#tifoid
Explore tagged Tumblr posts
haridiva · 28 days ago
Text
Merencanakan Perjalanan ke Luar Negeri? Inilah Vaksinasi yang Perlu Anda Pertimbangkan
Perjalanan ke luar negeri ibarat membuka lembaran baru dalam buku petualangan Anda. Setiap destinasi menawarkan pengalaman unik, budaya berbeda, dan tentu saja, tantangan kesehatan yang mungkin tidak Anda temui di rumah. Salah satu langkah penting untuk memastikan perjalanan Anda berjalan lancar adalah dengan mempersiapkan vaksinasi yang tepat. Vaksinasi bukan hanya tentang melindungi diri…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
aguswa942 · 2 years ago
Text
Demam Tifoid
Penyebab dari penyakit tipes atau demam tifoid ini adalah bakteri Salmonella typhi. Biasanya bakteri ini disebarkan melalui: Feses dan urine penderita yang mengkontaminasi air atau makanan. Penderita mengalami demam, pusing dan muntah. Perut nyeri di ulu hati, susah tidur, berak mencret dan urine seperti air teh. Disarankan untuk berobat di Rumah Sakit dan menjalani rawat inap. Agar kondisinya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
kon-igi · 4 months ago
Note
ciao Kon,
Ho avuto un problema con la fognatura, in poche parole è esplosa e mi ha invaso il bagno e parte dell’ingresso di casa di acqua e liquami vari. Abbiamo lavato tutto con una quantità enorme di acqua e disinfettante(lisoformio), in alcuni punti anche con la candeggina. Buttato tutto quello che non poteva essere disinfettato o lavato. Posso stare sufficientemente tranquilla o rischio qualche infezione? A cosa devo prestare attenzione nei prossimi giorni/settimane.
ti ringrazio
Dunque, considera la seguente cosa: tutti nel proprio intestino hanno una concentrazione variabile dei cosiddetti COLIFORMI FECALI cioè batteri che evolvendo insieme a noi (e ai mammiferi in genere) hanno trovato una sorta di equilibrio con il nostro organismo.
Noi diamo loro nutrimento e il tepore del nostro intestino e loro in cambio rimangono tranquillini... a meno che non migrino nella vagina o nella vescica, a meno che non avvenga contaminazione oro-fecale in soggetti fragili o predisposti, a meno che... vabbe', considera che quelli che hai in questo momento nell'intestino sono tranquillini.
I coliformi fecali sono, per esempio, la famigerata ESCHERICHIA COLI, la KLEBSIELLA PNEUMONIAE e molti ENTEROBACTER ma la loro virulenza (la capacità di infettare) è direttamente proporzionale alla loro concentrazione e inversamente proporzionale alla valenza del sistema immunitario del soggetto che ne viene a contatto.
(ricordate la polemica dei nuotatori olimpionici nella Senna a cui era stato permesso di immergersi nel fiume a patto che la concentrazione di coliformi di sversamento dalle fogne fosse entro certi limiti?)
Discorso diverso se il materiale fecale provenisse da persone portatrici (sintomatiche o sane) di colera, epatite A, salmonellosi, febbre tifoide e SarsCoV&SarsCov2 ma queste sono infezioni piuttosto evidenti e di Typhoid Mary ce ne sono poche.
Accettabile la disinfezione con i sali quaternari di ammonio (mi piace l'odore di Lisoform al mattino... ha il profumo di denaturazione delle proteine della membrana cellulare!) ma sono considerati disinfettanti di basso livello, mentre l'ipoclorito di sodio è il clorossidante elettrolitico con il più alto tasso di potere battericida, virucida e sporicida
Tumblr media
(la differenza tra disinfettante e antisettico è che il primo si usa sulle superfici e il secondo sulla pelle)
Per concludere, son tante le cose segrete dal nostro organismo secrete ma credo che per questa volta sarete sana maggioranza senza febbre alta, vomito a getto e diarrea esplosiva da infezione fecale.
Tumblr media
10 notes · View notes
nadyagifary · 2 months ago
Text
Bersahabat dengan Rasa Nyeri
"Jadi, rhinogenic headache itu dampaknya seluar biasa itu nggih dok?" tanya ku
"Iya, apalagi konka bulosa itu, biasanya terjadi pada hidung yang mancung yang banyak mengalami deviasi entah kongenital ataupun trauma, barangkali punya dik Nadya ini kongenital" jelas beliau, salah satu konsulen THT di rumah sakit pendidikan kami.
Selepas dari konsultasi malam itu (7 Desember 2024), aku kembali pulang dan bersujud, bersyukur atas hasil MRI yang telah kulakukan di RS Lumajang saat stase radiologi. Lagi-lagi, aku menangis akan kebaikan Allah masih memberikanku sebuah kesempatan untuk berubah dan beratubat menjadi lebih baik. Atas menggunungnya dosa-dosa ku, dengan jalan ujian inilah, aku kembali mengingat kuasa dan memohon atas ampunan; ujian adalah tanda cinta.
Bermula dari akhir tahun 2023, bulan November lebih tepatnya. Tiba-tiba terjatuh tidak sadarkan diri karena menahan sakit saat sedang menjalani dinas pagi di Poli Mata. Dilarikan ke IGD, rawat inap selama sepekan, dan dipulangkan atas dasar diagnosis demam tifoid. Tapi, gejala itu muncul lagi tepat satu bulan setelahnya, Desember 2023. Demam tinggi, disertai nyeri kepala hebat, kali ini tidak ada penurunan kesadaran, aku masih sanggup memesan grab dan menuju IGD RS lain, bukann RS Pendidikan. Dan di saat itulah, bayang-bayang penyakit itu muncul; hasil CT Scan yang menunjukan hasil meningitis dengan dasar pembacaan enhacement di lobus parietal kanan dan kiri.
Dunia ku hancur, mimpiku masih tinggi, asa dan karyaku belum seberapa, ilmu yang aku perjuangkan belum bermanfaat bagi orang lain; baik ilmu dunia (kedokteran) dan ilmu agama (diin). Betapa mengerikannya penyakit yang terketik di kertas hasil pembacaan CT Scan Kepala dengan Kontras itu. Tapi, ada yang lebih hancur lagi; hati orangtua ku. Mereka menangis dan menarikku pulang untuk rehat dan cuti sejenak, sembari merencanakan pemeriksaan yang jauh lebih advance; MRI dengan kontras sesuai arahan Om Tonang di RS UNS.
Aku takut, sangat ketakutan; aku tidak bisa membayangkan bagaimana prognosa dan kelanjutan penyakit ini; terlebih banyak belajar mengenai penyakit ini saat stase neuro, apakah ia akan merenggut motorikku, merenggut jangkauan langkah jalanku, dan terakhir. merenggut mimpi ku rasanya seolah tenggelam di samudera terdalam. Karena dasar ketakutan itulah, pemeriksaan MRI belum terlaksana, hingga aku melanjutkan koas ku lagi; Stase Pediatri di RS Lumajang. Aku melanjutkan hari-hari dengan rasa syukur, sambil benar-benar memperhatikan waktu, dengan bayang-bayang ketakutan; untuk saat itu, hasil konsultasi dokter saraf memberikan penenang akan kemungkinan kesalahan bacaan CT Scan dsb.
Aku melanjutkan hari, hingga tiba stase radiologi di Lumajang, disitulah, aku dimotivasi untuk melanjutkan pemeriksaan; MRI dengan kontras. Alhamdulillah, hasilnya bersih, tidak ada tanda enhacement (gambaran infeksi) di semua lobus. Aku dikonsulkan ke THT untuk mendapat penjelasan atas nyeri kepala hebat itu; et causa konka bulosa (pembesaran konka) karena deviasi septum nasi.
Dua pemeriksaan yang aku jalani di tahun 2024; CT Scan maupun MRI adalah saat-saat paling menakutkan yang pernah aku rasa. Memasuki 'donat besar' itu, seorang diri di ruang yang dingin, suara mesin bergemuruh dan bersahut-sahutan. Apalagi MRI yang memakan waktu 2 jam. Aku menitikkan air mata setiap suara gemuruh itu datang; mengingat nikmat yang Allah telah berikan selama 24 tahun aku hidup; mengingat ingat kasih sayang yang begitu indah aku terima dari segala penjuru. Memohon ampun seraya berdzikir dengan ruas-ruas jari yang aku gerakkan secara sangat perlahan.
Lagi-lagi, Allah memberikan rasa cinta nya melalui hikmah pengajaran atas ujian. Ada Allah, serahkan takdir itu, tangisan, syukur, serahkan masa hidup itu, atau kematian. Hikmahnya, aku lebih banyak menghitung dan berhati-hati dengan waktu, menghitung dan memperbanyak mengingat dosa dan kematian. Melembutkan hati untuk menjaga diri jauh lebih baik lagi. Atas ujian, aku bersyukur. Allah masih memberikanku kesempatan untuk mengambil pelajaran dan bersabar karenanya.
Berjalan dua minggu setelah konsultasi hasil MRI, kali ini Allah memberikan tanda cinta Nya lagi dengan ujian lain. Muncul benjolan di bawah telinga kiri, keras, padat, immobile, dan nyeri luar biasa disertai demam tinggi. Aku sampai menangis ketika menggerakan kepala, bahkan untuk membaca buku selama 15 menit saja aku tidak sanggup; perlu menoleh dengan sekuat tenaga, seluruh tubuh.
Aku kembali lagi mendaftar pelayanan kesehatan; kali ini Poli Bedah. Setelah dilihat oleh seorang konsulen bedah umum, Allah mengarahkanku untuk merasakan nikmat berupa 2 tusukan biopsi di Lab PA. Sakit, sangat sakit, tapi aku bersyukur, Allah masih membukakan pintu sabarku dalam hati; untuk tetap berhati-hati dalam merasa. Sempat membuat laporan kasus atas diri; mengaitkan dengan persangkaan menigitis, tumor, konka bulosa dengan hubungannya dengan benjolan di leher. Aku kembali belajar; luas sekali ilmu Allah dan bagaimana Allah menunjukan kebesaranNya di tubuh manusia.
Hasil bacaan biopsi keluar, hasilnya tidak jelas; tidak bisa diartikan. Kali ini, aku bersabar lebih dalam lagi. Menjalani bombardir obat-obat kelas berat itu, meminum antibiotik 'tinggi' (re: amoxiclav dan meropenem apabila perlu). Dan alhamdulillah, setelah melewati 6 minggu, benjolan itu mengecil. Aku bersyukur atas nikmat nyeri itu. Sungguh, aku jadi sangat mengenalnya, memiliki ambang yang tinggi karena ujian nyeri; bersahabat dengannya. Alhamdulillah
Jember, 13 Februari 2025.
Lama tidak bersua ya, tumblr.
7 notes · View notes
primamedikatama · 2 years ago
Text
Harga Alat Uji Widal dari Prima Medikatama PALING MURAH
Tumblr media
Harga Alat Uji Widal KLIK https://primamedikatama.com/, Blood Control Hematology, Reagen Golongan Darah, Reagen Kimia Darah AST/GOT EVOGEN, Lyse Mindray, Tabung EDTA Tutup Ungu.
Apakah Anda mencari alat uji Widal berkualitas dengan harga terbaik?
Prima Medikatama adalah pilihan terbaik Anda!
Spesifikasi Produk
Tumblr media
Reagen Widal Berkualitas Tinggi:
Alat uji Widal kami terdiri dari berbagai reagen yang Anda butuhkan, termasuk Salmonelle Typhi O, Salmonella paratyphi AO, Salmonella paratyphi BO, Salmonella paratyphi CO, Salmonella typhi H, Salmonella paratyphi AH, Salmonella paratyphi BH, dan Salmonella paratyphi CH.
Dalam satu set, Anda akan menerima 8 vial dengan masing-masing vial berisi 5 mL reagen.
Ringan dan Mudah Dikirim:
Produk kami memiliki berat hanya 900 gram, dan dimensi packingnya adalah P: 20cm, L: 18cm, T: 15cm.
Ini membuat pengiriman alat uji Widal dari Prima Medikatama menjadi sangat praktis.
Harga Terjangkau:
Kami bangga menyediakan produk berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.
Alat uji Widal ini dapat Anda miliki hanya dengan harga Rp 700.000.
Fungsi Utama
Tumblr media
Alat uji Widal adalah salah satu metode penting dalam mendiagnosis dugaan demam tifoid, atau yang lebih dikenal sebagai tipes.
Dengan menggunakan alat uji Widal, Anda dapat dengan cepat dan akurat menentukan apakah pasien mengalami infeksi tifoid.
Ini merupakan langkah kunci dalam memberikan perawatan yang tepat dan tepat waktu.
Pesan Segera Alat Uji Widal!
Tumblr media
Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan alat uji Widal berkualitas tinggi dengan harga yang sangat terjangkau dari Prima Medikatama.
Dengan produk kami, Anda dapat melakukan diagnosis tifoid dengan mudah dan efisien.
Hubungi kami di https://wa.me/6282311150090 atau Klik tombol "Alat Uji Widal" untuk pemesanan.
Segera pesan alat uji Widal dari Prima Medikatama sekarang dan pastikan Anda mendapatkan harga terbaik!
28 notes · View notes
nurramadanims · 3 months ago
Text
Pikiran-pikiran jahat kita (Unpopular Opinion)
Selama menjadi dokter internship kemarin kadang muncul pikiran-pikiran jahat kita ketika menghadapi pasien.
Kadang yang nyari penyakit itu ya pasiennya sendiri - Anak bayi bisa kena tifoid itu makanannya gimana ya momdads. Udah tau punya asma atau ppok masih aja ngerokok terus kalo sesek dikit ke igd hade malem-malem disuruh kontrol malah kaga kontrol! gimana ga emosi zzz. Pasien dewasa muda dateng jam 2 malem gegara mabok overdose alkohol (rasanya pen bilang ya salah elu kocak).
Please aware minimal sama diri kita dan keluarga - Jangan dikit-dikit ditanya "ini sakitnya apa"; "jantung"; "jantungnya apa?"; "gatau dok pokoknya jantung"; ZZZZ sangat tidak membantu. Ditanya "obatnya apa"; "pokoknya yang putih dok"; PFFT. Waktu itu pernah ada pasien orang tua, anaknya best pokoknya, dicatetin riwayat sakit + obat + operasi + nama2 dokter dan RS kontrolnya dong, wah ini mah best sihhh sangat membantu. Minimal tau kita sakit apa yang spesifik, nama obat-obatan, nama prosedur, dll.
Kalo belum siap punya anak (khususnya finansial dan mental) kenapa nggak disiapin dulu minimal - Pernah lagi di nurse stasion, denger suami dikabarin sm perawat kalo istrinya abis SC udah bisa pulang, trus paksu itu nanya "kalo istri saya pulang, bayinya masih ditanggung bpjs nggak". ini aku gatau konteksnya keluarga tsb bpjs pbi/mandiri, gatau juga kalo bayi tuh ditanggung bpjs atau tidak, tapi kayak aku mikir jahat 'knp gitu harus maksain/entah apapun alesannya punya anak'. Kenapa juga banyak yg kontra KB, tapi ujung-ujungnya malah nggak aware ternyata hamil, suaminya jarang nemenin istrinya kontrol, bahkan istrinya pun jarang kontrol. KAYAK KASIAN ANAKNYA SAMA ISTRINYA :( tiba-tiba dateng ke RS lahiran anak ke 4 bukaan 9 jeng-jeng.
Suka banget panik atau overreact - Demam 1 hari anak di bawa ke igd, ditanya udah ke dokter/dikasi pct belum jawabannya BELOM. Nyeri ulu hati baru tadi sore belum minum obat pengennya di rawat HEMM. Yuk minimal edukasi diri sendiri, cara-cara tatalaksana awal demam, diare, bapil, sesek, sakit kepala dll di rumah kayak gimana. Biar ga dikit-dikit ke IGD.
Paling males sama yang banyak mau, entah pake asuransi/umum/bpjs - Pasien bpjs pengen obatnya ini itu, mohon maaf pak aturannya bukan dari saya. Pasien asuransi/umum, kek please banget mukanya biasa aja bisa ga, kaga usah soso apala itu, lu sama-sama pasien kocak, performa kita juga gada bedanya mau lu bayar pake apapun. Udahla sama-sama manusia kek gausa ngerasa lebih tinggi ato gimana.
Suka kesel kalo dikit-dikit minta dirujuk ke spesialis - Pasien bpjs minta dirujuk baru 1x berobat, marah-marah, gue rujuk lah dan minta nomor pasiennya, gue tanya obat dr spesialisnya apa, LAH INI MAH ADA SEMUA OBATNYA DI PUSKES PAK. Pasien anak asuransi demam 1 hari, minta dirujuk ke DSA, itu mah terserah yak sebenernya, dalem hati (asli baru 1 hari lebay beud).
Dah sekian unpopuler opinion versi saya, tapi harus diinget banyaaak juga kok pasien-pasien yang baik, yang biasa aja, yang dikit-dikit inget nama obatnya (ini mending), yang sopan dan menghargai, yang sangat-sangat nyiapin kehamilannya. Banyak kok guys. Semoga kita bisa menjadi salah satu manusia itu ya. Sehat-sehat temen-temen semua :)
3 notes · View notes
bloodcontrolhematology · 2 years ago
Text
Supplier yang Jual Reagen Widal Test dari Prima Medikatama PALING MURAH
Tumblr media
Yang Jual Reagen Widal Test KLIK https://primamedikatama.com/, Tabung EDTA Tutup Ungu, Reagen Widal Test, Lyse Mindray, Reagen Widal Salmonella Typhi O, Reagen Kimia Darah..Untuk Pemesanan Klik "Reagen Widal Test"
Tingkatkan Kepastian dengan Reagen Widal Test
Reagen Widal Test adalah solusi yang tepat untuk mendeteksi dan mendiagnosis demam tifoid, atau tipes, dengan cepat dan akurat. Dengan spesifikasi yang unggul dan berat yang ringan, produk ini merupakan alat diagnostik penting yang akan membantu Anda merawat pasien dengan lebih baik.
Spesifikasi Produk:
Berisi Reagen Widal untuk Salmonelle Typhi O, Salmonella paratyphi AO, Salmonella paratyphi BO, Salmonella paratyphi CO, Salmonella typhi H, Salmonella paratyphi AH, Salmonella paratyphi BH, dan Salmonella paratyphi CH.
Setiap set berisi 8 vial dengan masing-masing vial berisi 5 mL.
Berat setelah dipacking hanya sekitar 900 gram.
Dimensi packing yang kompak: P: 20cm, L: 18cm, T: 15cm.
Manfaat Utama:
Diagnosis Cepat: Meningkatkan kemampuan diagnosis dugaan demam tifoid dengan akurasi yang tinggi.
Fleksibilitas: Tes berbagai jenis Salmonella untuk memastikan diagnosis yang akurat.
Praktis: Setiap set dilengkapi dengan 8 vial, yang memudahkan penggunaan berulang.
Ringan: Produk ini mudah disimpan dan dibawa ke mana-mana.
Kualitas Terjamin: Dibuat dengan standar kualitas tinggi untuk kepercayaan yang tak tergoyahkan.
Data Penjualan:
Target penjualan: 30 set per bulan.
Harga per set: Rp 700.000.
Reagen Widal Test adalah mitra terbaik Anda dalam menghadapi demam tifoid. Dengan kemudahan penggunaan, akurasi diagnosis, dan hasil yang cepat, produk ini adalah pilihan terbaik untuk para profesional medis.
Percayakan Reagen Widal Test untuk meningkatkan kualitas pelayanan Anda dan meningkatkan diagnosis dugaan demam tifoid. Jangan biarkan penyakit ini mengancam kesehatan pasien Anda. Dapatkan Reagen Widal Test sekarang dan tingkatkan kepastian diagnosis Anda.
Hubungi Kami Di :https://wa.me/6282311150090
12 notes · View notes
femalecel · 1 year ago
Text
Edgelord tifoids on the internet LOVE to be like "I'm le rapepoon I beat the fuck out of women I'm such a violent misogynist" while just being a bunch of virgins with no criminal record and meanwhile real men be like "I'm sooooo harmless I'd never rape!! Kill all rapists!! Women are soo safe around me Im a feminist" And them they manipulate, lie to, and wear down women or even buy prostitutes to get "consensual" sex
6 notes · View notes
princessofmistake · 1 year ago
Text
Will Graham: «A cosa pensi quando pensi all'uccidere?». Hannibal Lecter: «Penso a Dio». Will Graham: «Il bene e il male?». Hannibal Lecter: «Il bene e il male non hanno nulla a che fare con Dio. Tengo il conto dei crolli delle chiese. Hai saputo di quello successo di recente in Sicilia? La facciata è crollata su sessantacinque nonne, durante una messa speciale. E' stato il male? E' stato Dio? Se esiste davvero lassù, adora farlo. Febbre tifoide e cigni provengono tutti dalla stessa fonte».
6 notes · View notes
pegasus-viagens · 2 years ago
Text
Destinos africanos: Namíbia e a tribo Himba
O país perfeito para quem curte aventura, natureza e cultura, localizado no sul da África, chamado Namíbia, próximo a Zimbábue, tem muito mais que incríveis parques de safari e povos e tribos locais, como a tribo Himba. Por isso nós, do blog @pegasus-viagens e do blog @destinoperfeito vamos estar mostrando para vocês algumas informações desse país.
Primeiramente, vale ressaltar que a moeda oficial da Namíbia é o dólar namibiano (NAD), mas o rand (ZAR), moeda oficial da África do Sul, também é aceita no país. E uma vantagem é que lá não precisa de visto para entrar no país.
A Namíbia é um país quente, então é importante beber bastante água mineral para se manter hidratado, também é obrigatório ter o Certificado Internacional de Vacinação contra febre amarela para entrar no lugar, e é recomendado também vacinas contra hepatite A, febre tifoide e encefalite japonesa, mesmo não sendo uma exigência.
E agora, para quem busca se aprofundar culturalmente, vamos se aprofundar nas características da Tribo Himba. A característica mais marcante deles é seu tom de pele e cabelos avermelhado, devido ao "Otjize”, uma pasta de manteiga, gordura e ocre vermelho, que pode ser perfumado com resina aromática, usado pelas mulheres aplicam duas vezes ao dia nas tranças e no corpo para se protegerem do sol e como símbolo da vida.
A tribo vive em comunidades mais isoladas no ambiente deserto e assim eles mantêm suas tradições, mas ainda assim são ameaçadas por problemas atuais e que remontam à 1904, quando foram vítimas de um genocídio pela colonização alemã.
Por isso, é necessário que essas comunidades sejam valorizadas para não acabarem desaparecendo como tantas outras durante a história. Por hoje é isso, logo aparecemos de novo, até mais!
2 notes · View notes
haridiva · 10 months ago
Text
Mengenal Kalender Hazard Indonesia: Panduan Bulanan untuk Kesiapsiagaan Bencana dan Penyakit
Indonesia, sebuah negara kepulauan yang megah, dianugerahi keindahan alam yang luar biasa namun juga rentan terhadap berbagai bencana alam dan wabah penyakit. Untuk membantu masyarakat dan pemerintah dalam merencanakan dan merespons secara efektif, “Kalender Hazard Indonesia” telah dikembangkan sebagai alat kesiapsiagaan yang penting. Apa Itu Kalender Hazard Indonesia? Kalender Hazard Indonesia…
0 notes
danielwege-blog · 2 days ago
Text
saiba quais trechos do Litoral da PB devem ser evitados – FM RURAL
News https://portal.esgagenda.com/saiba-quais-trechos-do-litoral-da-pb-devem-ser-evitados-fm-rural/
saiba quais trechos do Litoral da PB devem ser evitados – FM RURAL
Tumblr media
Foto: Rizemberg Felipe
Um único trecho de praia está impróprio para banho no Litoral da Paraíba, de acordo com relatório de balneabilidade divulgado pela Superintendência de Administração do Meio Ambiente (Sudema), neste fim de semana. O ponto impróprio está situado na Praia do Arraial, em João Pessoa, onde a qualidade do mar não atende aos padrões de segurança para recreação das pessoas.
Outros pontos monitorados, situados em Baía da Traição, Cabedelo, Conde, na própria capital João Pessoa, Lucena, Mataraca, Pitimbu e Rio Tinto tiveram a qualidade das águas classificada como própria.
A análise da balneabilidade da água foi realizada de 14 a 15 de abril e é válida até o dia 25 de abril, data da divulgação do próximo relatório. Entre os pontos próprios para banho, está o trecho nas proximidades do Maceió de Intermares, onde uma mancha escura apareceu no dia 17 de março.
O trecho mencionado abaixo se refere, exclusivamente, aos 100 metros à direita e à esquerda das amostras coletadas para análise da qualidade da água.
Lista de praia imprópria para banho na Paraíba
João Pessoa
Em frente à desembocadura do rio Cuiá, na Praia do Arraial.
O que é balneabilidade das praias?
De acordo com a Sudema, a balneabilidade é a qualidade das águas destinadas à recreação de contato primário, que são atividades de contato direto e prolongado com a água (banho, natação, mergulho, pesca, etc), onde existe a possibilidade de ingestão.
Para a avaliação, é necessário o estabelecimento de critérios objetivos, que devem se basear em indicadores a serem monitorados e seus valores confrontados com padrões pré-estabelecidos, para que se possa identificar se determinado local é favorável ou não.
Os corpos d’água contaminados por esgoto doméstico, por exemplo, podem expor os banhistas a bactérias, vírus e protozoários. Crianças e idosos, ou pessoas com baixa resistência, são as mais suscetíveis a desenvolver doenças ou infecções após terem nadado em águas contaminadas.
Doenças transmissíveis em praias com água contaminada
Doenças transmissíveis por meio de água contaminada são uma preocupação em praias. Embora a maioria das doenças relacionadas ao banho não seja grave, elas podem causar uma variedade de sintomas, como enjoo, vômitos, dores de estômago, diarréia, dor de cabeça e febre.
Além disso, infecções em áreas como os olhos, ouvidos, nariz e garganta também são possíveis. Em praias altamente contaminadas, os banhistas podem estar expostos a doenças mais graves, incluindo disenteria, hepatite A, cólera e febre tifoide.
A contaminação da água pode ocorrer de várias formas, como esgoto não tratado, descarga inadequada de resíduos e poluição causada por atividades humanas. A falta de infraestrutura sanitária adequada e o manejo inadequado dos resíduos são fatores contribuintes para a contaminação da água.
É essencial o monitoramento regular de qualidade da água e para que sejam tomadas medidas que minimizem as possibilidades de contaminação. Os banhistas também devem tomar precauções, como evitar engolir água, lavar as mãos antes de comer e após usar o banheiro, e procurar áreas de praia com melhores condições sanitárias.
A conscientização sobre os riscos associados à água contaminada é fundamental para garantir a segurança e o bem-estar dos frequentadores das praias.
0 notes
nadyagifary · 1 year ago
Text
Tersuspek Ensefalitis
"Aneh, kalau tipes atau demam tifoid harusnya dengan titer widal serendah ini, tidak akan menyebabkan nyeri kepala terus menerus dengan tipe menekan (tension) disertai demam seperti ini, mbak DM. Tidak ada keluhan pencernaan juga." ujar dokter penyakit dalam kedua di rumah sakit ketiga yang pernah merawatku. Kali ini bukan rumah sakit pendidikan, karena punya waktu dan tenaga yang sedikit lebih baik untuk lari ke IGD RS lain daripada saat itu; pingsan.
"Saya konsulkan saraf ya" tambah beliau
Dalam hati, "Allah, jangan tentang saraf yaAllah, sungguh sangat menakutkan kalau sakit ini dikaitkan dengan masalah saraf tepi ataupun pusat (otak)" Selain itu, dokter saraf di rumah sakit aku dirawat juga merupakan guruku sendiri sejak preklinik. "Ah, malu sekali kalau ndak bisa menjawab misal nanti ditandem soalnya sudah lewat stase neuro" batinku
Sebelum dokter saraf visite, aku sudah memikirkan alur pemeriksaan dan arah diagnosisnya. Pemeriksaannya, pastilah cek tanda tanda meningeal sign dan refleks patologis, karena jelas gejala nya yaitu demam dan nyeri kepala. Kalau ada tanda meningeal sign satu saja di antara kaku kuduk, brundzunkii I - IV, Lasegue dan Kernig, pasti akan mengarah ke meningitis. Tambah, tidak ada penurunan kesadaran, maka meningoensefalitis dapat dieleminasi. Syukurnya tidak ada satu pun dari tanda radang selaput otak itu, tapi masih ada satu jenis radang yang belum bisa dieleminasi tanpa pemeriksaan penunjang, yaitu ensefalitis atau radang otaknya itu sendiri; bukan selaputnya lagi.
Setelah visite, beliau ternyata sangat mengingatku, ntah mengingatnya karena aku adalah dokter muda yang rajin atau sebaliknya, wallahu'alam. Mungkin karena beliau adalah pembimbing lapsus ku, dan kala itu aku mengambil penyakit yang beliau dalami, Acute symptomatic seizure on 1-5 years old toddlers and it's implication with their brain development : a case report, "judul yang agak menantang" ;kala itu beliau berpendapat. Lanjut, aku langsung tertidur setelah diberikan obat racikan analgesik + amitriptilin + diazepam. Awalnya juga, aku sedikit kaget, "kenapa diazepam?". Mengapa obat anti kejang "dewa" ini diresepkan? Apa yang terjadi?. Ya walaupun bioavaiblitas nya tidak sebaik apabila dimasukan lewat IV, tapi dosis per oral ini cukup tinggi; 10 mg. Aku agak was was dengan itu.
"Mbak Nadya, sudah bangun? Siap siap, sebentar lagi CT Scan dengan kontras ya" ujar perawat lewat speaker microphone di ruang rawat inap ku.
"Astaghfirullahaladzim" sontak aku terbangun dan menangis. Tidak usah dijelaskan mengarah suspek apa, dan kenapa harus menggunakan kontras, pastilah ini mengarah ke infeksi / radang ; jelasnya ensefalitis. Aku berdoa dan terus berdzikir saat berjalan menuju radiologi. Sambil sesekali menitikan air mata. Menangis.
Kau tau? Pemeriksaan CT Scan adalah momen paling menakutkan yang pernah aku rasakan dalam hidup. Rasanya sangat sangat sangat menakutkan. Suara gemuruh saat kepala dimasukan ke dalam "donat" besar itu, seperti sebuah truk besar yang datang menghampiri dengan kecepatan tinggi. Seperti akan menabrakku. Rasa nyeri pada saat cairan kontras masuk ke saluran IV-ku saja tidak ada apa apanya dengan rasa takut itu. Padahal rasanya sangat nyeri, karena cairannya kental juga vena tangan ku yang sangat kecil dan halus; sangat mudah plebitis. Aku memilih memejamkan mata disertai aliran air keluar dari celah kedua mata juga bibir yang tidak bisa berhenti mengucap asma Allah.
Pesan untuk teman sejawat dokter muda, sekarang aku paham, bagaimana ketakutan para pasien yang biasa kita antar untuk Ct Scan atau MRI kepala, sekarang aku bisa merasakan ketakutakan mereka juga sekarang aku bisa menghayati bagaimana kekhawatiran juga rasa sedih mereka ketika kita antar ke radiologi. Mungkin kita sudah cukup berempati, tapi ternyata, lebih dari itu. Mereka ketakutkan, mereka khawatir, mereka juga bertanya tanya ; "apa yang ada atau apa yang terjadi pada otak/kepalaku ini?"
Persis dengan apa yang aku rasakan, setelah sampai ke ruang rawat inap, aku terus menangis, ketakutan. Rasanya amalku masih sedikit juga dosa ku masih menggunung, aku masih butuh waktu untuk beribadah pada Rabb ku.
Beberapa kali aku menemui pasien ensefalitis dan meningoensefalitis di IGD, tapi keadaanya sangat buruk. Demam. Nyeri kepala. Penurunan kesadaran. Delirium bahkan koma. Pasien juga low intake.
"Tapi keadaanmu sangat bagus nad, kamu bisa jalan, lari juga bisa kan, menelan dengan sempurna, ndak ada defisit neurologis. Tapi aku juga ngga paham apa trias ensefalitis itu harus ditemukan pada klinisnya. Sudah. Ikuti saja dokter sp N kita" kata teman stase (aku menyebutnya profesor) yang sangat cerdas di bidang neuro dulu.
Prognosisnya sebenarnya baik, tapi bergantung juga dengan deteksi dini juga penanganannya.
Bagaimana dengan orangtua ku? Hati mereka hancur ketika aku izin pamit akan Ct-Scan, ayah mama bukan dokter, mereka perawat dan bidan, tapi pastilah mereka tau suspek apa yang membuat anaknya harus di Ct Scan kepala. Tanpa pertimbangan apapu, mereka langsung melesat ke Jember, dengan transportasi dadakan; bus Rosalia. Esoknya mereka hadir dan langsung memelukku. Aku melihat tatapan mereka (terutama mama) yang begitu sedih dan sembab melihatku meminta maaf atas segala kesalahan yang aku lakukan kepada mereka berdua.
"Hasilnya bersih, tidak ada tanda radang ( tidak ada tampakan seperti bintang berkelap kelip di hasil Ct Scan kontras ; kalau dari gampangannya aku belajar baca Ct Scan dulu )" ujar dokter Sp.N saat visite.
Syukur alhamdulillah, kedua orangtua ku langsung bersujud. "Tapi Nadya ngga boleh kebanyakan pikiran ya, sementara saya serahkan ke dokter penyakit dalam, tapi tetap saya resepkan amitriptilin dan diazepam ya, profilaksis TTH nya, sudah saya izinkan dokter forensik agar Nadya fokus dulu" tambah beliau.
Alhamdulillah, rasanya seperti mendapatkan kesempatan kedua untuk hidup kembali. Walaupun, setelah itu, hasil cek laborat menyatakan LED (Laju Endap Darah) yang tinggi dan tersuspek autoimmun jadi langsung di ANA tes. Ntah mengapa, rasanya aku sudah ikhlas apapun yang terjadi, melihat orangtua ku terseyum senang maka apa yang aku harapkan lagi.
Dan, besoknya aku langsung dibawa pulang untuk rawat jalan di rumah (ayah mama perawat ya, insyaAllah aman), dan mama langsung ngendika,
"Berhenti sejenak, nak. Ambil cuti, istirahat di rumah. Pindah Solo ya, nak, Mama Ayah urus ke Om Tonang, sampeyan istirahat" Kata Mama.
Ternyata, kejadian kemarin itu membuat mama syok sampai dengan sekarang, mama takut apabila aku masuk RS atau opname sendirian lagi di jember, mama tidak bisa membayangkan lagi putri ragilnya di Ct Scan sendirian tanpa orangtua di sana. Jadilah, kepindahan akan segera diurus
walaupun, rasanya sedikit berat.
pastilah akan menambah masa studi, menambah dana, menambah tantangan juga masalah yang ntah apa pun itu pasti akan aku dapatkan di tempat baru nanti. kuatkan hamba dalam memperoleh keridhoan orangtua hamba yaAllah.
Karena ridho orangtua adalah ridho Mu yaAllah
7 notes · View notes
fredborges98 · 5 months ago
Text
A Viúva Clicquot – A Mulher Que Formou Um Império - Em Breve na Cinesystem
youtube
“O mundo está em perpétuo movimento, e temos de inventar as coisas de amanhã. É preciso ir antes dos outros, ser determinado e exigente, e deixar que a sua inteligência dirija a sua vida. Aja com audácia!"BNP
Audácia* - A inteligência de Barbe-Nicole Ponsardin.
Por: Fred Borges
Texto produzido a partir de uma longa e profunda pesquisa em fontes primárias e secundárias ou bibliograficas sobre a biografia de Madame Barbe-Nicole Ponsardin.
Em 1798 Barbe-Nicole Ponsardin, com apenas 21 anos, casou-se com François Clicquot, filho único de Philippe Clicquot-Muiron, o fundador da Casa Clicquot-Muiron, que tinha negócios na banca, comércio têxtil e comércio de vinho. O casamento foi uma espécie de casamento arranjado para consolidar as fortunas dos dois grandes empresários de Reims.
Apesar do vinho representar apenas uma pequena parte do negócio da família Clicquot, François queria expandir o negócio ao contrário do seu pai que, devido às guerras napoleónicas, achava que o investimento era um risco. Até aqui o negócio do vinho residia na sua distribuição. Philippe comprava o vinho aos produtores locais e exportava-o junto com os seus produtos têxteis, mas apenas como negócio secundário. François queria ser produtor e mudar o foco para vinho espumante que era uma bebida que se tinha tornado popular durante o reinado de Luís XV.
François persistiu na ideia e, junto com a sua jovem mulher embrenhou-se no mundo vitivinícola para adquirir todo o conhecimento que não possuía. Entretanto, em 1805, François Clicquot faleceu prematuramente depois de ter adoecido com uma febre, provavelmente febre tifoide.
Viúva com apenas 27 anos, e com uma filha de 3 anos, Barbe-Nicole investiu a sua herança e pediu apoio ao seu sogro para que, este também investisse no negócio do vinho, contrariamente ao que este pretendia. Philippe acedeu com a condição de que, Barbe-Nicole fosse aprendiz do famoso enólogo Alexandre Fourneaux que também investiria no negócio. E foi assim que, numa altura em que as mulheres assumiam um papel secundário na sociedade, a viúva Clicquot, como ficou conhecida, se tornou numa das primeiras mulheres empresárias do mundo moderno.
Tinha tudo para dar errado. E deu, ao menos nos primeiros 14 anos em que a viúva Clicquot, se meteu a fazer vinho na região de Champagne, na França. Concluído o estágio e passados quatro anos o negócio estava quase falido. As guerras napoleónicas e os bloqueios navais prejudicaram o negócio e foi necessária uma segunda injeção de capital dada pelo seu sogro. E, eis que estando no final das guerras napoleónicas, Barbe-Nicole faz aquela que seria a sua jogada de mestre ao apostar no mercado russo. Nesta altura os russos eram os grandes entusiastas do champagne e, Barbe-Nicole pensou que, se conseguisse ter sucesso neste mercado então a sua empresa também conseguiria ter sucesso. E acertou precisamente na mosca!
Em 1810 havia criado o primeiro champanhe vintage, isto é, um champagne de uma única colheita. Então, uma formidável combinação de persistência com inteligência, clima e terroir adequado tornou uma jovem inexperiente à frente de um negócio falido, numa empreendedora de sucesso.
Na sua adega, Barbe-Nicole guardava a colheita de 1811, que se iria tornar célebre. A passagem de um cometa pela região de Champagne foi vista como um bom presságio para a colheita de e excepcional qualidade. O boato que a safra era excelente viralizou e tornou-se uma ação de vendas para a maison, que apelidou a sua produção como ”le vin de la comète”. Então, as rolhas daquele ano foram marcadas com uma estrela junto com as iniciais VCP. A identificação funcionou e a empresa aprimorou a comunicação visual.
Na altura o champagne era extremamente doce tinha com cerca de 300 gramas de açúcar por litro o que representa aproximadamente o dobro de um atual vinho de colheita tardia. Barbe- Nicole achou que esta bebida faria as delícias dos russos. Dado que os bloqueios navais eram um problema, Barbe-Nicole contrabandeou o seu melhor champagne para Amsterdam, onde ficou aguardando a declaração do fim da guerra. Quando isto aconteceu, as suas 10.550 garrafas de champagne seguiram para São Petersburgo onde foram um sucesso triunfante.
Vários autores russos como Pushkin, Chekhov e Gogol elogiaram o champagne e o czar Alexandre I teia dito que este seria o único champagne que beberia. A sua fama rapidamente se espalhou por entre a corte e os mais abastados e, de um momento para o outro, Barbe-Nicole Clicquot-Ponsardin ou, Madame Clicquot, ganhou fama.
A procura pelo champagne Clicquot foi tal que a viúva Clicquot receou não conseguir fornecer todos os pedidos. Nessa altura, a produção de champagne era um processo muito demorado e dispendioso, já que a sua produção se distingue de um vinho convencional por ter duas fermentações. A segunda fermentação ocorre em garrafa depois de serem adicionados açúcar e leveduras ativas que vão despertar essa segunda fermentação. Ao consumir os açúcares as leveduras libertam o gás carbônico responsável por criar as borbulhas que tornam o champagne numa bebida sedutora. Após a segunda fermentação as leveduras morrem num processo chamado de autólise ficando dentro da garrafa, criando uma turbidez na bebida.
A grande sacada de Madame Clicquot foi desenvolver uma técnica mais eficiente e que não interferisse na qualidade do seu vinho. Em vez de transferir o vinho para outra garrafa, como faziam os fabricantes naquele momento, para se livrarem dos sedimentos e leveduras mortas - que além de ser um processo demorado, era comum danificar as bolhas comprometendo a qualidade do champagne.
Foi então que Barbe-Nicole fez buracos em ângulo na mesa de sua cozinha e encaixou as garrafas de cabeça par baixo, em um angulo em 45 graus. Todos os dias, durante seis a oito semanas, as garrafas foram giradas em um quarto de volta (método chamado de rémuage). Os sedimentos e borras gradualmente se acomodaram no gargalo da garrafa. Quando o depósito acontecia, era realizado o “dégorgement a la volée”, que consistia em retirar simultaneamente a tampa e o depósito em um único movimento manual. Com essa técnica, o champanhe ficou cristalino.
Depois, foi criado um cavalete especial onde as garrafas instaladas iam sendo giradas para facilitar a concentração dos sedimentos no gargalo da garrafa. Ainda hoje, este método, chamado de rémuage e dégorgement, inventado em 1816 é utilizado.
O processo de rémuage revolucionou o método de produção do champagne, e graças a lealdade dos seus funcionários, foram precisas décadas para que os concorrentes de Madame Clicquot descobrissem o método que ela utilizava para que seus vinhos ficassem cristalino, sem sedimentos ou turbidez.
Em 1818 Madame Clicquot criou o primeiro champagne rosé d'assemblage misturando alguns de seus vinhos tintos Bouzy com seu champanhe. O empreendedorismo da Madame Clicquot, a sua visão inovadora, e a sua formidável contribuição para o mundo vitivinícola e para a região de Champagne fez dela a “Grande Dama de Champagne”. Ela nunca deixou a França nem nunca voltou a casar. Faleceu a 9 de julho de 1866 com 89 anos deixando um verdadeiro legado e sabendo que Veuve Clicquot Ponsardin (VCP) era àquela altura, o champagne mais vendido do mundo.
No final da sua vida, em 1860, numa nota a uma bisneta escreveu; “O mundo está em perpétuo movimento, e temos de inventar as coisas de amanhã. É preciso ir antes dos outros, ser determinado e exigente, e deixar que a sua inteligência dirija a sua vida. Aja com audácia!
*Impulso que induz o indivíduo à realização de ações de grande dificuldade e arriscadas, sem considerar riscos e perigos; denodo, intrepidez, ousadia.Característica do que ou de quem é inovador, muitas vezes em oposição aos padrões vigentes.
Audácia na Fé é um termo que se refere à coragem e determinação em acreditar e confiar em algo maior do que nós mesmos. É a capacidade de agir com ousadia, mesmo diante de desafios e incertezas, baseando-se na convicção de que Deus está no controle e irá nos guiar.
1 note · View note
historiadelart · 5 months ago
Text
Amibiasis (Els Vegetals) (Tifoidal, Paratifoide)
gouache sobre cartró
1947
Remedios Varó
Tumblr media
0 notes
afastemsevacas · 7 months ago
Text
Sobre a morte e a sensação de estar viva até o talo
youtube
"Relata a impressionante história de uma mulher que andara milhas para salvar seu último filho — seus outros doze filhos morreram em campos de concentração — porque ouvira dizer que havia uma mulher que salvava vidas. A criança ardia em febre, com bolhas por todo o corpo, era um caso de febre tifoide — não tinha remédio, nada podia ser feito. A mãe, em seu desespero, como última esperança, lhe disse muito diretamente: “Você tem de salvar o meu filho”. Urgia fazer algo, não dava simplesmente para dizer “sinto muito”. A única possibilidade de tentar fazer alguma coisa pela criança era num hospital, muito distante, e teriam de ir a pé, pois não havia outro meio de transporte. Após a longa caminhada, chegando ao hospital, foram informadas de que não havia vagas. A obstinação de Elisabeth, na época com 19 anos, fez com que surgisse uma vaga, com a condição de que deixassem a criança lá por três semanas. Foi o que aconteceu, e as duas voltaram caminhando. Essa mulher passou a ser sua assistente, tornando-se seu braço direito; após três semanas contadas, a mãe deixou um bilhete agradecendo: o menino fora salvo. Tal obstinação acompanharia Elisabeth durante toda a sua existência, o que permitiu que salvasse vidas e almas, como veremos."
(Maria Júlia Kovacs sobre Elizabeth Kubler Ross - no livro ""Educação para a Morte, sobre temas e reflexões", pg. 85).
0 notes