#tali ijuk
Explore tagged Tumblr posts
Text
KESET TERMURAH, Call/WA 0821-4558-3160, Toko Pengrajin Keset Sabut Kelapa Surabaya di Purworejo
KLIK https://wa.me/6282145583160, Keset Sabut Kelapa Panjang Ukuran Berapa, Keset Dari Sabut Kelapa Yang Bagus, Keset Sabut Kelapa Ukuran 10x10 Berapa Cm Panjangnya, Harga Keset Sabut Kelapa Welcome, Keset Welcome Dari Sabut Kelapa
Sinar Emas Abadi Dsn. Paluagung Ds. Kendalrejo Kecamatan. Tegaldlimo Kab. Banyuwangi Jawa Timur
(Utara MI Tarbiyatul Atfal)
Kunjungi Lebih Lengkapnya :
Youtube : Facebook :
kesetwc, #kesetwelcomemurah, #kesetwangi, #1kesetkaki, #keset2in1import, #keset3m, #keset3d, #keset3in1, #keset3dmurah, #keset40x60
jual keset sabut kelapa terdekat, cara membuat keset sabut kelapa, keset welcome karet panjang, harga keset welcome besar, keset welcome kain, keset welcome sabut kelapa, harga keset sabut kelapa, manfaat keset dari sabut kelapa
#jual keset sabut kelapa terdekat#tali ijuk#pengrajin keset sabut kelapa#keset sabut kelapa panjang#harga keset sabut kelapa#cara membuat keset sabut kelapa#manfaat keset dari sabut kelapa
0 notes
Text
SITUS PERAHU KUNO REMBANG ABAD KE 7
Masa sekarang ini traveling sambil belajar merupakan pilihan untuk menjadikan kesan dalam perjalanan wisata dan mempelajari ilmu baru pada satu waktu yang menyenangkan. Wisata edukasi dapat diartikan kegiatan perjalanan ke suatu tempat yang bertujuan untuk memperoleh pengalaman belajar yang membangun karakter, pikiran atau kemampuan terkait dengan objek wisata yang dikunjungi tersebut.
Desa Punjulharjo, Kecematan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah memiliki wisata edukasi yang menjadi sorotan publik yaitu Situs Perahu Kuno. Situs ini telah ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 2018 lalu.
Alur Konservasi
Cerita penemuan yang berawal sekitar 2008 silam. Sejumlah warga Desa Punjulharjo tanpa sengaja menemukan perahu pada kedalaman 2 meter saat menggali tanah untuk membuat tambak. Lokasi awalnya sekitar 500 meter dari pantai. Penemuan perahu itu pun langsung menyedot perhatian masyarakat hingga peneliti dunia.
Di daerah-daerah kepulauan wilayah Asia Tenggara, pada masa lalu memang telah berkembang tradisi pembuatan perahu dengan teknologi yang khas, yakni menggunakan ikatan tali ijuk dan pasak kayu untuk membentuk perahu atau lebih dikenal sebagai teknik papan ikat atau kupingan pengikat (Sew plank and lushed plug technique).
Lokasi itu pun dilakukan konservasi berkelanjutan secara bertahap mulai tahun 2011 sampai 2018. Kondisi kayu perahu kuno saat itu dinilai sudah sangat lama terendam dalam lahan basah, sehingga mengakibatkan dinding sel kayu rusak dan berisi air. Apabila dikeringkan secara biasa akan dapat menyebabkan material menyusut dan pecah secara ekstrim. Karena itulah diperlukan suatu tindakan konservasi yang tepat.
Pada 2011 dilakukan perendaman dengan larutan plyethlene glycol (PEG). Yakni bahan penguat yang akan menggantikan air yang terdapat dalam sel-sel kayu. Sehingga, setelah proses pengeringan kayu tidak mengkerut dan lebih kuat. Hal ini dilakukan secara bertahap sampai kondisinya dianggap sudah kuat.
Pada 2012 tahap pra konservasi mulai dipersiapkan. Proses konservasi sendiri dilakukan dengan membuat tanggul penahan air pasang dan tanggul pengaman untuk mencegah erosi sekeliling perahu.
Hingga pada tahun 2017, perendaman menggunakan larutan PEG 4000 dengan konsentrasi 35 persen sudah mencapai 70 persen. Disertai pemanasan pada suhu 60 derajat celcius dilakukan untuk memperkuat struktur kayu perahu.
Sejarah Perahu Kuno
Balai Arkeologi Yogyakarta pun melakukan penelitian dengan menganalisa sampel tali ijuk perahu. Hasilnya menunjukan bahwa perahu kuno itu berasal dari abad 7-8 Masehi atau antara tahun 660-780 Masehi.
Menurut P.Y. Manguin, salah satu peneliti berbangsa Prancis dengan mengambil sampel tali ijuk untuk pengujian pertanggalan perahu melalui analisa radiokarbon, kawasan maritim Asia Tenggara sudah mengenal teknik pembuatan perahu sejak abad 7 hingga 8 Masehi dengan teknik khasnya. Yaitu menggunakan tali ijuk (arrenga pinnata) dan pasak kayu untuk membentuk badan perahu yang juga dikenal dengan teknik papan ikat atau kupingan pengikat (sewn-plank and lushed plug technique).
P.Y. Manguin juga mengatakan bahwa kapal ini tidak karam, melainkan ditinggalkan oleh pemiliknya. Karena terendam air laut, kayu kapal menjadi awet dan tidak mudah hancur. Sampai saat ini, tempat ini masih diteliti oleh ahli-ahli arkeolog dan menjadikannya sebagai Cagar Budaya yang harus dilindungi.
Selain menyimpan sejarah, perahu kuno di Rembang peninggalan nenek moyang orang Indonesia itu juga dipercaya menyimpan misteri. Masyarakat setempat sering kali berebut air laut yang merembes ke dasar perahu. Mereka meyakini air laut itu dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Kini perahu itu berada di ruang semacam aula dikelilingi pagar besi. Panjangnya sekitar 15 meter. Di sekeliling pagar besi itu, sudah dipasang keterangan-keterangan awal mula ditemukannya situs ini. Dari keterangan tersebut ditulis, cerita penemuan berangkat berangkat sekitar 2008 silam. Penduduk Desa Punjulharjo tanpa sengaja menemukan perahu pada kedalaman 2 meter, saat hendak menggali tanah untuk membuat tambak dan lokasinya sekitar 500 meter dari pantai.
Di sekitar area situs akan dibangun edupark yang dilengkapi dengan kafetaria, kamar mandi, arena kelinci, panggung terbuka dan spot foto yang menarik. Area tersebut juga disediakan untuk outbond, tempat bersantai hingga lahan pemancingan di sekitar tambak.
#rembang#situsperhukuno#perahukuno#praukuno#desapunjulharjo#punjulharjo#cagarbudaya#warisan budaya#abadke7#abad ke 7
2 notes
·
View notes
Text
Menjelajah Pikukuh Luhur Suku Baduy
Gambar 1.0 Anak-anak Baduy Luar (dokumentasi pribadi)
‘Lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung’
Tumpek (18/05), kisah baru terangkai dalam sebuah jahitan memori perjalanan menyapa alam, bagaimana menjadi manusia yang selayaknya bertanggungjawab dengan alam. Beberapa waktu, dengan beberapa teman kami menyambangi suku yang masih menjunjung erat adat istiadatnya yakni Suku Baduy. Mari bersama membaca kisah yang tertulis singkat akan tetapi, dengan kenangan yang membesit dalam setiap langkahnya.
Gambar 1.1 Anak Baduy Dalam sebagai porter
Alam menyapa dengan indah seperti biasanya, perjalanan dimulai dari basecamp Terminal Ciboleger menuju pemukiman Baduy. Perjalanan menuju Baduy Luar kurang lebih 2-3 jam dengan berjalan kaki dan didampingi oleh orang asli baduy dalam. Trek awal cukup menanjak, namun kami dimanjakan dengan suguhan alam yang tak biasa. Tak jarang banyak buah hutan yang berjatuhan dan dinikmati seperti kranji dan kokosan. Kranji mirip dengan asam jawa namun bentuknya lebih kecil dan memiliki rasa yang lebih manis, sedangkan kokosan mirip dengan duku namun rasanya perpaduan asam dan manis lebih terasa. Keduabuah tersebut menjadi pemanja kita dikala lelah menghujani untuk sampai ke pemukiman.
Beberapa orang Baduy Dalam yang membersamai kami juga sebagai porter untuk mengangkat barang bawaan peserta. Baik Orang tua atau anak-anak mereka mampu mengakat tas 5-9 tas sekaligus hanya menggunakan tongkat kayu yang dibuat sendiri. Layaknya kami dengan pengetahuan pas-pasan muncul pertanyaan, bukankah Suku Baduy adalah suku yang yang terasing dengan kehidupan atau teknologi modern, namun kenapa mereka mau berinteraksi dengan orang luar? Akhirnya pertanyaan ini terjawab oleh Ayah Agus Bonen yang merupakan orang baduy dalam yang membersamai perjalanan kami. Senyatanya Masyarakat Baduy tidak ingin disebut sebagai suku terasing, tetapi mereka menganggap diri mereka sebagai suku yang menjauhkan diri dari peradaban yang baru dan memiliki hukum adat sendiri (pikukuh) yang mengikat mereka.
“Ngasuh Ratu-Ngajayak Menak”, “mageuhkeun tali duduluran”.
Mereka memiliki prinsip untuk menjaga keharmonisan antar manusia dan alam secara bijaksana. Mereka menjaga keduanya dengan cara mereka, memanfaatkan alam demi kehidupan menjaga semesta dengan kearifan. Sedangkan dengan manusia mereka rendah diri untuk menjaga kedamaian dan sopan santun. Mereka juga melaksanakan upacara adat Saba Baduy sebagai wujud menghormati pemerintah, memberikan sebagian hasil buminya. Kalimat yang dapat simpulkan “kami hanya menjaga tradisi dengan aturan kami, tapi bukan menjauhi dengan konflik”
Gambar 1.2 Pemukiman Baduy Luar (dokumentasi pribadi)
Pemukiman Baduy Luar, masyarakatnya identik menggunakan pakaian serba hitam, kehidupan mereka sudah mulai dipengaruhi oleh teknologi. Rumah-rumah berdiri kokoh dengan ciri khasnya berupa rumah panggung berbahan dasar bambu/kayu, atap berupa ijuk menjadi ciri khasnya. Masyarakatnya sangat ramah dan lugu, mereka terkenal dengan paras yang menawan. Beberapa kali kami melihat para perempuan yang sedang menumbuk padi bersama, menjemur padi, menenun, laki-laki berkebun, dan anak-anak kecil berlarian kesana kemari.
Gambar 1.3 Danau Dandang Ageung (dokumentasi pribadi)
Langkah kami kembali melaju menuju Baduy Dalam, perjalanan ini penuh dengan medan menanjak menurun dan sedikit licin. Pemandangan yang disuguhkan? Jangan ditanyakan lagi semakin ke dalam semakin menakjubkan. Danau Dandang Ageung atau orang-orang menyebutnya Ranu Kumbolonya Baduy menjadi pemanja berikutnya. Kita dapat melihat kawanan burung yang saling berterbangan, airnya jernih dipadukan dengan pepohonan hijau dengan berbagai vegetasinya. Melihat danau ini kembali membuat kita takjub akan kebesaran Sang Pencipta.
Sepanjang jalan kita akan melihat jaring-jaring besar menurut penuturan teman-teman baduy, jaring tersebut merupakan alat untuk menangkap burung yang dipasang masyarakat. Sampai perbatasan antara Baduy Luar dan Baduy Dalam seluruh alat elektronik wajib dimatikan seperti HP, kamera, hal ini dimaksudkan agar kita tidak mendokumentasikan apapun yang ada di Baduy Dalam. Ketika memasuki Baduy Dalam kita akan suguhkan kanan kiri penuh dengan pemandangan hijau perbukitan, rasanya seperti di atas awan indah dan sulit dideskripsikan. Layak memang kalau daerah ini harus dijaga ke eksklusifannya, dan dijaga kesakralannya. Rasanya sangat sayang apabila orang dengan mudah melihat keindahan ini, akan lebih bermakna apabila mereka datang sembari tilik dengan masyarakatnya. Kurang lebih dua jam kita menyusuri perbukitan hijau Baduy Dalam hingga dipemukiman Baduy Dalam. Suasana malam hari masyarakat menggunakan penerangan tradisional, tidak ada pencahayaan sehingga suasana sangat tenang dan akrab. Sambutan ramah tuan rumah dengan jahe khasnya dan makanan ala desa menambah rasa hikmad.
Kicauan burung dengan deru air sungai menjadi alarm tanda pagi sudah datang, disertai hawa sejuk membuat badan terasa segar dan damai. Masyarakat Baduy melakukan kegiatan MCK di sungai, namun dijamin kalian akan hanya melihat jernihnya air sungai tidak ada pencemaran atau bau tidak sedap. Para ibu membawa lodong tempat pengangkut air menuju sungai untuk memasak dan membuat air hangat. Deretan rumah tertata rapi saling berhadapan antara sebelah utara dan selatan antar pintu memiliki filosofi kedamaian antar tetangga, untuk rumah Ketua Adat (Paun) menghadap ke arah timur.
Gambar 1.4 Rumah Suku Baduy (dokumentasi pribadi)
Gaya rumah mereka serentak seperti rumah panggung. Rumah panggung dengan satu pintu memiliki makna mendalam, melambangkan kesetiaan dalam perkawinan. Suku Baduy hanya boleh memiliki satu pasangan, dan perceraian hanya terjadi jika ada kematian. Semua rumah dibangun dengan gotong royong dan menggunakan bahan- bahan alam yang tersedia dengan perhitungan adat saat membangun ataupun mencari bahan bakunya. Setiap unsur di Baduy memiliki makna yang tersirat dengan keluhurannya, bagaimana mereka menghargai unsur kehidupan semesta. Alam semesta menjadi satu kesatuan yang harus terjaga. Lantunan kesederhanaan bersanding dengan kemewahan dalam menjaga. Pikukuh luhur yang selalu mereka ilhami.
“Buyut nu nitipkeun ka puun, nagara satelung puluh telu, bangan sawidak lima, pancer salawe nagara, gunung teu meunang dilebur, lebak teu meunang dirusak, larangan teu meunang dirempak, buyut teu meunang dirobah, lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung, nu lain kudu dilainkeun, nu ulah kudu diulahkeun, nu enya kudu dienyakeun.”
0 notes
Text
0813-9313-9465, Harga Tali Ijuk Anggrek Karawang, Beli Tali Ijuk Termurah Kuningan, Tali Ijuk Murah Majalengka
klik https://wa.me/6281393139465, Harga Tali Ijuk Anggrek Karawang, Beli Tali Ijuk Termurah Kuningan, Tali Ijuk Murah Majalengka, Tali Dari Ijuk Pangandaran, Tali Ijuk Pengikat Bambu, Tali Ijuk Hitam, Tali Ijuk Hitam, Tali Ijuk, Tali Ijuk Kelapa, Tali Ijuk Untuk Mengusir Ular, Tali Ijuk Bambu
#taliijukjogja #Gunung Kidul, #jualtaliijuk, #jualtaliijuksurabaya
#klik https://wa.me/6281393139465#Harga Tali Ijuk Anggrek Karawang#Beli Tali Ijuk Termurah Kuningan#Tali Ijuk Murah Majalengka#Tali Dari Ijuk Pangandaran#Tali Ijuk Pengikat Bambu#Tali Ijuk Hitam#Tali Ijuk#Tali Ijuk Kelapa#Tali Ijuk Untuk Mengusir Ular#Tali Ijuk Bambu
0 notes
Text
0813-9313-9465, Supplier Ijuk Resapam Murah Cirebon, Agen Ijuk Resapan Terlaris Depok, Ijuk Resapan Terbaik Sukabumi
klik https://wa.me/6281393139465, Supplier Ijuk Resapam Murah Cirebon, Agen Ijuk Resapan Terlaris Depok, Ijuk Resapan Terbaik Sukabumi, Ijuk Resapan Tasikmalaya, Ijuk Resapan Air, Ijuk Resapan, Ijuk Resapan, Ijuk Resapan Air, Ijuk Sumur Resapan, Ukuran Ijuk Resapan, Ijuk Untuk Saringan Air
Krajan Mas Group Merupakan Supplier, Agen, Pengepul, Pengedar,Petani, Pembeli, Beli, Agen, Jual, Distributor, Pemborong. Menerima pesanan Keset sabut kelapa, Tali sabut kelapa, Cocomesh, cocopeat, cocofiber, pot, Ijuk Resapan, Tali Ijuk, Tampah Bambu, Topi Caping, Besek Bambu, sarang burung dllpot sabut kelapa, lokasi di kebumen. Hubungi Bapak Wahid 0813-9313-9465
Supplier harga ijuk untuk saringan air Cirebon, Agen ijuk penyaring air Depok, ijuk kelapa Sukabumi, gambar ijuk kelapa Tasikmalaya, tali ijuk kelapa, ijuk sabut kelapa, ijuk sabut kelapa, keset ijuk kelapa, manfaat ijuk kelapa, ijuk dan sabut kelapa, ijuk resapan air
#hargaijukuntuksaringanairCirebon, #ijukpenyaringair, #Depok, #ijukkelapa, #Sukabumi, #gambarijukkelapa #Tasikmalaya, #taliijukkelapa, #ijuksabutkelapa, #kesetijukkelapa, #manfaatijukkelapa, #ijukdansabutkelapa, #ijukresapanair
0 notes
Text
0813-9313-9465, Pengedar Tali Ijuk Hitam Tangerang, Petani Jual Tali Ijuk Tangerang Selatan, Tali Ijuk Kelapa Bantul
klik https://wa.me/6281393139465, Pengepul Harga Tali Ijuk Pengikat Bambu Serang, Pengedar Tali Ijuk Hitam Tangerang, Jual Tali Ijuk Tangerang Selatan, Tali Ijuk Kelapa Bantul, Tali Ijuk Untuk Mengusir Ular, Tali Ijuk Bambu, Tali Ijuk Bambu, Jual Tali Ijuk Terdekat, Tali Rami, Harga Tali Ijuk Per Kg, Keset Ijuk Anti Ular
#Supplier Tali Dari Ijuk Pandeglang#Agen Harga Tali Ijuk Cilegon#Harga Tali Ijuk Pengikat Bambu Serang#Tali Ijuk Hitam Tangerang#Jual Tali Ijuk#Tali Ijuk Kelapa#Tali Ijuk Untuk Mengusir Ular#Tali Ijuk Bambu#Jual Tali Ijuk Terdekat#Tali Rami
1 note
·
View note
Text
Mengenal Sriwijaya - Kerajaan Terkaya di Nusantara
Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an. Kerajaan Sriwijaya mulai diketahui ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda dan Indonesia. Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.
Selain berita-berita diatas tersebut, telah ditemukan oleh Balai Arkeologi Palembang sebuah perahu kuno yang diperkirakan ada sejak masa awal atau proto Kerajaan Sriwijaya di Desa Sungai Pasir, Kecamatan Cengal, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Sayang, kepala perahu kuno itu sudah hilang dan sebagian papan perahu itu digunakan justru buat jembatan. Tercatat ada 17 keping perahu yang terdiri dari bagian lunas, 14 papan perahu yang terdiri dari bagian badan dan bagian buritan untuk menempatkan kemudi. Perahu ini dibuat dengan teknik pasak kayu dan papan ikat yang menggunakan tali ijuk. Cara ini sendiri dikenal dengan sebutan teknik tradisi Asia Tenggara. Selain bangkai perahu, ditemukan juga sejumlah artefak-artefak lain yang berhubungan dengan temuan perahu, seperti tembikar, keramik, dan alat kayu.
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelum kolonialisme Belanda.
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya. Sekitar tahun 1993, Pierre-Yves Manguin melakukan observasi dan berpendapat bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatera Selatan sekarang), tepatnya di sekitar situs Karanganyar yang kini dijadikan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Pendapat ini didasarkan dari foto udara tahun 1984 yang menunjukkan bahwa situs Karanganyar menampilkan bentuk bangunan air, yaitu jaringan kanal, parit, kolam serta pulau buatan yang disusun rapi yang dipastikan situs ini adalah buatan manusia. Bangunan air ini terdiri atas kolam dan dua pulau berbentuk bujur sangkar dan empat persegi panjang, serta jaringan kanal dengan luas areal meliputi 20 hektar. Di kawasan ini ditemukan banyak peninggalan purbakala yang menunjukkan bahwa kawasan ini pernah menjadi pusat permukiman dan pusat aktifitas manusia.Namun sebelumnya Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi (di provinsi Jambi sekarang), dengan catatan Malayu tidak di kawasan tersebut, jika Malayu pada kawasan tersebut, ia cenderung kepada pendapat Moens, yang sebelumnya juga telah berpendapat bahwa letak dari pusat kerajaan Sriwijaya berada pada kawasan Candi Muara Takus (provinsi Riau sekarang), dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).PEMBENTUKAN DAN PERKEMBANGAN Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan. Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara bahari, namun kerajaan ini tidak memperluas kekuasaannya di luar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Beberapa ahli masih memperdebatkan kawasan yang menjadi pusat pemerintahan Sriwijaya, selain itu kemungkinan kerajaan ini biasa memindahkan pusat pemerintahannya, namun kawasan yang menjadi ibukota tetap diperintah secara langsung oleh penguasa, sedangkan daerah pendukungnya diperintah oleh datu setempat. Kemaharajaan Sriwijaya telah ada sejak 671 M sesuai dengan catatan I Tsing. Dari prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 M diketahui imperium ini di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang. Diketahui, Prasasti Kedukan Bukit adalah prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu. Para ahli berpendapat bahwa prasasti ini mengadaptasi ortografi India untuk menulis prasasti ini. Di abad ke-7 ini, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan yaitu Malayu dan Kedah menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya.
Pagoda Borom That yang Bergaya Sriwijaya di Chaiya, Thailand
Berdasarkan prasasti Kota Kapur yang berangka tahun 686 ditemukan di pulau Bangka, kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Sri Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Kemungkinan yang dimaksud dengan Bhumi Jawa adalah Tarumanegara. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata. Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengendalikan dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Champa di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri kemaharajaan Khmer, memutuskan hubungan dengan Sriwijaya pada abad yang sama. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa di sana. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825.AGAMA Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I Tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Buddha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Selain berita diatas, terdapat berita yang dibawakan oleh I Tsing, dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Budha pada Sakyakirti, seorang pendeta terkenal di Sriwijaya.
Candi Muara Takus
Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10, Atiśa, seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet dalam kertas kerjanya Durbodhāloka menyebutkan ditulis pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa penguasa Sriwijayanagara di Malayagiri di Suvarnadvipa. Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Peranannya dalam agama Budha dibuktikannya dengan membangun tempat pemujaan agama Budha di Ligor, Thailand. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9, sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu beserta kebudayaannya di Nusantara.Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, tentunya menarik minat para pedagang dan ulama muslim dari Timur Tengah, sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.
BUDAYA Berdasarkan berbagai sumber sejarah, sebuah masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7 seperti Prasasti Talang Tuo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa.Semua prasasti ini menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh banyak penutur di Kepulauan Nusantara.
Meskipun disebut memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya meninggalkan sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat berbeda dengan episode Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak membangun monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal.Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit, candi di Sumatera terbuat dari bata merah. Beberapa arca-arca bersifat Budhisme, seperti berbagai arca Budha yang ditemukan di Bukit Seguntang, Palembang, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor, Perak dan Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut "Seni Sriwijaya" atau "Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh langgam Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9).PERDAGANGAN
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Dengan berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk dapat berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya senantiasa mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India. Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi — dan jika perlu — memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan untuk menjaga monopoli perdagangan inilah yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing di kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya adalah beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya.Disebutkan dalam catatan sejarah Champa, adanya serangkaian serbuan angkatan laut yang berasal dari Jawa terhadap beberapa pelabuhan di Champa dan Kamboja. Mungkin angkatan laut penyerbu yang dimaksud adalah armada Sriwijaya, karena saat itu wangsa Sailendra di Jawa adalah bagian dari mandala Sriwijaya. Hal ini merupakan upaya Sriwijaya untuk menjamin monopoli perdagangan laut di Asia Tenggara dengan menggempur bandar pelabuhan pesaingnya. Sriwijaya juga pernah berjaya dalam hal perdagangan sedari tahun 670 hingga 1025 M.
Model kapal Sriwijaya tahun 800-anyang terdapat pada candi Borobudur.
Kejayaan bahari Sriwijaya terekam di relief Borobudur yaitu menggambarkan Kapal Borobudur, kapal kayu bercadik ganda dan bertiang layar yang melayari lautan Nusantara sekitar abad ke-8 Masehi. Fungsi cadik ini adalah untuk menyeimbangkan dan menstabilkan perahu. Cadik tunggal atau cadik ganda adalah ciri khas perahu bangsa Austronesia dan perahu bercadik inilah yang membawa bangsa Austronesia berlayar di seantero Asia Tenggara, Oseania, dan Samudra Hindia. Kapal layar bercadik yang diabadikan dalam relief Borobudur mungkin adalah jenis kapal yang digunakan armada Sailendra dan Sriwijaya dalam pelayaran antarpulaunya, kemaharajaan bahari yang menguasai kawasan pada kurun abad ke-7 hingga ke-13 masehi. Selain menjalin hubungan dagang dengan India dan Tiongkok, Sriwijaya juga menjalin perdagangan dengan tanah Arab. Kemungkinan utusan Maharaja Sri Indrawarman yang mengantarkan surat kepada khalifah Umar bin Abdul-Aziz dari Bani Umayyah tahun 718, kembali ke Sriwijaya dengan membawa hadiah Zanji (budak wanita berkulit hitam), dan kemudian dari kronik Tiongkok disebutkan Shih-li-fo-shih dengan rajanya Shih-li-t-'o-pa-mo (Sri Indrawarman) pada tahun 724 mengirimkan hadiah untuk kaisar Cina, berupa ts'engchi (yang maksudnya sama dengan Zanji dalam bahasa Arab). Pada paruh pertama abad ke-10, di antara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan kerajaan Nan Han dengan negeri kayanya Guangdong. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada masa inilah diperkirakan rakyat Sriwijaya mulai mengenal buah semangka (Citrullus lanatus), yang masuk melalui perdagangan mereka.PENYEBARAN PENDUDUK KEMAHARAJAAN BAHARI Upaya Sriwijaya untuk menjamin dominasi perdagangan bahari di Asia Tenggara berjalan seiring dengan perluasan Sriwijaya sebagai sebuah kemaharajaan bahari atau thalasokrasi. Dengan menaklukkan bandar pelabuhan negara jiran yang berpotensi sebagai pesaingnya, Sriwijaya secara otomatis juga melebarkan pengaruh dan wilayah kekuasaannya di kawasan. Sebagai kemaharajaan bahari, pengaruh Sriwijaya jarang masuk hingga jauh di wilayah pedalaman. Sriwijaya kebanyakan menerapkan kedaulatannya di kawasan pesisir pantai dan kawasan sungai besar yang dapat dijangkau armada perahu angkatan lautnya di wilayah Nusantara, dengan pengecualian pulau Madagaskar. Diduga penduduk yang berasal dari Sriwijaya telah mengkoloni dan membangun populasi di pulau Madagaskar yang terletak 3300 mil atau 8000 kilometer di sebelah Barat di seberang Samudra Hindia.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Jurnal Proceedings of The Royal Society, bahwa nenek moyang penduduk Madagaskar adalah orang Indonesia. Para peneliti meyakini mereka adalah pemukim asal Kerajaan Sriwijaya. Migrasi ke Madagaskar diperkirakan terjadi 1200 tahun yang lalu sekitar kurun tahun 830 M. Berdasarkan penelitian DNA mitokondria, suku pribumi Malagasy dapat merunut silsilah mereka kepada 30 perempuan perintis yang berlayar dari Indonesia 1200 tahun yang lalu. Bahasa Malagasy mengandung kata serapan dari bahasa Sanskerta dengan modifikasi linguistik melalui bahasa Jawa dan bahasa Melayu, hal ini merupakan sebuah petunjuk bahwa penduduk Madagaskar dikoloni oleh penduduk yang berasal dari Sriwijaya. Periode kolonisasi Madagaskar bersamaan dengan kurun ketika Sriwijaya mengembangkan jaringan perdagangan bahari di seantero Nusantara dan Samudra Hindia.HUBUNGAN DENGAN WANGSA SAILENDRA
Candi Borobudur, pembangunannya diselesaikan pada masa Samaratungga
Munculnya keterkaitan antara Sriwijaya dengan dinasti Sailendra dimulai karena adanya nama Śailendravamśa pada beberapa prasasti di antaranya pada prasasti Kalasan di pulau Jawa, prasasti Ligor di selatan Thailand, dan prasasti Nalanda di India. Sementara pada prasasti Sojomertodijumpai nama Dapunta Selendra. Karena prasasti Sojomerto ditulis dalam bahasa Melayu dan bahasa Melayu umumnya digunakan pada prasasti-prasasti di Sumatera, maka diduga wangsa Sailendra berasal dari Sumatera, Walaupun asal-usul bahasa melayu ini masih menunggu penelitian sampai sekarang.Majumdar berpendapat dinasti Sailendra ini terdapat di Sriwijaya (Suwarnadwipa) dan Medang (Jawa), keduanya berasal dari Kalinga di selatan India. Kemudian Moens menambahkan kedatangan Dapunta Hyang ke Palembang, menyebabkan salah satu keluarga dalam dinasti ini pindah ke Jawa. Sementara Poerbatjaraka berpendapat bahwa dinasti ini berasal dari Nusantara, didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian dikaitkan dengan beberapa prasasti lain di Jawa yang berbahasa Melayu Kuna di antaranya prasasti Sojomerto.HUBUNGAN DENGAN KEKUATAN REGIONALUntuk memperkuat posisinya atas penguasaan kawasan Asia Tenggara, Sriwijaya menjalin hubungan diplomasi dengan kekaisaran China, dan secara teratur mengantarkan utusan beserta hadiah.
Ilustrasi
Seperti yang telah disebutkan diatas, pada tahun 718 Masehi Maharaja Sriwijaya bernama Sri Indrawarman mengirimkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Umayyah.Salah satu dokumentasi dari surat ini terdapat dalam buku tulisan Ibnu Abdul Rabbih (860-940 M) berjudul Al Iqd al Farid (“Kalung Istimewa”)—isinya lebih lengkap karena di dalamnya terdapat pembukaan dan isi, Berikut surat dari Maharaja Sriwijaya kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz."Dari Raja sekalian para raja yang juga adalah keturunan ribuan raja, yang isterinya pun adalah cucu dari ribuan raja, yang kebun binatangnya dipenuhi ribuan gajah, yang wilayah kekuasaannya terdiri dari dua sungai yang mengairi tanaman lidah buaya, rempah wangi, pala, dan jeruk nipis, yang aroma harumnya menyebar hingga 12 mil. Kepada Raja Arab yang tidak menyembah tuhan-tuhan lain selain Allah. Aku telah mengirimkan kepadamu bingkisan yang tak seberapa sebagai tanda persahabatan. Kuharap engkau sudi mengutus seseorang untuk menjelaskan ajaran Islam dan segala hukum-hukumnya kepadaku."Ibnu Taghribirdi dalam bukunya al Nujum al Zahirah fi Muluk Misr wa al Qahirah (“Perbintangan Terang Raja Mesir dan Kairo”) mempunyai tambahan untuk akhir surat kepada Khalifah Umar tersebut: “Saya mengirim hadiah jebat (musk), batu ratna, dupa dan barus. Terimalah dari saudara Islammu.”Walau dalam surat itu bertulis “saudara Islammu” namun belum ada bukti peninggalan bahwa Sri Indrawarman sendiri (telah) memeluk Islam.Yang jelas peristiwa ini membuktikan bahwa Sriwijaya telah menjalin hubungan diplomatik dengan dunia Islam atau dunia Arab, dan menunjukkan hasrat sang raja untuk mengenal dan mempelajari berbagai hukum, budaya, dan adat-istiadat dari berbagai rekan perniagaan dan peradaban yang dikenal Sriwijaya saat itu; yakni Tiongkok, India, dan Timur Tengah. Pada masa awal, Kerajaan Khmer merupakan daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom. Seperti disebutkan sebelumnya, Sriwijaya di Sumatra meluaskan wilayah degan perpindahan Wangsa Sailendra ke Jawa. Pada kurun waktu tertentu wangsa Sailendra sebagai anggota mandala Sriwijaya berkuasa atas Sriwijaya dan Jawa. Maka Wangsa Sailendra berkuasa sekaligus atas Sriwijaya dan Kerajaan Medang, yaitu Sumatera dan Jawa. Akan tetapi akibat pertikaian suksesi singgasana Sailendra di Jawa antara Balaputradewa melawan Rakai Pikatan dan Pramodawardhani, hubungan antara Sriwijaya dan Medang memburuk. Balaputradewa kembali ke Sriwijaya dan akhirnya berkuasa di Sriwijaya, dan permusuhan ini diwariskan hingga beberapa generasi berikutnya.
Salah satu relief di Borobudur menampilkan Raja dan Ratu dengan segenap abdi pengiringnya. Adegan keluarga kerajaan seperti ini kemungkinan besar dibuat berdasarkan istana wangsa Sailendra sendiri.
Dalam prasasti Nalanda yang bertarikh 860 Balaputra menegaskan asal-usulnya sebagai keturunan raja Sailendra di Jawa sekaligus cucu Sri Dharmasetu raja Sriwijaya. Dengan kata lain ia mengadukan kepada raja Dewapaladewa, raja Pala di India, bahwa haknya menjadi raja Jawa dirampas Rakai Pikatan. Persaingan antara Sriwijaya di Sumatera dan Medang di Jawa ini kian memanas ketika raja Dharmawangsa Teguh menyerang Palembang pada tahun 990, tindakan yang kemudian dibalas dengan penghancuran Medang pada tahun 1006 oleh Raja Wurawari ( sebagai sekutu Sriwijaya di Jawa) atas dorongan Sriwijaya. Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, pada prasasti Nalanda berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputradewa mendedikasikan sebuah biara kepada Universitas Nalanda. Relasi dengan Dinasti Chola di selatan India juga cukup baik. Dari prasasti Leiden disebutkan raja Sriwijaya di Kataha Sri Mara-Vijayottunggawarmantelah membangun sebuah vihara yang dinamakan dengan Vihara Culamanivarmma, namun menjadi buruk setelah Rajendra Chola I naik tahta yang melakukan penyerangan pada abad ke-11.MASA KEEMASANKemaharajaan Sriwijaya bercirikan kerajaan maritim. Mengandalkan hegemoni pada kekuatan armada lautnya dalam menguasai alur pelayaran, jalur perdagangan, menguasai dan membangun beberapa kawasan strategis sebagai pangkalan armadanya dalam mengawasi, melindungi kapal-kapal dagang, memungut cukai, serta untuk menjaga wilayah kedaulatan dan kekuasaanya.
Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian, Jambi.
Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan bea dan cukai atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengumpulkan kekayaannya dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India. Berdasarkan sumber catatan sejarah dari Arab, Sriwijaya disebut dengan nama Sribuza. Pada tahun 955 M, Al Masudi, seorang musafir (pengelana) sekaligus sejarawan Arab klasik menulis catatan tentang Sriwijaya. Dalam catatan itu, digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya. Hasil bumi Sriwijaya adalah kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, kayu cendana, pala, kapulaga, gambir dan beberapa hasil bumi lainya. Catatan lain menuliskan bahwa Sriwijaya maju dalam bidang agraris. Ini disimpulkan dari seorang ahli dari Bangsa Persia yang bernama Abu Zaid Hasan yang mendapat keterangan dari Sujaimana, seorang pedagang Arab. Abu Zaid menulis bahwasanya Kerajaan Zabaj (Sriwijaya -sebutan Sriwijaya oleh bangsa Arab pada masa itu-) memiliki tanah yang subur dan kekuasaaan yang luas hingga ke seberang lautan. Sriwijaya menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara sepanjang abad ke-10, akan tetapi pada akhir abad ini Kerajaan Medang di Jawa Timur tumbuh menjadi kekuatan bahari baru dan mulai menantang dominasi Sriwijaya. Berita Tiongkok dari Dinasti Song menyebut Kerajaan Sriwijaya di Sumatra dengan nama San-fo-tsi, sedangkan Kerajaan Medang di Jawa dengan nama Cho-po. Dikisahkan bahwa, San-fo-tsi dan Cho-po terlibat persaingan untuk menguasai Asia Tenggara. Kedua negeri itu saling mengirim duta besar ke Tiongkok. Utusan San-fo-tsi yang berangkat tahun 988 tertahan di pelabuhan Kanton ketika hendak pulang, karena negerinya diserang oleh balatentara Jawa. Serangan dari Jawa ini diduga berlangsung sekitar tahun 990-an, yaitu antara tahun 988 dan 992 pada masa pemerintahan Sri Cudamani Warmadewa. Pada musim semi tahun 992 duta Sriwijaya tersebut mencoba pulang namun kembali tertahan di Champa karena negerinya belum aman. Ia meminta kaisar Song agar Tiongkok memberi perlindungan kepada San-fo-tsi. Utusan Jawa juga tiba di Tiongkok tahun 992. Ia dikirim oleh rajanya yang naik takhta tahun 991. Raja baru Jawa tersebut adalah Dharmawangsa Teguh.
Prasasti Hujung Langit, Haur Kuning, Lampung
Kerajaan Medang berhasil merebut Palembang pada tahun 992 untuk sementara waktu, namun kemudian pasukan Medang berhasil dipukul mundur oleh pasukan Sriwijaya. Prasasti Hujung Langit tahun 997 kembali menyebutkan adanya serangan Jawa terhadap Sumatera. Rangkaian serangan dari Jawa ini pada akhirnya gagal karena Jawa tidak berhasil membangun pijakan di Sumatera. Menguasai ibu kota di Palembang tidak cukup karena pada hakikatnya kekuasaan dan kekuatan mandala Sriwijaya tersebar di beberapa bandar pelabuhan di kawasan Selat Malaka. Maharaja Sriwijaya, Sri Cudamani Warmadewa, berhasil lolos keluar dari ibu kota dan berkeliling menghimpun kekuatan dan bala bantuan dari sekutu dan raja-raja bawahannya untuk memukul mundur tentara Jawa. Sriwijaya memperlihatkan kegigihan persekutuan mandalanya, bertahan dan berjaya memukul mundur angkatan laut Jawa. Sri Cudamani Warmadewa kembali memperlihatkan kecakapan diplomasinya, memenangi dukungan Tiongkok dengan cara merebut hati Kaisarnya. Pada tahun 1003, ia mengirimkan utusan ke Tiongkok dan mengabarkan bahwa di negerinya telah selesai dibangun sebuah candi Buddha yang didedikasikan untuk mendoakan agar Kaisar Tiongkok panjang usia. Kaisar Tiongkok yang berbesar hati dengan persembahan itu menamai candi itu cheng tien wan shou dan menganugerahkan genta yang akan dipasang di candi itu. (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus).Serangan dari Medang ini membuka mata Sriwijaya betapa berbahayanya ancaman Jawa, maka Maharaja Sriwijaya pun menyusun siasat balasan dan berusaha menghancurkan Kerajaan Medang. Sriwijaya disebut-sebut berperan dalam menghancurkan Kerajaan Medang di Jawa. Dalam prasasti Pucangan disebutkan sebuah peristiwa Mahapralaya, yaitu peristiwa hancurnya istana Medang di Jawa Timur, di mana Haji Wurawari dari Lwaram yang merupakan raja bawahan Sriwijaya, pada tahun 1006 atau 1016 menyerang dan menyebabkan terbunuhnya raja Medang terakhir Dharmawangsa Teguh.SENDYAKALANING SRIWIJAYA
Sebuah lukisan dari Siam menunjukkan penyerangan Chola di Kedah
Tahun 1017 dan 1025, Rajendra Chola I, raja dari dinasti Chola di Koromandel, India selatan, mengirim ekspedisi laut untuk menyerang Sriwijaya. Berdasarkan prasasti Tanjore bertarikh 1030, Kerajaan Chola telah menaklukan daerah-daerah koloni Sriwijaya, seperti wilayah Nikobar dan sekaligus berhasil menawan raja Sriwijaya yang berkuasa waktu itu Sangrama-Vijayottunggawarman. Selama beberapa dekade berikutnya, seluruh imperium Sriwijaya telah berada dalam pengaruh dinasti Chola. Meskipun demikian Rajendra Chola I tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. Hal ini dapat dikaitkan dengan adanya berita utusan San-fo-ts'i ke Cina tahun 1028. Faktor lain kemunduran Sriwijaya adalah faktor alam. Karena adanya pengendapan lumpur di Sungai Musi dan beberapa anak sungai lainnya, sehingga kapal-kapal dagang yang tiba di Palembang semakin berkurang. Akibatnya, Kota Palembang semakin menjauh dari laut dan menjadi tidak strategis. Akibat kapal dagang yang datang semakin berkurang, pajak berkurang dan memperlemah ekonomi dan posisi Sriwijaya. Kerajaan Tanjungpura dan Nan Sarunai di Kalimantan adalah kerajaan yang sezaman dengan Sriwijaya, namun Kerajaan Tanjungpura disebutkan dikelola oleh pelarian orang Melayu Sriwijaya, yang ketika pada saat itu Sriwijaya diserang Kerajaan Chola mereka bermigrasi ke Kalimantan Selatan.Namun demikian pada masa ini Sriwijaya dianggap telah menjadi bagian dari dinasti Chola. Kronik Tiongkok menyebutkan bahwa pada tahun 1079, Kulothunga Chola I (Ti-hua-ka-lo) raja dinasti Chola disebut juga sebagai raja San-fo-ts'i, yang kemudian mengirimkan utusan untuk membantu perbaikan candi dekat Kanton. Selanjutnya dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 masih mengirimkan utusan pada masa Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Kemudian juga mengirimkan utusan berikutnya pada tahun 1088.Pengaruh invasi Rajendra Chola I, terhadap hegemoni Sriwijaya atas raja-raja bawahannya melemah. Beberapa daerah taklukan melepaskan diri, sampai muncul Dharmasraya dan Pagaruyung sebagai kekuatan baru yang kemudian menguasai kembali wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari kawasan Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa bagian barat. Pada tahun 1079 dan 1088, catatan Cina menunjukkan bahwa Sriwijaya mengirimkan duta besar pada Cina. Khususnya pada tahun 1079, masing-masing duta besar tersebut mengunjungi Cina. Ini menunjukkan bahwa ibu kota Sriwijaya selalu bergeser dari satu kota maupun kota lainnya selama periode tersebut. Ekspedisi Chola mengubah jalur perdagangan dan melemahkan Palembang, yang memungkinkan Jambi untuk mengambil kepemimpinan Sriwijaya pada abad ke-11.
Candi Padang Roco, diperkirakan merupakan pusat kerajaan Dharmasraya
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Si-lan (Kamboja), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Terengganu), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur Semenanjung Malaya), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), Pa-lin-fong (Palembang), Kien-pi (Jambi), dan Sin-t'o (Sunda).Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1178 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya. Dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut, ternyata adalah wilayah jajahan Kerajaan Dharmasraya, walaupun sumber Tiongkok tetap menyebut San-fo-tsi sebagai kerajaan yang berada di kawasan Laut Cina Selatan. Hal ini karena dalam Pararaton kawasan sumatera telah disebutkan sebagai Malayu. Kitab ini mengisahkan bahwa Kertanagara raja Singhasari, mengirim sebuah ekspedisi Pamalayu atau Pamalayu, dan kemudian menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada raja Melayu, Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa di Dharmasraya sebagaimana yang tertulis pada prasasti Padang Roco. Peristiwa ini kemudian dikaitkan dengan manuskrip yang terdapat pada prasasti Grahi. Begitu juga dalam Nagarakretagama yang menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit, juga sudah tidak menyebutkan lagi nama Sriwijaya untuk kawasan yang sebelumnya merupakan kawasan Sriwijaya.STRUKTUR PEMERINTAHAN Masyarakat Sriwjaya sangat majemuk, dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan satu negara kesatuan dalam dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, dapat dilacak dari beberapa prasasti yang mengandung informasi penting tentang kadātuan, vanua, samaryyāda, mandala dan bhūmi. Kadātuan dapat bermakna kawasan dātu, (tnah rumah) tempat tinggal bini hāji, tempat disimpan mas dan hasil cukai (drawy) sebagai kawasan yang mesti dijaga. Kadātuan ini dikelilingi oleh vanua, yang dapat dianggap sebagai kawasan kota dari Sriwijaya yang di dalamnya terdapat vihara untuk tempat beribadah bagi masyarakatnya. Kadātuan dan vanua ini merupakan satu kawasan inti bagi Sriwijaya itu sendiri. Menurut Casparis, samaryyāda merupakan kawasan yang berbatasan dengan vanua, yang terhubung dengan jalan khusus (samaryyāda-patha) yang dapat bermaksud kawasan pedalaman. Sedangkan mandala merupakan suatu kawasan otonom dari bhūmi yang berada dalam pengaruh kekuasaan kadātuan Sriwijaya. Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan dalam lingkaran raja terdapat secara berurutan yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua) dan rājakumāra (pewaris berikutnya). Prasasti Telaga Batu banyak menyebutkan berbagai jabatan dalam struktur pemerintahan kerajaan pada masa Sriwijaya.
Prasasti Telaga Batu 1 ditemukan di sekitar kolam Telaga Biru (tidak jauh dari Sabokingking), Kel. 3 Ilir, Kec. Ilir Timur II, Kota Palembang, Sumatera Selatan, pada tahun 1935. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan No. D.155. Di sekitar lokasi penemuan prasasti ini juga ditemukan prasasti Telaga Batu 2, yang berisi tentang keberadaan suatu vihara di sekitar prasasti. Pada tahun-tahun sebelumnya ditemukan lebih dari 30 buah prasasti Siddhayatra. Bersama-sama dengan Prasasti Telaga Batu, prasasti-prasasti tersebut kini disimpan di Museum Nasional, Jakarta.
Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan pula bermacam-macam jabatan dan pekerjaan yang ada di zaman Sriwijaya. Adapun jabatan dan pekerjaan yang diceritakan tersebut adalah:1. raja putra (putra raja yang keempat),2. bhupati (bupati),3. senopati (komandan pasukan),4. danayaka (hakim).Kemudian terdapat juga- Tuha an watak wuruh (pengawas kelompok pekerja),- Adyaksi nijawarna/wasikarana (pandai besi/ pembuat senjatapisau),- kayastha (juru tulis),- sthapaka (pemahat),- puwaham (nakhoda kapal),- waniyaga (pedagang) - pratisra (pemimpin)- marsi haji (tukang cuci) - hulu haji (budak raja).Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya yang begitu luas dibagi menjadi dua. Seperti yang diterangkan diatas, Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni yuvarāja (putra mahkota), pratiyuvarāja (putra mahkota kedua). Maka dari itu, Ahmad Jelani Halimi (profesor di Universiti Sains Malaysia) mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua.
source https://www.ayojalanterus.com/2021/05/mengenal-sriwijaya-kerajaan-terkaya-di.html
9 notes
·
View notes
Photo
KUALITAS BAIK, 0813-9313-9465, Supplier Tali Ijuk Per Kg Jakarta, Harga Tali Ijuk Per Meter Jakarta
0813-9313-9465, supplier tali ijuk per Kg jakarta, harga tali ijuk per meter jakarta, grosir tali ijuk untuk mengusir ular jakarta, jual tali tambang ijuk jakarta, agen tali ijuk aren mengusir ular jakarta, produsen tali ijuk sebagai pengikat jakarta, distributor tali ijuk yang bagus jakarta, supplier tali ijuk bambu hitam jakarta, harga tali ijuk terdekat jakarta, grosir tali iju untuk tanaman jakarta
Keistimewaan dari serat ijuk:
1. Tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih
2. Tahan terhadap asam dan garam air laut
3. Mencegah penembusan rayap tanah dan menyebabkan kematian yang tinggi, hingga 100%
4. Sebagai perisai radiasi nuklir
Pembayaran lewat transfer rekening dan InsaAlloh kami bisa dipercaya. Banyak pembeli di seluruh indonesia yang beli kepada kami.
Untuk pengiriman, kami menggunakan berbagai jasa pengiriman, dan kami selalu menyesuaikan dengan permintaan pembeli. Untuk pengiriman sedikit menggunakan JNT, JNE, TIKI,POS. Untuk pembelian banyak bisa menggunakan DAKOTA, KIB, KI8, Bus dll.
Siap kirim ke Bandung Ciamis Bogor Bekasi Cikarang Garut Cirebon Cianjur Indramayu Kuningan Karawang Majalengka Pangandaran Purwakarta Subang Sukabumi Sumedang Tasikmalaya Depok
Silahkan kunjungi kantor Krajan Mas Farm di:
Desa Purwosari, RT 04/03
Kecamatan Puring
Kabupaten Kebumen
Provinsi Jawa Tengah
Info Lengkap hub: 087-737-886-788
https://WA.me/6281393139465
bisa kunjungi blog kami : https://grosirtaliijukhitamjakarta.blogspot.com/
Melayani pemesanan dari berbagai Kota di Indonesia, untuk kebutuhan di berbagai seperti
Kepulauan seribu, jakarta barat, jakarta utara, jakarta timur, jakarta selatan, jakarta pusat, Batu, Bali, Denpasar, Singaraja, Yogyakarta, Solo / Surakarta, Semarang, Klaten, Kudus, Magelang, Pati, Pekalongan, Jepara, Blora, Banyumas, Sragen, Salatiga, Tegal, Bandung, Bogor, Bekasi, Depok, Cirebon, Garut, Tasikmalaya, Jakarta, Tangerang, Serang, Cilegon, Medan, Lampung, Banda Aceh, Padang, Pekanbaru, Tanjung Pinang, Batam, Jambi, Palembang, Bengkulu, Mataram, Kupang, Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Tanjung Selor, Mamuju, Palu, Makasar, Kendari, Gorontalo, Manado, Ambon, Ternate, Jayapura, Manokwari, Jakarta, Jakarta timur, Jakarta pusat, Jakarta selatan, Jakarta utara
#taliijuk #taliijukkelapa #taliijukmurah #taliijukanggrek #taliijukuntukmediatanam #taliijukpenalikuat
1 note
·
View note
Text
KESET TERMURAH, Call/WA 0821-4558-3160, Toko Toko Keset Sabut Kelapa Di Jakarta di Brebes
KLIK https://wa.me/6282145583160, Keset Dari Sabut Kelapa, Keset Dari Tempurung Kelapa, Keset Dari Sabut Kelapa Paling Bagus, Keset Welcome Dari Sabut Kelapa, Keset Kaki Dari Sabut Kelapa
Sinar Emas Abadi Dsn. Paluagung Ds. Kendalrejo Kecamatan. Tegaldlimo Kab. Banyuwangi Jawa Timur
(Utara MI Tarbiyatul Atfal)
Langsung OWNER : 0821-4558-3160
kesetkakijumbo, #kesetkakijadul, #kesetkakikekinian, #kesetkakikamar, #kesetkakikitchen, #kesetkakikantor, #kesetkakil, #kesetkakilembut, #kesetkakilantai, #kesetkakinyaman
jual keset sabut kelapa terdekat, tali ijuk, pengrajin keset sabut kelapa, jual keset sabut kelapa terdekat, keset sabut kelapa panjang, harga keset sabut kelapa, cara membuat keset sabut kelapa, manfaat keset dari sabut kelapa
#jual keset sabut kelapa terdekat#tali ijuk#pengrajin keset sabut kelapa#keset sabut kelapa panjang#harga keset sabut kelapa#cara membuat keset sabut kelapa#manfaat keset dari sabut kelapa
0 notes
Text
Tali Tambang Sabut Kelapa
Banyaknya sekali manfaat dan produk sabut kelapa yang bisa dihasilkan, merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada kita.
Khususnya bagi kita yang berada di daerah tropis. Karena pohon kelapa sangat subur tumbuh di daerah ini. Apalagi yang berada di sekitar pantai. Maka sudah sewajarnya kita harus memaksimalkan potensi tersebut.
Sabut merupakan bagian mesokarp (selimut) yang berupa serat-serat kasar kelapa . Sabut biasanya disebut sebagai limbah yang hanya ditumpuk di bawah tegakan tanaman kelapa lalu dibiarkan membusuk atau kering. Pemanfaatannya paling banyak hanyalah untuk kayu bakar.
Manfaat Sabut Kelapa:
1. Sabut Kelapa Sebagai Penetralisir Bau Semen Pada Kolam Yang Baru Dibuat
Kolam ikan yang baru saja dibuat sering kali meninggalkan bau semen yang kurang sedap. Hal ini tentunya membuat budidaya ikan memjadi terhambat.
2. Untuk Sebagai Pupuk Organik
Sabut kelapa memiliki usur hara dan juga kandungan mineral cukup tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman, maka serabut kelapa ini sangat cocok untuk dibuat menjadi pupuk organik.
3. Sabut Kelapa Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Briket
Anda tentu sering mendengar nama briket berasal dari batubara atau juga tempurung kelapa bukan? dan itu itu betul. Tetapi ternyata sekarang, briket juga dapat dibuat dari bahan serabut kelapa. Jadi anda akan terasa asing jika briket berasal dari serabut kelapa.
4. Sabut Kelapa Sebagai Bahan Dasar Kerajinan
Satu lagi manfaat dari serabut kelapa yang mungkin sudah tidak asing lagi dilingkungan kita, yaitu serabut kelapa sebagai bahan dasar kerajinan atau merchandise.
5. Sabut Kelapa Sebagai Penahan Erosi Pada Tebing
Media sabut kelapa yang dipakai dalam teknik ini adalah dengan cara membuatnnya menjadi jaring serabut kelapa atau sering disebut dengan cocomesh.
6. Pembuatan Sapu Ijuk
Sapu ijuk sepertinya meruapakn salah satu jenis peralatan rumah tangga yang tidak dapat lepas dari kehidupan bersih-bersih dari ibu rumah tangga atapun asisten rumah tangga. Ya, sapu ijuk merupakan salah satu jenis sapu yang salah satunya dibuat dengan menggunakan limbah dari pengolahan kelapa, yaitu sabut kelapa.
7. Media Pembakaran Pengganti Kertas
Bagi yang sering membuat arang dari batok kelapa, pasti juga sering memanfaatkan sabut kelapa sebagai salah satu media untuk membakar batok kelapa tersebut.
8. Pembuatan Coco Net
Coco net merupakan salah satu bentuk olahan dari manfaat sabut kelapa yang berbentuk seperti jaring-jaring. Coco net ini biasanya dimanfaatkan untuk mencegah terjadinya longsor pada daerah yang memiliki undakan, sehingga dapat meminimalisir terjadinya bencana longsor pada suatu daerah.
9. Sebagai Bahan Baku Spring Bed Dan Jok
Bagi anda yang mungkin belum tahu, beberapa jenis jok dan juga spring bed alias tempat tidur dibuat dengan menggunakan bahan dasar yang diolah dari sabut kelapa. Ya, sabut kelapa terlebiih dahulu diolah menjadi coco fiber yang berupa serat-serat sabut kelapa.
10. Pembuatan Keset
Manfaat lainnya dari sabut kelapa yang perlu anda ketahui, dan mungkin juga sudah anda ketahui adalah dimanfaatkan sebagai pembuatan keset. Keset ini memilikki bahan baku yang hampir sama dengan sapu ijuk dan juga coco fiber. Biasanya keset dari sabut kelapa diletakkan diluar rumah.
............
Untuk membuat tali dari sabut kelapa kita membutuhkan Mesin Pemintal Tali sabut. Mesin pemintal sabut kelapa ini merupakan mesin yang digunakan untuk proses memintal tali berbahan sabut kelapa.
Adapun tali sabut kelapa ini adalah bahan baku kerajinan sabut kelapa, misalnya untuk proses pembuatan kesed sapu, maupun berbagai macam kerajinan dari tali sabut kelapa lainnya. Mesin pemintal tali sabut kelapa juga dapat dipakai untuk memintal tali yang berbahan dasar mendong, eceng gondok, maupun bahan lainnya.
Kegunaan mesin pintal tali sabut kelapa ini juga dapat digunakan untuk berbagai macam bahan tali, seperti untuk memintal tali dari eceng gondok atau mendong, untuk memintal tali dari sabut kelapa, dan untuk memintal tali rapia. Tali sabut kelapa adalah bahan untuk pembuatan berbagai macam kerajinan yang berbahan dasar sabut kelapa.
Sementara itu, tali dari sabut kelapa ini mempunyai beberapa macam lilitan yang disebut juga sebagai ply. Biasanya tali sabut kelapa ini memakai 2 ply atau bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
Kegunaan dan Keunggulan Mesin Pemintal Tali:
Mesin tali sabut kelapa berfungsi memintal sabut kelapa hingga menjadi produk tali tambang dengan sifat yang lebih elastis dan sangat kuat sesuai kebutuhan Anda.
Penggunaan mesin pintal tali ini sangat mudah dioperasikan.
Bentuk mesinnya yang fleksibel tentu sangat mudah dibawa kemana saja.
Penggunaan alat pemintal tali lebih hemat bahan bakar dan hemat energy.
Mempermudah usaha Anda untuk mendapatkan produk tali yang kuat dan berkualitas.
Itulah kegunaan sabut kelapa dan cara memintal tali sabut kelapa, semoga bermanfaat sekian dan trimakasih.
2 notes
·
View notes
Text
for the sake of curiosity
saat saya kecil saya pernah:
menyalakan flare di dalam rumah untuk main perang-perangan bersama teman-teman saat ditinggal ke luar kota sendirian.
membakar habis sebuah pohon di pekarangan depan rumah dengan bahan kimia yang ada di gudang untuk membasmi sarang ulat
menghancurkan habis sarang semut dalam tanah dengan bahan peledak dan air; imbasnya seluruh badan saya diserang semut sampai harus berendam untuk menghilangkan semut yang menempel di badan.
hampir dua kali dipatok ular berbisa (cobra) saat bermain hujan-hujanan di sawah dan di hutan, satu kali digigit ular tidak berbisa saat bermain peran jadi arkeolog di dekat sungai.
dihisap lintah berkali-kali saat memancing belut di sawah.
memancing kalajengking dari sarangnya dengan ijuk untuk kemudian dikoleksi - saya awetkan dengan resin dan fiber glass yang ada di rumah. -juga semut besar dan fase-fase kupu-kupu.
hampir hanyut berenang di sungai saat tiba-tiba ada pembukaan bendungan, terseret sekitar seratus meter dan terselmatkan karena tertahan potongan bambu namun karenanya juga dapat luka sobek di bagian kaki, cukup dalam. berjalan pincang ke rumah dengan penuh darah di kaki dan telah lengket di sandalnya.
memecahkan beberapa mangkuk kaca saat main masak-masakan, setelah itu saya tahu apa itu pyrex dan mulai belajar pemuaian dan kalor.
menghancurkan sarang tawon besar di hutan belakang rumah dengan galah yang dilengkapi pisau dan semak yang dibakar, imbasnya tiga tawon berhasil menancapkan sengatnya di kaki dan punggung saya.
menangkap lebah dengan tangan kosong dan menyimpannya dalam toples transparan yang sudah saya modifikasi untuk mengamati perilaku mereka terhadap beberapa perlakuan seperti cahaya dan suara; beberapa lebah mati di tangan karena menyengat.
memakan katak pohon bakar dan pisang mentah serta bijih pohon trembesi panggang.
hampir membakar sebuah rumah tua yang sudah lama tidak ditinggali karena bermain api unggun untuk berkemah di sana.
membobol masuk rumah kosong karena penasaran bisa atau tidak masuk ke rumah tanpa ada yang tahu; ini bahkan saya lakukan lebih dari satu kali dan saya lakukan tanpa menunggalkan jejak kecuali tanda dengan spidol bertuliskan "c" yang sengaja saya tuliskan di jendela.
membangun sarang di sebuah gua/ lubang di bebatuan besar yang ada di dekat sungai, sampai saya tahu saat musim hujan ternyata di sana adalah sarang ular.
membangun rumah pohon di hutan dekat rumah untuk mengamati burung dan serangga.
memetik buah semangka dan jeruk dari kebunnya, sempat ketahuan dan dikejar hingga sembunyi dengan cara masuk sumur kecil yang ada di antara kebun; selamat dari kejaran dan juga mati hipotermia dengan mengaitkan tali timba di badan agar tidak tenggelam; pada saat panen saya mengaku dan meminta maaf serta memborong semangka dan jeruknya untuk saya bagikan.
membalikkan sebuah gerobak bakso keliling dengan mengelabuhi penjualnya saat lengah; pada akhirnya saya minta maaf dan membayar semua kerugiannya dengan uang saya sendiri.
memukul beberapa anak lain hingga berdarah di kepala dan di bagian kaki (saya menggunakan tali untuk bertahan dan saya gunakan sebagai cambuk) karena sebenarnya melindungi diri sendiri; saya sendiri luka di bagian tangan kiri dan kaki karena terkena benda tajam dan bekasnya masih ada sampai sekarang.
membuat beberapa pisau dari paku dan kabel baja dengan cara melindaskannya di rel kereta pada kereta yang melintas.
melakukan pembedahan pada hewan reptil dan serangga hingga tikus dan mengalirkan listrik satu arah dengan konduktor pada hewan-hewan tersebut.
membuat mainan senjata robot dengan memodifikasi mobil remote, senapan pegas dari pulpen dan kaca; memecahkan kaca jendela rumah orang karena meleset dari sasaran.
tersengat listrik beberapa kali saat mengotak-atik barang-barang elektronik bekas karena penasaran bagaimana listrik berubah jadi energi dan bekerja.
berburu burung dengan ketapel dan tombak buatan sendiri; tupai dan kelelawar dengan senapan angin di hutan.
membuat perangkap dengan pohon dan akar dengan memanfaatkan gaya pegas untuk menangkap musang dan kucing hutan; saya lepaskan lagi setelahnya.
... sebagian yang lain samar-samar diingatan saya. yang jelas setiap tindakan itu saya sudah ukur dan rencanakan kemudian sebisa mungkin bersih (bertanggungjawab akan semua itu). semua hal itu saya pelajari dari tayangan di National Geographic dan Documentary BBC saat itu, beberapa juga termasuk membuat alat-alat dan survival kit nya.
1 note
·
View note
Text
HARGA KHUSUS! TELP! 0813-9313-9465, Harga Sapu Lantai Ijuk Jakarta Selatan, Jual Sapu Duk Termurah Jakarta Timur, Sapu Ijuk Kecil Jakarta Utara
klik https://wa.me/6281393139465, Harga Sapu Lantai Ijuk Jakarta Selatan, Jual Sapu Duk Termurah Jakarta Timur, Sapu Ijuk Kecil Jakarta Utara, Sapu Lantai Ijuk Bandung Barat, Sapu Ijuk Panjang, Sapu Lantai Panjang, Sapu Lantai Panjang, Sapu Lantai Kecil, Sapu Ijuk Warna Warni, Sapu Ijuk Tangkai Panjang, Sapu Ijuk Coklat
Krajan Mas Coco Merupakan Harga, Jual, Pengrajin, Distributor, Grosir, Home Industri, Industri. Menerima pesanan Keset sabut kelapa, Tali sabut kelapa, Cocomesh, cocopeat, cocofiber, pot, Ijuk Resapan, Tali Ijuk, Tampah Bambu, Topi Caping, Besek Bambu, sarang burung, pot sabut kelapa, lokasi di kebumen. Hubungi Bapak Wahid 0813-9313-9465
#tangerang, #sapuijukartinya, #sapuijukterbuatdariapa, #artimimpisapuijuk, #kodealamsapuijuk, #artimimpimelihatsapuijuk, #sapuijukyangbagus, #agarsapuijuktidakrontokcilegon
0 notes
Text
0813-9313-9465, Pengedar Keset Sabut Kelapa Jakarta Selatan, Pengrajin Keset Sabut Kelapa Jakarta Timur, Keset Welcome Sabut Kelapa Jakarta Utarahttps://wa.me/6281393139465, Pengedar Keset Sabut Kelapa Jakarta Selatan, Pengrajin Keset Sabut Kelapa Jakarta Timur, Keset Welcome Sabut Kelapa Jakarta Utara, Keset Kaki Sabut Welcome Bandung Barat, Keset Sabut, Keset Serabut, Keset Serabut, Keset Kelapa, Keset Kaki Sabut Kelapa, Alas Kaki Dari Sabut Kelapa, Keset Dari Sabut Kelapa Krajan Mas Coco Merupakan Supplier, Agen, pengepul, pengedar,petani, pembeli, beli, agen, jual, beli, distributor, pemborong. Menerima pesanan Keset sabut kelapa, Tali sabut kelapa, Cocomesh, cocopeat, cocofiber, pot, Ijuk Resapan, Tali Ijuk, Tampah Bambu, Topi Caping, Besek Bambu, sarang burung, pot sabut kelapa, lokasi di kebumen. Hubungi Bapak Wahid 0813-9313-9465#pengedarkesetsabutplastikJakarta Pusat, #petanipabrikkesetsabutkelapa, #Jakarta Selatan, #distributorkesetsabutkelapadijakarta, #Jakarta Timur, #jualkesetwelcomesabutkelapa #Jakarta Utara, #pembelikesetkakisabutwelcome, #hargakesetsabut, #belikesetserabut,
0 notes
Text
0813-9313-9465, Beli Tali Ijuk Coklat Kepulauan Seribu, Produsen Tali Ijuk Per M3 Jakarta Barat, Tali Tambang Ijuk Jakarta Pusat
klik https://wa.me/6281393139465, Beli Tali Ijuk Coklat Kepulauan Seribu, Produsen Tali Ijuk Per M3 Jakarta Barat, Tali Tambang Ijuk Jakarta Pusat, Tali Ijuk Jakarta Selatan, Tali Ijuk Per Ikat, Tali Ijuk Bambu, Tali Ijuk Bambu, Tali Ijuk Kelapa, Tali Ijuk Coklat, Tali Ijuk Untuk Mengusir Ular, Tali Ijuk Terdekat
#taliijukharga, #Tangerang Selatan, #taliijukbambu #Bantul, #taliijukjogja
0 notes
Text
SEDANG DISKON! TELP! 0813-9313-9465, Pengepul Tali Ijuk Kelapa Cilacap, Distributor Ijuk Untuk Filter Air Demak, Ijuk Kelapa Grobogan
klik https://wa.me/6281393139465, Pengepul Tali Ijuk Kelapa Cilacap, Distributor Ijuk Untuk Filter Air Demak, Ijuk Kelapa Grobogan, Jual Ijuk Resapan Terdekat Jepara, Ijuk Untuk Penjernih Air, Ijuk Resapan Per M5, Ijuk Resapan Per M5, Ijuk Resapan Per Kilo, Ijuk Resapan Terdekat, Ijuk Resapan Termurah, Ijuk Resapam Murah
#ijuksapuTangerang Selatan, #ijukterbuatdari, #Bantul, #hargataliijukperm3, #Gunung Kidul, #ijukuntukpenjernihair #Kulon Progo, #jenisfilterair, #ijukadalah, #fungsiijukdalampenjernihanair
0 notes
Text
TERBAIK! TELP! 0813-9313-9465, Pabrik Sabut Kelapa Cocopeat Banyumas, Produsen Tanaman Cocopeat Batang, Cocopeat Terdekat Blora
klik https://wa.me/6281393139465, Pabrik Sabut Kelapa Cocopeat Banyumas, Produsen Tanaman Cocopeat Batang, Cocopeat Terdekat Blora, Cocopeat 10kg Price Boyolali, Cocopeat 10 Kg Block, Cocopeat 100 Kg, Cocopeat 100 Kg, Cocopeat 100 Lt, Cocopeat 20 Kg, Cocopeat 2 Kg, Cocopeat 40 Liter
Krajan Mas Coco Merupakan Grosir, Harga, pengrajin, produsen, Jual. Menerima pesanan Keset sabut kelapa, Tali sabut kelapa, Cocomesh, cocopeat, cocofiber, pot, Ijuk Resapan, Tali Ijuk, Tampah Bambu, Topi Caping, Besek Bambu, sarang burung dllpot sabut kelapa, lokasi di kebumen. Hubungi Bapak Wahid 0813-9313-9465
Pabrik Jual Cocopeat Terdekat Banyumas, Produsen Jual Cocopeat Bandung Batang, Jual Cocopeat Di Medan Blora, Jual Cocopeat Bogor Boyolali, Jual Cocopeat Jogja, Jual Cocopeat Di Pekanbaru, Jual Cocopeat Di Pekanbaru, Jual Cocopeat Malang, Jual Cocopeat Surabaya, Jual Mesin Cocopeat, Lowes Cocopeat
#jualcocopeatterdekatBanyumas, #jualcocopeatbandung, #Batang, #jualcocopeatdimedan, #Blora, #jualcocopeatbogor #Boyolali, #jualcocopeatjogja, #jualcocopeatdipekanbaru, #jualcocopeatmalang, #jualcocopeatsurabaya, #jualmesincocopeat, #lowescocopeat,
0 notes