Tumgik
Text
"Betapa banyak orang bekerja sangat keras demi mengumpulkan aset di dunia. Sampai-sampai mereka lupa perihal keberkahan, dan pada akhirnya semua aset hanya tinggal warisan bagi anak dan keturunannya, sedangkan ia akan ditanya mengenai hartanya itu oleh Allah kelak."
(Saya - di tengah hujan gerimis romantis bulan Februari)
0 notes
Text
Raising A Mindful Family #2 (End)
Tulisan ini adalah lanjutan review International Islamic Parenting Seminar dengan judul “Raising A Mindful Family” yang dilaksanakan di Bandung, 3 Februari 2018. Seluruh materi yang dituliskan kembali disini disampaikan oleh Dr. Mohamed Rida Beshir, seorang Islamic Marriage and Parenting Expert yang berasal dari Canada yang juga merupakan co-author dari buku best seller berjudul “Parenting Skills: Based on The Qur’an and Sunnah”. Sebagai penghubung antara materi satu ke materi yang lainnya, hadir juga Ustadz Adriano Rusfi, seorang Psikolog yang juga founder dari Majelis Luqmanul Hakim. Tulisan pertama dapat di baca di link berikut ini.
Sebelumnya, mohon maaf untuk kalimat-kalimat berbahasa Inggris yang saya pertahankan sebagaimana materi diberikan, karena khawatir ada pemaknaan yang hilang atau kurang lengkap jika semua ditranslasi ke dalam bahasa Indonesia. Enjoy reading, happy learning!
Tumblr media
Saya pernah mendapat nasehat dari seorang guru bahwa investasi terbesar yang dapat kita berikan bagi kehidupan kita adalah belajar dan ilmu pengetahuan. Beliau juga berpesan bahwa setiap waktu dan kesempatan yang kita luangkan untuk menuntut ilmu karena Allah adalah bentuk perjuangan untuk dapat menjalankan ibadah yang benar: ilmu sebelum amal. Setali tiga uang dengan hal tersebut, kemarin Mr. Rida menyampaikan bentuk investasi besar lainnya yang dapat kita lakukan,
“Nurturing and parenting our children are biggest invesment in life, our road to Jannah.”
Road to Jannah, ternyata sebesar dan sejauh itulah pentingnya investasi dunia akhirat ini, yang tentunya perlu kita siapkan sejak jauh-jauh hari. Masih ingat kunci kesepuluh pada tulisan sebelumnya, kan? Yup, pre-marital education. Jadi, meski belum menjalankan amanah Allah untuk mengasuh, penting juga bagi kita untuk mempersiapkan ilmu untuk amanah tersebut, sejak jauh-jauh hari.
Terdapat 5 komponen utama dalam Excellent Parenting. Apa sajakah itu?
Komponen yang pertama adalah visi, yaitu tujuan jangka panjang. Berkaitan dengan ini, saya jadi ingat Ibu Elly Risman pernah menyampaikan, “Main bola saja ada tujuannya, ada gawangnya, masa mengasuh anak tidak ada tujuannya?” Nah, ternyata, sebaik-baik visi kita bagi anak-anak kelak adalah aspire them to be like generation of the Prophet’s companion, yang kualitasnya adalah proud to be Muslim, have self confidence, dan juga strong in belief in Allah. Selain itu, anak-anak juga perlu loved and accepted by parents sehingga bisa menunjang mereka untuk bisa capable and highly skilled dan menjadi critical thinker dalam kehidupannya.
Untuk bisa memiliki visi yang benar dalam menjalankan pengasuhan, terdapat beberapa pengetahuan dasar yang perlu kita ketahui, yaitu Islamic knowledge in general (Al-Qur’an and Sunnah), Islamic Characters, pengetahuan tentang perkembangan anak baik dari segi fisik, intelektual, sosial, maupun emosional, dan yang tak kalah penting adalah Islamic Parenting Principles.
Termasuk di dalam Islamic Parenting Principles yaitu, parenting is a shared responsibility. Ya, parenting tidak bisa hanya dilakukan oleh ibu saja atau ayah saja, tapi harus oleh keduanya. Nah, ustadz Adriano Rusfi mengatakan bahwa yang seringkali menjadi masalah dalam hal ini adalah perempuan lebih giat belajar dan mempersiapkan dari pada laki-laki. Tapi, kita tetap bisa memilih sikap terbaik, yaitu berprasangka baik kepada Allah. Prinsip lainnya adalah link the child to his creator, anger management, dan menciptakan atmosfer keluarga yang positif dan sehat, yaitu dengan memberikan contoh-contoh positif kepada anak-anak.
Komponen yang kedua adalah knowledge atau ilmu pengetahuan. Hal ini menjadi logis dan masuk akal karena sebagai seorang muslim, we have to do anything based on knowledge. Sambil menunggu Allah memberi rezeki berupa pernikahan dan keluarga, belajar saja dulu, karena dengan belajar berarti bahwa kita sedang berupaya untuk dapat menjalankan ibadah dengan benar. Iqra or read is the best wiring of knowledge. Tapi, haruskah hanya dengan membaca buku? Tidak, karena arti membaca disini bisa sangat sangat luas, termasuk membaca hikmah yang Allah hadirkan dalam kehidupan kita.
Komponen yang ketiga adalah willingness to change. Bagaimana caranya? Yaitu dengan self-search dan self-improvement karena tantangan zaman hari ini dan hari-hari berikutnya akan semakin menantang sehingga kita tidak bisa lagi menggunakan cara-cara lama yang digunakan oleh orangtua kita dalam mengasuh kita dulu.
Komponen yang keempat adalah membentuk positive and healty family atmosphere yang berkaitan dengan kualitas-kualitas yang harus kita miliki kelak ketika menjadi orangtua, yaitu
building relationship, understand our children, willing to gain knowledge, active and nurture the fitra in them, be friend to the, reason up and explain wisdom, and make sure that your Islamic life is not miserable.
Hmm, kualitas terakhir itu cukup bikin mikir, ya! Sedih juga, mengingat kehidupan berislam kita (eh saya maksudnya) yang mungkin masih miserable. Semoga Allah mampukan kita untuk menjadi muslim yang selalu menjadi lebih baik setiap harinya.
Komponen yang terakhir adalah wisdom atau kebijaksanaan. Saya baru menyadari bahwa ternyata ada kekeliruan-kekeliruan dalam wisdom ini setelah Mr. Rida memberi penjelasan mengenai lack of wisdom, seperti contohnya picking your fights, making halal become difficult and haram become easy, living unfulfilled dream through our teen, using all inherited methods of Tarbiyah, and blind imitation. Wow, sedikit banyak hal tersebut terjadi pada kita atau sekitar kita, bukan?
Sebaliknya, kebijaksanaan ini dapat dilakukan dengan meng-install konsep-konsep penting kepada anak-anak kita, yaitu bahwa,
Allah is our creator and He loves us. Rasulullah is our role model. Our real home is in the hereafter. Allah is with us all the time, He always supporting and watching. We are accountable for actions and the use of our sense. And, you have to be keen about what is good for you.
Alhamdulillah. Sekian review dari Raising A Mindful Family yang bisa saya tuliskan, mohon maaf untuk setiap keterbatasan atau bahasa Inggris saya yang masih berantakan. Semoga setiap upaya kita dalam belajar, mempersiapkan, dan memperbaiki semua hal terkait kehidupan keluarga bisa menjadi nilai ibadah yang dibicarakan-Nya bersama malaikat-malaikat pencatat amal kebaikan. Sampai jumpa di review-review belajar selanjutnya. Baarakallahu fiik :)
PS: Untuk membaca artikel-artikel lain tentang pranikah dan parenting, klik disini dan disini.
_____
Picture Source: Pexels
526 notes · View notes
Quote
I don’t understand why feminists use the term ‘baby-making machine’ in a derogatory way when making babies is the ONE THING they can do that a man can never do. So. Much. Stupid. 🌹🙏🌹
(via tradcatfem)
129 notes · View notes
Video
undefined
tumblr
Udah banyak yang “ngeh” tentang keharamannya, tapi belum banyak yang benar-benar serius keluar dari kubangan itu.
Alasannya macam-macam. Padahal nanti kalau sudah face to face sama Allah, kicep.
Padahal semakin lama menunda, semakin serem tumpukan dosanya. Semakin lama pembersihannya (syukur2 dibersihkannya di dunia…kalo di akhirat gimana?). Semakin keras hatinya. Semakin susah khusyuk ibadahnya. Semakin tertolak doanya.
Semoga teman-teman dan keluarga terdekat segera dibukakan hidayah dan kemantapan untuk segera mencari yg halal dan berkah.
Aamiin…
1 note · View note
Text
Dokter atau Bidan? (II)
Eyaaaa...udah lama banget pengen nulis tapi selalu ada aral melintang sepele yang menghambat.
Setelah merasa kecewa dengan dokter obgyn tempo hari yang saya ceritakan, saya putuskan untuk aktif tanya kanan-kiri mengenai dokter obgyn yang pernah dipakai teman-teman saya sebagai alternatif (entah kenapa hampir semuanya yang lahiran sama dokter kok di SC), tanya pendapat mama, cari info tentang bidan, pelan-pelan tapi pasti hati saya malah berubah jadi lebih yakin ke bidan, apalagi niat saya pingin banget melahirkan secara normal.
Jadi langsung aja, sekitar tiga minggu yang lalu, saya mencoba untuk kontrol kehamilan ke Bidan Jeanne di RTM, karena sudah merasa agak putus asa dengan kriteria dokter kandungan yang saya cari ternyata belum ketemu jodohnya (maunya cewek, pro normal, tempat praktek deket, sekitaran Depok).
Nggak seperti awal-awal pas tahu hamil, rasanya nggak bakalan mau periksa apalagi melahirkan di bidan. Efek kemakan trend jadi songong dan sok yakin bakal lebih bikin nyaman periksa sama dokter obgyn daripada bidan :p 
Yah, biasa...hasil pencarian dunia maya lagi. Yang muncul pertama kali sekitaran Depok adalah Bidan Jeanne. Baca beberapa blog, dan akhirnya ganti keyword lebih spesifik : “Bidan Jeanne”. Ada video wawancaranya juga di Youtube oleh beberapa calon bidan yang masih pendidikan. Orangnya sudah agak berumur, dan kliniknya sudah buka dari tahun ‘80-an. Selain itu beliau juga sudah masuk jajaran klinik Bidan Delima. Nontonin sebentar, feeling saya merasa Bu Jeanne ini orangnya ngemong dan sabar. Itu baru sekedar hasil nonton yutup doang, sih. Hehe..
Abis dari yutup, pindah ke instagram, kebetulan saya follow akun @bidankita. Di situ biasanya ngomongin gentle birth, prenatal gentle yoga, dan sejenisnya. Dan nama Bidan Jeanne muncul kembaliii...beliau menjadi instruktur/pelatih prenatal gentle yoga di Cibubur waktu itu. Acara yang terbuka untuk umum dalam rangka hari ibu. Wah, kalau udah jadi pelatih yang dipercaya untuk acara-acara lumayan tematik gitu berarti jam terbangnya nggak main-main lagi harusnya, kan. Sip, makin mantep deh pingin ke bidan satu ini. Apalagi setelah lihat maps, ternyata lokasi klinik bener-bener sekepretan dari rumah. Waaaa...bersyukur banget.
Jadwal praktek Bidan Jeanne saat ini, sih, Senin-Rabu, dimulai setelah maghrib sampai jam 22.00 WIB. Bisa daftar via telpon. Saya waktu itu daftar di hari Senin jam lima sore, dapat antrian nomor empat belas. Lah, lumayan juga ya ngantrinya. Tadinya udah kepedean aja bakal dapet nomor awal. Kkkkk...
Datanglah saya jam setengah sembilan malam, bertiga sama mas suami dan mama. Lagi-lagi kepedean kirain udah telat. Ternyata masih nomor antrian sembilan, hahahh~
Alhasil, nunggulah saya di sana, ruang tunggunya nyaman banget. Dingin, bersih dan ada TV. Standar tapi nyaman. Kursinya juga nggak dekil, jadi nggak bikin geli kalau terpaksa harus nunggu lama.
Jam setengah sepuluh-an, akhirnya nama saya dipanggil masuk. Entah kenapa saya deg-degan nggak jelas. Grogi kayak baru pertama kali kontrol kehamilan aja. Mungkin karena takut kecewa lagi kali ya jadi pikiran kemana-mana. 
Tapi.....ternyata kontrol dengan Bu Bidan Jeanne sungguh sangat amat memuaskan! Hohoho~~ Alhamdulillah, beliau orangnya beneran sabar, telaten, ngemong, hati-hati, dan kata-kata dari beliau banyak banget yang bikin tenang seputar kehamilan dan persalinan. Informatif dan keibuan banget. Saya macam orang baru pertama kali kontrol rasanya pas dapet penjelasan ini-itu dari Bu Jeanne. 
Cara periksanya juga sudah pakai USG tapi sebelumnya tetep pakai cara ala bidan dengan menekan-nekan perut. USG-nya sih udah tua, ya. Agak-agak burem nggak seterang benderang waktu saya periksa di dokter obgyn (yaiyalah...itu kan rumah sakit swasta, cong.) Tapi bagi saya, nggak penting lah. Toh yang bacain hasil USG secara jelas buka pasiennya sendiri, yang penting itu tenaga medisnya, buat apa USG cakep-cakep kalau tenaga medisnya hambar aja sama pasien (sori curhat masa lalu).
Duh, intinya bersyukur banget rasanya pas keluar dari ruang praktek Bu Jeanne. Mama dan mas suami pun setuju sama pendapat saya barusan, dan langsung pada pasang wajah lega, karena akhirnya setelah usia kehamilan lima bulan, ketemu sama yang cocok. Insya Allah langsung mantep aja gitu mau lahiran di sana, wkwkwk...
Sebelum kontrol ke sana, saya dan mama plus suami udah sempat berkunjung sekali untuk lihat fasilitas kliniknya, tanpa kontrol ke bidannya. Cuma mau tau aja dulu di mana dan gimana sih kliniknya. Tujuan utama mau ngecek kamar inapnya. Alhamdulillah, klinik ini kelihatannya menjaga kebersihan dan kenyamanan pasiennya. Mulai dari kasur, sofa, kamar mandi, dll...semuanya kayak masih baru dan kebersihannya oke punya. Kamar kelas 1-3 semuanya hanya untuk satu pasien, dan bayinya langsung rooming-in dengan ibunya setelah melahirkan. Kurang apalagi cobaaaa? 
Oiya, biayanya juga nggak mahal. Kontrol, dikasih vitamin penambah darah, vaksin TT, dapet buku catatan hamil, habis cuma Rp 165.000 aja! Uwoooo,tambah bahagia lah uweeee....Hahah. Well, kalau kontrol aja cuman Rp 70.000 kata mba kasirnya, Cucok, kan? Semoga aja saya dan dedek bayi bisa ketemuan pertama kali di klinik Bidan Jeanne. Udah terlanjur jatuh hati, dan nggak terpikir lagi mau cari yang lain (sseddaaapp..). 
Oiya, alamat Bidan Jeanne bisa diintip di google maps, kok. Ketik aja Klinik Bidan Jeanne. Untuk yang bawa mobil tenang aja, ada lahan khusus parkir tamu Bidan Jeanne persis di depan kliniknya. Jadi nggak usah takut susah parkir.
Semoga ya, saya bisa lahiran dengan proses normal :D
Aamiin...
1 note · View note
Text
Modus Penculikan Makin Gila (Waspadalah para orangtua!)
Belakangan ini, penculikan anak semakin marak terjadi. Bahkan dalam 2 tahun terakhir, kasus penculikan anak meningkat 2 kali lipat. Banyak orang tua tidak tahu tentang taktik penculikan yang satu ini. Pelaku sangat berani, walaupun Anda orang tuanya berada di samping.
Baru-baru ini, ada seorang netizen membagikan kejadian yang dialaminya ke internet guna menghimbau orang tua lain untuk berhati-hati jika bertemu orang tak dikenal yang seakan "terlalu ramah". Begini ceritanya:
Baru kemarin saya bawa anak saya pulang ke rumah ibu saya. Kita naik kereta. Di samping saya duduk seorang ibu-ibu, usianya kira-kira sudah 60 tahun. Sepertinya dia bawa cucu, usianya kira-kira 7-8 tahun.
Selama perjalanan, ibu ini ngobrol terus sama saya. Bukan cuma itu, dia juga mengingatkan saya kalau di kereta banyak orang, harus perhatiin barang bawaan. Cucunya juga kadang main-main sama anak saya.
Anak saya perempuan baru mau genap 1 tahun. Ibu itu tanya-tanya anak saya umur berapa, kapan lahir, lahir di mana, berat badannya, bla bla bla, terus dia juga cerita tentang cucu dia.
Saya pikir dia cuma ajak ngobrol biasa, namanya ibu-ibu, duduk di kereta, kebetulan sama-sama bawa anak, yah ngobrol.
Dia juga tanya anak saya minum susu apa, seberapa sering, yah saya jawab aja.
Tapi entah kenapa semakin lama pertanyaannya semakin aneh… makin mendalam dan mendetil. Masa dia tanya anak saya lahir jam berapa? Saya pikir ini kurang bagus untuk orang lain tahu yah, jadi saya bilang saya lupa.
Terakhir, dia tanya anak saya siapa namanya. Yah saya kasih tahu nama panggilan anak saya, tapi dia tanya NAMA LENGKAP!
Di sini saya sudah semakin curiga. Merasa ada yang tidak beres, saya pun memberitahukan nama palsu.
Sebelum sampai stasiun, saya pamit ke toilet. Ibu itu malah menawarkan saya untuk menitipkan anak kepadanya. Dalam hati saya sudah sangat curiga. Saya ingin mencari tempat duduk di tempat lain, namun sudah penuh semua, jadi terpaksa saya kembali lagi duduk di samping ibu itu. Kelihatan sekali dia menunggu saya di kursi itu sampai saya kembali.
Turun di stasiun, ibu itu bantu saya bawa koper tanpa disuruh. Kita jalan bareng sampai pintu luar stasiun. Dia tanya apakah saya ada yang jemput. Saya bilang tidak… (padahal ada)
TIba-tiba, ibu itu mau gendong anak saya. Dia bilang terima kasih sudah menjaga "cucunya".
Saya langsung kaget. Saya bilang, "Ibu! Ini apa-apaan sih!?"
Anak laki-laki yang ikut di sampingnya pun, "Orang jahat! Kembalikan adik saya!"
Saya langsung syok anak kecil itu ngomong begitu. Banyak orang liatin saya, kirain saya culik anak. Tiba-tiba ada satu cewek datang, panggil nama anak saya (nama palsu yang tadi saya kasih tahu) dan bilang, "Duh kamu ke mana aja dari tadi ibu cari-cari! Ayo kita pulang!"
Dia ngotot mau gendong anak saya. Saya langsung naik taksi yang ada di depan gerbang, tapi ngerinya, wanita ini ikut naik. Dia tarik-tarik anak saya. Saya peluk anak saya erat-erat. Anak saya pun nangis.
Di tengah kekacauan seperti ini, pak supir juga gak berani jalan. Saya cuma bisa turun lagi dan menghadapi wanita itu. Mendengar tangisan anak saya, semua orang berhamburan keluar, kirain saya culik anak.
Anak kecil itu bilang, "Bu, kembaliin adik saya cepet! Kita mau pulang!"
Saya bilang, "Apa-apaan kalian!? Ini anak saya!"
Tangan dan kaki saya sudah bergemetar. Hati saya sudah dag dig dug, takut anak saya diambil sama mereka. Bagaimana pun, dua lawan satu. 
Tiba-tiba, ada orang yang manggil. Pas saya lihat, ternyata itu bapak sama ibu! Mereka datang jemput saya!
"Ada apa ini rame-rame begini!?", tanya bapak.
"Itu pak, mereka mau culik anak, bilang ini anak mereka!"
"Ini anak saya kok!", bela wanita itu. Saya tahu tanggal lahirnya, golongan darahnya, namanya….. dan lain-lain, semua ia sebutkan satu-satu.
Saya pikir, Astaga…. Itu kan yang tadi informasi tentang anak saya yang saya kasih tahu ibu-ibu itu di kereta. Saya pikir cuma sekedar ngobrol, gak nyangka bisa jadi seperti ini! Untung saya kasih tahu nama palsu anak saya.
"Kalau gitu, nama anak saya siapa?", teriak saya.
"Nadin!", sahut mereka.
"Bukan! Nama anak saya putri! Nadin itu nama palsu!", teriak saya.
Semua orang yang di sana, termasuk 2 wanita itu pun hanya bisa terdiam.
Saya langsung semprot, "Kalian ini masih punya hati nurani gak!? Bisa-bisanya ajak anak kecil untuk ikut bohong sama kalian culik anak orang! Dosa tahu gak!? DOSA!"
Mereka langsung diam gak berani ngomong sepatah kata pun. Saya langsung naik mobil didampingi ayah dan ibu saya lalu pergi.
Duduk di mobil, badan saya masih gemetaran. Air mata saya mulai bercucuran. Saya peluk erat-erat putri saya. Kalau saja ayah dan ibu tidak datang tepat waktu… bisa-bisa anak saya beneran direbut sama dua orang itu...
Setelah sampai di rumah, sudah agak tenang, kami langsung lapor polisi. Ternyata polisi juga bilang kalau akhir-akhir ini kerap terjadi penculikan anak. Mungkin ini adalah salah satu cara yang mereka gunakan, menargetkan ibu muda yang bawa anak, pura-pura dekat dan mencari kesempatan untuk mengambil anak ketika sang ibu tidak memperhatikan. Untung dari awal saya tidak pernah lengah melepaskan kedua mata dari putri saya.
Dengar-dengar belum lama ini juga ada kejadian anak diculik di pasar. Seorang ibu tua tak dikenal datang ke seorang ibu yang lagi bawa anak dan bilang, "Ternyata kamu di sini!" Tiba-tiba seorang pria tak di kenal seumuran ibu muda itu datang dan langsung menampar ibu muda itu dan mendorongnya.
"Udah tau anak sakit masih dibawa keluar!", bentak laki-laki itu.
Ibu tua itu pun langsung gendong bayinya yang ada di dorongan dan ngomel-ngomel, "Anak udah sakit gini masih dibawa keluar juga… Mana ada ibu macam ini!?"
Ibu tua itu bawa anak pergi duluan, sedangkan laki-laki itu masih di sana marahin sang ibu yang tidak tahu apa-apa dan tak berdaya menghadapi laki-laki sebesar itu seorang diri.
Terakhir, laki-laki itu naik motor lalu pergi. Ibu itu cuma bisa menangis kebingungan bilang anaknya diculik, tapi gak ada yang peduli. Orang-orang kirain itu cuma masalah keluarga, pasangan lagi berantem. Sampai beberapa saat kemudian baru tahu ternyata ada anak diculik. Anak itu juga kira-kira berusia 10 bulan.
Kalau didengar-dengar, saya gak nyangka kalau hal ini akan benar-benar terjadi pada saya. Sebagai orang tua, kita tidak boleh lengah. Kalau menjumpai orang tak dikenal yang tiba-tiba nyapa, sok kenal sok dekat, tanya-tanya hal yang kedengarannya aneh atau minta gendong anak sebentar, TOLONG JANGAN! Kita tidak akan pernah tahu apa maksud orang di belakang, untuk itu dengan mengantisipasi dan menjaga jarak adalah satu-satunya hal yang bisa kita lakukan.
---------------------------------------------------------------
Dapetnya dari grup WA. Sengaja saya share di sini supaya tetep inget dan waspada. Ngeri abessss..
0 notes
Photo
Tumblr media
#Repost @fiqihwanita_ with @repostapp ・・・ Ada yang merasakan sesuatu seperti di atas? Padahal Allah tau loh kalo kamu ini gak suka disakiti, tapi kenapa Allah mempertemukan dengan orang yang menyakiti berulang kali? Allah sangat tau kalo kamu gak suka menunggu, tapi kenapa malah terus-terusan dibuat menunggu? Allah juga tau kalau kamu itu rapuh, mudah mengeluh, tapi kenapa Allah beri masalah dan ujian yang selalu membuatmu menangis sendu? Allah tau bahwa kamu tidak mau diperlakukan seperti ini, tapi kenapa seakan-akan Allah sengaja dan membiarkanmu diperlakukan seperti itu? Karena Allah menyayangimu. Allah ingin membuatmu lebih mulia. Allah ingin membuatmu menjadi sosok yang lebih baik dan dewasa. Allah ingin membentukmu. Allah ingin menjadikanmu seseorang yang tidak biasa. Dan terkadang begitulah rasa sayang Allah yang tidak kita sadari :) Kita malah marah-marah, gak sabaran, kesel, gak terima. Padahal tanpa harus seperti itu pun Allah tau kalo kamu gak mau. Tapi Allah ingin kamu berproses menjadi seorang hamba yang benar-benar pantas Allah masukkan ke dalam surga, menjadi seseorang yang Allah pilih sebagai hamba terbaik di mata-Nya dan di mata manusia. Yakin gak mau dibentuk dan diproses sama Allah? 🙂 . . @ayumdaigo
0 notes
Photo
Tumblr media
0 notes
Photo
Bolelaaaa pan kapan dijajal~
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
PIZZA ROLL UPS
Follow for recipes
Get your FoodFfs stuff here
869 notes · View notes
Text
Barisan Sensitif
That’s meeeee...
Lagi gampang banget tertohok, tertujleb, tersindir, padahal belum tentu itu bukan ditujukan untuk saya. Hal apapun. Dari siapapun. Kapanpun. Lewat media appapun. Gawadh nggak seeeh... Buat saya sendiri rasa-rasanya gawat. Karena dasarnya udah moody, tambah ekstrem lagi deh tingkat bapernya. 
Berhari-hari akut banget bikin imajinasi sendiri tentang ini-itu. Berasumsi sendiri kenapa si A begini, si B begono, si C, dan seterusnya. Padahaaaalll belum tentu juga khayalan saya bener. 
Anggap aja ini karena lagi “isi” ya. Semoga nggak merusak hubungan apapun antara saya dengan siapapun. Mudah-mudahan saya juga bisa maafin hal-hal yang lagi nggak menyenangkan di sekitar saya. Dan semoga badai imajinasi ini segera waras kembali sebelum ada yang jadi korban, wkwk.
0 notes
Text
Dokter atau Bidan? (I)
Jadi, sebagai calon mamak yang baru mengandung anak pertama, pasti secara naluriah maunya kasih pelayanan termutakhir buat si dedek selama mengandung. Dari segi makanan, pola istirahat, kegiatan fisik, sampai urusan cari-cari tenaga medis, harus dari sumber valid dan yang terpercaya buat si bayi. Tapi ujung-ujungnya sih hasil googling (hahaha!). 
Ada sih buku-buku yang dibeli, karena lagi semangat banget cari info tentang janin yang baru nongol di rahim, tapi tetep aja informasi digital yang paling sering dipantengin hari-hari, wkwk..
Nah, soal cari tenaga medis yang cocok, saya berpatokan dari hasil forum-forum bumil di dunia maya. Menurut saya sih lebih bisa diandalkan aja karena rata-rata kan hasil curhatan pengalaman pribadi tentang dokter/bidan yang mereka pakai jasanya.
Saya, layaknya ibu-ibu hamil baru di luar sana, kekeuh dari awal (bahkan sebelum hamil) maunya lahiran secara normal. Otomatis saya langsung cari-cari nama dokter spesialis obgyn terpopuler seantero Depok. Yang dokternya perempuan dan pro-normal jelas. 
Eng ing eng…RS Hasanah Graha Afiah jadi rumah sakit paling sering disebut-sebut sama para bumil di forum. Dokter yang direkomendasiin adalah dr.Dewi Koos dan dr.Valleria, SpOg. Okeee, langsung lah saya dan suami meluncur ke sana untuk cek kehamilan pertama di akhir bulan September 2017 waktu itu, dengan pilihan dr.Dewi Koos, SpOg. 
Kesan pertama tentang rumah sakitnya (waktu itu masih pagi jam setengah depanan-an), masih lengang banget suasananya dan nyaman. Langit-langit rumah sakit yang lumayan tinggi bikin ruangan jadi nggak berasa pengap. AC juga nyala semua padahal masih pagi dan sepi begitu.
Saya dapet antrian nomor dua belas dan baru dipanggil masuk ke ruangan dokter sekitar jam sepuluh-an. Deg-degan asli. Maklum lah saya belum ada bayangan bakal diapain di dalem ruangan sama dokternya, haha. 
Tapi ternyata cek kehamilan perdana saya dengan dokter Dewi kurang berkesan. Alias belum ngerasa cocok. Menurut saya, dokternya terlalu terburu-buru menyampaikan penjelasan dan kurang informatif, kalau nggak ditanya ini-itu dokternya juga nggak kasih pesan/tips apa-apa. Sebelum masuk ruangan saya sempet liat jam tangan, dan pas keluar ruangan saya tengok jam lagi. Nggak sampai 10 menit saya ada di dalam ruangan. Buat saya sih bagi ibu hamil yang baru mengandung anak pertama harusnya bisa lebih informatif dong dokternya. Ini kayak…blasss aja tau-tau udah kelar :(
Suami juga berpendapat sama, akhirnya kita mau coba konsul sama dr.Valleria di kontrol berikutnya.
Sama dr.Valleria lebih enak sih. Lebih komunikatif dan nggak seburu-buru dr.Dewi. Tapi tetep sayanya (lagi-lagi merasa) kurang cocok. Kurang ngerasa ada bonding antara saya dan dokternya, tapi saya positive thinking aja sih waktu itu, mungkin karena baru pertama ketemu jadi dokternya juga nggak kasih perhatian lebih juga. Waktu konsul agak lebih lama sedikit. Lima belas menit di dalam ruangan.
Berhubung bingung mau coba dokter mana lagi, akhirnya kontrol selanjutnya masih dateng ke dr.Valleria, dengan mama saya. Biar bisa minta pendapat juga sama mama tentang dokter dan rumah sakitnya.
Naah pas kontrol ketiga inilah, saya mendadak berubah pikiran mau nerusin kontrol di sana. Kenapa?
1. Pas kontrol sama mama saya (waktu itu hari kerja), baru liat kali itu rumah sakitnya puenuuuuuhhh bangetttt di dalem sama pasien-pasien yang lagi berobat. Antrian yang jadi kurang teratur dan ruang tunggu yang padet banget jadi bikin engap. Belum lagi pasien-pasien orang dewasa juga bercampur baur sama anak kecil dan para bumil. Saya dan mama saya sama parnonya, takut ketularan penyakit aneh-aneh dari pasien lain saking nggak memadainya ruang tunggu waktu itu, hehe. Anehnya lagi, AC ruangan nggak dinyalain semuanya padahal udah menjelang siang. 
2. Tempat kontrol bayi yang baru lahir (kata mama saya kalau habis lahiran harus cek rutin bayinya di RS tempat kita lahiran), itu sangaaaat mengkhawatirkan. Polikliniknya nggak tertutup dan bercampur baur pulak sama pasien-pasien dewasa. Nggak di ruangan terpisah gitu, lho. Alias adanya di ruangan terbuka di ruang tunggu. Jadi udara yang bayi kita hirup rentan banget sama campuran virus-virus/bakteri dari sekelilingnya. 
3. Saya masih aja belum ngerasa ‘klik’ sama dokter Valle dan mama juga sependapat. Ditambah lagi dokternya punya jadwal yang super padet jadi ada kemungkinan besar pas lahiran (dengan proses normal), kalau dokternya lagi nggak ada di tempat/praktek di RS lain, kita akan ditangani para bidan selama tidak ada kondisi-kondisi yang mengharuskan ditindak oleh dokternya langsung. Dokternya sendiri juga mengakui, kok, ada kemungkinan besar seperti itu. Bagi sebagian orang, mungkin nggak masalah, sih. Tapi kalo saya ngarepnya sih, orang yang akan membantu proses lahiran saya, sebisa mungkin adalah orang yang tau kondisi kehamilan saya dari awal. Apalagi saya merasa selama ini udah bayar mahal-mahal nggak pake jasa asuransi (emak-emak perhitungan :p), masa nggak dispesialin? Hahaha~
4. RS terlalu jauh dari rumah, dan termasuk kawasan macet kalo udah lewat jam 10 pagi. Kalo untuk kontrol sih nggak apa-apa. Kalo untuk rencana lahiran normal, mendadak jadi kepikiran. Ini, sih, alasan terbesarnya untuk nggak lanjut ke sana.
5. Dokter Valle dan dokter Dewi sama-sama nya nggak terima BPJS, baik lahiran normal atau SC. Hmmmmm….(mikirin sayang duitnya mending buat beli perlengkapan bayi, kkkkk…)
Udah segitu  aja alasannya, mungkin tiap orang akan beda pengalamannya selama kontrol di sana. Banyak yang cocok, kok, kalo baca-baca di forum, pertimbangan dan standar orang kan beda-beda. Intinya mah, apa-apa dicoba sendiri dulu biar puas. 
Abis kontrol hari itu, makin galau lah sayaaaa mau pindah ke mana habis ini, huaaa….asli pusing sampe kebawa mimpi pas tidur -___-”
Nanti disambung part dua, karena tulisan ini aja udah kayak cerpen, wkwk. 
Babay!
0 notes
Text
Obat Hati
Jangan terusik dengan pendapat buruk orang lain,
Terlalu memikirkan pendapat orang lain hanya akan membuat kita lelah sendiri,
Yang namanya pencela tetaplah pencela,
Tidaklah diingat kebaikannya,
Sepertinya keburukan lebih sulit di lupakan,
Filosofi titik hitam pada kertas putih berlaku pada dunia nyata,
dimana seseorang lebih fokus kepada setitik hitam daripada luasnya kertas putih,
Jika hidup hanya memikirkan pendapat orang lain melihat titik hitam atau kertas putih kita,
Sepertinya hanya akan membuang waktu,
Lakukan saja apa yang kita yakini baik dan benar,
Tak perlu terusik pendapat orang lain,
Asal kita yakin dipihak yang benar, Perjuangkan!
Asal kita yakin ini jalan yang benar, Lanjutkan!
Asal kita yakin Allah ridho, Lakukan!
Urusan pendapat orang, itu belakangan
Karena kita tidak dihisab dengan pendapat orang lain,
Kita hanya dihisab sesuai dengan apa yang telah kita perbuat dan kita persangkakan kepada Allah,
Jika kita hidup hanya memperjuangkan pendapat baik dari orang lain,
Seperti nya terlalu banyak waktu yang tebuang sia-sia,
Jangankan kita,
Rosulullah manusia paling mulia saja tidak luput dari gunjingan dan hinaan
Apalagi kita?
Ya, ngga?
Sudahlah,
Hidup itu sederhana,
Berbuat yang benar lalu berprasangka baiklah kepada Allah, Itu saja
Semoga bermanfaat
@sebarisnama_ #fiqihwanita_
(Dapet dari instagram, akun favorit @fiqihwanita_ , qadarullah selalu dapet solusi dari Allah di waktu yang bener-bener tepat lewat akun ini T.T)
0 notes
Video
undefined
tumblr
Kinoy.
Persian boy.
0 notes
Text
28 y.o
Pernah punya blog tapi akhirnya lupa password bahkan sekarang udah lupa pake akun Google yang mana (maapin anak alay ini yang rame banget akun emailnya, kkkk~). 
Dulu isinya curhatan, sekarang pun akan tetep sama kayaknya, haha. Dan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri, akhirnya saya putuskan untuk memulai tulisan (baca: curhat) lagi di tanggal 28/12/17 ini. 
My birthday! Yeay!
Gak ada yang spesial sih sebenernya di hari yang kata orang-orang spesial ini. Sejak merit, dan belajar bareng-bareng sama suami tentang makna ulang tahun dari segi agama (caelah), saya udah gak terlalu “nandain” tanggal lahir lagi. Tapi tetep sih, belum bisa 100% mengabaikan adanya hari ulang tahun ^^v
Diucapin syukur...nggak ya nggak apa-apa. Tapi kalau sama keluarga dan temen-temen yang bener-bener deket sih masih ngarep diucapin sebenernya, hahaha...gimana sih. Yaa sebagai manusia moody, labil dan masih sambil belajar, saya emang belum bisa 100% blassss lewatin gitu aja momen-momen beginian. Ngerayain sih nggak, makan-makan juga nggak, cuma sekedar inget aja kalau di tanggal sekian saya bakal nambah dari segi angka, berkurang dari segi kesempatan nafas di dunia (uuuu berat dah).
Dan hari ini, di tanggal 28 Desember 2017, saya resmi berubah menjadi calon emak berusia 28 tahun. 28th on 28th.
Alhamdulillah, di usia ini saya (insya Allah) akan ngerasain perubahan siklus hidup signifikan tahap dua : menjadi seorang ibu. Btw, tahap satunya pas berubah status jadi istri seorang lalaki, wkwk. Dan saya anggap adanya manusia kecil di dalam perut ini sebagai kado paling cucok dari Allah tahun 2017 ini. Sebagai kado pernikahan tempo hari dan sebagai kado ulang tahun saya sendiri. Nggak perlu lagi kado dari orang lain, karena ini udah jadi gong-nya kado. (Tapi kalau ada yang mau kasih kado juga nggak nolak seh.)
Ya udah, sekian dulu opening yang super receh ini, next mungkin saya bakal berisik soal perjalanan kehamilan selama lima bulan terakhir ini, heuheuheu~
Bye!
0 notes