#thermogun
Explore tagged Tumblr posts
keynewssuriname · 1 year ago
Text
Overhandiging medische apparatuur aan MZ, RGD, MMC en ‘s Lands Hospitaal
Tumblr media
Het ministerie van Volksgezondheid heeft op vrijdag 22 december 2023 een partij medische apparatuur, waaronder bloeddrukmeters, saturatiemeters, thermoguns, otoscoop/opthalmoscoop en penlights, afgestaan aan de Medische Zending, de Regionale Gezondheidsdienst, het Medisch Mungra Centrum en het ‘s Lands Hospitaal. Tevens vond er ook een overdracht plaats van een deel van de gedoneerde medicamenten uit India. Deze partij medicamenten werd overhandigd aan het Mungra Medisch Centrum. De overhandiging vond plaats op het kantoor van het ministerie van Volksgezondheid. Eerder kwamen de Medische Zending en de stichting Regionale Gezondheidsdienst (RGD) al in aanmerking voor de gedoneerde medicijnen. Het is de bedoeling dat deze medicamenten op indicatie en advies van de arts kosteloos beschikbaar gesteld wordt voor kwetsbare personen. Medicijnen moeten ook alleen op advies van de arts worden ingenomen. Volgens minister Ramadhin zullen deze medische hulpmiddelen gezondheidswerkers beter in staat stellen het werk te verrichten. In de afgelopen periode zijn tijdens diverse werkbezoeken in het veld gebleken dat er een grote behoefte bestaat aan adequate diagnostische hulpmiddelen. Aan deze instellingen is het verzoek gedaan om deze middelen zo efficiënt mogelijk in te zetten. Read the full article
0 notes
rossitajagonyaabsensi · 2 years ago
Text
Tumblr media
Yuk kenalan sama fitur-fiturnya Fingerspot.iO🤩
12. Pantau suhu tubuh karyawan
Fingerspot.iO memberikan kemudahan untuk Anda dalam memantau suhu tubuh karyawan.
Karyawan dapat melakukan scan GPS tipe Suhu Tubuh, kemudian bisa foto selfie dan memfoto thermogun dari hasil pengukuran suhu tubuh, serta memberikan catatan sesuai angka suhu tubuh.
Atasan dapat langsung memeriksa scan GPS Suhu Tubuh karyawan setiap harinya secara realtime di ponsel dan memberikan approval jika suhu tubuh karyawan masuk dalam range normal, jika diluar suhu yang diperbolehkan maka atasan bisa menolak approvalnya dan meminta karyawan tersebut untuk pulang dari kantor.
0 notes
gudangabsensi · 2 years ago
Text
Tumblr media
12. Pantau suhu tubuh karyawan
Fingerspot.iO memberikan kemudahan untuk Anda dalam memantau suhu tubuh karyawan. Karyawan dapat melakukan scan GPS tipe Suhu Tubuh, kemudian bisa foto selfie dan memfoto thermogun dari hasil pengukuran suhu tubuh, serta memberikan catatan sesuai angka suhu tubuh.
0 notes
ali-mesin-absensi · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Pantau suhu tubuh karyawan
Fingerspot.iO memberikan kemudahan untuk Anda dalam memantau suhu tubuh karyawan. Karyawan dapat melakukan scan GPS tipe Suhu Tubuh, kemudian bisa foto selfie dan memfoto thermogun dari hasil pengukuran suhu tubuh, serta memberikan catatan sesuai angka suhu tubuh.
Atasan dapat langsung memeriksa scan GPS Suhu Tubuh karyawan setiap harinya secara realtime di ponsel dan memberikan approval jika suhu tubuh karyawan masuk dalam range normal, jika diluar suhu yang diperbolehkan maka atasan bisa menolak approvalnya dan meminta karyawan tersebut untuk pulang dari kantor.
0 notes
semarang-it-center · 2 years ago
Photo
Tumblr media
Yuk kenalan sama fitur-fiturnya Fingerspot.iO 😉 12. Pantau suhu tubuh karyawan Fingerspot.iO memberikan kemudahan untuk Anda dalam memantau suhu tubuh karyawan. Karyawan dapat melakukan scan GPS tipe Suhu Tubuh, kemudian bisa foto selfie dan memfoto thermogun dari hasil pengukuran suhu tubuh, serta memberikan catatan sesuai angka suhu tubuh. Atasan dapat langsung memeriksa scan GPS Suhu Tubuh karyawan setiap harinya secara realtime di ponsel dan memberikan approval jika suhu tubuh karyawan masuk dalam range normal, jika diluar suhu yang diperbolehkan maka atasan bisa menolak approvalnya dan meminta karyawan tersebut untuk pulang dari kantor. More Info Product : https://fingerspot.com/co/F791
0 notes
fitria-absensi-semarang · 2 years ago
Text
Tumblr media
Yuk kenalan sama fitur-fiturnya Fingerspot.iO 😉
12. Pantau suhu tubuh karyawan
Fingerspot.iO memberikan kemudahan untuk Anda dalam memantau suhu tubuh karyawan.
Karyawan dapat melakukan scan GPS tipe Suhu Tubuh, kemudian bisa foto selfie dan memfoto thermogun dari hasil pengukuran suhu tubuh, serta memberikan catatan sesuai angka suhu tubuh.
Atasan dapat langsung memeriksa scan GPS Suhu Tubuh karyawan setiap harinya secara realtime di ponsel dan memberikan approval jika suhu tubuh karyawan masuk dalam range normal, jika diluar suhu yang diperbolehkan maka atasan bisa menolak approvalnya dan meminta karyawan tersebut untuk pulang dari kantor.
0 notes
tommychristanto · 3 years ago
Photo
Tumblr media
the #thermogun is #broken 😥 (at Griya Sutera, Alam Sutera) https://www.instagram.com/p/CVVXo3npjhc/?utm_medium=tumblr
0 notes
grosirahza · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Thermometer Gun IDR 161.500 Berat : 500gr J7RHXH1PP0 Thermometer dengan metode laser ini dapat dipakai untuk mengukur suhu benda ataupun ruang. Memiliki bentuk seperti gagang pistol membuat thermometer ini mudah untuk dioperasikan. Display LCD menampilkan suhu yang telah diukur dengan tepat. Order via WA : 089666022005 #thermometertembak #thermometergun #thermogun #thermometerinfrared #thermometerlaser #dirumahaja #belanjaadabonusnya https://www.instagram.com/p/CDydZlNF6ac/?igshid=di7x4hk0yyrz
0 notes
tokodianeka · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Beberapa waktu lalu, sempat beredar berita terkait thermo gun yang merusak otak, padahal nyatanya hal tersebut kurang tepat lho. Karena cara bekerja thermo gun adalah dengan menerima pancaran inframerah dari tubuh untuk mengatur suhu, bukan sebaliknya yaitu memancarkan sinar ke tubuh. Info produk selengkapnya silakan buka link ECOM dibawah ini: *garlic* https://bit.ly/Garlic_ECOM *spirulina* https://bit.ly/Spirulina_ECOM *colostrum* https://bit.ly/Colostrum_ECOM Bagi yang berminat silakan klik BELI SEKARANG! di ECOM Resmi & Terpercaya. GARANSI uang kembali 2x lipat bila barang tidak SAMPAI TUJUAN dan tidak ORIGINAL. Info lebih lanjut hubungi via WA: 081249926787 atau wa.me/6281249926787 #synergyworldwideindonesia #synergyworldwide -- #infokesehatan #informasikesehatan #thermogun #newnormal #viruscorona #newnormalindonesia #suplemenkesehatan #tipssehat #carasehat #polahidupsehat #jagakesehatan https://www.instagram.com/p/CDtdxVoAN-B/?igshid=ypok8yq6bb5q
0 notes
tokoalatkesehatan · 5 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Jual Thermometer Forehead Infrared Pengukur Suhu Badan Termometer Digital Aicare A66 Toko Alkes Alat Kesehatan Jakarta, Jogja, Semarang | Safeme 08112951899.
0 notes
fazhaolshop · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Termometer Infrared Digital Gun AT-168 ECER : 600.000, RESELLER 585.000 Bisa untuk semua umur New Termometer Infrared Pengukur suhu digital Infrared Thermometer Shape Add On Non Contact Barang Baru Digunakan untuk mengukur suhu Untuk Semua Umur Bayi - dewasa Tanpa perlu Menempel Jarak 3Cm-8Cm (Bisa Digunakan Di Dahi , Tangan, Kulit, Telinga Dll Akurasi Sangat Tinggi 100% Aman Hindari Area Sensitif/Terbuka Seperti mata Spesifikasi : - Temperature range: 34°C ~ 42.9°C - Accuracy: kurang lebih 0.2 ° C - Response Time : 500 ms atau 0.5 Detik - Data Hold function - LCD Backlight - Power : 2x baterai AAA ( Included ) - Termasuk : 1 x thermogun 1 x Manual Book Berat 700 Gr Harga Grosir Langsung Hubungi Kontak Admin. Untuk Mempercepat Proses Order Silahkan Kirim Pict & Isi Format di Bawah ini : FORMAT ORDER Kode Barang : Nama : Alamat Lengkap : No Hp : Bank : BCA/BRI Hubungi & Kirim Format Order Ke Kontak (Pilih Salah Satu) ! Whatsapp : 087859842169 #termometer #thermometer #termometermurah #termometermalang #termometerbayi #termometerinfrared #pengukursuhu #pengukursuhubadan #thermogun #termomurah#termometerdigital #termometerotomatis #termodigital #termoinfrared #thermometerbayi #maskerjakarta #sensimaskermurah #maskercorona #onemed #butuhmasker #thermometerdigital #jualsensi #honaikettletermometer #savetydevice #termometerdigitalmurah #termometerbalita #termometeranak https://www.instagram.com/p/CAJ8-maFwZt/?igshid=prlra6iiv190
0 notes
lixinle · 5 years ago
Photo
Tumblr media
infrared thermometer facetory directly sale Contact the factory sale manager WhatsApp +8617841723881 #ForeheadThermometer #infaredThermometer #GunThermometer #BodyThermometer #NoncontactThermometer #CoVID19 #DigitalThermometer #FeverThermometer #thermogun https://www.instagram.com/p/B_uWlsHAPzV/?igshid=968reeym349a
0 notes
hendra-jagonya-absensi · 2 years ago
Text
PROMO LAGI..!!
LAGI PROMO..!!
Yuk upgrade mesin kalian dengan mesin Revo WFV-208BNC dan dapatkan Thermogun Gratis selama persediaan masih ada✨
Mesin absensi Touchless paling canggih, bisa scan pakai wajah 👩🏻 dan bisa juga pakai telapak tangan (Vein Scanning) ✋
HIGIENIS dan PRAKTIS… Karna sudah dilengkapi juga dengan koneksi WiFi, tanpa harus diribetin lagi sama kabel jaringan 😎
Nggak percaya??!!
Langsung aja deh sekarang datang ke showroom FINGERSPOT..!
ITC MEGA GROSIR LT 2 B2 2-3A Surabaya
Tumblr media
1 note · View note
tommychristanto · 4 years ago
Photo
Tumblr media
Akhirnya #pensiun setelah lebih dari 40.000 kali klik untuk #ceksuhutubuh #thermogun #ceksuhu #demam #covid_19 #alamsutera #tangsel #tangerangselatan #germas (at Alam Sutera, South Tangerang) https://www.instagram.com/p/CJDqJjGAsUs/?igshid=bcjf96ajcn3a
0 notes
shellydeanggra · 4 years ago
Text
Cerita Juli Ini
“Papa sama aku termasuk golongan rentan. Papa perokok dan belum berhenti, aku pernah sakit paru. Jadi benar-benar harus diperhatikan”, isi obrolan Whatsapp saya ke akungnya Nambi, 30 Maret 2020 lalu.
*
Mengikuti berita tentang Covid lebih sering menguras energi. Meskipun begitu, saya tetap melakukannya sejak awal pandemi. Saya lebih sering mengikuti info tentang pandemi di Twitter karena di sana saya follow beberapa dokter dan tenaga kesehatan yang infonya lebih real aja. Meski kadang menyakitkan dan bikin emosi (banget!)
Akhir Juni 2021 saya mulai membeli kasur busa, oximeter dan thermogun untuk jaga-jaga barangkali diperlukan, maksud saya. Ah iya, saya juga install dan langganan Netflix! Hahaha.
*
Sebagai seorang yang masih keluar-masuk rumah karena harus bekerja (meskipun ada juga beberapa waktu mengikuti jadwal WFH-WFO) dan suami masih bekerja di Jakarta, saya lebih strict perkara “jangan lupa tetap memperhatikan protocol kesehatan” atau “Mama nggak usah keluar kalau mau beli itu. Kalau bisa online, beli online aja”. Bukan apa-apa, karena saya sama Nambi masih tinggal di rumah orang tua otomatis saya harus bisa menjaga gimana caranya orang serumah memiliki potensi seminimal mungkin bisa terpapar virus jahatun ini.
Kalau ada yang bilang nggak gampang memberi masukan ke orang tua di masa pandemi dengan informasi hoax bertebaran di luar sana yang menyebarnya semudah memencet tombol copy-paste di group Whatsapp (celakalah kalian para penebar hoax. Hih!), saya setuju.
Namun, alhamdulillah orang tua saya bukan tipikal yang menolak vaksin dengan banyak argumen. Kami mendapat kesempatan vaksin lebih mudah. ART saya juga. Utinya Nambi dan ART sudah mendapat vaksin dosis pertama, sedang menunggu panggilan vaksin dosis kedua.
*
Singkat kata, awal Juli 2021 ada tenaga bantuan di kantor yang positif. Saya yang parno, akhirnya Sabtu, 3 Juli 2021 memutuskan untuk antigen di Kimia Farma. Hasilnya alhamdulillah negatif. Senin, saya masuk kantor karena dapat jadwal untuk WFO tapi hari itu saya merasa ada yang nggak biasa sama kondisi badan saya. Sampai pulang kantor, di rumahpun saya memakai masker. Tidur sama Nambi juga nggak lepas masker. Tenggorokan saya sakit kala itu, sakit yang nggak biasa. Badan juga agak greges. Mama sama papa saya sempat beberapa kali mengecek kondisi saya ke kamar namun saya larang memegang dahi atau kaki saya pun. “Kayaknya ini Covid”, saya udah feeling aja.
Selasa pagi saya WFH dan langsung memutuskan untuk daftar antigen di Kimia Farma untuk Rabu, 7 Juli 2021. Sejak Selasa pagi, saya mulai membatasi aktivitas. Saya beraktivitas di lantai dua, Nambi saya drop di tangga terbawah begitu dia bangun tidur untuk kemudian dihandle oleh ART saya. ART saya sejak akhir Juni 2021 saya minta untuk tinggal di rumah saya, sebelah rumah orang tua saya karena saya rasa kalau ART saya PP rumah ortu-rumah beliau, potensi terpapar akan besar.
Rabu saya antigen. Sesuai dugaan saya, saya positif. Panik kan, panik kan? Panik dong, masa enggak. Hahahaha. Panik? Iya, karena saya belum sedia obat, vitamin dan lainnya. Untungnya buleknya Nambi langsung sigap membantu saya. Memberi tahu saya bagaimana memisahkan cucian kotor dan cara mencucinya, bagaimana cara yang aman untuk bisa tetap tidur dengan Nambi karena Nambi masih menyusu saya. Suami saya mulai kontak toko elektronik di Gresik, mencari air purifier yang bisa diletakkan di kamar.
Kamis pagi saya swab PCR, difasilitasi kantor. Hari itu juga, mama, Nambi dan ART saya kirim untuk rapid antigen. Alhamdulillah hasilnya negatif dan memang semuanya tidak menampakkan gejala apapun. Senin, 12 Juli 2021 papa mama PCR karena tracing dari saya, alhamdulillah hasilnya negative. Semoga sehat terus! Aaamiin.
Karena saya baru dapat obat dari RS kantor ketika hasil PCR saya benar positif, sedangkan saya baru Kamisnya swab PCR yang hasilnya pasti nggak mungkin bisa keluar hari itu juga kan, butuh waktu apalagi ketika kasus meningkat seperti sekarang ini, saya mulai berpikir obat apa yang sebaiknya saya konsumsi. Saya ingat ada orang farmasi yang saya follow di Twitter. Saya mengikuti nasehatnya untuk konsumsi obat sesuai gejala. Gejala saya waktu itu radang tenggorokan dan pilek sedikit. Anosmia muncul di hari ke lima sejak hari pertama muncul gejala. Plus dia merekomendasikan untuk konsumsi vitamin.
*
Trus gimana, Shel?
Ya udin nggak gimana-gimana :”)
Kantor meminta saya melakukan isolasi mandiri di rumah karena alhamdulillah gejala saya termasuk ringan. Idealnya beberapa aktivitas seperti mencuci baju, mencuci piring dan lainnya ini dibantu sama orang lain, hanya saja saya rasa akan lebih aman kalau saya melakukannya sendiri. Toh juga ruang aktivitas kami berbeda.
Saya memasukkan sampah ke kresek dan mengikatnya erat-erat. Kalau sudah agak banyak, saya memasukkannya ke dalam trash bag yang lebih besar kemudian menjemurnya di balkon plus menyemprot bagian luar trashbag dengan desinfektan. Apabila sudah cukup terpapar cahaya matahari, sampah kemudian dibawa keluar atau dibuang ke TPA dengan tangan yang terlapisi sarung tangan. Jangan lupa menginformasikan kepada petugas pengambil sampah kalau itu sampah isoman.
Untuk cucian kotor, saya masukkan langsung ke kresek dan mengikatnya erat-erat. Ketika akan dicuci menggunakan mesin cuci, masukkan semua cucian kotor di dalam kresek tersebut ke dalam mesin cuci, rendam dengan air hangat cenderung panas dalam kondisi mesin cuci tertutup. Baru kemudian setelah cukup direndam, masukkan detergen dan cuci dalam kondisi mesin cuci tetap tertutup. Lakukan seperti biasa.
Cuci piring juga dilakukan terpisah dengan orang rumah lainnya. Segera cuci begitu alat makan selesai digunakan. Bilas dengan air hangat.
Untuk makan, saya disuplai logistik dari bawah. Orang tua saya meletakkan makanan di tangga, saya yang akan turun untuk mengambilnya. Makanan juga dibungkus dengan kertas minyak, jadi ketika selesai makan saya membayar 20.000 karena kadang pakai minum teh hangat atau jahe merah hangat. Hahaha. Bukan deng, kalau itu warteg!
Karena masih tidur sekamar sama Nambi, saya mengakalinya dengan tidur di kasur terpisah. Ketika Nambi mulai terbangun minta minum susu, saya pindah tidur disebelahnya. Ketika selesai, saya kembali ke kasur busa.
Saya mulai membangun ritme kapan cuci piring sendiri, kapan cuci baju sendiri, kapan berjemur, kapan jam makan, makan buah, minum vitamin, minum obat, semprot-semprot permukaan barang dengan desinfektan, ngepel lantai dan kapan goler-goler nonton drama korea di Netflix. Hahaha!
Masih ingat akhir Juni saya beli apa? Ya betuul, semuanya terpakai: kasur busa, oximeter, thermogun bahkan Netflix sekalipun! Hahahaha *cry*
Kamis, 15 Juli 2021 saya PCR untuk kedua kalinya. Sabtu keluar hasilnya alhamdulillah saya sudah negatif. Meski begitu dokter pemantau meminta saya tetap menghabiskan masa isoman dan tetap menggunakan masker sampai habis masa isoman saya di samping karena saya masih anosmia. Masyaa Allah.
Hari ini, 23 Juli 2021, masa isoman saya sudah habis. Insyaa Allah rekomendasi mulai kerja dari dokter tanggal 25 Juli 2021. “Dok, tapi itu Minggu Dok”. “Rekomendasi dokter memang 3 hari dari hari isoman terakhir Bu”. Oke baiklah. Saya juga nggak akan ngantor Minggu-Minggu sih! Ehe.
*
Melalui postingan ini, saya ingin berterima kasih kepada semua teman, kerabat dan keluarga yang tidak henti mendoakan saya agar lekas sembuh. Mas Adi, Mama-Papa, Nambi (yang sudah pintar sekali, nggak pernah rewel dan selalu mengikuti gerakan saya mengusap tangan dan kaki menggunakan tisu basah setiap saya akan menurunkan Nambi. I love you, Nak!), Bulek Eyen-Om Kemal, Kiki (yang selalu aku repotin perihal antigen-PCR dan segala rupa), Riris (atas kontak Apotek Brotonegoro andalan), Fitri-Yunita (terima kasih kirimannya Buund!), Bu Anggi (sehat terus ya Buu! Aku masih berhutang kirim orderan. Insyaa Allah weekend depan!), Sobat Isomanku (Mas Into, Sandi sekeluarga, Mbak Tia-Mas Odd, Mbak Mei, Mbak Lin), Tante Siska dan Fidi (makasih banyak kirimannya tantee!), Ninis sekeluarga (Makasih Nisdit! Aku udah mulai bisa membau lagi ini haha!), Fifi (sehat terus Fiii!), Rekan-Rekan Bangha (Hahahaha! Thank you karena ada mainan nyempil di antara buah dan susu kotak!), Rekan-Rekan Cangun yang selalu menanyakan kabar dan nggak pernah menginterupsi masa isoman saya! Juga semua yang sudah kirim doa lewat IG, Twitter (Bu Feb, Pika, Suci, Avina semuanya!) dan Whatsapp. Terima kasih banyak semuanya ya! Semoga kebaikan semuanya diberi balasan oleh Allah SWT.
*
Untuk siapapun yang sedang sakit, semoga lekas sembuh. Untuk yang alhamdulillah sehat, semoga sehat terus dan jangan lupa tetap kenakan masker kemanapun pergi. Begitu muncul gejala atau perasaan ada yang aneh dengan kondisi tubuh, segera putuskan untuk mengenakan masker saat itu juga meskipun di rumah bahkan gunakan juga ketika tidur. Mencegah penularan itu lebih baik dari pada mengobati yang sudah telanjur tertular! Langkah selanjutnya segera tes: Antigen dan PCR.
Saya kadang geregetan kalau ada ibu-ibu di group WA bilang “Aku nggak dibolehin suamiku tes, nanti dicovidkan”. Gileee, you mau sembuh tapi nggak (mau) tahu sakitnya. Gimana sih? Saya sendiri kalau nggak tes mungkin akan nggak aware sama sakit saya, bisa jadi saya akan tetap keluyuran tanpa masker dan itu berbahaya untuk keluarga terdekat saya. Dan rasanya akan sedih banget kalau kita nggak ikhtiar di awal :”)
Jangan lupa untuk selalu konsultasi kepada ahlinya ya!
Sehat selalu semuanya ya! Semoga pandemi ini segera berakhir! Aaamiin ya Rabb.
Tumblr media
Have a nice weekend. Tetap di rumah aja ya, Kawan, kecuali ada hal super duper urgent!
Rumah, 23 Juli 2021
Shelly
4 notes · View notes
jafartaqi · 4 years ago
Text
Kapsul Waktu Mina (Cerita Pendek)
Tumblr media
“Bener sebelah sini kan?” tanyaku.
“iya, batasnya sampai lemari dan rak buku itu,” jawab istriku sambil berlalu menuju dapur.
Aku masih harus membereskan beberapa barang yang terletak di sudut ruangan di sebelah kamar tidur. Kami baru menempati rumah ini sekitar satu bulan dan baru saja menambah beberapa perabotan lagi. Sebuah rumah yang aku impikan, berada di lingkungan asri dan guyub antar tetangga, juga cukup ruang terbuka. Jadi, meski penataan ruang masih dinamis tetapi kebun rumah kami telah penuh terhiasi beragam flora yang kami rawat sejak awal.
Kali ini aku dihadapkan dengan dengan kotak-kotak kardus kosong kemasan dari berbagai barang dan perabot yang sudah diletakkan di berbagai sisi rumah ini. Kuambil dan kusisihkan pelindung seperti sterofoam dan plastik gelembung yang masih ada di kardus-kardus itu. Terkadang juga ditemukan buku manual petunjuk penggunaan yang kukumpulkan dalam satu kantong sendiri. Kemudian, agar lebih ringkas kulipat kardus-kardus kosong dan tumpuk jadi satu dengan sterofoam. 
BUK… 
“Eh, Suara apa itu?”
Sesuatu menghantam permukaan tegel keramik saat aku mengangkat tumpukan kardus. Aku menggerakkan leher dan kedua bola mataku ke bawah, mencari sumber suara. Sekitar dua tapak dari tempat kakiku berpijak, aku menemukan sebuah buku tergeletak di lantai.
“Buku apa ini? Darimana asalnya?”
Dari posisi jatuhnya, sepertinya buku ini berasal dari tumpukan kardus, karena posisi rak buku cukup jauh dari tempatku berdiri. 
Tidak terlalu ambil pusing, aku satukan saja buku tadi dengan kantong berisi buku-buku manual. Aku kemudian membawa kantong berisi buku itu bersama tumpukan kardus. Menuju gudang yang dekat dengan dapur.
Sesampai di gudang, kususun tumpukan kardus dan styrofoam pelindung. Jika dirasa sudah cukup banyak, tumpukan ini bisa kubawa ke pengepul rongsokan. Atau, bila diperlukan bisa digunakan kembali untuk mengemas barang. Aku lalu menuju dapur sambil memegang kantong berisi buku tadi.
“Mina…” 
Istriku tidak terlihat di sekitar dapur. Tak terdengar pula ada sahutan dari panggilanku.
“Mina, kamu di mana, Min… Hatchiiiu…”
Panggilanku sempat terpotong dengan bersin yang kututup dengan telapak tanganku. Kantong berisi buku tadi aku biarkan tergeletak di lantai.
“Eeeh, jorok deh. Kalau habis bersin cuci tangan. Jangan diusap ke kain celana gitu, Mas,” tiba-tiba terdengar suara Mina, istriku, mengomel.
Aku seperti tertangkap basah, mati gaya. Aku sudah hampir mengusap telapak tanganku ke kain celana ketika hentakan suara Mina menghentikan tindakanku yang dia anggap jorok. Ternyata dia muncul dari kebun sebelah dapur yang tadi luput kutengok.
“Eh, dari kebun ternyata. Kupanggil-panggil tidak ada jawaban, tapi pas habis bersin muncul, hahaha.”
“Hmmm iya maaf, mas. Keasikan di kebun dan emang enggak kedengeran.”
“Ooh, habis panen ya? Apa aja itu, kok banyak? Kayaknya kita ga nanem itu semua.”
“Iya, yang dari kebun kita cuma kangkung aja. Tapi kan banyak tuh, jadi tadi sempat tukeran sama Bu Terri. Dia baru aja panen wortel, sama ada dikasih teh hijau juga ini. Emang udah janjian dari kemaren.”
“Oh, barter sama Bu Terri juga.” 
“Iya. Eh sana cuci tangan dulu, jangan sampe dilap ke celana.”
“heheh, iya sampe lupa,” aku menuju wastafel dapur dan memutar keran air untuk membasuh tanganku. Aku mencuci tangan menggunakan sabun pencuci piring sebab tidak menemukan sabun cuci tangan.
“ini tolong sekalian sayurannya dicuci mas.”
“Siap.”
“Alhamdulillah, untung kamu punya hobi berkebun Mas. Bisa tuker-tukeran deh sama tetangga.”
 “Iya, untung kamunya juga ternyata suka, jadi bisa bantuin aku,” aku menjawab sambil tersenyum kepadanya.
Kulihat paras muka Mina ikut berseri-seri, meski tampak sedikit peluh lelahnya setelah panen. Paras itu hampir sama seperti pertama kali kami bertemu satu tahun lalu. Kami saling menatap dengan senyum.
Aku berjalan sambil tetap menghadap istriku. Menuju kantong buku yang kutinggal di lantai tadi. 
“Udah ya itu tiris sendiri sayurannya. Aku mau lanjut nata tempat kerjaku,” ujarku sambil mengambil kantong buku, hendak menuju sudut ruang yang belum rampung kurapikan.
“Tunggu, Jadi gimana?” 
“Hah, apanya?” aku kembali menatapnya.
“Eh, apa itu yang kamu bawa, Mas?” dia jadi lebih tertarik dengan kantong yang kubawa rupanya.
“Oh ini, buku-buku yang aku kumpulin tadi. Tapi engga cuma buku manual, tadi nemu juga ada semacam jurnal gini. Apa ini punyamu?” aku mengeluarkan buku-buku dari kantongnya dan kutunjukkan kepada Mina.
“Heeh, kok kamu bisa nemuu,” responnya seperti terkejut, “Ya, itu punyaku. Sudah lama sebenarnya. Kamu baca aja sendiri nanti. Sekarang, aku mau kita diskusi dulu.” Mina tampak serius, aku bisa mengerti tendensinya meski ia berbicara sambil menata sayuran.
“Okee,” aku bergeser ke meja makan, mengambil kursi untuk kemudian duduk menghadap Mina.
“Mas, mau teh engga? Ini aku bikinin ya,” Mina beranjak mengambil panci dan mengisi air dan memanaskannya. Ia lanjut bertanya, “Gimana, kamu jadi kerja dari rumah, kan?”
“Boleh. Iya, jadi dong! Kan ini udah mau lanjutin rancang ruang kerjanya,” aku menjawab meyakinkan, “kan sudah aku bahas waktu mau resign kemarin. Apalagi sekarang kan perlu jadi suami siaga, hehe.”
“iya, sudah mau masuk trimester kedua nih. Tapi tunggu dulu, kalau freelance dari rumah gini mas Ardi gimana dapet proyeknya?”
“Hm kalau itu, mungkin memang tidak semudah seperti di perusahaan kemarin. Tapi bismillah, rezeki engga akan tertukar. Jaringan dan koneksi buat proyek kan aku masih sambung meski sudah freelance gini”
“Alhamdulillah ya, masa pandemi ini membuat normalisasi kerja dari rumah. Jadi lebih banyak sedia waktu bareng aku juga.”
Aku mengangguk dan tersenyum.
“Aku tadi jadi kepikiran, memang masa pandemi gini jadi titik balik bagi yang mengalami ya. Engga cuma mas Ardi, banyak orang lain di luar sana juga.” lanjut Mina sambil menyajikan seduhan teh hijau dalam satu gelas ke meja sebelahku
“Bener kamu, kalau yang cerdas lihat peluang ya mampu memaksimalkan peluang kerja dan dapet penghasilan. Tapi yang kurang beruntung, bisa jadi runyam kehidupannya setelah kehadiran pandemi.”
“He em” Mina sepakat.
“Kalau kamu tadi bilang normalisasi kerja dari rumah, aku juga bersyukur normalisasi hal-hal lain dan berharap masih berlangsung setelah pandemi ini.”
“maksudnya, mas?”
“Kaya kita kemaren nikah engga pake resepsi heboh, hanya ngundang keluarga dan teman terdekat. Pas pandemi kan banyak juga yang resepsinya jadi lebih hikmat dan hemat.”
“Emang mas Ardi ingat nikahnya kita? Kapan coba? Tanggal berapa?”
“eh, kenapa malah nanya tanggal, bukan itu poinnya, Minaa!”
“Ah, kamu ini masih saja lupa ya mas? Tanggal pernikahan sendiri aja lupa, gimana hal detil lain. Sabun cuci tangan aku sudah pesan dari lama, kamu selalu aja lupa beli” 
“Hm, mulai… iya ini nanti aku beli”
“Eh, tapi iya ya mas. Banyak ternyata ya mas hal-hal baru yang sebelumnya kurang lazim jadi diterima setelah pandemi itu,” dia kembali membahas topik sebelumnya.
Untung Mina tidak memperpanjang persoalan tanggal pernikahan. Selamatlah aku.
“Nah iya, hal-hal seperti itu kan sebenarnya yang dimaksud new normal itu. Yang aku ngga sreg kan kayak pas baru bulan ketiga-keempat yang masih parah-parahnya penyebaran virusnya tuh malah pake new normal untuk menjalankan kembali kegiatan ekonomi yang seharusnya belum dibuka.”
“ehem, jadi teringat kan” 
“Ya gimana, masih teringat juga bagaimana mereka menyepelekan adanya virus itu di negeri kita. Bukannya mencoba membenahi dengan pencegahan penyebaran atau penularan, malah keluar pernyataan aneh bin ajaib,” Aku menjadi bersemangat dan sedikit berkobar menceritakan, “Bahkan ada yang mengatakan covid-19 itu dilebih-lebihkan supaya kita takut. Justru mereka yang malah bikin masyarakat takut.”
“Eh, gimana mas? Kok bisa?”
“Iya, tetanggaku yang sakit jadi takut ke rumah sakit. Katanya swab test pasti positif lah, dipaksa jadi pasien covid lah. Nyatanya kan engga begitu. Belum lagi ada hoax soal pake masker bisa keracunan CO2, thermogun buat ngukur suhu tubuh dikata bikin kanker lah, apalagi yang sangkut pautin dengan konspirasi elit global.”
“Sudah, engga perlu emosi bahas itu. Nih, tehnya diminum deh mas”.
“Engga kok, sedikit terpelatuk aja. Dikira paman aku yang dokter jadi korban itu karena menghadapi apa sama mereka?” aku menghembuskan napas, kemudian meneguk teh seduhan Mina.  
“Masa masa itu aku cukup susah ya untuk bertahan, sekedar berusaha tetap waras aja penuh perjuangan. Apalagi bertahan hidup” 
“Kok bisa susah begitu mas?”
“hmm, seger, terimakasih ya” aku merasakan kesegaran teh yang baru saja Mina sajikan, “ee iya, gitulah. Kami kan keluarga kelas menengah, terdampaknya cukup berat. Di mana tidak bisa masuk kategori yang mendapat bantuan, tapi juga tidak memiliki cukup simpanan untuk bertahan lama. Jadi ya bener-bener berjuang hampir setiap hari buat tetap mendapat asupan yang cukup.”
“iya jadi makin hangat kan obrolan kita dengan teh hijaunya,” Mina juga menyeruput teh yang ia siapkan untuk dirinya sendiri. “Tapi nih mas,” Mina melanjutkan “dari situasi itu mas perlu bersyukur. Mas Ardi kan jadi tertempa jadi bisa bekerja dan bisa tinggal di lingkungan asri seperti sekarang. Jadi terbiasa berkebun yang bermanfaat sekarang juga kan.”
“iya iya, proses selama masa itu aku terima dengan syukur juga kok,” dengan nada lebih tenang aku mengangguk-angguk, lanjut bertanya “Kalo kamu sendiri gimana melalui masa itu, Mina?”
Hening, kutengok Mina sempat terhenti seperti berpikir.
“Eh iya, aku sih bersyukur melewati masa itu, orang-orang jadi terbiasa dengan video call sama presentasi lewat konferensi daring,” Mina memecahkan keheningan setelah beberapa saat. 
“soal itu aku juga terbantu sih, jadi brief dan rapat jarak jauh mulai biasa.” 
“Cuma nih, aku jadi nambah peran juga nemenin ponakan yang banyak tugas dari gurunya karena sekolahnya belajar di rumah.”
“Wah, ngomong-ngomong soal sekolah nih. Gimana pendapatmu soal pendidikan anak ini nanti?” aku menunjuk ke perut Mina yang berisi kandungan anak kami.
“iya sudah aku pikir sih mas, aku sepakat sama kamu, memang mending kita yang belajar aja. Pendidikan dasar anak mending kita orang tuanya yang memberi.” 
“Nah, kan pas masuk tahun ajaran baru kemarin itu banyak tuh orang tua yang tidak jadi mendaftarkan anaknya untuk sekolah. Salah satunya ada keponakanku juga tidak jadi didaftarkan ke SD sama kakakku.”
“iya, yaudah gitu dulu. Lanjut aja sana nyiapin ruang kerjamu. Nanti dibaca aja itu buku jurnalku. Ada di situ semua uneg-unegku selama masa pandemi itu kok mas.” Mina meninggalkanku menuju tempat cuci piring.
“yaudah, aku lanjut rancang ruang kerja … tapi nanti setelah aku baca jurnalmu ini, hehe.”
Penasaran karena yang disampaikannya, aku pun membuka dan mulai membaca jurnal bersampul kulit hitam milik Mina ini. Aku membaca langsung lembaran isinya yang terdapat tulisan tangan tinta pena yang cukup rapi dari Mina.
Termuat di dalamnya mulai dari cerita bagaimana hari-hari yang Mina lewati selama pandemi. Setiap berganti lembaran, tercantum kisah dan kegiatan yang dia alami dan lakukan. Ternyata tekanan dan kecemasan juga sempat dialami oleh Mina, tidak jauh berbeda denganku. 
Aku berhenti ketika masuk lembaran yang menunjukkan Juni 2020. Aku memperhatikan kata per kata yang tertulis di situ. Membolak-balik membacanya berkali-kali, sehingga aku baru sadar ada beberapa hal yang berhubungan yang aku lupakan.
Aku berdiri, menoleh-noleh menghadap ke sekeliling dapur, tidak ku temui tubuh Mina. Sepertinya dia kembali ke kebun lagi ketika aku asik membaca jurnalnya. Meneguk sisa teh di hadapanku, aku menghela napas dan menepuk-nepuk pelan dadaku.
Penuh rasa bersalah, mataku mulai terasa basah. Aku baru mengetahui sebab Mina tadi sempat termenung ketika aku mulai membahas masa itu. Dan alasan dia cukup kesal ketika aku lupa tanggal pernikahan kita tapi langsung dia alihkan ke bahasan lain.
Aku teringat memori ketika paman Mina sebagai wali nikahnya yang aku jabat ketika akad nikah. Aku baru sadar 26 Agustus 2020, hari kita menikah adalah dua bulan setelah 26 Juni 2020, hari yang berat bagi Mina. Iya, di tanggal yang sama selisih dua bulan sejak kepergian ayah Mina. Baruku sadari, perubahan ekspresi Mina selama obrolan kita tadi terutama ketika aku sebutkan pamanku yang dokter meninggal.
Juni 2020 adalah waktu yang sangat lama dilewati bagi Mina. Terbukti dari banyaknya halaman untuk bulan itu di jurnal miliknya ini. Sejak awal bulan Mina tidak dapat bertemu ayahnya, seorang dokter yang harus isolasi mandiri karena menagani pasien Covid-19. Hari-hari yang berat ketika pekan kedua mendapati kabar ayahnya harus dirawat juga. Sampai pada 26 Juni 2020 kabar yang cukup sulit diterima tentang kepergian orang yang sangat dicintai Mina itu.
Tapi menuju akhir halaman Juni, dari cerita berganti menjadi harapan dan proyeksinya setelah berakhirnya pandemi. Menjelang akhir tulisan di jurnal ini, dia menuliskan bagaimana di masa depan, kondisi setelah pandemi dia menuliskan akan tinggal bersama suami di rumah yang cukup tenang, jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Semakin terkejut aku membaca kegiatan yang dilakukan selama hari ini ternyata telah tercantum dalam buku ini.
Bagaimana tinggal di rumah yang cukup akur dengan tetangga sehingga bisa bertukar hasil panen kebun rumah. Berdiskusi dengan suami tentang pendidikan anak, kegiatan virtual, bahkan obrolan perencanaan dengan suami ternyata sudah tertulis di dalamnya. 
Dan di akhir ada kalimat yang menarik untuk dikutip.
“Pandemi ini mungkin merubah banyak hal. Tapi sejatinya, yang ditakdirkan kepadaku tidak akan melewatkanku. Banyak yang terdampak dan menjadi korban, tapi jangan sampai kehilangan harapan. Di sini aku menulis proyeksi diriku dan masa depanku. Mari berdisiplin, bangun dan menjemput masa depan itu.”
Kapsul Waktu Mina
5 notes · View notes