Text
Nyatanya tidak pernah ada tahun kelima. Yang ada hanya kebahagiaan yang abadi bagimu, nak di Surga.
Ibun bersyukur Allah mempercayakan ibun untuk menjadi orang tua Nawa… Ibun sangat bersyukur bisa menjalani hidup sama Nawa…
24 Mei dalam kenangan :)
6 notes
·
View notes
Text
Diriku akan terus berusaha melihat segala dengan lebih dekat dan seksama, agar bisa bijaksana memaknai luas kasih sayangNya :).
3 notes
·
View notes
Text
Seorang perempuan berjalan di antara fana dan baka
Di pelintasan qadar ia terus berkelana
Membawa hatinya yang risau dan bibirnya yang berceracau
Berhenti langkahnya disana, berkelakar dulu dengan semesta
Bercakap-cakap dengan jiwanya di pusara
Hidupnya masih misteri, ujungnya tak diketahui
Kerap cahaya menaungi turut mengawaninya kembali
Kini ada yang mulai ia pahami tentang hanya Tuhan Yang Maha Mengerti
2 notes
·
View notes
Text
Sebagai seorang ibu, prestasi sekecil apapun dari anak kita adalah sebuah kebanggaan yang amat membahagiakan, bukan? Hal ini pula lah yang selalu aku tuturkan pada diri, “adakah kebahagian yang lain saat ini setelah si buah hati berhasil meraih Surga sebagai jaminan pasti?” "Apakah ada prestasi lebih tinggi daripada itu?" Kabar gembira ini yang kerap jadi energi, meski tetap saja rindunya tak bertepi. Walau saat mengangkat tangan ucap sering terjeda karena tercegat di tenggorokan, aku tak pernah berhenti meminta padaNya agar nanti bisa memeluknya lagi, berkumpul bersama di tempat yang tiada lagi sendu dan pilu... 19 Maret 2024
2 notes
·
View notes
Text
Semakin bertambah umur, semakin saya menyadari hakikat sebuah proses. Biarkan hasil menjadi hak Tuhan, entah bagaimana bentuknya, itulah takdir yang sudah ditetapkan. Jadikan proses sebagai sebuah langkah perubahan untuk menunjukan itikad perbaikan, tidak peduli cepat atau lambatnya karena pada setiap orang itu berbeda. Toh nanti Tuhan tidak bertanya tentang "Apa hasil yang kita dapatkan" tapi Tuhan akan menilai kita dari "Bagaimana proses yang sudah kita lakukan".
Keep Moving Forward :)
8 notes
·
View notes
Text
Aku ikhlas Allah, tapi Izinkan Aku Menangis…
Hampir setiap hari hujan. Sangat membantu ku sembunyikan kepiluan. Di awal aku berupaya meyakinkan diri bahwa aku kuat, meski kadang terkesan muslihat. Ternyata aku keliru. Hari-hari menantang justru dimulai setelah rumah kembali dalam mode normal. Melakukan kembali rutinitas yang tak utuh karena ada kebiasaan yang tak bisa diulang. Inginku menggulung kenangan, aku malah tenggelam dalam khayalan. Ku peluk erat-erat rindu, ku tanam lagi harapan. Ku kukuhkan jiwa; ini bukan perpisahan… Kita punya tujuan yang sama, tapi tak bisa mencapai finis bersama-sama. Tentulah sedih itu ada. Dia telah melaju lebih dulu, terpilih sebagai juara pertamanya. Terasa olehku mahalnya Surga itu…
Aku sadar perlahan diri akan terbiasa, meski rasa ku tak lagi padu. Mari tidak memaksakannya tapi melewatinya satu per satu. Walau aku tahu sendunya tak kan pernah bisa hilang. Sesering ingatanku memantulkan gambarannya dari pikiran dan tak bisa dikendalikan.
Kata temanku, perbanyak saja kabar bahagia tentang dirinya. Berkunjunglah ke pusara. Lalu sinambungkan doa. Agar lara jadi gembira, agar dzikir jadi cahaya, agar derma jadi lentera. Agar tetap terhubung melalui jalur langit, ku kirim puisi berbait-bait. Aku kini merasa harus lebih berhati-hati pada hidupku. Untuk sisa usia jangan sampai berlalu sia-sia. Aku ingin memantaskan diri untuk memasuki Baitul Hamdi. Tempat bagi yang diuji tapi tak henti memuji.
Aku manusia biasa yang tidak ada istimewanya “Aku ikhlas Allah, tapi izinkan aku menangis…” Lirih hatiku bertutur saat rindu tak terbendung. Rumah, 7 Februari 2024
9 notes
·
View notes
Text
Ada yang Mulai Rindu
Ada yang mulai rindu. Ada yang mulai tersedu. Adalah anak pertamaku, Ara. Ara memang lebih pendiam dibanding almarhum adiknya. Dia lebih banyak menunjukkan sesuatu lewat sikap bukan kata-kata. Pekan ini, setelah aktivitas sekolah dimulai, tujuh harian selesai, rumah yang tadinya masih cukup ramai kini kembali dalam kondisi normal, hanya lebih sepi dari biasanya. Ara tiba-tiba pusing beberapa hari, Alhamdulillah tidak demam. Sempat izin sehari tidak masuk karena lemes banget katanya. Saya minta Ara istirahat lebih banyak, tapi dia ingin pinjam hp saya untuk lihat sesuatu. Sambil tiduran itu ternyata dia sibuk nyecroll foto dan videonya bersama almarhum adik, sambil senyum-senyum sendiri. “Ara kangen ya…?” tanya saya. “Ngga”, masih mengelak. Sejak kepergian adiknya, teman terbaik dalam hidupnya, Ara memang lebih banyak diam, masih beradaptasi. Kami semua juga. Saya selalu bilang ke Ara..”Uni, kalau uni kangen, mau nangis, atau mau ngeluarin semua yang uni tahan-tahan di dalam sini (sambil pegang dadanya) itu ngga papa Nak…, Uni bisa cerita sama ibun. Ibun juga kok, kalau tiba-tiba kangen atau apa, ibun bilang ke ayah. Biar keluar dan lega…”. Ngga lama abis itu, duar…. “Iya, Ara kangen adik…” :’ Kami pun berpelukan.
Sejak kecil mereka selalu main berdua. Apalagi sejak adiknya sakit, Ara sangat menjaga adiknya, terlebih perasaannya. Nemenin adiknya main di rumah. Mereka sering menghabiskan waktu ketawa haha hihi untuk jokes anak kecil yang kadang tidak saya mengerti. Hari-hari ini saya berusaha memposisikan diri untuk mengisi kekosongan itu, menjadi teman main yang intens agar Ara kembali bergairah, ternyata tidak mudah. Ada hal yang tidak bisa dilakukan orang dewasa seperti saya. Ya, kita sama-sama menyesuaikan diri lagi ya Uni... Kemarin Ara mimpi adik, ceritanya. Ini membuatnya lebih bersamangat berangkat sekolah. “Uni, nanti kalo mimpi lagi, sampein salam ibun buat adik ya..” canda saya. Ternyata semalam mimpi lagi, katanya. “Tadi Ara mimpi adik, salamnya ibun udah Ara sampein..” MasyaAllah…. Setiap sholat, sekarang Ara nambahin doa “Ya Allah semoga nanti kita kumpul lagi di Surga…”. Aamiin… Rumah, 11 Januari 2024
33 notes
·
View notes
Text
Ya Allah Ya Rabb…
Aku pernah bersimpuh di hadapanmu, mengakui kekerdilan diriku, juga atas bodoh nya yang tidak tahu harus berbuat apa. Tapi lisan dan hati ku tak henti meminta agar semua mengarah pada yang lebih baik, agar anakku kuat dan bahagia.
Saat Kau panggil pulang ia,
berat sungguh lara yg ku pikul,
melebur dengan penyesalan yang tiada usai. Apakah ini terjadi karena aku lalai dan abai..?
Rasa kecewa dan berang pada diri sendiri karena tak tegas dalam bersikap, tak tajam menangkap isyarat, bahwa anak tersayangku tengah menahan sakit yang teramat. Remuk hatiku rasanya.
Tapi Allah…
Di tengah rasa bersalah itu, aku bersyukur telah menghabiskan waktu dan membuat kenangan manis bersama sebelum kepergiannya. Bolehkah kenangan ini saja yang abadi dan ingatan yang perih engkau cabut saja Allah..? Biar ia terkubur bersama takdir yang aku lalui, agar ikhlasku tak tercederai. Sungguh hanya Engkau saja yang tahu kecamuk hatiku.
Kemudian ku sadari...
Sebuah hikmah di balik ini,
Dorongan hati yang semakin tinggi untuk nanti bertemu lagi, berkumpul bersama di SurgaMu.
Meski amal-amalku kini masih berserak, mampukan aku Allah untuk menautkannya. Satukan kami lagi dalam ridho dan sayangMu
Allah, sampaikan salam rinduku pada lentera hatiku, anakku, Nawa :’)
“Nak, ibun kangen… Maafin ibun, maafin ibun…”
Serang, 1 Januari 2024
3 notes
·
View notes
Text
Dua minggu berlalu, tepat setelah CT Scan evaluasi, tindakan kemoterapi untuk sementara dihentikan. Kami fokus mengakurasi ulang diagnosis sembari merencanakan langkah ke depan dengan segala kemungkinannya. Ada sesuatu yang tidak biasa terjadi, hingga namanya menjadi agenda rapat khusus oleh tim dokter konsultan dari berbagai poli yang terus saling berkoordinasi dengan kami sampai hari ini.
Hasil pertemuan sudah keluar. Kami berhak memberi pertimbangan untuk mengambil keputusan. Kami akan menunggu hasil review ulang PA, berharap ada jalan lebih terang dari sana. Semoga tak lama.
Keadaan ini jelas bukan yang kami harapkan setelah pengobatan dilalui berbulan-bulan. Tapi lagi-lagi, ikhtiar memang tidak pernah jadi faktor penentu satu-satunya, pasti ada campur tangan Allah dan goresan takdirNya yang tak bisa diduga. Kami harus mempersiapkan diri untuk itu. Sungguh, tidak ada yang bisa kami andalkan selain bergantung hanya padaNya selalu.
Kami menyayangi Nawa, tapi Allah paling besar cintanya…
-di rumah kembali, 14 Desember 2023
1 note
·
View note
Text
Mba Tumblr, entah kenapa hari-hari ini, setiap menggendongnya seketika memori empat tahun silam muncul dalam ingatan. Bayi gembul nan mungil memulai MPASI dengan penuh gairah, aroma tubuhnya khas wewangian manusia tanpa dosa. Kenangan yang indah.
Kalau boleh jujur, aku rindu sekali masa itu. Tapi waktu tak bisa mundur, aku tetap harus menyulam syukur atas kasih sayangNya yang tak terhitung.
Maaf ya Mba Tumblr, aliran rasaku disini masih lebih banyak sedih-sedihnya. Sebenarnya aku sudah di fase “jalani aja”, tapi aku tetap harus memberi hak hatiku untuk melepaskan sesaknya. Aku ternyata tak sekuat itu. Tapi aku tetap menaruh keyakinan bahwa bagaimanapun keadaanya, ini adalah kondisi terbaik yang sudah Allah persiapkan jauh sebelum kelahirannya.
Aku minta padaNya, agar Allah jadikan ia kuat dan bahagia. Kalaupun ada tindakan-tindakan yang harus ia terima, semoga tidak sampai menyakitkan yang teramat sakit.
Kadang ingin aku bertanya, “capek, nak…?”. Tapi urung. Pertanyaan macam apa itu. Allah telah memilihnya, Allah pasti menjaganya. Sangat mungkin aku keliru, karena apa yang tampak baik dalam pandangan dan inginku bisa jadi tidak baik menurut Allah, dan apa yang terlihat tak baik dalam pandangan dan ingin ku, justru itulah yang baik menurut Allah. Allah Maha Mengetahui, sedang aku tidak tahu apa-apa.
10 notes
·
View notes
Text
Dear Nawa, buah hatiku..
Kita sekarang buta tentang apa yang akan terjadi di kemudian hari
Kita sama sekali tidak tahu akan sepanjang apa episode ini kan dilalui
Saat kita mencoba memprediksikannya, Allah selalu memberi kejutan tak terduga disertai pertolonganNya yang tak terkira
Kita hanya bisa yakin bahwa Allah sedang melatih kita menghadapi masa depan dengan cara yang tidak biasa, membentangkan jalan amal tuk menyicil mahalnya tiket ke Surga
Sekalipun tampaknya takkan sanggup, Allah pasti akan memampukannya.
Tak apa ya nak, jika masa bermain di usia dini mu ini tak banyak. Allah sedang mengajak mu lebih cepat memahami hidup yang memang bukan untuk bersenang-senang tapi berpayah-payah, dengan setiap ikhtiar yang kita niatkan sbagai ibadah.
InsyaAllah kelak ketika kita sudah bisa mengatur nafas kembali, perjalanan ini akan kita kenang sebagai cerita yang takkan terlupakan.
Kami sangat mencintaimu, nak… Sebagai titipan Allah yang harus kami jaga lahir batinnya
-titik kumpul, 30 Nov 2023
9 notes
·
View notes
Text
Saya pikir saya sudah cukup kuat. Tapi dibanding awal, saat ini saya jauh lebih siap. Setiap tulisan atau cerita yang dibagi sudah bisa dibawa dengan lebih santai sambil tetap menata hati. Tadinya saya berniat mengedit potongan video perjalanan pengobatan anak saya, sama sekali bukan untuk menarik simpati tapi ingin mengingatkan lagi para ibu terutama diri saya sendiri untuk tidak pernah berhenti bersyukur atas bagaimana pun kondisi sang buah hati. Disadari atau tidak, hari bertumbuhnya pasti selalu tentang berjuang. Jika bukan kita yang dijadikan tempat istirahatnya, lantas kemana lagi ia hendak pulang?.
Beberapa video sudah terhubung. Narasinya sudah tersambung. Singkat. Tak sampai satu menit. Tapi akhirnya saya urung. Untuk ini ternyata saya belum siap. Videonya saya hapus. Saya memilih menulis saja disini.
3 notes
·
View notes
Text
Hari-hari ini, menjadi benar terasa begitu sulit. Bahkan sekedar berpihak pada yang benar saja dianggap aneh. Selamat memasuki satu episode akhir zaman…
0 notes
Text
Tidak perlu instrumen musik klasik, tidak harus ada puitisasi. Cukup mendengar suara nafasnya, menatap teduh wajah letih dalam tidurnya, sebagai ibu kita akan diajak berintrospeksi dengan itu. Segala cerita dan kisah bersama anak di masa lalu seketika muncul satu per satu. Kenangannya membuat haru, dada sesak sesaat, lalu sesal datang bertamu. Untung saja Tuhan tak pernah memberi batas waktu agar diri menjadi lebih baik dan terus belajar menjadi “ibu”. Aku kira aku kuat, ternyata anakku lebih kuat
11 notes
·
View notes
Text
Merasa beruntunglah jika kita tidak tahu tentang aib orang lain. Jika terlanjur tahu, menahan diri untuk tidak berprasangka tentu bukan hal mudah. Apalagi sampai berspekulasi, dosa justru datang menghampiri. Menjadi tidak tahu tidak selalu berarti rugi… ;)
9 notes
·
View notes
Text
Salah satu bentuk kebaikan Allah padaku adalah Allah telah mempercayakan aku untuk menjadi ibu dari dua bidadari ini. Adakah lagi alasan untuk aku tidak percaya diri? . Dengan segala kurangnya, jelas aku bukan ibu yang sempurna, tapi Allah memantaskannya. Dengan segala kurangnya, aku hanyalah ibu yang masih suka berpura-pura.
4 notes
·
View notes
Text
Dari Palestina aku belajar, keikhlasan-ketabahan-dan berbaik sangka dengan semua ketetapanNya turut menjadi syiar yang menyentuh lembut jiwa-jiwa agar kembali pada fitrahnya. Dari keteguhannya, kita terkagum akan iman. Rasa penasaran menggiring kita pada Alquran lalu syahadat pun menggema di seantero dunia. MasyaAllah
4 notes
·
View notes