Text
Belakangan, saat lelah dengan dunia. Aku kembali membuka dan membaca Qur'an awal juz 20. Qs. An-naml ayat 60-64. Lanjut membaca terjemahan nya. Aku selalu terpaku pada terjemahan di setiap akhir ayatnya. "Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain?" Allah mengulangi hingga 5x disetiap penghujung ayatnya
Seakan sedang berbicara kepada ku, Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain dihati mu? Jika tidak, sebenarnya ridho siapa yang sedang kau tuju?
Sebelum tidur;04022025
179 notes
·
View notes
Text
Jenuh
Mungkin kita semua perlu rehat sejenak dari tulisan dan sajak berbau perasaan dan jodoh. Sebab banyak dari kita yang awalnya tidak terlalu peduli dengan perasaannya, tidak risih dengan status singlenya, tidak khawatir dengan rasa cintanya, tapi menjadi terbawa suasana karena lini masa yang terus menyajikan postingan tentang tema itu.
Barangkali kita lupa, bahwa perasaan kalau makin diturutkan, dia bukan lagi fitrah. Tapi nafsu. Semakin kita membaca yang galau galau, maka kita yang tadinya tidak galau, akan ikutan galau. Makin kita stalker akun yang bikin baper, maka makin baperlah kita.
Ingat, menjaga perasaan itu harus totalitas. Kalau tidak mau galau ya jangan follow yang galau galau. Kalau tidak mau baper ya berhenti stalker akun yang bikin baper.
Belum lagi buku buku yang beredar di toko buku. Semua membahas virus merah jambu. Membahas jodoh. Membahas pacaran halal setelah menikah.
Seakan akan Islam hanya tentang itu aja.
Bukan menafikan tidak ingin menyempurnakan separuh agama, atau seakan akan tidak punya perasaan. Bukan. Tapi tidakkah kita malu dengan Allah jika hidup kita isinya hanya tentang jodoh? Seakan dengan berkoar koar maka jodoh akan mendekat,
Mungkin kita semua sama sama lupa, yang dekat itu kematian. Bukan jodoh.
Masih banyak sekali ilmu ilmu yang perlu kita upgrade untuk diri kita tentang agama ini, sayang. Masih sedikit sekali bekal kita menghadapi kehidupan sebenarnya nanti. Kita masih terlalu sombong untuk bisa menamatkan buku berbau jodoh tapi tak satupun buku Fiqh atau Aqidah yang terbeli dan tertamatkan. Kita masih terlalu bangga dengan likes atau tulisan kita tentang jodoh sementara tidak satupun ternyata dari tulisan itu yang menjadi amal jariyah untuk bekal kematian kita.
Tidak mesti yang tebal tebal kalau tidak sanggup. Toh saat ini ada yang ringan untuk kita pemula. E-book pun banyak.
Percayalah, hati kita itu sedang sakit. Sedang jenuh dengan pembahasan dan tulisan yang itu itu saja. Jodoh tidak akan datang dengan kita galau galau dan mengemis perhatian di dunia maya. Jodoh pun tidak akan segera datang dengan tulisan kita.
Biarlah itu urusan Allah mendatangkannya pada kita. Entah besok atau suatu saat. Entah di dunia ini atau di dunia nanti. Mana pula kita punya hak mengatur ngatur Allah.
Apalagi kita para perempuan, sudahilah menyebarkan kode kode mau nikah itu. Malu sama Fatimah.
P.S : Lola nulis ini bukan berarti lola merasa suci dari hal hal galau yang begituan. Lola pun pernah menulis tentang jodoh dulu tapi, butuh proses untuk berubah seperti ini. Seiring berjalannya waktu, seiring datangnya nasihat, salah satunya nasihat dari @rahimisnanalhilman , kritikan dari kakak kakak lainnya dan limpahan ilmu dari Allah, kita paham adakalanya perasaan tidak perlu diumbar umbar. Cukuplah kisah Fatimah menjadi teladan kita sebagai perempuan saat ini.
Wallahua’lam, mohon dibukakan pintu maaf atas tulisan yang lancang ini.
472 notes
·
View notes
Text
Tersentap dengan ayat ni :
"Kita sebenarnya tengah beratur tunggu kematian, cuma belum tiba giliran kita."
11 notes
·
View notes
Text
Dua Kebiasaan yang Penting Sebelum Menikah
Ada dua kebiasaan yang menurut saya penting buat mulai dibiasakan sebelum memutuskan berumah tangga; 1) Biasakan untuk mengembalikan barang setelah menggunakan, dan 2) Kalau lihat sesuatu yang nggak seharusnya (lantai kotor, ruang tamu berantakan, dsb), segera ambil tindakan.
Berumah tangga itu tidak sesederhana berbagi peran, 'ini tugasmu, ini tugasku', tetapi juga tentang bagaimana membangun kesadaran bersama bahwa, untuk mencapai tujuan bersama, rumah tangga yang harmonis misalnya, wajib didasari kepekaan dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkannya. Setiap anggota keluarga.
Jika setiap anggota keluarga, tersekat pada tugas dan tanggung jawabnya masing-masing tanpa adanya kesadaran dan kepedulian untuk membantu satu sama lain, harmoni dalam rumah tangga tidak akan tercapai. Begitulah yang Umi ajarkan.
Kenapa dua aktivitas tersebut menurut saya penting?
Mengembalikan barang ke tempat asalnya tidak hanya soal menjaga nilai estetika rumah, melainkan ada makna mendalam tentang tanggung jawab dan kepedulian. Ketika kita memahami bahwa setiap barang memiliki tempatnya, kita belajar bahwa segala sesuatu di dunia ini bekerja dengan harmoni ketika berada pada 'fitrahnya' atau posisinya yang semestinya.
Saat sesuatu keluar dari fitrahnya, ia sering kali menjadi penyebab kekacauan atau kerusakan. Contohnya, barang yang tidak dikembalikan bisa mengganggu kenyamanan, menciptakan kekacauan, dan memicu konflik kecil dalam rumah tangga. Hal ini bisa menjadi pengingat bahwa kealpaan kecil dapat berdampak besar jika tidak segera ditangani.
Lalu, kebiasaan segera bertindak saat melihat sesuatu yang tidak semestinya adalah sebenarnya untuk meningkatkan kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini saya rasa penting, karena berumah tangga bukan hanya soal “melakukan tugas yang sudah ditetapkan”, tetapi tentang berkolaborasi untuk menciptakan kenyamanan bersama. Ketika kita terbiasa mengambil inisiatif, menunjukkan bahwa kita peduli terhadap kebutuhan setiap anggota keluarga.
Pada akhirnya, pelajaran utama dari kedua habit di atas adalah bahwa harmoni rumah tangga tercapai bukan melalui pembagian tugas yang kaku, apalagi melekat dengan gender, big NO, tetapi melalui sikap proaktif, kepedulian, dan rasa tanggung jawab bersama. Membangun kebiasaan seperti ini sebelum menikah adalah hal yang sangat berharga nantinya, menurut hemat saya.
Kebiasaan sederhana tapi punya pelajaran yang mendalam bukan? ^^ Oiya, tulisan ini saya buat random aja, baru balik ngadep monitor pengen nulis ini aja sebagai pengingat dan agar terus isqtiqomah menjalankannya :D
306 notes
·
View notes
Text
Permakaman
Beberapa waktu yang lalu ada kerabat yang meninggal dan akan dimakamkan di permakaman tak jauh dari rumah. Suasana agak gerimis dan proses pemakaman akan dilakukan di malam hari. Singkat cerita, kami sudah di permakaman. Memang nasihat terbaik itu adalah kematian. Aku sebagai orang yang berdiri tak jauh dari liang lahat, menyaksikan mayit mulai ditimbun tanah tiba-tiba kepikiran untuk melihat jam tangan, waktu menunjukkan pukul 21.20 WIB. Proses pemakaman ini mungkin akan selesai sekitar 20 menit lagi.
Aku jadi teringat bahwa mayit akan mendengar dari kubur sana langkah kaki terakhir orang dari kuburannya, kemudian setelah itu akan datang kedua malaikat. Aku kembali melihat jam tanganku, bergidik. Berarti beberapa saat lagi, itu akan terjadi. Benar-benar tidak akan lama lagi. Waktu bergulir dan proses pemakaman sudah selesai. Satu per satu orang meninggalkan permakaman tersebut.
Di dalam kepalaku masih berpikir tentang apa yang akan terjadi di alam kubur sana, tak mampu membayangkan betapa ngerinya jika ternyata kita mengetahui bahwa amalan kita tidak cukup baik, dan akan betapa bahagianya kita jika ternyata kemudian kita berhasil melewati fase itu dengan baik dan dilapangkan kubur kita.
Aku menoleh ke belakang sekali lagi, melihat area kuburan baru yang baru saja selesai. Dan keadaan mulai sepi, orang-orang meninggalkan tempat itu. Saat kemudian mereka pulang kembali ke rumahnya dan mungkin akan tidur karena malam sudah mulai larut. Hal besar terjadi di dalam kuburnya. Sesuatu yang nanti kita akan alami sendiri.
Aku tak bisa membayangkan itu semua kecuali rasa takut yang kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Nasihat terbaik memang kematian. Sehingga sekarang bagaimana sebaik mungkin mengumpulkan kebaikan yang semoga bisa menjadi bekal yang cukup buat kita di kehidupan setelah dunia. (c)kurniawangunadi
152 notes
·
View notes
Text
girls dont slow down
continue studying, arabic, grammar, quran, tafsir, aqidah, anything and everything that interests you
from one educated woman, so much can change.
and as great as secular education can be, we are in desperate need of women with strong, pure aqidah. Allah always helps those with a pure niyyah.
362 notes
·
View notes
Text
Oh Allah, please forgive me for worrying, while knowing you always make a way.
844 notes
·
View notes
Text
Dan nama-Nya terhapus, dari hati yang lebih sering menyebut, mengingat, dan meresapi nama-nama manusia lainnya.
— Senior, kakaknya seorang teman
"Dan kebiasaannya menyembah selain Allah mencegahnya (untuk melahirkan keislamannya), sesungguhnya dia (Balqis) dahulu termasuk orang-orang kafir."
— Al-Qur'an, 27 : 43
31 notes
·
View notes
Text
Umar ibn Khattab رضي الله عنه said:
“I am not worried about whether my dua will be responded to,but rather I am worried about whether I will be able to make dua or not. So if I have been guided to make dua, then I know that the response will come with it.”
[Al-Awayishah p. 117]
8 notes
·
View notes
Text
Mensyukuri Ketidaknyamanan
Pernah nggak berpikir bahwa rasa tidak nyaman adalah suatu hal yang seringkali luput untuk kita syukuri?
Kenapa? Karena terkadang, dari rasa tidak nyaman itu, kita jadi tahu ada sesuatu yang salah atau harus segera diperbaiki. Dari ketidaknyamanan pula, kita bisa melihat bahwa ternyata hati kita belum "buta" dan "mati" akan sebuah pertanda atau peringatan.
Tidak nyaman kalau belum segera menunaikan solat. Berarti kita masih sadar kalau menunda solat bukan sesuatu yang baik, apalagi meninggalkannya.
Tidak nyaman saat melakukan suatu dosa atau kesalahan. Berarti kita masih sadar itu bukan perkara yang bagus untuk kita lakukan.
Tidak nyaman saat menyadari sudah membuang-buang banyak waktu buat sesuatu yang tidak penting seperti menggulir media sosial. Berarti kita masih sadar kalau waktu sangatlah berharga untuk kita habiskan pada sesuatu yang tidak membawa manfaat sama sekali.
Masih diberikan rasa tidak nyaman, gelisah, khawatir, dan takut saat melakukan sesuatu itu sebuah tanda dari Allah bahwa Dia masih menginginkan kita untuk berubah. Bayangkan saat Allah mencabut semua perasaan itu. Dia tidak lagi peduli kita melakukan apa saja. Semua kegelisahan itu seakan menjadi sebuah alarm, untuk mengingatkan kita apa yang sebaiknya tidak, dan harus kita lakukan.
Semoga kita tidak menjadi golongan orang-orang yang Allah cabut rasa ketidaknyamanan ini. Semoga Allah tidak membuat kita menjadi seseorang yang mati rasa dan buta hati pada segala hal yang hanya akan menjerumuskan kita pada keburukan.
@milaalkhansah
160 notes
·
View notes
Text
“A house doesn’t become a home until love moves in.”
— Faraaz Kazi
10K notes
·
View notes
Text
Habis baca komenan seseorang di Instagram:
Kalian tahu kenapa Allah menciptakan akhirat? Karena di dunia nggak ada keadilan.
What a deep words.
310 notes
·
View notes
Text
قال الإمام أحمد -رحمه الله-
«تركت رضى الناس حتى قدرت أن أتكلم بالحق»
[«سير أعلام النبلاء» (34 / 11)]
Imam Ahmad bin Hanbal said: “I abandoned (seeking) the approval of the people so that I can be capable of speaking the truth.”
498 notes
·
View notes