#zoromilanello
Explore tagged Tumblr posts
Text
My Week With Marilyn
Release year: 2011
Genre: biography, drama
Starring: Eddie Redmayne, Michelle Williams, Emma Watson, Kenneth Branagh
Director: Simon Curtis
IMDb score: 7,0
Reviewed by: zoromilanello
Kisah yg diambil dari pertemuan seorang pemuda biasa yg menjadi kru film bertemu dengan superstar Marilyn Monroe. Pertemuan yg awalnya sebatas pekerjaan berubah menjadi intim setelah kegalauan Marilyn ditinggal sang suami yg kembali ke Amerika Serikat meninggalkan Marilyn bersama kru filmnya di Inggris.
Marilyn Monroe (Michelle Williams) di tahun 1957 menerima undangan untuk berperan dalam film Inggris, The Prince and The Showgirl. Di film itu ia beradu akting dengan aktor kawakan Inggris saat itu, Sir Laurence Olivier (Kenneth Branagh). Seorang pemuda bernama Colin Clark (Eddie Redmayne) yg bertugas sebagai asisten director, sebenarnya lebih kepada pesuruh Sir Laurence sebagai penghubung antara dirinya dan Marilyn.
Disinilah awal kedekatan Marilyn dan Colin. Saat syuting dimulai, Marilyn selalu telat, ia mengalami krisis kepercayaan diri dan merasa belum bisa beradaptasi dengan para kru. Proses syuting juga kadang batal karena mood Marilyn yg sedang tidak bagus. Colin lah yg kemudian menjadi penghubung kru film dan Marilyn dan kadang juga sempat mengobrol lama dengan Marilyn.
Colin yg awalnya sudah dekat dengan wanita yg juga merupakan kru film bernama Lucy (Emma Watson) berpaling ke Marilyn karena pesonanya. Apalagi setelah suami Marilyn, Arthur Miller (Dougray Scott) memutuskan kembali ke Amerika Serikat karena tidak tahan dengan sikap Marilyn yg manja dan tak menentu dan selalu bergantung pada obat-obatan untuk membuatnya tenang.
Kedekatan Colin dan Marilyn semakin intim setelah kepergian suaminya. Colin selalu menjadi teman ngobrol Marilyn, menghiburnya di saat galau. Membuat Colin semakin tergila-gila pada Marilyn dan melupakan Lucy. Orang-orang di sekitar Colin selalu memberi nasehat untuk tidak terlalu dalam memuja Marilyn, hanya akan membuat patah hati akhirnya. Namun pemuda yg diambuk asmara tentu tak mengindahkan nasehat tersebut.
Di film ini kita akan melihat sisi Marilyn Monroe yg rapuh seperti kaca. Orang-orang di sekitarnya harus benar-banar memperlakukannya bak putri raja. Sedikit saja ia tersinggung, maka mood-nya pun dengan cepat berubah. Selain itu, sisi Marilyn yg seksi dan menggoda juga menjadi salah satu spotlight. Diperankan dengan sangat amat sempurna, paling tidak hampir sempurna oleh Michelle Williams. Inilah peran Michelle Williams yg menurut mimin paling memukau dan pantas masuk naminasi Oscar di tahun 2012. Dibandingkan peran kecilnya di Manchester by The Sea, masuknya ia dalam nominasi Oscar sangat tidak masuk akal.
Sayang disini peran Emma Watson sangat minim, tidak terlalu vital. Eddie Redmayne pun tak kalah gemilang dengan pernnya sebagai Colin.
1 note
·
View note
Text
Casualties of War
Release year: 1989
Genre: crime, drama, war
Starring: Michael J. Fox, Sean Penn, Don Harvey
Director: Brian De Palma
IMDb score: 7,1
Reviewed by: zoromilanello
Film dengan tema perang namun mengangkat korban dari perang itu sendiri dan juga perilaku tentara yg harusnya berjiwa patriot dan melindungi yg lemah, malah berperilaku memalukan dan tidak manusiawi. Dengan latar belakang perang Vietnam, yg semua orang tahu bahwa Amerika sangat frustasi dan meninggalkan trauma bagi tentara yg bertugas langsung di Vietnam.
Eriksson (Michael J. Fox) adalah tentara yg baru bertugas di Vietnam dan ditugaskan bersama dengan kelompok yg dipimpin oleh Sersan Tony Meserve (Sean Penn) yg sudah berpengalaman dalam perang Vietnam. Meserve berencana ke tempat hiburan sebelum berpatroli esok harinya. Namun tempat hiburan hanya bisa didatangi oleh tentara dengan pangkat yg lebih tinggi sehingga Meserve tidak bisa masuk. Meserve mempunyai ide untuk menculik perempuan setempat sebagai pelampiasan hasrat seksualnya. Eriksson awalnya berpikir itu cuma candaan, ternyata Meserve dan teman sekelompok juga ikut merealisasikan rencana Meserve tadi.
Perempuan Vietnam muda yg diculik ini kemudian ikut berpatroli dengan Eriksson, Meserve dan 4 tentara lain. Sampai akhirnya perempuan ini diperkosa secara bergiliran oleh teman kelompoknya. Saat giliran Eriksson, Eriksson menolak dan kemudian dikucilkan oleh anggotanya. Erikkson sudah menjelaskan bahwa menculik dan memperkosa warga sipil tanpa alasan yg jelas adalah tindakan kriminal. Meserve beralasan bahwa perempuan tadi merupakan tawanan perang. Eriksson yg tidak berdaya melawan ketua kelompok dan teman sekelompoknya mengancam akan melaporkan peristiwa ini ke jenderal yg bertugas di wilayah patroli mereka dan membawa kasus ini ke Mahkamah Militer.
Menarik melihat film perang yg tidak banyak menampilkan aksi tembak-tembakan, tapi lebih ke isu lain yg sebenarnya mungkin terjadi di situasi perang saat itu. Karakter Michael J. Fox sebagai Eriksson mungkin menjadi sosok tentara yg sifatnya harusnya mewakili tentara idealnya. Walaupun di awal ia tidak bisa mematahkan argumen komandannya dan harus pasrah kalah suara. Namun di akhir ia berjuang agar mengikuti hati nuraninya dan membawa kasus tersebut ke Pengadilan Militer, walaupun ia sempat diintervensi untuk mendiamkan kasus ini.
Ending film ini yg seolah menjadi pengobat hati karakter Eriksson atas ketidakberdayaannya saat di Vietnam. Seolah menjadi manifestasi kegigihannya pada nilai kemanusiaan. Oiya bintang di film ini adalah Sean Penn menurut mimin. Tanpa akting yg menawan film ini akan terasa datar dan kurang menarik. Bravo!
8 notes
·
View notes
Text
The Space Between Us
Release year: 2017
Genre: adventure, drama, romance
Starring: Asa Butterfield, Brit Robertson, Gary Oldman
Director: Peter Chelsom
IMDb score: 6,4
Reviewed by: zoromilanello
Sebuah perusahaan di bawah pengawasan NASA mempunyai proyek membangun koloni di planet Mars. Dikirimlah sekelompok astronot yg akan mewujudkan cita-cita tersebut. Di dalam perjalanan dari Bui ke Mars, salah satu astronot ternyata sedang hamil dan akhirnya melahirkan di Mars. Anak yg lahir selamat, namun sang ibu tak dapat bertahan dan akhirnya meninggal.
Nathaniel Sheperd (Gary Oldman) mendanai program ruang angkasa untuk mendirikan koloni di Mars dengan nama East Texas. Dikirimlah astronot-astronot terlatih sebagai pendahulu, yg dipimpin oleh Sarah Elliot. Di perjalanan antara Bumi dan Mars diketahui bahwa Sarah ternyata sedang mengandung dan sontak menggegerkan tim di Bumi. Jika berita ini sampai bocor maka program East Texas terancam dibekukan. Dengan terpaksa Nathaniel merahasiakan kejadian ini dan membiarkan Sarah melahirkan di Mars. Anak Sarah (yg kemudian diberi nama Gardner Elliot) lahir selamat, namun dirinya tidak tertolong.
Gardner Elliot (Asa Butterfield) tumbuh menjadi anak yg cerdas dan penuh rasa ingin tahu. Walaupun tubuhnya sudah mengalami beberapa operasi untuk menormalkan tubuhnya terhadap gravitasi Mars. Di usia 16 tahun, Gardner mulai penasaran dan mencari tahu asal-usul dan mengapa ia menjadi manusia pertama yg lahir di Mars. Rasa penasaran ini membuat Gardner ingin pergi ke Bumi, ditambah ia memiliki teman chatting di Bumi bernama Tulsa (Brit Robertson).
Tentu untuk pergi ke Bumi tubuh Gardner harus beradaptasi kembali dengan gravitasi Bumi. Tubuhnya yg lemah mungkin menghambat keinginannya untuk bisa sampai di Bumi dan bertemu temannya Tulsa dan mencari tahu siapa ayahnya.
Brit Robertson ternyata masih cocok berperan jadi remaja, wajahnya masih imut sih. Endingnya sebenarnya twistnya ga terlalu ketebak, tapi kok ya rada datar. Tapi filmnya ini luamayan ringan kok ditonton.
2 notes
·
View notes
Text
The Wedding Singer
Release year: 1998
Genre: music, romance, comedy
Starring: Adam Sandler, Drew Barrymore
Director: Frank Coraci
IMDb score: 6,8
Reviewed by: zoromilanello
Seorang penyanyi di acara pernikahan yg ditinggal pergi tunangannya di acara pernikahannya sendiri dan seorang pelayan dengan tunangannya yg kaya raya bertemu dan terlibat emosi dalam mempersiapkan pernikahan si pelayan.
Robbie (Adam Sandler) adalah seorang penyanyi di acara nikahan dan sudah bertunangan dengan Linda (Angela Fingerstone). Namun di saat hari pernikahan, Linda memutuskan tidak hadir dan mengakhiri hubungan mereka keesokan harinya.
Julia (Drew Barrymore) merupakan pelayan di acara resepsi pernikahan dan sudah bertunangan dengan Glenn (Matthew Glave) seorang yg kaya dan bekerja di Wall Street.
Robbie dan Julia bertemu pertama kali di suatu acara pernikahan dan di saat pernikahan Robbie pun Julia bekerja sebagai pelayan. Julia bersimpati dengan keadaan Robbie. Sedangkan Robbie sangat frustasi dan kemudian bekerja kembali sebagai penyanyi di acara perayaan keluarga Yahudi.
Robbie dan Julia kemudian menjadi akrab karena Julia meminta tolong Robbie untuk menemaninya mempersiapkan segala keperluan pesta pernikahan karena Glenn disibukkan dengan pekerjaannya. Dan ya, bisa ditebak, Robbie kemudian jatuh hati dengan Julia. Namun ia sadar Julia akan menikah dengan pria tampan yang punya segalanya. Sedangkan ia hanya pria pas-pasan yg masih tinggal serumah dengan saudarinya.
Kolaborasi perdana Adam Sandler-Drew Barrymore dari 3 kali kebersamaan mereka di satu frame. Kolaborasi kedua adalah 50 First Dates dan yang terbaru adalah Blended. Kolaborasi yg apik menurut mimin. Chemistry mereka yg padu ga heran menjadi nilai lebih film ini dan mengulang kerjasama mereka di 2 film berikutnya. Tapi favorit mimin tetap 50 First Dates sih. Di kesempatan lain akan mimin review ya.
Film ini menyiratkan bahwa cinta itu harus diperjuangkan dan diungkapkan. Pasangan yg menurut kita merupakan zona aman belum tentu cocok secara karakter dengan kita.
1 note
·
View note
Text
L.A Confidential
Release year: 1997
Genre: crime, drama, mystery
Starring: Russel Crowe, Guy Pearce, Kevin Spacey
Director: Curtis Hanson
IMDb score: 8,3
Reviewed by: zoromilanello
L.A Confidential bercerita mengenai korupsi yg sudah merajalela di tubuh kepolisian Los Angeles. Tema besar mengenai korupsi ini menjadi konklusi setelah 3 tokoh utama film ini mengungkap kasus pembunuhan masal di sebuah cafe yg menewaskan salah satu personil kepolisian. Ya ada juga sih di beberapa scene awal kita melihat praktik-praktik korupsi.
Kasus pembunuhan yg menewaskan salah satu personil LAPD ini berusaha diungkap oleh Ed Exley (Guy Pearce), Bud White (Russell Crowe) dan Jack Vincennes (Kevin Spacey). 3 polisi ini memiliki karakter yg berbeda-beda. Ed adalah seorang polisi yg taat hukum tapi juga ambisius. Bud adalah mantan rekan dari polisi yg menjadi korban penembakan dan akan menempuh jalan apapun untuk menemukan pelakunya sekalipun harus melawan aturan. Sedangkan Jack adalah polisi yg dekat dengan industri hiburan Hollywood dan tidak segan-segan mencari uang tambahan dengan bersekongkol dengan seorang wartawan.
Kasus pembunuhan yg awalnya mereka selidiki ternyata merembet menjadi masalah internal di tubuh kepolisian. Ada oknum yg bermain di belakang kasus pembunuhan itu, seseorang yg memeiliki dukungan yg kuat dari pihak penegak hukum. 3 polisi ini harus menempuh cara investigasi yg terpisah karena awalnya 3 polisi ini tidak menaruh hormat satu sama lain.
Film bersetting tahun 1950an dengan penuansaan visual yg dibuat menyatu dengan setting film ini. Visual yg boleh dibilang jadul untuk menyesuaikan setting tidak diikuti dengan kualitas sound yg jadul pula. Sound di film ini (sesuai dengan tahun perilisan) sudah sangat bagus dan tidak berlebihan.
Penggambaran 3 karakter di film ini pun tergambar dengan baik, sangat nyata. Meskipun masing-masing punya satu misi mencari kebenaran, namun karena memiliki kepribadian yg berbeda, cara untuk mengungkap kebenaran itu pun berbeda-beda. Itulah sisi positif lainnya film ini. Ga salah kalo film ini menggondol 2 piala Oscar.
3 notes
·
View notes
Text
Sing
Release year: 2016
Genre: Animation, comedy
Starring: Matthew McConaughey, Reese Witherspoon, Seth MacFarlane
IMDb score: 7,2
Reviewed by: zoromilanello
Halo filmania. Kali ini tim filoso[f]ilm bakal review sebuah film animasi. Bukan Disney, tapi dari Universal Picture berjudul Sing melalui studio animasi Illumination Entertainment yg telah suskes dengan animasi Despicable Me dan Minions.
Buster Moon (Matthew McConaughey) adalah seekor koala yg memiliki teater yg hampir bangkrut. Buster kemudian memiliki ide untuk menghidupkan kembali teater miliknya dengan mengadakan kompetisi menyanyi dengan iming-iming hadiah utama senilai $ 1.000. Namun karena kesalahan sang sekretaris Miss Crawly (Garth Jennings) nilai hadiah menjadi $ 100.000. Hal ini baru disadari Buster setelah proses audisi selesai.
Setelah audisi dilakukan, Buster memilih beberapa kandidat yg lolos seleksi, yakni Johnny (Taron Egerton) si gorilla, Rosita (Reese Witherspoon) dan Gunter yg enerjik, Mike (Seth MacFarlene) si tikus yg berjiwa jazz, Ash (Scarlett Johansson) yg sangat nge-rock dengan gitarnya, dan kemudian bergabung Meena (Tori Kelly) si gajah pemalu dengan suara yg merdu.
Di dilm ini selain bercerita mengenai persiapan para performer terpilih ini tetapi juga latar belakang masing-masing performer. Seperti animasi Disney, animasi Universal Picture ini tentunya juga sarat akan nilai-nilai moral yg positif yg dapat dipetik. Nilai-nilai ini tentunya menjadi nilai tambah film animasi untuk ditonton selain tentunya jalan cerita dan aksi jenaka para tokoh.
4 notes
·
View notes
Text
20th Century Women
Release year: 2016
Genre: drama
Starring: Annette Bening, Greta Gerwig, Elle Fanning, Lucas Jade Zumann
Director: Mike Mills
IMDb score: 7,5
Reviewed by: zoromilanello
Film ini merupakan film dengan budjet rendah namun menuai banyak apresiasi. 20th Century Women dinominasikan dalam Oscar 2017 di kategori Best Original Screenplay. Film ini membawa tema cinta, hubungan antara anak dan ibu, kompeksitas remaja dan pendewasaan diri. Setting film ini adalah tahun 1979 dimana Amerika Serikat saat itu dirundung kurangnya kepercayaan diri sebagai bangsa yg memasuki era baru.
Dorothea (Annette Bening) adalah seorang single mother dengan anaknya remajanya bernama Jamie (Lucas Jade Zumann). Di rumahnya yg tergolong luas, Dorothy menyewakan beberapa kamar dan diisi oleh seorang fotografer nyentrik Abbie (Greta Gerwig) dan seorang montir laki-laki bernama William (Billy Crudup). Dan seorang remaja 17 tahun bernama Julie (Elle Fanning) yg diam-diam tidur di kamar Jamie.
Dorothy dihadapkan pada Jamie yg berada di usia rentan masa remajanya. Dorothy seperti kehilangan sosok anaknya dan Jamie mulai mencob berbagai hal yg teman-temannya lakukan. Saat itu anak-anak seusianya rentan akan seks bebas, narkoba dan masuknya komputer. Sedangkan Dorothy adalah ibu yg lahir di masa-masa perang dan belum memahami kondisi modern remaja sekarang.
Dorothy yg cemas meminta bantuan kepada Abbie dan Julie yg dekat dengan Jamie untuk menolong Jamie menjadi manusia yg lebih baik, laki-laki yg berkarakter. Seolah Dorothy melepas tanggung jawabnya kepada 2 wanita lain karena ketidakmampuannya memahami kondisi Jamie. Abbie adalah wanita yg berjiwa bebas dengan menjunjung tinggi feminisme dan kesukaanya akn musik-musik punk. Julie adalah remaja dengan kompleksitas lain, yg di luar sering berhubungan dengan banyak lelaki.
Menarik mengikuti alur film ini. Bagaimana hubungan ibu-anak yg awalnya renggang kembali hangat. Hubungan Abbie-Jamie berubah seperti hubungan adik-kakak. Juga hubungan Abbie-Dorothy yg renggang kemudian sudah seperti ibu dan anak. Perkembangan karakter Jamie sendiri juga tak kalah menarik. Jamie seperti menyerap pengaruh dari sekitarnya, terlebih Abbie yg mempengaruhi pemahaman Jamie terhadap nilai budaya modern, feminisme dan kebebasan.
Ternyata film ini terinspirasi dari pengalaman sutradara sendiri yg hidupnya banyak dipengaruhi oleh ibu dan saudara perempuannya. Yang menarik juga adalah narasi di dalam film ini diisi oleh tokoh-tokoh sentral film ini yg menceritakan memoar kehidupan karakter lain.
1 note
·
View note
Text
Split
Release year: 2016
Genre: horror, thriller
Starring: James McAvoy, Anya Taylor-Joy, Haley Lu Richardson
Director: M. Night Shyamalan
IMDb score: 7,4
Reviewed by: zoromilanello
Satu lagi karya Shyamalan yang dapat kita nikmati, apalagi pecandu genre thriller. Yang udah hapal karya-karya Shyamalan pasti tertarik nonton film ini. Shyamalan memang terkenal dengan karya-karyanya di genre horor dan thriller. Karyanya yg paling banyak dikenal orang-orang adalah The Sixth Sense dan Unbreakable yang sama-sama dibintangi Bruce Willis.
Casey (Anya Taylor-Joy), Claire (Haley Lu Richardson), dan Marcia (Jessica Sula) diculik oleh pria misterius dan disekap di sebuah ruang bawah tanah. Anehnya, pria ini sering berganti-ganti karakter. Ketika pria misterius ini berganti pakaian, kepribadiannya berubah.
Ternyata pria misterius ini memiliki 23 kepribadian yg berbeda. Diantaranya berkepribadian seorang anak kecil umur 9 tahun bernama Hedwig. Pria yg sangat higienis dan perfeksionis bernama Dennis. Bahkan karakter wanita bernama Patricia. Kemudian diketahui bahwa nama asli pria ini adalah Kevin Wendell Crumb (James McAvoy).
Seorang psikiater bernama Dr. Karen Fletcher (Betty Buckley) lah yg memahami semua karakter Kevin. Kevin atau entah 23 kepribadian lain ini yg sering membuat janji berkonsultasi dengan Dr. Fletcher. Namun sepertinya karakter Dennis lah sekarang yg lebih memegang kendali dan lebih dominan. Dennis percaya (bersama Patricia) bahwa ada karakter yg lebih buas bernama The Monster.
Film ini boleh dibilang bermuatan psychological Thriiler dan juga suspense thriller. Penonton dibuat penasaran mengenai karakter-karakter yg berbeda ini, juga alasan mengapa Casey, Claire dan Marcia diculik. Juga ada sedikit flashback mengenai masa kecil Casey, yg mungkin menjadi landasan mengenai kepribadian Casey saat ini yg anti sosial.
Sangat terpikat dengan akting James McAvoy disini yg memerankan beberapa karakter dan membuat masing-masing karakter seolah benar-benar hidup di mata penonton. James McAvoy telah bertransformasi menjadi aktor watak yg lihai memainkan karakter yg berbeda-beda.
Yang menarik di akhir film adalah kemunculan David Dunn (Bruce Willis) yg sepertinya mengindikasikan bahwa film ini layaknya spinoff dari film Unbreakable. Ternyata memang film Split akan dibuat sekuel dan akan menampilkan karakter David Dunn dan Mr. Glass di film-film berikutnya.
1 note
·
View note
Text
Why Him
Release year: 2016
Genre: comedy
Starring: James Franco, Zoey Deutch, Bryan Cranston
Director: John Hamburg
IMDb score: 6,3
Reviewed by: zoromilanello
Ned Fleming (Bryan Cranston) beserta istri dan putranya pergi mengunjungi putrinya Stephanie (Zoey Deutch). Ned adalah pemilik perusahaan printing yg kaku, protektif dengan anaknya. Ned yg dulunya sangat dekat dengan anaknya dan selalu tau apa saja kabar mengenai putrinya. Namun setelah berkuliah di Stanford, kedekatan mereka mulai berkurang, sampai Ned mengetahui bahwa putrinya telah memiliki pacar. Stephanie yg tidak ingin menyinggung ayahnya berbohong bahwa hubungannya dengan pacarnya belum terlalu serius dan baru berjalan belum lama.
Setelah sampai di rumah pacar putrinya, Ned dikejutkan bahwa Laird (James Franco), pacar putrinya ini adalah jutawan dari perusahaan Geurilla Gang. Melihat penampilan Laird yg urakan dan tatoan Nerd tambah tidak yakin denga pilihan putrinya. Ditambah banyak perubahan yg ia rasakan dari diri putrinya. Sedangkan Laird di sisi lain berusaha untuk memenangkan hati Ned agar merestui hubungan mereka, walau cara-cara Laird bisa dibilang agak berlebihan.
Di film ini ada beberapa cameo yg tampil, seperti Steve Aoki yg hadir di pesta Laird sebagai DJ. Lalu ada Kaley Cuoco bintang serial The Big Bang Theory. Kaley hadir dalam bentuk suara yg Laird panggil Justine. Fungsi Justine bisa dibilang seperti Siri. Justine di film ini dikembangkan sendiri oleh Laird untuk membantunya mengingat karena di dalam rumahnya tidak tersedia kertas.
Film ini tidak hanya pure komedi dengan adegan-adegan absurd, namun dibalut dengan nilai-nilai keluarga. Ned yg protektif terhadap putrinya dan menginginkan yg terbaik untuk putrinya. Laird yg tidak mengenal sosok ayah sangat ingin Ned menganggap dirinya sebagai anak. Sanagt layak untuk ditonton, apalagi ada Zoey Deutch yg cantik dan flawless banget disini hehe
1 note
·
View note
Text
Sully
Release year: 2016
Genre: Biography, drama
Starring: Tom Hanks, Aaron Eckhart
Director: Clint Easwood
IMDb score: 7,5
Reviewed by: zoromilanello
Satu lagi mahakarya dari sutradara kenamaan Hollywood, Clint Eastwood. Kali ini film yg beliau besut adalah pendaratan darurat di atas Sungai Hudson yg lebih dikenal dengan Miracle on The Hudson di tahun 2009. Pilot yg berjasa kala itu adalah Chesley Sullenberger (Sully).
Di awal film kita langsung disuguhkan suasana tegang saat pesawat mulai mengalami kerusakan mesin. Sully (Tom Hanks) sebagai pilot dan Jeff (Aaron Eckhart) sebagai co-pilot berusaha mencari jalan keluar bagaimana mendaratkan pesawat dengan aman.Setelah menjalin komunikasi dengan menara kontrol bandara didapatlah solusi pendaratan. Namun, Sully yg punya pengalaman 40 tahun menjadi pilot punya pertimbangan lain. I a lebih memilih mendaratkan pesawat di Sungai Hudson. Wow, pemikiran yg sangat tidak umum.
Sayangnya setelah berhasil mendaratkan pesawat di Sungai Hudson pun memunculkan masalah baru. Sully diinterogasi oleh badan keselamatan transportasi Amerika. KNKT versi Amerika. Keputusan yg diambil Sully dianggap bisa membahayakan penumpang, padahal sudah didapat jalur pendaratan darurat yg sudah diuji melalui simulasi komputer. Lisensi pilot Sully terancam dicabut.
Menarik melihat akting Tom Hanks disini. Kali ini mempersonifikasikan tokoh pilot bernama Sully. Harus diakui emang, Tom Hanks selalu berhasil memerankan tokoh-tokoh yg ia perankan. Konflik antara pengalaman 40 tahun Sally versus simulasi komputer pun sangat apik.
Clint Eastwood yg biasanya terkenal dengan tone dan camera shot Western, kali ini bertransformasi. Transformasi dari seorang kakek usia 86 tahun itu sesuatu! Naturalnya jika manusia di usia senja level inovasi dan perubahan akan sesuatu yg sudah melekat biasanya nihil dan susah sekali berubah. Standing ovation buat Opa Clint Eastwood.
1 note
·
View note
Text
Keeping Up With The Joneses
Release year: 2016
Genre: Action, comedy
Starring: Zach Galifianakis, Isla Fisher, Jon Hamm, Gal Gadot
Director: Greg Mottola
IMDb score: 5,8
Reviewed by: zoromilanello
Buat yg pengen nyari hiburan, nonton film dengan genre komedi biar ga mumet, tapi ga pengen komedi yg terlalu banyak aksi konyol dan nyeleneh. Pengen juga ada sedikit adegan aksi yg kocak. Mungkin film ini bisa jadi pilihan kalian. Komedi ringan dengan bintang-bintang yg sudah biasa bermain komedi dan yg biasa di genre drama dan aksi.
Jeff Gaffney (Zach Galifianakis) dan Karen Gaffney (Isla Fisher) adalah pasangan yg tinggal di daerah pinggir kota. Mereka ditinggal 2 anak mereka untuk summer camp. Jeff sendiri bekerja di aerospace plant sebagai Human Resources. Lalu datanglah pasangan baru di wilayah tersebut yg kebetulan rumahnya berdekatan dengan Jeff dan Karen. Mereka adalah Tim Jones (Jon Ham) dan Natalie Jones (Gal Gadot).
Kedua pasangan yg bertetangga ini mulai akrab satu sama lain. Sampai Jeff dan Karen mengetahui bahwa pasangan Tim dan Natalie ini adalah mata-mata dan mengicar rahasia dari perusahaan tempat Jeff bekerja. Ternyata ada pihak lain yg juga mengicar hal yg sama. Jeff/Karen kemudian ikut terlibat dalam aksi menegangkan bersama Tim dan Natalie
Alur film ini sangat ringan dan enak untuk diikuti. Apalagi mata dimanjakan oleh Gal Gadot dan Isla Fisher. Ga ada salahnya kan mengisi waktu luang dengan film-film ringan yg mengundang tawa. Sekalian melepas stres dan capek
1 note
·
View note
Text
12 Angry Men
Release year: 1957
Genre: crime, drama
Starring: Henry Fonda, Lee J. Cobb, Martin Balsam
IMDb score: 8,9
Reviewed by: zoromilanello
Jadul ya film yg bakal gue review ini. Jadul sih boleh, gambar masih hitam putih sih boleh, tapi film 12 Angry Men ini masuk di urutan 5 “Most Rated Movies by IMDb”. Kalian liat rating IMDb nya kan di atas? 8,9 guys! Pada penasaran kan kenapa sih film jadul ini dikasih skor yg tinggi banget dari IMDb? Yuk diulas dikit.
12 juri harus memutuskan tersangka pembunuhan tingkat 1 dinyatakan bersalah atau tidak. Jika bersalah tersangka ini akan dijatuhi hukuman mati. Ternyata tersangka pembunuh bapaknya ini masih 18 tahun. Oiya bagi yg suka menonton film-film Amerika mengenai peradilan pasti merasa agak janggal dengan sistem peradilan di Indonesia. Di Indonesia keputusan bersalah dan tidak berada mutlak di tangan hakim. Di Amerika Serikat keputusan bersalah atau tidak berada di tangan 12 juri yg berasal dari warga sipil, sedangkan hakim hanya menetapkan hukuman yg diterima oleh terdakwa. Kalau ada yg salah dari penjabaran ini silahkan beri komentar ya. Bukan anak hukum soalnya.
Scene setelah persidangan dihabiskan di ruang juri dalam film ini. Kita sebut saja para juri ini berdasarkan urutannya dari juri 1 sampai 12. Juri 1 boleh dibilang memimpin jalannya diskusi para juri ini. Setalah diskusi dibuka oleh juri 1 dan diambil voting apakah tersangka ini bersalah atau tidak. Dari 12 juri, 11 menyatakan bersalah dan 1 juri menyatakan tidak bersalah. Karena keepakatan dari 12 juri ini harus satu suara, maka dimulailah diskusi seru yg kemudian sarat akan emosi, silang pendapat, dan menganalisis kembali jalannya sidang. Diskusi yg awalnya dikira bakal tuntas hanya dengan pernyataan bersalah dan selesai dalam waktu singkat ternyata berbuntut panjang. Diskusi ini kemudian berubah menjadi analisis kasus pembunuhan ala detektif.
Karakter 12 juri ini pun menarik kita simak. Film sangat pintar menjabarkan sifat dari para juri ini.
Juri 1: leader, berprofesi sebagai asisten pelatih di sebuah SMA.
Juri 2: di awal terlihat pasif, potongan nerd.
Juri 3: mudah tersinggung dan emosi, hubungan dengan anak kurang baik, bersikeras dengan putusannya tanpa alasan yg jelas.
Juri 4: tipe orang yg suka menganalisis, terorganisir, dan rapi.
Juri 5: pendiam, tinggal di daerah kumuh, tersinggung bila orang yg tinggal di lingkungan kumuh semuanya jahat dan biadab.
Juri 6: sepertinay berprofesi sebagai pelukis, tidak banyak yg bisa digali dari karakter juri 6 ini.
Juri 7: fan baseball, hanya mementingkan diri sendiri dan pertandingan baseball yg kebetulan diadakan hari itu, acuh dengan inti masalah yg dibahas, cuma ikut-ikutan.
Juri 8 ( Henry Fonda): terlihat cerdas, lebih mendalam melihat masalah, seorang arsitek, dan humanis, sering memberikan masukan dan penilaian yg konstruktif.
Juri 9: usianya sudah lanjut, agak sulit menebak profesinya saat ini atau dulunya, terlihat detail memperhatikan kondisi dan ekspresi orang lain.
Juri 10: sedang sakit flu, mudah emosi, mengganggap orang-orang dari daerah kumuh ini semuanya jahat dan biadab.
Juri 11: pembuat jam, sepertinya berasal dari Eropa dari aksennya, tipe observer, sopan.
Juri 12: bekerja di agensi iklan, humoris, plin plan.
Film ini sangat menarik diikuti, terlepas gambar yg hitam putih, namun plot ceritanya sangat menarik. Analisis ala detektif, sanggahan, adu pendapat serasa membawa penonton juga ikut terlibat dalam ruangan tersebut. Emosi penonton pun terpaut langsung dengan konflik yg dibawa film ini. So tunggu apa lagi, sikat langsung guys filmnya. Langsung ditonton, happy watching!
1 note
·
View note
Text
Nocturnal Animals
Release year: 2016
Genre: drama, thriller
Starring: Amy Adams, Jake Gyllenhal, Aaron Taylor-Johnson
IMDb score: 7,6
Reviewed by: zoromilanello
Amy Addams cukup sibuk ya tahun ini dengan proyek-proyek filmnya. Film ini menarik karena menceritakan sebuah kisah namun ada kisah lain pula yg digambarkan. Story inside story. Menarik bukan? Disini Jake Gyllenhaal berperan sebagi 2 orang dengan karakter berbeda dan jalan cerita berbeda. I love this man! Film-film biasanya bagus-bagus dan pendalaman karakternya pun bukan main. Sayang aja sih Jake cuma berperan di film-film dari rumah produksi satelit, ga banyak filmnya yg membawa bendera PH besar seperti Disney, Warner Bros, Universal atau Columbia. Ga usah panjang lebar yuk kita bahas filmnya.
Susan (Amy Adams) adalah pemilik galeri seni sukses yg tiba-tiba menerima kiriman dari mantannya, Edward (Jake Gyllenhaal) berupa sebuah script novel buatan mantannya. Novel ini berjudul Nocturnal Animals dan didesikan khusus untuk Susan yg selama mereka bersama Edward menjuluki Susan Nocturnal Animal karena seringnya Susan susah tidur di malam hari. Susan kita perhatikan selama di film ini tidak pernah tidur dimalam hari karena insomnia.
Susan yg membaca script novel ini kemudian dihantui ingatan pernikahannya bersama Edward. Susan merasa ia sudah melakukan kesalahan besar karena meninggalkan Edward, yg Susan lukiskan dengan kata brutal. Susan kemudian berpaling kepada pengusaha kaya bernama Hutton (Armie Hummer), yg kemudian disadari Susan hubungan ini pun tidak membuatnya bahagia.
Novel Nocturnal Animals yg dibaca Susan ini menceritakan Tony (Jake Gyllenhaal) dan Laura (Isla Fisher), suami istri yg memutuskan berlibur dengan anaknya India. Mereka melalui jalanan sepi di malam hari tanpa sinyal ponsel. Disinilah unsur thriller film ini muncul. Tony, Laura, dan India di jalanan sepi tersebut mendapati 2 mobil yg menghalangi jalan mobil mereka. Keputusan Tony untuk mendahului mereka ternyata berbuah diculiknya anak dan istrinya yg kemudian Tony temukan meninggal di sebuah pondok tak berpenghuni.
Kisah inilah yg membuat kita sebagai penonton dihadapkan pada situasi yg mencekam dan bagaimana Tony tidak dapat berbuat banyak karena dihadang oleh 3 orang pemuda, salah satunya adalah Ray (Aaron Taylor-Johnson). Kita merasa geram dengan sikap Tony dan jijik dengan perilaku 3 pemuda ini. Pembawaan karakter yg menghipnotis penonton. Bagus banget.
Tony yg tidak berdaya ini bekerjasama dengan polisi setempat bernama Bobby (Michael Shannon) untuk mencari Ray dan kawanannya. Pencarian mereka ternyata tidak mudah dan banyak mengalami hambatan. Terlebih Bobby sudah sakit-sakitan dan divonis cuma bisa bertahan hidup beberapa bulan saja. Selama masa pencarian inilah sedikit demi sedikit karakter Tony yg penakut mulai sedikit berubah.
Film ini terbagi 3 jalan ceritanya. Pertama, kondisi sekarang Susan bersama Hutton. Kedua, penggambaran manuskrip novel yg Susan baca. Ketiga adalah penggambaran hubungan Susan dengan mantan suaminya Edward. Durasi film ini memang lebih banyak berfokus pada isi cerita novel Edward ini sendiri.
Ending film ini pun bisa dibilang gantung dan bukan ending yg berakhir bahagia. Uniknya film ini screenplay dan sutradaranya adalah seorang fashion designer. Multi talenta juga ternyata Tom Ford ini. Film ini juga banyak masuk nominasi-nominasi penghargaan bergengsi, termasuk Oscar. Nocturnal Animals masuk di kategori Best Actress untuk Amy Adams. Layak tonton banget kan? Film ini pun dibintangi banyak artis ternama Hollywood. Semakin layak kan buat ditonton. Apalagi akting Aaron Taylor Johnson sebagai Ray banyak dipuji pengamat film. So, happy watching guys!
1 note
·
View note
Text
One Flew Over The Cuckoo’s Nest
Release year: 1975
Genre: drama
Starring: Jack Nicholson, Louise Fletcher
IMDb score: 8,7
Reviewed by: zoromilanello
Jack Nicholson! Yeay! Jack Nicholson terkenal dengan film-filmnya yg bagus dan berkualitas sebelum tahun 2000. Ini salah satunya, yg berhasil meraih 5 Oscar di tahun 1976. Keren! Film ini diangkat dari novel dan mari kita kupas sedikit filmnya.
McMurphy (Jack Nicholson) seorang narapidana yg kemudian diputuskan harus menjalani terapi di rumah sakit jiwa karena sering melakukan penyerangan dan dianggap mentalnya bermasalah. McMurphy yg merasa ia lebih baik berada di rumah sakit jiwa dibanding rumah tahanan berpikir inilah jalannya untuk kabur dan dapat menikmati dunia luar. Ternyata pikirannya salah. Rumah sakit jiwa yg tempati ternyata menerapkan aturan yg keras dan sepertinya tidak membawa perubahan kepada pasien yg berada disana. McMurphy berpikir ia perlu melakukan sesuatu sambil mengatur siasat pelariannya. Ia kemudian mencoba membawa perubahan kepada pasien yg ada disana dan mengubah aturan yg ia rasa terlalu mengekang. Namun aturan disana tidak dapat berubah dan ia selalu dihalangi oleh perawat dengan sorot mata dingin, Suster Ratched (Louise Fletcher).
Tanpa ia sadari, McMurphy memang membawa perubahan pada kondisi tean-teman satu bangsal dengannya. Mereka lebih bahagia dan sering melakukan kekonyolan bersama. Mereka juga sering melanggar aturan rumah sakit demi untuk bersenang-senang, dan McMurphy lah dalangnya. Ia merasa prihatin dengan metode rumah sakit yg menghambat penyembuhan mental mereka. Mereka seperti dibiarkan tetap gila dan tidak mungkin meninggalkan rumah sakit kapanpun dan dibiarkan kembali ke masyarakat.
Film ini sangat konyol memang, tapi konyol yg bikin happy buat ditonton, bikin ngakak dan durasi 2 jam serasa sebentar karena nikmatnya menyelami alur film ini. Jack Nicholson memang lihai menghidupkan karakter McMurphy ini. Namun para pemeran lain pun tidak kalah briliannya dengan peran mereka amsing-masing. Suster Ratched dengan sorot mata dinginnya, Billy yg berbicara terbata-bata, Chief Bromden yg menipu kita semua dengan akting bisunya, dan juga casts lainnya seperti Cheswick, Martini, dll. Di akhir film penonton seperti dihadapkan pada perasaan yg tidak menentu. Akhir film ini boleh dibilang bittersweet. Disitu sisi kita merasa gembira tapi kok ada perasaaan nyesek juga. Brilliant!
Cukup penjelasannya, mending langsung nonton aja. Ini harusnya masuk watchlist kalian sebelum meninggal haha. Karena emang film ini bagus banget. Jangan dikata film jadul bakal membawa nilai-nilai yg jadul pula atau kualitas yg jelek. Kalau masalah visual tentu bagusan sekarang, tapi tidak menutupi kok kualitas ceritanya sendiri. So, happy watching guys!
1 note
·
View note
Text
Captain Fantastic
Release year: 2016
Genre: drama, comedy
Starring: Viggo Mortensen, Frank Langela
IMDb score: 7,9
Reviewed by: zoromilanello
Film sangat sangat menarik bagi gue sendiri. Diawal fim gue merasa agak kurang tertarik buat ngikutin alurnya. Gue rasa bakal melelahkan buat menonton film ini. Ternyata dugaan gue salah besar. Film ini salah satu yg enak alurnya buat diikuti. Flow diawal bagus dan menarik, penuh tawa, kemudian kita digiring pada masalah-masalah dan benturan yg mereak hadapi. Ditonton berkali-kali pun film ini ga bakal ngebosenin. Apalagi ini drama keluarga, yg pasti banyak nilai-nilai yg bisa kita ambil sebagai penonton.
Film ini mengisahkan Ben (Viggo Mortensen) dan istrinya Leslie yg membesarkan 6 orang anaknya - Bo, Kielyr, Vespyr, Rellian, Zaja, dan Nai - di pedalaman hutan. Tujuannya adalah mengisoloasi diri dari dunia luar yg Ben dan Leslie rasa tidak sesuai dengan ideologi yg mereka anut. Nama-nama anak mereka pun unik. Film dengan terang-terangan menyindir hal-hal tabu seperti dunia pendidikan Amerika yg mereka rasa cacat, seperti bully dan lain-lain, dan juga hal-hal tabu lain (agama, anggapan bahwa Amerika sangat materialistik dan fasis).
Di awal film kita diperlihatkan bahwa anak-anak Ben dan Leslie diajarkan bertahan hidup di dalam hutan, seperti berburu, bertani, beternak, mengobati sendiri luka bahkan patah tulang. Ben merasa bahwa era modern sekarang sangat indiviudalistik dan menanamkan ke anak-anaknya untuk bisa mengurus diri mereka sendiri. DI dalam hutan Ben (Leslie diceritakan sedang mengalami perawatan karena mengidap bipolar) juga memberikan pendidikan home schooling kepada ke 6 anaknya, dan ia sendiri yg menjadi tutornya (bersaam Leslie tentunya sebelum ia dirawat). Ke 6 anak ini tumbuh dengan pemikiran yg kritis bagaikan filsuf dan tubuh yg atletis karena setiap hari mereka latihan fisik dan diajarkan bertarung dan menggunakan senjata tajam dan alat-alat berburu. Seperti militer memang. Unik kan cara Ben dan Leslie membesarkan anak-anak mereka?
Walaupun kecerdasan dan fisik mereka mungkin melampaui anak-anak usia mereka, namun mereka terlihat canggung dan merasa heran dengan orang-orang luar berperilaku dan berpikir. Mereka hanya paham cara berpikir yg ayah dan ibu mereka ajarkan dan dari buku-buku yg mereka baca. Bisa dilihat saat mereka berkendara ke luar dari hutan dan menemui bibi mereka. Disini kita beranggapan mungkin pola asuh Ben di satu sisi benar, tapi ia lupa tidak selamanya anak-anak ini akan berada di hutan. Mereka juga perlu bersosialisasi dengan dunia luar. Orang-orang akan berpikir mereka ini anak-anak yg aneh.
Film ini sangat bisa menceritakan bahwa di satu sisi nilai-nilai yg diajarkan Ben bertujuan baik, namun ada pola-pola lain yg mungkin dianggap wajar bagi masyarakat yg juga harus dipahami oleh anak-anaknya untuk dapat berbaur dengan dunia luar. Kita diajak beropini, mendiskusikan nilai-nilai yg dibawa film ini, meresapi bahwa membesarkan anak-anak di era sekarang memang berat dan penuh pengorbanan. Selain kita juga dimanjakan oleh alur film ini kita juga diajak kritis pula dalam memaknai film ini. Cerdas!
Sangat menyenangkan sekali menonton film ini menurut gue. Nilai-nilai parenting nya ngena banget bagi kita yg akan menjadi orang tua atau yg sudah menjadi orang tua. Mungkin sekali-sekali membayangkan bagaimana orang tua kita menanamkan nilai-nilai dalam membesarkan kita. O iya, di akhir ada scene yg juga sangat saya suka adalah saat ke 6 anak-anak ini beserta Ben menyanyikan lagu Sweet Child O’Mine -nya Guns ‘n Roses versi mereka sendiri, dan itu sangat enak didengar dan diikuti. Salut juga sama para casts di film ini yg total dan menghidupkan tokoh mereka masing-masing. Viggo Mortensen sebagai Ben banyak menuai pujian dan banyak menghiasi berbagai penghargaan di tahun 2016 dan 2017. Viggo pun masuk dalam nominasi Best Actor di Oscar 2017. Well deserved Viggo! Karakter Zaja dan Nai sangat menggemaskan. Favorit gue di film ini.
Bisa disimpulkan film sangat well spent buat ditonton sendiri, bareng teman-teman atau bahkan orang tua yg mungkin terbuka dengan nilai-nilai yg film ini bawa. Happy watching!
1 note
·
View note
Text
500 Days of Summer
Release year: 2009 Starring: Joseph Gordon-Levitt, Zooey Deschanel, Chloe Grace-Moretz Genre: drama, romance IMDb score: 7,7 Reviewed by: zoromilanello
Gue pengen bahas film salah satunya karena dibintangi Joseph Gordon-Levitt, yg termasuk aktor favorit gue karena aktingnya bagus dan punya transisi peran yg berbeda di setiap filmnya. Salah dua: disini Zooey Deschanel manis banget, suka banget liat matanya. Salah tiga: Chloe Grace-Moretz yg imut dan di film ini seolah udah makan asam garam percintaan. Oke, mari kita kupas film ini.
Film ini bercerita tentang Tom (Joseph) ug awalnya tidak bahagia kemudian menemukan apa itu bahagia setelah bertemu Summer (Zooey) yg kebetulan mereka satu kantor. Cinta pada pandangan pertama gitu. Tom merasa Summer ‘The One’ yg ia cari. Tom dan Summer kemudian menjalin hubungan yg lebih intim, namun Summer tidak ingin melabeli hubungan mereka dengan pacaran. Tom awalnya menerima karena ia merasa bahagia bersama Summer. Bisa dibilang hubungan Tom dan Summer ini HTS (hubungan tanpa status) atau TTM (Teman Tapi Mesra). Hari demi hari Tom merasa ia bisa meruntuhkan barrier yg dibangun Summer, kemudian ingin 'mematenkan’ hubungan mereka dengan status pacaran. Inilah yg mengawali ketidakharmonisan hubungan mereka. Tom yg jatuh cinta kepada Summer, namun Summer tidak merasa bagitu. Summer tidak percaya cinta. Bertepuk sebelah tangan. Summer pun ingin hubungan mereka cuma sebatas teman. Nyesek ga tuh si Tom! Tom pun galau, performanya di kantor menurun, tidak punya gairah lagi, belum bisa move on dari Summer. Sampai kemudian Tom berencana pergi ke kondangan teman kantornya, dan di kereta Tom pun bertemu lagi dengan Summer. Mereka kembali akrab. Tom merasa inilah saatnya ia kembali ingin mengulang kisah asmaranya dengan Summer. Tapi realita berkata lain. Ekspektasi yg melambung tinggi tidak sejalan dengan realita. Tom pun kembali galau. Kemudian Tom merasa ia harus melanjutkan hidup dan mengejar mimpinya menjadi arsitek. Ia pun melamar ke berbagai tempat yg kemudian membawanya bertemu wanita lain yg gue rasa menjadi tambatan hati baru Tom.
Intisari yg gue dapet dari film ini adalah segalau-galaunya kita ditinggal cewe, hidup harus tetap berjalan. Face it the real world with head held high! Galau boleh tapi jangan malah set back, tapi harus move on. Cocok banget nih bagi yg galau dan belum bisa move on nonton film ini. Moga-moga galaunya ilang dan bisa nemu tambatan hati baru. Bagi yg engga, film ini worth to watch kok. Jadi ga nyesel jg buat ditonton. Happy watching!
#500 days of summer#joseph gordon-levitt#zooey deschanel#chloe grace-moretz#drama#romance#zoromilanello
2 notes
·
View notes