#tema khotbah pernikahan kristen
Explore tagged Tumblr posts
Text
SEWA Tema Pernikahan Glanour Purbalingga Wa 0858-1901-7492
SEWA Tema Pernikahan Glanour Purbalingga Wa 0858-1901-7492
Kami Melayani SEWA !!!!! Dekorasi Pernikahan Biru, Dekorasi Pernikahan Pink, Dekorasi Pernikahan Putih, Dekorasi Pernikahan Hijau, Dekorasi Pernikahan Biru Putih, Dekorasi Pernikahan Ungu, Dekorasi Pernikahan Pastel, Dekorasi Pernikahan Gold, Dekorasi Pernikahan Peach, Dekorasi Pernikahan Elegan, Dekorasi Pernikahan Elegan Dan Mewah, Dekorasi Pernikahan Emas, Dekorasi Pernikahan Elegan Dan…
View On WordPress
#tema dekorasi pernikahan 2018#tema khotbah pernikahan kristen#tema lagu pernikahan#tema pernikahan 2017#tema pernikahan 2018#tema pernikahan 2020#tema pernikahan kartun#tema pernikahan kerajaan#tema pernikahan keren#tema pernikahan keroppi#tema pernikahan kuning#tema pernikahan laut#tema pernikahan low budget#tema pernikahan lucu#tema pernikahan white#tema pernikahan yang bagus#tema pernikahan yang sederhana#tema pernikahan yang seru#tema pernikahan yang unik#warna tema pernikahan yang bagus
0 notes
Text
Keintiman Dalam Kekudusan
KEINTIMAN DALAM KEKUDUSAN (Melindungi Apa yang Berharga) Seks sebagai karunia. Seks telah ditakdirkan untuk menjadi bagian dari kehidupan, dan Allah sendiri yang menempatkan itu pada manusia maupun hewan. Namun, perilaku seksual manusia tentu berbeda dari perilaku seksual hewan. (Paling tidak, begitulah seharusnya!) Pada hewan, seks lebih sebagai sarana untuk berkembang biak yang dilakukan hanya berdasarkan naluri dan pengalaman. Sedangkan bagi manusia seks tidak semata-mata untuk menghasilkan keturunan, tetapi lebih dari itu adalah sebagai ungkapan cinta dan rasa keintiman. Seks pada manusia bukan saja untuk prokreasi tetapi juga rekreasi. Hanya pada hewan dikenal istilah ���musim kawin” yang biasanya marak pada awal musim semi (tergantung habitat dan jenis hewan), sedangkan pada manusia seks bisa menjadi aktivitas sepanjang waktu. “Salah satu contoh terbesar dari kasih Allah bagi umat manusia dapat ditemukan dalam seksualitas manusia. Ini benar-benar suatu karunia yang mengagumkan dari Allah. Namun, seperti semua karunia yang telah diberikan kepada kita, itu tidak datang tanpa syarat. Artinya, itu bukan sesuatu yang kita bisa lakukan sesuka hati. Allah telah menetapkan aturan. Sesungguhnya, Dia sangat jelas: aktivitas seksual harus antara seorang suami dan istri, laki-laki dan perempuan, dan hanya dalam hubungan pernikahan. Apa pun di luar itu adalah dosa” [alinea pertama]. Seks adalah sebuah karunia Allah yang sakral dan sangat berharga, bagi manusia itu diberikan untuk mencapai maksud-maksud yang luhur demi kepentingan manusia itu sendiri. Seks itu indah, seperti kata sebagian orang, dan tidak sedikit manusia yang menjadi terobsesi dengan “keindahan seks” sehingga pikirannya selalu dikuasai oleh angan-angan seks. Dalam keadaan demikian, seks yang indah itu sangat mudah menjadi tindakan percabulan. Sangat ironis melihat seks sebagai karunia yang sakral dan berharga itu diperlakukan sebagai permainan, dalam perbuatan maupun percakapan. Seks bahkan telah menjadi bahan dan tema lelucon yang digemari oleh banyak orang. Firman Tuhan mengingatkan, “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus” (Ef. 5:3; huruf miring ditambahkan). Soal hidup membujang. Tampaknya orang-orang Kristen di Korintus sempat memiliki pandangan yang keliru mengenai seks, menganggapnya sebagai suatu jerat yang membahayakan iman mereka sehingga lebih baik dihindari sama sekali. Lalu mereka menulis surat kepada rasul Paulus dan menyampaikan gagasan tentang hidup membujang bagi umat Tuhan, seperti sang rasul itu sendiri. Terhadap surat mereka itulah Paulus menjawab, “Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai istrinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri” (1Kor. 7:1, 2). Maksud rasul Paulus di sini ialah, hubungan seks tidak apa-apa selama itu dilakukan di antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang terikat sebagai suami-istri, tidak peduli seberapa sering pun mereka melakukannya. Bahkan, dia menambahkan bahwa bagi pasangan suami-istri seks merupakan kewajiban masing-masing terhadap pasangannya. “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya” (ayat. 3, 4; huruf miring ditambahkan). Seks adalah berkat bagi pasangan suami-istri; seks adalah percabulan apabila menjadi promiskuitas (persetubuhan dengan siapa saja). Jadi, Paulus tidak pernah mengajarkan untuk tidak menikah yang bisa berarti melawan kehendak Allah mengenai perkawinan, melainkan dia sedang menanggapi gagasan tentang hidup membujang yang ditanyakan oleh jemaat Korintus. “Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik” (ay. 37). Hidup membujang atau pun menikah itu haruslah atas pilihan pribadi. (Baca juga 1Tes. 4:3-5.) Seks dan perzinahan. Dalam khotbah-Nya di atas bukit, Yesus menyinggung soal berzinah. “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat. 5:27, 28). Di sini kita melihat Yesus melakukan amplifikasi dan memperluas makna perzinahan. Jangankan berbuat, baru menginginkannya saja sudah berzinah. Kata asli yang diterjemahkan dengan memandang dalam ayat ini adalah βλέπω, blepō, sebuah kata-kerja yang dalam konteks ini berarti “mencermati dengan perasaan” atau juga “melirik sambil bermain mata.” Selanjutnya Yesus berkata, “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka” (ayat. 29). “Sulit membayangkan bagaimana Yesus bisa menyatakan amaran yang lebih keras lagi terhadap percabulan seperti yang diungkapkan dalam rangkaian ayat-ayat ini. Mencungkil mata anda? Memotong tangan anda? Jika ini yang diperlukan supaya jadi suci, maka hal itu pantas; kalau tidak maka anda berada dalam bahaya kehilangan hidup kekal anda”. Menulis kepada jemaat di kota Roma, rasul Paulus mengamarkan mereka tentang orang-orang yang sudah mengenal Allah dan mengetahui hukum-hukum-Nya tetapi kelakuan dan kehidupan mereka seperti orang-orang yang tidak mengenal dan mengetahui hukum Allah, baik karena melakukan penyembahan berhala maupun dalam perilaku seksual yang menyimpang. “Karena manusia berbuat yang demikian, maka Allah membiarkan mereka menuruti nafsu mereka yang hina. Wanita-wanita mereka tidak lagi tertarik kepada laki-laki seperti yang lazimnya pada manusia, melainkan tertarik kepada sesama wanita. Lelaki pun begitu juga; mereka tidak lagi secara wajar mengadakan hubungan dengan wanita, melainkan berahi terhadap sesama lelaki. Laki-laki melakukan perbuatan yang memalukan terhadap sesama laki-laki, sehingga mereka menerima pembalasan yang setimpal dengan perbuatan mereka yang jahat itu” ( Roma. 1:26-27 ). Apa yang kita pelajari tentang seks sebagai karunia Allah yang berharga? 1. Seks adalah suatu karunia Allah yang suci dan berharga bagi manusia, demi kepentingan manusia dan untuk melaksanakan maksud-maksud Allah dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya seks pada manusia itu berbeda dari seks pada hewan. 2. Allah ingin manusia menikmati seks dan pada waktu yang sama memelihara nilai-nilai seksualitas yang luhur. Dengan menjaga pemberian Tuhan yang berharga ini sesuai dengan peruntukkannya yang benar, kita melindungi seks agar tidak merosot menjadi percabulan. 3. Pencantuman larangan berzinah sebagai hukum ketujuh dalam Sepuluh Perintah (Hukum Moral) adalah bukti tentang bagaimana Allah memandang pentingnya menghormati seks. Bahkan, Yesus mempertajam dan memperluas makna perzinahan dalam khotbah-Nya di atas bukit. Bandung, 15 Desember 2016 Perkawinan “Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. Kepada orang-orang yang telah kawin aku — tidak, bukan aku, tetapi Tuhan — perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?” 1 Korintus 7:1-5, 10-16 “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah,” 1 Tesalonika 4:3-5
0 notes
Text
MELAHIRKAN KERAJAAN SORGA DI DALAM RUMAH TANGGA YANG DIINGINKAN TUHAN
MELAHIRKAN KERAJAAN SORGA DI DALAM RUMAH TANGGA YANG DIINGINKAN TUHAN
Cinta Itu Saringan Yang Harus Di Saring
Jikalau Kita Mau Membangun Sebuah Rumah Yang Kokoh Dan Tegak, Kita Tak Bisa Langsung Menentukan Jenis Material Apa saja Yang Akan Dipakai Dalam Membangun Sebuh Rumah. Melainkan, Terlebih Dahulu Kita HARUS Mengetahui Tekstur Dari Tanah Yang Hendak Di bangun Sebuah Rumah Di atasnya.
Kokohnya Suatu Rumah Tak Dilihat Dari Pondasi Atau pun Tiang Penyanggangnya, Melainkan, Dasaran Dari Tanah Itu Sendiri. Oleh Sebab Itu, Kenalilah Tenam Hidup Kita Dari Jiwanya, Bukan Hanya Dari Tubuhnya Saja. Sebab, Jikalau Kita Mengenali Teman Hidup Kita Dari Tubuh Yang Meliputi Kecantikan Dan Atau Kegantengan Dalam Kemapanan Atau Kesempurnaannya Maka, Perjalanan Cinta Kita Akan Sensitif Terhadap Aktivitas Kehidupan Sehari-hari Dari Kedua Insan Itu Sendiri.
Ada Beberapa Hal Yang Harus Diketahui Oleh Kita Dalam Pengelolahan Bebuah Cinta Untuk Mendapatkan Kesempurnaan Dan Kemapanan Dari Perjalanan Cinta. Diantaranya :
Menjaga, Cinta Itu Harus Di Jaga dari segala tempat Dan Waktu, Dimana Pun Dan Kapan Pun, Antah Itu Bersama Atau Pun Terpisah. Sama Seperti Yesus Yang Selalu Menjaga Kita Dimana Saja Dan Kapan Saja, Dan Dalam Menjaga Cinta, Kita Harus Menanam Kasih Tuhan Didalam Perjalanan Cinta Kita.
Merawat, Mengapa Cinta Itu Harus Di Rawat ? Karena, Cinta Itu Sama Seperti Tubuh Kita. Jikalau Kita Tidak Mengurus Tubuh Kita Dengan Baik, Tentunya Tubuh Kita Akan Bauh Dan Perjalanan Hidup Kita Pun Akan Terganggu Terhadap Kedekatan Kita Kepada Sesama. Oleh Sebab Itu, Rawatlah Cinta, Selama Kita Masih Mempunyai Mata Dan Pikiran. Cinta Itu Seperti Sebuah Bunga Mawar Yang Berbauh Harum Pada Penciuman Dan Indah Pada Pandangan. Jika Tak Di Rawan Dengan Penuh Kasih, Ia Akan Terlihat Layu Dan Mudah Untuk Dimusnakan Oleh Angin Yang Menyambarinya.
Memotivasikan, Cinta Itu Membutuh Kekuatan Dari Pemiliknya. Ia Terlihat Seperti Seorang Anak Kecil Yang Masih Membutuhkan Susu Dan Makanan Yang Bergizi. Tanpa Ajaran Yang Baik, Cinta Itu Akan Suram Hidupnya. Ia Membutuhkan Seorang Nahkoda Yang Dapat Mengendalikan Sebuah Kapal Cinta. Tanpa Motivasi Dari Pemilik Cinta, Cinta Itu Akan Sama Seperti “Sebuah Daun Kerin Yang Telah Jatuh, Tak Akan Hijau Kembali.” Oleh Sebab Itu, Saling Memotivasikan Dalam Sebuah Iakan Cinta Atau Perjalanan Cinta Akan Membuat Sebuah Benteng Perisai Yang Dapat Melindunginya Dari Setiap Musuh.
Mengevaluasikan, Cinta Itu Membutuhkan Perhatian Dan Kasih Sayang Dari Pemiliknya. Sebab, Dalam Sebuah Kegiatan yang Sedang Dan Telah Di Laksanakan Itu Harus Di Evaluasikan. Jikalau Kita Tidak mengevaluasikan Sebuah Kegiatan Yang Telah Di Selenggarakan, Kita Tidak Akan Bisa Mengetahui Letak Kesalahan-Kelasahan Mana Yang Berada Di Dalam Kegiatan Tersebut. Dan Secara Otomatis, Hal Serupah Pun Akan Terjadi Pada Kegiatan-Kegiatan Berikutnya. Jadi, Mengevaluasikan Cinta Dalam Sebuah Ikatan, Akan Menghindarkan Langkah Kaki Dari Setiap Rintangan Dan Persoalan Hidup Kita Dalam Pengelolahan Cinta, Demi Mewujudkan Cinta Yang Aman, Nyaman, Dan Damai Di Dalam Kasih Yesus Kristus.
Cinta Itu Sebuah Saringan Yang HARUS Di Saring Setiap Hari Untuk Mendapatkan KEHALUSAN CINTA Dan Memisahkan KARAKTER BURUK Dari Saringannya Itu.
Ingat... .. . Pemilik Cinta Harus Dapat Menghaluskan Perjalanan Cintanya Untuk Menuju Pada Puncaknya. Oleh Sebab Itu Pemilik Cinta HARUS Dapat Melihat, Berfikir, Dan Melaksanakannya. Karena, Tujuan Orang Bercinta Itu Adalah Hidup Bersama Di Bumi Dan Hidup Bersama Di Surga. I t u l a h Yang Dinamakan CINTA KASIH BAPA.
KEINTIMAN DALAM KEKUDUSAN (Melindungi Apa yang Berharga)
Seks sebagai karunia. Seks telah ditakdirkan untuk menjadi bagian dari kehidupan, dan Allah sendiri yang menempatkan itu pada manusia maupun hewan. Namun, perilaku seksual manusia tentu berbeda dari perilaku seksual hewan. (Paling tidak, begitulah seharusnya!) Pada hewan, seks lebih sebagai sarana untuk berkembang biak yang dilakukan hanya berdasarkan naluri dan pengalaman. Sedangkan bagi manusia seks tidak semata-mata untuk menghasilkan keturunan, tetapi lebih dari itu adalah sebagai ungkapan cinta dan rasa keintiman. Seks pada manusia bukan saja untuk prokreasi tetapi juga rekreasi. Hanya pada hewan dikenal istilah “musim kawin” yang biasanya marak pada awal musim semi (tergantung habitat dan jenis hewan), sedangkan pada manusia seks bisa menjadi aktivitas sepanjang waktu.
“Salah satu contoh terbesar dari kasih Allah bagi umat manusia dapat ditemukan dalam seksualitas manusia. Ini benar-benar suatu karunia yang mengagumkan dari Allah. Namun, seperti semua karunia yang telah diberikan kepada kita, itu tidak datang tanpa syarat. Artinya, itu bukan sesuatu yang kita bisa lakukan sesuka hati. Allah telah menetapkan aturan. Sesungguhnya, Dia sangat jelas: aktivitas seksual harus antara seorang suami dan istri, laki-laki dan perempuan, dan hanya dalam hubungan pernikahan. Apa pun di luar itu adalah dosa” [alinea pertama].
Seks adalah sebuah karunia Allah yang sakral dan sangat berharga, bagi manusia itu diberikan untuk mencapai maksud-maksud yang luhur demi kepentingan manusia itu sendiri. Seks itu indah, seperti kata sebagian orang, dan tidak sedikit manusia yang menjadi terobsesi dengan “keindahan seks” sehingga pikirannya selalu dikuasai oleh angan-angan seks. Dalam keadaan demikian, seks yang indah itu sangat mudah menjadi tindakan percabulan. Sangat ironis melihat seks sebagai karunia yang sakral dan berharga itu diperlakukan sebagai permainan, dalam perbuatan maupun percakapan. Seks bahkan telah menjadi bahan dan tema lelucon yang digemari oleh banyak orang. Firman Tuhan mengingatkan, “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus” (Ef. 5:3; huruf miring ditambahkan).
Soal hidup membujang. Tampaknya orang-orang Kristen di Korintus sempat memiliki pandangan yang keliru mengenai seks, menganggapnya sebagai suatu jerat yang membahayakan iman mereka sehingga lebih baik dihindari sama sekali. Lalu mereka menulis surat kepada rasul Paulus dan menyampaikan gagasan tentang hidup membujang bagi umat Tuhan, seperti sang rasul itu sendiri. Terhadap surat mereka itulah Paulus menjawab, “Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai istrinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri” (1Kor. 7:1, 2).
Maksud rasul Paulus di sini ialah, hubungan seks tidak apa-apa selama itu dilakukan di antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang terikat sebagai suami-istri, tidak peduli seberapa sering pun mereka melakukannya. Bahkan, dia menambahkan bahwa bagi pasangan suami-istri seks merupakan kewajiban masing-masing terhadap pasangannya. “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya” (ayat. 3, 4; huruf miring ditambahkan). Seks adalah berkat bagi pasangan suami-istri; seks adalah percabulan apabila menjadi promiskuitas (persetubuhan dengan siapa saja).
Jadi, Paulus tidak pernah mengajarkan untuk tidak menikah yang bisa berarti melawan kehendak Allah mengenai perkawinan, melainkan dia sedang menanggapi gagasan tentang hidup membujang yang ditanyakan oleh jemaat Korintus. “Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik” (ay. 37). Hidup membujang atau pun menikah itu haruslah atas pilihan pribadi.
(Baca juga 1Tes. 4:3-5.)
Seks dan perzinahan. Dalam khotbah-Nya di atas bukit, Yesus menyinggung soal berzinah. “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya” (Mat. 5:27, 28).
Di sini kita melihat Yesus melakukan amplifikasi dan memperluas makna perzinahan. Jangankan berbuat, baru menginginkannya saja sudah berzinah. Kata asli yang diterjemahkan dengan memandang dalam ayat ini adalah βλέπω, blepō, sebuah kata-kerja yang dalam konteks ini berarti “mencermati dengan perasaan” atau juga “melirik sambil bermain mata.” Selanjutnya Yesus berkata, “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka” (ayat. 29).
“Sulit membayangkan bagaimana Yesus bisa menyatakan amaran yang lebih keras lagi terhadap percabulan seperti yang diungkapkan dalam rangkaian ayat-ayat ini. Mencungkil mata anda? Memotong tangan anda? Jika ini yang diperlukan supaya jadi suci, maka hal itu pantas; kalau tidak maka anda berada dalam bahaya kehilangan hidup kekal anda”.
Menulis kepada jemaat di kota Roma, rasul Paulus mengamarkan mereka tentang orang-orang yang sudah mengenal Allah dan mengetahui hukum-hukum-Nya tetapi kelakuan dan kehidupan mereka seperti orang-orang yang tidak mengenal dan mengetahui hukum Allah, baik karena melakukan penyembahan berhala maupun dalam perilaku seksual yang menyimpang. “Karena manusia berbuat yang demikian, maka Allah membiarkan mereka menuruti nafsu mereka yang hina. Wanita-wanita mereka tidak lagi tertarik kepada laki-laki seperti yang lazimnya pada manusia, melainkan tertarik kepada sesama wanita. Lelaki pun begitu juga; mereka tidak lagi secara wajar mengadakan hubungan dengan wanita, melainkan berahi terhadap sesama lelaki. Laki-laki melakukan perbuatan yang memalukan terhadap sesama laki-laki, sehingga mereka menerima pembalasan yang setimpal dengan perbuatan mereka yang jahat itu” ( Roma. 1:26-27 ).
Apa yang kita pelajari tentang seks sebagai karunia Allah yang berharga?
1. Seks adalah suatu karunia Allah yang suci dan berharga bagi manusia, demi kepentingan manusia dan untuk melaksanakan maksud-maksud Allah dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya seks pada manusia itu berbeda dari seks pada hewan.
2. Allah ingin manusia menikmati seks dan pada waktu yang sama memelihara nilai-nilai seksualitas yang luhur. Dengan menjaga pemberian Tuhan yang berharga ini sesuai dengan peruntukkannya yang benar, kita melindungi seks agar tidak merosot menjadi percabulan.
3. Pencantuman larangan berzinah sebagai hukum ketujuh dalam Sepuluh Perintah (Hukum Moral) adalah bukti tentang bagaimana Allah memandang pentingnya menghormati seks. Bahkan, Yesus mempertajam dan memperluas makna perzinahan dalam khotbah-Nya di atas bukit.
Bandung, 15 Desember 2016
Perkawinan
“Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya. Isteri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi isterinya. Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak.
Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya. Kepada orang-orang lain aku, bukan Tuhan, katakan: kalau ada seorang saudara beristerikan seorang yang tidak beriman dan perempuan itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah saudara itu menceraikan dia. Dan kalau ada seorang isteri bersuamikan seorang yang tidak beriman dan laki-laki itu mau hidup bersama-sama dengan dia, janganlah ia menceraikan laki-laki itu. Karena suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya. Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi sekarang mereka adalah anak-anak kudus. Tetapi kalau orang yang tidak beriman itu mau bercerai, biarlah ia bercerai; dalam hal yang demikian saudara atau saudari tidak terikat. Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera. Sebab bagaimanakah engkau mengetahui, hai isteri, apakah engkau tidak akan menyelamatkan suamimu? Atau bagaimanakah engkau mengetahui, hai suami, apakah engkau tidak akan menyelamatkan isterimu?”
1 Korintus 7:1-5, 10-16
“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah,”
1 Tesalonika 4:3-5
0 notes
Text
JASA Tema Pernikahan Garden Patikraja Wa 0858-1901-7492
JASA Tema Pernikahan Garden Patikraja Wa 0858-1901-7492
Kami Melayani SEWA !!!!! Dekorasi Pernikahan Biru, Dekorasi Pernikahan Pink, Dekorasi Pernikahan Putih, Dekorasi Pernikahan Hijau, Dekorasi Pernikahan Biru Putih, Dekorasi Pernikahan Ungu, Dekorasi Pernikahan Pastel, Dekorasi Pernikahan Gold, Dekorasi Pernikahan Peach, Dekorasi Pernikahan Elegan, Dekorasi Pernikahan Elegan Dan Mewah, Dekorasi Pernikahan Emas, Dekorasi Pernikahan Elegan Dan…
View On WordPress
#pernikahan tema hutan#tema hantaran pernikahan#tema khotbah pernikahan kristen#tema lagu pernikahan#tema pernikahan harry potter#tema pernikahan hijau putih#tema pernikahan hitam gold#tema pernikahan india#tema pernikahan indonesia#tema pernikahan internasional#tema pernikahan irish bella#tema pernikahan istimewa#tema pernikahan kartun#tema pernikahan kerajaan#tema pernikahan keren#tema pernikahan keroppi#tema pernikahan kuning#tema pernikahan laut#tema pernikahan low budget#tema pernikahan lucu
0 notes
Text
JASA Dekorasi Pernikahan Ful Bunga Ajibarang Wa 0858-1901-7492
JASA Dekorasi Pernikahan Ful Bunga Ajibarang Wa 0858-1901-7492
Kami Melayani SEWA !!!!! Dekorasi Pernikahan Biru, Dekorasi Pernikahan Pink, Dekorasi Pernikahan Putih, Dekorasi Pernikahan Hijau, Dekorasi Pernikahan Biru Putih, Dekorasi Pernikahan Ungu, Dekorasi Pernikahan Pastel, Dekorasi Pernikahan Gold, Dekorasi Pernikahan Peach, Dekorasi Pernikahan Elegan, Dekorasi Pernikahan Elegan Dan Mewah, Dekorasi Pernikahan Emas, Dekorasi Pernikahan Elegan Dan…
View On WordPress
#dekorasi pernikahan tema lingkungan#tema khotbah pernikahan kristen#tema lagu pernikahan#Tema Lamaran Pernikahan#tema pernikahan kartun#tema pernikahan kerajaan#tema pernikahan keren#tema pernikahan keroppi#tema pernikahan kuning#tema pernikahan laut#tema pernikahan low budget#tema pernikahan lucu#tema pernikahan minimalis#tema pernikahan minimalis romance#tema pernikahan modern#Tema Pernikahan Modern Minimalis#tema pernikahan murah#undangan pernikahan tema laut#undangan pernikahan tema ldr#undangan pernikahan tema liverpool
0 notes
Text
KEINTIMAN DALAM KEKUDUSAN (Melindungi Apa yang Berharga)
KEINTIMAN DALAM KEKUDUSAN (Melindungi Apa yang Berharga)
Seks sebagai karunia. Seks telah ditakdirkan untuk menjadi bagian dari kehidupan, dan Allah sendiri yang menempatkan itu pada manusia maupun hewan. Namun, perilaku seksual manusia tentu berbeda dari perilaku seksual hewan. (Paling tidak, begitulah seharusnya!) Pada hewan, seks lebih sebagai sarana untuk berkembang biak yang dilakukan hanya berdasarkan naluri dan pengalaman. Sedangkan bagi manusia seks tidak semata-mata untuk menghasilkan keturunan, tetapi lebih dari itu adalah sebagai ungkapan cinta dan rasa keintiman. Seks pada manusia bukan saja untuk prokreasi tetapi juga rekreasi. Hanya pada hewan dikenal istilah “musim kawin” yang biasanya marak pada awal musim semi (tergantung habitat dan jenis hewan), sedangkan pada manusia seks bisa menjadi aktivitas sepanjang waktu.
“Salah satu contoh terbesar dari kasih Allah bagi umat manusia dapat ditemukan dalam seksualitas manusia. Ini benar-benar suatu karunia yang mengagumkan dari Allah. Namun, seperti semua karunia yang telah diberikan kepada kita, itu tidak datang tanpa syarat. Artinya, itu bukan sesuatu yang kita bisa lakukan sesuka hati. Allah telah menetapkan aturan. Sesungguhnya, Dia sangat jelas: aktivitas seksual harus antara seorang suami dan istri, laki-laki dan perempuan, dan hanya dalam hubungan pernikahan. Apa pun di luar itu adalah dosa”.
Seks adalah sebuah karunia Allah yang sakral dan sangat berharga, bagi manusia itu diberikan untuk mencapai maksud-maksud yang luhur demi kepentingan manusia itu sendiri. Seks itu indah, seperti kata sebagian orang, dan tidak sedikit manusia yang menjadi terobsesi dengan “keindahan seks” sehingga pikirannya selalu dikuasai oleh angan-angan seks. Dalam keadaan demikian, seks yang indah itu sangat mudah menjadi tindakan percabulan. Sangat ironis melihat seks sebagai karunia yang sakral dan berharga itu diperlakukan sebagai permainan, dalam perbuatan maupun percakapan. Seks bahkan telah menjadi bahan dan tema lelucon yang digemari oleh banyak orang. Firman Tuhan mengingatkan, “Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut saja pun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus” ( Efesus 5:3 ).
Soal hidup membujang. Tampaknya orang-orang Kristen di Korintus sempat memiliki pandangan yang keliru mengenai seks, menganggapnya sebagai suatu jerat yang membahayakan iman mereka sehingga lebih baik dihindari sama sekali. Lalu mereka menulis surat kepada rasul Paulus dan menyampaikan gagasan tentang hidup membujang bagi umat Tuhan, seperti sang rasul itu sendiri. Terhadap surat mereka itulah Paulus menjawab, “Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai istrinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri” (1Kor. 7:1, 2).
Maksud rasul Paulus di sini ialah, hubungan seks tidak apa-apa selama itu dilakukan di antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang terikat sebagai suami-istri, tidak peduli seberapa sering pun mereka melakukannya. Bahkan, dia menambahkan bahwa bagi pasangan suami-istri seks merupakan kewajiban masing-masing terhadap pasangannya. “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap istrinya, demikian pula istri terhadap suaminya. Istri tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya, demikian pula suami tidak berkuasa atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya” ( ayat. 3, 4 ). Seks adalah berkat bagi pasangan suami-istri; seks adalah percabulan apabila menjadi promiskuitas (persetubuhan dengan siapa saja).
Jadi, Paulus tidak pernah mengajarkan untuk tidak menikah yang bisa berarti melawan kehendak Allah mengenai perkawinan, melainkan dia sedang menanggapi gagasan tentang hidup membujang yang ditanyakan oleh jemaat Korintus. “Tetapi kalau ada seorang, yang tidak dipaksa untuk berbuat demikian, benar-benar yakin dalam hatinya dan benar-benar menguasai kemauannya, telah mengambil keputusan untuk tidak kawin dengan gadisnya, ia berbuat baik” ( ayat. 37 ). Hidup membujang atau pun menikah itu haruslah atas pilihan pribadi. ( Baca juga, 1 Tesalonika 4:3-5 )
Seks dan perzinahan. Dalam khotbah-Nya di atas bukit, Yesus menyinggung soal berzinah. “Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya”
(Mat. 5:27, 28). Di sini kita melihat Yesus melakukan amplifikasi dan memperluas makna perzinahan. Jangankan berbuat, baru menginginkannya saja sudah berzinah. Kata asli yang diterjemahkan dengan memandang dalam ayat ini adalah βλέπω, blepō, sebuah kata-kerja yang dalam konteks ini berarti “mencermati dengan perasaan” atau juga “melirik sambil bermain mata.” Selanjutnya Yesus berkata, “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka”
(ayat. 29).
“Sulit membayangkan bagaimana Yesus bisa menyatakan amaran yang lebih keras lagi terhadap percabulan seperti yang diungkapkan dalam rangkaian ayat-ayat ini. Mencungkil mata anda? Memotong tangan anda? Jika ini yang diperlukan supaya jadi suci, maka hal itu pantas; kalau tidak maka anda berada dalam bahaya kehilangan hidup kekal anda”.
Menulis kepada jemaat di kota Roma, rasul Paulus mengamarkan mereka tentang orang-orang yang sudah mengenal Allah dan mengetahui hukum-hukum-Nya tetapi kelakuan dan kehidupan mereka seperti orang-orang yang tidak mengenal dan mengetahui hukum Allah, baik karena melakukan penyembahan berhala maupun dalam perilaku seksual yang menyimpang. “Karena manusia berbuat yang demikian, maka Allah membiarkan mereka menuruti nafsu mereka yang hina. Wanita-wanita mereka tidak lagi tertarik kepada laki-laki seperti yang lazimnya pada manusia, melainkan tertarik kepada sesama wanita. Lelaki pun begitu juga; mereka tidak lagi secara wajar mengadakan hubungan dengan wanita, melainkan berahi terhadap sesama lelaki. Laki-laki melakukan perbuatan yang memalukan terhadap sesama laki-laki, sehingga mereka menerima pembalasan yang setimpal dengan perbuatan mereka yang jahat itu” ( Roma. 1:26-27 ).
Apa yang kita pelajari tentang seks sebagai karunia Allah yang berharga?
1. Seks adalah suatu karunia Allah yang suci dan berharga bagi manusia, demi kepentingan manusia dan untuk melaksanakan maksud-maksud Allah dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya seks pada manusia itu berbeda dari seks pada hewan.
2. Allah ingin manusia menikmati seks dan pada waktu yang sama memelihara nilai-nilai seksualitas yang luhur. Dengan menjaga pemberian Tuhan yang berharga ini sesuai dengan peruntukkannya yang benar, kita melindungi seks agar tidak merosot menjadi percabulan.
3. Pencantuman larangan berzinah sebagai hukum ketujuh dalam Sepuluh Perintah (Hukum Moral) adalah bukti tentang bagaimana Allah memandang pentingnya menghormati seks. Bahkan, Yesus mempertajam dan memperluas makna perzinahan dalam khotbah-Nya di atas bukit.
0 notes