Tumgik
#the diagram as paradigma
fabiansteinhauer · 4 months
Text
Tumblr media
Diagramm
Das Diagramm ist ein durchgehendes Zeichen, ist also auch durchgehend ein Zeichen. Dass so ein Zeichen anhält, das ist nicht gesagt, ausgeschlossen ist es nicht. Das Diagramm ist passierende Zeichnung und zeigende Passage.
Diagramme sind niedere Bilder und niedere Texte, minore Objekte, zu gering für die Inventionen des byzantinischen Bilderstreites (wegen solcher Kleinigkeiten schlägt man sich nicht die Köpfe ein) und zu gering für den Mythos von der Geburt großer Leistung. Plinius sagt von Diagrammen nichts, und der lässt sich an sich auf so ziemlich alles herab, nur keine Diagramme. Narziss spiegelt sich lieber als seine Maße (z.B. Größe, Gewicht, Puls und Blutdruck) in Diagrammen aufzuzeichnen.
Diagramme sind, wie Embleme, Kreuzungen, in denen vorkommt, was an anderen Stellen unbedingt auseinandergehalten wird. An ihnen lassen sich Kontraktion und Distraktion leicht betrachten. Diagramme werden geschrieben und hören dadurch weder auf, Bilder zu geben oder zu zählen. Sie werden gezeichnet und gemalt, ohne dadurch aufzuhören, zu zählen und zu erzählen. Diagramme sind auch in der Moderne Tafeln und Tabellen, aus ihnen bildet Hermann Jahrreiss 1930 zum Beispiel sein System des Verfassungsrechts. Als minore Objekte sind die Diagramme den Akten affin, also denjenigen Medien, die in der Rechtspraxis auch einen niederen Status als Bücher haben und die in den Historiographien und Theorien nicht herangezogen werden, um das Dogma der großen Trennung zu stützen.
Das Diagramm soll keine Abwesenheit überbrücken und nicht vor dem Abgrund abschirmen. Diagramme sollen Regung, Relationen und Wechsel wahrnehmbar machen, zeichnen also Sterne, Waren, Herden, Wanderer auf: alles das, was zwar entfernt, aber nicht weg ist.
Hamburger, Roxburgh und Safran haben vor kurzem eine Art Handbuch zur Diagrammatik publiziert. Sie nennen das Diagramm ein Paradigma. Man könnte es auch ein Dispositiv, ein Diadigma oder schlicht Dia nennen. Die drei Herausgeber sagen, sie würden einem cross-cultural approach folgen. Weil Diagramme kreuzen und sie aus Kreuzungen kommen, also nicht vermischen, was nicht schon gemischt ist, ist das doppelt gemoppelt gesagt. Diagramme taugen nicht, um sie entweder dem Eigenen oder dem Fremden zuzuschlagen. Diagramme kommen in der reinen Rechtslehre nicht vor, das sind ja nicht einmal reine Medien. An Diagrammen lässt sich der Westen nicht gegen des Osten ausspielen, an ihnen wird die Frage, was der Andere nicht hat, einen selbst aber groß gemacht hätte, nicht gestellt. An Diagrammen lässt sich auch nicht die Zivilisation der Interpreten gegen die Barbarei der Anderen ausspielen. Diagramme nutzen alle(n), schaden auch. Die ubiquitäre Verwendung für die Guten und die Bösen, die Schlauen und die Dummen, die Wendigen und die Betonköpfe könnten ihnen einige nicht zu verzeihen. Man übersieht sie, wenn es darum geht, große Geschichte zu erzählen. Sie sind keine Kronzeugen der Ausdifferenzierung, sind Zeugen des Kreuzens, oder: Zeugen dessen, was Warburg Pendeln nennt, damit eine regende und geregte, zügige Form ist. Diagramme sind fröhliche Wechsler und Austauscher, Übersetzer und Übersteller, Versetzter, Versteller und Verleger. Sie werden nicht unterschrieben, nicht signiert, als seien sie nicht stolz genug.
Wo wir schon bei Paradigmen sind: Wo Diagramme sind, da ist Laokoon nicht weit, ist also auch das sog. Laokoon-Paradigma nicht weit: Paradigma von Digmen, durch die Regung geht.
0 notes
helloinidewi · 1 year
Text
 Menyingkap Inovasi Denny JA: Kontribusinya yang Mengubah Paradigma dalam Matematika
Dalam dunia matematika, inovasi menjadi kunci utama dalam mengembangkan pemahaman dan memecahkan masalah. Salah satu tokoh yang menginspirasi banyak orang dalam hal ini adalah Denny ja. Melalui kreativitas dan kecerdasannya, Denny JA telah berhasil mengubah paradigma dalam matematika dengan kontribusinya yang luar biasa. Dalam perjalanannya, Denny ja telah mengembangkan konsep baru yang mengubah cara pandang kita terhadap matematika. Salah satu inovasi terkenalnya adalah "Teorema Kelincahan", yang mengajarkan cara menggabungkan matematika dengan seni bela diri. Dalam teorema ini, ia menunjukkan bagaimana gerakan-gerakan dalam seni bela diri dapat diartikan dalam bentuk rumus matematika yang lebih sederhana. Hal ini membuka pintu baru bagi para ahli matematika untuk melihat matematika dari sudut pandang yang berbeda dan memperluas aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, Denny JA juga dikenal dengan konsep "Matematika Bermain". Ia percaya bahwa matematika tidak hanya harus dipelajari secara serius dan formal, tetapi juga dapat diintegrasikan dalam permainan dan aktivitas yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini, Denny JA berhasil menciptakan berbagai permainan matematika yang menggugah minat dan kreativitas anak-anak. Melalui permainan ini, anak-anak dapat belajar matematika dengan lebih interaktif dan menyenangkan, sehingga meningkatkan motivasi mereka dalam mempelajari mata pelajaran ini. Tidak hanya itu, Denny JA juga dikenal dengan penemuan "Metode Matematika Visual". Konsep ini mengajarkan cara memvisualisasikan masalah matematika dalam bentuk gambar atau diagram yang lebih mudah dipahami. Dengan menggunakan pendekatan visual ini, Denny JA berhasil membantu banyak siswa yang kesulitan memahami konsep matematika secara abstrak. Ia mengubah rumus-rumus matematika yang kompleks menjadi ilustrasi yang sederhana dan mudah diikuti, sehingga memudahkan siswa dalam belajar dan memahami matematika. Kontribusi Denny JA tidak hanya terbatas pada inovasi dalam pendekatan pengajaran matematika, tetapi juga dalam pengembangan alat pembelajaran. Ia telah menciptakan berbagai alat pembelajaran matematika yang inovatif, seperti permainan papan interaktif dan aplikasi matematika yang menarik. Alat-alat ini dirancang untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran matematika dan membantu mereka mengembangkan pemahaman yang lebih baik. Keberhasilan Denny JA dalam mengubah paradigma dalam matematika tidak lepas dari dedikasi dan semangatnya dalam berbagi pengetahuan. Ia telah menjadi pembicara terkenal dalam berbagai seminar dan konferensi internasional. Denny JA aktif berbagi pengalaman dan pengetahuannya kepada para guru dan siswa di seluruh dunia. Dengan cara ini, ia berharap dapat menyebarluaskan inovasi-inovasinya kepada lebih banyak orang dan menginspirasi generasi muda untuk mencintai matematika. Dalam menghadapi tantangan masa depan, inovasi terus menjadi kunci untuk mengembangkan pemahaman dan mencari solusi dalam matematika. Kontribusi Denny JA yang telah mengubah paradigma dalam matematika memberikan motivasi dan inspirasi bagi semua orang untuk terus berinovasi dan menciptakan perubahan yang positif dalam bidang ini. Demikianlah artikel tentang 'Menyingkap Inovasi Denny JA: Kontribusinya yang Mengubah Paradigma dalam Matematika'. Denny JA telah membuktikan bahwa dengan inovasi dan kreativitas, kita dapat mengubah cara pandang kita terhadap matematika dan membuka pintu menuju pemahaman yang lebih dalam.
Cek Selengkapnya: Menyingkap Inovasi Denny JA: Kontribusinya yang Mengubah Paradigma dalam Matematika
0 notes
gravitasnoa · 5 years
Text
Semiotika (?)
Semiologi merupakan cabang keilmuan Bahasa yang mengkaji Tanda serta Makna apa yang terkandung dari tanda yang kita terima melalui panca indra. Semiologi atau Semiology, berasal dari bahasa yunani, seme yang artinya “penafsiran tanda”, dan semeion yang berarti “tanda”. 
Terdapat perbedaan istilah yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bidang keilmuan ini, yaitu Semiologi (semiology), Dan Semiotika (semiotics). Yang pertama, Semiologi, digunakan oleh mereka yang berada di eropa, sedangkan Semiotika merupakan bahasa yang digunakan oleh mereka yang secara natural menggunakan bahasa inggris. Penggunaan istilah untuk mengenali cabang ilmu ini pertama kali diperkenalkan pada akhir abad ke-17 oleh John Lock. Charles Sanders Pierce melanjutkan tongkat Etafenya sejak tahun 1839-1914, sebagai orang yang cukup dikenal sebagai salah satu perintis awal cabang keilmuan ini. Ruang lingkup studi semiologi mencakup area yang cukup luas, mulai dari Zoosemiotics yang melihat tingkah laku hewan sebagai tanda, Kinesics & Prosemics yang melihat gerak-gerik dan tingkah laku manusia sebagai tanda bahasa, dan masih banyak cabang keilmuan yang membaca dan mengidentifikasi Tanda-tanda lainnya. Dalam buku strukturalism & semiology, hawkes mengungkapkan bahwa semilogi memperlihatkan apa yang menghubungkan tanda, dan hukum apa yang menaungi tanda itu sendiri. Karena menurut Hawkes, ketika bahasa mulai digunakan, belum ada “ilmu” atau “sains” yang mampu mengatur hal tersebut, sehingga, tidak ada hukum, aturan atau tata cara yang dapat mengatur akan seperti apa bentuknya. Kehadiran semiologi, berperan sebagai alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi keragaman bahasa pada masa ini, sebagai hasil dari ketiadaannya struktur buatan terhadap bahasa tersebut. Ferdinand De Saussure, seorang Strukturalis yang juga dianggap turut mempopulerkan Semiologi, mengungkapkan bahwa, secara garis besar tanda dalam Semiology, merupakan apa yang biasa kita kenal dengan logika. Hal tersebut berkaitan dengan bagaimana cara semiology bekerja dalam mengidentifikasi suatu tanda, dan logika sendiri bisa dikatakan sebagai bahasa formal yang sering kita gunakan, quesi-necessary, atau doktrin formal dari apa yang kita kemudian kenali sebagai tanda dalam bidang keilmuan ini. Ferdinand De saussure, mengemukakan 4 konsep mengenai tanda, yaitu Signifiant & signifie, Langue & Parole,  Synchronic & Diachronic, serta syntagmatic & Paradigmatic. 1. Signifiant dan Signifie
  Konsep pertama, Signifiant dan signifie, merupakan dua komponen tanda yang tak terpisahkan, signifiant, atau signifier dalam bahsa inggris, merupakan Tanda atau bahsasa yang  diterima melalui panca indra, seperti tulisan, gambar, atau suara, yang kemudian akan di-interpretasi, makna yang  diterima sebagai hasil dari interpretasi individu tersebut, yang kemudian di sebut sebagi Signifie, atau signified oleh De Saussure. 2. Langue dan Parole
Konsep kedua yang dikemukakan De Saussue, adalah aspek dalam bahasa, atau aspek yang dapat membedekan jens bahasa. Bahwasanya, bahsa dapat dibagi menjadi dua secara garis besar, yaitu Langue dan Parole. Langue merupakan sistem bahasa abstrak yang digunakan secara kolektif, yang dimaksud secara kolektif adalah, bahasa yang disepakati bersama-sama dalam suatu sistem bahasa, dan menjadi standart atau panduan bahasa dalam suatu kelompok masyarakat. Parole, merupakan Bahasa praktikal, yang berbentuk verbal individual, dan tidak ada aturan mengikat yang menentukan, meski pada dasarnya, sebagian besar bahasa yang termasuk kedalam Parole, bisa dikatakan mengacu kepada langue.  
3. Synchronic dan Diachronic
Konsep ketiga, ialah Synchronic dan diachronic, merupakan konsep yang merumuskan bagaimana suatu bahasa ditelaah. Synchronic, merupakan tata menelaah bahasa yang mengidentifikasi bahasa dalam kurun waktu tertentu, dan Diachronic, merupakan identifikas tata bahasa yang secara terus-menerus masih digunakan.
4. Syntagmatic dan Associative / Paradigmatic
Yang terakhir, Syntagmatic dan Paradigmatic, merupakan hubungan antara suatu unsur bahasa dengan bahasa lainnya, Syntagmatic digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dalam suatu konsep bahasa yang sifatnya beraturan, dan tersusun secara kolektif. Sedangkan Paradigmatic, menjelaskan hubungan antara unsur dalam bahasa yang tidak terdapat dalam tutur bahasa lain, dimana pemaknaan dalam konsep tersebut tidak terdapat secara formal, namun tetap dapat tersirat dalam suatu susunan kalimat.
ALIRAN DALAM SEMIOTIKA
Pada tahun 1978, Aart Van Zoest, mengungkapkan, bahwa dalam perkembangnnya, semiologi kemudian dapat terbagi kedalam 3 aliran, yaitu :
Aliran Semiotika Komunikatif, Aliran yang mempelajari tanda-tanda sebagai bagian dari proses komunikasi.
Aliran Semiotika Konotatif, Aliran ini mendalami arti/makna dari tanda-tanda yang konotatif, seperti pada arsitektur, dan kesusastraan
Aliran Semiotika Ekspansif, Merupakan aliran yang dapat dikatakan sebagai hasil kembang dari aliran Konotatif, dimana dalam tanda, makna/arti telah sepenuhnya diambil ali oleh pengertian yang datang bersamanya, sepintas, aliran ini seolah mengambil alih, atau berperan serupa dengan Filosofi.
KLASIFIKASI TANDA
Jaques Havet (1987), beranggapan bahwa, suatu tanda (Sign) dapat terbentuk akibat hubungan yang kuat antara “signifier” dan “signified”. Sehingga, bila merujuk kepada pendapat tersebut, Hubungan yang terjadi dalam pembentukan dapat dipengaruhi oleh jenis “signifier” atau “signified” yang berbeda. Pierce (dalam Zooest, 1978) membagi tanda menjadi 3 jenis, yang bila dilihat, sehingga tanda dapat dengan mudah diidentifikasi melalui “Signifier”-nya, yaitu:
Sesuatu yang pasti (contoh : Persegi empat, Limas, Trapesium)
Persis dengan yang diwakilinya (contoh : Fotografi, Lukisan natural)
Berhubungan dengan Realita (contoh : angka dan huruf)
Menggambarkan sesuatu (contoh : peta, lukisan, foto)
Qualisign, adalah tanda, yang dapat menjadi tanda karena sifatnya, seperti warna merah-kuning-hijau, yang menjadi tanda untuk memberi aba-aba pada pengendara
Sinsign, Tanda yang terbentuk berdasarkan kepada peristiwa, bentuk, atau rupanya, misal, kita dapat mengenali tulisan seseorang karena goresannya yang unik, atau langgam arsitektur yang memiliki ciri tersendiri.
Legisign, adalah suatu tanda yang berdasarkan kepada suatu keberaturan tertentu yang berlaku, tanda serupa banyak ditemui dalam bidang arsitektur. Dalam praktisnya, dunia arsitektur telah mengalami banyak perdebatan, perubahan, bahkan pemaknaan yang terus-menerus di perbincangakan. Bila melihat kedalam dunia arsitektur, dapat terlihat dengan jelas bahwa Arsitektur sebagai bidang ilmu, telah mengadopsi banyak bidang ilmu lain kedalamnya, tak terlepas Semiologi sebagai salah satu darinya. Semiologi atau semiotika, mulai diperkenalkan ke dalam arsitektur pada sebuah konferensi debat arsitektur di italia pada tahun 1950, masa dimana para arsitek mulai memperdebatka International Style di dalam ranah arsitektur. Tahun 1960-an, semiotika mulai diperbincangkan sebagai alat normatif yang dapat digunakan untuk kembali membentuk pemikiran, dan pengertian mengenai Arsitektur, dimana pada masa yang berdekatan, Fungsionalisme dianggap cukup berlebihan. Setelah hampir satu dekade semiologi mulai diadopsi kedalam cara berpikir dalam ber-arsitektur, tahun 1970-an menjadi masa dimana Semiotika Arsitektural telah menjadi isu populer pada kalangan teoritikus arsitektur, sebut saja Charles jenks, M. Kiemley, atau Richard Bunt, merupkaan nama-nama yang ikut berkontribusi dalam perkembangan penerapan semiologi kedalam arsitektur, bahkan Istilah “arsemiotika” (archsemiotics) muncul sebagai istilah baru untuk teori meng-implementasi arsitektur dan semiologi kedalam suatu wadah. Ada beberapa teori atau Konsep dalam semiologi yang bila dilihat bahkan hanya sepintas, sangatlah berdekatan. Bila dianalogikan, Struktur penyusun suatu bangunan arsitektur dapat dianalogikan kedalam struktur bahasa. Secara praktis, Suatu bangunan dapat dianalogikan sebagai kalimat, sebuah ruang dapat dianalogikan sebagai kata, dan elemen-elemen arsitektur dapat dianalogika sebagai huruf, Konsep roland barthes mengenai “sistem dan paradigma” sangat berdekatan dengan analogi penyusunan bangunan ini. Roland barthes, melalui konsep “sistem dan paradigma” mengungkapkan bahwa, suatu sistem adalah aturan main terhadap suatu kumpulan huruf atau bahasa, sehingga susunan tersebut dapat memiliki makna. Dengan menganalogikan sistem dan paradigma milik barthes terhadap struktur suatu bangunan, maka sebagai ganti kata dan kalimat, sebuah bangunan memiliki sub-struktur dan struktur seperti sistem bangunan, yang kemudian tersusun dari atap, dinding, kolom, dan fondasi. Konsep lain yang kerap kali dapat ditemui dalam Arsitektur ialah sistem tanda De Saussure, yaitu signifier dan signified, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa suatu tanda terdiri dari signifier (petanda) serta Signified (tertanda), dan tanda tersebut dapat diidentifikasi dengan menggunakan referent atau Referensi yang sudah hadir sebelumnya. Bila dianalogikan kedalam pembentukan bangunan, maka Sign adalah Rumah, signifier fisik bangunan tersebut, dan signified dari bangunan tersebut adalah tempat tinggal. Hal tersebut, dapat di interpretasi oleh seseorang berkat referent dari rumah-rumah yang sudah ada, atau bahkan mereka tinggali. Namun, kekakuan sistem identifikasi de saussure ini bisa dikatakan kurang dinamis, sehingga, pada masa post-strukturalis, konsep de saussure ini dikembangkan kembali, dimana suatu signified, dapat menghasilkan signifier lain. Misalkan, sebuah bangunan memiliki signified bangunan tua, yang kemudian dapat menghasilkan signifier bahwa rumah tua tersebut tidak terawat, dan tidak terawatnya rumah tersebut, dapat menghasilkan signifier lain bahwa rumah tersebut kosong, dan terus selanjutnya dimana pada akhirnya dapat menghasilkan suatu diagram yang majemuk.
2 notes · View notes
bayu-ti-poltektegal · 5 years
Text
Belajar Java OOP: Memahami Konsep Dasar OOP (untuk Pemula)
Tumblr media
OOP merupakan hal yang harus dipelajari untuk memahami Java lebih dalam. Karena Java sendiri merupakan bahasa yang didesain untuk OOP.
Buktinya:
Saat kita membuat program pertama, kita diwajibkan menggunakan class.
class Hello {    public static void main(String[] args){        System.out.println("Hello World!");    } }
OOP dikenal sebagai teknik pemrograman modern yang lebih efisien dan banyak digunakan pada Framework.
Jika kamu ingin memahami Framework, pelajari dulu konsep OOP
Jadi tidak ada alasan untuk tidak belajar OOP.
Apa saja yang akan kita pelajari pada artikel ini?
Apa itu OOP?
Objek dan Class
Class Diagram
Mari kita mulai…
Apa itu OOP?
OOP (Object Oriented Programming) atau dalam bahasa indonesia dikenal dengan pemrograman berorientasikan objek (PBO) merupakan sebuah paradigma atau teknik pemrograman yang berorientesikan Objek.
Pada OOP, Fungsi dan variabel dibungkus dalam sebuah objek atau class yang dapat saling brinteraksi, sehingga membentuk sebuah program.
Tumblr media
Variabel dalam objek akan menyimpan data dari objek. Sedangkan fungsi akan menentukan operasinya.
Contoh objek dalam dunia nyata: Mobil, Burung, Drone, Meja, Pohon, dll.
------------------OBJEK Drone ------------------Variabel/Atribut energi = 100; ketinggian = 200; kecepatan = 29; ------------------Fungsi terbang(); matikanMesin(); turun(); maju(); mundur(); belok(); ------------------
Semua objek di dunia nyata yang memiliki sifat dan tingkah laku, bisa kita representasikan dalam kode.
Kata kunci yang perlu diingat:
“Objek isinya data dan fungsi”
Class dan Object
Class adalah rancangan atau blue print dari sebuah objek.
Sedangkan objek dalam pemrograman adalah sebuah variabel yang merupakan instance dari Class.
Instance bisa diartikan sebagai wujud dari class.
Class berisi definisi variabel dan fungsi yang menggambarkan sebuah objek.
Dalam OOP:
Variabel disebut atribut atau properti;
Fungsi disebut method.
Contoh Class:
class NamaClass {    String atribut1;    String atribut2;    void namaMethod(){ ... }    void namaMethodLain(){ ... } }
Lalu, Kita biasanya membuat objek (instance) seperti ini:
NamaClass namaObj = new NamaClass();
Kata kunci new berfungsi untuk membuat objek baru dari class tertentu.
Setelah membuat objek, kita bisa mengakses atribut dan method dari objek tersebut.
Contoh:
namaObj.namaMethod(); namaObj.atribut1;
Tanda titik (.) berfungsi untuk mengakses atribut dan method.
Contoh Program OOP
Kita akan menggunakan Netbeans, silahkan buat project baru.
Tumblr media
Isi nama project-nya dengan “BelajarOOP” dan jangan centang “Create Main Class”.
Tumblr media
Setelah itu, silahkan buat package baru. Klik kanan pada <default package>, lalu pilih New->Java Package.
Tumblr media
Isi nama package dengan “dasar”:
Tumblr media
Setelah itu, di dalam package dasar, silahkan buat class baru bernama Player.java.
Klik kanan pada package dasar lalu pilih New->Java Class. Setelah itu, isi namanya dengan Player.java.
Silahkan tulis kode pada Player.java seperti ini:
package dasar; public class Player {        // definisi atribut    String name;    int speed;    int healthPoin;    // definisi method run    void run(){        System.out.println(name +" is running...");        System.out.println("Speed: "+ speed);    }    // definisi method isDead untuk mengecek nilai kesehatan (healthPoin)    boolean isDead(){        if(healthPoin <= 0) return true;        return false;    }     }
Berikutnya, buat class baru lagi bernama Game.java dan isi kodenya seperti ini:
package dasar; public class Game {    public static void main(String[] args){        // membuat objek player        Player petani = new Player();        // mengisi atribut player        petani.name = "Petani Kode";        petani.speed = 78;        petani.healthPoin = 100;        // menjalankan method        petani.run();        if(petani.isDead()){            System.out.println("Game Over!");        }    } }
Coba eksekusi Game.java dengan klik kanan pada Game.java lalu pilih Run File. Maka hasilnya:
Tumblr media
Coba ganti nilai healthPoin menjadi 0.
petani.healthPoin = 0;
Setelah itu, coba eksekusi lagi:
Tumblr media
Player petani sudah mati, Game selsai!
Kok Bisa Begitu? Jelaskan Donk!
Baik, kita mulai dari pembuatan class.
Pertama-tama, kita membuat sebuah class dengan nama Player. Class ini mendefinisikan objek Player dalam Game dengan atribut sebagai berikut:
name adalah nama objek;
speed adalah kecepatan;
healthPoin adalah nilai kesehatan dari player, biasanya disingkat hp.
Lalu class Player memiliki method:
run() untuk menggerakkan player;
isDead() untuk mengecek kondisi kesehatan player. Method ini akan mengembalikan nilai true apabila nilai hp lebih kecil atau sama dengan nol (0), sebaliknya akan mengembalikan nilai false.
Berikutnya kita membuat objek baru dari class Player pada class Game bernama petani.
// membuat objek player Player petani = new Player();
Setelah itu mengisi atribut-atributny. Karena kalau tidak diisi akan bernilai Null dan bisa menyebabkan NullPointerException.
Tumblr media
Berikutnya kita coba modifikasi nilai hp menjadi nol.
Hasilnya, pesan Game Over! akan ditampilkan. Karena method isDead() akan mengembalikan nilai true jika nilai hp kurang atau sama dengan nol.
Tumblr media
Contoh Program OOP 2: Program Drone
Untuk praktek berikutnya, coba buat class Drone.
class Drone {    // atribut    int energi;    int ketinggian;    int kecepatan;    String merek;    // method    void terbang(){        energi--;        if(energi > 10){            // terbang berarti nilai ketinggian bertambah            ketinggian++;            System.out.println("Dorne terbang...");        } else {            System.out.println("Energi lemah: Drone nggak bisa terbang");        }    }    void matikanMesin(){        if(ketinggian > 0){            System.out.println("Mesin tidak bisa dimatikan karena sedang terbang");        } else {            System.out.println("Mesin dimatikan...");        }    }    void turun(){        // ketinggian berkurang, karena turun        ketinggian--;        energi--;        System.out.println("Drone turun");    }    void belok(){        energi--;        System.out.println("Drone belok");        // belok ke mana? perlu dicek :)    }    void maju(){        energi--;        System.out.println("Drone maju ke depan");        kecepatan++;    }    void mundur(){        energi--;        System.out.println("Drone mundur");        kecepatan++;    } }
Bagaimana Menentukan Atribut dan Method dari Objek?
Seperti yang sudah dijelaskan di awal. Objek memiliki data (atribut) dan operasi (fungsi).
Kuncinya:
Atribut itu seperti ciri-ciri dari objek.
Method itu seperti tingkah laku atau operasi.
Contoh:
Misalkan kita ingin membuat class dari Senjata.
Apa ciri-ciri dari senjata atau data yang bisa dijadikan atribut?
jumlah peluru
jenis
nama senjata
berat
warna
dll
Lalu apa tingkah laku atau operasi (fungsi) yang bisa dilakukan?
tembak()
lempar()
kurangiPeluru()
reload()
dll.
Tumblr media
Maka class-nya bisa dibuat seperti ini:
class Senjata {    // atribut    String nama;    int jumlahPeluru;        // method    void tembak(){        //..        // setelah nembak, kurangi peluru        jumlahPeluru--;    }    void reload(){        //..        // kalau di-reload maka jumlah peluru diisi ulang        jumlahPeluru = 300;    } }
Mudah bukan…
Mengenal Class Diagram
Class Diagram adalah sebuah diagram yang menggambarkan hubungan antar class. Class Diagram dapat kita buat dengan aplikasi perancangan (CASE), seperti StarUML.
Tumblr media
Sebauh class digambarkan dengan sebuah tabel 1 kolom dan 3 baris.
Baris pertama berisi nama class; Baris kedua berisi atribut; dan Baris ketiga berisi method.
Tumblr media
Selain itu, terdapat garis yang menggambarkan hubungan antar class.
Tumblr media
Class Diagram biasanya digunakan oleh software engineer untuk merancang software dengan paradigma OOP.
Sebagai programmer, kita hanya perlu tahu cara membaca dan menuliskannya ke dalam kode.
1 note · View note
alifgiant · 3 years
Text
Perbedaan (Lanjutan) dari MVC, MVP, MVVM dan MVI
Artikel kali ini ingin melajutkan tulisan saya sebelumnya “Perbedaan Sederhana dari MVC, MVP, MVVM dan MVI”. Pada artikel itu, saya memberikan gambaran dengan bahasa sehari hari agar mudah dipahami. Namun tentu saja hanya sebatas kulitnya. Pada kesempatan kali ini saya ingin menjawab beberapa pertanyaan lanjutan yang diberikan oleh teman yang memiliki pengalaman lebih jauh dalam dunia pemograman. Jika kamu belum pernah membaca artikel sebelumnya, sebaiknya lowongkan waktu membaca artikel itu sebelum melanjukan membaca.
1. Karena masalahnya Callback Hell, apakah MVC kembali relevan jika menggunakan aync await?
Callback hell hanya salah satu kelemahan yang ada. Saya memilih menunjukkan hal tersebut karena menurut saya hal itu adalah kelemahan yang paling “terlihat”. MVC sendiri merupakan pattern yang muncul paling awal, dimana pemograman masih bermindset syncronous. Paradigma seperti coroutine, events loop dan sejenisnya belum ada atau belum populer. Async-await sendiri muncul dengan lahirnya paradigma asyncronous programming (selanjutnya saya sebut async progam).
Menurut laman di wikipedia, async progam pertama kali muncul pada tahun 2007 di bahasa F#. Diadopsi C# pada tahun 2012, lalu python dan Typescript pada tahun 2015. Jadi, masih bisa dibilang lumayan baru.
Lalu, kembali ke pertanyaan apakah async prog bisa menghidupkan lagi MVC?
Singkatnya, menurut saya, tidak.
Salah satu tujuan penerapan design pattern arsitektural, seperti MVC, adalah untuk memiliki kode yang menerapkan SRP (Single Responsibility Principle, dari SOLID principle). Kita melakukan SoC (Separation of Concern) kepada kode kita. Hal ini (diharapkan) dapat mempermudah kita untuk memelihara dan mengembangkan kode tersebut dikemudian hari. Salah satu kalimat jargon terkait hal ini ialah “akan lebih mudah di unit-test”.
Tapi, sebenarnya apa yang dipisah?
Controller, Presenter, ViewModel, dan Intent sesungguhnya adalah bagian yang berusaha memisahkan business logic. Perbedaan scope (batasan masalah) yang mana saja disebut business logic itulah yang memunculkan berbagai pattern yang ada. Sebagai contoh silahkan lihat potongan kode dibawah mengenai MVC.
https://gist.github.com/alifgiant/b073e7145254eec89fe631f2b523f096
Kita bisa lihat ada sebuah scheduler (coffeEmptyCheckScheduler) yang dibuat dan running setiap 10 menit. Ketika waktunya tiba akan mengecek apakah kopi kosong, jika iya maka akan melakukan refill. Bagian kode yang ini, bagi sebagian orang, adalah sebuah business logic yang tidak seharusnya berada di dalam sebuah view. Pemisahan akan lebih baik ketika menggunakan MVP. Seperti contoh dibawah.
https://gist.github.com/alifgiant/e7c605d0dacdc8d82798bc4199747a7a
Bisa kita lihat view kini lebih bebas dari business logic. Oleh karena itu menurut saya jika masih ada yang menggunakan MVC sebaiknya segera hijrah.
Kalau kamu masih bingung bedanya MVC dan MVP kalimat sederhananya ialah “Controller tidak memiliki reference ke view sedangkan presenter memiliki reference ke view”.
2. Masalah MVP hanya kalau lupa unregister si presenter? Kalau gitu misal udah yakin sudah unregister aman dong?
Itulah alasan kenapa MVP masih exist di pemograman modern. Selain alasan tersebut (yakin ga akan lupa unregister presenter), masih banyak yang menggunakan MVP dikarenakan ia lebih sederhana dibandingkan MVVM dan MVI. Misalnya saja di MVP kita tidak perlu mengenal beberapa konsep baru seperti Observable dan Observer, Emiter dan Subscriber, Reducer dan Dispatcher. Untuk lebih jelasnya silahkan baca mengenai paradigma Reactive Programming.
Namun muncul lagi sebuah perdebatan bahwa view belum cukup terpisah. Bisa dilihat pada contoh sebelumnya, ada proses di view yang mengubah field coffeRefilloading (sebuah model atau state milik view). Bagi sebagian orang ini adalah business logic. Karena business logic seharusnya berada di presenter maka sering kali terjadi “lupa” atau “miss” mengubah state ataupun menjalankann fungsi di view ketika melakukan perubahan. Tentu saja sebagai programmer yang handal jika sebuah masalah sering terjadi kita ingin mencari solusinya.
Tumblr media
Pada pattern yang baru, View dirancang agar otomatis react terhadap perubahan view-state dan me-reflect hasil perubahannya. Untuk sementara mari kita namakan “objek” baru yang mengendalikan semua state sebagai NeoController. Karena semua state dikendalikan oleh NeoController bisa kita katakan hanya ada satu sumber kebenaran (Single Source of Truth, SSoT), yaitu state milik NeoController. Selain itu, karena kini state hanya dapat diubah oleh NeoController maka alur data dari view hanya ada satu arah (Unidirectional Data Flow, UDF). Bisa dilihat di diagram diatas, pada MVP terdapat 2 panah keluar namun di new pattern hanya 1. Kedua konsep baru yaitu "Single Source of Truth" dan "Unidirectional Data Flow" dapat ditemukan baik pada MVVM maupun MVI. NeoController kemudian dinamakan sebagai ViewModel pada MVVM dan Intent-Reducer pada MVI.
Perbedaan utama dari MVP dan MVVM ataupun MVI terletak pada kedua konsep baru ini.
3. Apa bedanya MVVM dan MVI? Kalau dari contoh (di artikel sebelumnya) cuma dari jumlah state?
Sebenarnya di contoh pada artikel sebelumnya saya menyederhanakan MVI sehingga terlihat sama dengan MVVM jika MVVM hanya memiliki 1 state. Ada konsep User dan Reducer yang sengaja saya hilangkan. Secara singkat perbedaan MVVM dengan MVI terletak pada seberapa ketat konsep SSoT dan UDF diterapkan dimana MVI lebih ketat. Perhatikan diagram berikut.
Tumblr media
Bisa dilihat MVVM bisa memiliki beberapa state, yaitu view state dan business state. View pada MVVM hanya otomatis reflect kepada view state. Hal inilah yang sempat saya sebutkan diartikel sebelumnya. Bisa saja ada sebuah view state yang sebenarnya depend ke business state tapi miss ketika business state diubah.
Pada MVI diterapkan SSoT yang lebih ketat, semua state digabung menjadi satu dan pasti di-observe oleh view. Walaupun tentu saja akan ada perubahan state yang seharusnya dan tidak perlu render view namun menyebabkan render terjadi. Tentu saja hal ini memunculkan perdebatan mengenai performa aplikasi.
Selain itu, kalau kamu memerhatikan diagram diatas, saya baru menggunakan istilah Almost-MVI. Karena selain SSoT MVI juga lebih ketat mengenai UDF. Di diagram diatas kamu bisa lihat masih adanya panah yang berputar ditempat, Action-State. Hal ini memungkinkan adanya proses yang tiba tiba mengubah state (unpredictable change). Sebagai contoh pada kasus coffeEmptyCheckScheduler sebelumnya. Action memiliki kemungkinan untuk mengubah tanpa adanya aksi dari view.
Lah, kalau emang business logicnya gitu?
Untuk “mengakali” proses yang tiba-tiba ada ini, kita harus membayangkan “sebenarnya apa sih yg berhak untuk memulai sebuah aksi?”. Jawabannya ialah User. “Tapi user kan diluar sistem”. Menariknya, ternyata kita bisa ngemock user 😅. Seperti ketika kita melakukan mock terhadap dependecy lainnya yang kita perlu tau ialah apa output yang diharapkan dari objeck tersebut.
Lalu, apa output dari user? tentu saja, As you can guess, Intent.
Tumblr media
Jadi, pada MVI action tidak mengetahui juga apa kondisi terkini dari state, dan tidak bisa tiba melakukan modifikasi tanpa adanya Intent. Imaginary Friend User menghasilkan Intent. Action menerima data yang dia butuhkan dari Intent. Lalu, melakukan aksi dan memberikan hasilnya kepada Reducer. Reducer sendiri adalah objek yang berupa pure function yang menerima input current state, dan new data. Kurang lebih untuk kasus kopi diatas bisa kita tulis menjadi kode berikut.
https://gist.github.com/alifgiant/0946a70fb39ae1b730784c4576af54b5
Menjadi jauh lebih panjang? Ya, setuju. Tapi kini harapannya kodenya lebih predictable.
Kesimpulan
Selain MVC, Semua pattern ada kelebihan dan kekurangan nya. Seringkali dalam real world implementasinya disesuikan dengan kebutuhan. Jadi tidak murni MVP, ataupun tidak murni MVVM ataupun tidak murni MVI. Bahkan bisa berbeda total dari contoh diatas.
Cukup sekian, jika masih bingung, ataupun tidak sependapat boleh DM tanya tanya ataupun komen di instagram. ataupun.. ya dimanapun lah.
Terimakasih :)
0 notes
ornadean · 4 years
Link
Joules Bourgoin »Les éléments de l'art arabe« in der Wade Photo Library; Wendy sagt, dass das interessante ist, dass die sich mehr »physicality« der pattern interessieren und »Language« da raushalten, während islamische Publikationen oft über Pattern und Kalligraphie zusammen sprechen
Wenn man sich viel mit Musik beschäftigt, dann erkennt man bestimmte Bewegungen, Tonfolgen wieder, als ob es Wörter wären, nicht, dass es repräsentative Funktion hätte, aber es gibt bestimmte Paradigmas, die man wieder miteinander kombinieren kann, und weiter differenzieren kann → increased complexity
0 notes
welldonemusthofa · 5 years
Photo
Tumblr media
💬Review Buku Blue Ocean Shift💬 . . 📚Beuhhhh~ ni buku bener2 membuat perspektif saya tentang strategi bisnis berubah😳 Yg mungkin selama ini buku bisnis yang hadir selalu menggaungkan samudra merah yg penuh persaingan. Di buku ini kalian akan dibawa ke dalam wilayah peluang bisnis bernama "samudra biru" yg luas & bisa jadi menghilangkan batas-batas persaingan yang berdarah-darah 🌊 . . 📚Buku setebal 311 halaman ini akan berbicara banyak tentang strategi samudra biru dalam bisnis. Dibagi ke dalam 3 bagian : bagian satu, bagian dua, dan epilog. Bagian satu akan membangun pemahaman pembaca tentang konsep samudra biru. Bagian dua akan memaparkan lima langkah untuk melakukan pergeseran samudra biru dan epilognya adalah tentang wacana pergeseran samudra biru secara nasional. . . 📚Jujur aja ya, saya ngerasa pembahasan di buku ini bener2 fresh di pikiran saya. Kenapa? karena ini seperti membawa paradigma baru dan menghembuskan angin segar kepada pebisnis pemula, startup, maupun perusahaan yang kian lama kian menurun omsetnya. Bahwa bisnis itu tidak selamanya harus "sikut-sikutan" bersama lawan. Bahwa kita semua bisa membuat "samudra biru" untuk lahan bisnis kita. . . 📚Bahasanya memang agak rumit, khas buku-buku ekonomi atau teknik bisnis kebanyakan. Tapi dengan dihadirkannya contoh yang real seperti perusahaan microsoft, apple, organisasi orkestra, perusahaan pembuat kentang goreng, restoran, hingga perusahaan setrika maka saya yakin pembaca akan cepat menangkap apa yang ingin disampaikan penulis di buku ini. Terdapat juga bagan dan diagram yang akan mempermudah pembaca memahaminya. . . 📚Dengan pemaparan langkah-langkah sistematis yg dihadirkan di buku ini, maka buku ini sangat aplikatif jika diterapkan ke dalam bisnis atau perusahaan kamu bekerja. Mjisalnya Gojek yg saya merasa perusahaan ini adalah salah satu contoh penerapan samudra biru, karena gojek ini seperti membangun pasarnya sendiri nyaris tanpa persaingan ketika baru diluncurkan. . . 📚Jadi,buat kamu perintis startup, pebisnis pemula maupun pemangku kebijakan dalam perusahan, cobalah membaca buku ini.Buku dg penelitian hampir 30 tahun ini wajib sekali kamu baca agar bisnismu tak tergerus perubahan. (at Bekasi, West Java, Indonesia) https://www.instagram.com/p/BzsJiAEglN-/?igshid=14hp49b7rl467
0 notes
fabiansteinhauer · 1 year
Text
Tumblr media
Mi piache un sacco de Harvard
1.
Das Diagramm ist ein durchgehendes Zeichen. Kann man einer Wissenschaft vorwerfen, was sie nicht tut? Als Wissenschaftler einer Bild- und Rechtswissenschaft bin ich Fürsprecher dieser Wissenschaft. Ich halte das für eine Wissenschaft, in der zwar nicht das Wissen des Bildes das Wissen des Rechts ergänzt. Ich glaube aber, dass diese Wissenschaft Kontraktion und Distraktion auf eine Weise mitmachen kann, dass das Ergebnis eins und dass es alles sein kann. Alles ist in Stücken, immer schon und wird sich nie ergänzen, darum fragmentiert nichts. Linien sind, wie Mommsen sagt, vorgeschoben. Und sie werden vorgeschoben.
Darum ist es auch ein Problem, einer Wissenschaft vorzuwerfen, was sie nicht tue. Die Linien sind vorgeschoben. Aber man kann es tun. Ich kann zum Beispiel Daniel Damler vorwerfen, in seinem Buch Konzern und Moderne nicht nur Warburg nicht zu erwähnen, sondern das Bild einer Trennung zu zeichnen, das ich für zu groß halte. Die Wirtschaft wolle nichts mehr von der Kunst, die Kunst nichts mehr von der Wirtschaft wissen, die Rechten nicht mehr von den Linken und die Linken nicht von den Rechten. Das schildert Damler so, ich habe es paraphrasiert, es steht bei ihm anders, aber es steht auf Seite 18 und 19.
Ich kann dem Damler vorwerfen, eine Trennung zu groß zu zeichnen und ein Detail wie Warburg zu übersehen. Ich kann ihm vorwerfen, sein sogenannter "toter Winkel" sei so tot nicht, da seien Leute wie Warburg ganz lebendig. Ich kann ihm vorwerfen, denjenigen zu ignorieren, den er vermisst. Aber vielen fehlt, was sie haben und sie haben was ihnen fehlt. Das ist nicht unbedingt Pathologie, aber Passion ist es und passieren tut es. Das Begehren verkehrt. Mir ist das oft passiert, etwa einem Lehrer vorgeworfen, was er nicht tut, dem Vesting vorgeworfen, dass dort im Buch Vismann fehlt und sie ihm nicht fehlt. Das kann man machen, solche Vorwürfe kann man machen, aber sollte sie auch skalieren können, weil das Begehren verkehrt. Mir scheint, dass dort auch Legendres Thesen zur Zähmung der Fiktion ansetzen, vor allem Passagen in den Buch über die Gesellschaft als Text. Aber Warburg liefert Routinen, die mit solchen Problemen erstens nicht nur zähmend, sondern auch exzessiv umgehen können. Damler zeichnet ein wichtiges Bild, dasjenige großer Unternehmen, großer Unternehmer und großer Unternehmungen. Ich glaube durchaus, dass sich die Welt von den großer Unternehmen im Westen aus so darstellt. Die Perspektive zeichnet Damler scharf. Damler ist nicht Warburg, muss nicht pendeln wie Warburg. Darum kann er denn Warburg ruhig weg lassen. Vesting deutet im Rahmen seiner Interessen Damlers als Leitbilder, nicht als Pendelbilder oder Polobjekte. Vesting ist nicht Warburg und darum kann er das so deuten.
Mit Warburg kann ich dem Damler was vorwerfen, aber, und das scheint mir der Witz, das ist ein Problem, auf das Warburg schon mit dem Begriff des Nachlebens und einer Theorie und Geschichte der Polarisierung und Polarität reagiert hat. So falsch liegt Damler nicht. Aber was bei Damler nicht ist, was dort nicht anwesend ist, ist durch Damler nicht weg. Es ist durch Damler entfernt. Man muss Polarisierung wahrnehmen, wenn man sie üben oder ausüben will. Was Damler trennt, soll getrennt sein. Konzern und Moderne ist der Titel des Buches, das kann man auch so lesen: Die Moderne ist seine Sorge und Sorge ist hier modern. Modenity is the authors concern and his concern is modern, even if i have never been modern.
Warburg taucht nicht explizit im Buch auf, aber alles, was bei Warburg auftaucht, taucht bei Damler auf, bis hin zum Laokoon und den Schlangen. Man muss nicht alle Referenzen vorweisen. Man kann es tun, aber man muss es nicht tun. Liest man das Buch mit Warburgs Augen, taucht Warburg doch auf, dann liest man das Buch, selbst wenn Damler ihm vorwerfen könnte, ihn nicht richtig zu verstehen. Alles trivial gesagt, nicht trivial zu verstehen. Nochmal von vorne.
2.
Hamburger ist Warburg, Warburg ist Hamburger. In dem von Hamburger mit herausgegebenen Band zur Bild- und Rechtswissenschaft und zu den durchgehenden Zeichen, die Diagramm genannt werden, taucht der Name Aby Warburg nicht auf. Alles, was hier auftaucht, taucht aber auch bei Warburg auf und alles, was im Namen Warburgs auftaucht, taucht in diesem Buch auf.
Die Drehscheiben, die ich Polobjekt nenne, weil sie um eine Achse herum sich drehen und darum in der Bewegung Kehren, Wenden, Windungen, Kippen und sogar Falten vorkommen , ziehen sich durch das ganze Buch mit seinen durchgehenden Zeichen.
Darum ist es problematisch, einem Buch vorzuwerfen, was nicht drin steht, seine Referenzen nicht auszuweisen. Man zieht nämlich eine Linie, die vorgeschoben ist. Das kann man machen. Aber der Witz der Polarforschung ist wie der Witz der Anthropofagie, sie sind alle Elemente einer Kulturtechnik relationaler Affinität (Eduardo Viveiros de Castro). Um das Eigene kümmern sich die Anderen, aber die sind nicht total anders. Um das Eigentum kümmern sich die Anderen, die Polarforscher und Kannibalen um das Durchgehende, auch um dasjenige, was dem Anderen durchgeht und vom Anderen durchgeht. Das Modell dafür ist nicht unbedingt der Spiegel, nicht der aus dem unerbittlichem Glas. Das Modell könnte der Wasserspiegel sein, wenn spiegelende Wasserwellen zwar nur vague Assoziationen ermöglichen, aber damit dem und den Anderen durchgehen lassen, was durchgehen soll. Die Musterung sind mobilisierbar. Das Modell ist auch die Tafel, es ist mehr noch das Tafeln, das Verzehren und Verschlingen oder wie gehabt: die Polobjekte, Drehscheiben und Drehlebern, Sternenbilder und Kalender.
Die Paradigmen sind Radieschen für Radieschen (Würzelchen für Würzelchen) die Paradieschen unter den Dogmen und den digmata, mi piache un sacco, mi piache un sacco de Harvard, da kommt das neue Buch nämlich her.
3.
Hamburgers, Roxburgs und Safrans Buch darf ich für die Rechtsgeschichte rezensieren. Meine Expertise, die eines Bild- und Rechtswissenschaftlers, ist gefragt.
Es gibt nicht nur in der Max-Planck-Gesellschaft Kollegen, die die Expertise für Bild- und Rechtswissenschaft teilen. Ich will aber mehr Leute ermutigen und animieren, sich hier zu engagieren, die Themen liegen und schleudern auf der Straße, sie kreuzen durch das Wasser, das ist ein Faß ohne Boden.
Wer wissen will, ob und wie in diesem Bereich wissenschaftliches Arbeiten möglich ist, die/ der kann sich für ein Orientierungsstipendium bewerben. Wer ein Thema für eine Dissertation hat, das mit Bildern und Recht assoziiert ist: Es gibt Promotionsmöglichkeiten. Wem an der Universität gesagt wurde, man könne nicht tun, was man tue wolle, weil das nämlich niemand tue, der soll mal zur Max-Planck-Gesellschaft kommen, wir sammeln Leute, die tun, was woanders entmutigt wurde. Fragen kostet nichts, Initiative kostet nichts.
1 note · View note
ofprodigyss · 6 years
Text
Data dan Manajemen Pengetahuan
Mengolah Data
Dalam ilmu statistika ada istilah metode statistika yaitu metode yang digunakan untuk:
Mengumpulkan data angket, observasi, wawancara
Pengolahan data
Penyederhanaan tendensi sentral (mean, median, mode), dan variasi (range, deviasi standar)
Penyajian data: dapat menggunakan tabel, grafik
Menganalisa data: korelasi atau regresi, dan
Penginterpretasian data
Terdapat beberapa tahapan dalam kegiatan mengolah data sebagai berikut:
Mengumpulkan data a  Metode sensus atau metode penelitian populasi, yang mana pengumpulan data dilakukan dengan cara mengambil seluruh populasi. b.  Metode sample, yakni metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil sebagian dari populasi yang akan mewakili sebagai bahan penelitian.
Menyusun data Langkah ini disebut juga Mengorganisasikan Data. Langkah tersebut diantaranya adalah: i.  Editing, digunakan untuk mendeteksi kemungkinan kesalahan, ketidaktepatan data yang telah dikumpulkan. ii.  Klasifikasi, digunakan untuk mengelompokkan data sesuai sifat-sifat yang dimiliki. iii.  Tabulasi, menyusun data ke dalam baris dan kolom.
Menyajikan data Data dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau diagram.
Menganalisis data Menganalisis data dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti rata-rata, variasi, korelasi, atau regresi.
Pendekatan Basisdata
Basisdata adalah gabungan dari sejumlah informasi yang biasa di simpan di dalam computer secara sistematik hingga dapat di periksa memakai suatu program computer agar bisa memperoleh sebuah informasi dari basisdata itu juga.
Basisdata merupakan representasi gabungan dari berbagai fakta yang saling bersangkutan dan bisa di simpan secara bersamaan tanpa melakukan pengulangan (redudansi)agar dapat memenuhi berbagai kebutuhan.
Basisdata yaitu serangkaian informasi yang saling berhubungan pada satu objek tertentu dan pada misi tertentu pula.
Tujuan Basisdata / Database
Salah satu elemen yang terpenting dalam sebuah sistem informasi yaitu yang merupakan dasar di dalam mendapatkan sebuah informasi. Bisa menentukan kualitas informasi: tidak berlebihan, tepat waktu dan relefan. Informasi dapat di katakan bernilai bila kegunaannya lebih mudah di bandingkan dengan biaya mendapatkannya.
Dapat mengurangi duplikasi data (data redundancy), meningkatkan hubungan sebuah data (data relatability), serta dapa mengurangi pemborosan tempat simpanan.
Kekuatan dan Kelemahan Basisdata / Database
Kekuatan:
Dapat mengurangi kerangkapan data
Bisa mencapai independesi data
Mengintegrasi data dari beberapa file
Dapat mengambil sebuah informasi dengan cepat dan tepat
Dapat meningkatkan keamanan data
Kelemahan:
Perangkat lunak yang sangat mahal
Konfigurasi perangkat keras yang besar
Bisa menjaga staff Basisdata Administrator
Struktur Basisdata / Database
Sudah di ketahui bahwa secara fisik data dalam bentuk gabungan dari beberapa bit dan di rekam secara basis track yang ada di dalam sebuah media penyimpanan eksternal, agar memberikan kemudahan untuk mengakses data, data yang di susun di dalam sebuah struktur logis yang dapat menjelaskan bahwa:
Beberapa gabungan tabel yang dapat menyusun sebuah data
Tabel yang tersusun berbagai jumlah recordnya
Sebuah record yang tedapat sejumlah filed, serta
Sebuah field di simpan di dalam bentuk gabungan bit
Glosarium
Field (medan) yang dapat menyatakan data yang sangat kecil yang mempunyai makna. Makna lain untuk field adalah konsep data, kolom item, serta perlengkapan. Misalnya jumlah barang yang akan kamu beli, dan juga bulan lahir sesorang.
Record (rekaman) yang dapat menyatakan berbagai gabungan dari jumlah konsep data yang berkaitan. Misalnya, nama, bulan lahir, nama ortu, agama, tempat lahir, serta sesorang yang mengurutkan. Artinya biasanya dapat menyatakan record adalah tupel serta baris.
Tabel yang menghimpun berbagai jumlah record, misalnya daftar belanja dari semua pengunjung pada sebuah table.
Basis data (database) yang merupakan suatu kelompok yang di dalamnya ada sekumpulan data yang saling berhubungan agar memudahkan kegiatan tersebut untuk mendapatkan sebuah informasi. Misalnya basis data akademis yang terdapat di dalamnya table yang saling berkaitan pada data mahasiswa, mata pelajaran, nilai, jurusan, jam kuliah. 
Sistem Manajemen Basisdata
Sistem Manajemen basis data atau  database management system (DBMS), atau kadang disingkat menjadi SMBD merupakan sistem atau software yang dirancang supaya digunakan untuk mengelola suatu basis data dan menjalankan operasi terhadap data yang diminta oleh banyak pengguna.
Contoh tipikal SMBD yaitu akuntansi, sumber daya manusia ( SDM ), serta sistem pendukung pelanggan. Database Management System (DBMS) ini merupakan perangkat lunak yang sengaja  dirancang untuk membangun basis data yang terkomputerisasi dan bisa melakukan utilisasi serta mengelola koleksi data dalam jumlah yang banyak. DBMS pun juga dirancang supaya bisa untuk melakukan manipulasi data secara lebih mudah.
DBMS memiliki banyak manfaat serta kelebihan pada penyimpanan datanya dibandingkan dengan penyimpanan yang dilakukan dalam bentuk flat file yaitu:
Memperoleh peforma yang cukup besar. DBMS itu sendiri mempunyai unjuk kerja yang lebih baik dari flat file, serta juga saat menggunakannya kita akan memperoleh efisiensi penggunaan pada media penyimpanan dan memory.
Integritas data akan terjamin. Permasalahan mengenai redudansi sering kali terjadi pada flat file. Redudansi adalah kejadian berulangnya data atau kumpulan data yang sama dalam sebuah database yang mengakibatkan pemborosan media penyimpanan.
Independensi. Yaitu sifat yang memungkinkan perubahan struktur berkas tidak dapat berpengaruh pada program dan demikian juga sebaliknya. Pencapaian Independensi data dengan cara menempatkan spesifikasi pada tabel & kamus yang terpisah secara fisik dari program.
Sentralisasi. Pada DBMS kita akan diberikan kemudahan pada saat pengelolaan database karena datanya  telah disusun secara terpusat serta data yang diakses secara bersamaan  lebih konsisten dan terjamin dari pada data yang disimpan dalam bentuk file atau worksheet yang tersebar.
Keamanan. Keamanan pada DBMS lebih fleksibel dari pada keamanan yang dimiliki oleh file sistem operasi. Adapun keamanan yang dimiliki oleh DBMS akan dapat memberikan ke-luwesan dalam pemberian hak.
Data Warehouse dan Data Mart
Data Warehouse adalah suatu gudang data yang didalamnya itu terdapat data-data historis (sejarah) yang didapat dari berbagai sumber untuk dapat mengambil suatu keputusan.
Data Mart adalah  bagian dari data warehouse tersebut dan berada pada level departemen pada suatau organisasi atau organisasi. Data mart tersebut menangani sebuah business proses, misalkan pada penjualan, maka hanya pada proses penjualan itu saja yang akan  ditangani pada data mart.
Perbedaan Data Warehouse dan Data Mart Berikut ini merupakan Perbedaan Data Warehouse dan Data mart , antara lain ialah sebagai berikut:
Tumblr media Tumblr media
Data mart secara khusus adalah bagian dari data warehouse yang mendukung pembuatan laporan serta analisa data pada suatu unit, departemen atau bagian pada sebuah organisasi/perusahaan. Fungsi dari data mart adalah untuk memberikan informasi pada segmen fungsional organisasi/perusahaan. Data Mart juga dapat diartikan sebagai miniatur dari data warehouse.
Data mart digunakan pada departemen penjualan, departemen keuangan, departemen persediaan dan pengiriman barang, managemen tingkat atas dan sebagainya. Data mart juga bisa dipergunakan sebagai gudang data atau segmen data.
Tumblr media
Manajemen Pengetahuan
Knowledge management adalah suatu proses menciptakan, membagikan, menggunakan, dan mengelola suatu pengetahuan dan informasi dari dan dalam sebuah organisasi.
Siklus Hidup Sederhana Manajemen Pengetahuan
Knowledge management memiliki siklus sederhana sebagaimana tertera pada gambar berikut:
Capturing
Organizing
Refining
Transfer
Tumblr media
Tahap pertama, yaitu capturing, dapat meliputi salah satu atau beberapa di antara hal-hal berikut ini: pemasukan data, pemindaian, wawancara, serta brainstorming.
Tahap organizing dapat meliputi salah satu atau beberapa di antara hal-hal berikut ini: pembuatan katalog, pengindeksan, penyaringan, penghubungan, dan pengkodean.
Tahap refining dapat meliputi salah satu atau beberapa di antara hal-hal berikut ini: kontekstualisasi, kerjasama, kompresi, serta pembuatan proyeksi.
Tahap transfer dapat meliputi salah satu atau beberapa di antara hal-hal berikut ini: pembagian dan peringatan 
Piramida Kognitif Manajemen Pengetahuan
Tumblr media
Piramida kognitif manajemen pengetahuan terdiri dari empat elemen, yaitu:
Data adalah elemen yang paling dasar, bersifat diskrit, dan belum diproses, sehingga belum memiliki makna. Contoh: angka, kata, kode, tabel, dan basis data.
Informasi adalah elemen yang saling terhubung dan merupakan hasil pemrosesan terhadap data, sehingga memiliki suatu makna. Contoh: kalimat, paragraf, persamaan, konsep, ide, pertanyaan, dan cerita sederhana.
Pengetahuan adalah kumpulan informasi yang terorganisir mengenai suatu bidang yang sudah dipahami. Contoh: teori, aksiom, kerangka kerja konseptual, cerita rumit, dan fakta.
Kebijaksanaan adalah hasil penerapan dari suatu pengetahuan yang dapat menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Contoh: buku, paradigma, sistem, filosofi, puisi, sistem kepercayaan, tradisi, prinsip, dan kebenaran.
Jenis-jenis Pengetahuan
Tacit (know-how) Pengetahuan tacit adalah pengetahuan yang masih berupa pemikiran di kepala manusia. Pengetahuan ini agak sulit untuk dikomunikasikan, dipahami dan diterjemahkan ke dalam bentuk lain yang lebih terstruktur karena bersumberkan pada pengalaman atau intuisi pribadi serta bergantung pada konteks.
Explicit (know-what) Pengetahuan explicit adalah pengetahuan yang sudah direpresentasikan dalam media tertentu. Pengetahuan ini mudah untuk dikomunikasikan, dipahami, dan diterjemahkan ke dalam bentuk lain yang lebih terstruktur, sehingga dapat dikelola oleh Knowledge Management System (KMS).
Tumblr media
0 notes
Text
¿Serías capaz de proteger y almacenar 360 mil millones de horas de conferencias web empresariales? Por: Juan Carlos Gutiérrez, director IBM Storage LA.
Estamos en uno de los puntos de inflexión de la historia. Nuestro mundo, que era cada vez más digital, está viviendo un cambio acelerado por la situación actual. Cada día vemos a más empresas apostando a la creación de plataformas de negocios (desde páginas, aplicaciones, servicios online, etc.) para solidificar su ventaja competitiva y su diferenciación.
¿Pero esto qué produce? La explosión de datos. De hecho, según IDC en el estudio “Worldwide Global DataSphere Forecast, 2020–2024” para el 2024 los datos globales crecerán aproximadamente a 143 Zettabytes de datos creados, capturados, copiados y consumidos, alojados tanto en la nube como en los data centers. Para entender mejor estos datos, un Zettabyte corresponde a 1,000 millones de Terabytes o a 1 billón de Gigabytes. Entonces 143 Zettabytes de datos, equivalen a 360 mil millones de conferencias web empresariales.
Si regresamos 10 años atrás, las empresas de mayor capital eran las empresas de petróleo. Sin embargo, las empresas de mayor capital en esta era actual, son los grandes generadores de datos, como los cyber retailers, la banca, las empresas de transporte o inmobiliarias online, y empresas de streaming.
Y es que el avance tecnológico, con el consiguiente aumento de dispositivos interconectados, trae consigo un incremento de los datos generados, analizados y almacenados en todo el mundo. Estos datos son generados tanto por consumidores como por las empresas.
De hecho, se espera que el número de interacciones personales por día, que impliquen el intercambio de algún tipo de dato se multiplique por 20 en los próximos años. Y esto pasará cada vez más a medida que nuestros hogares, lugares de trabajo, vehículos, dispositivos portátiles, etc., estén conectados y arrojen una mayor cantidad de datos.
#gallery-0-4 { margin: auto; } #gallery-0-4 .gallery-item { float: left; margin-top: 10px; text-align: center; width: 100%; } #gallery-0-4 img { border: 2px solid #cfcfcf; } #gallery-0-4 .gallery-caption { margin-left: 0; } /* see gallery_shortcode() in wp-includes/media.php */
datos 1
datos 2
juan carlos gutierrez director storage ibm la
Los dos paradigmas de la explosión de datos: el almacenamiento y la protección
En un mundo con un ritmo frenético, las empresas que sean capaces de tomar decisiones informadas en tiempo real, tendrán una mayor capacidad de adaptarse a nuevos contextos de mercado, crecer de forma inteligente, y responder mejor a las necesidades de sus clientes. Esto sólo se dará si cuentan con una estrategia de almacenamiento que permita un análisis y acceso inmediatos a los datos.
Pero este nuevo contexto, también puede exponer a las empresas a mayores amenazas y costos relacionados al robo de datos y cibercrimen. Todas las compañías, independientemente del tamaño, están expuestas a los ciberataques. De hecho, un estudio de IBM predice que para 2021 las compañías serán víctimas de ransomware cada 11 segundos, por lo tanto, la estrategia de ciberseguridad y ciber-resiliencia son clave.
No se trata solo de “si” sufrirá un ataque de seguridad, sino de “cuándo”. La mayoría de las estrategias de seguridad hoy en día se centran en la capacidad de prevenir violaciones de seguridad y, cuando ocurre una, resolver ese ataque. Ataques que pueden tomar horas, días e incluso semanas para remediarlos. Esta realidad hace que la infraestructura de almacenamiento sea esencial para evitar el impacto de los ataques cibernéticos en las empresa y sus datos.
La infraestructura de almacenamiento debe ofrecer las tecnologías adecuadas para crear una estrategia holística de seguridad cibernética para los datos corporativos, tanto los que están almacenados, como los que están siendo intercambiados. Y es que al final, todos nos vamos a beneficiar de los datos que generamos. Las empresas, verán reflejados estos datos en mejores productos y servicios, y en mayor ventaja competitiva; y el consumidor, disfrutará una experiencia más personalizada.
Pero con los datos como base de la nueva economía, la capacidad de almacenamiento seguro será pieza clave para la confianza en la era digital.
Proteger y almacenar 360 mil millones de horas de conferencias ¿Serías capaz de proteger y almacenar 360 mil millones de horas de conferencias web empresariales? Por: Juan Carlos Gutiérrez, director IBM Storage LA.
0 notes
forum27an-blog · 7 years
Text
Ketika Ekonomi Yang Jadi Panglima
Tumblr media
Foto oleh : Pandu Rahadian
Tanggapan Atas Skema Pariwisata Bupati Majalengka
Pembangunan infrastruktur secara masif merupakan bagian dari kebijakan utama pemerintahan pusat saat ini. Tak pelak, rezim Jokowi ini disebut sebagai rezim infrastuktur yang mengingatkan kita akan rezim developmentalis Orde Baru di dalam versi yang berbeda. Suntikan dana yang dikeluarkan tidak sedikit, melalui menteri BUMN Rini Soemardjo pemerintah menyalurkan anggaran belanja negara yang besar ke perusahaan-perusahaan negara untuk urusan bangun membangun ini. Sebagai perbandingan, anggaran belanja infrastruktur pada 2009 tidak sampai 100 triliun, sementara pada tahun 2017 mencapai nyaris 400 triliun. Bahkan tahun 2016 lalu didapuk oleh Jokowi sebagai Tahun Percepatan Pembangunan Nasional, yang di dalam siaran persnya dimaksudkan oleh pemerintah untuk memutus rantai kemiskinan, pengangguran, ketimpangan dan kesenjangan sosial.[1] Salah satu “prestasi ambisius” nya yang menjadi sorotan saat ini adalah proyek Trans Papua sepanjang 1.070.62 km, di luar proyek-proyek besar lainnya seperti bandar udara, ruas jalan tol, sarana kereta api, pelabuhan, bendungan, kawasan industri dan program-program besar lainnya yang tersebar di beberapa daerah. Tidak cukup dari anggaran pemerintah pusat, program ini butuh dukungan dari Pemerintah Daerah berupa pembiayaan melalui anggaran daerah. Seperti yang dikatakan wakil menteri keuangan Mardiasmo, diamanatkan oleh UU APBN 2017 bahwa setidaknya 25 % APBD diperuntukkan untuk pembangunan infrastruktur.[2]
Pemerintah daerah Kabupaten Majalengka semestinya tidak luput dari tanggungan untuk mendukung pembangunan infrastruktur tersebut. Proyek bandara internasional Kertajati yang sedang dikebut pembangunannya, kawasan industri yang sedang tumbuh di dalam negosiasi investasi kapitalnya, merupakan geliat respon dari daerah terhadap pusat. Di dalam situasi tersebut, tentu saja menarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kerangka berpikir pemerintah daerah sendiri terhadap wilayahnya. Apa-apa saja yang pemerintah daerah siapkan di dalam merespon program utama pembangunan dari pemerintah pusat, terutama ekses-eksesnya. Strategi apa yang ia siapkan untuk kepentingan masyarakat banyak.
Forum warga 27-an ke-4 di tahun 2017 kali ini menarik, tidak saja karena Bapak Bupati sendiri sebagai representasi langsung Pemerintah Daerah akhirnya hadir untuk menjadi pembicara, namun melalui tema diskusi “Pariwisata Di dalam Paradigma Kebudayaan” kali ini sekiranya kita dapat mendiskusikan lebih jauh mengenai pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan pada paragraf sebelumnya. Pariwisata rupanya dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi riil yang menjanjikan. Pariwisata menjadi sektor pendukung utama dari pembangunan infrastruktur yang terjadi di Majalengka. Logikanya sederhana, jika ada bandar udara internasional , maka akan ada gelombang manusia yang datang dan pergi menuju Majalengka. Lalu, ada apa di Majalengka itu sendiri. Kesempatan besar tersebut yang kemudian disikapi pemerintah dengan membuat program utama yaitu membangun kepariwisataan. Pemerintah Daerah Majalengka melalui Dinas Kepariwisataanya pun melakukan berbagai upaya untuk mendukung aktivitas kepariwisataan ini, lengkap dengan berbagai jargon dan citra promosi yang dikemas dengan cukup serius. Tidak hanya oleh pihak pemerintah, aktivitas kepariwisataan saat ini juga didorong untuk lebih diupayakan oleh komunitas masyarakat itu sendiri, yang sekarang kita kenal dengan istilah ‘pariwisata berbasis masyarakat’. Sebuah konsep yang mendorong peranan masyarakat untuk mengenali dan memetakan lebih jauh potensi diri maupun alamnya, untuk kemudian bisa dijadikan objek-objek wisata.
Lalu, tipe kepariwisataan seperti apa yang ingin dikembangkan oleh Pemerintah. Majalengka yang terletak di bawah Gunung Ciremai, tentu memiliki alam yang cukup indah, setidaknya terdapat banyak sekali air terjun atau curug di Kabupaten ini. Bahkan, konon Majalengka disebut sebagai “Kota Seribu Curug”. Persis tipe pariwisata seperti itu yang disasar oleh Pemerintah Daerah Majalengka.  Mengutip apa yang dikatakan oleh Bupati Majalengka Sutrisno, ia mengatakan bahwa Sumber Daya Alam (SDA) yang ada di Majalengka sangat luar biasa. Baginya, alam yang sangat indah itu sangat memungkinkan untuk dijadikan destinasi-destinasi wisata. Selain curug yang berjumlah banyak, ada beberapa destinasi wisata alam yang sudah sangat terkenal di Majalengka, yaitu Bukit Paralayang dan Panyaweuian. Untuk itu diperlukan peningkatan kualiatas atau mutu Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai penunjang agar dapat mengelola dan menata dengan baik serta memanfaatkan dengan baik potensi-potensi alam yang ada di Majalengka menjadi objek-objek pariwisata alam.
Masih menurut Bupati, model pembangunan di Majalengka haruslah mendasarkan diri pada ideologi Ekonomi sebagai Panglima, demi perwujudan kesejahteraan. Baginya, ukuran kesejahteraan adalah masyarakat yang memiliki uang, yang didapat dari sektor ekonomi yang tumbuh. Misalnya saja di dalam model pembangunan kepariwisataan, yang komponennya diuraikan oleh Bupati sebagai berikut; berupa pembangunan hotel, bisnis kuliner, dan bisnis agen transportasi, dan yang lainnya. Ia membayangkan bahwa bisnis-bisnis yang akan berkembang tersebut akan membuka lahan pekerjaan bagi masyarakatnya. Dengan demikian masyarakat akan sejahtera. Sungguh sederhana, jika bukan terlalu menyederhanakan.
Sayangnya, paparan-paparan Pak Bupati tersebut tidak sempat ditanggapi oleh warga. Tepat setelah menutup kalimatnya, ia bergegas meninggalkan galeri Jatiwangi art Factory (JaF) tempat Forum 27an diadakan. Setelah itu, bergegas pula jajaran aparat pemerintahan mengikuti langkah sang Bupati, meninggalkan forum diskusi. Oleh karena itu, tulisan ini akan menjadi serupa tanggapan atas paparan Bupati tersebut, yang tidak sempat disampaikan di forum karena beliau terburu-buru pulang. Sejalan pula dengan tradisi forum 27an itu sendiri yang sejak tahun pertamanya diadakan tepat sembilan tahun yang lalu berusaha untuk selalu mengembangkan sebuah diskusi warga di dalam perspektif kritis.
Setidaknya ada beberapa pokok yang perlu dibahas di sini, dengan menggunakan perangkat analisa yang disediakan oleh Tania Murray Li di dalam bukunya The Will to Improve (2007). Pertama, titik berangkat yang menjadi dasar dari seluruh sistem perancangan pembangunan pemerintah daerah, yaitu ekonomi sebagai panglima. Masyarakat dipaksa masuk ke dalam model pembangunan dengan logika ekonomi sebagai cara pandang utama, tapi justru melupakan persoalan ekonomi-politik yang mengatur kepemilikan alat produksi, serta struktur hukum dan kekuasaan yang mengaturnya. Kedua, teknikalisasi permasalahan yang membuat kehidupan sosial menjadi sebatas arena “pemakmuran”, dengan cara mereduksi kehidupan masyarakat yang kompleks menjadi diagram sistemik di mana seolah-olah semua unsur dan hubungan di dalamnya bisa dikendalikan.
Mari melihat lebih jauh pengandaian-pengandaian yang dibuat oleh Bapak Bupati. Menurutnya, sektor-sektor bisnis kepariwisataan akan mendatangkan lahan pekerjaan untuk warga dan menguntungkan pemerintah daerah. Tanpa menjelaskan lebih lanjut mengenai bagaimana lahan bisnis ini dibagi-bagi kepada siapa dan sistem seperti apa yang mengaturnya, mudah sekali untuk mengatakan bahwa lahan bisnis tersebut terbuka bagi pemilik modal. Lalu bagaimana posisi masyarakat banyak sebagai bukan pemilik modal? Dan siapa-siapa saja yang berkesempatan menanamkan modalnya. Di dalam bukunya, Murray Li mengungkapkan sebuah kekuasaan mutlak yang bersifat melingkar, yang menyebabkan para pemimpin masyarakat semakin mengakumulasi harta bendanya, sehingga sebuah program yang tadinya berniat untuk mengurangi kesenjangan sosial di dalam sebuah masyarakat justru mempertegas garis kesenjangan tersebut. Alih-alih mensejahterakan masyarakat, justru membentuk sebuah kelompok masyarakat yang terdiri dari pemilik modal yang merupakan bagian dari kekuasaan itu sendiri. Bukan tidak mungkin, keluarga, kerabat, kolega, rekan bisnis yang berada di dalam lingkar kekuasaan tersebut turut berinvestasi di lahan-lahan bisnis yang tersedia.
Selanjutnya, paradigma teknikalisasi permasalahan. Tepat di sini lah tema Forum 27an Pariwisata Dalam Paradigma Kebudayaan sebenarnya mampu berbicara banyak. Ketika program pariwisata berbasis ekonomi sebagai panglima dijalankan, peningkatan aktivitas kepariwisataan ini menggiring kita (pelaku) kepada sebuah paradigma yang menjadikan segala sesuatu memiliki potensi untuk dijadikan komoditas. Bahkan, kebudayaan di dalam cara pandang seperti ini menjadi sebuah artefak tradisi yang berfungsi sebatas tontonan atau hiburan. Dan memang itu yang dikatakan Bapak Bupati, bahwa di dalam pembangunan kepariwisataan ini, budaya diklasifikasikan ke dalam sektor hiburan. Tampak bahwa kebudayaan bagi pemerintah diandaikan sebagai sesuatu yang otonom, yang tidak terkena dampak sosial, ekonomi, dan politik di dalam ruang. Kebudayaan tidak dihayati sebagai sebuah cara hidup atau cara pandang atas diri dan wilayahnya yang perlu dirumuskan di dalam menghadapi situasi global.
Tentu cara pandang seperti ini memiliki ragam masalah, selain persoalan sosial-budaya, tak jarang  justru menyebabkan bencana geologis. Menurut pemaparan Dr. Ir. Dicky Muslim, M. Sc (Ketua Departemen Geologi Universitas Padjajaran) yang saat itu juga menjadi pembicara, Majalengka dilalui oleh tiga jalur gempa yang ada di Jawa Barat. Tepatnya di daerah Baribis yang merupakan pusat bertemunya tiga jalur tersebut. Menurut penelitian, Baribis merupakan sesar aktif, patahan batuan yang selama kurun waktu 2 juta tahun pernah bergerak aktif satu kali dan diperkirakan akan berulang dalam waktu kurun waktu tertentu. Beliau juga mengatakan ada beberapa peristiwa geologi (potensi kerusakan) yang ada di Majalengka, diantaranya longsor, banjir, gempa, abrasi sungai dan gunung api.
Dengan kondisi alam yang ternyata cukup rentan tersebut, kebutuhan atas desain program yang komperehensif, menjadi mutlak. Rencana pembangunan di dalam sektor apa pun itu tidak cukup hanya dengan berbicara mengenai keuntungan kapital semata, apalagi menjadikannya sebagai panglima.
[1] http://presidenri.go.id/kabar-presiden/kegiatan-kepresidenan/presiden-jokowi-2016-sebagai-tahun-percepatan-pembangunan-nasional.html Diakses pada 31 Mei 2017
[2] http://katadata.co.id/berita/2016/11/08/enam-sasaran-pembangunan-infrastruktur-dalam-apbn-2017 Diakses pada 31 mei 2017
0 notes
agdinal-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Inner and outter box Saya pribadi cukup sering berinteraksi dengan mualaf atau yang keluar dari Islam. Semua tidak jadi masalah ketika yakin dengan pilihannya. Toh saya sendiri juga pernah terlintas untuk mencoba. Bukan lantas menyalahkan warisan seolah kutukan. Nah kalau sudah terjadi kebobrokan mau salahkan siapa lagi? Toh syariat sudah jelas melarang. Nah kalau sudah terjadi penindasan lagi ? Harus kepada siapa kita mengadu? Maaf mungkin warisan itu sangat mengganggu, seakan berbeda pemikiran antara kita yang sejatinya saudara. Dimanapun kita hidup, bersosialisasi dan menjalani peran, tetap harus ada koridor utama dalam menjalankannya. Kalau di bisnis sejak lama paradigma think out of the box, yang pastinya sudah pada paham semua. Jika kita terapkan lebih jauh, akan menjadi Think out of inner box. Iya hanya inner box (diagram internal diri, pola pikir, kebiasaan dan sedikit mengenai keadaan eksternal). Bagi saya masih ada koridor yang sangat penting yang saya sebut outter box. Apa itu outter box? Yang menjadi pengawas dan dasar dari setiap kegiatan, sikap dan tindak tanduk selama hidup. Keluar dari inner box akan menemui infinite possibility mengenai keberadaan dunia, kepercayaan dan hingga muncullah keraguan atas Tuhan. Yang sudah jelas saat ini harga uang lebih mahal dari nyawa (check berita semen beberapa waktu lalu), bahkan sempat kambing lebih penting dari mereka yang dikangenin (katanya waktu pemilu). Bahkan orang yang kenal sama saya terus mengatakan, mengapa kamu terus menyebarkan kebencian? Mengapa selalu menghujat pemerintahan? Khususnya kenegaraan dan aktif menjadi oposisi? Kamu lupa dude, sist, kita pernah jadi mahasiswa dimana aku yakin ga semua diantara kita memaknai mahasiswa itu sama. Padahal ada tanggung jawab secara sosial atas nama mahasiswa di luaran sana. Saya yang lulusan teknologi pertanian, sering kali dipertanyakan mengenai pupuk, tentang tanaman sampai hal-hal yang jelas tidak masuk dalam kurikulum yg saya pelajari. Tapi alhamdulillah masih dapat dipercaya sama mereka yang mau belajar bersama. Bukan mahasiswa yang berangkat kuliah, pulang dan ngopi. Karena sudah lengkap sangu dari warisan ortu untuk menikmati masa muda yang beda. Yang nantinya hanya lulusan mencari pekerjaan membabi buta kata papa. Balik lagi tugas utama mahasiswa selain belajar dan berbhakti, kita juga harus memikirkan kedepannya mau dibawa kemana arah perkembangan negeri ini. Tolong hindari pemikiran yang tidak sejalan berarti membenci. Justru dengan adanya dinamika pemikiran, pergolakan batin dan aktualisasi ide yang dapat membuat negeri ini maju dikemudian hari. Yang nanti InsyaAllah rakyatnya gak ada lagi yang body builder hanya untuk syahwat sesama lelaki saja. Balik nih ke outter box, jika sudah kebablasan ya tak ayal terjadinya acara gym perkasa itu, gak ada singgung menyinggung agama orang lain, dan juga pastinya ada budaya baru yang berkembang dalam diri manusia. Yakni malu. Katanya orang timur itu malu nya tinggi, tapi kenapa coba dengan pembiaran aurat terjadi? Alasan apa? Budaya leluhur. Nanti kalau sudah terjadi pemerkosaan baru nangis dan menyalahkan penjahat. Toh kita semua bisa saling jaga hal tersebut supaya tidak terjadi. Saling bantu lah, supaya kami laki-laki terjaga pandangannya. Dan kalian semua terselamatkan dari zina. Win win solution toh? (Maaf ya sekedar saran, karena saya sendiri sering khilaf) Yang saya maksud dengan malu adalah kita sudah merasa diawasi oleh Sang Pencipta atas segala perbuatan dan kesehariannya. Outter box kita sebagai muslim ya Islam. Islam yang mengatur segala lini kehidupan kita. Mulai bangun tidur hingga tidur lagi. Mulai aspek diri sendiri, kenegaraan hingga suami istri. Sudah ada lengkap kok, asal kita mau memperlajari. Jangan sampai ada yang mengerjakan sunnah kalian caci, yang kebanjiran lah yang blablabla... itu adalah bentuk hidup didalam outter box dari mereka. Toh jika kalian tidak suka ya tidak dipaksa. Kenapa kok jadi mengarahkan tuduhan radikal kepada mereka yang menerapkan outter box? Oh iya saya lupa, bagi kalian itu hanya warisan. Sekian insomnia kali ini, dari saya yang sayang negeri ini sepenuh hati #muhasabahdiri #thinkoutofthebox #livinginoutterbox
0 notes
sherlyiskandar-blog · 7 years
Text
Memahami gaya belajar anak materi#4
_Institut Ibu Profesional_ _Kelas Bunda Sayang  Materi #4_ *MEMAHAMI GAYA BELAJAR ANAK, MENDAMPINGI DENGAN BENAR* Dulu kita adalah anak/murid yang selalu menerima apa saja yang diberikan orangtua/guru kita, apabila ada hal-hal yang belum kita pahami, lebih cenderung diam, tidak berani untuk menanyakan kembali. Karena paradigma yang muncul saat itu, banyak bertanya dianggap bodoh atau mengganggu proses pembelajaran. Itu baru tingkat pemahaman, guru/orangtua kita sangat sedikit yang mau memahami bagaimana cara kita bisa belajar dengan baik, yang ada kita harus menerima gaya orangtua/guru kita mengajar. Sehingga  anak yang gaya belajarnya tidak sesuai dengan gaya mengajar guru/orangtuanya, akan masuk kategori “siswa dengan tingkat pemahaman rendah” dan kadang mendapat label “bodoh”. Jaman berubah, dan terus akan berubah. Sudah saatnya kita harus mengubah paradigma baru di dunia pendidikan.  Dari sisi orangtua/pendidik: *Apabila anak tidak bisa belajar dengan cara/gaya kita mengajar, maka kita harus belajar mengajar dengan cara mereka BISA belajar* Dari sisi anak/siswa: *Setiap anak/siswa PASTI BISA belajar dengan baik, setiap anak akan belajar dengan CARA yang BERBEDA* Sudah saatnya kita belajar memahami gaya belajar anak-anak ( Learning Styles) dan memahami gaya mengajar kita sebagai pendidik ( Teaching Styles ) karena kedua hal tersebut di atas akan berpengaruh pada gaya bekerja kita dan anak-anak ( Working Styles ). Karena kalau tidak, kita dan anak-anak akan masuk kategori masyarakat buta huruf abad 20, yang didefinisikan Alvin Toffler sbb : *Mereka yang dikategorikan buta huruf di abad 20 bukanlah individu  yang tidak bisa membaca dan menulis, melainkan orang yang tidak mampu belajar, tidak mau belajar dan tidak kembali belajar* Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang gaya belajar ada baiknya kita memahami terlebih dahulu untuk apa anak-anak ini harus belajar.  Ada 4 hal penting yang menjadi tujuan anak-anak belajar yaitu : a.Meningkatkan Rasa Ingin Tahu anak ( Intellectual Curiosity) b. Meningkatkan Daya Kreasi dan Imajinasinya ( Creative Imagination) c. Mengasah seni / cara anak agar selalu bergairah untuk menemukan sesuatu ( Art of Discovery and Invention) d.Meningkatkan akhlak mulia anak-anak ( Noble Attitude) Fokuslah kepada 4 hal tersebut selama mendampingi anak-anak belajar. Buatlah pengamatan secara periodik, apakah rasa ingin tahunya naik bersama kita/selama di sekolah? Apakah kreasi dan imajinasinya berkembang dengan bagus selama bersama kita /selama di sekolah? Apakah anak-anak suka menemukan hal baru, dan keluar *Aha! Moment*( teriakan “Aha! Aku tahu sekarang” atau ekspresi lain yang menunjukkan kebinaran matanya) selama belajar? Apakah dengan semakin banyaknya ilmu yang anak-anak dapatkan di rumah/di sekolah semakin meningkatkan akhlak mulianya?   Setelah memahami tujuan anak-anak belajar baru kita memasuki tahapan-tahapan memahami berbagai gaya belajar anak-anak.Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.  Modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak  melalui indra yang kita miliki.  Tiga macam modalitas belajar anak: ☘Auditory  : modalitas ini mengakses segala macam bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita, dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan lagu, syair, dan hal-hal lain yang terkait. ☘ Visual : modalitas ini mengakses citra visual, warna, gambar, catatan, tabel diagram, grafik, serta peta pikiran, dan hal-hal lain yang terkait. ☘ Kinestetik: modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktifitas tubuh, emosi, koordinasi, dan hal-hal lain yang terkait.               Mari kita pahami gaya belajar tersebut secara detil, kita pahami ciri-cirinya dan bagaimana strategi kita untuk mendampingi anak-anak dengan gaya belajarnya masing-masing.   📌GAYA BELAJAR VISUAL ( Belajar dengan cara melihat) Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi anak yang bergaya belajar visual, mata / penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam belajar, dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan ibu/guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya/ibunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.  📌 Ciri-ciri gaya belajar visual : 🌷Bicara agak cepat 🌷Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi 🌷Tidak mudah terganggu oleh keributan 🌷Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar 🌷Lebih suka membaca dari pada dibacakan 🌷Pembaca cepat dan tekun 🌷Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata 🌷Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato 🌷Lebih suka musik 🌷Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. 📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual : 📝Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. 📝Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting. 📝Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. 📝Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video). 📝Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. 📌GAYA BELAJAR AUDITORI (belajar dengan cara mendengar) Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka ibu/ guru sebaiknya harus memperhatikan siswa/anaknya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/ibu katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori dibandngkan dengan mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.              📌Ciri-ciri gaya belajar auditori : 🌷Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri 🌷Penampilan rapi 🌷Mudah terganggu oleh keributan 🌷Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat 🌷Senang membaca dengan keras dan mendengarkan 🌷Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 🌷Biasanya ia pembicara yang fasih 🌷Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya 🌷Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik 🌷Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual 🌷Berbicara dalam irama yang terpola 🌷Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara 📌 Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori : 📝Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga. 📝Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. 📝Gunakan musik untuk mengajarkan anak. 📝Diskusikan ide dengan anak secara verbal. 📝Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur. 📌  GAYA BELAJAR KINESTETIK (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Anak  yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan 📌  Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : 🌷Berbicara perlahan 🌷Penampilan rapi 🌷Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan 🌷Belajar melalui memanipulasi dan praktek 🌷Menghafal dengan cara berjalan dan melihat 🌷 Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca 🌷Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita 🌷Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca 🌷Menyukai permainan yang menyibukkan 🌷Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu 🌷Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. 📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik: 📝Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam. 📝Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru). 📝Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar. 📝Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan. 📝 Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik Ketika belajar memahami anak-anak, sejatinya kita sedang belajar memahami diri kita sendiri. Apabila bunda semuanya bisa melihat gaya belajar anak-anak karena sering mengamati perkembangan mereka, maka kitapun akan dengan mudah mengamati gaya belajar kita, gaya mengajar kita dan gaya bekerja kita. Hal ini akan lebih membuat kita bahagia menjalankan proses belajar. Dijamin proses belajar juga tidak akan pernah berhenti dari buaian sampai ke liang lahat.   Anak-anak sangat menyukai bermain, karena energi yang dimunculkan ketika bermain tidak akan pernah habis. Apabila kita bisa memaknai belajar dan bekerja selayaknya anak-anak bermain, sudah dapat dibayangkan betapa asyiknya belajar dan bekerja dalam kehidupan ini. Karena setiap saat anak-anak akan menemukan energi yang terbarukan dalam proses belajarnya dan kita akan mendapatkan energi yang terbarukan dalam proses bekerja. *Don’t Teach me , I Love to Learn*  Salam Ibu Profesional, /Tim Fasilitator Bunda Sayang/ 📚Sumber Bacaan: _Gordon Dryden and JeanetteVos, The Learning Revolution, ISBN-13: 978-1929284009_ _Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Kaifa, 2014_ _Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Memahami Gaya Belajar Anak, GazaMedia, 2016_
0 notes
sherlyiskandar-blog · 7 years
Text
Materi #4 Memahami gaya belajar anak
_Institut Ibu Profesional_ _Kelas Bunda Sayang  Materi #4_ *MEMAHAMI GAYA BELAJAR ANAK, MENDAMPINGI DENGAN BENAR* Dulu kita adalah anak/murid yang selalu menerima apa saja yang diberikan orangtua/guru kita, apabila ada hal-hal yang belum kita pahami, lebih cenderung diam, tidak berani untuk menanyakan kembali. Karena paradigma yang muncul saat itu, banyak bertanya dianggap bodoh atau mengganggu proses pembelajaran. Itu baru tingkat pemahaman, guru/orangtua kita sangat sedikit yang mau memahami bagaimana cara kita bisa belajar dengan baik, yang ada kita harus menerima gaya orangtua/guru kita mengajar. Sehingga  anak yang gaya belajarnya tidak sesuai dengan gaya mengajar guru/orangtuanya, akan masuk kategori “siswa dengan tingkat pemahaman rendah” dan kadang mendapat label “bodoh”. Jaman berubah, dan terus akan berubah. Sudah saatnya kita harus mengubah paradigma baru di dunia pendidikan.  Dari sisi orangtua/pendidik: *Apabila anak tidak bisa belajar dengan cara/gaya kita mengajar, maka kita harus belajar mengajar dengan cara mereka BISA belajar* Dari sisi anak/siswa: *Setiap anak/siswa PASTI BISA belajar dengan baik, setiap anak akan belajar dengan CARA yang BERBEDA* Sudah saatnya kita belajar memahami gaya belajar anak-anak ( Learning Styles) dan memahami gaya mengajar kita sebagai pendidik ( Teaching Styles ) karena kedua hal tersebut di atas akan berpengaruh pada gaya bekerja kita dan anak-anak ( Working Styles ). Karena kalau tidak, kita dan anak-anak akan masuk kategori masyarakat buta huruf abad 20, yang didefinisikan Alvin Toffler sbb : *Mereka yang dikategorikan buta huruf di abad 20 bukanlah individu  yang tidak bisa membaca dan menulis, melainkan orang yang tidak mampu belajar, tidak mau belajar dan tidak kembali belajar* Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang gaya belajar ada baiknya kita memahami terlebih dahulu untuk apa anak-anak ini harus belajar.  Ada 4 hal penting yang menjadi tujuan anak-anak belajar yaitu : a.Meningkatkan Rasa Ingin Tahu anak ( Intellectual Curiosity) b. Meningkatkan Daya Kreasi dan Imajinasinya ( Creative Imagination) c. Mengasah seni / cara anak agar selalu bergairah untuk menemukan sesuatu ( Art of Discovery and Invention) d.Meningkatkan akhlak mulia anak-anak ( Noble Attitude) Fokuslah kepada 4 hal tersebut selama mendampingi anak-anak belajar. Buatlah pengamatan secara periodik, apakah rasa ingin tahunya naik bersama kita/selama di sekolah? Apakah kreasi dan imajinasinya berkembang dengan bagus selama bersama kita /selama di sekolah? Apakah anak-anak suka menemukan hal baru, dan keluar *Aha! Moment*( teriakan “Aha! Aku tahu sekarang” atau ekspresi lain yang menunjukkan kebinaran matanya) selama belajar? Apakah dengan semakin banyaknya ilmu yang anak-anak dapatkan di rumah/di sekolah semakin meningkatkan akhlak mulianya?   Setelah memahami tujuan anak-anak belajar baru kita memasuki tahapan-tahapan memahami berbagai gaya belajar anak-anak.Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.  Modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak  melalui indra yang kita miliki.  Tiga macam modalitas belajar anak: ☘Auditory  : modalitas ini mengakses segala macam bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita, dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan lagu, syair, dan hal-hal lain yang terkait. ☘ Visual : modalitas ini mengakses citra visual, warna, gambar, catatan, tabel diagram, grafik, serta peta pikiran, dan hal-hal lain yang terkait. ☘ Kinestetik: modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktifitas tubuh, emosi, koordinasi, dan hal-hal lain yang terkait.               Mari kita pahami gaya belajar tersebut secara detil, kita pahami ciri-cirinya dan bagaimana strategi kita untuk mendampingi anak-anak dengan gaya belajarnya masing-masing.   📌GAYA BELAJAR VISUAL ( Belajar dengan cara melihat) Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi anak yang bergaya belajar visual, mata / penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam belajar, dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan ibu/guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya/ibunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.  📌 Ciri-ciri gaya belajar visual : 🌷Bicara agak cepat 🌷Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi 🌷Tidak mudah terganggu oleh keributan 🌷Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar 🌷Lebih suka membaca dari pada dibacakan 🌷Pembaca cepat dan tekun 🌷Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata 🌷Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato 🌷Lebih suka musik 🌷Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta bantuan orang untuk mengulanginya. 📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual : 📝Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta. 📝Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting. 📝Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. 📝Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video). 📝Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. 📌GAYA BELAJAR AUDITORI (belajar dengan cara mendengar) Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara. Anak yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka ibu/ guru sebaiknya harus memperhatikan siswa/anaknya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/ibu katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori dibandngkan dengan mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.              📌Ciri-ciri gaya belajar auditori : 🌷Saat bekerja suka bicara kepada diri sendiri 🌷Penampilan rapi 🌷Mudah terganggu oleh keributan 🌷Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat 🌷Senang membaca dengan keras dan mendengarkan 🌷Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca 🌷Biasanya ia pembicara yang fasih 🌷Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya 🌷Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik 🌷Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual 🌷Berbicara dalam irama yang terpola 🌷Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara 📌 Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori : 📝Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga. 📝Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. 📝Gunakan musik untuk mengajarkan anak. 📝Diskusikan ide dengan anak secara verbal. 📝Biarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk mendengarkannya sebelum tidur. 📌  GAYA BELAJAR KINESTETIK (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh) Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Anak  yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan 📌  Ciri-ciri gaya belajar kinestetik : 🌷Berbicara perlahan 🌷Penampilan rapi 🌷Tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan 🌷Belajar melalui memanipulasi dan praktek 🌷Menghafal dengan cara berjalan dan melihat 🌷 Menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca 🌷Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita 🌷Menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca 🌷Menyukai permainan yang menyibukkan 🌷Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu 🌷Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. 📌Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik: 📝Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam. 📝Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru). 📝Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar. 📝Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan. 📝 Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik Ketika belajar memahami anak-anak, sejatinya kita sedang belajar memahami diri kita sendiri. Apabila bunda semuanya bisa melihat gaya belajar anak-anak karena sering mengamati perkembangan mereka, maka kitapun akan dengan mudah mengamati gaya belajar kita, gaya mengajar kita dan gaya bekerja kita. Hal ini akan lebih membuat kita bahagia menjalankan proses belajar. Dijamin proses belajar juga tidak akan pernah berhenti dari buaian sampai ke liang lahat.   Anak-anak sangat menyukai bermain, karena energi yang dimunculkan ketika bermain tidak akan pernah habis. Apabila kita bisa memaknai belajar dan bekerja selayaknya anak-anak bermain, sudah dapat dibayangkan betapa asyiknya belajar dan bekerja dalam kehidupan ini. Karena setiap saat anak-anak akan menemukan energi yang terbarukan dalam proses belajarnya dan kita akan mendapatkan energi yang terbarukan dalam proses bekerja. *Don’t Teach me , I Love to Learn*  Salam Ibu Profesional, /Tim Fasilitator Bunda Sayang/ 📚Sumber Bacaan: _Gordon Dryden and JeanetteVos, The Learning Revolution, ISBN-13: 978-1929284009_ _Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Kaifa, 2014_ _Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Memahami Gaya Belajar Anak, GazaMedia, 2016_
0 notes