Text
“kamu tidak seberuntung orang lain, tapi orang lain belum tentu sekuat kamu”.
Kalo perjalananmu mudah, semua orang bisa jadi kamu. Justru karena perjalananmu tidak mudah Allah percaya cuma kamu yg bisa menghadapinya..
143 notes
·
View notes
Text
31 notes
·
View notes
Text
Hay Pras,
Kata terimakasih emang enggak cukup untuk bayar semua kebahagian dan hari-hari manis yang udah kamu kasih dengan gratis.
Pras, seribu kalipun aku bilang terimakasih itu cuman ngebayar seperempat dari seperempatnya semua yang udah kamu lakukan ke aku.
Pras, jalan ini keliatan mudah banget ya dilalui padahal masing-masing dari kita punya suatu hal yang belum diselesaikan dan nyatanya buat kita jadi sulit. Tapi, semuanya berjalan gitu aja dan aku selalu yakin aku ataupun kamu bisa lewatin semuanya dengan baik.
Seneng banget deh hari ini aku dapat kabar baik dari kamu, Pras. Semoga aku jadi orang beruntung yang bisa selalu dengar kabar baik dari kamu dan jadi salah satu orang yang kamu cari kalau suatu saat ada kabar kurang baik datang ke kamu.
Pras, jangan berhenti kejar mimpi-mimpi kamu. Jangan pernah ngerasa sendirian, karena ada aku dan orang-orang disekeliling kamu yang siap jadi telinga dan tempat sampah kalau kamu lagi butuh tempat cerita.
Pras, serahkan semua sama Allah ya. Pasti kamu bisa lewatin semuanya. Ilysm.
9/13
3 notes
·
View notes
Text
#satu
Kita dipertemukan dengan cara yang sederhana, hanya karena teman dia adalah temanku juga. Kita engga sedekat itu, bahkan ketika setiap hari aku bisa ketemu dia obrolan kita bisa dihitung jari. Iya, walaupun semasa sekolah kita pernah satu kelas, kita nggak pernah berbicara layaknya seorang teman, saling melempar senyumpun kayanya jarang ya? Ah aku lupa.
Saat itu, aku pernah memperhatikan dia sekali dan yang didalam pikiranku saat itu:
"Kalo dia lagi basket, kenapa gemesin ya?"
Tapi diluar itu aku punya kesan yang buruk banget ke dia. Kenapa? Iya karena dia yang bikin sahabatku jatuh berkali-kali karena perasaannya cuman di read aja, nggak terbalaskan. Aku tau betul kita enggak bisa memaksakan perasaan orang lain ke kita, tapi saat itu rasanya aku pengen ajak berantem tiap kali sahabatku galau karena dia.
Well, waktu berlalu cepet banget. Sampai akhirnya aku dibikin kaget dengan apa yang dia buat lewat instastory yang di tag ke akunku, kaya gini :
Titip salamku..
Pada ia yang disebut beruntung
Pada ia yang disebut sesuatu
Pada ia yang disebut cantik melulu
Wanita beruntung itu, sampai dibuat lupanya aku
Wanita sesuatu itu, sampai dibuat rendahnya aku
Wanita cantik melulu itu, sampai dibuat buruk rupanya aku
Semakin terkikisnya aku dihantam oleh rindu
Tapi kau tetap bisu.
Puisinya indah, terlihat kalo dia lagi mengagumi seseorang. Tapi kenapa aku yang di tag? Nggak sengaja ke klik namaku? Atau ini prank? Sangat nggak mungkin kalo puisi itu emang tertuju buat aku.
Seyakin itu kalau ini cuman bercanda walaupun jelas dia bilang bukan bercanda.
Setelah ini, enggak ada apapun yang terjadi. Aku anggap ini cuman bercanda. Aku selalu pengen memastikan apa sih maksud ini, tapi buat apa. Jadi aku anggap, ini bukan apa-apa.
Akhirnya perasaan penasaran itu hilang, tapi aku dibuat kaget lagi sama ini :
Ngajak nonton? Wah ini orang bercandanya makin engga jelas nih.
Pada akhirnya kita berangkat nonton, saat itu lagi rame Black Panther dan kita memutuskan nonton itu dengan perasaanku yang bener-bener cemas karena aku pergi dengan orang yang masih sahabatku suka. Enggak bisa bayangin kalo dia tau tentang ini. Dan, semua berawal dari sini.
2 notes
·
View notes
Text
More About Alpha Girls
Aku baru aja rilis Tukar Isi Kepala di Podcast Almosphere yeaaay! di episode ke 12 ini aku lumayan lebih niat sih, episode sebelumnya mungkin ada baca baca dari beberapa artikel, tapi lebih banyak yang ga sama sekali karena ngobrol santai aja hehe. Nah buat episode ini aku beli buku hehe spesial banget khaan. Trus aku iseng juga buat rising awareness di Instagram bikin polling sama open questions box tentang topik yang bakal diobrolin di episode ke 12. Udah deh gitu aja curcol dapur rekamannya.
Topik obrolan di episode 12 bahas tentang alpha girls. Udah cukup lama sih aku tau istilah ini, dari komen yutub, artikel populer; dan seperti biasa aku yang suka sama istilah-istilah unik jadi kepo tuh apalagi ini tentang empowering women kan rame ya banyak campaignnya, darimanapun ideologi yang menyuarakannya.
Cuman karena saking asiknya ngobrol sama Fira, teman ngobrol di episode 12 ini, aku lupa bahas hasil dari polling Instagram hehe ga ditulis sih jadi talking points -,- Soo, aku mau bahas hasilnya disini sekaligus nambah insight dari apa yang aku dapet setelah ber#TukarIsiKepala dan baca lagi The Alpha Girl’s Guide karya Om Henry Manampiring. Kalau ada yang mau dengerin podcastnya, bisa langsung ke Spotify atau Anchor.
Jadi aku bikin polling Instagram dengan pertanyaan “Haruskah semua cewe menjadi alpha?” dan hasil polling di akun @aliyanurarifa yang bukan influencer ini adalah 47% untuk jawaban “iya dong” dan 53% untuk jawaban “ga harus sih”.
Votersnya sedikit sih cuma 47 dari total viewers 491. Yaah dikit banget partisipasinya, jangan pada golput dong, bentar lagi mau pilkada neeh wkwk. Oke balik lagi, cukup satirnya hehe :v
Lalu apa yang menarik dari hasil polling ini? Menurutku nih ya, semua orang setuju aja kok kalau cewe tuh pada jadi cewe smart, independen, dan anti galau kaya subheading buku The Alpha Girl’s Guide, cuman dengan ketentuan berlaku. Kalau dari temen temen di Instagram mereka bilangnya “ga lupa kodrat” “asal ga nyebelin” “gamau ah males” “kalau ga ada alfa, yauda ke indomaret aja” (??). Ini suara para cowo sih banyaknya, ada yang ngerasa dia dominan jadi males kalau harus ngadepin cewe yang dominan juga hehe. Kalau para cewe banyaknya setuju kalau kita harus mandiri, punya mimpi dan cita-cita tinggi, asalkan tetap sesuai koridor yang ada (koridor apa nih? Islam deh ya insya Allah hehe).
Kalau diliat yang jadi “batasan” alpha girl dalam berdikari (ceileh bahasanya) itu ketika berhadapan dengan pasangan ya. Istilah “jangan lupa kodratnya” itu merujuk ke peran perempuan sebagai istri dan ibu ga sih yang baktinya harus ke suami? Secara kodrat kan yang membedakan perempuan dan laki-laki itu di aspek biologis ya. Perempuan dikasih kelebihan bisa hamil, melahirkan, menyusui udah sekaligus dengan fitrah menyayangi, mengasihi, merawat, dsb. Nah ini kan yang mesti ada, seharusnya peran istri dan ibu juga ga ngehambat mimpi-mimpi dia dong dalam berkarir atau berkarya. Walaupun realitanya hidup bakal berubah banget ya setelah menikah. Duh aku belum ngalamin, sotoy banget ngomong ginian.
Aku jadi keinget diskusi di grup WA yang dipancing oleh Fira, that’s why I invite her to my podcast. Dia nanya “peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat itu apa, trus sering bentrok ga sih antara karir dan keluarga”. Bahasan kaya gini mungkin bakal terus rame ya, dilematis banget buat para ukhti, seolah IRT selalu vs wanita karir.
Dari jawaban teman-teman yang lain banyak yang mention “asal suami ridho” “makanya penting banget nyari pasangan yang sekufu sevisi misi”. Di buku The Alpha Girl’s Guide juga ada bagian Alpha Lover, khusus bahas masalah percintaan, bahkan sampe ada rekomendasi Alpha Female cocoknya sama Beta Male yang ga terlalu mempermasalahkan dominansi jadi cenderung suportif. Ya tergantung kali ya itumah asalkan nerima satu sama lain, lika-liku keluarga kan beragam (hadeu ngomong apa kamu, Nona).
Nah trus intinya kamu mau nulis apa Al? Hm jadi gini, aku dapet kesimpulan dari pengalaman orang yang sudah lebih berpengalaman dalam rumah tangga, intinya kalau kita “sadar peran” dan ngejalanin itu sebagai bentuk ibadah seorang hamba insya Allah tetap bahagia kok apapun tantangannya. Berlaku untuk semua tipe, entah alpha, beta, gamma, omega, delta, sigma. Mungkin yang sering dipermasalahin para feminis ketika istri tuh manut aja sama suami, ga punya kuasa sama sekali. Padahal kan istri itu ngelakuin bakti ke suami sebagai bentuk penghambaannya, alasan personal antara dia sama Tuhannya. So what’s wrong? Yang salah kalau suaminya dzolim :v
Dan yang penting lagi, sadar peran ini ga cuman tugas perempuan, istri, ibu; tapi juga berlaku buat laki-laki, suami, bapak. Aku seneng sama statement Fira di podcast, “laki-laki dan perempuan itu menikah bukan karena tuntutan sosial, tapi untuk membangun keluarga yang ideal” itu awalnya kita bahas stereotipe perempuan yang ga nikah nikah sering diomongin, berlaku buat laki-laki juga sih.
Trus balik lagi ke tipe tipe tadi, ternyata setelah dilihat, semua tipe punya keunggulannya masing-masing. I mean, semua tipe punya kok ambisi kaya alpha cuman mungkin energi dan proses realisasinya yang beda. Trus jadi “cewe smart, independen, dan anti galau” ya kenapa engga? Penting banget kan kita nyeimbangin kemampuan emosional dan rasional. Walaupun harus ngalamin pertengkaran otak dan hati lebih sering, menurutku itu yang jadi proses belajar buat punya karakter yang lebih baik. Aku anaknya Feeling, sensi abis trus banyak dipendem, tapi nyoba buat lebih sering mikir realistis, walaupun kadang kelewat overthinking wkwk.
Eniwei aku sadar ini tulisanku kemana mana, awalnya mau bahas yang receh kenapa jadi berat ya pfft ada banyak titik yang harus dikaitkan tapi aku paksa tuliskan walaupun singkat-singkat. Emang harus belajar lagi nih, sekalian persiapan kan? Ohiya kalau ada rekomendasi “pelajaran” buatku boleh kabarin ya hehe. Makasiy~
Aliya, seorang Beta Female yang dulu mengira dirinya Alpha, sedang mengetik karena tidak bisa tidur sebelum nulis ini. 1:59 waktu Balikpapan. Bye~
111 notes
·
View notes
Text
Terimakasih karena membuat semua ini jadi baik kembali, walaupun aku kehilangan sebagian dari dirimu.
0 notes
Text
Bagaimanapun aku mempersiapkan untuk kehilangan, tetap saja rasanya hancur.
2 notes
·
View notes
Photo
2020-04-05
Canon EOS R + RF85mm f1.2L
https://www.instagram.com/hwantastic79vivid/
2K notes
·
View notes
Photo
2020-02-01
https://www.instagram.com/hwantastic79vivid/
838 notes
·
View notes
Text
“Bila aku terasa berat melakukan ibadah, aku tahu aku belum cukup taat kepada Tuhanku. Bila aku terasa hilang khusyuk dalam beribadah, aku tahu aku masih belum cukup cinta kepada Tuhanku. Bila aku tergesa-gesa untuk berdoa, aku tahu aku masih belum cukup yakin dengan kehebatan Tuhanku. Dan saat ini, aku menangis kerana aku telah menzalimi diri sendiri dengan perbuatanku sendiri.”
—
573 notes
·
View notes
Text
Allah ciptain kamu udah sepaket sama kemampuan buat bertahan dari segala macem cobaan. Allah udah kasih kamu hati, pikiran, badan, keluarga, teman, kesehatan, dan kesempatan. Sekarang tinggal kamu bisa makenya apa enggak. Karena biasanya, yang punya belum tentu tau cara makenya.
Taufik Aulia
2K notes
·
View notes
Text
All I Want to Ask You
Aku punya banyak pertanyaan untukmu, untuk kita berdua. Bolehkah aku menanyakannya kepadamu?
Menurutmu, apakah kita sudah saling cocok untuk satu sama lain? Apakah menurutmu, kamu adalah seseorang yang ditakdirkan untukku seperti aku untukmu?
Jika pertanyaan ini ditujukan kepadaku, maka jawabanku adalah iya.
Hidup kita memang tidak selamanya hitam dan putih, zona yang kita jalani sekarang pun terkadang berada di abu-abu. Saat semua baik-baik saja, hubungan kita sangat sangatlah indah. Namun, di saat kita sedang badmood, hubungan kita bisa menjadi buruk hingga aku terpikir kalau sepertinya lebih baik kita berakhir saja.
Apakah ini cinta yang sesungguhnya? Tidak pernah 100%?
Selalu naik turun, tidak peduli sudah seberapa lama waktu yang sudah kita habiskan bersama dan betapa kita saling menyayangi?
Kadang aku tahu apa itu cinta, tapi kadang aku merasa aku masih perlu banyak belajar dalam mempelajari pasang surut cinta ini. Di satu titik, aku percaya cinta kita bisa bertahan untuk selama-lamanya, tapi di titik lain, aku pernah bertanya-tanya, apakah masa depan itu ada untuk kita?
Kadang aku tersakiti, tapi sakit itu belum sebegitu besar untuk membuatku pergi.
Kadang aku begitu mencintaimu sampai-sampai memikirkan hidup tanpamu saja rasanya sakit.
Setelah segala hal yang kita korbankan, apakah pengorbanan itu terlalu berlebihan? Apakah pengorbanan itu sebanding dengan apa yang kita rasakan sekarang?
Apakah ini rasa ketakutanku yang berbicara? Apakah ini karena aku takut sendirian untuk hidup tanpamu?
Dari sekian banyak pertanyaan-pertanyaanku ini,
maukah kau menjawabnya bersamaku?
526 notes
·
View notes
Text
Enggak ada salahnya kan mau mengungkapkan segala sesak yang ada lewat tulisan. Karena akhir-akhir ini cerita ke beberapa orang udah bukan lega, malah nambah-nambah hadeeuuh pokonya 🤭
0 notes
Text
Waktu tau mantan mau nikah.
Orang-orang banyak yang bilang :
"Sabar ya Tan..."
"Tan, aku yakin kamu pasti dapet yang lebih baik"
"Gimana perasaannya? Sakit banget ya?"
"Kamu pasti kuat Tan..."
Dan blablablaaa yang lainnya..
Maaf ya temen-temenku yang baik hatinyaa
I feel happy for him, there's no feeling of pain or disappointed with their marriage.
Gini ya, aku udah berhasil ambil kendali atas diriku sendiri. Berusaha untuk nggak membiarkan diri berlarut-larut dalam kenangan-kenangan yang lalu, bcs of that, i recalled the reason i and he broke up, then remembered why waktu itu kita nggk cocok satu sama lain.
Yang jelas, semua ini beralasan kenapa akhirnya kita memutuskan untuk udahan. Kita berpisah baik-baik dan nyari kebahagiaan masing-masing. Akhirnya semua bisa membaik, benar-benar udah saling merelakan dan nggak mau tenggelam dalam kegalauan.
Im not lost and replaced. Kita memang terbukti nggak cocok. Masing-masing dari kita layak bahagia dengan pasangan yang lebih sesuai. Yaa mungkin emang dia yang menemukan lebih dulu. He already moved on, punya relationship baru yang lebih serius. Dan akupun harus bisa melakukan hal yang sama.
Jadi, please jangan anggap aku runtuh karena hal ini ya.
Aku sudah bahagia, sangat bahagia.
0 notes
Text
Aku jatuh cinta pada tulisanmu. Pada caramu bertutur. Pada kata-katamu yang mengalun padu. Pada pikiranmu yang bersenyawa dalam aksara. Tak memburu, juga tak membara, kau berkata apa adanya.
Candaanmu tak pernah meleset, selalu berhasil membuatku senyum-senyum sendiri. Perasaan semacam sedih dan senang mengalir begitu saja. Deretan huruf yang kau susun itu amat fasih mengutarakan rasa. Titik dan komamu menjadi saksi aku ikut lebur ke dalam emosimu.
Lamunanku, akan seasyik apa bila nanti kita bercengkerama berdua?
Pintaku cuma satu, jangan berhenti menulis sekalipun kita tak pernah ditakdirkan untuk bertemu.
— Taufik Aulia
1K notes
·
View notes
Text
Di tempat ngopi.
Pertama kali sampe ke tempat ngopi, yaa biasa. Temu kangen sama sahabat-sahabat yang udah beberapa minggu enggak ketemu. Kangen, soalnya cuman sama mereka bisa ngeluarin sisi yang gila di diri ini Hahaha
Makin malem makin banyak temen-temen lama yang dateng. Sempet mikir ini kok kenapa jadi banyak yang dateng? Ini reuni? Apa gimana?
Tapi ternyata emang sengaja aja di ajak biar ngopinya rame, terus traktirnya enggak nanggung kata salah satu sahabat. Pantesan banyak yang dateng yak orang ada traktiran hahaha.
Enggak lama ada orang terakhir yang dateng. Orang yang aku kenal juga, temen lama pula. Terus dia ngomong.....
“Duduk disini boleh? Disana pada maen HP semua ah” Sambil liat ke arah aku yang kebetulan duduk di depan kursi yang kosong itu. Yaa pastinya mempersilahkan dia duduk disitu dong. Dari sana ya kita ngobrol-ngobrol, nanya kabar, kuliah gimana, liburan sekarang ngapain aja, banyak hal pokoknya, sampailah pada saat aku bener-bener ngerasa ini orang berubah, berubah 100%. Kenal dari SMP, enggak akrab sih, tapi ya i know him karena kelas kita tetanggaan. Terus SMA, satu sekolah juga, beda kelas, tapi lumayan udah akrab karena kelasnya hampir tetanggaan. Enggak banyak tau tentang dia, yang keliatan dari luar dan keliatan di depan aku ya orangnya enggak banyak ngomong, pendiem lah.
Dan setelah kita ngobrol di tempat ngopi itu, enggak tau aku yang emang enggak sadar atau emang dia yang berubah setelah jadi mahasiswa. Aku enggak tau. Yang jelas, obrolan kita kemaren nyambung. BANGEEEET. Intinya obrolan kemaren tentang seorang Sigmund Freud dan tokoh-tokoh psikologi lainnya yang dia tau. Menarik banget kan. Oh My God. Padahal dia bukan mahasiswa jurusan Psikologi, tapi dia tau lebih banyak dari pada aku.
Dan, karena udah terlalu gelap, aku harus pamit buat pulang duluan. Yang bikin kagetnya sebelum aku pulang adalah dia bilang “Tan, bantu aku baca buku ... (Lupa siapa namanya) soalnya aku enggak ngerti, kamu anak psikologi pasti lebih ngerti lah”. Cuman ngangguk doang dan langsung pamit, saking kagetnya.
Terus, kenapa cerita disini? Karena aku kagum, sama cara dia ngomong, cara dia nyampein pendapat, cara dia ngejawab pertanyaan aku, dan satu lagi adalah cara dia minta maaf pas aku lagi ngomong terus dia enggak fokus.
Kalo ceritanya ke orang nanti malah jadi gosyip lagi Hahaha.
Eh satu lagi deh, setelah stalking ternyata dia suka nulis.
Selesai.
0 notes