yellowtulipbulbs
Geschichte.
30 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
yellowtulipbulbs · 3 years ago
Text
Stranger at a Bus Stop
Tumblr media
A short story about him, the guy that always waits alone at a bus stop. Short meetings that filled with random conversations and stories.
Kesendirian
Rasa Lama
Buku/Lagu/Film
Malam Tahun Baru
Kenyamanan
Lara
Angan
Disclaimer: these stories are actually part of 7 days writing challenge that I joined on twitter. each day had different themes, hence the topics were random. The reason why I also posted here is just for archiving purpose. 
2 notes · View notes
yellowtulipbulbs · 3 years ago
Text
Stranger at a Bus Stop (7/7)
Tumblr media
Kosong. Lagi.
Sudah hampir sebulan dan tempat itu sekarang selalu kosong.
Harusnya aku sudah bisa menebak bagaimana cerita ini akan berakhir.
Ternyata memang definisi pergi kita saat itu berbeda.
Sekarang aku tau maksud dia saat itu, tentang dia yang tidak ingin aku merasakan hal yang sama.
Rasanya berharap. 
Berharap dengan kecil kemungkinan harapan itu akan terwujud.
Tenang, Dan.
Aku memang sekarang merasakan hal yang sama tapi mungkin berbeda dengan kamu dulu.
Aku memang berharap, tapi tidak berharap seperti kamu dulu.
Aku berharap supaya kita tidak akan bertemu lagi di halte ini.
Aku berharap agar tempat itu tetap kosong setiap aku datang ke halte ini.
Aku lebih ingin agar kita bertemu lagi di luar halte ini.
Karena halte memang tempatnya orang pergi dan berpisah, jadi mari kita menjauh dari tempat ini.
Aku lebih ingin agar kita bertemu layaknya teman lama yang sudah lama tidak berjumpa.
Layaknya teman yang dulu sempat berjalan bersama walaupun pada akhirnya memang pasti berpisah karena tujuan yang berbeda.
Jika memang kita sudah tidak bisa bertemu lagi di semesta ini, tidak ada salahnya untuk berangan kalau kita masih bisa bertemu di semesta yang lain kan?
Sampai bertemu lagi, Dan.
Entah kapan itu 'lagi' dan entah dimana kita akan bertemu.
See you again.
0 notes
yellowtulipbulbs · 3 years ago
Text
Stranger at a Bus Stop (6/7)
Tumblr media
"Hai Dan"
Begitu sapaku ketika bertemu dengan dia lagi di halte. Oh iya, setelah melewati beberapa percakapan acak dan aneh, akhirnya aku sudah tau siapa namanya.
Dani. 
Lelaki aneh yang selalu duduk sendiri di halte karena ingin mencari bagaimana rasanya dulu berharap. Impresi pertama ku ke dia adalah aneh. Setelah kenal pun tetap aneh. Namun aku akui dia adalah teman ngobrol yang baik, lumayan setidaknya membuat waktu menunggu di halte menjadi tidak semembosankan itu.
Seperti biasa, aku akan duduk di sebelahnya lalu kami akan diam sampai salah satu dari kami memulai topik acak untuk membuka percakapan. 
"Kata lo, mending halte apa stasiun?"
Oh kali ini dia yang memulai.
"Hmm sama aja sih… sama-sama penuh dengan orang yang pergi dan yang tiba"
“Betul juga.. kalau gitu mending jadi yang pergi atau yang tiba?”
“Tergantung tempat tujuan?”
“Gimana maksudnya?”
“Hmm ya kalau misal tempat itu adalah tempat gue pulang berarti mending jadi yang tiba tapi kalau tempat itu adalah tempat yang ingin gue jauhi berarti mending jadi yang pergi”
“Berarti tiba itu pulang dan pergi itu menjauh?”
“Iya bisa dibilang kaya gitu. Kalau lo sendiri?”
“Mending jadi yang pergi”
“Kenapa?”
“Karena udah ga ada tujuan gue untuk pulang”
“Tapi emang lo mau menjauh?”
Lalu hening. Tidak ada suara berat yang menjawab pertanyaanku. Hanya suara angin dan hiruk pikuk kendaraan menjadi latar belakang suara dalam percakapan ini. Tumben. Begitu pikirku. Apa pertanyaan itu terlalu sulit sampai dia membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menjawab atau dia yang tidak ingin menjawab?
“Dulu”
Begitu jawabnya. Satu kata yang aku rasa banyak maksud di dalamnya, tapi jujur aku tidak paham dengan jawaban dia.
“Dulu? Kalau sekarang?”
“Sekarang? Hmm… kalau gue pergi, lo gimana?”
Sebentar. Kenapa malah jadi pertanyaan seperti ini yang terlontar? Dan kenapa juga aku harus merasa sakit dengan pertanyaan itu?
“Kenapa gue deh Dan? hahaha”
“Gapapa.. pengen tau aja”
“Hmmm kita emang lagi di halte sih Dan.. Jadi kalau lo mau pergi, itu adalah hal yang wajar. Gue juga bentar lagi pergi nih hahaha karena bis gue bentar lagi dateng”
‘Pergi yang kita maksud disini sama kan ya Dan?’ Entah kenapa pertanyaan kecil itu muncul di benakku saat menjawab pertanyaan Dani tadi.
“Ah iya bentar lagi ya bis lo dateng… ga kerasa ya”
“Ga kerasa apa?”
“Waktu berlalu”
“Jum’at besok gue pulang kantor tepat waktu deh, jadi kita bisa ngobrol lebih banyak di sini”
Dia cuman terkekeh sebagai respon dari pernyataanku tadi. ‘Masih ada kata Jum’at besok kan Dan?’, batinku. Kenapa rasanya hati ini semakin sakit seiring percakapan ini berjalan. Bukankah ini sama saja dengan topik acak yang biasa aku dan Dani bicarakan?
“Berarti pertanyaan gue yang tadi… lo gapapa ya?”
“Gapapa”
Bohong. Kenapa rasanya gue baru saja melakukan kebohongan yang besar. Tapi seharusnya memang tidak apa-apa karena kita akan bertemu lagi Jum’at besok, ‘ya kan Dan?’
“Baguslah kalau lo gapapa. Gue gamau lo nanti merasakan apa yang dulu gue rasain di halte ini. Eh, bis lo udah dateng tuh”
“Emang apa yang lo dulu rasain?”
Dan dia hanya tersenyum.
Hari itu untuk pertama kalinya selama aku mengenal Dani, aku merasa sedih dan tidak ingin menaiki bis pulang. Hari itu untuk pertama kalinya, hatiku merasa sakit setelah menyudahi percakapan dengan Dani. Hari itu untuk pertama kalinya, aku berdoa agar tetap ada Jum’at besok antara aku dan Dani. 
‘Kita akan bertemu lagi Jum’at besok kan, Dan?’
0 notes
yellowtulipbulbs · 3 years ago
Text
Stranger at a Bus Stop (5/7)
Tumblr media
Dimulai dari perkenalan
Lalu terjadi satu hingga dua percakapan
Lama-lama menjadi kebiasaan
Hingga membentuk suatu kenyamanan
Jujur, aku takut dengan kata nyaman
Karena nyaman tidak melulu soal kebahagiaan
Karena nyaman juga berarti ketergantungan
Dan biasanya akhirnya adalah kekecewaan
0 notes
yellowtulipbulbs · 3 years ago
Text
Stranger at a Bus Stop (4/7)
Tumblr media
Halte Swadharma, Jum'at, 16.32 WIB
Waktu itu dia pernah bilang, kalau waktu yang paling dia sukai adalah malam tahun baru.
Kata dia, malam tahun baru itu satu-satunya dimana langit malam terasa lebih hidup dari biasanya.
Kata dia, malam tahun baru itu salah satu waktu dimana hampir seluruh manusia masih terjaga disaat waktunya mereka biasa terlelap.
Kata dia, malam tahun baru itu adalah waktu yang cocok untuk mengapresiasi diri atas apa yang telah dilalui selama setahun ke belakang. 
Kata dia, malam tahun baru itu seperti kalimat pengantar pada suatu buku yang lembarannya masih kosong dan siap untuk ditulis.
Oleh karena itu, menurut dia, malam tahun baru itu terlalu sayang jika hanya dilewati begitu saja.
0 notes
yellowtulipbulbs · 3 years ago
Text
Stranger at a Bus Stop (3/7)
Tumblr media
"Cameo atau tokoh utama?"
"Tergantung dari ceritanya siapa."
"Hmm cerita lo?"
"Tokoh utama."
"Cerita orang lain?"
"Hmm…. Cameo, kayaknya."
"Kenapa 'kayaknya'?"
"Inginnya tokoh utama sih, tapi siapa kita bisa menentukan ingin jadi tokoh utama atau bukan. Naskahnya aja ga tau gimana."
"Tapi kan setiap tokoh utama selalu berpasangan dengan tokoh utama lain?"
"127 Hours, Buried, Life of Pi. Mereka cuman ada satu tokoh utama yang bertahan hidup. Bukankah cerita kita sekarang juga mirip?"
"Maksudnya?"
"Ya kita juga sekarang seperti dalam alur cerita untuk bertahan hidup di dunia ga sih? hahaha"
"Hmmm tapi tetep setiap orang pasti akan punya pasangan yang jadi tokoh utama juga ga sih? Habibie-Ainun, Romeo-Juliet, Tris-Four. Bahkan kadang tokoh utama bisa lebih dari dua."
"Betul… Mungkin suatu saat gue akan jadi tokoh utama di cerita orang lain, tapi nunggu lulus audisi dari Tuhan dulu kali ya hahaha"
Percakapan kedua diriku dengan lelaki yang selalu menunggu sendirian di halte itu. Kali ini aku yang memulai duluan. Dan kali ini, dia lebih sering tertawa. Jujur aku tidak menyangka jika suara tawa itu mampu melekat di ingatanku. Bahkan ketika aku memakai headset-ku untuk mendengarkan musik selama di bis pulang, suara tawa itu tetap selalu terputar dalam otakku. Percakapan kedua dengan dia dan masih tetap saja menemukan hal aneh dari lelaki itu.
0 notes
yellowtulipbulbs · 3 years ago
Text
Stranger at a Bus Stop (2/7)
Tumblr media
Waktu itu hari Jum'at, pukul 17.02 WIB.
Lelaki itu masih duduk sendiri di halte, padahal aku sudah telat datang sekitar 30 menit dari biasanya. Tetapi itu bukanlah suatu hal yang aneh. Hal yang aneh adalah untuk pertama kalinya di hari itu terjadi percakapan di antara kami berdua. Lebih anehnya lagi karena dia yang memulai percakapan untuk pertama kalinya.
"13B udah lewat"
"...hah?"
"Lo 13B kan? Bisnya udah lewat tadi"
"...o-oh iya gue emang rada telat juga tadi datengnya.."
"Paling 20 menit lagi dateng bisnya"
"Lo hafal banget ya jadwal bis disini"
"Tuh ada di layar"
"Eh? Oiya hehe.. Kalau lo naik bis yang mana?"
"Engga ada"
"...gimana?"
"Gue emang ga naik bis mana pun. Cuman suka duduk aja disini"
"Kenapa?"
"Gapapa, ga ada alasan khusus"
"Terus ngapain harus disini?"
"Karena gue lagi mencoba mencari sesuatu"
"Mencari?"
"Iya, mencari. Lo pernah ga sih kangen sama gimana rasanya dulu main hujan pas kecil?"
"Pernah"
"Pengen ngerasain lagi ga sih gimana rasanya dulu main hujan?"
"Hmmm pengen sih, tapi kayaknya kalau sekarang gue akan pikir-pikir lagi deh kalau mau main hujan. Tergantung dari sikon mungkin"
"Bukan sekarang, tapi dulu. Dulu rasanya ketika main hujan tanpa harus berpikir dua kali. Ketika main hujan rasanya membuat kita sebagai anak yang paling bahagia"
"Emang sekarang kita ga bisa jadi yang paling bahagia lagi di bawah hujan?"
"Gatau, gue udah pernah nyoba untuk berdiri di bawah hujan tapi rasa lama itu ga ikut datang"
"Mungkin lo belum ketemu aja sama rasa lama itu"
"Mungkin.."
"Terus kalau disini, apa yang lo dicari disini udah ketemu?"
"Belum"
"Emang apa yang lo cari disini?"
"Sama. Rasa lama yang dulu pernah gue rasain setiap ke sini"
"Lo dulu ngerasain apa setiap kesini?"
"Rasanya berharap. Berharap kalau orang yang gue tunggu disini akan turun dari bis itu dan tersenyum ke arah gue saat pintu bis itu terbuka"
*13B: bis tj jurusan Pancoran Barat - Puri Beta
0 notes
yellowtulipbulbs · 3 years ago
Text
Stranger at a Bus Stop (1/7)
Tumblr media
Lelaki itu lagi. 
Sudah hampir 2 bulan aku bekerja di tempat baru, yang berarti sudah hampir 2 bulan juga aku selalu menunggu bis di halte ini dan pasti lelaki itu selalu ada di sana. Setiap hari Jum'at. Hanya diam sendiri, menunggu.
Mungkin memang tidak ada yang salah karena halte adalah tempat menunggu, dan jujur di awal pun aku juga tidak terlalu memperhatikan lelaki itu. Namun setelah mengulangi kebiasaanku untuk pulang ke rumah setiap hari Jum'at, karena memang aku tinggal di kos dekat kantor, pasti dia sudah selalu duduk menunggu. Entah menunggu siapa atau apa, karena setiap itu juga aku tidak pernah melihat dia menaiki bis manapun.
Mungkin, lagi, memang tidak ada yang aneh. Mungkin dia memang hanya menunggu seseorang atau bis yang diinginkannya memang belum tiba. Tetapi bis yang melewati koridor ini pun termasuk jarang dan kalaupun ada, biasanya sudah selalu penuh dengan orang-orang yang ingin ke arah Ciledug. Aku sendiri biasanya menaiki bis dengan arah berlawanan karena memang tujuanku adalah Pancoran Barat. Aku bisa menunggu bis yang akan aku naiki ini sampai 30 menit saking jarangnya bis lewat, dan selama aku menunggu pun lelaki itu akan tetap duduk menunggu sendiri.
Mungkin aneh kenapa aku bisa mengingat lelaki itu, padahal halte adalah tempat umum dan tempat banyak orang berlalu lalang. Ada dua alasan utama kenapa aku tidak bisa tidak mengingat lelaki itu. Pertama, halte ini sangat sepi. Biasanya saat aku datang hanya ada lelaki itu, tentu saja, dan penjaga loket. Mungkin terkadang bisa ada dua atau tiga orang lain tapi itu hanya untuk beberapa kali saja. Kedua, dia benar-benar hanya duduk melihat setiap bis yang lewat seperti tanpa ada niatan untuk berdiri dan pergi. Bahkan saat aku sudah menaiki bisku, dia tetap sendiri duduk di tempat yang sama.
Kadang aku jadi berpikir. Apa enaknya selalu menunggu sendirian di halte itu? apa yang lelaki itu tunggu atau cari hingga dia rela untuk menghabiskan waktunya dalam kesendirian? Apakah dia tidak punya orang lain untuk berbagi kesendiriannya?
Mungkin pekan depan jika bertemu kembali dengan lelaki itu di halte, aku akan coba berkenalan dengannya. Mungkin dia bisa berbagi pengalamannya tentang kesendirian. Dan mungkin juga segala pertanyaanku tentang kesendirian dan dirinya akan terjawab.
0 notes
yellowtulipbulbs · 4 years ago
Text
Andaikan
Andaikan waktu itu rencana untuk bertemu teman tidak diundur
Andaikan waktu itu jadi memberikan hadiah ini kepada dirinya
Andaikan waktu itu tidak menolak ajakan ayah ibu untuk makan di luar
Andaikan waktu itu sudah menyukai penyanyi lagu ini
Andaikan...
Rasanya mata ini baru terpejam sebentar, tapi kenapa "waktu itu" sudah lewat dan hanya tersisa kata "andai"?
Kadang aku suka bertanya, apakah waktu tidak lelah? Selalu berjalan tanpa henti. Bahkan ketika aku sedang memikirkan ini pun, dia tetap berjalan. Meninggalkan diri ini yang rasanya masih diam di tempat
Selalu ingin berkata "tunggu", namun tentu saja waktu tidak akan berhenti hanya untuk menunggu
Manusia memang suka melucu. Saat ada yang berkata "tunggu" pada waktu, ada juga yang berkata "ayo cepat" pada waktu. Padahal waktu hanya terus berjalan, tidak berlari dan juga tidak sempat untuk beristirahat. Jadi sebenarnya kata "tunggu" dan "ayo cepat" itu untuk siapa?
Entahlah, tapi yang pasti waktu akan terus berjalan dan kata "andai" akan selalu ada. Memang yang bisa kita lakukan adalah tetap terus berjalan. Lagipula tidak ada salahnya bukan sesekali bercengkrama dengan kata "andai"? Asalkan kata "andai" itu tidak membuat kita semakin tertinggal dari waktu
2 notes · View notes
yellowtulipbulbs · 4 years ago
Text
Gelap
gelap
entah sudah berapa lama aku berada di sini
aku ingin keluar. sungguh
tapi kenapa sepertinya sulit?
rasanya kaki ini sudah terus melangkah
tapi aku masih tidak melihat ada jalan keluar dari tempat ini
apakah aku hanya berjalan di tempat saja selama ini?
rasanya aku seperti sedang berusaha untuk tetap mengapung di laut
tidak tau di bawah kaki ini ada apa, yang jelas semua gelap
dan aku semakin sulit bernapas
aku ingin berteriak
tapi tidak ada orang disini
lelah
tapi aku tidak bisa beristirahat, atau aku akan tenggelam
semoga aku masih kuat untuk bertahan
hingga aku menemukan jalan keluar dari sini
1 note · View note
yellowtulipbulbs · 5 years ago
Text
Luka
Luka
Sakit. Pedih. Perih
Begitulah kata-kata yang berhubungan dengan luka.
Luka yang terlihat maupun yang tidak terlihat dengan mata, tetaplah sakit.
Luka kecil maupun besar, tetaplah pedih.
Luka yang mengeluarkan darah maupun hanya meninggalkan bekas luka gores, tetaplah perih.
Jika boleh memilih, tentu aku akan memilih jalan tanpa harus aku terluka di dalamnya. Mungkin ini yang membuat diriku membangun tembok di sekelilingku sebagai salah satu caraku melindungi diri dari luka.
Namun, sekarang aku sadar kalau hidup tidak selalu soal bahagia dan luka tidak selalu jahat. Hidup punya banyak sisi yang rasanya tidak adil kalau hanya ingin melihat sisi bahagianya saja. Layaknya suatu berlian, setiap sisi dari berlian tersebut perlu dilihat untuk menentukan nilainya.
Luka memang sakit tapi dia tidak selalu jahat. Tanpa disadari, luka adalah salah satu hal yang membuat diriku menjadi diriku yang sekarang. Luka membuat diriku belajar. Luka mengingatkanku bahwa diriku adalah manusia. Luka membantuku mengerti apa itu bahagia.
Tembok ini akan selalu ada. Mungkin ini sudah menjadi salah satu bagian dari diriku. Yang bisa aku lakukan sekarang adalah mencoba memperluas batas toleransi kapan tembok ini perlu muncul untuk melindungi diriku. Mungkin dengan begitu, aku bisa merasakan kebahagiaan yang belum pernah aku rasakan atau mungkin aku bisa menemukan sisi lain kehidupan yang belum pernah kutemukan sebelumnya.
1 note · View note
yellowtulipbulbs · 5 years ago
Text
Perjalanan
Lelah.
Pasti itu yang dirasakan semua orang setelah berjalan panjang dalam waktu lama. Tapi bukankah di setiap perjalanan selalu ada tempat pemberhentian untuk sekedar melepas lelah dan mengisi ulang tenaga?
Bingung.
Dalam setiap perjalanan, selalu banyak rute yang dapat diambil untuk mencapai satu tujuan. Pasti dalam perjalanan, akan selalu dihadapkan dengan persimpangan yang mengharuskan kita untuk memilih rute untuk mencapai tujuan kita.
Hah.. perjalanan ini memang melelahkan dan membingungkan. Tapi terkadang aku menikmati perjalanan panjang ini. Bertemu orang-orang baru saat sedang beristirahat. Sebuah bonus jika orang baru tersebut bisa menjadi teman seperjalanan.
Tentu saja suatu pertemuan akan berakhir dengan perpisahan. Mungkin ini bagian yang paling aku tidak suka dari perjalanan ini. Berpisah saat di persimpangan karena kita harus mengambil rute yang berbeda. Berpisah karena dia ingin beristirahat lebih lama di tempat peristirahatan. Berpisah karena kita sama-sama menemukan teman seperjalanan lain yang lebih searah.
Tapi, aku selalu berusaha bersyukur dan berterimakasih kepada orang-orang yang ku temui dalam perjalanan ini. Berkat mereka, aku banyak belajar banyak hal. Berkat mereka, aku berkembang menjadi diriku yang sekarang. Mungkin memang Tuhan mengirimkan mereka sebagai caranya untuk membantuku selama dalam perjalanan.
Aku tahu semakin kesini perjalanan ini tidaklah menjadi semakin mudah. Semakin kesini, aku semakin merasa berjalan di tanjakan tidak berujung. Semakin kesini, aku semakin merasa sendiri karena semakin sedikit teman di perjalanan. Sudah banyak yang berpisah di persimpangan atau banyak yang memutuskan beristirahat agak sedikit lebih lama. Tapi aku yakin, sesuatu di ujung jalan ini akan sebanding dengan usahaku untuk melalui perjalanan ini kan?
Sekarang yang bisa aku lakukan hanyalah terus berjalan. Selain itu, aku berdoa pada Tuhan agar aku diberi kekuatan untuk terus berjalan hingga ujung nanti. Sesekali aku juga berdoa agar aku kembali dipertemukan dengan teman-temanku yang sebelumnya telah menemaniku. Hanya berpapasan pada suatu persimpangan pun tidak masalah. Karena, jujur, aku rindu. Oh dan tentu saja aku juga berdoa agar aku dipertemukan dengan teman seperjalanan yang akan terus menemaniku selama mungkin. Sesuai dengan lamanya kesempatan yang Tuhan berikan.
1 note · View note
yellowtulipbulbs · 5 years ago
Text
Lampu
Selesai sudah pekerjaanku malam ini. Semua tugas kuliahku untuk besok sudah selesai. Proposal kegiatan untuk acara organiasi kampus juga sudah selesai. Sekarang saatnya waktuku untuk berduaan dengan dirinya. Pacarku yang posesif.
Kasur.
Hey jangan berpikiran macam-macam. Walaupun dia benda mati yang tidak bergerak pun, nyatanya aku sudah tidak bertemu dia selama tiga hari ini. Salahkan kehidupan mahasiswa ini yang rasanya waktu 24/7 tidak akan cukup untuk menyelesaikan segala urusan yang ada.
Beres membersihkan badan dan sudah siap dengan setelan tidur, aku pun mematikan lampu kamarku dan hanya menyisakan lampu tidur di sebelah tempat tidurku untuk menyala. Sudah berbaring di atas tempat tidur, belum afdhol jika tidak mengecek notifikasi hp untuk terakhir kali. Mengejar ketertinggalan berita tentang dunia luar sana yang aku lewatkan beberapa hari ini.
Setelah dirasa cukup, aku meletakkan hp-ku di meja sebelah tempat tidurku dan mematikan lampu tidurku. Mulai ku penjamkan mata, bersiap menempuh perjalanan menuju dunia mimpi.
DAK!!
Suara dari arah belakangku cukup mengejutkan. Aku segera tersadar kembali ke duniaku yang sekarang, rasanya. Entahlah sekarang aku ada di dunia mana, namun sepertinya aku terlalu lelah karena bahkan aku tetap memejamkan mataku. Tapi aku sadar jika suara yang membuatku tersadar tadi adalah pintu kamar mandi di dalam kamar kosanku. Mungkin karena angin batinku.
Lalu ku rasakan pintu kamar mandi itu kembali terbuka. Tak lama kemudian, aku merasakan kehadiran seseorang berdiri di belakangku. Ah tapi mana mungkin, aku sedang sendiri di kamarku ini. Atau mungkin ada orang jahat masuk? Tapi rasanya aku sudah mengunci semua jendela dan pintu kamar kosanku. Aku pun berusaha acuh dan kembali berusaha untuk tertidur. Namun perasaan adanya seseorang di belakangku tidak kunjung hilang.
Entah berapa lama perasaan itu ada, lalu sekarang aku merasakan kehadiran yang tadinya di belakangku itu bergerak. Mengelilingi tenpat tidurku. Tunggu, sekarang aku benar-benar takut. Itu tidak mungkin hanya perasaanku saja kan? Aku pun berusaha tetap memejamkan mataku, tidak berani untuk membukanya.
Tidak berapa lama, sekarang aku merasakan kehadiran itu persis di depanku. Aku terus merapal doa di dalam hatiku, berusaha untuk mengusir rasa takut ini. Lalu tiba-tiba saja, seseorang yang sedang berada di depanku ini menekanku terus secara perlahan. Membuatku mulai terasa sesak. Semakin ditekan, semakin sesak. Dalam hati ku masih terus merapal doa.
DAK!!
Seperti suara pintu kamar kosanku ditutup dan layaknya suatu komando aku pun bisa bernafas lagi dengan baik. Aku mulai membuka mataku secara cepat, sebagai respon dari suara pintu yang mengagetkan tadi. Disambut dengan lampu terang dari kamarku ini. Kulihat jam di hp-ku menunjukkan pukul 2 dini hari. Ah, tadi aku sepertinya hanya bermimpi buruk. Aku pun bangkit dari tempat tidurku untuk mematikan lampu kamarku yang memang letak saklarnya agak dekat dengan pintu masuk kamar. Sudah kubilang kan kalau aku suka tidur dengan lampu mati? Bisa-bisanya aku lupa mematikan lampu kamarku.
0 notes
yellowtulipbulbs · 5 years ago
Text
Kebiasaan
03.15 am
‘Ah.. siapa yang membangunkanku’. Begitu pikirku. Enggan untuk membuka mata ini tapi aku yakin suara mengganggu itu tidak akan berhenti dengan sendirinya. Ku cari sumber suara itu dengan meraba nakas di sebelah tempat tidurku. Cahaya dari benda persegi panjang itupun mau tidak mau membuatku harus membuka mata ini. Aku geser tombol hijau itu agar suara itu berhenti.
“HAIKALLLL BANGUNNN!!”, teriakan yang mucul tepat setelah aku menggeser tombol hijau itu pun berhasil membuatku menjauhkan benda persegi panjang itu dari telingaku.
“Hmmm”, hanya itu tanggapanku.
“HAIKALLL BANGUNN KATANYA KAMU MAU PUASA AYOO BANGUNN BUAT SAHURRR”, teriakan itu menyambutku untuk yang kedua kalinya.
“Hmmm iyaa ini bangunn”, aku terpaksa membangunkan tubuhku agar tidak mendengar teriakan itu yang ketiga kalinya. Dua kali saja cukup. Aku tidak ingin telingaku sakit jika aku harus mendengar teriakan itu lagi.
“Bagusss, wudhu dulu sanaa. Sholat abis itu ntar vidcall yaa aku temenin sahurnya”, dan panggilan itu berhenti.
03.30 am
Sekarang aku sudah duduk di meja makan kosanku dengan sepiring nasi telur dan laptop di hadapanku. Tentu saja sekarang kesadaranku sudah pulih sepenuhnya. Ditambah lagi sosok di layar laptop itu, gadis dengan rambut sebahu, yang membantuku agar tetap tersadar. Walaupun sebenarnya sosok itu tidak melakukan banyak hal, hanya sibuk sendiri mengerjakan urusannya yang aku asumsikan adalah bahan presentasi kerja dia buat besok.
“Kay, kamu daritadi belum tidur?”, tanyaku pada dirinya karena bisa aku lihat kantung dibawah matanya yang sudah hitam dan juga secangkir kopi di sebelahnya. Bisa kutebak, kopi tersebut adalah kopi hitam dengan 1 sendok gula. Sudah menjadi kebiasaan gadis ini untuk begadang dengan secangkir kopi hitam untuk menemaninya.
“Hm? Iyaa Kal, nanggung nih belum selesai buat besok soalnya”,  jawab dia dengan tetap berfokus pada kerjaannya. Satu lagi kebiasaan dia, pantang tidur sebelum semua kerjaan dia selesai.
“Abis ini tidur ya. Ntar aku gantian bangunin. Jam 8 kan?”, kataku. Oh ada lagi kebiasaan dia. Bangun jam 8 pagi untuk bersiap-siap pergi berangkat ke kantor jam 9 kurang 15 menit.
“Iyaa Kal. Nanti abis ini aku tidur”. “Bagus“
Hening. Tidak ada lagi percakapan menyusul setelah itu. Dia sibuk melanjutkan kerjaan dia dan aku sibuk menghabiskan makan sahurku. Namun, kami berdua menikmati keheningan ini. Kebiasaan kita berdua jika melakukan video call, tidak terlalu banyak bicara. Bukan berarti kami berdua pendiam. Hanya saja tujuan kami melakukan ini memang hanya untuk saling menemani. Mengetahui kehadiran masing-masing sudahlah cukup.
Berbicara tentang kebiasaan. Rasanya aku sudah hapal semua kebiasaan tentang gadis ini. Begitu pula dengan dirinya, sudah paham betul kebiasaanku. Salah satunya adalah susah untuk bangun pagi. Saling mengenal dan sudah menjalani hubungan ini lebih dari 5 tahun tentu membuat kami hapal kebiasaan masing-masing layaknya membaca buku berulang-ulang.
“Kal, hari minggu jadi nemenin aku kan?”, tanyanya membuyarkanku dari lamunanku tadi.
“Jadii. Nanti aku langsung jemput ya? Kamu ibadah di tempat biasa kan?”.
“Okeyy, tapi nanti kamu jemputnya siangan aja Kal soalnya aku ada urusan dulu buat acara Natal minggu depan.”
Ah iya, hubunganku dengan Kayla ini tentu hanya sebatas sahabat. Sahabat yang sudah saling mengerti dan mungkin saling memendam perasaan masing-masing selama 5 tahun. Ingin rasanya egois sebentar untuk merasakan bagaimana jika perasaan ini saling berbalas. Namun kami sadar, tembok di antara kami jauhlah lebih tinggi dan kokoh dibandingkan dengan hanya sekedar perasaan egois kedua insan manusia. Tidak mungkin kita lebih mencintai makhluk ciptaan-Nya dibandingkan Penciptanya sendiri kan? Tidak apa, biarlah kami menjalani hubungan ini sampai pada akhirnya kami akan menemukan teman hidup kami masing-masing.
4 notes · View notes
yellowtulipbulbs · 5 years ago
Text
Pertemuan dalam diam
Sekarang aku sedang duduk berhadapan dengan seseorang. Entah sudah berapa lama kami hanya duduk diam seperti ini. Hening. Tidak ada satupun kata yang terucap.
Di dalam keheningan, ku gunakan waktu ini untuk memperhatikan lawan dudukku. Ku lihat sorot matanya yang terlihat lelah. Bola mata hitamnya seperti berusaha menyampaikan apa yang tidak bisa disampaikan melalu lisan. Kantung di bawah matanya terlihat lebih hitam dari terakhir aku melihatnya.
Ku tatap kedua matanya, lalu aku berkata:
"Hai..
Terima kasih sudah berhasil melalui semuanya dengan baik. Kamu sudah melakukan kerja yang baik kemarin.
Sekarang yuk mari kita mulai berjalan lagi. Pelan-pelan saja. Namun, tetap terus maju ya.
Jujurlah pada dirimu sendiri. Jika sedang bahagia, maka bahagialah. Jika sedang sedih, maka bersedihlah. Jika malu untuk menunjukkannya, tunjukkanlah saat hanya ada kita berdua. Aku tidak akan menghakimi dirimu"
Lalu bisa ku lihat senyuman mulai menghiasi wajah itu. Senyuman yang menunjukkan kesiapan diri untuk berjalan kembali.
Kemudian aku bangkit dari kursi ini. Aku ambil barang-barangku dan aku langkahkan kakiku keluar dari ruangan ini. Tak lupa ku kunci pintu ini terlebih dahulu sebelum akhirnya mengizinkan diriku menarima sambutan dari matahari dan langit hari ini. Tentu saja aku harus membalasnya dengan senyuman bukan?
2 notes · View notes
yellowtulipbulbs · 5 years ago
Text
String
It is true what people say
People change
People will come and go in your life
Some meant to be in your life just for giving you a life lesson
I do know about that
But it does not feel less hurt when you realized your relationship with the other side just become... distant?
And then you were wondering what has gone wrong? Who's at fault? Is there something wrong that you do?
Actually no, there was no one's fault
It is just time has taken its part and all we can do just let time do its work
I am not saying that we can't do anything about it but imagine this:
The relationship is just a string that connects two or more people. And to make the string keep intact need both sides to keep holding the string with the same strength. When the other one is too strong, then the string will break. And when the other one is too weak, the string will loose.
Maybe today the other side was tired to keep holding on it so what we can do is give them time to rest and when it meant to be, they will return to holding it again. Maybe.
2 notes · View notes
yellowtulipbulbs · 5 years ago
Text
Masquerade
Have you ever been to a masquerade ball? A party where everyone wear a mask as a part of their costume. The purpose? to keep your identity in secret while you were enjoying the party.
Don't worry if you've never been to this kind of party. Well, whether you realized it or not, you are in this kind of party right now. Yes, I welcome you to the biggest and never-ending masquerade ball ever. LIFE.
Most important rule in this party: always wear a mask. There is no limit what kind of mask you want to put on nor spesific theme to follow. Simple, right?
There is one thing you need to remember in this party. Never trust what you see with your eyes. You never know the truth behind those masks.
But I guess everyone sometimes forgets about this point. Everyone tend to think they know everything. Everyone think that they are the right one and the one who different from them is the wrong one. Hence, they feel they have rights of being a judge and be a holy person with a great mission for humanity. They seems to forget that what they see is just a facade of something that perhaps totally different from what they see.
Nonetheless this is still a party. So, don't forget to enjoy it while it lasts. A friendly reminder: It's okay if you want to step out from the party for a moment and take off your masks. I know the masks are heavy right? So, that's totally fine if you want to step out from the spotlight for a while and take it off allowing you to breath easily. But remember you still have rights to enjoy the party at its finest so enjoy it!
5 notes · View notes