#tidakadacintadifebruari
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tak Ada Cinta?
Purnama pertama sejak dia pergi. Dingin mengusik dan dersik berbisik. Hati ini masih berat mengingat punggungnya yang semakin menjauh kala itu. Ku memenjamkan mata, gelap. Hingga akhirnya angin membawaku pada lorong remang-remang yang senyap, dan aku mendengar samar-samar suara percakapan dari ujung lorong sana.
A : Ada yang retak di sini; sebuah cinta yang dulu ia banggakan.
B : Itu salahnya sendiri karena telah memberikan hati dengan penuh tanpa berhati-hati.
A : Lalu aku bisa apa? Ia tiba-tiba hadir dengan segala pesona nya; mimik seriusnya, pemikirannya yang dewasa, dan tingkah absurd-nya.
B : Mencintai itu menggunakan akal, ketika kau tidak dianggap di dalam pikiran juga hatinya, lalu untuk apa kau tetap bertahan?
A : Aku tak bisa mengendalikan cinta yang tumbuh di dalam diriku. Tak bolehkah memperjuangkan rasa ini? Sedikit saja. Bukankah cinta harus diperjuangkan? Entah nanti dibalas atau tidak, setidaknya dia tahu aku sudah berusaha.
B : Namun yang harus kau tahu, kau juga butuh dihargai. Ketika bertahan hanya menyakiti diri sendiri saja, lalu untuk apa kau masih mau berjuang?
A : Lalu menurutmu, aku harus berhenti mengalirkan rasa ini? Sejujurnya aku mulai lelah berjuang sendiri. Tapi jika aku berhenti bagaimana bila aku tak pernah merasakan keindahan cinta?
B : Keindahan cinta? Oh ku mohon, cinta tak selalu indah. Berhentilah bertingkah bodoh hanya karena cinta. Hidup tak selalu soal cinta. Keindahan dan kebahagiaan hidup tak melulu karena cinta.
A : Aku hanya takut ketika aku menyerah dengan cinta ini, kebahagiaanpun ikut pergi. Bagaimana jika tidak ada cinta di bulan ini?
B : Sesungguhnya tak ada yang benar-benar tanpa cinta di dunia. Bukankah di setiap napas ada butir-butir cinta dari Tuhan?
A : Aku tahu, tapi bukan itu maksudku. Cinta dari dia, seseorang yang mencuriku. Bagaimana jika tanpa cinta yang seperti itu?
B : Bah, tidak bisakah kau menunggu ketetapan Tuhan, seperti pelangi yang sabar menunggu gilirannya untuk muncul setelah hujan berhenti. Mungkin belum saatnya kau untuk menerima balasan cinta darinya. Lagi pula kau telah menerima banyak cinta dari orang-orang di sekitarmu, kau hanya perlu membuka sedikit dirimu sendiri untuk bisa melihat cinta dari mereka.
A : Hmm..benar. Aku harap aku bisa merasakannya. Aku ingin kembali melangkah ringan tanpa harus menunggu balasan cinta dari orang yang tak pernah menganggapku. Tapi menghilangkan cinta ini sungguh tak mudah. Cinta ini terlalu kuat. Rasanya berat melepasnya begitu saja.
B : Tidak perlu melepaskan cinta dengan terburu-buru, karena sesuatu yang dipaksakan tidak akan pernah berjalan dengan baik. Pelan-pelan saja. Cinta membutuhkan proses, sama halnya dengan merelakan dan melupakan. Biar waktu yang menuntunmu untuk melepaskannya.
A : Baiklah. Aku akan mulai dengan merelakan. Dengan begitu akan sedikit lebih mudah untuk melupakan. Aku akan membuka diriku sendiri, ku coba memahami orang lain dan diriku sendiri. Agar aku mampu merasakan cinta yang sesungguhnya, cinta yang tulus tanpa pamrih.
B : Langkah yang tepat. Hidup tak bisa sepenuhnya tanpa cinta. Jika tanpa cinta bukankah dunia akan penuh dengan kebencian? Mungkin akan banyak luka, dendam dan kemarahan di dunia ini. Hanya saja banyak manusia yang menganggap bahwa cinta yang ditimbulkan karena ketertarikan lawan jenis lebih penting sehingga tak menyadari adanya cinta yang dia dapat dari orang-orang di sekitarnya; orang tua, saudara, keluarga, sahabat, teman bahkan dari Tuhan. Cinta dari Tuhan lebih luar biasa jika saja manusia mau bersyukur sedikit saja. Dan seharusnya cinta dimulai dengan mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
A : Itu benar. Aku tak bisa sepenuhnya tak diisi oleh cinta. Aku akan mati karena kebencian dan amarah jika cinta benar-benar tak ada dan kau mungkin akan hancur. Hal-hal negatif akan memenuhi kita.
Catatan : A = Perasaan B = Logika
Ditulis oleh : @rekatakusuma @roushonism @haisonya Untuk memenuhi Writing Project @kitajatim.
223 notes
·
View notes