#tentang lelah
Explore tagged Tumblr posts
tulisanutin · 1 month ago
Text
Jika saja aku bisa berkata terus terang kepadamu mungkin aku tidak akan terjebak dalam situasi yang kamu buat sekarang ini.
Terasa lelah dengan sikap mu yang menganggap semua itu mudah tanpa perlu bertanya dahulu kepada tentang sebuah keputusan untuk kita berdua.
Aku lelah, capek dan juga penat, biarkan aku pergi dari sisimu, mungkin setelah aku pergi kamu akan menemukan seseorang yg satu frekuensi denganmu.
Terima kasih untuk segalanya biarkan aku sendiri untuk saat ini menata hati yang telah rapuh agar kuat berdiri seperti dulu tanpa perlu lagi aku bergantung padamu seperti itu. Aku Pamit.
Cinere , 20. 12.24 | 12 . 16 wib
11 notes · View notes
introvertswritingworld · 3 months ago
Text
Di Ambang Pemergian
Aku berjuang untuk bertahan di sini Hari demi hari Bulan berganti tahun Hingga diriku kehilangan segalanya Tak satu pun tersisa untukku Semua kasih aku limpahkan untuk mereka Segala perhatian aku curahkan Walau calar dan luka menghiasi hati Tak pernah aku merasa lelah Tak pernah ingin melangkah pergi Kerana aku cuma ingin mereka terus bahagia
Namun kini Untuk pertama kalinya, aku memilih untuk pergi Tinggalkan semua yang menyakitkan Mungkin aku tampak jahat Bahkan tak berperasaan Tapi ketahuilah, sebelum rasa ini memudar sebelum kasih ini sirna sebelum perhatian ini berakhir Aku pernah ada di situ Tapi tak pernah aku dianggap
Kini Aku ingin memeluk erat diriku membelai jiwa ini memanjakan perasaan ini meminta maaf kepada diri ini kerana sering menjadi yang terakhir dipedulikan Hanya untuk memperhatikan mereka yang tak pernah menghargai
— NH 0530;12/10/2024 CIMB Bangi
2 notes · View notes
wardunarian · 5 months ago
Text
Hayyy ....apa kabar..??
kau tahu bahwa hari ini sungguh melelahkan, kau tahu bahwa bahu ini serasa mau patah,Kau tahu bahwa lelah ini sudah sampai di hati? Kau tahu bahwa kepala serasa mau pecah ketika pikiran tdak menemui alur yanga baik?
apa boleh sejenak aku berhenti atau sekedar menepi,??? Apa boleh sebentar saja aku mengeluh dan berhenti utk pura pura kuat??
Aku ingin kau mendengar keluh kesahku sejenak lalu kau pahami dengan segala keadaan ini....Tapi sekali lagi aku tdak cukup berani utk sampaikan ini kepadamu,,karena aku pernah patah dengan jawabanmu bahwa yg aku hadapi masih belum seberapa dengan yang kau hadapi... atau jawaban lain yg buat aku mmilih utk begini saja dulu ....
Jadi laki laki dewasa dgn segala bebannya memang suatu keunikannya sendiri,,,mau menangis susah,mau mengeluh atau sekedar curhatpun lebih susah, ahhhhhhhhhh...
2 notes · View notes
edlweiss · 1 year ago
Text
aku ingin dicintai tapi, tak ingin juga. karena, aku takut itu akan membuatku beranggapan untuk tidak apa-apa menjadi lemah.
4 notes · View notes
nonaabuabu · 3 months ago
Text
Dewasa Menjadi Diam
Semakin dewasa semakin susah mengakui rasa lelah dalam diri, sebab tahu tak ada yang peduli sedang hidup terus berlanjut. Bukan salah mereka, toh kita kerap secara kolektif berpikir bahwa orang dewasa mampu menyelesaikan masalahnya.
Kurasa benar, tapi sepertinya kita turut mengesampingkan bagaimana proses menyelesaikan itu. Perasaan apa yang bergumul di hati mereka, ketakutan macam apa yang mereka lihat, dan banyak hal yang sejatinya tak jauh beda dengan perasaan-perasaan saat kita masih bertumbuh dan diwajarkan untuk meluapkan semua kekhawatiran.
Pada akhirnya kita terbiasa memendam, hingga kadang tak mengenali mana yang patut dipendam mana yang harus dikeluarkan.
Suatu kali saat mencoba untuk jujur dengan apa yang kita pikirkan dan dirasakan, kita dituding menjadi manusia tak berdaya dan tak mampu mengendalikan hidup sendiri. Hidup dalam emosi dan perasaan. Lain kali kita memilih diam, kita dianggap tak mampu menyampaikan pendapat dan tak punya pendirian.
Orang-orang di sekitar selalu saja punya celah untuk membuat kita tersudut, jatuh dan tersingkir. Sengaja atau tidak sengaja, mungkin memang pada dasarnya manusia di desain untuk saling melihat kesalahan manusia lain. Sedangkan untuk melihat kebaikan kita membutuhkan ekstra pengetahuan yang mudah didapatkan namun lebih mudah dilupakan dan diabaikan.
Sayangnya tulisan ini pun akan berakhir di titik, tak ada yang bisa kita lakukan dengan itu. Kita hanya kembali kepada nasehat lama, berbaliklah dari mereka, lanjutkan hidupmu seberapa sia-sia pun ia. Kau sudah terlalu hanya untuk sekedar berdebat tentang salah dan benar. Bukankah kebenaran juga terkadang tak membawa kau pada ketenangan?
Sekali lagi, menjadi dewasa berakhir menjadi kita yang diam tak peduli apa yang kita rasakan.
195 notes · View notes
abubuaa · 7 months ago
Text
Didalam hidupmu kelak akan ada seseorang yang mengajarimu untuk melihat hal-hal yang rumit menjadi lebih sederhana
Dia yang membantumu untuk membenahi cara pandang yang berlebihan, menuntunmu untuk tidak tergesa-gesa dalam menentukan pilihan hidup.
Seseorang itu hadir mengajarkan tentang berprasangka baik dan bersemoga bahwa semuanya akan berujung pada hal terbaik dalam ketetapan Allah.
Katanya itulah yang lebih penting.
Ketika ketidaktenangan muncul, ia hadir menjadi sosok yang mampu menentramkan meski hanya melihatnya saja.
Saling menguatkan satu sama lain, pun Allah mengirim seseorang dalam hidupmu untuk mengajarimu rasa bersyukur dengan lebih sadar dan memaafkan masa lalu yang menyakitkan dengan sabar yang lebih lapang.
Allah menghadirkannya atas doa-doa yang selama ini tak pernah lelah kamu langitkan
Sekarang kepahaman itu akan semakin kuat untuk menemukan bagaimana makna cukup dalam diri seseorang.
288 notes · View notes
tentangtenang · 5 months ago
Text
Kita Tidak Akan Pernah Memahami Tentang Menerima Sampai Kita Menjalaninya
Sudah lebih dari dua pekan tulisan ini diendapkan di dalam pikiran. Awalnya ragu untuk dituliskan karena khawatir ada salah pikir di dalamnya. Tetapi, saya rasa saya memang butuh menulis untuk menguraikannya, berharap tulisan ini menjadi diskusi dengan para pembaca dan juga menjadi teman berproses bagi siapa saja yang saat ini sedang berlelah-lelah dalam berproses menerima. Baca sampai selesai supaya tidak salah paham, ya. Bismillah ...
Tumblr media
Ada banyak hal di dalam hidup yang tidak akan pernah kita pahami sebelum kita benar-benar menghadapi dan menjalaninya. Salah satunya adalah acceptance atau penerimaan. Pertanyaan-pertanyaan seperti, "Apa itu menerima? Bagaimana caranya untuk menerima?" rupanya hanya akan bisa seutuhnya terjawab ketika kita sudah pernah memproseskan diri untuk melakukan penerimaan.
Iya, penerimaan pada akhirnya bukanlah tentang suatu konsep atau teori yang bisa kita hafalkan untuk memahaminya, sebab kita harus menjalaninya.
Itulah yang belakangan ini menjadi sebuah kesimpulan diri bagi saya selepas menjumpai hari-hari yang berat. Seperti yang sudah bisa ditebak, saat hari-hari berat itu sedang hadir, penerimaan nyatanya juga hadir sebagai PR besar, and I wasn't have any clue to solve those kind of things. Dalam kondisi seperti itu, nasehat-nasehat baik seperti "Kamu seharusnya bersyukur. Kamu itu tidak menerima ketetapan Allah." terasa seperti belati yang menyakitkan. Alih-alih menyemangati dan membuat saya menemukan insight baik, saya justru semakin ingin melawan! Saya pikir, mengapa orang lain begitu sulit berempati dan membaca situasi sehingga kalimat-kalimat seperti ini harus dikatakan di saat-saat yang tidak tepat?
Di saat yang sama, isi kepala saya yang hening seketika berubah menjadi sangat riuh. Peperangan terjadi antara sisi diri saya yang mengatakan, "Sudahlah, didengarkan saja. Itu kan benar." dengan sisi diri saya yang lain yang mengatakan, "Nggak, itu salah! The things is not about acceptance and gratitude. Saya ini sedang sedih, bukan sedang tidak bersyukur. Saya juga sedang marah dan kecewa, bukan sedang tidak percaya kepada Allah sehingga enggan menerima ketetapan-Nya." Tetapi, saya terus mengevaluasi cara berpikir saya ini hingga akhirnya saya menemukan sebuah insight bahwa,
Tidak pernah ada yang salah dengan konsep bersyukur dan menerima ketetapan Allah. Saya pun mengimani bahwa dua hal itu memanglah menjadi kebutuhan jiwa kita sekaligus juga merupakan sikap terbaik seorang hamba kepada Rabb-Nya. Hanya saja ...
Saat ujiannya sedang hadir sebegitu hebatnya, saat tangis sedang deras-derasnya, juga saat rasa sakit sedang terasa sakit-sakitnya, rupanya yang saya butuhkan adalah berproses untuk menerima sepenuh utuh apa yang menjadi ketetapan-Nya. Di dalam menjalani proses itu, yang saya butuhkan adalah rangkulan, bukan nasehat-nasehat idealis yang bisa menutup jalur komunikasi hingga saya jadi tidak ingin bercerita lagi.
Saat itu, sambil menata apa yang ada di hati dan pikiran, saya teringat pada sebuah materi yang yang pernah saya buat untuk sebuah kelas. Salah satu kata kunci dari materi itu adalah bahwa penerimaan adalah proses yang aktif. Lewat berbagai ujian kemarin, rupanya Allah ingin memahamkan saya lebih dalam tentang "proses yang aktif" ini. Lalu, apa yang saya dapatkan? Penerimaan itu, setidaknya bagi saya, adalah proses yang seperti apa?
Pertama, dalam proses menerima itu ternyata kita tidak selalu bisa langsung berhasil. Terkadang kita harus bertemu dulu dengan kegagalan. Kita mungkin saja semakin sedih, semakin marah, semakin kecewa, dsb namun semua perasaan yang semakin menjadi-jadi itu biasanya akan menghantarkan kita pada sebuah titik dimana kita akan menyerah, mentok, hingga akhirnya pelan-pelan memilih untuk berserah, "Oke ya Allah, aku ikut apa mau-Mu."
Kedua, dalam proses menerima akan terjadi berbagai dialog di dalam diri, "Kayaknya gini, deh! Eh tapi nggak, yang benar itu ... Tapi gimana kalau ..." dst. Saat itu terjadi, it's okay, nikmati saja prosesnya dengan tetap banyak beristighfar kepada Allah dan meminta-Nya menunjukkann kepada kita cara berpikir yang benar.
Ketiga, proses menerima itu tidak bisa diwakilkan kepada siapapun kecuali diri kita sendiri karena ia adalah urusan personal, subjektif, dan merupakan perjalanan diri yang Allah berikan khusus untuk diri kita. Meski kita dan seseorang yang lain sedang berproses untuk menerima satu ketetapan yang sama, proses di dalam dirinya pasti berbeda. So hang in there, sampai kita menyadari bahwa satu-satunya yang bisa menolong kita hanya Allah saja.
Keempat, dalam proses menerima akan ada banyak warna perasaan yang bermain. Menyadarinya itu baik, merasakan apa yang kita rasakan juga baik, tetapi jangan sampai kita merelakan diri kita untuk dipimpin oleh perasaan-perasaan kita. Sebab, jika itu terjadi, kita sudah kalah.
Kelima dan yang paling utama, ternyata yang paling kita butuhkan dalam berproses untuk menerima ketetapan Allah adalah petunjuk-Nya. Hanya dengan petunjuk Allah kita bisa luluh, lapang, hingga akhirnya menerima.
Well, sampai kapanpun, rupanya proses menerima akan selalu menjadi pembelajaran bagi diri kita. Masalahnya, hal-hal yang harus kita terima di dalam hidup selalu berganti-ganti: beberapa hal mungkin sudah kita selesaikan sehingga tidak lagi menjadi isu di dalam diri (bahkan mungkin sudah menjadi hikmah yang kita kantongi), namun, bukankah beberapa yang lain masih menyisakan rasa berat dan meminta kita untuk berproses dalam menerimanya?
Teruslah berproses. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk-Nya di dalam jiwa kita. Wallahu 'alam bishawab.
PS. Jika teman-teman butuh berdiskusi tentang ini, boleh ask question via Inbox di Tumblr ini, ya.
173 notes · View notes
andromedanisa · 10 months ago
Text
sebuah kepahaman..
ajarkan aku tentang paham untuk kelapangan hati ya Allaah, agar hatiku tak bergemuruh ketika melihat orang lain mendapatkan nikmat yang belum aku dapatkan. ajarkan aku tentang ikhlas untuk merelakan sesuatu yang bukan menjadi milikku. dan ajarkan aku menerima untuk tetap baik-baik saja ya Allaah, agar hatiku tetap merasa ridho atas ketetapan yang telah Engkau tetapkan.
Ramadhan tahun ini ajarkan aku tentang banyak hal ya Allaah. tentang perasaan cukup, tentang perasaan lapang untuk menerima dan tentang memahami diriku sendiri. sebab hanya dibulan inilah momentum terbaik untuk mendidik diri ini menjadi lebih baik dari sebelumnya.
ajarkan aku tentang banyak hal tentang sebuah hati yang hanya mengharapkan ridhaMu ya Allaah. sebab aku tak ingin lagi merasa kosong atas sesuatu yang aku sendiri tak paham mengapa demikian.
ya Allaah, ya Tuhanku, aku begitu lelah dengan sesuatu yang aku tuju. aku begitu merasa ingin berhenti saja dari apa yang telah kudapatkan. aku begitu merasa tak berguna pada apa yang belum aku dapatkan. jangan biarkan aku larut dalam hal demikian ya Allaah. jangan biarkan aku jatuh dalam rasa keputusasaan. jangan biarkan aku berjalan sendiri tanpa Engkau beri diri ini petunjuk.
ajarkan aku paham ya Allaah, agar aku bisa menerima semua kenyataan yang terasa pahit dalam hidupku. ajarkan aku sebuah rasa syukur agar aku selalu merasa cukup atas semua hal yang kumiliki dan Ridha atas apa yang terlepas dariku. sebab kehidupan dunia ini begitu melelahkan untukku ya Allaah. aku sungguh begitu lelah dengan kehidupan dunia yang sebagian sudah mengambil jiwaku.
ajarkan aku paham ya Allaah, bahwa kepahitan dalam hidup ini bukan tentang kehilangan dunia. namun kepahitan sesungguhnya adalah kala Engkau meninggalkan diriku sendiri dalam kegelapan. dan aku merasa baik-baik saja akan hal itu.
~*
Bagi setiap pendoa, akan selalu menemukan fase untuknya menanti doa-doa yang telah dilangitkan. Entah dalam keadaan lapang, senang, himpit, kesusahan, kegundahan, kegalauan, kebahagiaan, dan berbagai macam rasa.
Akan selalu juga merasakan ketidakyakinan dalam masa penantian terkabulnya sebuah doa. Dalam hal ini, akan banyak sekali alasan yang meminta seorang pendoa berhenti melangitkan doanya. Akan ada banyak pula yang mencari seribu satu alasan agar seorang pendoa berhenti pada apa yang diyakininya.
Masa ini sungguh masa yang menyakitkan. Bagaimana tidak? kamu yang sedari awal meminta dengan keadaan sungguh-sungguh, penuh dengan pengharapan, penuh dengan keyakinan. Tetiba saja orang-orang disekitarmu meminta kamu untuk berhenti percaya. Meminta kamu untuk berhenti berupaya, dan meminta kamu untuk berhenti berdoa.
Akan ada masa pula, ketika kamu mulai goyah. Dengan apa-apa yang kamu mintakan, dengan apa-apa yang kamu yakini, dengan apa-apa yang kamu upayakan.
Kamu terhenti, berpikir beribu-ribu kali untuk menyerah, berpikir beribu-ribu kali untuk tetap percaya. Sebab menyesakkan memang, jika bahka orang-orang terdekat yang meminta kamu untuk berhenti menjadi pendoa yang setia.
tak apa sayang, meski saat ini kamu merasa begitu kehilangan entah apa yang sedang kamu rasakan. semoga tak membuatmu menyalahkan takdir Allaah yang telah ditetapkan untukmu. apapun itu, semoga Allaah memberimu kelapangan hati yang selapang-lapangnya ya. dan segala doa yang kau pinta Allaah ijabah dalam syukur yang melangit.
02 Ramadhan 1445 H
225 notes · View notes
kartikawidya · 9 months ago
Text
Ya Rabb..
Tolong hadirkan 1 manusia yang aku bisa berbagi segala cerita kepadanya, meminta pertimbangan dan tidak menghakimi tentang sesuatu yang bahkan tentang sesuatu yang tidak bisa aku ceritakan kepada orang lain sama sekali.
Aku mulai lelah memendam sendiri.
240 notes · View notes
tulisanutin · 10 months ago
Text
Hi me.. Take good care of yourself, even though your mood is fluctuating, sometimes GERD relapses to the point of shortness of breath, but there are things you have to take care of, mentally, heart and mind must remain calm and don't panic, leave everything to GOD, because the path of heaven and the universe which will give the results..
Jakarta, 17 Feb 2023 | 22.16
8 notes · View notes
introvertswritingworld · 2 years ago
Text
Note 38
Terkadang bukan manusia yang mengecewakan kita, tetapi harapan kita. Terkadang bukan manusia yang menyakiti kita, tetapi trauma kita di waktu dulu.
Hidup ini tidak mudah dijalani bersama trauma yang menghantui. Di saat dirinya mula merasa nyaman, ketakutan menyerangnya kembali. Dan segala hal negatif dan sangka buruk mulai memenuhi isi kepalanya.
Sakit.
Orang kata trauma takkan pernah hilang atau sembuh. Lalu bagaimana dengan aku Tuhanku? Perlukah aku menjalani kehidupan aku dengan trauma itu sampai hembus nafasku yang terakhir? Lalu bagaimana aku akan membahagiakan orang-orang di sekitar aku, jika trauma itu selalu mengganggu kehidupanku?
Aku penat duhai Tuhanku. Tapi aku harus tetap melangkah sampai waktu, Kau panggil aku untuk pulang. Semoga langkah kaki ini selalu ditemani Engkau.
— NH
08042023;2052
Dengkil
2 notes · View notes
wardunarian · 10 months ago
Text
Malam tempat yang tepat utk merebahkan segala lelah...semoga lekas pulih setelah ini...
3 notes · View notes
mutiarafirdaus · 5 months ago
Text
Ikhtiar Perempuan Menemukan Pendamping Hidup (1)
Aku pernah menemani seseorang yang berkali-kali proses taaruf. Berkali-kali Allah belum kehendaki juga proses itu terjadi. Sampai suatu hari dia minta untuk bertemu di masjid. Berdua saja. Ia ingin ada ruang untuk menangis sesenggukan.
Di tempat dimana tak ada orang yang ia kenali harus melihatnya memakai topeng tangguh. Di tempat dimana ia merasa tenang, tapi tetap butuh seorang teman. Menangis bukan karena menggugat takdir Rabb Semesta Alam. Tapi menangis kelelahan menanggung harapan dari orang-orang sekitar. Lelah sekali ia. Kami berpelukan.
Ingatkan tentang, bahwa sejatinya jika belum Allah kehendaki bukan karena Allah tak mau beri, tapi Allah selamatkan kita dari rencana takdir yang kita pikir indah dijalani. Allah ingin kita maksimal dan meraih Surga lewat peluang yang saat ini Allah bentangkan.
Baik itu jalan studi, berbakti, berkhidmat untuk umat, merawat luka diri sendiri, ataupun peluang lainnya yang aroma Surga tercium disana.
Aku juga pernah menemani sepasang anak manusia yang berproses taaruf. Sudah sampai tahap pengenalan orangtua. Sudah sampai pembahasan mahar dan lainnya. Tetiba kandas prosesnya. Terguncanglah mereka berdua.
Butuh waktu untuk kembali menata. Butuh orang-orang baru untuk kembali menemani dan senantiasa memberikan penguatan, bahwa proses pernikahan tetap akan selalu layak untuk diperjuangkan. Dan mereka mau.
Memulai kembali dengan lebih hati-hati prosesnya. Dengan sikap yang lebih dewasa. Dengan harapan yang lebih ditata. Dengan niat yang lebih dikuatkan untuk selalu Lillahi Ta'ala. Dengan keyakinan bahwa Allah pasti siapkan jalan keluar bagi orang-orang yang mau berusaha.
Lantas sejauh mana sebetulnya perempuan boleh berikhtiar untuk menemukan pendamping hidupnya? Sampai batas mana kita mengangkat tangan kelelahan dan ingin memilih berhenti saja memikirkannya?
102 notes · View notes
reomidea · 11 months ago
Text
Tidak sesuai ekspektasi.
Benar, tidak sesuai ekspektasi.
Kukira menikah akan seindah di layar kaca. Akan seromantis drama Korea. Akan mulus bak jalan tol, bukan Pantura.
Kenapa gak ada yang bilang sebelumnya kalau menikah semenyenangkan ini?
Bukan soal romantisme-nya, tapi soal 'saling'-nya.
Saling menurunkan ego, saling berbagi peran, saling belajar dari lelah, bosan dan amarah, saling menjaga, saling menguatkan, saling menghargai, saling memperjuangkan, saling menenangkan, saling membahagiakan.
Itu sebab mengapa perlu mencari pasangan yang 'setara'.
Benar, setara upayanya untuk menjadi sepasang.
Karena setelah akad dia menjadi pakaianmu, kamu pun pakaiannya. Orang-orang tak akan lagi memandang kalian secara individu. Satunya menjadi tersemat dengan yang lain. Segalanya jadi serba tentang berdua.
Lagi pula seumur hidup bukan waktu yang sebentar.
Apalagi sehidup sesurga.
Sepuluh bulan haha-hihi berdua. Tahu-tahu udah bertiga.
Barakallahu fiik.
Tumblr media
📸 Momen khitbah 5 Januari 2023, pas masih mikir tahun baru berikutnya backpackeran ada temennya
122 notes · View notes
milaalkhansah · 3 months ago
Text
It's better to wait long than marry wrong
No matter how long or early we get married as long as we end up with the right one.
Tumblr media
Salah satu bentuk neraka dalam hidup adalah salah memilih pasangan.
Nggak ada orang yang mati hanya karena belum menikah, namun banyak sekali yang harus merenggang nyawa hanya karena menikah dengan orang yang salah.
Persoalan tentang pilihan mana yang lebih baik antara menikah lebih cepat & menikah lebih lama agaknya sudah menjadi hal yang terlalu basi untuk diperdebatkan. Namun karena pernikahan juga merupakan salah satu hal yang tidak bisa dihilangkan dalam kehidupan seseorang, membuat kita mau gak mau juga harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan menjadi lebih aware tentang pernikahan.
Sehingga yang menjadi masalah bukanlah seberapa cepat atau seberapa lambat kelak kita akan menikah, namun seberapa kenal kita dengan diri kita sendiri, seberapa siap kita dengan segala resiko yang akan kita jalani, dan seberapa yakin kita dengan pilihan yang kita ambil. Karena jika itu semua sudah kita perjelas, kita akan dengan mudah menentukan orang seperti apa yang kita butuhkan alih-alih inginkan untuk menjadi pasangan kita kelak.
Pernikahan bukanlah salah satu trophy kita dalam hidup. Sehingga cepat atau lama kita memperolehnya menentukan seberapa bernilai diri kita. Meskipun tidak bisa juga kita pungkiri bahwa keberhasilan sebuah pernikahan yang kita miliki dan menemukan orang yang tepat sebagai pasangan adalah salah satu bentuk privelege yang nggak semua orang miliki.
Menjalani pernikahan ibaratnya memilih sebuah permasalahan yang bersedia kita terima seumur hidup. Memilih pasangan ibaratnya pula kita memilih seseorang yang akan menemani kita menghadapi banyak peperangan bersama.
Allah menyebutkan tujuan pernikahan dalam surah Ar-Rum ayat (30:21):
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
Jangan menikahi seseorang hanya karena kita mencintainya. Namun menikahlah dengan seseorang yang dengannya kita merasa tentram. Bersama dengannya kita memperoleh ketenangan. Karena banyak orang yang menikah karena cinta, namun ketenangan dalam rumah tangga tidak mereka temukan di dalamnya.
Di hidup yang singkat dan berat untuk dijalani sendirian ini, semoga kelak kita saling dipertemukan dengan sebaik-baik pasangan, dan diri kita bisa menjadi sebaik-baik jawaban dari doa seseorang.
•••
Yuk jangan lupa beli buku aku yang berjudul, "Semua Lelah yang Perlu Kita Rasakan Saat Dewasa" di Official store dan marketplace resmi @bukumojok atau klik di sini
Tumblr media
Dukung & bantu penulis untuk terus berkarya dengan membaca & membeli karya-karya original kami 🌷
@milaalkhansah
44 notes · View notes
nonaabuabu · 1 year ago
Text
Untuk Ibu
Jika ada yang tidak boleh aku sesalkan dalam hidup ini, maka adalah memilikimu. Sebab Ibu bukan yang aku pilih, dan aku bukan pula yang Ibu pilih.
Bu, hari ini aku ingin jujur, tentang apa yang kurasakan setelah 28 tahun kau lahirkan aku ke muka bumi. Kejujuran ini mungkin tak akan pernah benar di mata siapapun, sebab kau ibu, manusia yang paling mulia dalam agama dan norma yang kita percaya.
Tapi aku sudah lama berselisih dengan orang kebanyakan, aku sudah lama berdiri dalam nilai yang sering dianaktirikan sosial, maka aku rasa cerita ini hanya akan menjadi satu dari sekian kisah lain yang akan dimaki waktu.
Ibu, saat kau melahirkan aku di tahun sembilan lima, aku tak tahu apa-apa, tak mengingat apapun, jadi aku anggap kau tak salah dan aku juga tak salah, kau juga tak meminta diberi putri sekurang ajar aku.
Saat kau mendidikku tanpa pelukan aku juga tak melihat itu salah, meski hati kecilku berteriak ingin. Kau melahirkan lima anak dengan berbagai karakter yang luar biasa, tentulah bukan urusan mudah.
Bahkan saat kau memberikan aku pecutan untuk mendidikku jadi anak perempuan yang rajin, aku yang telah dewasa melihat itu sebagai tidak pahammu pada asuhan yang baik, saat kau memukulku yang barangkali untuk kemarahanmu aku yang sekarang juga tahu, tak ada yang mudah hidup dalam kemiskinan.
Tapi Bu, saat kau meninggalkan aku, ayah dan semua anak yang telah lahir dari rahimmu untuk lelaki lain yang lebih memiliki uang, itu urusan beda. Aku di usia manapun melihat itu sebagai ketidakmampuanmu berdiri di atas pilihan yang benar.
Bertahun setelah tahun itu aku membencimu, kadang menyukuri kepergianmu sebab tak ada lagi merah di perutku, kadang lainnya meratapi nasibku kenapa terlahir dari rahimmu.
Hingga aku terpaksa dewasa lebih cepat dari yang kuinginkan, aku enam belas tahun saat belajar memahami bagaimana melihat sisi baik dari kesalahan, bagaimana menerima kekurangan, bagaimana memaafkan luka yang disebabkan oleh orang yang paling kita inginkan.
Tidak pernah mudah Bu, aku tak bisa mengingat keputusan apa saja yang kulakukan di hidupku karena kegagalanku memaknai hidup, sebab merasa rumpang karena tak memilikimu. Ibu tahu hal apa yang paling hebat yang kulakukan karena Ibu, menjadi perempuan paling kuat untuk siapapun.
Ah, tepatnya bertingkah menjadi paling kuat.
Lihat aku sekarang Bu, setelah bertahun-tahun jatuh bangun untuk menerima garis takdirku, aku jatuh lagi untuk pengkhianatanmu. Berapa kebohongan lagi yang harus aku terima dan berapa janji lagi yang harus kau ingkari? Pengkhianatan orang yang kupercaya seolah tak cukup, kau juga ambil bagian untuk menghancurkan aku berkeping-keping.
Ibu, bisakah kau paham sudah terlalu banyak sayatan dalam tubuhku yang kau sebabkan. Aku jahit sendiri luka itu, kadang dengan pelukan kepada diri sendiri, kadang dengan makian kepada Tuhan, kadang pula dengan membuatnya berhamburan hingga aku terbiasa dengan segala jenis sayatan.
Ibu, aku tak punya kemampuan kan untuk berhenti menjadi putrimu, lalu bisakah Ibu yang berhenti menjadi ibuku? Bisakah kau mengutuk aku apa saja asalkan menjadi tiada sebagai manusia yang bernyawa?
Ibu, aku terlalu memiliki banyak daftar luka yang disebabkan olehmu, dan jika aku boleh menyalahkan hidup selain kepada garis takdir, maka seluruh cacatku karenamu Bu.
Tapi aku bersalah kan mengatakan ini? Sebab kau Ibu, takdir tak pernah salah dan aku tetaplah anak yang durhaka jika mengabaikanmu.
Ibu, aku tak berharap apa-apa lagi. Mari bertemu di pemakaman siapa saja yang akan mati duluan. Aku sudah lelah untuk berdamai berulang kali untuk kau sakiti dengan cara yang lebih sadis.
Medan, 11 November 2023
Selamat lahir kembali tanpa ibu, Yul.
151 notes · View notes