#tifoid
Explore tagged Tumblr posts
Text
Mengenal Kalender Hazard Indonesia: Panduan Bulanan untuk Kesiapsiagaan Bencana dan Penyakit
Indonesia, sebuah negara kepulauan yang megah, dianugerahi keindahan alam yang luar biasa namun juga rentan terhadap berbagai bencana alam dan wabah penyakit. Untuk membantu masyarakat dan pemerintah dalam merencanakan dan merespons secara efektif, “Kalender Hazard Indonesia” telah dikembangkan sebagai alat kesiapsiagaan yang penting. Apa Itu Kalender Hazard Indonesia? Kalender Hazard Indonesia…
#angin topan#bahaya#banjir#bencana#campak#chikungunya#demam berdarah#dengue#diare#hazard#ISPA#kalender#kebakaran hutan#kekeringan#kesiapsiagaan#leptospirosis#longsor#malaria#rabies#tifoid
0 notes
Text
Demam Tifoid
Penyebab dari penyakit tipes atau demam tifoid ini adalah bakteri Salmonella typhi. Biasanya bakteri ini disebarkan melalui: Feses dan urine penderita yang mengkontaminasi air atau makanan. Penderita mengalami demam, pusing dan muntah. Perut nyeri di ulu hati, susah tidur, berak mencret dan urine seperti air teh. Disarankan untuk berobat di Rumah Sakit dan menjalani rawat inap. Agar kondisinya…
View On WordPress
0 notes
Text
Harga Alat Uji Widal dari Prima Medikatama PALING MURAH
Harga Alat Uji Widal KLIK https://primamedikatama.com/, Blood Control Hematology, Reagen Golongan Darah, Reagen Kimia Darah AST/GOT EVOGEN, Lyse Mindray, Tabung EDTA Tutup Ungu.
Apakah Anda mencari alat uji Widal berkualitas dengan harga terbaik?
Prima Medikatama adalah pilihan terbaik Anda!
Spesifikasi Produk
Reagen Widal Berkualitas Tinggi:
Alat uji Widal kami terdiri dari berbagai reagen yang Anda butuhkan, termasuk Salmonelle Typhi O, Salmonella paratyphi AO, Salmonella paratyphi BO, Salmonella paratyphi CO, Salmonella typhi H, Salmonella paratyphi AH, Salmonella paratyphi BH, dan Salmonella paratyphi CH.
Dalam satu set, Anda akan menerima 8 vial dengan masing-masing vial berisi 5 mL reagen.
Ringan dan Mudah Dikirim:
Produk kami memiliki berat hanya 900 gram, dan dimensi packingnya adalah P: 20cm, L: 18cm, T: 15cm.
Ini membuat pengiriman alat uji Widal dari Prima Medikatama menjadi sangat praktis.
Harga Terjangkau:
Kami bangga menyediakan produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.
Alat uji Widal ini dapat Anda miliki hanya dengan harga Rp 700.000.
Fungsi Utama
Alat uji Widal adalah salah satu metode penting dalam mendiagnosis dugaan demam tifoid, atau yang lebih dikenal sebagai tipes.
Dengan menggunakan alat uji Widal, Anda dapat dengan cepat dan akurat menentukan apakah pasien mengalami infeksi tifoid.
Ini merupakan langkah kunci dalam memberikan perawatan yang tepat dan tepat waktu.
Pesan Segera Alat Uji Widal!
Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan alat uji Widal berkualitas tinggi dengan harga yang sangat terjangkau dari Prima Medikatama.
Dengan produk kami, Anda dapat melakukan diagnosis tifoid dengan mudah dan efisien.
Hubungi kami di https://wa.me/6282311150090 atau Klik tombol "Alat Uji Widal" untuk pemesanan.
Segera pesan alat uji Widal dari Prima Medikatama sekarang dan pastikan Anda mendapatkan harga terbaik!
#Tabung EDTA 3 ML#Reagen Kimia Darah ALT/GPT EVOGEN#Reagen Kimia Darah CHOLESTEROL MR#Reagen Golongan Darah#Reagen Widal Salmonella Typhi O#Reagen Kimia Darah#Diluent Mindray 20L#Reagen Widal
28 notes
·
View notes
Text
Tersuspek Ensefalitis
"Aneh, kalau tipes atau demam tifoid harusnya dengan titer widal serendah ini, tidak akan menyebabkan nyeri kepala terus menerus dengan tipe menekan (tension) disertai demam seperti ini, mbak DM. Tidak ada keluhan pencernaan juga." ujar dokter penyakit dalam kedua di rumah sakit ketiga yang pernah merawatku. Kali ini bukan rumah sakit pendidikan, karena punya waktu dan tenaga yang sedikit lebih baik untuk lari ke IGD RS lain daripada saat itu; pingsan.
"Saya konsulkan saraf ya" tambah beliau
Dalam hati, "Allah, jangan tentang saraf yaAllah, sungguh sangat menakutkan kalau sakit ini dikaitkan dengan masalah saraf tepi ataupun pusat (otak)" Selain itu, dokter saraf di rumah sakit aku dirawat juga merupakan guruku sendiri sejak preklinik. "Ah, malu sekali kalau ndak bisa menjawab misal nanti ditandem soalnya sudah lewat stase neuro" batinku
Sebelum dokter saraf visite, aku sudah memikirkan alur pemeriksaan dan arah diagnosisnya. Pemeriksaannya, pastilah cek tanda tanda meningeal sign dan refleks patologis, karena jelas gejala nya yaitu demam dan nyeri kepala. Kalau ada tanda meningeal sign satu saja di antara kaku kuduk, brundzunkii I - IV, Lasegue dan Kernig, pasti akan mengarah ke meningitis. Tambah, tidak ada penurunan kesadaran, maka meningoensefalitis dapat dieleminasi. Syukurnya tidak ada satu pun dari tanda radang selaput otak itu, tapi masih ada satu jenis radang yang belum bisa dieleminasi tanpa pemeriksaan penunjang, yaitu ensefalitis atau radang otaknya itu sendiri; bukan selaputnya lagi.
Setelah visite, beliau ternyata sangat mengingatku, ntah mengingatnya karena aku adalah dokter muda yang rajin atau sebaliknya, wallahu'alam. Mungkin karena beliau adalah pembimbing lapsus ku, dan kala itu aku mengambil penyakit yang beliau dalami, Acute symptomatic seizure on 1-5 years old toddlers and it's implication with their brain development : a case report, "judul yang agak menantang" ;kala itu beliau berpendapat. Lanjut, aku langsung tertidur setelah diberikan obat racikan analgesik + amitriptilin + diazepam. Awalnya juga, aku sedikit kaget, "kenapa diazepam?". Mengapa obat anti kejang "dewa" ini diresepkan? Apa yang terjadi?. Ya walaupun bioavaiblitas nya tidak sebaik apabila dimasukan lewat IV, tapi dosis per oral ini cukup tinggi; 10 mg. Aku agak was was dengan itu.
"Mbak Nadya, sudah bangun? Siap siap, sebentar lagi CT Scan dengan kontras ya" ujar perawat lewat speaker microphone di ruang rawat inap ku.
"Astaghfirullahaladzim" sontak aku terbangun dan menangis. Tidak usah dijelaskan mengarah suspek apa, dan kenapa harus menggunakan kontras, pastilah ini mengarah ke infeksi / radang ; jelasnya ensefalitis. Aku berdoa dan terus berdzikir saat berjalan menuju radiologi. Sambil sesekali menitikan air mata. Menangis.
Kau tau? Pemeriksaan CT Scan adalah momen paling menakutkan yang pernah aku rasakan dalam hidup. Rasanya sangat sangat sangat menakutkan. Suara gemuruh saat kepala dimasukan ke dalam "donat" besar itu, seperti sebuah truk besar yang datang menghampiri dengan kecepatan tinggi. Seperti akan menabrakku. Rasa nyeri pada saat cairan kontras masuk ke saluran IV-ku saja tidak ada apa apanya dengan rasa takut itu. Padahal rasanya sangat nyeri, karena cairannya kental juga vena tangan ku yang sangat kecil dan halus; sangat mudah plebitis. Aku memilih memejamkan mata disertai aliran air keluar dari celah kedua mata juga bibir yang tidak bisa berhenti mengucap asma Allah.
Pesan untuk teman sejawat dokter muda, sekarang aku paham, bagaimana ketakutan para pasien yang biasa kita antar untuk Ct Scan atau MRI kepala, sekarang aku bisa merasakan ketakutakan mereka juga sekarang aku bisa menghayati bagaimana kekhawatiran juga rasa sedih mereka ketika kita antar ke radiologi. Mungkin kita sudah cukup berempati, tapi ternyata, lebih dari itu. Mereka ketakutkan, mereka khawatir, mereka juga bertanya tanya ; "apa yang ada atau apa yang terjadi pada otak/kepalaku ini?"
Persis dengan apa yang aku rasakan, setelah sampai ke ruang rawat inap, aku terus menangis, ketakutan. Rasanya amalku masih sedikit juga dosa ku masih menggunung, aku masih butuh waktu untuk beribadah pada Rabb ku.
Beberapa kali aku menemui pasien ensefalitis dan meningoensefalitis di IGD, tapi keadaanya sangat buruk. Demam. Nyeri kepala. Penurunan kesadaran. Delirium bahkan koma. Pasien juga low intake.
"Tapi keadaanmu sangat bagus nad, kamu bisa jalan, lari juga bisa kan, menelan dengan sempurna, ndak ada defisit neurologis. Tapi aku juga ngga paham apa trias ensefalitis itu harus ditemukan pada klinisnya. Sudah. Ikuti saja dokter sp N kita" kata teman stase (aku menyebutnya profesor) yang sangat cerdas di bidang neuro dulu.
Prognosisnya sebenarnya baik, tapi bergantung juga dengan deteksi dini juga penanganannya.
Bagaimana dengan orangtua ku? Hati mereka hancur ketika aku izin pamit akan Ct-Scan, ayah mama bukan dokter, mereka perawat dan bidan, tapi pastilah mereka tau suspek apa yang membuat anaknya harus di Ct Scan kepala. Tanpa pertimbangan apapu, mereka langsung melesat ke Jember, dengan transportasi dadakan; bus Rosalia. Esoknya mereka hadir dan langsung memelukku. Aku melihat tatapan mereka (terutama mama) yang begitu sedih dan sembab melihatku meminta maaf atas segala kesalahan yang aku lakukan kepada mereka berdua.
"Hasilnya bersih, tidak ada tanda radang ( tidak ada tampakan seperti bintang berkelap kelip di hasil Ct Scan kontras ; kalau dari gampangannya aku belajar baca Ct Scan dulu )" ujar dokter Sp.N saat visite.
Syukur alhamdulillah, kedua orangtua ku langsung bersujud. "Tapi Nadya ngga boleh kebanyakan pikiran ya, sementara saya serahkan ke dokter penyakit dalam, tapi tetap saya resepkan amitriptilin dan diazepam ya, profilaksis TTH nya, sudah saya izinkan dokter forensik agar Nadya fokus dulu" tambah beliau.
Alhamdulillah, rasanya seperti mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup kembali. Walaupun, setelah itu, hasil cek laborat menyatakan LED (Laju Endap Darah) yang tinggi dan tersuspek autoimmun jadi langsung di ANA tes. Ntah mengapa, rasanya aku sudah ikhlas apapun yang terjadi, melihat orangtua ku terseyum senang maka apa yang aku harapkan lagi.
Dan, besoknya aku langsung dibawa pulang untuk rawat jalan di rumah (ayah mama perawat ya, insyaAllah aman), dan mama langsung ngendika,
"Berhenti sejenak, nak. Ambil cuti, istirahat di rumah. Pindah Solo ya, nak, Mama Ayah urus ke Om Tonang, sampeyan istirahat" Kata Mama.
Ternyata, kejadian kemarin itu membuat mama syok sampai dengan sekarang, mama takut apabila aku masuk RS atau opname sendirian lagi di jember, mama tidak bisa membayangkan lagi putri ragilnya di Ct Scan sendirian tanpa orangtua di sana. Jadilah, kepindahan akan segera diurus
walaupun, rasanya sedikit berat.
pastilah akan menambah masa studi, menambah dana, menambah tantangan juga masalah yang ntah apa pun itu pasti akan aku dapatkan di tempat baru nanti. kuatkan hamba dalam memperoleh keridhoan orangtua hamba yaAllah.
Karena ridho orangtua adalah ridho Mu yaAllah
7 notes
·
View notes
Text
Supplier yang Jual Reagen Widal Test dari Prima Medikatama PALING MURAH
Yang Jual Reagen Widal Test KLIK https://primamedikatama.com/, Tabung EDTA Tutup Ungu, Reagen Widal Test, Lyse Mindray, Reagen Widal Salmonella Typhi O, Reagen Kimia Darah..Untuk Pemesanan Klik "Reagen Widal Test"
Tingkatkan Kepastian dengan Reagen Widal Test
Reagen Widal Test adalah solusi yang tepat untuk mendeteksi dan mendiagnosis demam tifoid, atau tipes, dengan cepat dan akurat. Dengan spesifikasi yang unggul dan berat yang ringan, produk ini merupakan alat diagnostik penting yang akan membantu Anda merawat pasien dengan lebih baik.
Spesifikasi Produk:
Berisi Reagen Widal untuk Salmonelle Typhi O, Salmonella paratyphi AO, Salmonella paratyphi BO, Salmonella paratyphi CO, Salmonella typhi H, Salmonella paratyphi AH, Salmonella paratyphi BH, dan Salmonella paratyphi CH.
Setiap set berisi 8 vial dengan masing-masing vial berisi 5 mL.
Berat setelah dipacking hanya sekitar 900 gram.
Dimensi packing yang kompak: P: 20cm, L: 18cm, T: 15cm.
Manfaat Utama:
Diagnosis Cepat: Meningkatkan kemampuan diagnosis dugaan demam tifoid dengan akurasi yang tinggi.
Fleksibilitas: Tes berbagai jenis Salmonella untuk memastikan diagnosis yang akurat.
Praktis: Setiap set dilengkapi dengan 8 vial, yang memudahkan penggunaan berulang.
Ringan: Produk ini mudah disimpan dan dibawa ke mana-mana.
Kualitas Terjamin: Dibuat dengan standar kualitas tinggi untuk kepercayaan yang tak tergoyahkan.
Data Penjualan:
Target penjualan: 30 set per bulan.
Harga per set: Rp 700.000.
Reagen Widal Test adalah mitra terbaik Anda dalam menghadapi demam tifoid. Dengan kemudahan penggunaan, akurasi diagnosis, dan hasil yang cepat, produk ini adalah pilihan terbaik untuk para profesional medis.
Percayakan Reagen Widal Test untuk meningkatkan kualitas pelayanan Anda dan meningkatkan diagnosis dugaan demam tifoid. Jangan biarkan penyakit ini mengancam kesehatan pasien Anda. Dapatkan Reagen Widal Test sekarang dan tingkatkan kepastian diagnosis Anda.
Hubungi Kami Di :https://wa.me/6282311150090
12 notes
·
View notes
Text
Edgelord tifoids on the internet LOVE to be like "I'm le rapepoon I beat the fuck out of women I'm such a violent misogynist" while just being a bunch of virgins with no criminal record and meanwhile real men be like "I'm sooooo harmless I'd never rape!! Kill all rapists!! Women are soo safe around me Im a feminist" And them they manipulate, lie to, and wear down women or even buy prostitutes to get "consensual" sex
6 notes
·
View notes
Text
Will Graham: «A cosa pensi quando pensi all'uccidere?». Hannibal Lecter: «Penso a Dio». Will Graham: «Il bene e il male?». Hannibal Lecter: «Il bene e il male non hanno nulla a che fare con Dio. Tengo il conto dei crolli delle chiese. Hai saputo di quello successo di recente in Sicilia? La facciata è crollata su sessantacinque nonne, durante una messa speciale. E' stato il male? E' stato Dio? Se esiste davvero lassù, adora farlo. Febbre tifoide e cigni provengono tutti dalla stessa fonte».
#citazione#citazioni#hannibal#hannibal nbc#hannibal lecter#citazioni serie tv#serie tv#morte#dio#pensieri#riflessioni#amo questa serie
6 notes
·
View notes
Text
Destinos africanos: Namíbia e a tribo Himba
O país perfeito para quem curte aventura, natureza e cultura, localizado no sul da África, chamado Namíbia, próximo a Zimbábue, tem muito mais que incríveis parques de safari e povos e tribos locais, como a tribo Himba. Por isso nós, do blog @pegasus-viagens e do blog @destinoperfeito vamos estar mostrando para vocês algumas informações desse país.
Primeiramente, vale ressaltar que a moeda oficial da Namíbia é o dólar namibiano (NAD), mas o rand (ZAR), moeda oficial da África do Sul, também é aceita no país. E uma vantagem é que lá não precisa de visto para entrar no país.
A Namíbia é um país quente, então é importante beber bastante água mineral para se manter hidratado, também é obrigatório ter o Certificado Internacional de Vacinação contra febre amarela para entrar no lugar, e é recomendado também vacinas contra hepatite A, febre tifoide e encefalite japonesa, mesmo não sendo uma exigência.
E agora, para quem busca se aprofundar culturalmente, vamos se aprofundar nas características da Tribo Himba. A característica mais marcante deles é seu tom de pele e cabelos avermelhado, devido ao "Otjize”, uma pasta de manteiga, gordura e ocre vermelho, que pode ser perfumado com resina aromática, usado pelas mulheres aplicam duas vezes ao dia nas tranças e no corpo para se protegerem do sol e como símbolo da vida.
A tribo vive em comunidades mais isoladas no ambiente deserto e assim eles mantêm suas tradições, mas ainda assim são ameaçadas por problemas atuais e que remontam à 1904, quando foram vítimas de um genocídio pela colonização alemã.
Por isso, é necessário que essas comunidades sejam valorizadas para não acabarem desaparecendo como tantas outras durante a história. Por hoje é isso, logo aparecemos de novo, até mais!
2 notes
·
View notes
Text
Fila para a vacinação da febre tifoide no Recife em 1958.
Photo Mário Carvalho.
#Vacinação#Febre Tifóide#1950s#Recife PE#Recife City#Antigamente#Vacinas#pernambuco#nordeste#photo#photography#foto#ruas#vintage
3 notes
·
View notes
Text
Sobre a morte e a sensação de estar viva até o talo
youtube
"Relata a impressionante história de uma mulher que andara milhas para salvar seu último filho — seus outros doze filhos morreram em campos de concentração — porque ouvira dizer que havia uma mulher que salvava vidas. A criança ardia em febre, com bolhas por todo o corpo, era um caso de febre tifoide — não tinha remédio, nada podia ser feito. A mãe, em seu desespero, como última esperança, lhe disse muito diretamente: “Você tem de salvar o meu filho”. Urgia fazer algo, não dava simplesmente para dizer “sinto muito”. A única possibilidade de tentar fazer alguma coisa pela criança era num hospital, muito distante, e teriam de ir a pé, pois não havia outro meio de transporte. Após a longa caminhada, chegando ao hospital, foram informadas de que não havia vagas. A obstinação de Elisabeth, na época com 19 anos, fez com que surgisse uma vaga, com a condição de que deixassem a criança lá por três semanas. Foi o que aconteceu, e as duas voltaram caminhando. Essa mulher passou a ser sua assistente, tornando-se seu braço direito; após três semanas contadas, a mãe deixou um bilhete agradecendo: o menino fora salvo. Tal obstinação acompanharia Elisabeth durante toda a sua existência, o que permitiu que salvasse vidas e almas, como veremos."
(Maria Júlia Kovacs sobre Elizabeth Kubler Ross - no livro ""Educação para a Morte, sobre temas e reflexões", pg. 85).
0 notes
Text
Tipes: Gejala, Cara Mengatasi, dan Obat Ampuh untuk Mencegah Kambuh
Pengenalan tentang Tipes Tipes, atau yang dikenal juga dengan demam tifoid, adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini memiliki kecenderungan untuk menyerang saluran pencernaan manusia dan dapat menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Penyakit ini sering ditemukan di wilayah dengan sanitasi buruk dan praktik higiene yang kurang memadai,…
0 notes
Text
OMS Atualiza Lista de Micro-Organismos com Potencial de Causar Pandemias A Organização Mundial da Saúde (OMS) divulgou recentemente uma nova lista de patógenos com potencial de causar pandemias. Este documento, fruto de um trabalho colaborativo que envolveu mais de 200 cientistas de mais de 50 países, foi apresentado durante a Cúpula Global de Preparação para Pandemias 2024, realizada no Rio de Janeiro. Com a inclusão de 27 patógenos, esta atualização serve como um guia crucial para a comunidade científica e médica, além de reforçar a necessidade de pesquisas contínuas para prevenir futuras pandemias. O Papel da OMS na Vigilância de Patógenos Pandêmicos A OMS tem desempenhado um papel fundamental na coordenação de esforços globais para identificar e mitigar ameaças pandêmicas. A atualização da lista de micro-organismos com potencial pandêmico é uma parte vital dessa estratégia. Anteriormente, as listas publicadas em 2017 e 2018 incluíam apenas 11 patógenos. A nova lista expandida reflete o avanço do conhecimento científico e a crescente preocupação com novos patógenos emergentes. Metodologia da Seleção dos Patógenos A seleção dos patógenos foi baseada em critérios rigorosos de transmissibilidade e virulência. Patógenos que se espalham rapidamente e causam infecções graves foram priorizados. Além disso, o relatório inclui patógenos protótipos que servem como guias para pesquisas futuras, permitindo um melhor entendimento de suas famílias e potencial de mutação. Novos Patógenos na Lista A lista atualizada inclui uma gama diversificada de vírus e bactérias. Entre os novos patógenos listados estão causadores de doenças como dengue, chikungunya, salmonelose não tifoide, cólera, pneumonia, febre amarela, doença mão-pé-boca, e várias gripes. Estes patógenos representam uma ameaça significativa devido à sua capacidade de causar surtos rápidos e severos. Patógeno X: A Ameaça Desconhecida Um aspecto intrigante do relatório é a inclusão do chamado "patógeno X". Este termo refere-se a um micro-organismo ainda desconhecido que pode causar uma pandemia no futuro. A OMS utiliza esta categoria para destacar a necessidade de estar preparado para ameaças emergentes que ainda não foram identificadas pela ciência. O conceito do patógeno X sublinha a incerteza e a natureza imprevisível das pandemias, enfatizando a importância da pesquisa contínua e da vigilância global. Impacto da Covid-19 nas Estratégias de Preparação A pandemia de Covid-19 forneceu lições valiosas sobre a preparação e resposta a pandemias. Durante a Cúpula Global de Preparação para Pandemias 2024, representantes de governos, organizações sanitárias, indústrias e a sociedade civil debateram sobre as lições aprendidas e as perspectivas futuras. Este evento reforçou a importância da cooperação internacional e da ciência para mitigar o impacto de futuras pandemias. Iniciativas de Pesquisa e Desenvolvimento A lista da OMS também visa orientar investimentos em pesquisa e desenvolvimento de ferramentas e contramedidas, como vacinas e medicamentos. O objetivo é aumentar a capacidade de resposta global, garantindo que a comunidade internacional esteja melhor preparada para enfrentar novas ameaças à saúde pública. Lista de Patógenos com Potencial Pandêmico Entre os patógenos listados estão: Mammarenavirus lassaense (Febre de Lassa) Vibrio cholerae (Cólera) Klebsiella pneumoniae (Pneumonia) Yersinia pestis (Peste) Shigella dysenteriae 1 (Shigelose) Salmonella enterica (Salmonelose não tifoide) Orthohantavirus hantanense (Febre hemorrágica) Orthohantavirus sinnombreense (Febre hemorrágica das Américas) Orthonairovirus haemorrhagiae (Febre hemorrágica da Crimean-Congo) Bandavirus dabieense (Febre Grave com Síndrome de Trombocitopenia) Merbecovírus (MERS) Sarbecovírus (SARS) Orthoebolavirus sudanense (Ebola) Orthomarburgvirus marburgense (Doença de Marburg) Orthoflavivirus flavi (Febre amarela) Orthoflavivirus dengue (Dengue) Orthoflavivirus zikaense (Zika)
Alphainfluenzavirus influenzae (Vários tipos de gripe) Henipavirus nipahense (Nipah) Enterovirus coxsackiepol (Doença mão-pé-boca) Orthopoxvirus variolae (Varíola) Orthopoxvirus monkeypox (Mpox) Lentivirus humimdef1 (HIV) Alphavirus chikungunya (Chikungunya) Alphavirus venezuelan (Encefalite Equina Venezuelana) Patógeno X Conclusão A atualização da lista de micro-organismos da OMS com potencial pandêmico é um passo crucial para a preparação global. Ela fornece um guia claro para a pesquisa científica e para o desenvolvimento de respostas eficazes a futuras ameaças pandêmicas. A inclusão de novos patógenos e a ênfase no patógeno X reforçam a necessidade de vigilância contínua e colaboração internacional para proteger a saúde pública global.
0 notes
Text
Dispensario medico
Come previsto abbiamo passato alcune ore al dispensario con suor Jeannine, la sage femme Croyance, Cecilia una suora postulante molto giovane e una aiutante con handicap della parrocchia.
Al dispensario era presente una donna che era in moto con il marito e domenica hanno avuto un grave incidente. Le hanno dato antibiotici e non la hanno portata subito all’ospedale di Ihosy perché il medico di Jangany da Fianarantsoa ha detto di tenerla qui. Invece la porteranno perché il caso è grave.
Suor Jeannine ci ha mostrato tutte le stanze del dispensario: sala aspetto, studio per colloqui, stanza con i letti (quelli donati dalla Fornaca) per i malati in osservazione, magazzino medicine, ripostiglio con sedia dentistica smontata che non sappiamo se sia ancora funzionale. All’esterno vi è anche lo spazio per una eventuale costruzione di altre stanze. Si trova vicino alla sede dell’inceneritore.
Al Dispensario si accede da una porta ad hoc in modo da non creare confusione con l’ingresso scolastico.
Ci siamo inizialmente soffermati sui farmaci presenti al magazzino: sono molti ma tutti acquistati successivamente a quelli che avevamo inviato. Questi (che erano presenti al momento in cui suor Jeannine ha sostituito suor Juliette) sono stati tutti utilizzati nel periodo COVID e anni successivi.
Abbiamo consegnato i farmaci portati, due macchine per misurare la pressione e un otoscopio con i materiali di ricambio per le orecchie.
Al dispensario è presente un registro cartaceo che sostanzialmente segna il nome/cognome del malato, il progressivo, l’età e il sesso, l’indirizzo, la malattia, la cura data. C’è spazio per il peso ma hanno la bilancia senza pile se non rotta. Il progressivo indica circa 200 malati al mese. Facendo il giro del villaggio vicino al dispensario medico pubblico apprendiamo da Aina che il numero mensile di malati lì è il doppio.
Oltre al registro ogni paziente è dotato di un libretto dove sono segnati: data, malattia, prescrizione. Questo costituisce una specie di libretto sanitario.
Se la cura non è sufficiente il malato ritorna e il libretto da continuità alla presa in carico.
Le fotografie fatte hanno ripreso tutti i farmaci; antibiotici, paracetamolo, complessi vitaminici, antistaminici… bende garze, c’è di tutto.
Le malattie principali si confermano essere paludismo (malaria), febbre tifoide, bilargiosi, confermati 5 casi di epilessia e alcuni casi di cisticercosi. Naturalmente ferite. Non è presente la lebbra.
Abbiamo avviato un excel per raccogliere dati sintetici inserendo anche la provenienza (vari villaggi e vari quartieri di Jangany).
I malati in sala d’attesa si sono fatti riprendere in foto con piacere e dialogo.
Su un totale di 100 malati il 60% proviene dai diversi villaggi della brousse e il 40% da diversi quartieri di Jangany. La malaria è la diagnosi più diffusa. Lo Stato non garantisce al Dispensario i test che vengono comunque acquistati: un test rapido consente di individuare la malattia con sicurezza. Normalmente ci sono 200 visite al mese. La gente non viene a farsi curare per il timore di pagare, nonostante al dispensario medico si chieda solo un piccolo contributo o niente tenendo conto delle possibilità del malato. Nel mese di aprile, quando il raccolto dalle risaie consente una maggiore disponibilità economica, le visite salgono a 400.
i medicinali sono acquistati a Betroka o a Tanà ogni trimestre (antibiotici, antiinfiammatori, antistaminici, complessi vitaminici… antimalarici); i più utilizzati come frequenza sono antimalarici e antibiotici
il costo totale di ogni trimetre è di circa 4.000.000 ariary, si tratta quindi di un costo annuale di 16.000.000 di ariary pari arrotondando per eccesso a 3.500€ anno
tutte le medicine inviate dagli Amici di Jangany sono state utilizzate e quelle acquistate successivamente vengono utilizzate come i loro registri sanitari dimostrano
I malati gravi devono recarsi all'ospedale di Sakalalina
quest’anno sono già 55 ad oggi i malati
si recano il malato e almeno un accompagnatore
con il taxi brousse il costo del viaggio andata e ritorno è pari a 500.000 ariary per persona
poi ci sono le spese per le analisi e le medicine presso l’ospedale di Sakalalina che ammontano da 300 a 400.000 ariary ma anche a 800.000 per eventuale ospedalizzazione necessaria
se devono fermarsi l’ospedale offre appartamento a basso costo che possiamo considerare tra 200/300.000 ariary
facendo una somma simulata arriviamo a un costo di circa 1.500.000/2.000.000 di ariary, pari cioè da 300 a 400 euro. Se consideriamo 350€ * 55 malati (ad oggi) arriviamo a un 20.000€
naturalmente non è che le suore possono aiutare tutti i malati che vanno a Sakakalina, e va anche detto che la più parte non ci va perché non ha i soldi (o ci va quando è tardi)
27 giugno 2024 Renato Gava
0 notes
Text
Demam Tifoid (Tipes): Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya
Demam Tifoid, atau yang dikenal sebagai tipes, adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi dan sering menjadi masalah kesehatan di daerah dengan sanitasi yang buruk. Di Indonesia, tipes masih merupakan penyakit yang umum dijumpai. Gejala Demam Tifoid Gejala tipes biasanya muncul satu hingga dua minggu setelah…
View On WordPress
0 notes
Link
0 notes
Text
Governo Lula agora pune, cobrando imposto, quem investir em saneamento básico
O Brasil precisa investir em infraestrutura com urgência, mais de R$800 bilhões só em saneamento. Falta de água e esgoto mata, até porque é o que provoca doenças como leptospirose, esquistossomose, disenteria bacteriana, febre tifoide e cólera. Matam e lotam hospitais públicos. Após anos de debates, o Congresso aprovou o Marco do Saneamento, abrindo portas ao investimento privado. Sem limites…
View On WordPress
1 note
·
View note