Dan meski tak ada yang menghiraukan atau tak seorang pun mempunyai jawabannya, teruslah bertanya.
Kelebihan Buku
Pembahasan yang diberikan cukup padat tanpa banyak membawa detail yang tak relevan dan bisa dengan baik menjaga fokus dan minat pembaca untuk membaca buku ini sampai habis. Contoh yang diberikan beragam dan diambil dari berbagai bidang sehingga bisa banyak menjangkau pembaca dari kalangan berbeda.
Penulis juga secara konsisten menaruh pengingat jika hendak membahas kembali topik, kejadian, atau seseorang yang sudah pernah disebut sebelumnya lengkap dengan titik koordinat, seperti di bab berapa dan menyangkut kisah yang seperti apa sehingga pembaca tak perlu memusingkan diri untuk mengingat seandainya ada detail yang terlewat.
Kekurangan Buku
Ada bagian saat penulis mengatakan bahwa, “Menurut para ilmuwan sosial, rasa ingin tahu baik untuk kesehatan dan rasa bahagia.” Akan tetapi, penulis tidak secara spesifik menyebutkan judul penelitian atau artikel yang disebut dalam bentuk catatan kaki (footnote), sehingga kutipan atau fakta tersebut diragukan kredibilitasnya.
0 notes
lenterablog · 12 days ago
Text
Perbedaan Resensi Buku Fiksi dan Nonfiksi
Resensi buku adalah suatu bentuk penilaian atau ulasan yang diberikan terhadap sebuah buku, baik dari segi isi, gaya penulisan, maupun relevansi atau dampaknya terhadap pembaca. Mengutip dari situs histficchick.com, resensi buku bertujuan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang buku tersebut kepada calon pembaca, sehingga mereka dapat memutuskan apakah buku tersebut layak untuk dibaca atau…
0 notes
manasukablog · 12 days ago
Text
Kesalahan Umum dalam Membuat Resensi Buku
Resensi buku merupakan bentuk evaluasi yang penting untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi dan kualitas sebuah buku kepada pembaca potensial. Dengan meresensi buku, seorang penulis resensi memberikan analisis mendalam tentang berbagai aspek dalam buku tersebut, seperti plot, karakter, tema, serta gaya penulisan. Namun, meskipun tujuan utama resensi adalah untuk memberikan informasi dan…
0 notes
lingkarmasa · 9 months ago
Text
Tumblr media
Civil War : Sinema Perang Batin
lagi-lagi studio A24 bak angin segar di tengah-tengah kebanalan produksi film-film komersil arus utama, yang melulu meromantisme percintaan, seks dan hal-hal yang dekat dengannya. hadir di tengah-tengah kita, membawa perspektif baru bahwa film sangat mampu sejauh itu mendekatkan kita dengan realitas dan kondisi manusia dalam pusaran konflik hidup dan mati. seperti judulnya, Civil War. film perang yang selama ini kita ekspektasikan punya setting tempat dan waktu di masa lalu, dan seolah menggurui dengan pelajaran sejarah dibantah oleh Alex Garland, sang penulis naskah. Alex memberikan sepenuhnya kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika sebuah negara demokratis nan adidaya dipimpin seorang otoriter, perang sipil pecah di beberapa negara bagian.
biasanya, film-film dystopia macam ini menghadirkan unsur fiksi seperti zombie atau invasi makhluk asing sebagai musabab cerita, namun semua itu digantikan dengan pendekatan yang jauh lebih realistis, perang. apalagi atas sejarah manusia, kita belajar bahwa perang adalah efek domino dari konflik diplomatis antar pihak berkepanjangan, menjadikannya dapat terjadi kapanpun. ditambah scoring yang tidak tanggung-tanggung, kita akan merasa seolah dahi berada persis di depan moncong bedil.
dari segi penokohan, interaksi antar karakter dikemas dalam balutan film road trip, Alex melibatkan beberapa tokoh dan mengembangkan karakter-karakternya satu sama lain, termasuk peran-perannya yang diracik dengan komposisi apik. ada si bijak yang berpengalaman, si tangguh dan si anak kemaren sore yang dengan mimpinya ingin merekam trauma-trauma manusia. film ini terbilang depresif namun cantik dengan caranya. kita akan melihat pengambilan gambar dan transisi khas studio Independen, memekakan jiwa, striking dan terngiang. pecahan tubuh di mana-mana, mayat memencar bak daging sisa dan hutan terbakar seperti kerlip lampu kota. semua itu ditangkap kamera dengan komposisi yang indah namun menjijikan. yang paling menarik dari film ini adalah Alex justru tidak mengambil sudut pandang seorang tentara melainkan ia mencoba menarik sudut pandang dari seorang jurnalis perang bernama Lee Smith, wanita paruh baya traumatis, yang menjadikannya sebagai tokoh sentral sekaligus medium bagi penonton untuk merasakan kekejian perang. karena tuntutan profesinya sebagai jurnalis sekaligus photographer, kerap kali Lee Smith berada di posisi netral dan menjadikannya penonton atas kekejaman di depan matanya, layaknya kita. Civil War hadir sebagai pembuktian, bahwa film perang dystopia ditambah pengambilan sudut pandang yang menarik dapat menghadirkan sebuah sinema perang batin, tanpa perlu menghadirkan teknologi mutahir atau unsur fiksi di dalamnya. karena realita kadang terlihat lebih keji dari yang mampu kita bayangkan.
0 notes
mariafraniayu · 10 months ago
Text
Catatan Pendek Seorang Dosen: Setelah ini, Apakah masih ingin menjadi Dosen?
Judul               : Catatan Pendek Seorang Dosen Penulis            : Dian Hendrayanti Penerbit           : IPB Press Buku dapat diperoleh dalam bentuk fisik dari toko buku langganan, atau softcopy yang dapat diperoleh melalui Google Play Book. Buku yang berisi 17 catatan-catatan perjalanan penulis yang berprofesi sebagai seorang Dosen ini adalah buku yang sangat-sangat menarik! Ditengah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sentirpitu · 1 year ago
Text
Kereta Semar Lembu, Pencarian Keabadian
Zaky Yamani, Gramedia Pustaka Utama;2023. 320 hlm Konon ketika orang mati dan mayatnya tidak dikuburkan secara layak, arwahnya akan gentayangan diantara dua alam sampai ada yang menemukan dan memakamkannya secara layak. Ini cerita tentang Semar Lembu yang akhirnya, mayatnya dapat ditemukan sehingga terbebas berada diantara “dua dunia” 50 tahun setelah kematiannya. Saya takjub menemukan “cerita…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
jendelahukum · 1 year ago
Text
Menimbang Pentingnya Melek Hukum Bagi Pelaku UMKM
Resensi – Literasi hukum penting bagi para pelaku di sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, karena memungkinkan mereka untuk mengetahui serta dapat menavigasi kerangka hukum dalam operasionalitas bisnis yang dijalankan. Di samping itu, pelaku UMKM mampu memahami perundang-undang dan peraturan terkait pendaftaran bisnis, perpajakan, tenaga kerja, dan bidang lain yang dapat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
soaladin · 2 years ago
Text
0 notes
ranisyahreza · 10 months ago
Text
Suatu Hari Di Bengkel
Judul: Suatu Hari Di BengkelPenulis: Oky E. NoorsariPenerbit: The Asia Foundation — Let’s Read Tahun: 2022Halaman: 24Peresensi: @ranisyahreza Mengisahkan tentang seekor anak macan tutul bernama Arum yang membantu pekerjaan ayahnya di bengkel. Kisah ini merupakan proyek pengembangan buku yang menampilkan para perempuan tangguh sebagai tokoh cerita. Makanya, di sini, meskipun Arum adalah perempuan,…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
4rz4a · 6 months ago
Text
Tugas Sejarah Mauza Wulandari(18) & Neng Arla Cantika(29).
Resensi Novel : Gadis Kretek.
Judul Buku: Gadis KretekPenulis
Buku: Ratih Kumala
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta (Kompas Gramedia)
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: 274
ISBN: 978-979-22-8141-5
Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala termasuk dalam sepuluh besar penerima penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2012. Novel Gadis Kretek ini sudah diterjemahkan dalam 3 bahasa yaitu Inggris, Mesir dan Jerman.
Sang penulis novel, Ratih Kumala merupakan seseorang yang mengenyam pendidikan di jurusan sastra, tepatnya di Sastra Inggris di Universitas Sebelas Maret. Buku pertama Ratih Kumala yang ia tulis berjudul Tabula Rasa yang juga mendapatkan penghargaan di Sayembara Novel Dewan Kesenian di tahun yang sama saat buku ini pertama kali diterbitkan yaitu tahun 2004.
Novel "Gadis Kretek" karya Ratih Kumala menggambarkan latar belakang sejarah industri rokok kretek di Indonesia dan perjalanan cinta di masa pergerakan nasional. Berikut adalah resume yang berfokus pada aspek pergerakan nasional dalam novel ini:
Cerita bermula pada masa penjajahan Belanda, ketika bisnis rokok kretek mulai berkembang di Indonesia. Salah satu tokoh utama, Soeraja, adalah anak seorang pengusaha rokok kretek yang ambisius. Soeraja bertemu dengan Jeng Yah, seorang gadis desa yang penuh semangat dan berpengaruh besar dalam hidupnya. Hubungan mereka tidak hanya dibangun di atas cinta, tetapi juga pada semangat pergerakan nasional.
Jeng Yah terlibat dalam kegiatan pergerakan nasional, memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda. Keberaniannya dalam menyuarakan kemerdekaan dan melawan penindasan menjadi inspirasi bagi Soeraja dan orang-orang di sekitarnya. Namun, perjalanan cinta mereka tidak berjalan mulus. Konflik dan perbedaan pandangan politik memisahkan mereka.
Selama masa pendudukan Jepang, industri kretek mengalami tantangan besar, tetapi semangat nasionalisme tetap membara di antara para tokohnya. Ketika Indonesia merdeka, industri kretek kembali bangkit, dan kisah cinta serta perjuangan mereka menjadi simbol dari kekuatan dan ketahanan bangsa.
Dalam novel *Gadis Kretek* karya Ratih Kumala, periode pergerakan nasional yang digambarkan mencakup akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, khususnya pada masa penjajahan Belanda. Novel ini mengisahkan tentang pergerakan nasional Indonesia melalui kehidupan seorang wanita muda, dan latar belakang sejarah yang digambarkan mencerminkan perjuangan melawan penjajahan kolonial Belanda serta kebangkitan kesadaran nasional.
Periode yang digambarkan dalam novel ini melibatkan beberapa fase penting dalam pergerakan nasional Indonesia, termasuk:
1. Awal Pergerakan Nasional Penggambaran kehidupan sosial dan politik di masa awal pergerakan kemerdekaan, ketika berbagai organisasi dan tokoh mulai muncul untuk menentang kekuasaan kolonial.
2. Pertumbuhan Gerakan Kemerdekaan Menunjukkan bagaimana ide-ide nasionalisme mulai berkembang dan menginspirasi berbagai lapisan masyarakat untuk berjuang melawan penjajahan Belanda.
3. Perubahan Sosial dan Politik Menggambarkan dinamika dan perubahan sosial serta politik yang terjadi di Indonesia pada masa tersebut, serta bagaimana perjuangan kemerdekaan mempengaruhi kehidupan sehari-hari rakyat.
Novel ini memberikan perspektif fiksi yang kaya tentang bagaimana pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan Indonesia berlangsung di tengah latar belakang sejarah yang penuh tantangan.
Gadis Kretek dikisahkan dengan dua sudut pandang. Sudut pandang orang pertama dari tokoh Lebas, sebagai “aku”. Ia adalah anak ketiga dari pasangan Soeraja dan Purwanti. Gaya bercerita yang asyik membuat kami ikut merasakan dengan apa yang dirasakan Lebas. Penulis juga menggunakan sudut pandang orang ketiga, si serba tahu sehingga memudahkan pembaca dalam memahami alur cerita dan ikut terhanyut dalam kisah masing-masing tokoh.
Kelebihan novel ini yaitu penulis mampu menggabungkan berbagai latar, kisah, sisi budaya dan sejarah dengan porsi yang pas. Kita diajak melihat perjuangan pergerakan menuju Indonesia merdeka dari segi industri kretek. Diksi yang digunakan dalam novel ini mampu membuat para pembaca untuk memahami ceritanya serta mampu menghadirkan suasana dengan alur yang menarik dan menyenangkan sehingga para pembaca dapat merasakan hadir di dalamnya.
Adapun kekurangan tidak banyak, mungkin karena buku ini menarik dari awal, kekurangan-kekurangannya jadi terlewat. Namun alangkah baiknya keterangan tentang istilah bahasa Jawa diletakkan sebagai footnote, tidak di belakang bab, supaya memudahkan pembaca yang tidak bisa berbahasa Jawa. Ada pula beberapa typo di sana-sini juga penulisan nama tokoh yang sepertinya tertukar.
Melalui narasi yang menggabungkan sejarah keluarga dan dinamika industri rokok kretek, novel ini menyoroti pentingnya semangat pergerakan nasional dalam membentuk identitas dan masa depan bangsa Indonesia. "Gadis Kretek" menggambarkan bagaimana perjuangan, cinta, dan nasionalisme saling berkaitan dan membentuk perjalanan hidup para tokohnya.
3 notes · View notes
badclues · 6 days ago
Text
Tumblr media
Kelimpahan Pilihan, Berkat atau Bencana? —Fear of Missing Out – Tepat Mengambil Keputusan di Dunia yang Menyajikan Terlalu Banyak Pilihan)
Sebuah resensi oleh Ghina Hasna Afifa (instagram.com/oghinaa) Selasa, 28 Januari 2025
“Ada begitu banyak yang harus dilakukan, tapi waktu begitu terbatas. Akhirnya kita berusaha—dan gagal—melakukan segalanya.” Fear of Missing Out – Tepat Mengambil Keputusan di Dunia yang Menyajikan Terlalu Banyak Pilihan Halaman 46
Identitas Buku
Judul Buku : Fear of Missing Out – Tepat Mengambil Keputusan di Dunia yang Menyajikan Terlalu Banyak Pilihan Judul Asli : Fear of Missing Out – Practical Decision-Making in a World of Overwhelming Choice Penulis : Patrick J. McGinnis Penerjemah : Annisa C. Putri Tahun Terbit : 2020 Penerbit : Gramedia Pustaka Utama ISBN : 978-602-06-4408-0
Sinopsis
Apa yang sebenarnya kita lewatkan?
FOMO, yang pertama kali muncul dalam artikel Harvard Business School, menjadi istilah global untuk kondisi tak nyaman ketika kita berpikir orang lain memiliki pengalaman yang lebih baik dan lebih kaya daripada diri kita. Diperkuat dengan maraknya media sosial, FOMO telah menjadi krisis budaya. Lalu apa obatnya? Patrick McGinnis, pencipta istilah FOMO, telah memikirkannya selama tujuh belas tahun dan menemukan solusinya: pengambilan keputusan.
Belajar menimbang biaya dan manfaat dari pilihan yang kita ambil, membuat skala prioritas untuk keputusan-keputusan kita, dan mendengarkan suara hati sangatlah penting untuk meredakan FOMO dan kerabat dekatnya, FOBO—Fear of a Better Option.
Buku yang dilengkapi bagian evaluasi diri ini membantu kita memastikan dan menyingkirkan bagian-bagian dalam hidup yang lebih sering menimbulkan kecemasan daripada kebahagiaan.
Resensi
FOMO—Fear of Missing Out—adalah istilah yang kini sedang ramai dipergunakan, jadi meme yang entah bagaimana hampir semua orang pernah merasakan, terutama di era maraknya media sosial. Tapi, apa sih sebetulnya FOMO itu?
Sesuai judulnya, Fear of Missing Out mengupas tuntas FOMO oleh pencetus istilah FOMO itu sendiri setelah selama tujuh belas tahun terus menggali dan mengaji fenomena ini hingga menemukan solusinya. Di sini dipaparkan apa itu FOMO berikut penyebab dan latar belakang meledaknya perasaan gundah ini di berbagai kalangan, ‘kekerabatan’ FOMO dan FOBO yang mematikan, serta solusi untuk memberantas FOMO dalam mengambil keputusan.
McGinnis menjelaskan bahwa FOMO bukanlah sesuatu yang kita harus merasa malu karenanya, sebab cikal bakal FOMO sudah termasuk ke dalam setelan pabrik alias sudah menjadi sifat biologis dari manusia itu sendiri. Ditambah dengan adanya pengaruh luar seperti faktor budaya dan teknologi, perasaan untuk selalu dilibatkan dan menjadi bagian dari pada kelompok semakin dipupuk hingga menggiring kita kepada hidup yang diliputi keputusasaan. Kemajuan teknologi khususnya, sudah mengubah gaya hidup dan bersosialisasi kita menjadi tanpa batas dengan derasnya arus informasi serta interkonektivitas antarsesama pengguna yang terlampau ekstrem. Pada level tertentu, hal ini bisa menimbulkan sesuatu yang disebut reference anxiety, yakni ketika kita dengan mudahnya menilai dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain—bahkan yang tak kita kenal sekalipun—dan secara tak sadar menjadikan kesuksesan mereka sebagai patokan diri. Jadi, FOMO bukan diprakarsai oleh meledaknya media sosial, namun media sosial hanya jadi sarana juga katalis yang membuat FOMO semakin menjadi-jadi. Bisa kita cermati bahwa fenomena FOMO jauh lebih kompleks, lebih dari sekadar meme.
Satu lagi FO yang masih kerabat dengan FOMO, namun jauh berbeda sifatnya dari FOMO adalah FOBO (Fear of Better Options). Apabila mengalami FOMO kita memforsir diri untuk terus bergerak mengikuti tren, lain halnya jika mengalami FOBO. Dengan FOBO, kita justru lumpuh, enggan beranjak dari kelimpahan pilihan dengan berkomitmen pada salah satunya. Terdengar aman dan positif, memang, tapi dengan FOBO kita akan terlatih menjadi orang yang gemar menunda-nunda mengambil keputusan. Orang yang mengidap FOBO terus merasa aka nada pilihan yang lebih baik dan sebab takut melewatkan pilihan “terbaik”, cenderung mempertahankan opsi-opsi yang ada. Pemikiran ini bisa berdampak buruk terhadap karier dan hidup secara general. Hal terburuk yang mungkin ditimbulkan adalah kita bisa dicap sebagai orang yang plin-plan atau indeceisive dan tidak profesional.
Tak cukup sampai di situ. Jika satu individu merasa FOMO dan FOBO pada saat bersamaan, maka timbullah FODA (Fear of doing anything). Kita akan merasa ditarik ke dua arah berbeda. Keinginan untuk melakukan segalanya dan terlibat dalam segala hal bertemu keinginan untuk merasa aman dikelilingi probabilitas tiada habis. Hasilnya, kita akan terjebak dalam lingkaran dan hanya mampu berangan-angan. Dengan demikian, kita tak akan berkembang, tak akan meraih apa pun. Inilah puncak dari FO yang diusung McGinnis sekaligus skenario terburuknya.
Tapi jangan khawatir, di buku ini penulis juga menawarkan solusi atas permasalahan FO-FO tersebut di pengujung buku lengkap dengan bagaimana kita bisa memanfaatkan FOMO dan FOBO sampai akhirnya dapat mencapai ketenangan berupa JOMO (Joy of missing out).
Kelebihan Buku
Pembahasan buku ini disampaikan dengan sangat sederhana dan menggunakan contoh remeh yang terasa dekat dengan pembaca. Buku ini mampu memvalidasi perasaan pembaca dengan sangat baik serta bisa mendefinisikan perasaan bimbang dan resah yang sebetulnya hampir mungkin ada di setiap individu yang disebut FOMO ini. Dilengkapi dengan angket sebagai sarana evaluasi diri, buku ini dibuat interaktif sehingga pembaca dapat ‘mendiagnosis’ dan menganalisis kadar FOMO dalam diri sendiri secara mandiri. Pun solusi dan kiat yang diberikan cukup sederhana, disajikan dengan runut, dan sifatnya praktikal dalam berbagai ranah dan keadaan..
Kekurangan Buku
Pembahasan di dua bab terakhir terlalu melebar dari topik utama sehingga terasa seperti membaca buku yang sama sekali berbeda. Setelah di bab sebelumnya membahas solusi mengatasi FOMO dan FOBO yang jadi nilai jual buku ini, rasanya pembaca akan sudah kehilangan minat untuk membaca dua bab menjelang akhir ini.
0 notes
lenterablog · 12 days ago
Text
Resensi Buku Membantu Pembaca Memahami Isi Buku
Membaca buku adalah kegiatan yang dapat memperkaya pengetahuan dan memperluas wawasan. Namun, tidak semua pembaca memiliki waktu atau kesempatan untuk membaca setiap buku secara menyeluruh. Di sinilah resensi buku berperan penting. Menurut situs histficchick.com, resensi buku adalah bentuk ringkasan yang memberi gambaran umum tentang isi dan inti dari sebuah buku. Selain memberikan informasi…
0 notes
hettorickmavedden · 6 months ago
Text
RESENSI BUKU YANG TELAH SAYA BACA
Judul Buku: Kisah Tanah Jawa, Unit Ghaib Darurat
Tumblr media
SINOPSIS
Suatu malam, sepasang suami istri yang menantikan kelahiran anak pertamanya sedang mencari perlengkapan bayi. Tiba-tiba sang istri merasakan sakit yang luar biasa diperutnya. setelah bersusah payah mencari bantuan, sang suami akhirnya menemukan sebuah rumah sakit. Persalinan yang dibantu empat perawat dan seorang dokter berjalan dengan lancar. Namun tidak ada tegur sapa apalagi ucapan selamat dari paramedis itu. Semuanya diam seribu bahasa. Keesokan harinya, hal tak terduga terjadi. Rumah sakit yang terlihat normal di malam hari, berubah menjadi bangunan rumah sakit tua yang lama tak terpakai.
Kisah di atas sempat ramai diperbincnagkan. Lewat buku Kisah Tanah Jawa : Unit Gaib Darurat ini, kita diajak oleh dokter keturunan Belanda bernama Frederich untuk menelusuri sejarah rumah sakit yang terkenal keangkerannya itu.
2. KEKURANGAN BUKU
Ada beberapa kekurangan yang saya temukan dalam buku ini, yaitu:
-Buku ini tidak memiliki daftar isi, sehingga kita tidak bisa melihat halaman dan bagiannya secara langsung.
-Beberapa cerita di dalam buku ini terlalu singkat.
3.KELEBIHAN BUKU
Berikut ini merupakan kelebhan buku Kisah Tanah Jawa : Unit Gaib Darurat.
-Bahasa yang baik dan mudah dimengerti dan disertai oleh gambar ilustrasi.
-Alur yang tersusun rapi (urut) sehingga pembaca tidak akan bosan.
4. NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM BUKU
Buku ini mengajarkan kita untuk menjaga sopan santun dan tata krama dimanapun kita berada, kita tidak boleh bersikap sembarangan dimanapun.
5.REKOMENDASI
Buku ini cocok untuk dobaca oleh para remaja yang tertarik dengan "dunia mistis". Buku ini direkomendasikan untuk umur 16 tahun keatas agar tidak salah mengartikan buku ini. Tetapi buku ini tidak direkomendasikan untuk orang yang penakut, karena buku ini banyak menceritakan kisah-kisah tragis dan "urban legend" Rumah Sakit Blitar.
2 notes · View notes