#suara Mandat menang
Explore tagged Tumblr posts
Text
Ketua Korcam Optimis Suara Mandat di Sokobanah Sampang Menang
SAMPANG, MaduraPost – Koordinator Kecamatan (Korcam) Sokobanah, Kabupaten Sampang, H Siwan, optimis bahwa suara pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Sampang, Ra Mamak dan Mas Ab (Mandat), akan menang di Kecamatan Sokobanah dalam Pilkada 2024. H Siwan menyatakan keyakinannya atas kekuatan dukungan di Kecamatan Sokobanah untuk pasangan calon nomor urut 01 tersebut, yang menurutnya semakin solid…
0 notes
Text
Sebab Virus Tak Bisa Dituduh Kadrun.
OLEH: RACHLAND NASHIDIK INILAH awalnya: BEM UI menyebut Jokowi "King of Lip Service". Kontan, pendengung Jokowi ramai-ramai menuduhnya binaan Cikeas. Padahal dalihnya cuma satu unggahan di media sosial yang isinya menyebut bertemu Ibu Ani Yudhoyono di Istana Negara. Leon Alvinda Putra, kini Ketua BEM UI, mengunggah pengalamannya itu ke media sosial saat dia pelajar kelas dua SMP. Pada tahun 2103 itu dia memenangi kompetisi karya tulis dan diberi penghargaan di Istana Negara. Orang yang pertamakali menuding Leon binaan Partai Demokrat adalah seorang Komisaris BUMN. Seorang pendengung di kubu Jokowi yang dulu pernah berjualan jam tangan imitasi. Netizen gemuruh: kok bisa orang macam itu diangkat jadi Komisaris BUMN? Saya menggugat pertanyaan Netizen tersebut. Kenapa heran sales jam tangan imitasi pada masa ini bisa jadi Komisaris BUMN, bila tukang mebel bisa dipilih jadi Presiden? Bukankah demokrasi tidak menyoal Anda datang dari mana, apa latar sosial atau profesi Anda? Ciri dari demokrasi yang berfungsi adalah siapa saja berhak jadi Presiden. Maling dan pemuka agama, sales jam imitasi atau tukang mebel, di mata demokrasi punya hak politik yang setara. Mana profesi yang lebih penting atau mulia bukan urusan demokrasi. Ini empirisme yang mungkin tak merdu di telinga. Tapi pertanyaan penting dalam demokrasi memang bukan siapa anda, melainkan: apa tujuan anda? Sebenarnya Anda mau berbuat apa bagi kepentingan publik? Jadi kenapa heran? Kenapa menuduh saya menghina? Pengalaman Amerika Saya tidak memandang rendah profesi tukang mebel. Semua profesi baik dan pasti membutuhkan keahlian tersendiri yang orang lain belum tentu mampu. Tapi apakah tukang mebel yang sukses menjadi kaya raya bakal berhasil bila mencoba menjadi, misalnya, pedagang sayur? Bisa dicoba. Bakal berhasil? Belum tentu. Kalau menjadi Presiden? Ini pekerjaan yang jauh lebih berat dari pedagang sayur. Bakal gagal? Belum tentu. Yang penting, bila terpilih, buktikan saja Anda memang mampu -- setidaknya mewujudkan janji-janji kampanye Anda. Tentang hal itu, sejarah politik Amerika Serikat punya beberapa contoh. Steve Jobb sukses luar biasa sebagai "tukang komputer". Hingga wafat, ia tak pernah berpindah profesi jadi Senator atau mencalonkan diri jadi Presiden AS. Tapi sepanjang sejarah planet bumi ini, ia akan terus dikenang dengan hormat sebagai "tukang komputer" yang sangat sukses. Buah karyanya dicari dan dimiliki dengan bangga oleh mungkin sekurangnya setengah penduduk dunia. Jimmy Carter: Di masa lalunya ia pernah meneruskan profesi Ayahnya sebagai petani kacang. Tapi karirnya lebih sukses dalam bidang politik: menjadi Senator, Gubernur, lalu dipilih menjadi Presiden Amerika Serikat ke-39. Meski pada pemilu selanjutnya Carter gagal mendiami kembali Gedung Putih, tapi ia kemudian mendapat Nobel Peace Prize untuk pengabdiannya yang berhasil dalam bidang demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Sebaliknya dengan Trump. "Tukang properti" ini sama-sama dipilih satu periode, namun ia meninggalkan Gedung Putih dengan noda pada demokrasi Amerika Serikat. Di masanya, rakyat AS dibelah: kulit putih atau berwarna, "penduduk asli" atau "imigran", bukan muslim atau muslim, tak bermasker atau bermasker. Donald Trump sibuk dengan "making America great again" dan memandang ringan bahaya pandemi Covid-19. Akibatnya, jumlah warga AS yang terpapar melonjak hingga pernah menjadi yang tertinggi di dunia. Hanya setelah Joe Biden berhasil mengambil alih Gedung Putih, barulah AS mampu mengumumkan kemenangan melawan pandemi. Tapi itu setelah rakyatnya menolak mentah-mentah keinginan Trump mendapat perpanjangan masa jabatan. Rakyat AS menggunakan pemilu untuk mengusir Trump dari Gedung Putih. Begitulah hubungan profesi dan demokrasi punya riwayat berbeda-beda. Namun dalam setiap riwayatnya, kompetensi adalah jembatan yang menentukan. Politik "Orang Baik" Bagaimana dengan Joko Widodo di Indonesia? Jokowi adalah "orang biasa", bukan elit politik atau elit militer. Lulus dari Fakultas Kehutanan UGM, ia menjadi "tukang mebel" yang sukses, tapi lalu banting setir jadi politisi. Dua kali dipilih jadi Walikota Solo, periode kedua tak ia selesaikan. Pada 2012 ia mengikuti pemilihan Gubernur DKI yang ia menangi. Baru dua tahun menjalankan mandat sebagai Gubernur DKI, pada 2014 ia lompat mengikuti pemilihan Presiden. Lawannya adalah Prabowo Subianto, elit militer sekaligus elit politik. Masa lalu Prabowo dikepung oleh sangkaan publik bahwa dia terlibat atau bertanggungjawab dalam kasus-kasus pelanggaran HAM, penculikan aktivis, kejahatan rasial, hingga upaya kudeta pada mertuanya, Jenderal Soeharto, mantan diktator Orba. Dibanding Prabowo, Jokowi bukan saja "orang biasa". Ia juga "orang baik". Setidaknya begitulah lukisan juru kampanyenya yang agresif pada Pemilu 2014. Ia tak punya "historical baggage" sebagai pelanggar HAM. Sebaliknya, semasa masih Walikota, ia disebut-sebut berhasil memindahkan pedagang pasar ke tempat baru tanpa paksaan, "cuma dengan dialog". Dan Jokowi sangat menghayati perannya sebagai Gubernur DKI. Hari ini ia berfoto memasuki gorong-gorong. Besok berpose menjadi tukang tambal ban. Lain hari jongkok di rel kereta api sambil kelihatan berpikir keras. Di foto lain, Jokowi tampak tak bersepatu menaiki bahu tembok beton. Saat itu Jakarta dilanda banjir. Ia berkemeja putih dengan lengan digulung. Ujung celananya naik setinggi lutut. Entah kenapa ia tak melangkah menaiki anak tangga di sebelahnya saja, yang sebenarnya tak direndam banjir. Orang cuma tahu, gubernur Jakarta ini kemudian menyatakan: lebih mudah menangani banjir di Jakarta bila ia menjadi Presiden. Begitulah, profil Jokowi ditampilkan jauh berbeda dari Prabowo Subianto. Pendek kata, karena Jokowi adalah "orang biasa" -- maka "Jokowi adalah kita". Karena Jokowi adalah "orang baik" -- maka "orang baik (harus) memilih orang baik". Begitulah bunyi kampanye itu. Pada pemilu 2014, "orang baik" ini dipilih rakyat jadi Presiden RI ke-7. Presidential Threshold Pada pemilu 2019, Jokowi kembali bertanding dengan Prabowo dan ia menang lagi. Bumbu utama dalam resep kemenangannya adalah Presidential Treshold 20%. Treshold ini ditetapkan pertama kali pada Pemilu 2009 oleh prakarsa PDIP dan Golkar, diikuti oleh partai-partai lain di DPR. Analis menduga, tujuan sebenarnya adalah menutup pintu kesempatan bagi SBY untuk kembali mencalonkan diri. SBY dipilih jadi Presiden RI ke enam pada Pemilu 2004. Padahal partai Demokrat, partai baru pada pemilu kala itu, cuma meraih 7% suara. Bila Presidential treshold pada Pemilu 2009 meroket jadi 20%, kemungkinannya Demokrat gagal memenuhi syarat. Dus, SBY tak bisa kembali mencalonkan diri untuk periode kedua. Begitu mungkin rencananya. Tapi sejarah punya kehendak berbeda. Demokrat justru menjadi pemenang pemilu 2009. Popularitas SBY membuat Demokrat meraih hampir 22% kursi DPR. SBY berhak kembali mencalonkan diri. Ia dipilih lagi menjadi Presiden RI dengan landslide victory. Kalau begitu, apa masalahnya dengan Jokowi? Bukankah treshold 20% ini digunakan dalam semua Pemilu sejak 2009? Masalahnya: pemilu Indonesia sampai 2014 dilaksanakan terpisah dalam dua tingkat. Pemilihan anggota legislatif lebih dulu. Baru meningkat ke pemilihan presiden. Dicari dulu partai mana saja yang memenuhi syarat untuk mengusung calon Presiden. Baru kemudian pemilihan Presiden dilaksanakan. Itu berbeda dengan pemilu 2019. Mahkamah Konstitusi dalam kurun waktu ini sudah menetapkan bahwa pemilihan anggota legislatif harus dilaksanakan serentak dengan pemilihan presiden. Dalam keadaan baru ini, Presidential Treshold dalam pemilu 2019 sebenarnya mustahil diteruskan. Bagaimana caranya mendapatkan partai yang berhak mengusung calon presiden, bila pemilihan anggota legislatif dilaksanakan pada waktu yang sama dengan pemilihan presiden? Tapi presiden Jokowi dan partai anggota koalisinya punya akal untuk memanipulasi kemustahilan itu. Gunakan ulang saja hasil pemilu 2014! Dengan begitu, PDIP sudah pasti memenuhi syarat untuk mengusung calon presiden. Perolehan Banteng moncong putih ini di pemilu 2014 adalah 18%. Tinggal cari satu lagi saja partai untuk diajak berkoalisi, maka presidential treshold 20% bukan masalah. Tak pelak, Presidential Treshold yang dipaksakan ini memaksa partai-partai menengah dan kecil berkerumun di sekitar PDIP atau Partai Gerindra. Dua partai dengan perolehan kursi DPR terbanyak dalam Pemilu 2014. Hampir tak ada kemungkinan bagi koalisi lain yang mencukupi di luar dengan PDIP dan Gerindra. Pada kenyataannya, begitulah cara Jokowi kembali menghadapi Prabowo dalam pemilu 2019. Dua kali pemilu, dua calon presiden saja, tetap Jokowi melawan Prabowo. Seolah Indonesia, bangsa yang besar ini, kekurangan stok pemimpin. Politik Penyingkiran Tapi dalam pemilu 2019, Jokowi bukan lagi "orang biasa". Ia adalah Presiden yang sudah berkuasa selama 5 tahun: ia kini sudah memiliki "historical baggage". Di antaranya: Indonesia yang sebelumnya dijuluki "a vibrant and healthy democracy", di bawah kekuasaannya kini dinilai mengalami "democratic regression". Begitu kalangan akademisi menyebut. Sebagian dari mereka menilai Indonesia di bawah Jokowi menerapkan "illiberal democracy", yaitu demokrasi yang ditandai hanya oleh adanya pemilu, namun minus perlindungan hak-hak sipil. Masalah lain: Hampir seluruh janjinya di masa kampanye pemilihan presiden 2014 belum dipenuhi. Menyediakan listrik 35 ribu MW dalam 5 tahun, misalnya. Kini, 7 tahun berlalu sejak kebijakan itu dicanangkan, pembangkit listrik yang beroperasi baru sekitar 20%. Hutang luar negeri terus meroket sejak periode pertama Jokowi. Dalam kurang lebih enam tahun, Jokowi membuat utang baru sekitar Rp 4000 Triliun. Padahal sebelumnya ia mencibir utang luar negeri dan menyatakan akan menyetopnya. Hal-hal itu sebenarnya sudah cukup untuk menyoal kompetensinya sebagai pemimpin. Namun suara suara kritis yang mulai muncul saat itu masih sangat lirih. Pada pemilu 2019, Jokowi kembali memenangi pemilu sebagai "orang baik": ia menjadi antitesa dari Prabowo yang memanfaatkan kengerian politik identitas. Namun setelah ia memenangi pemilu, bahkan setelah menarik Prabowo ke dalam kabinetnya, ketegangan dan keterbelahan politik tidak ia akhiri. "Kadrun", "Taliban", "Islam radikal", katagori politik yang dulu mengantarkan kemenangannya dalam pemilu, terus membelah masyarakat hingga kini, hampir seperti suatu histeria. Ketika Jokowi dikritik melemahkan KPK dan membahayakan pemberantasan korupsi, kawanan pendengung Jokowi menuduh KPK diisi dan dikendalikan oleh "Taliban". Namun seorang penyidik yang disingkirkan dari KPK membantah telak tudingan itu. "Saya Saliban", katanya. Saya kristen". Penyidik lain juga membantah: "Bila tuduhan Taliban itu benar, mana bisa saya bekerja di KPK?" Ia beragama Budha dan dilahirkan dari keluarga Tionghoa. Ketika enam warga sipil ditembak mati oleh polisi, Jokowi hampir seperti mengamini. Kata Jokowi, "Masyarakat tidak boleh bertindak semena-mena dan melakukan perbuatan melanggar hukum yang merugikan masyarakat, apalagi bila perbuatannya sampai membahayakan bangsa dan negara". Jokowi juga mengingatkan bahwa "aparat dilindungi oleh hukum" dan mengimbau agar mereka "tak gentar sedikitpun dalam menegakkan keadilan". Padahal ini adalah kasus extra-judicial killing. Padahal ini adalah kasus death on custody. Namun soal genting ini seolah dengan sengaja diabaikan. "Kadrun": begitu kata kawanan pendengung Jokowi tentang enam anak muda anggota FPI tersebut. Dalam kasus lain, Jokowi mengeluarkan Perppu untuk mengubah dan mengganti UU Ormas. Dengan itu, kekuasaan eksekutif bisa membatalkan hak atas kebebasan berserikat, hak konstitusional semua warga negara, hanya dengan selembar surat keputusan menteri. Tak perlu lagi pengadilan. Ini mengulang langgam otoritarianisme Orde Baru. Padahal adalah gerakan reformasi yang mengembalikan kewenangan itu ke tangan hakim. Tapi lagi-lagi, hal genting ini diacuhkan karena organisasi yang dibubarkan adalah HTI. "Organisasi Islam radikal". Bagaimanapun, politik tangan besi Jokowi pada FPI dan HTI mungkin saja berhasil menguatkan profil politik yang dikehendakinya di mata penduduk minoritas, yakni sebagai pembela Pancasila, NKRI dan kemajemukan. Namun pada kasus KPK, jelas sekali semua itu sebenarnya mantra dalam politics of exclusion. Cara untuk menyingkirkan para penyidik yang jujur dan berani, setelah Undang-undang KPK direvisi untuk membuatnya kehilangan independensi. Ini, pembaca yang budiman, sama sekali tidak berhubungan dengan perlindungan kemajemukan. "Taliban", "Kadrun", "Islam radikal", kelihatannya akan terus bergema sepanjang kekuasaan Jokowi. Mantra politik ini berguna untuk menyingkirkan lawan-lawan politik -- atau untuk melindungi Jokowi dari sorotan kritis terhadap kompetensinya? Pandemi Pandemi yang dua tahun lalu datang mengepung Indonesia adalah malapetaka yang sama sekali tidak terduga. Virus Covid-19 terus bermutasi, makin cepat menyebar, merampas makin banyak nyawa, dan secara efektif mendakwa kompetensi Jokowi beserta pemerintahannya. Kali ini, kawanan pendengung Jokowi mati gaya. Sebab virus tak bisa dituduh "Kadrun", "Taliban" atau "Islam radikal". Jokowi mestinya sadar bahwa penanganan pandemi harus menjadi prioritas. Pertama dan terutama untuk menyelamatkan nyawa warga negara. Namun ketika pandemi baru tiba, Jokowi justru cenderung lebih berusaha menyelamatkan ekonomi. Seperti Trump di AS, Jokowi pun awalnya mengentengkan serangan Virus Covid-19 ini. Alih alih menerapkan karantina wilayah, Jokowi membuat kebijakan PSBB, PSBB transisi, PSBB ketat, Pembatasan Sosial Berskala Mikro atau Kecil (PSBM/PSBK), Pembatasan Sosial Kampung Siaga (PSKS) dan kini PPKM Darurat. Itu semua adalah kebijakan ompong yang mewakili kebimbangan Jokowi untuk mendahulukan keselamatan warga negara dari ekonomi. Apakah itu karena negara tak punya uang? Apakah muasal penolakan Jokowi pada karantina wilayah (lockdown) adalah karena menurut perintah Undang-Undang ia harus menaruh nasi ke piring rakyatnya selama dikunci di rumah? Belum tentu, sebab Jokowi dalam APBN 2021 justru menambah anggaran pembangunan infrastruktur menjadi Rp 417, 8 triliun -- naik sekitar 48% dari Rp 281,1 triliun di tahun 2020. Sementara anggaran bagi kesehatan dan sosial justru diturunkan secara drastis. Pembangunan infrastruktur: inikah penyebab Jokowi bimbang mendahulukan keselamatan rakyatnya? Atau mungkin ia berpikir, prioritas menangani pandemi akan merontokkan ekonomi, lalu meruntuhkan pemerintahannya? Apapun, sekarang keadaan sudah kasip. Semua orang marah, frustrasi dan putus asa. Serangan virus ini tak pilih bulu. Makin ke sini, makin jelas bahwa "orang baik" ini inkompeten. Bukti di depan mata. Fasilitas kesehatan kolaps. Tenaga kesehatan ratusan tewas, selebihnya sangat kelelahan. Makin banyak warga mati karena tak mendapat pertolongan. Rumah sakit dimana mana penuh. Fasilitas dan layanan ICU sangat terbatas. Tabung oksigen langka. Orang mati di jalan atau di kendaraan saat mencari Rumah Sakit. Atau di rumah saat keluarganya berada dalam antrian panjang untuk membeli tabung oksigen yang terbatas. Dan jumlahnya akan terus bertambah. Ini bukan takdir Tuhan. Ini kegagalan manajemen. Ini kekeliruan kebijakan. Mungkin jumlah warga terpapar bisa dibatasi oleh kebijakan PPKM darurat. Tapi faskes yang terlanjur kolaps sudah pasti akan membuat jumlah warga yang tewas terus meningkat dalam beberapa pekan ke depan. Dan seruan yang dulu lirih itu, bahwa Jokowi tidak mampu, mungkin akan jadi pekik teriak di jalanan.
from Konten Islam https://ift.tt/3xzYQ2K via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/07/sebab-virus-tak-bisa-dituduh-kadrun.html
0 notes
Text
Tegami
‘Jika ditanya mengapa aku tidak takut kepada hujung senapang atau sepak terajang si anjing penguasa, katakan kepada dunia, aku lebih takut kepada pena yang menulis. Kerana setiap tinta yang kering pada lembaran, kau tidak akan mampu memadamnya’
“Lily,”
Gadis bernama Lily menutup buku usang berkulit lembu lalu disorokkan ke dalam laci.
“Ya, puan,” Lily bangkit daripada kerusi, bersedia menerima arahan daripada ketua unit yang sedang menghampirinya dengan fail ditangan. Puan Turis, seorang jurulatih intern yang memiliki seniority menghulurkan fail hijau kearahnya.
“Tugasan kamu yang baharu. Kalau ada yang kurang jelas, kamu boleh tanya saya atau tanya Encik Fahmi. Untuk tugasan kali ini, kamu saya letakkan dibawah Encik Fahmi,” ujar Puan Turis jelas dalam satu nafas. Lily tidak membantah, dia mengangguk sahaja.
Apabila Puan Turis hilang daripada pandangan, Lily kembali melabuhkan punggungnya. Fail hijau yang diterimanya tadi dibuka. Terselit beberapa artikel, gambar dan pengakuan bertulis yang dicetak kemas dalam lembaran. Lily menyelak helaian terakhir. Matanya mencari ayat terakhir pada muka surat terakhir.
‘Operasi Tulip, tamat dengan kematian 7 orang, ditangkap dan dipenjara 26 orang, manakala ribuan dipercayai hilang disempadan’
Lily memejamkan matanya seketika sebelum menarik keluar buku usang berupa diari daripada laci mejanya. Tulisan yang terukir diatas kulit buku diusap dengan jari-jemari halusnya. Lily memandang fail dan buku ditangannya silih berganti. Kedua-duanya memiliki mukaddimah yang sama, mungkin perakhiran yang berbeza. Kerana sejarah sentiasa ditulis oleh orang yang menang, orang yang kalah juga berhak untuk menceritakan sejarah. Dimata dunia, mungkin dia kalah secara zahirnya, tetapi dimata jiwa merdeka, kemenangan tidak semestinya berakhir dengan memiliki tampuk kuasa.
Tanpa berfikir panjang, Lily menyumbat fail dan diari ke dalam beg sandang. Dia perlu segera mencari Encik Fahmi, wartawan senior yang berada di aras 19.
…..
Langit cerah, sedikit berawan. Tidak terlalu panas, namun tidak pula sejuk. Suhu di Tanah berdaulat ini sama sahaja sepanjang tahun. Terkadang panas, terkadang hujan. Sekejap kemarau, sekejap bah besar pula. Itulah alam, sunatullah yang sukar diduga. Dibawah langit Tuhan, aku dipertemukan dengan susuk tubuh kurus melidi seorang pengkritik. Orangnya tinggi sederhana, berpakaian sederhana namun memancarkan sinar yang luar biasa. Aku tidak pernah bertemu dengan anak muda yang sebegini semangatnya. Daripada kulit sawo matangnya yang kelihatan gelap dibakar mentari, aku dapat lihat ada satu gelora yang membara dalam jiwanya. Matanya redup memandang dinding kosong, namun alisnya tidak dapat menangkis tafsiran aku bahawa dia seorang orang muda yang sudah terbiasa dipijak oleh penguasa. Maka, perbualan kami bermula.
“Siapa nama engkau?”
“Boleh panggil aku apa sahaja, kecuali namaku yang asli,” katanya.
“Selalunya engkau dipanggil apa?”
“Wisteria”
Nama samarannya aneh sekali. Namun aku simpan dalam hati.
“Atas alasan apa kau berada disini?” Pada pendapat aku, orang muda seperti dia tidak seharusnya berada disebalik jerigi besi. Orang muda sepertinya layak duduk diatas kerusi empuk, di dalam bilik berhawa dingin dengan permandangan yang indah daripada bangunan menunjah langit. Yang penting, bukan disini, diatas lantai simen yang lapisi cebisan kain-kain buruk dan usang.
“Mungkin alasan yang sama dengan bapa,” jawabnya dengan merendahkan suaranya. Dia memanggilku bapa, tanda orang muda sopan berbahasa.
“Kau orang muda bijak, masih kuat menampung tulang belakangmu, masakan memiliki alasan yang sama dengan aku? Aku hanya orang tua bodoh yang letih melihat si penguasa yang lupa kepada Yang Maha Kuasa,” aku sengaja ingin melihat reaksinya.
“Tua atau muda, itu hanyalah nombor yang tiada makna. Orang muda seperti aku juga tahu apa itu letih, apa itu kecewa, apa itu lelah dan apa itu siksa. Jika hanya orang tua sahaja yang memahami kerakusan manusia, lalu orang muda seperti aku ini harus berasa apa? Syukur?”
Mataku tidak salah menafsir manusia. Jelas sekali, si pemuda bernama Wisteria ini memiliki idealogi yang berbeza dengan manusia yang sebaya dengannya. Barangkali dunia disebalik tembok batu ini telah berubah. Barangkali, ada cahaya dihujung terowong, ada si pahlawan gagah yang lantang bersuara, meningkah apa yang salah, menyorong apa yang betul.
“Anak muda, ceritakan pada aku, apa yang sedang berlaku di luar sana. Aku sudah berbelas tahun tidak melihat lautan, mahupun gunung ganang. Ceritakan pada aku, apakah manusia masih kekal manusia atau hanya tinggal manusia pada nama. Ceritakan kepada aku, Wisteria, mengapa kau memilih jalan yang sama dengan aku sedangkan aku sudah memerdekakan tanah berdaulat ini berpuluh tahun lamanya,” Aku teringin benar mendengar cerita baharu. Agar nanti, dapat aku tulis dalam lembaran untuk tatapan generasi akan datang.
Telah luput satu generasi, diganti satu generasi.
Diari usang terlepas daripada tangan. Lily tersentak daripada lena yang memanggilnya barang seketika. Cepat-cepat dia mengutip kembali catatan berharga itu lalu diletakkan ke atas riba. Kereta api daripada selatan tanah air meluncur laju membelah semak dan belukar.
“Mimpi tidak enak?”
Lily menggeleng. Encik Fahmi sekadar mengangkat kening sebelahnya lalu menyambung pembacaannya.
“Kalau kamu mengantuk, baliklah ke tempat kamu. Saya mahu menghabiskan kopi terlebih dahulu,” ujar Encik Fahmi. Diluar, sudah hitam pekat. Tiada apa yang boleh diperhatikan melainkan sesekali terdapat cahaya apabila gerabak melalui kampung-kampung dan perhentian.
“Saya hanya terlelap sekejap. Lagipun, saya belum habis baca fail ini,” Lily menyelak fail hijau tugasannya. Kantin keretapi masih beroperasi meski sudah larut malam. Hanya tinggal beberapa penumpang sahaja yang masih berada di gerabak ini, berbual kosong atau melayari internet menggunakan telefon pintar.
“Saya rasa kalau kamu baca 10 kali pun, 10 kali juga kamu baca perkara yang sama,” Encik Fahmi mengangkat cawan kopinya rapat dengan bibir. Dihirup sedikit kopi pahit tanpa gula yang menjadi keghairahan umat manusia pada sebutir kopi yang dipanggang sehingga hangit.
“Encik Fahmi benar. Membaca bahan bacaan yang sama, akan mendapat input yang sama. Tetapi membaca bahan bacaan yang sama berulang kali, berkemungkinan menghasilkan output yang berbeza. Contohnya ini,” Lily meletakkan fail ke atas meja, diunjurkan sedikit berdekatan Encik Fahmi. Dua artikel berlainan tajuk yang membawa naratif yang sama diletakkan disebelah-sebelah.
“Artikel kanan ini ditulis oleh Tuah Daily, bertarikh 7 Ogos. Tuah Daily melaporkan terdapat satu konspirasi untuk menjatuhkan pemerintah sehari sebelum Ops Tulip dijalankan secara besar-besaran. Cuba Encik Fahmi baca yang kiri pula. Tulisan Jing Ling daripada TaiYang News bertarikh 13 Jun. Artikel bahasa mandarin yang asal bertulis gerakan haluan baharu telah merancang rancangan mereka setahun kebelakang. Namun dalam translation, tidak dinyatakan tahun. Ini jurang masa yang sangat berbeza,” Lily membulatkan beberapa perkataan dengan pensel warna berwarna merah.
“Kamu boleh membaca tulisan mandarin?” Berkerut dahi Encik Fahmi, langsung meletakkan cawannya kembali.
“Ya. Saya tidak faham mengapa ada salah dalam terjemahan artikel yang dikeluarkan TaiYang News. Lagipun, agak mustahil untuk kerajaan tidak tahu apa yang dilaporkan oleh wartawan TaiYang. Masakan tiada seorang pun sedar?” Lily tenggelam dalam kecelaruan informasi.
“Lily, apa yang kamu tahu dan apa yang kamu faham tentang Operasi Tulip?”
Operasi Tulip. Satu operasi yang dijalankan pihak berkuasa untuk membunuh suara para pemberontak yang menggugat keamanan negara. Mengikut sejarah yang tertulis di muzium negara, ketegangan dalam masyarakat berlaku apabila wujudnya satu kumpulan kecil yang menyuarakan suara mereka terhadap layanan dua darjat antara rakyat biasa dan golongan bangsawan. Ketegangan memuncak apabila aktivitis-aktivis suara baharu ini turun ke jalan, membanjiri media sosial dengan kritikan-kritikan terhadap sistem pada masa itu. Sepanjang setahun ketegangan politik, ada beberapa siri tangkapan dan pemberontakkan sehinggalah berakhir dengan kematian dan penangkapan seperti mana yang dilaporkan oleh media massa. Operasi Tulip tamat dengan kemenangan oleh penguasa kerana berjaya mematahkan suara pemberontak. Itu apa yang tertulis dalam arkib negara. Namun, Lily mempunyai pandangan yang berbeza.
“Bunga tulip mempunyai maksud yang berbeza bergantung pada warnanya. Ada yang membawa mesej harapan atau kuasa. Dan ada juga yang membawa mesej hormat dan nobility atau royalty. Walapun dalam kebanyakkan media massa melaporkan Operasi Tulip dalam usaha menyelamatkan negara daripada pemberontakan, saya melihat operasi yang berlaku 20 tahun lalu lebih kepada penekanan orang atasan dalam memastikan rakyat sentiasa menjadi ‘yes men’, tunduk patuh tanpa perlu berfikir menggunakan akal yang sejahtera,” sebagai seorang wartawan yang masih hijau dalam dunia kewartawanan, Lily sudah berani menyatakan pendapatnya.
“Satu analisa yang baik. Bagaimana pula jika saya katakan Operasi Tulip merupakan smoke screen yang membawa kepada peralihan kuasa, dan akhirnya menguntungkan para rebel kerana matlamat mereka tercapai;iaitu penukaran sistem pemerintahan. Lihat sekarang, negara kita sudah semakin aman. Bukankah operasi itu dikira gagal kerana hasilnya suara rakyat diangkat menjadi mandat?” Encik Fahmi mengemuka teorinya dari sudut pandang yang berbeza.
“Jika teori Encik Fahmi benar, mengapa tidak banyak perubahan yang berlaku selepas 20 tahun? Rakyat kita masih ditakuk lama. Berfikiran jauh terkebelakang, langsung terpesong daripada gagasan negara maju yang digembar gemburkan di kaca televisyen. Tidak lain tidak bukan kerana matinya suara rakyat,” Lily masih beranggapan Operasi Tulip telah menenggelamkan reformasi rakyat. Encik Fahmi tidak menunjukkan sebarang riak muka, sebaliknya dia mengeluarkan telefon pintar miliknya dan diletakkan ke atas meja. Stylus dikeluarkan lantas dia mula menulis sesuatu diatas permukaan licin thermal.
Monarki. Parlimen. Rakyat.
Tiga golongan masyarakat yang membentuk negara berdaulat hari ini ditulis dengan tulisan warna hitam. Pena alam maya bertukar warna kuning.
“Monarki. Negara kita masih meletakkan sistem beraja diatas, sebagai simbol negara. Dalam monarki sendiri terdapat Majlis Raja-raja, adanya sistem undian dan giliran bagi YDPA sebagai ketua negara. Cukup sampai sini dulu,” Encik Fahmi kemudiannya menukar warna pen dengan dakwat merah.
“Kita beralih kepada parlimen. Sistem pemerintahan negara dibahagikan kepada tiga kuasa. Kuasa legislatif, eksekutif dan kehakiman. Selepas merdeka, hasil daripada persetujuan pihak colonal, kita mula mengamalkan sistem demokrasi, didalamnya ada pembangkang dan kerajaan berdasarkan suara majoriti. Jemaah menteri dilantik daripada blok kerajaan untuk menjalankan autonomi kuasa,” Beberapa perkataan ditambah disekeliling parlimen.
“Dan akhir sekali..kita,” Encik Fahmi membulatkan rakyat dengan pena bewarna biru. “Ketiga-tiga golongan besar yang membentuk negera saling memerlukan antara satu sama lain. Rakyat perlukan ketua untuk mengembleng negara. Parlimen memerlukan raja untuk memperkenankan usul, dan raja memerlukan sokongan daripada dua golongan ini untuk kekal relevan. Masing-masing mempunya kelemahan tersendiri. Daripada kelemahan itu, terjadilah eksploitasi merentasi kasta. Yang A memegang tengkung B. B memegang hujung tanduk C, dan akhir sekali C mengawal denyut nadi A. Akhirnya semua pihak perlukan sesuatu untuk kelangsungan hidup, iaitu…,”
“Kuasa,” Lily menyampuk dan diakui dengan anggukan Encik Fahmi. Siapa yang mempunyai kuasa, dia boleh melakukan apa sahaja tidak kira salah atau betul kerana undang-undang boleh digubal oleh tangan-tangan manusia yang tamak haloba. Manusia mudah dibutakan dengan kuasa. Sesiapa yang meletakkan wang sebagai kuasa, maka wang akan menjadi nilai untuk membeli manusia. Sama seperti pangkat dan jawatan. Jika kedua-dua itu diletakkan sebagai penanda aras kuasa, maka kerusi menjadi nilai dalam menyogok manusia.
“Tugasan kamu yang pertama untuk pagi esok, nyatakan kepada saya Operasi Tulip dikira berjaya atau gagal. Saya mahukan jawapan yang solid,” Sejurus Encik Fahmi bangun meninggalkan Lily untuk kembali ke kamar tidurnya. Air kopinya tidak habis diminum. Barangkali sebagai syarat untuk mencelikkan mata yang semakin terkatup.
Lily tidak segera bangun, sebaliknya dia mengangkat diari daripada atas riba, mencari tempat terhenti pembacaannya.
19 tahun 11 hari aku dipenjara. Daripada mataku jelas melihat sehingga kabur, aku tidak ingat lagi mengapa aku disumbat oleh anjing penguasa ke dalam sel. Apa yang aku ingat sewaktu aku digari dan diusung keluar masuk mahkamah sehingga pertuduhan dibaca, aku tidak mampu mengangkat muka, seolah-olah otot yang menyeliputi tulang belulangku telah habis dijarah. Kakiku telah lemah benar untuk berjalan laju. Sekadar bertatih untuk maju. Sewaktu aku masuk ke kandang ini, sebahagian rambut aku masih hitam berkilat, ada sedikit dua tiga helai uban tanda usia dimamah masa. Kini sudah putih semuanya. Aku cuba melelapkan mata, namun perbualan dengan pemuda bernama Wisteria yang singgah sebentar ke sel aku umpama sihir yang membisik diwaktu senja. Berulang-ulang dalam manteranya, sehingga mataku cekang melihat langit-langit kelabu yang penuh dengan sesawang.
“Dunia diluar sana sedang berperang. Jika dahulu askar mengangkat senjata, menjadi tembok kepada sempadan negara daripada serangan luar. Kini tidak lagi. Askar berada dimana-mana, mengawal setiap inci sempadan negeri dan daerah agar tidak ditembusi oleh rakyat jelata,” Wisteria berhenti sejenak.
“Perang? Aneh sekali aku tidak mendengar apa-apa perkhabaran tentang itu,” semenjak tanah ini dimerdekakan, hanya sekali rusuhan meletus di ibu negara, itupun dibawah perancangan teliti golongan elit yang gilakan mandat. Akhirnya yang bercakaran, rakyat jelata. Yang kalah, juga rakyat jelata. Si kepala perancang masih mendabik dada, lena diatas wang ringgit, darah dan kuasa.
“Kami menggelarnya Perang Hantu, perang ke atas wabak yang memusnahkan populasi manusia. Engkau patut bersyukur wahai bapa, kerana adamu disini, dibalik dinding batu ini, bapa terselamat daripada diserang wabak. Barangkali Tuhan hendak memanjangkan umur bapa, menyelamatkan bapa daripada hantu-hantu ghaib yang boleh meragut nyawa. Diluar sana, sudah berjuta manusia menjadi korban. Doktor-doktor, misi-misi, kakitangan kesihatan semuanya terpaksa menjadi ‘askar’. Merekalah askar kami tatkala askar yang asli memenjarakan kami daripada dunia luar,” Dibalik matanya yang redup, aku dapat lihat sekali lagi keresahan gelora dalam jiwa Wisteria.
“Lantas, kesalahan kamu apa? Aku gagal memahaminya,”
“Walaupun aku tahu negara berdepan dengan musuh yang tidak kelihatan dimata, ada satu lagi musuh nyata yang meresahkan rakyat marhaen seperti aku. Iaitu, penguasa,”
“Nah , sekarang aku mahu dengar ini cerita,” Mendengar penguasa, semangat mudaku tiba-tiba merasuk. Lantas, aku asah sikit demi sedikit pensel kayu yang panjangnya hanya beberapa inci. Wisteria menceritakan kepada aku dengan teliti sorotan peristiwa yang akhirnya membawa dia ke dalam sel usang yang dihuni oleh si tua aku hampir dua dekad lamanya.
Lily terjaga sekitar 5 pagi. Tidurnya hanya tidur -tidur ayam sahaja. Mungkin tidak biasa dengan persekitaran, menjadikan tidurnya acap kali terganggu. Lily bangkit daripada gerabak tidurnya dan menuju ke bilik air. Selepas membersihkan diri, dia memasuki ruang surau yang disediakan di gerabak berdekatan. Usai menunaikan tahajud dan subuh, Lily kembali ke ruangnya. Lampu di atas kepala dihidupkan selepas memastikan langsir ditutup kemas, risau kalau-kalau cahaya menganggu lena penumpang lain. Lily membuka fail hijau Operasi Tulip yang dipilih menjadi subjek tugasan. Dalam masa yang sama, dia mengeluarkan tablet, alat elektronik nipis sederhana besar yang berfungsi sebagai komputer riba dengan papan sentuh. Stylus dibawa keluar.
5 wives dan 1 husband ditulis. What, who, why, where, when dan how.
Operasi Tulip.
Mengikut sumber daripada media, sama ada arus perdana atau yang ditulis oleh penganalisa politik, Operasi Tulip tercetus akibat daripada provokasi daripada sebahagian besar golongan rakyat yang dikenali sebagai ‘pemberontak’. Provokasi pertama dilancarkan kepada mantan Menteri Dalam Negeri dengan menaburkan tulip putih di kesemua stesen polis diseluruh negara berikutan kematian seorang lelaki dalam tahanan lokap. Kematian yang tidak terbela dan dikelaskan sebagai kematian yang natural meskipun bertentangan dengan laporan forensik. Rentetan daripada peristiwa itu, rakyat yang digelar pemberontak menghujani setiap balai dengan tulip putih bagi mengingati satu daripada ketidak adilan sistem pada masa itu. Provokasi kedua dicetuskan oleh seorang pelukis grafik yang menyindir golongan bangsawan yang menggunakan pintu belakang untuk mendapatkan bekalan ubat-ubatan tatkala rakyat bergelimpangan dimuka pintu hospital. Istana-istana diseluruh negara dilontarkan dengan tulip ungu bagi melaungkan suara merdeka kepada ketua sang penguasa yang menyumbat pelukis grafik berkenaan ke dalam penjara. Provokasi ketiga yang membawa kepada nama operasi tulip adalah apabila rumah kediaman, pejabat-pejabat ahli parlimen dihadiahkan dengan sejambak tulip hitam. Menurut laporan, sebulan sebelum tulip hitam dijadikan mesej ‘rampasan kuasa’, pemberontak sudah mula turun ke jalanan. Larangan merentas negeri tidak diendahkan lagi oleh rakyat akibat layanan dua darjat antara rakyat marhaen dan juga golongan atasan. Kemuncak kemarahan rakyat apabila nyawa dan ancaman wabak yang sepatutnya dapat dikawal oleh penguasa ternyata gagal meskipun pelbagai formula telah dijalankan. Bagi mengekang kemaraan rakyat, Operasi Tulip dilaksanakan besar-besaran.
Telefon bimbitnya bergetar. Lily berhenti menulis dan mengangkat panggilan itu.
“Saya di kantin. Bentangkan jawapan kamu,”
Lily menyelak langsir, ternyata matahari sudah meninggi diluar sana.
“Baik. Beri saya 5 minit,”
Lily memesan mee goreng dan air teh kosong sahaja, sementara Encik Fahmi sudah hampir selesai sarapanya. Sementara menanti pesanan, Lily membuang pandangan ke luar tingkap. Dia kurang pasti dimana dia berada. Ada masa, yang kelihatan hanyalah hutan-hutan dan batuan kapur. Ada ketika, kawasan lapang tandus yang kering kontang. Sesekali sahaja, terdapat perkampungan-perkampungan kecil dengan bendang yang terbentang. Permandangan yang aneh bagi anak bandar sepertinya.
“Maaf, kita dimana?” tanya Lily kepada pelayan kereta api yang menghidangkan sebungkus mee goreng dan air tehnya.
“Hampir tiba diutara. Mungkin dalam sejam setengah lagi,” balas pelayan lelaki muda itu sopan lalu menyambung kerja-kerjanya. Lily membuka bungkusan mee itu dengan cermat. Dengan lafaz bismillah, dia mula menyuap mee goreng bersama sejemput sambal bilis diatasnya.
“Encik Fahmi, kenapa kita tidak lagi menggunakan nama negeri-negeri?”
Soalan Lily menyebabkan Encik Fahmi meletakkan surat khabar Ternama keluaran syarikat penerbitan mereka ke sisi riba. Sempat Lily melihat tarikh pada akhbar berkenaan. Surat khabar semalam.
“Tidakkah kamu belajar sejarah disekolah?”
Lily tidak mengangguk dan tidak juga menggeleng. Fokusnya terbahagi dua. Satu pada pinggan makanan, satu lagi kepada supervisor.
“Saya bukanlah seseorang yang yakin seratus peratus apa yang ditulis dalam buku sejarah. Lagipun, sejak peralihan zaman IT, saya dapati banyak percanggahan fakta yang tertulis dalam buku dan bukti-bukti yang terdapat dalam internet. Meskipun saya kira kerajaan sudah cuba sedaya upaya untuk menyembunyikan cerita yang tidak enak, atau yang bertentangan dengan pandangan mereka, apa yang ditulis di internet akan kekal di internet. Selama mana, ada yang menyimpan dan berkongsi, selagi itu informasi tidak akan dipadam,”
“Satu pemerhatian yang baik. Cumanya suka untuk saya ingatkan, sebagai wartawan kamu kena pandai menapis info. Tidak semua yang tertulis itu benar dan tidak semestinya yang tidak tertulis itu salah. Tugas kita, bagaimana hendak menyampaikan informasi berdasarkan fakta-fakta yang kita gali. Apa pegangan kita? Apa paksi dan solusi kita. Cuba ingat itu,” Encik Fahmi memberikan nasihat dalam pada cuba mengingatkan Lily bahawa tidak semua berita adalah benar.
“Baik. Saya akan ingat pesanan itu,” lantas Lily tidak bersuara lagi sehinggalah dia melicinkan pinggannya. Apabila selesai, Lily membuka tablet, menayangkan kepada senior apa yang di tulis sejak subuh tadi.
“Ini…,” Encik Fahmi membulatkan satu perkataan dengan dakwat berwarna ungu. Lily tidak cepat melatah. Sebaliknya dia menarik nafas dalam-dalam sebelum membuka mulut.
Aku masih meletakkan langit-langit sel ku sebagai renungan. Seperti ada lukisan diatas sana yang terpancar daripada pemikiran tua aku, dizahirkan dalam bayang-bayangan. Sejenak, aku bangunkan badanku lantas aku sandarkan pada dinding. Buku catatan warna coklat pemberian kenalan aku sewaktu tahun kesepuluh aku dipenjara aku keluarkan daripada bawah tilam nipis yang tinggal 2 inchi tebalnya. Kini sudah sedekad lamanya, tiada pula dia mengirimkan berita. Mungkin benar kata Wisteria. Diluar tembok, kemanusian dan manusianya sedang dilenyapkan daripada bumi. Mungkin benar Tuhan telah murka meskipun aku selalu ingat bahawasanya Tuhan Yang Satu itu Tuhan Yang Maha Pengampun. Maka aku doa agar diampunkan dosa kenalan aku supaya dia terselamat daripada perang diluar sana.
Aku membuka lembaran yang berjaya aku siapkan dihadapan Wisteria. Satu halaman yang terdapat tulisan tangannya. Abjadnya seperti tulisan Cina, tidak dapat pula aku membacanya. Kata Wisteria,
“Aku dapat rasa bapa merupakan orang yang terakhir yang aku jumpa. Maka aku mahu bapa sebarkan perkara ini dalam penjara. Biar seluruh rakyat tahu, meskipun dibalik tembok, berita-berita akan tetap sampai kepada semua. Aku seorang realist, seorang yang tidak senang menutup mata diatas kebejatan penguasa. Maka, aku memilih untuk menjadi seseorang yang membawa suara-suara rakyat ke atas. Organisasi kami sulit dan sukar dijejaki kerana kami tidak punya kepala, kamilah kepalanya, kamilah penggeraknya. Setiap apa yang aku lakukan, akulah model dan akulah sasaran kepada penguasa. Apabila matinya aku kelak, hilangnya aku dari bumi, akan bangkit dua tiga Wisteria yang baru. Aku doakan agar umur bapa panjang, agar bapa dalam lihat dunia yang lebih tenang dan aman diluar sana”
Semasa aku muda, setelah negara ini dimerdekakan, aku tidak lagi rasa hidupku dihujung tanduk, terkadang melambung, terkadang tergelecah. Aku kira hidup aku sudah cukup hidup dengan bebasnya negara daripada belengku kuku besi yang meragut ribuan nyawa dan harta benda. Semangat mudaku yang telah berasa enak dengan kehidupan semasa menghanyutkan aku daripada perjuangan. Aku mula melihat hidup sebagai satu nikmat yang harus dinikmati, aku ingin hidup bukan sekadar hidup. aku ingin menjadi salah seorang manusia yang tahu nikmatnya satu kebebasan. Kerana naluri manusiaku yang tidak terusik, aku semakin lupa bahawasanya, apabila jatuh satu kejahatan, datang pula satu kejahatan. Itu kitaran kehidupan dunia. Engkau tidak akan selamanya senang. Akan datang ketika, kebatilan diangkat tinggi dan kemudiannya dilenyapkan yang nanti akan tumbuh pula pada kitaran seterusnya. Itulah alam. Itulah dunia. Dan orang yang mengingatkan aku pada usia lanjut ini adalah Wisteria, seorang pemuda misteri yang membayar masa hadapan dengan nyawanya.
“Tegami, satu organisasi IT yang bertanggungjawab melancarkan perang saraf daripada pelbagai sudut. Di dalamnya terdapat penggodam-penggodam bertaraf antabangsa. Tegami merupakan satu perkataan dalam bahasa Jepun yang bermaksud ‘surat’. Tulisan kanji ‘Te’,iaitu tangan dan ‘gami’ atau ‘kami’ bermaksud kertas. Apabila digabungkan, membawa naratif surat. ‘Kami’ juga boleh membawa maksud ‘Tuhan’. Simbol surat adalah simbol universal untuk mesej. Cuba Encik Fahmi lihat ini,” Lily menukar skrin papan elektroniknya kepada gambar-gambar yang masih bersisa di archive. Ada gambar rusuhan, ada juga bangunan-bangunan kerajaan yang diconteng dengan simbol surat. Hatta, tegami juga membanjiri gambar peribadi yang belum diturunkan daripada sosial media.
“Mana kamu dapat info mengenai Tegami?” Terselit rasa kagum dalam diri Encik Fahmi kerana tiada laporan berkenaan Tegami dimasukkan dalam fail hijau diatas meja kerana perkataan itu merupakan satu perkataan yang pernah diharamkan suatu masa dulu. Kini, rakyat tidak lagi menyebutnya. Bermakna, Lily telah melakukan kajian kendiri yang merupakan kunci jawapan kepada Operasi Tulip.
“Itu saya akan jelaskan nanti,” Lily mengalihkan perhatian seniornya dengan membentangkan pula timeline Operasi Tulip yang dijalankan selama dua tahun. Kali ini, dia hanya mengutarakan semula apa yang tercatat dalam info grafik yang lebih mudah.
“Bagi menjawab persoalan Encik Fahmi, ada tiga fakta yang ingin saya fokuskan. Pertama, Operasi Tulip adalah tindak balas penguasa kepada rakyat. Kedua, Tegami adalah mesej rakyat kepada rakyat untuk sama-sama bangkit menentang penguasa. Ketiga dan bakal menjawab tugasan kali ini, Wisteria,” Lily meletakkan nokhtah kepada point terakhirnya dengan membulatkan gambar biru ungu bunga wisteria di skrin papan sentuh.
“Wisteria?” Berkerut dahi Encik Fahmi mendengarnya.
“Wisteria merupakan satu pohon menjalar yang memiliki gugusan bunga bewarna ungu. Seperti tulip, wisteria mengandungi banyak maksud. Antaranya adalah immortality, support, and resilient. Keabadian, sokongan dan berdaya tahan. Ada sesetengah kepercayaan menggunakan wisteria untuk menyinkir demon atau syaitan. Dalam konteks perbincangan kita, jika Tegami adalah jalan, dan Operasi Tulip adalah kesan. Wisteria adalah penyebabnya,” lancar Lily mengemukan fakta terbaharu. Seketika, dia meneguk teh susunya yang telah suam.
Encik Fahmi membetulkan letak duduk punggungnya. Ada ketika, dia menoleh ke kanan, memerhatikan suasana dalam kabin yang menempatkan kantin. Ada masa, dia membuang pandangan ke luar, kearah dataran kontang yang tidak berpenghuni. Setelah hampir 2 minit mengunci bicaranya, Encik Fahmi memadamkan tablet milik Lily. Kemudiannya, dia memandang tepat anak mata Lily.
“Lily, kamu tahu kenapa Puan Turis memilih tajuk ini untuk tugasan kamu?”
Lily tidak menggeleng, malah tidak juga mengangguk.
“Kamu tahu mengapa kita menuju ke utara?” tanya Encik Fahmi lagi.
Sekali lagi Lily mendiamkan diri. Dia tidak bertanya apa-apa sewaktu Encik Fahmi mencadangkan untuk mereka berdua mendapatkan maklumat daripada wilayah Utara awal pagi semalam. Lily sedia maklum, terdapat sebuah penjara di Utara yang menempatkan tahanan 20 tahun lalu berkaitan Operasi Tulip. Lily juga tahu sebahagian besar wilayah Utara masih terdapat saki-baki ‘pemberontak’ yang hidup dalam kerahsiaan. Mereka merahsiakan identiti daripada dunia luar dan menjalani kehidupan sebagai orang biasa.
Melihat tiada respon daripada Lily, Encik Fahmi mengeluarkan telefon bimbit model separuh abad ke belakang. Amatlah janggal bagi Lily melihat alat dianggap kuno itu sehingga berkerut dahinya. Encik Fahmi meletakkan telefon bimbit itu keatas meja. Lily membaca dengan memperlahankan suaranya.
“Artis ternama gayat sewaktu melakonkan babak ngeri dalam filem Miliki Dia. Jadi?” Lily bertanya.
“Kod. Saya akan beritahu kamu apa maksud disebalik ayat ini sekiranya kamu kongsi dengan saya, dari mana kamu perolehi infomasi berkaitan Tegami dan Wisteria,” Encik Fahmi mahukan info daripada Lily dengn cara diplomasi. Lily tidak segera membalas, sebaliknya menyandarkan batang tubuhnya ke dinding gerabak.
“Mengapa Encik Fahmi beria benar untuk tahu sumber saya?” Lily tidak berniat untuk berasa sangsi dengan senior yang sudah bergelumang dalam dunia kewartawan puluhan tahun, namun hati kecilnya berasa kurang yakin untuk berkongsi.
“Kerana saya mendapat arahan untuk menyelamatkan kamu ke Utara dan saya berhak untuk tahu kenapa,” Kenyataan Encik Fahmi membuatkan Lily terpana seketika.
“Maksud?”
Encik Fahmi membuka surat khabar yang dibacanya tadi, terus pada berita bahagian sensasi yang menceritakan berkaitan filem Miliki Dia.
“Mesej yang saya terima pada jam 23:10 kelmarin. Dua; Ternama, Tiga; gayat, dan 10;miliki. Suku kata yang pertama daripada ketiga-tiga perkataan ini ialah Te, Ga dan Mi. Tegami,” lancar Encik Fahmi memecahkah kodnya.
“Dan ini pula mesejnya dalam surat khabar bertarikh semalam. Dia. Pejabat. Serang. Lily. Kunci. Selamat. Utara. Apabila saya susun dalam ayat yang cantik. Ianya berbunyi begini. Pejabat akan diserang. Selamatkan Lily ke Utara. Dia ada kuncinya. Nah, saya telah menjawab pertanyaan kamu. Dan sekarang, nyatakan kepada saya, apa yang ada tangan kamu,”
Lily memeriksa sekali lalu, pecahan kod rahsia sebelum membuka mulutnya.
“Encik Fahmi tahu apa yang ada ditangan saya. Encik Fahmi juga tahu Ops Tulip belum berjaya dan belum gagal. Kita semua tahu, penguasa yang naik hari ini adalah salinan penguasa yang sama 20 tahun lalu. Dan apa yang ada dalam tangan saya kini merupakan anak kunci kepada kebangkitan yang baru,”
“Lily.. sa..,”
Belum selesai ayat Encik Fahmi, gerabak keretapi berhenti secara mengejut. Jeritan kedengaran diseluruh gerabak. Cawan-cawan dan pinggan kaca bertaburan diseluruh kantin, akibat kekuatan tolakan daya inersia. Fail dan tablet Lily sama mencium lantai kereta api. Hampir sahaja tubuh kecil Lily melambung ke hadapan. Mujur dia sempat berpaut pada rail sehingga gerabak itu berhenti sepenuhnya.
“Kamu tak apa-apa?” Encik Fahmi bertanya.
“Tidak,”
‘Minta perhatian tuan-tuan dan puan-puan, ini adalah..’ Pengumuman mengejut daripada kapten tidak meletakkan minat Lily disitu. Segera dia mengutip kembali alatan berita daripada lantai sementara Encik Fahmi bertanya kepada seorang petugas.
“Apa yang berlaku?”
“Pihak kami belum mendapatkan kepastian. Saya meminta tuan dan puan untuk kembali ke tempat masing-masing,” Petugas itu kemudiannya memberitahu perkara yang sama kepada penumpang-penumpang yang berada di kantin.
Sebaik sahaja Lily bangkit daripada mengutip tablet, fail dan akhbar, matanya disilaukan dengan panahan cahaya daripada luar tingkap. Dia mencari-cari arah punca sehinggalah matanya menangkap susuk tubuh seseorang dari atas bangunan. Anak matanya dikecilkan.
Sementara, Encik Fahmi memeriksa telefon bimbit lamanya apabila ada pesanan ringkas masuk ke dalam peti surat. Dia membaca sekilas lalu mesej sebelum bangun daripada kerusi. Encik Fahmi merentap lengan Lily agar bangun daripada kerusi. Terpinga-pinga Lily seketika.
“Lily, ikut saya,” Encik Fahmi melepaskan hujung lengan baju Lily dan berjalan menjauhi kantin, dia berhenti diantara penyambung gerabak dimana salah satu pintu berada. Beg sandang kecil dibahunya, dijatuhkan.
“Mari sini semua barang kamu,”
Lily menuruti perintah, kesemua fail dan tablet dihulurkan kecuali diari coklat. Dia teragak-agak untuk memberi. Encik Fahmi memahami keengganan Lily, cepat-cepat dia menguntumkan senyum.
“Jangan risau Lily. Saya bersama kamu,” Sekali lagi Encik Fahmi menghulurkan tangannya.
Pengumuman diulang siar sekali lagi meminta agar semua penumpang kembali ke tempat masing-masing.
“Apa yang kita sedang lakukan?” Agak lama Lily berdiam diri, akhirnya dia bertanya juga.
“Lily, segalanya yang kamu tahu akan berubah mulai saat ini. Semuanya. Tentang realiti dunia, tentang Ternama, tentang Tegami, hatta tentang sekecil-kecil perkara. Saya tahu apa yang ada diari itu. Dan saya serahkan kepada kamu untuk menjaganya. Suatu hari nanti, kamu akan faham mengapa. Sekarang, pergi daripada sini. Kita tak punya banyak masa,” Encik Fahmi membuka pintu secara manual. Beg sandangnya dihulurkan kepada Lily.
“Saya hendak ke mana?”
“Sana,” Encik Fahmi menunding jari. Nun jauh disana, dicelah-celah bangunan kelihatan beberapa susuk tubuh bersiap siaga. Encik Fahmi tanpa teragak-agak menolak Lily agar bersegera keluar melalui pintu.
“Encik Fahmi?” Lily masih bingung dengan tindakan seniornya. Dengan langkah berat Lily turun daripada gerabak. Sebaik sahaja kakinya jejak ke tanah, Encik Fahmi menutup pintu lantas menguncinya daripada dalam.
“Encik Fahmi? Encik Fahmi!!!” Lily berusaha membuka pintu pesi yang memisahkan mereka. Jantungnya berdegup kencang, terkejut dengan tindakan Encik Fahmi.
“Pergi! Lily, kamu harapan kami yang baru,” ujar Encik Fahmi tenang. Lily yang masih keliru, ditambah dengan fikiran yang berkecamuk tidak sempat berfikir apabila batang tubuhnya direntap daripada belakang. Mulutnya ditekup agar tidak bersuara. Dia meronta untuk dilepaskan. Saat dirinya diheret menjauhi gerabak, Lily dibiuskan dengan ubat penenang yang dicucuk tepat pada batang lehernya. Rontaan semakin mengendur. Sebelum dia rebah, Lily sempat menangkap bunyi letupan kuat sehinggalah telinga tidak lagi mendengar apa-apa dan dunianya gelap serta-merta.
….
Tiga hari kemudian, Lily kembali ke meja kerjanya di Menara Ternama. Dia datang dengan berbusana kemas rona ungu cair, dipadankan dengan kasut tumit tinggi, satu padanan yang pertama kali dia tampilkan sepanjang bergelar pelatih. Lily mengemas mejanya ala kadar, sehinggalah Puan Turis menegurnya daripada arah belakang.
“Lily?”
Tanpa bersuara, Lily bangun, menundukkan sedikit badannya ke hadapan tanda hormat.
“Mana laporan kamu?” Puan Turis lantas bertanya.
“Saya akan emailkan kepada puan,” Lily mengerling jam ditangan “tepat jam 10:11 nanti,” dia menokhtahkan ayatnya dengan menekankan faktor masa.
“Baik,” Puan Turis menyambut baik cadangan Lily sambil mengeluarkan sesuatu daripada sakut kotnya. Sebuah telefon bimbit lama dihulurkan kepada Lily. Melihat kepada model telefon itu, Lily gagal mengawal air mukanya.
“Encik Fahmi?”
“Baca mesej dalamnya,kamu akan faham nanti,” Sejurus Puan Turis meninggalkan Lily dalam tanda tanya. Lily tanpa berlengah, menekan punat kekunci telefon bimbit ditangannya. Bahagian mesej ditekan, membaca mesej terbaru yang belum dibuka.
Syarikat Te Amo gantung jualan selepas pelancaran Mi Mobile.
Mesej ringkas yang diterima pada 24:08 semalam.
Memahami kod yang disampaikan, Lily mendapatkan akhbar hari ini daripada meja editor. Dia mencari bahagian IT dan teknologi lantas memecahkan kod-kod berita seperti yang pernah diajarkan oleh Encik Fahmi.
“Cari saya ada di Utara. Wisteria”
Lily menarik nafas lega. Barangkali letupan yang didengari kali terakhir sebelum dia bangkit beralaskan katil di apartmentnya bukanlah daripada gerabak yang dia dan Encik Fahmi naiki. Barangkali itu satu helah yang disengajakan bagi ‘melarikan’ Lily dan Encik Fahmi daripada diburu penguasa. Lily mengambil masa 2 hari untuk memproses kembali apa yang berlaku sebelum dia memutuskan untuk turut sama menuntut keadilan menggunakan tag nama wartawan.
Wartawan dimuka hadapan, dibelakang, dia punya nama yang berbeza. Masih juga Lily, tetapi Lily yang berbeza.
Lily, sekuntum bunga yang diperindahkan sebagai tanda kematian dan kelahiran semula. Antara dua peranan, Lily memilih untuk menjadi yang pertama, penghantar isyarat kematian kepada si zalim penguasa!
“Lily!” Suara Puan Turis memanggilnya.
“Ya..saya datang,”
20 May 2021
8 Syawal 1442
9.39pm
0 notes
Text
Jangan selindung di sebalik tragedi Ali Mu’awiyah....
Jangan selindung di sebalik tragedi Ali Mu’awiyah.....
Muhyiddin dan Fayhsal muncul daripada Gerakan Sheraton
Saya menaruh harapan kepada Syed Saddiq Syed Abdul Rahman dan Wan Ahmad Fayhsal Wan Ahmad Kamal serta penggiat-penggiat politik yang seangkatan atau lebih dewasa sedikit daripada mereka. Mungkin ramai tidak setuju dengan saya, tetapi saya terus menaruh harapan kepada watak-watak seperti Nurul Izzah Anwar, Fahmi Fadzil, Hannah Yeoh, Liew Chin Tong, Darell Keiking, Anthony Loke dan Ulya Aqamah Husamudin (Ahli MPT Bersatu) untuk menyebut beberapa orang. Malang sekali, atau mungkin juga di sebaliknya, rahmat, maka berlakulah rampasan kuasa Langkah Sheraton (the Sheraton Move) yang menumbangkan Kerajaan Pakatan Harapan (PH) dan terbongkarlah rahsia sebenar di sebalik dua watak ini. Saddiq memilih untuk menongkah arus kerana berpegang kepada prinsip perjuangan dan menghormati mandat yang diberikan oleh rakyat jelata dalam Pilihan Raya Umum 2018. Dia sudah pun mula ditekan dan diasak oleh pelbagai ‘forces’ tangan hitam di peringkat pusat dan negeri Johor. Fayhsal pula memilih untuk mengambil laluan laju bagi mengisi citi-cita politiknya yang sangat tinggi melalui persekongkolan dengan konspirator Langkah Sheraton. Saddiq menyokong bekas Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad, dalam mesyuarat Majlis Pimpinan Tertinggi (MPT) Bersatu pada 23 Februari dan akhirnya hilang jawatan Menteri. Fayhsal memilih untuk bersama-sama dengan yang menang, dilantik Senator dan menjadi Timbalan Menteri. Sekarang dia sedang mencabar Saddiq untuk jawatan Ketua Armada Bersatu. Dalam percubaan mempertahankan cabarannya terhadap Saddiq agar tidak nampak oportunistik, Fayhsal menulis catatan berikut dalam platform sosial medianya yang berbunyi: “Wait for my nationwide tour to campaign for my Ketua Armada candidacy (sic). I will clear the air. I did not betray Saddiq neither Tun (sic). Our political differences in Bersatu are akin to Saydina Ali vs Mu’awiyyah. Those who called others as TRAITOR is (sic) an extremist like the Khawarij.” (“Tunggu sehingga saya menjelajah negara untuk berkempen bagi jawatan Ketua Armada. Saya akan beri penjelasan. Saya tidak mengkhianati Saddiq atau Tun. Perbezaan politik kita dalam Bersatu adalah umpama Saiyidina Ali melawan Mu’awiyyah. Mereka yang memanggil orang lain PENGKHIANAT adalah pelampau seperti Khawarij.”) Ya, dia memilih untuk menulis prakata kepada manifestonya dalam bahasa Inggeris seperti Muhyiddin Mohd Yassin yang menggulung pembentangan Pakej Rangsangan Ekonominya 27 Mac dalam bahasa Inggeris juga. Dalam penggulungan bahasa Inggeris itu, Muhyiddin antara lain, berkata: “And, this government may not be the government that you vote (sic) for.” (Dan kerajaan ini mungkin bukan kerajaan yang anda pilih.) Adakah Fayhsal dan bos nombor satunya dalam kerajaan dan parti tidak berani membuat pengakuan masing-masing dalam bahasa Melayu kerana bimbang difahami oleh lebih banyak orang?
Fayhsal dan Syed Saddiq
Jawapan saya mudah saja. Tidak ada Saidina Ali, tidak ada Mau’awiyah dan tidak ada Khawarij dalam keputusan MPT Bersatu pada 23 Februari untuk keluar PH! Itu hanya cerita budak cerdik yang belum pandai politik tetapi cuba mengabui mata khalayak dengan cerita-cerita kayangan yang dipelajarinya di kuliah-kuliah universiti yang tidak ada makna dalam tendang terajang politik yang sedang dia dan feksyennya dalam Bersatu sedang mainkan. Saya ada di situ, di Menara Yayasan Selangor, Petaling Jaya, dalam bilik mesyuarat yang amat dingin pada siang hari, 23 Februari lalu, bagi menghadiri mesyuarat tergempar MPT Bersatu. Tidak ada Ali. Tidak ada Mu’awiyah. Tidak ada Khawarij. Yang ada adalah kegilaan kepada kuasa dan pengkhianatan terhadap mandat rakyat jelata dalam PRU 9 Mei 2018. Manteranya adalah, kalau Bersatu tidak keluar PH, ia akan kalah dalam pilihan raya umum akan datang. Untuk itu, kata Muhyiddin dengan disokong kuat oleh para pengikutnya, “kita wajib keluar hari ini juga.” Sorak-sorai, berebut pembesar suara dan menghentak meja menenggelamkan rayuan Dr Mahathir agar beliau tidak ditekan dan dipaksa untuk mengorbankan prinsip dan memungkiri janji. Yang tinggal menyokong beliau boleh dikira dengan jari tangan saja. Sebagai seorang demokrat, Dr Mahathitr secara terbuka mengaku bahawa beliau tidak lagi mempunyai suara terbanyak dalam MPT. Yang beliau minta hanyalah sedikit masa untuk berfikir. Itu pun tidak dihiraukan. Malam itu juga Langkah Sheraton dilaksanakan. Demikianlah buruknya layanan yang mereka berikan kepada orang tua yang memimpin mereka bagi mengalahkan kerajaan kleptokrasi Barisan Nasional dan menaikkan mereka menjadi Menteri, Timbalan Menteri dan pelbagai lantikan lagi. Maaf kalau saya katakan dengan rasa kecewa dan dukacita bahawa Fayhsal kini muncul sebagai simbol kepada hipokrasi, ketamakan kuasa dan pengkhianatan terhadap keunggulan, prinsip dan perjuangan yang melahirkan Bersatu. - A.Kadir Jasin
Lebai penipu kantoi...
Ini bukan nak bangkit isu perkauman .. tetapi isu kemunafikan. Dulu bukan main gedebum gedebang bila PH lantik 2 Cina dlm BOD Khazanah. Tup tup .. bila kerajaan atap Melayu Islam merintah ... terus lantik 3 orang. Para walaunchai pun terus menyorok dalam kerandut masing-masing.
Semasa Pakatan Harapan (PH) memerintah, lebai penipu mengkritik pelantikan perdana menteri sebagai pengerusi Khazanah Nasional Berhad (Khazanah) kononnya mengkhianati prinsip PH yang tidak campur tangan dalam pentadbiran syarikat berkaitan kerajaan (GLC). Tetapi sekarang bila kepala Penyamun Nasional (PNipu), Muhyiddin Yassin dilantik sebagai pengerusi Khazanah semalam, kenapa lebai penipu tak bising malah diam jadi syaitan bisu?
Ternyata lebai penipu cuma penunggang agama menghalalkan apa saja penipuan mereka demi mendapat kuasa tidak kira bermaruah atau tidak.
Pas seolah2 amat prihatin dengan soal integriti, kononnya. Pas melalui Ketua Penerangannya, Nasruddin Tontowi mengkritik kerajaan PH apabila Tun M dilantik sebagai Pengerusi Khazanah.
Kelmarin, kerajaan pintu belakang, MOF mengumumkan PM, Muhyiddin sebagai Pengerusi Khazanah bersama dengan 3 ahli bukan Melayu. Kali ini Pas menutup mulut demi menjaga jawatan menteri beberapa ekor lebai. Itulah Islam cara Pas. Kalau PH memerintah ni mahu 40 Hari 40 Malam kena ratib Cina Dap,Cina DAP...tapi China MCA boleh pulak la... - f/bk
Duta Khas ke Timur Tengah...
Dulu bangkang gila-gila. Hari ini bila ketua depa dilantik duta taraf menteri, pakat puji melambung. Jenis cakap lidah cabang-cabang tapi pakai jubah serban ni memang susah la aku nak hormat! Nak panggil apa dengan puak macam tu?
Siap la Pas ni semua org timur tengah mabuk wei.. dengar jawapang Hadi org tanya lain dia jawab laing.... kartun apa lagi pasni? Menteri Rinaemon ada, Menteri teletubbies, Menteri i swear 3suku.... malu Malaysia wei...
Apa rasionalnya perlantikan Duta Khas bertaraf menteri ke negara timur tengah...?
Kita sedang bergelut mengurus bencana wabak Covid 19 yang memerlukan perbelanjaan yang besar dan dijangka selepas ini kita akan berhadapan dengan krisis ekonomi. Perbelanjaan negara akan bertambah dengan lantikan politik sebegini.
Skala kabinet yang besar sudah memperlihatkan perbelanjaan yang besar. Apakah dengan lantikan sebegini boleh mengurangkan beban kos yang perlu ditanggung oleh kerajaan.
Kita maklum negara timur tengah sedang teruk bergolak.Apakah dengan lantikan ini boleh mengurangkan pergolakan atau mungkin boleh mengheret Malaysia ke kancah pergolakkan mereka??
Di setiap negara dimana Malaysia mempunyai hubungan diplomatik di situ sudah ada konsulat Duta Besar Malaysia. Apa sebenarnya fungsi lantikan jawatan ini??.. Atau sekadar lantikan ini untuk membalas budi ??
Keje duta tapi gaji menteri... Hebat betul manusia yang selama ini gunakan agama dalam semua game politik... Adakah ini sahaja habuan untuk seorang yang bertaraf presiden???... sepatutnya sebagai presiden parti yang menyumbang 18 kerusi bukan dihantar ke luar dari negara... jawatan ni bukan standard untuk seorang presiden parti .. Beliau sedar atau tidak?? Atau mmg suka dipermainkan?? Lantaklah ko aji.... kene game ngan Din,BN dan...semburit....
Arwah Dato' Bakar Daud kena hantar jadi Duta Malaysia di Mesir.. Tan Seri Wan Mokhtar kena hantar jadi Duta Malaysia di Arab Saudi.. Abdul Hadi Awang kena hantar jadi Duta mewakili PM untuk Asia Barat.. Nampaknya sejarah tidak menipu kita.. Pejuang terkenal bertaraf ulamak seperti Abdul Rahman Limbong juga menerima nasib yang sama.. Pernah dibuang negeri lalu dihantar ke Mekah.. Semua berlaku demi kuasa politik.. Sayonara Ayah Chik..! - f/bk
Amaran Presiden Duterte...
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte memberi amaran keras bahawa rakyat negara itu akan ditembak mati sekiranya mengingkari perintah berkurung susulan penularan wabak COVID-19.
“Saya sendiri akan kebumikan anda!” , ujarnya tegas.
“Ia semakin teruk. Jadi saya tekankan lagi sekali betapa serius masalah dihadapi negara ketika ini dan anda semua perlu mendengar.
“Arahan saya kepada polis dan tentera, sekiranya ada masalah dan situasi yang tidak mengikut arahan, tembak mereka sampai mati.
“Adakah ia boleh difahami? Mati. Selain mencetuskan masalah, saya akan 'kebumikan' kamu,” tegasnya lagi.
Beliau berkata demikian selepas media tempatan melaporkan berlaku kekecohan dan penahanan dalam kalangan penduduk kawasan miskin di negara itu yang mempersoalkan bantuan bekalan makanan oleh kerajaan.
Dalam pada itu terdapat juga insiden diskriminasi terhadap pasukan perubatan di hospital yang didakwa diserang secara fizikal. - f/bk
Tangkap saja tok sah cakap banyak...
Polis jalankan tanggungjawab. Ini arahan kerajaan. Kamu rakyat Malaysia kenalah akur arahan kerajaan. Kesian kat polis. Penat jalankan tugas tak kira hujan, panas, ribut. Polis juga memantau kepatuhan PKP masyarakat. Kamu berkasar kpd polis. Paling semak dan menyakitkan perasaan bila berurusan dgn manusia yg berhati batu, mulut longkang, tak punya perasaan.... bahkan kamu suruh polis hormat kamu! Kalu dah sombong ajaq camna Presiden Duterte tu buat... Apa teruk sangat kau ni? Jiwa kacau? Kamu boleh diambil tindakan mengganggu tugas penjawat awam dan boleh dihukum penjara dan denda, bila dah ada kes polis, rekod perkhidmatan kamu buruk (jika bekerja sbg kakitangan awam atau swasta) dan gelap masa depan. Fikir2 kan. - f/bk
youtube
A giggling gaggle of Doraemon ministers...
Housing and Local Council Minister Zuraida Kamaruddin has been receiving a lot of mockery and brickbats ever since she chose the Jalan Othman wet market in my neighbourhood to show her presence in the front line battling the deadly Covid-19. Why the negativity? In this trying time, we should be supportive. Give her a break. It is comforting to know that, after her visit, patrons to the market could safely run/rub their hands on the encircling road surfaces, and not get contaminated. But minister, what about subsequent days, and a stray contaminated person spitting or running his hand on the road? The management of my condo disinfects the lifts and common doors and areas four times a day. I suggest you do the same for the roads around the market during its daily operating hours for the duration of the lockdown.
And it’s good to see that you were there to do a job, and not to promote yourself like several of your colleagues in your tied-up coalition, with their ugly mugs largely visible on packages of food, hand-sanitisers, etc, that are distributed to those in need. You just had a modest label "Menteri" stuck on top of your Hazmat suit, in case the slow-witted thought it was just an MBPJ officer hidden in the suit and dismisses the importance of the occasion and the need to keep our road surfaces disinfected. Like the coronavirus, but in a positive way, the crowd who attended and watched you do your job would start “infecting” other people with your message of clean roads. Yes, in defending herself, Zuraida (photo) reveals that she is clueless about what she is battling: “Thus far, there is no accurate formula on how this coronavirus spreads. One moment it’s coughs and sneezes, this and that, maybe it’s airborne and so on.” One, I think she should be commended for her bravery for going into battle even though she doesn’t know anything about the enemy.
Two, it’s understandable if she has not been able to keep up with events. Every day our phones are inundated with dozens of expert advice, hand-washing guides, daily infection and death toll tables, mindlessly apped repeatedly, till it’s mental overload. So, in case, you missed it, minister, the World Health Organization (WHO) says Covid-19 is spread primarily through respiratory droplets, which can be inhaled by anyone within one metre of an infected person. The droplets, landing on various surfaces, can contaminate hands touching them, and if the hands touch eyes, nose or mouth before being sanitised... dang, dang, dang. Note too, what Dale Fisher, an infectious diseases expert in Singapore who chairs the Global Outbreak Alert and Response Network coordinated by the WHO, says about spraying roads: “The virus does not survive for long in the environment and people do not generally touch the ground." Then it was the turn of the Women, Family and Community Development Ministry, helmed by Rina Harun (photo, below), with a sagely advice for wives and working mothers that stirred up a hornets’ nest of stinging criticism.
From a modern woman’s point of view, the suggestions are outrageous - a woman, a wife being seen as a clothes horse, coyly giggling, a Barbie doll flirting with and seducing the husband to get off his fat ass in front of the TV and help with chores. If they were honest, men would have no quarrel with the intent of the now aborted campaign – no arguing or nagging, no sarcasm about being a lazy lay-about. What’s not to like or approve? The major obstacle: twenty-three years of experience tells this battle-scarred marriage veteran that if I were to suggest to my wife that the ministry’s campaign had merit, I would immediately be the focus of a broiling, sarcastic tempest, even if I were to concede that she didn’t need to wear make-up. I could also do without the giggling. That would get on my nerves With MCO confining me? I am not sure police at a roadblock will accept the excuse of a volatile wife at home to justify my being out on the streets.
And I am totally baffled by the ministry’s choice of Doraemon, a cat robot from the 22nd Century, as a role model. I had to search the internet to acquaint myself with him. The cartoon characters that populated my childhood were Tom & Jerry, Mr Magoo, Popeye the Sailorman. A robot? Okay. I can see the ministry considering a robotic wife equivalent to a wife amenable to commands. But a cat? And not only a cat, but a male cat, a tomcat? I listened to a bit of one episode dubbed in Bahasa Malaysia, where Doraemon had a gruff, raspy voice. The ministry wants Malaysian women to sound like Lauren Bacall or Eartha Kitt, voices cured in cigarettes and whiskey? The campaign also reminded working women not to become too focused on their work and neglect their families. Both Doraemon ministers should take heed, put the advice into practice and set an example for the nation – stay at home, put on make-up and your office-clothes, coyly giggle and teach your husband how to hang up clothes. Let us into your homes. Post videos on Facebook. It will be instructional. - Thor Kah Hoong,mk
cheers.
Sumber asal: Jangan selindung di sebalik tragedi Ali Mu’awiyah.... Baca selebihnya di Jangan selindung di sebalik tragedi Ali Mu’awiyah....
0 notes
Text
Menang Pilpres 2019, 5 Pemimpin Dunia ini Berikan Ucapan Selamat ke Jokowi
Forbes - Setelah menunggu beberapa waktu lamanya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya mengumumkan hasil akhir rekapitulasi suara Pemilu 2019, yang merujuk pada paslon urut nomor 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin dengan perolehan suara lebih unggul yakni sebanyak 85.607.362 atau 55,50 persen. Kemenangan Jokowi-Ma’ruf sontak dimanfaatkan oleh sejumlah pihak untuk menyampaikan ucapan selamat, termasuk para pemimpin negara. Mereka menyampaikan ucapan selamat melalui surat terbuka maupun unggahan di media sosial. Bahkan ada salah satunya yang menyampaikan ucapan selamat khusus dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dilansir Brilio.net, berikut ucapan selamat dari 6 pemimpin dunia untuk Jokowi atas terpilihnya sebagai Presiden Indonesia. 1.Presiden Singapura Halimah Yacob
via: duckduckgo Sebagai negara tetangga yang memiliki hubungan sangat baik, Halimah Yacob selaku Presiden Singapura tak ingin ketinggalan memberi ucapan selamat kepada Presiden RI Jokowi. Ucapan selamat itu ia sampaikan melalui surat yang diunggah oleh laman Facebook Kedutaan Besar Singapura di Indonesia. “Atas nama rakyat Singapura, saya ucapkan selamat atas terpilihnya kembali sebagai Presiden Republik Indonesia. Kemenangan anda (Jokowi) yang meyakinkan adalah bukti kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki rakyat Indonesia terhadap kemimpinan anda. Saya yakin anda akan membangun fondasi yang kuat dari masa jabatan pertama anda untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua orang Indonesia. Singapura dan Indonesia memiliki hubungan yang sangat baik, dibangun atas dasar saling menghormati dan kerja sama. Saya yakin bahwa hubungan kedua negara akan terus menguat di tahun-tahun mendatang.” 2.Perdana Menteri Australia, Scott Morrison
via: brilio.net Melalui akun Twitter resmi miliknya, @ScottMorrisonMP, Perdana Menteri Australia ini mengucapkan selamat kepada Jokowi atas kemenangannya dalam Pemilu 2019. Tak lupa, ia menyampaikan harapannya pada sang pemimpin petahanan. “Selamat @jokowi atas terpilihnya kembali sebagai Presiden Indonesia. Indonesia adalah salah satu (mitra) hubungan strategis paling penting Australia. Kami berharap dapat memperdalam ikatan antara Australia dan Indonesia di semua kepentingan bersama,” tulis PM Scott Morrison. 3.Perdana Menteri India Narendra Modi
via: hot.grid.id PM Narendra Modi diketahui menjalin hubungan baik dengan Presiden Jokowi. Oleh karenanya, begitu Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan bahwa pasangan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin menang dalam Pemilu 2019, ia langsung menyampaikan ucapan selamat lewat akun Twitternya. Ia bahkan menulisnya secara khusus dengan menggunakan bahasa Indonesia, yang bunyinya sebagai berikut; “Selamat yang sebesar-besarnya kepada @jokowi atas terpilihnya Anda kembali! Sebagai dua negara demokrasi besar, kami bangga atas keberhasilan perayaan demokrasi. Kami berharap Anda dan rakyat Indonesia semua sukses di bawah kemimpinan dinamis Anda.” 4.PM Malaysia Tun Mahathir Mohamad
via: brilio.net Sebagai negara tetangga yang begitu dekat, Tun Mahathir juga tak ingin kelewatan mengucapkan selamat atas kemenangan Jokowi di Pilpres 2019 ini. “Saya ucap tahniah kepada Bapak @jokowi atas kemenangan secara rasmi sebagai Presiden Republik Indonesia. Saya berharap kerja sama antar dua negara akan semakin erat selepas ini,” tulis PM Mahathir melalui akun Twitter resminya. 5.Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong
via: duckduckgo Melalui surat terbuka yang diunggah oleh laman Facebook Kedutaan Besar Singapura di Jakarta, PM Lee Hsien Loong menyampaikan ucapan selamat untuk Jokowi atas terpilihnya kembali sebagai Presiden Indonesia. “Selamat dari saya atas terpilihnya kembali sebagai Presiden Republik Indonesia! Mandat yang anda (Jokowi) terima mencerminkan kepercayaan yang ditunjukan oleh orang Indonesia dalam kemimpinan anda yang berkelanjutan, dan visi anda untuk mengangkat kehidupan semua orang Indonesia,” tulis PM Lee. “Saya dan istri berharap anda dan Ibu Iriana senantiasa sehat dan sukses. Saya berharap dapat bertemu dengan anda di KTT ASEAN di Bangkok bulan depan,” lanjutnya. 6.Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe
via: duckduckgo Kemenangan Presiden Jokowi dalam Pemilu 2019 juga mendapat tanggapan dari Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe. Ia bahkan memberikan ucapan selamat kepada Jokowi. Tak jauh berbeda dari pemimpin yang lainnya, PM Shinzo Abe juga menyampaikan harapannya untuk bisa terus bekerjasama dengan Presiden Jokowi guna memperkokoh hubungan antar kedua negara Read the full article
0 notes
Text
Iwan fals, "jendral"
Sayang sekali, ruri rugi waktu di kamar meranti.
Menguliti jendral lalu menelanjangi seluruh rongga-rongga paru-parunya.
Dulu, dia memang berguna. Lancar aksi bila tembus tatapan mata pisaunya.
Sekarang ia tinggal nama, lalu tertusuk ranjau tuannya.
Memang begitu kodrat alat berat, selagi rusak tak amat berat, teknisi siap buat mendarat.
Jika sudah alat tua, lalu rusak habis masanya.
Alat berat porak-poranda, sarang karat dan nyamuk betina.
Tinggal dikenang aksinya, masa jaya di kenal "ahh cuma buat onar saja"
Kalau kita tinjau kembali, akiong mendatar lalu membanjiri.
Tak lain tak bukan tita jendral berpangkat ABRI
Tidak !!
Jangan lihat sepihak !
Ada jendral tandingan ABRI, di digelar mandat TNI, bernama belakang anak adidaya, gelar hukum mendarat kuning pada kertasnya.
Jendral ini masif fungsinya, mengelarkan aksi guling senjata.
Memang sejarah buta sebelah, hanya memandang salah si jendral kala pada betina. Padahal justru dalang dalam setiap cerita mahabaratayuda adalah sangkuni pihak cendana.
Selagi harto menjadi selir, sukarno dijunjung permaisuri agung.
Gaun perak dengan cenayang, cendana datang buat salaman, cendana bukan tandingan cenayang. Terhempas cendana dalam aksi ababil jalanan.
Jendral tua mulai meradang, sumpah serapa menerjang padang. "Siapa bilang anak selir tak bisa jadi raja ? Selir juga istri raja"
Jika dulu dewi drupadi mampu mengatasi 5 pangeran, ternyata rukmini jatuh dalam bualan kisah amat menyedihkan.
Sangkuni beraksi lagi, meghasut bisma melepaskan titah sumpah batang hari, terhempas jendral dari kursi, jatuh terhempas kerikil kali.
Sudah lepas masa tua, ternyata luka tidak reda. Setiap tatap masih tersisa, kenang anak panah di dasar daha.
Pantas pangeran kecil pada lari, tak mau ikut ambil kursi. Jika ditanya mau kemana jawab satu membeli gaun di rumah sebelah.
Kisah ini sangat seru, hanya saja tak perlu ! Aib masa biar la berlalu, kisah lama biar jadi debu.
Walau mebel mulai menjarah, lautan batu kiranya sedekah eehh ternyata sama. Membakar saja semuanya.
Jika aku di beri kesempatan, aku tak mau duduk di bangku jabatan, aku ingin pegang pengeras suara di lantang depan. Di barisan negara lain berkumandang. Aku ingin duduk di kursi taman di mana anak akan kuperjuangkan, itu singah sana perkumpulan bangsa pemegang saham dan pengatur peradaban berkedok hukum segala kawanan. (Pbb).
Tapi tidak !! Sejarah jangan terulang, menuju maju memang banyak tantangan. Biar allah atur jalan menuju menang kita atur saja langkah kedepan.
Dan aku ? Biar aku duduk dihutan, mengatur jarak semusim tanam. balaterata akan tercipta sesegerah menjarah istana. Gantung saja tikus-tikus lumbung lalu buat jadi bakso, racun ni saja penebar bibit unggul berkelit elit membukam. Kita lihat apa dolar masih setia di dompet para relawan perpecahan untuk menekan laju cost di garis depan,
Dolar akan terganti, dolar juga akan jadi selir bukan permaisuri.
-konsumsi pribadi "masih belajar tentang kulit, kalau masih tentang kulit maka jangan berupaya jadi isi, kupas dulu habis kulit baru bisa ketemu isi " - for me-
-opini 23:45
-bukan politik tapi hikayat masa lampau
-Kaktustua-
0 notes
Text
Representasi Politik di Indonesia dan Permasalahannya
Salah satu problem aktual terkait representasi politik yakni adanya ketidaksetaraan politik. Dalam kasus tertentu, kesetaraan politik berimbas pada partisipasi politik. Jika masih ada perbedaan kelas, gender atau etnis dalam masyarakat maka ini merupakan bukti bahwa ada ketidaksetaraan politik (inequality).Kesetaraan politik tidak secara spesifik menunjukkan jenis perlakuan, ini dapat berarti bahwa setiap orang itu seharusnya sama dalam kekuasannya mempengaruhi kebijakan dan setiap warga negara seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk memilih/memenangkan kandidat tertentu dalam suatu pemilu.
Contohnya dalam pemilihan gubernur pada paslon Ahok yang membawa-bawa etnis tertentu yakni Cina. Masyarakat kerap menghubung-hubungkan Ahok yang Cina dengan adanya krisis moneter tahun 1998 dimana terjadi social gap yang sangat tinggi antara warga pribumi atau keturunan Indonesia asli, dengan warga asing yang kebanyakan Cina. Pada kala itu,warga asing menjadi pelampiasan amarah warga pribumi atas inflasi yang sangat tinggi tersebut. Banyak rumah-rumah warga asing dijarah, bahkan dianiaya. Pada pemilihan gubernur ini, jika isu-isu tersebut terus diangkat dan semakin diperkeruh oleh pihak-pihak terkait, maka akan dapat dipastikan akan terjadi penurunan elektabilitas suatu paslon.
Selain itu adanya ketidaksetaraan gender dalam politik. Perempuan di seluruh dunia pada tingkat sosial kurang terwakili suara dan kepentingannya di parlemen dan jauh dari keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan-keputusan politik yang menyangkut kepentingan publik pada umunya dan kepentingan perempuan khususnya. Padahal gerakan perempuan dan teori politik feminis telah memberikan peran terhadap perubahan yang terjadi. Rendahnya angka keterwakilan perempuan dalam struktur partai politik dan parlemen, bukanlah akibat keterbatasan aspek ekonomi dan tingkat pendidikan perempuan saja. Namun, rendahnya angka keterwakilan perempuan dalam politik sebenarnya dipengaruhi oleh begitu banyak faktor baik itu faktor budaya patriarki, ekonomi, dan sosial politik.
Masalah lain yang muncul yakni kualitas perwakilan pada setiap parlemen yang buruk. Berdasarkan kajian empiris mengenai praktik perwakilan politik modern, Jane Mansbridge dalam “Rethinking Representation” (2003) mengemukakan adanya empat kategori perwakilan politik yang masing-masing membawa konsekuensi akuntabilitas yang berbeda.
Pertama, adalah konsepsi klasik promissory representation. Ini merujuk pada perwakilan politik yang didasarkan pada pemenuhan janji-janji politik ketika kampanye. Tipe ini berfungsi baik sebagai pemegang mandat politik maupun wali kepentingan (trustee) dari sekelompok orang yang diwakilinya. Wakil rakyat akan dianggap bertanggungjawab dan memiliki akuntabilitas jika mereka berjuang sebisa mungkin untuk memenuhi janji-janji kampanyenya.
Kedua, adalah konsepsi anticipatory representation. Para wakil rakyat dalam konsepsi ini akan bertindak dan berjuang untuk kepentingan konstituen yang akan memilihnya nanti dalam pemilihan umum. Orientasi politik mereka kuat ke depan. Terkadang keputusan politik yang mereka ambil tidak selalu harus sesuai dengan apa yang dijanjikannya dalam pemilu yang lalu karena pertimbangan-pertimbangan perubahan kondisi sosial-politik dan demi kebaikan kepentingan konstituen di masa depan.
Ketiga, adalah konsepsi gyroscopic representation. Ini merujuk pada praktik keterwakilan politik yang didasarkan pada kesamaan ide besar para wakil rakyat dengan konstituen yang diwakilinya. Ibarat mesin yang berputar pada dirinya, mereka ini dapat bebas bergerak dalam putaran ide maupun kebijakan yang selaras dengan kepentingan konstituennya.
Keempat, adalah konsepsi surrogate representation. Ini adalah perwakilan yang bersifat non-teritorial dalam praktiknya karena para wakil rakyat bertindak dan memperjuangkan suatu isu atau aspirasi lintas batas distrik pemilihan. Misalnya, dalam isu-isu lingkungan hidup maupun hak-hak kelompok minoritas yang terkadang tidak sepenuhnya menjadi perhatian konstituennya.
Dengan adanya perbedaan jenis tersebut, akan membawa pada konsekuensi yang berbeda. Seperti yang kita ketahui, sistem perwakilan kita masih mengandalkan dari calon-calon partai politik. Bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa hakikatnya, para calon tersebut berusaha menang bukan untuk menjadi wakil rakyat yang menyalurkan aspirasi rakyat, melainkan kekuasaan tersebut menjadi tujuan utama yang akan mempermudah kepentingan-kepentingan yang dibawa, entah kepentingan pribadi dan “titipan” dari partai politik yang membawahinya.
Partai politik tidak lagi melakukan kaderisasi dengan tepat, namun membuka lahan bagi pribadi-pribadi yang memiliki ambisi kekuasaan tertentu. Hal ini jelas berdampak pada kualitas perwakilan yang dihasilkan dan akan semakin meningkatkan praktek-praktek kriminal dalam politik.
Sumber:
- http://www.beritasatu.com/blog/nasional-internasional/1311-eskalasi-protes-dan-masalah-representasi-politik.html
- Esty Ekawati. (2014). DARI REPRESENTASI POLITIK FORMAL KE REPRESENTASI POLITIK NON-ELEKTORAL. Jurnal Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
0 notes
Text
Pemilu; sebuah catatan
Mereka yg masih setia memastikan data pemilu benar adalah penegak pilar demokrasi. Bukan hanya soal menang kalah, tetapi memastikan tiap suara anak bangsa dihormati di tanah airnya.
Kawan kita ini bercerita, pemilu kemarin ia diberi percaya menjadi saksi sebuah partai politik. Mandat itu ia terima, dengan bekal lembaran form penghitungan suara ia mendatangi TPS tempat ia bertugas. Tepat jam satu siang, KPPS melakukan proses penghitungan. Sampai pada kejadian petugas KPPS salah melakukan proses penghitungan. Total suara sah dengan hasil penghitungan berbeda. Saksi saksi lain tidak ada yang tahu, mengingat mereka tidak dibekali lembar form penghitungan dari partai pemberi mandat. Mereka datang ke TPS hanya tau bahwa mereka cukup menuliskan hasil perolehan dari caleg/ partai mereka.
Melihat kesalahan data, kawan kita ini melakukan interupsi, mengingatkan kembali KPPS untuk bekerja lebih fokus dan hati hati, diceklah kembali kertas surat suara.
Belum lama ini, kawan kita ini berkesempatan ikut menginput C1. Dalam proses input, sistem membaca kejanggalan, sebuah tulisan merah 'Eror'. Selepas dicek, di form C1 KPPS melakukan kesalahan kembali. Total jumlah perolehan suara sebuah partai yang mustinya 2, ditulis 14. Bukan hanya sekali, kawan kita menemukan berkali kali.
Catatan Pemilu 2019.
0 notes
Text
0 notes
Text
Seputar Pengertian, Makna, Sistem, Jenis Tahapan, Tujuan Dan Manfaat Pemilu
New Post has been published on http://gampangqq.link/seputar-pengertian-makna-sistem-jenis-tahapan-tujuan-dan-manfaat-pemilu/
Seputar Pengertian, Makna, Sistem, Jenis Tahapan, Tujuan Dan Manfaat Pemilu
Seputar Pengertian~
Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Penyelenggaraan pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh penyelenggara pemilihan umum yang mempunyai integritas, profesionalitas, dan akuntabilitas.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri. Amanat konstitusi tersebut untuk memenuhi tuntutan perkembangan kehidupan politik, dinamika masyarakat, dan perkembangan demokrasi yang sejalan dengan pertumbuhan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pemilihan Umum (Pemilu)
adalah proses pemilihan orang(-orang) untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa.Pada konteks yang lebih luas, Pemilu dapat juga berarti proses mengisi jabatan-jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas, walaupun untuk ini kata ‘pemilihan’ lebih sering digunakan.
Baca Juga Pengertian Dan Jenis Referendum
Pemilu merupakan salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain-lain kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam, namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda banyak juga dipakaioleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.
Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.
Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.
Baca Juga Pengertian KPU beserta Fungsinya Pemilu Menurut Para Ahli
Menurut (Ramlan, 1992:181) Pemilu diartikan sebagai “ mekanisme penyeleksian dan pendelegasian atau penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai.
Menurut Harris G. Warren dan kawan-kawan, pemilu merupakan: “Elections are the accostions when citizens choose their officials and cecide, what they want the government to do. ng these decisions citizens determine what rights they want to have and keep.”
Menurut Ali Moertopo pengertian Pemilu sebagai berikut: “Pada hakekatnya, pemilu adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankn kedaulatannya sesuai dengan azas yang bermaktub dalam Pembukaan UUD 1945. Pemilu itu sendiri pada dasarnya adalah suatu Lembaga Demokrasi yang memilih anggota-anggota perwakilan rakyat dalam MPR, DPR, DPRD, yang pada gilirannya bertugas untuk bersama-sama dengan pemerintah, menetapkan politik dan jalannya pemerintahan negara”.
Menurut Suryo Untoro “Bahwa Pemilihan Umum (yang selanjutnya disingkat Pemilu) adalah suatu pemilihan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, untuk memilih wakil-wakilnya yang duduk dalam Badan Perwakilan Rakyat, yakni Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat I dan Tingkat II (DPRD I dan DPRD II)”.
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian pemilihan umum secara luas yaitu sebagai sarana yang penting dalam kehidupan suatu negara yang menganut azas Demokrasi yang memberi kesempatan berpartisipasi politik bagi warga negara untuk memilih wakil-wakilnya yang akan menyuarakan dan menyalurkan aspirasi mereka.
Makna Pemilu
Perspektif tujuan : sebagai pemindahan konflik dari masyarakat kepada perwakilan politik agar integrasi masyarakat tetap terjamin.
Perspektif tingkat perkembangan negara : sebagai alat untuk membenarkan rezim yang berkuasa.
Perspektif demokrasi liberal : sebagai upaya meyakinkan dan melibatkan individu dalam proses politik.
Sistem Pemilu Sistem Distrik : satu wilayah (satu distrik pemilihan) memilih satu wakil tunggal ( single-member constituency ) atas dasar suara terbanyak. Suara lawan yang kalah dianggap hilang. Keuntungan Sistem Distrik
Fragmentasi atau kecenderungan untuk membuat partai dapat dibendung
Dapat mendorong penyederhanaan partai tanpa paksaan
Wakil distrik yang duduk di DPR lebih dekat dengan rakyat pemilihnya.
Lebih aspiratif dan dapat memperjuangkan rakyat pemilihnya
Kelemahan Sistem Distrik
Partai yang kalah akan kehilangan suara
Lebih memperjuangkan kepentingan distrik
Memudahkan terjadinya pengkotakan etnis dan agama
Mendorong terjadinya dis-integrasi
Sistem Proporsional : satu wilayah (daerah pemilihan) memilih beberapa wakil (multi-member constituency), yang jumlahnya ditentukan berdasarkan rasio, misalnya 1 : 400.000. Artinya 1 wakil dipilih oleh 400.000 pemilih. Keuntungan Sistem Proporsional
Lebih demokratis, karena menggunakan asas one man one vote
Tidak ada suara yang hilang, karena lebih bersifat representatif
Lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan distrik/daerah
Kualitas wakil rakyat yang akan duduk di DPR dapat terpantau dan terseleksi dengan baik melalui sistem daftar calon.
Kelemahan Sistem Proporsional
Kurang mendorong partai-partai untuk bekerjasama satu sama lain
Cenderung mempertajam perbedaan antar partai
Wakil yang dipilih punya kemungkinan tidak mewakili rakyat pemilihnya
Kekuatan partai sangat bergantung pada pemimpin partai
Sistem Campuran (Distrik dan Proporsional).
Menggabungkan 2 (dua) sistem sekaligus (distrik dan proporsional)
Setengah dari anggota Parlemen dipilih melalui sistem distrik dan setengahnya lagi dipilih melalui proporsional.
Ada keterwakilan sekaligus ada kesatuan geografis.
Asas Pemilu
Langsung, Rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nurani, tanpa perantara.
Umum, Pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang-undang ini berhak mengikuti pemilu. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan dan status sosial.
Bebas, Setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa paksaan dari siapapun. Didalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.
Rahasia, Dalam memberikan suaranya pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun, pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak diketahui oleh orang lain kepada siapapun suaranya diberikan
Jujur Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap penyelenggara pemilu, aparat pemerintah, peserta pemilu, pengawas pemilu, pemantau pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Adil Dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilu dan peserta pemilu mendapat peralatan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
Tujuan pemilu
Pemilu diselengarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagai mana diamanatkan dalam UUD 1945.
Manfaat Pemilu
Pemilu merupakan implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi demokrasi adalah kedaulatan terletak di tangan rakyat. Karena rakyat yang berdaulat itu tidak bisa memerintah secara langsung maka melalui pemilu rakyat dapat menentukan wakil-wakilnya dan para wakil rakyat tersebut akan menentukan siapa yang akan memegang tampuk pemerintahan.
Pemilu merupakan sarana untuk membentuk perwakilan politik. Melalui pemilu, rakyat dapat memilih wakil-wakilnya yang dipercaya dapat mengartikulasikan aspirasi dan kepentingannya. Semakin tinggi kualitas pemilu, semakin baik pula kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan rakyat.
Pemilu merupakan sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara konstitusional. Pemilu bisa mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang aspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin kembali dan sebaliknya jika rakyat tidak percaya maka pemerintahan itu akan berakhir dan diganti dengan pemerintahan baru yang didukung oleh rakyat.
Pemilu merupakan sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh legitimasi. Pemberian suara para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan pemberian mandat rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk menjalankan roda pemerintahan. Pemimpin politik yang terpilih berarti mendapatkan legitimasi (keabsahan) politik dari rakyat.
Pemilu merupakan sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta menetapkan kebijakan publik. Melalui pemilu rakyat secara langsung dapat menetapkan kebijakan publik melalui dukungannya kepada kontestan yang memiliki program-program yang dinilai aspiratif dengan kepentingan rakyat. Kontestan yang menang karena didukung rakyat harus merealisasikan janji-janjinya itu ketika telah memegang tampuk pemerintahan.
Tahapan Pemilu
Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih, Kegiatan awal yang perlu dilakukan untuk melaksanakan pemilu adalah pendaftaran orang-orang yang memilki hak untuk memilih, misalnya yang sudah berusia minimal 17 tahun, bukan anggota TNI/Polri, tidak terganggu jiwanya dan sebagainya. Pendaftaran pemilih sangat penting untuk memastikan hanya mereka yang berhak yang bisa menggunakan hak pilihnya, juga untuk pengadaan logistik pemilu seperti pencetakan surat suara, pembuatan Tempat Pemungutan Suara (TPS), bilik dan kotak suara dan sebagainya.
Pendaftaran dan Penetapan Peserta Pemilu, KPU juga perlu mendaftar siapa yang boleh jadi peserta pemilu? Tidak semua orang atau partai boleh ikut pemilu, tanpa ada syarat yang harus dipenuhi. Bisa kacau bro. Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk bisa didaftarkan sebagai peserta pemilu. Nah, tugas KPU adalah memverifikasi (memeriksa) kelengkapan syarat-syarat itu sehingga mereka bisa ditetapkan sebagai peserta pemilu.
Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan, Pemilu dimaksudkan untuk memperebutkan kursi di DPR, DPD atau DPRD. Berapa jumlah kursinya? Nah, hal itu perlu diatur berdasarkan wilayah tertentu yang disebut dengan daerah pemilihan.
Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota, Tahap selanjutnya adalah pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Partai politik akan mengajukan daftar calon untuk dipilih rakyat dalam pemilu secara langsung.
Masa kampanye, ini tahapan yang paling heboh. Banyak poster, spanduk, kumpulan massa dan bahkan arak-arakan di jalan-jalan. Tujuan kampanye sebenarnya untuk memperkenalkan visi, misi dan program partai atau calon kepada rakyat kalau mereka terpilih sebagai wakil rakyat.
Masa tenang, Masa tenang adalah masa antara berakhirnya kampanye dan pemungutan suara. Saat itu semua bentuk kampanye harus dihentikan dan semua pihak fokus pada persiapan pemungutan suara. Itulah yang disebut masa tenang.
Pemungutan dan penghitungan suara, Inilah tahapan yang dinanti-nanti semua pihak yang terlibat dalam pemilu. Saat itu rakyat diberi kesempatan untuk mendatangi TPS guna memilih calon pemimpin atau wakil rakyat yang mereka nilai layak mewakili mereka. Setelah pemungutan suara usai, akan dilakukan penghitungan suara. Kamu bisa berpartisipasi secara aktif mengawasi atau memantau pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS.
Penetapan hasil Pemilu, Setelah suara dihitung, barulah hasilnya ditetapkan. Saat itu akan diketahui siapa yang keluar sebagai pemenang dalam pemilu, siapa saja yang terpilih jadi wakil rakyat, berapa banyak jumlah suara yang diperoleh setiap peserta pemilu.
Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Setelah KPU menetapkan hasil pemilu dan calon terpilih, para calon wakil rakyat itu akan dilantik sebagai anggota DPR, DPD dan DPRD.
Tiga Jenis Pemilu
Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, Berdasarkan ketentuan umum pasal 1 UU Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD, yang dimaksud dengan Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD adalah pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Sejak Pemilu Tahun 2004, presiden atau wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat. Sebelumnya, presiden atau wakil presiden dipilih oleh anggota DPR/MPR. Pemilu presiden dan wakil presiden adalah pemilu untuk memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden yang diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol secara berpasangan
Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah pemilu untuk memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah yang diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol dan perseorangan. Sejak tahun 2005, telah diselenggarakan Pilkada secara langsung, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Penyelenggaraan ini diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa “Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil”. Pilkada masuk dalam rezim Pemilu setelah disahkannya UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum sehingga sampai saat ini Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lebih dikenal dengan istilah Pemilukada. Pada tahun 2008, tepatnya setelah diberlakukannya UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum Cholisin,2000.“Dasar-dasarIlmuPolitik”,FakultasIlmuSosial,UniversitasNegeriYogyakarta kpujakarta.go.id
Artikel Pada Blog ini kami kutip dari berbagai sumber. Semoga Artikel Tentang Seputar Pengertian, Makna, Sistem, Jenis Tahapan, Tujuan Dan Manfaat Pemilu Dapat Bermanfaat Dan Apabila artikel ini berguna untuk anda silahkan copy paste dengan menyertakan Sumbernya. Kami Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada Kesalahan Dan Kekurangan Pada penulisan Artikel ini. Terima kasih atas perhatiannya. ….
Source
0 notes
Text
Tambah suara pembangkang, kegagalan janji PH fokus kempen PAS, kata Tuan Ibrahim
Tuan Ibrahim berkata, dalam konteks negeri perlu ada suara pembangkang yang kuat bagi mengimbangi kuasa kerajaan.
Tuan Ibrahim berkata, rakyat kelihatan menyuarakan kekecewaan terhadap kegagalan kerajaan PH menunaikan janji yang terkandung dalam manifesto pilihan raya.
PETALING JAYA: PAS akan memberi fokus kepada 2 isu utama iaitu kegagalan kerajaan menunaikan manifesto Janji 100 Hari serta ketidakseimbangan komposisi kerusi dalam Dewan Undangan Negeri (DUN) dalam kempen pilihan raya kecik (PRK) kerusi DUN Seri Setia.
Timbalan Presiden PAS, Datuk Tuan Ibrahim Tuan Man berkata, kedua-dua isu berkenaan dilihat penting memandangkan ia berkait rapat dengan kepentingan rakyat.
“Dalam konteks negeri, perlu ada suara pembangkang yang kuat bagi mengimbangi kuasa kerajaan. Sekarang kita cuma ada 5 suara pembangkang dalam DUN Selangor. Sebab itu kita perlu ada semak dan imbang yang lebih kuat.
“Isu kedua, apabila peralihan pentadbiran berlaku, rakyat boleh menilai prestasi selama 100 hari yang dijanjikan dan sejauh mana mereka mampu menunaikannya,” katanya ketika hadir di pusat penamaan calon PRK Seri Setia di Dewan Sivik Majlis Bandaraya Petaling Jaya (MBPJ) hari ini.
Tuan Ibrahim berkata, rakyat kelihatan menyuarakan kekecewaan terhadap kegagalan kerajaan PH menunaikan janji yang terkandung dalam manifesto pilihan raya mereka.
Malah menurutnya, kerajaan sendiri mengakui kegagalan itu apabila Perdana Menteri, Tun Dr Mahathir Mohamad sendiri sekadar memberi markah 33% kepada prestasinya sepanjang 100 hari pentadbiran PH.
“Kita lihat rakyat ‘termakan’ dengan janji dan manifesto PH dalam pilihan raya umum 9 Mei lepas kerana mereka ingin melihat perubahan kepada negara.
“Tetapi apa yang berlaku hari ini, mereka meluahkan rasa kecewa menerusi media sosial terhadap kegagalan kerajaan menunaikan manifesto yang dijanjikan,” kata Ahli Parlimen Kubang Kerian itu.
Umno gerakkan jentera bantu PAS Sementara itu Pengerusi Umno Selangor, Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob berkata parti itu akan menggerakkan jentera mereka bagi membantu calon PAS dalam PRK Seri Setia.
Katanya, selain jentera kempen, Umno juga akan menyenaraikan beberapa penceramah berkaliber untuk menyokong PAS sepanjang 21 hari tempoh berkempen.
“Sejak pengumuman calon PAS tempoh hari, pimpinan Umno Bahagian telah hadir memberi sokongan.
“Soal bantu berkempen, 3 pergerakan Umno iaitu Wanita, Pemuda dan Puteri akan gerakkan jentera mereka untuk bantu kempen PAS.
“Kita juga akan berbincang dengan PAS mengenai perkara lain yang mungkin diperlukan. Majlis Tertinggi Umno juga akan menyediakan penceramah bagi program kempen,” katanya.
Ismail juga menganggap PRK Seri Setia secara tidak langsung sebagai titik tolak kerjasama lebih baik antara Umno dan PAS, walaupun bukan secara hitam putih.
“Hari ini saya menganggap kerjasama Umno dan PAS adalah rasmi walaupun tiada perjanjian di atas kertas. Kehadiran pimpinan Umno dan sokongan yang diberikan jelas menunjukkan hubungan antara kedua-dua parti semakin baik.
“Jika dibandingkan dengan PRK Sungai Kandis, hubungan kali ini lebih baik dan kita komited untuk pastikan PAS menang di Seri Setia,” katanya.
Wan Azizah dilarang masuk ke kawasan serahan borang calon. Terdahulu difahamkan Presiden PKR, Datuk Seri Wan Azizah Wan Ismail tidak dibenarkan memasuki kawasan penyerahan borang pencalonan.
Pegawai Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) tidak membenarkan Wan Azizah masuk untuk melihat proses pencalonan kerana dipercayai tidak mempunyai pas masuk, tetapi beliau dibenarkan duduk di khemah VIP sementara menungu pengumuman calon bertanding.
Ketika ditemui media Wan Azizah berharap pengundi Seri Setia terus memberi mandat kepada calon PH dan berharap peratus keluar mengundi meningkat berbanding PRK Sungai Kandis.
“Kita nak ramai keluar mengundi berbanding di Sungai Kandis. Memang sejuk sikit sambutan kali ini, saya juga harapkan ramai pengundi keluar mengundi dalam PKR Balakong dan Seri Setia,”katanya.
Wan Azizah berkata, dalam PRK Seri Setia dan Balakong PH akan mengunakan logo sendiri.
“Kita menggunakan logo baru, logo PH. Kita tahu proses ini memerlukan masa. Inilah kali pertama kita guna di Balakong dan Seri Setia,” katanya.
PRK Seri Setia menyaksikan pertandingan 2 penjuru antara PAS dan calon PKR yang mewakili PH.
Calon PAS Dr Halimah Ali bakal berdepan satu lawan satu dengan calon PH, Halimey Abu Bakar.
Perkara itu diumum secara rasmi Pegawai Pengurus Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) bagi PRK Seri Setia Datuk Mohd Azizi Mohd Zain setelah pihaknya menerima 2 borang pencalonan.
Dr Halimah diringi oleh pemimpin PAS antaranya Timbalan Presidennya, Datuk Tuan Ibrahim Tuan Man, Setiausaha Agung, Datuk Takiyuddin Hassan, Pengarah Pilihanraya, Dr Ahmad Shamsuri Mokhtar, Pesuruhjaya PAS Selangor, Salehin Muhyi serta pimpinan negeri dan pusat.
Turut mengiringi calon PAS ialah pemimpin Umno termasuk Naib Presiden, Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob, Ketua Wanita, Datuk Noraini Ahmad, Datuk Shamsul Anuar Nasarah Datuk Lokman Noor Adam, Ketua Putri, Datuk Zahida Zarik Khan.
Di pihak PH, antara pemimpin yang hadir ialah Datuk Seri Wan Azizah Wan Ismail, Datuk Seri Mohamed Azmin Ali, Zuraida Kamarudin, Dr Mariah Mahmud, Amirudin Shari, Maria Chin, Nik Nazmi Nik Ahmad dan Tian Chua.
Azmin, Zuraida, Amirudin bagaimanapun kelihatan meninggalkan pusat penamaam calon lebih awal sebaik sahaja Wan Azizah tiba.
#bahasa#berita semasa#fmt#fmtnews#free malaysiatoday today#info hari ini#info harian#info penting#info semasa#Ismail Sabri Yaakob#KL#malaysia#malaysia news#mtoday#pas#ph#PKR#PRK#seri setia#top bm#topbm#Tuan Ibrahim Tuan Man#umno#Wan Azizah Wan Ismail
0 notes
Text
YDPA interview setiap 221 MP...
YDPA interview setiap 221 MP....
youtube
I think this is the most wise idea from YDPA. Baginda boleh ambil kira duluan Dun Kedah yang tak ada mana-mana parti yang ada majoriti, jadi Sultan exerise his power to elect the one that in his oppinion that have the most majority.
Right now kita ada deadlock, kenapa 221? Mungkin Tun M recuse himself to be part of the candidate, hence he is the interim PM? IDK
Let say Tun recuse himself PH Amanah, PKR dan DAP sebulat suara cadang Anwar jadi PM
PH - 92 [ Amanah, PKR , DAP ]
PN - 96 [UMNO - 39, Bersatu 25, PAS 18 Kartel 11, MCA 2, MIC 1]
GPS - 19
Warisan + Sabah - 15
Doakan moga blok PH kembali memerintah,jika tak the crooks,korup,
kleptocrats,the OKTs will retun to power,hangpa maukah?...
Assuming GPS dan Warisan Support PN, jadi depa ada 130 seat, dah cukup majority dah ni. So the wise YDPA akan tanya sorang-sorang, siapa yang akan jadi Perdana menter kalau di pihak PN?
Kalau 25 Bersatu nak TSMY, 11 Kartel nak Jemin, 57 PAS + UMNO setuju Zahid, tak ker haru biru? Kalau macam ini, di kira Anwar masih ada majority kepercayaan dewan walaupun 92 seat. Unless 130 PN agree to lantik Ku Li sebagai PM, that is the only way PN boleh menang. Tapi which begs the most stupid question, kalau hang nak support ku li in the first place dan takat settle for TPM or less, what the heck is wrong with TSMY and Azmin?
You think that you broke up from PH is a wise move? Ku Li ni kira unknown element; could be good or could be bad. Kalau dia tak corrupt, memang masak la korang. kalau dia lagi korup, korang pun masak juga kena jadi pak turut sebab ada rangka dalam almari. In the end yang di pegang terlepas, yang di kendong berciciran
Bila YDPA tanya sorang2, ada peluang untuk mana-mana MP belot dari pilihan parti dia. Sebab Presiden parti tak tau apa pilihan dia. Geng2 PH mesti akan solid pilih Anwar, yang PN nanti pasti ke tak ada yang belot; its an honor among thieves.
If YDPA thinks Anwar command the majority, he can be sworn at Istana and as soon as he elected, many will u-turn. Everyman for himself aperiently. No more demi melayu dan islam. This is the most wise move as the parties cannot negotatiate seats for exchange of money and power ( of course la boleh tapi nak bribe sorang2 dan nak pastikan tak belot bukan senang)
If someone else from PN managed to be elected, it is an interesting time to live in. Kes mahkamah yang berjalan, mesti KPN, KP SPRM, AG kena tukar balik. Expect the worst from them. Nanti time nak bahagi kerusi kementerian pun akan gaduh lagi. Ekonomi will be worst and country will go to the dogs.
Now in the event of Tun is not being recuse and both side fully support Tun, it will be an interesting time as well to see if the new cabinet composition will be and the direction of the country. Kalau Tun pick PN, his legacy will gone and so much for GE15. If Tun pick PH, everything will be status quo, his legacy will be safe but still depend whether cartel were there or not. - Mohd Mukhlis Mohd Sharif
Langkah Sheraton Adalah Konspirasi
Yang Mengelapkan Tanahair...
1. Sedikit mukadimah, Pakatan Harapan telah memenangi PRU14 di atas aspirasi rakyat untuk membenam sebuah kerajaan kleptokrasi. Ia juga berdasarkan mandat untuk melaksanakan agenda Reformasi dan menyelamatkan negara ini dari terus dijarah. Kemenangan PH telah meletakkan Tun Mahathir sebagai Perdana Menteri sementara dan Datuk Seri Anwar Ibrahim sebagai pengganti. Ini asasnya. 2. Secara umumnya, Tun Mahathir telah berpuluh kali menyatakan kesediaan untuk menyerah baton Perdana Menteri kepada Anwar. Perkara ini telah diulangi oleh Tun Mahathir Jumaat lalu dan dipersetujui secara sebulat suara oleh kepimpinan PH. Majlis Presiden PH juga meletakkan kepercayaan kepada Tun Mahathir untuk menentukan tarikh peralihan kuasa. Selesai. 3. Namun Peralihan Kuasa ini telah cuba digagalkan oleh beberapa kumpulan berkepentingan seperti berikut; a) Kumpulan yang mempunyai kes mahkamah di atas pelbagai tuduhan merompak hasil mahsul negara. Mereka mahu Tun Mahathir kekal hingga habis penggal kerana yakin PRU15 akan menjadi milik mereka merujuk kepada keputusan beberapa PRK dan sentimen perkauman yang mereka mainkan. b) Kumpulan yang mahu Tun kekal hingga habis penggal kerana takut jika Anwar menjadi PM, peluang mereka untuk menang PRU15 berkecai kerana Anwar mempunyai pakej islamik yang lengkap, berbanding kumpulan ini yang terbukti banyak masalah integriti selaku islamis. c) Kumpulan yang gila kuasa dan terdesak kerana video kabur ketua mereka akan menjadi jelas sekiranya Peralihan Kuasa berlaku. 4. Keputusan mesyuarat Majlis Presiden tidak memihak kepada apa yang kumpulan ini jangkakan, malah sikap sabar Anwar pada malam itu telah memberi titik noktah kepada peluang menggagalkan Peralihan Kuasa secara perbincangan dalaman.
5. Maka kumpulan ini akhirnya cuba melaksanakan kudeta halus rampasan kuasa 'new order' Pengkhianat Nasional (PN) yang meledak pada pagi ahad berikutnya. Dari pagi hingga ke tengah malam adrenelin terbakar, sekurang-kurangnya 3 kali sidang media dibatalkan. Dari Sheraton ke Istana, kembali semula ke Sheraton, cubaan untuk membentuk PN gagal kerana dipercayai bahan peledak yang digunakan hanyalah peluru kapur. 6. Saya tidak mahu menyentuh lebih dalam kisah yang berlaku di sebalik kegagalan Langkah Sheraton. Apa yang penting di sini ialah, cubaan rampasa kuasa telah gagal. Jika cubaan PN itu benar berjaya, kerajaan kleptokrasi yang tumbang PRU14 lalu akan ditubuhkan semula, dengan pakej kumpulan 'abc' yang saya sebutkan dalam perkara nombor 3. 7. Perkara yang ingin saya sentuh di sini ialah, gegak gempita pembentukkan PN ini sebenarnya telah merosakkan dan merugikan negara dalam pelbagai aspek dan skala. 8. Azmin Ali secara tidak langsung telah mengaku terlibat apabila pada pagi Isnin beliau menyuarakan kebimbangan bahawa rancangan untuk mewujudkan gabungan baru dengan pembangkang (PN) akan gagal jika ia terus ditangguhkan. Adakah ini namanya bukan konspirasi? 9. Setelah pembentukkan PN gagal pada hari kedua iaitu Isnin, sebelah malamnya Azmin mengeluarkan kenyataan bercanggah apabila menuduh pihak lain pula yang menyebabkan negara ini dari sudut politik dan ekonomi dan sosial telah menjadi huru-hara.
The backside coup plotters...
10. Azmin berkata tindakan mereka (yang gagal itu) kononnya bermaksud untuk menghalang konspirasi yang bertujuan menjadikan Dr Mahathir sebagai 'perdana menteri yang pincang' (lame duck) dengan memaksa peralihan kuasa pada pertengahan penggal. 11. Padahal, tindakan Azmin itu sendiri adalah satu konspirasi jahat apabila bersekongkol dengan pihak yang tidak sepatutnya dalam usaha mengumpul Akuan Bersumpah (SD), termasuklah peristiwa Langkah Sheraton yang terledak ahad lalu. 12. Harus diingat, Peralihan Kuasa yang tersusun rapi antaranya merupakan acuan untuk mengembalikan keyakinan rakyat dan masyarakat pelabur terhadap kestabilan dan kelangsungan dasar-dasar Kerajaan yang juga bertujuan untuk meningkat tahap sosioekonomi rakyat, melalui anjakan paradigma Anwar Ibrahim sebagai Perdana Menteri baharu. 13. Namun tindakan gelojoh, tidak sabar dan tamak haloba untuk merebut kuasa oleh kumpulan PN telah mencetus kebimbangan umum yang mengugat kesinambungan dasar-dasar dan persepsi rakyat terhadap kerajaan, termasuklah keruntuhan pasaran saham yang mencatatkan kerugian RM43.4 billion. Itu baru hari Isnin, esok lusa bagaimana nasib pasaran saham kita? 14. Mereka yang kita gelar sebagai Pengkhianat Nasional ini adalah punca segala kekalutan hari ini. Mereka harus menjadi ingatan dalam lipatan sejarah sebagai kumpulan gagal yang merosakkan tanahair, dan mereka ini tidak boleh dimaafkan. - Edy Noor Reduan
The Interim Prime Minister
Back to the Grindstone...
After two day of hiatus, during which he was transformed from the Prime Minister into ex-Prime Minister and finally as Interim Prime Minister, Tun Dr Mahathir Mohamad is back to the grindstone. First thing this morning, he received an unplanned visit by leaders of his party, Bersatu, at his private residence in Sungai Besi. They had come to plead with him to withdraw his decision, yesterday, to resign as chairman of the party. He submitted his resignation because he felt that majority of members of the party’s leadership council (Majlis Pimpinan Tertinggi) “listened more to his Political Secretary than him”. He was referring to the heated debate at the council’s meeting on Sunday during which the future of Bersatu in the Pakatan Harapan (PH) was discussed. (Setpol mana satu ni, Abu Bakar Yahya (ABY) or Zahid Mat Arip? Kalau ABY, padanlah lingkup pun. Ambik orang tak sekolah jadi leader, dia sendiri pun dah standby ambil lesen GDL lepas kena buang. Yang pi ikut orang tak cerdik tu pasal apa?) At that meeting, he explained the wide mandate the PH Presidential Council had given him at the meeting of February 21. He appealed to MPT members not to force him to abandon his principle and renege on his promise (to hand over power to Datuk Sri Anwar Ibrahim after the November APEC Summit). By the look of things, he is not treating their appeal as an urgent matter. It should be so. There are many more urgent matters that require his attention. These include managing the economy, steadying the capital market, continuing with the proposed economic stimulus package, consulting with top civil servants and meeting leaders of the main political parties. The last bit of the agenda will help him understand more clearly the extent of support most of them had expressed for him and, from there, to plot the next move. For instant, are they supporting him because they genuinely want him to continue to lead the country or because they don’t want their adversaries to win popular support to become Prime Minister? If the support is genuine and there’s no other contender, he can start forming a new government.
Business as usual...
National Unity Many people are now talking about a national unity government that cuts across the political divide and may even include outsiders. I remember the days and weeks after the 1969 General Elections (GE) and the riots that followed when national unity governments were formed in many states. This was expanded to the national level, leading to the formation of the Barisan Nasional (BN) in 1973. Whatever form of government Dr Mahathir decides on, one thing is sure. The crooks, kleptocrats, the OKTs and the generally corrupt are not welcome. This he made clear to his party at the Sunday meeting. The rule of law, the high-profile trials and the reform agenda will continue. Finally, the current state of affair is a test of our reasonableness as a people and the resilience of our political system. Who would imagine that one day we would be ruled by a 94-year-old Interim Prime Minister with the blessing of a wise King and the civil servants? It’s happening now. - A.Kadir Jasin
Was Master Strategist and Manipulator Mahathir Really Betrayed By His Own Party and Blue-Eyed Boy Azmin?...
When six leaders of Bersatu (PPBM), PKR faction aligned with Azmin Ali and oppositions UMNO, PAS, Sarawak-based GPS and Sabah Warisan were granted an audience with the Agong (King) on Sunday (Feb 23), it immediately sparked speculations of a coup – the forming of a new government comprising existing premier Mahathir and opposition parties. Naturally, it screams betrayal of the highest order. After all, Mahathir had previously met and rub shoulders with crooks from oppositions UMNO and PAS – multiple times. And the 94-year-old prime minister was particularly proud about those meetings, as if it reflected his popularity, and even said that he enjoyed meeting everyone, including the Opposition. It was only last month that he told all and sundry that he does not hold grudges, and can work with anyone – except Najib Razak. That means he could even work with UMNO President Ahmad Zahid Hamidi, a crook who has been slapped with record 87 criminal charges, not to mention PAS President Hadi Awang who was bribed with RM90 million by former prime minister Najib. The only strange thing about the Sunday’s jaw-dropping political maneuvering was Mahathir’s absence at the Sheraton Hotel in Petaling Jaya where he was supposed to issue a stunning announcement of the formation of a so-called new “Malay only” government, an idea which has been trumpeted for months by pro-opposition bloggers, propagandists, cyber troopers and news media. But even then, his absence could be easily explained by the possibility of the King’s disapproval of a backdoor government. Heck, even his stunning “betrayal” was not really a surprise considering that he had been flip-flopping about the actual date to pass over the leadership to prime minister-in-waiting Anwar Ibrahim – from initial 2 years to 3 years when asked by journalists. So when Sheraton Hotel was invaded by a whopping 130 Member of Parliaments, including despicable Zahid Hamidi and disgraced Tengku Adnan Tengku Mansor, all of them as happy as a lark, naturally people were extremely disgusted with the “traitor Mahathir”. After all, only the prime minister could mobilise those warlords to the Palace to meet the King.
Azmin,PAS and UMNO Leaders at Sheraton PJ
A night after the crooks were seen happily dined and wined at the Sheraton Hotel, as if they were about to be part of a new government without going through the ballot box, and after rising public anger, PKR President Anwar Ibrahim and DAP secretary-general Lim Guan Eng said that Mahathir was not part of the coup. And they only found out after paying the old man a visit for clarification. Apparently, Mahathir��s resignations as prime minister and chairman of his own party Bersatu (PPBM) were because he refuses to work with UMNO. Long story short, Bersatu President Muhyiddin Yassin and PKR traitor Azmin Ali had been plotting behind Mahathir’s back to topple the Pakatan Harapan government so that a new Perikatan Nasional government could be formed. Are we supposed to believe that a master strategist and manipulator who has outfoxed opponents for a total of 24 years during two stints as prime minister suddenly was outmanoeuvred by his blue-eyed boy Azmin Ali and a not so clever Muhyiddin Yassin? Didn’t Mahathir chair an extraordinary Bersatu meeting on the same day the coup was launched? Surely he knew that several surprise political meetings were also being held on Sunday, which led to talks of the formation of a new political alignment involving oppositions UMNO and PAS. Just several kilometres away, PKR deputy president Azmin Ali’s camp also had a meeting at a hotel, as did a “special meeting” by UMNO Supreme Council members at PWTC. If Mahathir disagreed – even despised – with the idea of a new government involving UMNO crooks, all he needed to do was to simply tell the journalists who were waiting for his comments. That would cripple the coup. He zipped his mouth and went home instead. In addition, Mahathir already knew about Azmin’s secret dinner meeting with UMNO last November, did he not? Therefore, to blame Azmin for working with UMNO behind his back without his approval was rather lame. Mahathir trusted Azmin so much that when the (former) Economic Affairs Minister was plagued with gay sex video, the prime minister was quick to defend him, even indirectly blamed Anwar of orchestrating the scandal to destroy Azmin’s bright future.
Muhyiddin and Dr.M
Interestingly, only Mahathir had resigned from the party he founded. His son Mukhriz is still attached to Bersatu and didn’t quit. The latest meeting by the party’s supreme council has rejected Mahathir’s resignation as chairman. In fact, they also decided to fully support him as prime minister. It appears that the traitor Muhyiddin Yassin has lost the plot and his career could be over. However, it could also mean that the whole coup circus was a Hollywood drama to make Mahathir indispensable. Now that the King has accepted Mahathir’s resignation as prime minister, but at the same time appointed him as the interim prime minister, of which there’s no time limit attached to the position, the old man can appoint cabinet members at his discretion and rule until the next general election – if he likes. The coup also saw how Anwar Ibrahim appealed to Mahathir to stay as prime minister while Lim Guan Eng said DAP has pledged to nominate the former premier to become prime minister – again. It seems Mahathir will break the world record once again. Not only he will remain as the world’s oldest prime minister, he will essentially become the premier for 3 times. In the same breath, oppositions UMNO and PAS have been made suckers – played left, right and centre – after hallucinating and bragging at the Sheraton Hotel that it would be a matter of hours before they return to the federal government. They were incredibly convinced that Pakatan Harapan is doomed and a new government will be taking over soon. Perhaps Mahathir was using the coup to flush out moles and traitors within the Pakatan Harapan coalition government. Perhaps there was a last minute change in strategy in the formation of a new government on Sunday. But to say the master strategist hadn’t a clue that Azmin Ali and Muhyiddin Yassin were plotting without his knowledge is an insult to the people’s intelligence. Besides, there were reports that the coup failed at the eleventh hour because UMNO got greedy and started making unrealistic demands, including appointment of corrupt leaders like Zahid Hamidi and Tengku Adnan as senior ministers in the new government. UMNO also demanded that former defence minister and cousin of Najib – Hishammuddin Hussein – be made a deputy prime minister To suggest that Mahathir wasn’t aware that UMNO crooks were included in the new government also means IGP (Inspector General of Police) Abdul Hamid Bador, formerly director of the Special Branch of the Royal Malaysian Police, was sleeping on the job. The 94-year-old former premier has access to all the military intelligence at all time, mind you. - FT Malaysia’s biggest betrayal in history. What’s next?
youtube
What's next after Malaysian PM Mahathir Mohamad's resignation?...
DAP hanya alasan depa utk menghalalkn cara saja...
UMNO/MCA/MIC 48 + PAS 18= 130 Nak suruh bubar parlimen.
Pening cikgu matematik...
Dr. M perlu ingat bahawa rakyat telah menolak UMNO/BN/PAS di PRU14. Jangan belakangkan suara jutaan rakyat ketika melantik kabinet dan PM baru...
cheers.
Sumber asal: YDPA interview setiap 221 MP... Baca selebihnya di YDPA interview setiap 221 MP...
0 notes
Text
VETO punya pasal........
VETO punya pasal........ -
[ Fiqh Siyasi 47 - #veto yg memusnahkan ] VETO sebagai satu punca keruntuhan kesatuan Islam Intipati tulisan Qaradhawi dlm kitab ( الصحوة الإسلامية بين الاختلاف المشروع والتفرق المذموم ) yg ditulis tahun 1990. Ramadhan kareem; Bulan yg menerbitkan pembuktian & pencerahan buat mereka yg cakna isu politik negara. [1] Genaplah hari ini, 2 tahun lepas [ 6/6/2015 ] Pas secara rasmi bertindak putus hubungan dgn Dap. Atau lebih tepatnya 2 tahun genap Hj Abdul Hadi Awang salah gunakan veto utk bertindak putus dgn Dap. [2] Hingga saat ini, Hj Hadi masih gagal nyatakan walau satu pun sebab apa "thawabit" (atau perkara prinsip) yg "telah digadaikan oleh Pas" selama berkawan dgn Dap, sehingga beliau menukar pendirian 180 degree (u-turn) dari "wajib pertahankan kerjasama dgn Dap", kepada wajib putus dgn Dap keesokannya. Saya sudah bertemu berdepan dgn Hj Hadi pada Ramadhan 2 tahun lepas bertanyalah terus padanya soalan di atas. Hingga saat ini beliau memilih utk berdiam diri tak mahu menjawab soalan itu, atau mungkin langsung tak berani memberikan jawapannya. Kronologinya penting; [3] Rabu 3/6/2015 - petang sebelum penutup Muktamar Dewan Ulamak, bangun Mokhtar Senik bawa usul tergempar, ajak putus dgn Dap. Usul lewat dan mengejut itu diterima tanpa bahas. Dengan kefahaman semua yg hadir usul itu akan dibahaskan lusa, masa muktamar pusat. [4] Khamis 4/6/2015 - esoknya dlm ucapan dasar muktamar, Hj Hadi sebut dgn jelas utk semua pihak wajib berusaha "kekal dan kukuhkan" kerjasama dgn Dap/Pkr sebab manfaat dakwah besar utk Pas. Ucapan dasar diterima 100% perwakilan! [5] Jumaat 5/6/2015 - pagi itu mendapat maklum (walau belum di umumkan) kesemua "chai kepimpinan" yg bersa7ma dlm senarai disertai Hj Hadi itu menang keseluruhannya. Pagi itu juga tanpa disangka Hj Hadi arahkan Ketua JK Usul YB Mahfuz Omar utk ubah (secara paksa) usul dewan ulamak sebelum itu yg sepatutnya dibahas oleh muktamar, kepada kategori "usul diterima tanpa bahas", yg bermaksud perwakilan tidak dibenarkan bahas. Tetapi sebaliknya wajib terima sahaja keputusan Hj Hadi utk putus dgn Dap itu. [6] Semua hampir 2,000 perwakilan termasuk semua Majlis Syura, AJK kerja Pas Pusat, perwakilan kesemua Dewan, dan semua permerhati terkejut. Perlembagaan parti tak pernah memberikan Presiden kuasa veto itu. Bekas kepimpinan masa itu, Hj Mohamad Sabu, dan ramai lagi membantah veto itu. Mana mungkin isu sebesar dan serious begitu "dipaksa terima sebegitu sahaja". Sedangkan tujuan sebenar usul itu mmg untuk diajak bahas dan diundi oleh perwakilan. Bahkan itulah tujuan muktamar, sbg kuasa pemutus tertinggi parti. [7] Tidak. Hj Hadi tetap mahu veto walau dibantah habisan oleh oleh muktamar. In fact itulah kecelakaan plg besar berupa khianatnya Hj Hadi Awang sejak wafatnya TG Nik Abdul Aziz Nik Mat tiga bulan sebelum itu. Tiada satu pun asalan diberikan Hj Hadi atas sebab wajib putus. Apa seterusnya? [8] Esoknya pagi Sabtu 6/6/2015 - tatkala muktamar terus ketepikan usul tersebut dari dibahaskan, bangun 5 org perwakilan yg semua mereka 100% menegur tindakan Hj Hadi itu dan memberi amaran bahawa Perlembagaan parti tidak pernah membenarkan hak dan kekuasaan veto terlaksana oleh ketua parti. [9] Peguam Perlembagaan Pas Tuan Muhammad Faiz Fadzil (anak bekas Presiden Pas Ustaz Fadhil Noor - pencetus kerjasama dgn Dap/Pkr), memberi amaran bahawa tindakan Hj Hadi itu adalah berdosa kerana khianati perlembagaan parti dan mandat ahli. Saudara Norhalim Sirome memberikan teguran bahawa ulamak kena bersikap amanah dan melaksanakan tanggungjawab menegur ketua dan jangan dirbiarkan kerosakan terus dilakukan oleh Hj Hadi itu. [10] Bahkan lebih dahsyat org kanan Hj Hadi di Marang sendiri, YB Ustaz Mohd Nor Hamzah berkali bangun dan diarahkan duduk, dan bangun semula, membantah tindakan mengejut Hj Hadi itu. Amaran diberikan jika Hj Hadi laksanakan veto itu, maka FITNAH yg besar dan perpecahan pasti akan berlaku dlm Pas dan PR kerana Presiden Pas bakal dilabel sbg mengkhianati segala mandat yg rakyat berikan pada PRU 2008 dan 2013. Beliau juga memberi amaran, jika diteruskan juga keputusan putus dgn Dap pada muktamar itu, bermaksud esoknya Pas dah tidak boleh lagi duduk dlm Kerajaan Selangor dan Pulau Pinang, kerana sudah bukan lagi daripada Kerajaan PR. Sungguh berkali-kali beliau diarahkan duduk dan berhenti bercakap, namun beliau tetap terus bangun bantah Presiden Pas yg bertindak veto itu! [11] Hj Hadi hanya berkeras hati melihat segenap bantahan perwakilan dan kekecohan dewan mjuktamar itu. Biarlah apa nak berlaku, putus tetap putus dgn Dap. Puas! [12] Hari yg sama - 6/6/2015 Ketua Ulamak Mahfuz Mohamad dlm ucapan penutupnya berkata beliau sendiri cukup terkejut atas tindakan Presiden Pas itu. Bagaimana usul sepenting yg dicadangkan utk dibahas oleh Dewan Ulamak yg beliau pimpin, tiba-tiba dipinda dan dipaksa sbg usul yg wajib diterima oleh semua perwakilan, dan merampas hak mereka utk berbahas! [13] Wakil tuan rumah YB Ustaz Shafie Ngah dlm ucapan penutupnya penuh dgn linangan airmata berkata satu "muktamar khas" wajib diadakan dalam masa terdekat demi memberikan semula hak perwakilan dan juga memperbaiki semula hubungan dgn Dap dan PR. Bukan membiarkan perwakilan pulang dgn perasaan marah dan kecewa tanpa kefahaman utk putus dgn Dap tanpa satu sebab diberikan itu! [14] Hari yg sama kami pulang dgn perasaan luar biasa. Kalau tahun 2014 Hj Hadi bermakian "barua dan broker" dlm penutupnya, diawali doa laknat oleh Ustaz Azhar Yaakob sebelum itu, tapi hari itu hampir semua perwakilan pulang dlm perasaan terkejut dan kecewa marah betapa hak perwakilan dirampas dan dikhianati bukan oleh org lain, tapi oleh Presiden parti sendiri. Apa seterusnya? [15] Lusa Isnin 8/6/2015, pimpinan utama Pas masa itu Iskandar Abdul Samad memanggil satu mesyuarat khas dihadiri oleh semua wakil kawasan di Selangor dan dewan-dewan (atas kapasiti sbg Naib Presiden). Beliau bertanya terus pada Dewan Ulamak, apa sebab sebenar Dewan Ulamak tiba-tiba mahu putuskan dgn Dap? Apa jawapan Rizuan Bin Rahmat selaku Ulamak Pusat dan juga Ketua Ulamak Selangor; (a) Kami dewan ulamak tidak pernah pun berhasrat utk putus terus dgn Dap. Tidak langsung. Bahkan ketika muktamar tidak diputuskan pun utk putus dgn Dap/Pkr. (b) Dewan Ulamak amat faham dan akui bahawa manfaat dakwah daripada kerjasama politik (tahaaluf siyasi) Pas bersama Dap/Pkr sejak 2008 itu sgt menguntungkan Pas. Bahkan Pas lah yg paling beruntung walau tidak menjadi Menteri Besar. Kerana dgn kerjasama PR itulah Pas mampu laksanakan pelbagai kerja dakwah di seluruh Selangor dan menguasai masjid surau serta memegang jawatan politik. Ia tidak akan berlaku kalaulah tiada kerjasama antara Dap/Pkr. Untuk Pas memerintah secara sendirian adalah terbukti mustahil dlm waqie' semasa. (c) Katanya, cetusan utk putus dgn Dap itu hanyalah usul tergempar yg tiba-tiba dibawa oleh Mokhtar Senik, org luar Selangor. Pada masa itu sudah lewat petang dan tiada masa, maka usul itu diterima sebulat suara dgn tujuan utk dibahaskan pada hari muktamar pusat, esoknya. Itu kefahaman semua yg bersetuju membawa usul itu. (d) Tambah Rizuan Bin Rahmat usul itu mahu diangkat ke muktamar pusat hanyalah dgn tujuan yg satu iaitu "hanya utk gempar Dap sahaja" dan bukan sesekali utk benar-benar putus terus. Dan beliau sendiri yakin majoriti perwakilan sendiri akan menolak usul itu apabila dibahaskan oleh muktamar pusat. (e) Katanya, Dewan Ulamak sendiri tak sangka bagaimana Presiden boleh arahkan usul itu terus diterima tanpa benar dibahaskan langsung, kerana itu bukan tujuan asal usul tersebut. Tindakan itu langsung tidak disangka dilakukan oleh Presiden Pas! 16. Ya ikhwah, itulah kenyataan rasmi Ketua Ulamak Selangor masa itu di hadapan semua yg hadir. Dan pada masa itu juga beberapa ahli mesyuarat yg hadir menjerkah beliau secara terbuka atas kenyataan yg dilihat cukup bodoh dan jahat tersebut. Iskandar akhirnya terpaksa menutup mesyuarat apabila tak sangka jawapan yg dikemukakan oleh Ketua Ulamak sedemikian sekali rupanya. Ikhwah yg dirahmati, [17] Hari ini, 2 tahun lepas kejadian itu saya ungkapkan semula dlm tujlisan ini sebagai menepis FITNAH yg ditaburkan oleh kepimpinan Pas bahawa Parti Amanah Negara (AMANAH) yg kami laksanakan ini adalah manifestasi kekecewaan atas kekalahan dlm muktamar tersebut. Tidak sesekali. [18] Kami ini bersama sahabat-sahabat yg lain terlibat dlm kerja-kerja dakwah dan tarbiyyah Pas sejak sekian lama cukup faham akan betapa beratnya memikul tanggungjawab dan amanah jamaah. Kalah adalah satu kesyukuran yg memberikan ruang utk fokus pada tugasan lain yg lebih banyak. [19] Saya, dan saf kepimpinan AMANAH yg lain meletakkan bahawa kerosakan plg utama yg dilakukan oleh Pas adalah apabila membiarkan sahaja perlakuan KHIANAT oleh Presiden mereka itu, dan mengizinkan langkah VETO yg jelas haram dan melanggar perlembagaan parti, dibuat sendiri oleh ketua mereka Hj Hadi Awang. Nota; Untuk faham lebih jelas, apa kata Qaradhawi? Dalam kitab Syeikh Prof Dr Yusuf د.يوسف القرضاوي Al Qaradawi ( الصحوة الإسلامية بين الاختلاف المشروع والتفرق المذموم ) (atau dikenali kitab fiqh perbedaan pendapat dlm Islam) yg ditulis 30 tahun lepas Syeikh jelas menyatakan antara asbab plg utama boleh berlakunya isu taadud jamaah (bertambahan pelbagai kumpulan / parti Islam baru dlm perjuangan Islam di sesebuah negara) adalah disebabkan antaranya wujud amalan "penggunaan veto" oleh sesebuah ketua kumpulan tanpa mahu melaksanakan syura dalam tindakannya. Veto yg dimaksud adalah penggunaan "syura mu'lim" yg konsepnya seseorg ketua bertindak membuat keputusan atas pandangan sendiri semata tanpa terikat pada pandangan majority yg tak bersetuju dgn nya. Dan saya merasai akan kebenaran yg yg cukup pahit dari kenyataan Qaradhawi 30 tahun lepas itu, tatkala ianya berlaku dihadapan mata sendiri, genap 2 tahun lepas. Wallahu 'alam. Beruntunglah mereka yang mengambil 'ibrah dari kejadian ini! https://www.facebook.com/ahmadsayutibashiron/posts/10155315002624876 Bersaksilah ya Allah... Aku telah pamerkan satu yg bayyinah yg berat demi keterangan di bulan yg mulia ini. - WFauzdin NS
VETO punya pasal........ merupakan Entri ulangsiar. Credit kepada sumber asal di VETO punya pasal........ via Blogger http://sayupgema.blogspot.com/2017/06/veto-punya-pasal.html
0 notes
Text
Si Raja Gusur yang Kini Digusur Warga
Si Raja Gusur yang Kini Digusur Warga
Rohmat yang sudah 25 tahun memiliki KTP dan KK DKI Jakarta menuturkan pihak pelaksana pembangunan proyek sudah dua kali mondar-mandir di daerahnya. Pertama berkeliling sembari memberi tanda dengan cat semprot di beberapa area. Kedatangan kedua mereka guna menggambar peta perencanaan pembangunan.
Harianpublik.com – “Kenapa proyek terus yang dipikirin, bukan warganya yang dipikir. Kita sudah di pinggir tapi tetap diuber pembangunan dan proyek pemerintah. Kami orang kecil selalu diusik, selalu digusur,” kata Rohmat, 40 tahun, warga Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Rohmat ialah pengurus rukun tetangga 7 dan rukun warga 4 seksi pembangunan di Kampung Bayur. Di RW itu ada 48 hunian yang terancam digusur dalam waktu dekat karena proyek Jalan Tol Bekasi, Cawang, dan Kampung Melayu—disebut “Becak Kayu”.
Tak hanya RW 4, imbasnya RW 1, RW 2, RW 3, RW 11, dan RW 13 akan terdampak gusuran pula. Diperkirakan ada sekitar 376 hunian yang berada dalam posisi rentan. Proyek yang dimulai sejak 1996 ini akan menghubungkan Bekasi dan Jakarta sepanjang 21 kilometer. Kawasan ini akan dibelah proyek lain, yakni Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) jurusan Jakarta-Bandung.
Rohmat yang sudah 25 tahun memiliki KTP dan KK DKI Jakarta menuturkan pihak pelaksana pembangunan proyek sudah dua kali mondar-mandir di daerahnya. Pertama berkeliling sembari memberi tanda dengan cat semprot di beberapa area. Kedatangan kedua mereka guna menggambar peta perencanaan pembangunan.
Pada 28 April nanti, akan ada pertemuan di Kantor Kelurahan Cipinang Melayu. Rencananya membahas ganti rugi penggusuran. Hingga saat ini, Rohmat mengaku belum ada kepastian kapan penggusuran dilaksanakan.
“Surat resmi kapan penggusuran, warga belum dapat. Kalau sudah dapat surat resmi, kita bisa siap-siap. Lha kalau tidak? Kita cuma dapat keresahan,” katanya kepada Tirto, Kamis kemarin (20/4).
Warga di RW yang sama, Darsa, 45 tahun, mengisahkan tentang banjir yang menghantam permukiman di Cipinang Melayu selama dua hari sejak Selasa dan Rabu, pekan lalu. Kedalaman mencapai sekitar 1 meter. Sumber banjir dari Kali Sunter. Rumah Darsa di RT 7 hanya berjarak sekitar 5 meter dari Kali Sunter. Bahkan banjir merendam Masjid Nurul Iman yang berjarak 240 meter dari rumahnya.
“Waktu banjir kemarin lumpur 5 sampai 10 sentimeter di rumah dan jalan,” ujarnya.
Aktivitas keseharian warga lumpuh. Anak-anak dan ibu-ibu diungsikan ke Universitas Borobudur dan kantor kelurahan. Ada belasan perahu. Belasan tali tambang menjuntai dari satu rumah ke rumah lain. Darsa sudah jauh hari membuat loteng sederhana dari kayu; di situlah barang-barang berharga disimpan ketika banjir.
“Keluarga saya tidak pernah ngungsi. Saya belanja, renang lawan arus. Pakai rompi pelampung. Belanjanya di toko kelontong sekitar setengah kilometer dari rumah,” tuturnya.
Darsa, yang sudah 20 tahun tinggal di Jakarta, mengatakan siapa pun yang jadi gubernur Jakarta harus memerhatikan rakyat kecil seperti dirinya. Ia juga mengharapkan Kali Sunter secara rutin dikeruk.
Pada 19 April kemarin, di hari pencoblosan, Darsa dan Rohmat memakai hak pilihnya di TPS 21. Di TPS ini pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menang. Tirto berbicara dengan warga dan semuanya mencemaskan nasib mereka yang rentan digusur jika Ahok terpilih kembali. Sehingga isu “duniawi” inilah, dan bukan agama, yang cukup sering diutarakan.
“Pak Anies jangan obral janji saja. Harapan saya, tolong perhatikan rakyat kecil,” tegasnya.
Kalau pun penggusuran tak bisa dihindari, Darsa tak ingin nasibnya sama dengan warga gusuran lain di masa pemerintahan Ahok. Misalnya, ia ingin dipindahkan di dekat kediamannya sekarang. Dan ada uang ganti yang harus sesuai luas tanah yang digusur.
“Kami masih berat ninggalin Kampung Bayur. Warga inginnya rumah diganti rumah, bukan rusun,” ujar Darsa, mengungkapkan kekhawatiran. (tirto)Harianpublik.com – Korban Gusuran Menggusur Ahok
Sepanjang 2016, berdasarkan data LBH Jakarta, Ahok melakukan 193 kali penggusuran. Sebanyak 5.726 keluarga dan 5.379 unit usaha dia singkirkan. Dampaknya, saat pemungutan suara di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) warga korban gusuran, Ahok jatuh.
Misalnya di Rusunawa Rawa Bebek. Rusun ini menampung 1.458 warga gusuran dari Bukit Duri yang menempati 377 unit, 98 warga Krukut yang menempati 23 unit, dan 652 jiwa warga Pasar Ikan yang menempati 164 unit.
Pada putaran I Pilkada DKI Jakarta, 15 Februari lalu, pasangan Anies-Sandiaga unggul di TPS 140 dan TPS 141, mengantongi 148 suara dan 171 suara. Sedangkan Ahok-Djarot hanya mendapat masing 80 suara dan 48 suara. Pada putaran II, Anies-Sandiaga tetap menang: 444 suara di TPS 140 dan 270 suara di TPS 141. Sebaliknya, Ahok-Djarot mendapat 108 suara di TPS 140 daan 46 suara di TPS 141.
“Warga saya pada karaokean, pada bahagia, alhamdulillah. Jagoan warga saya menang. Pada dasarnya warga saya tidak suka sama Pak Gubernur Ahok. Pada dasarnya warga saya sakit hati,” kata Muhamad Rais pada hari pencoblosan, 19 April kemarin.
Rais ialah ketua RW 17 yang mengurus seluruh warga di Rusunawa Rawa Bebek. Ia mengatakan beberapa alasan Ahok kalah dari tempatnya. “Gara-gara tekanan pada saat digusur, tidak ada pembayaran ganti rugi sama sekali. Ngomongnya di debat Pilgub, air per kubik Rp1.050, faktanya warga bayar Rp5.500 per kubik. Itu kelemahan Pak Gubernur.”
Menurut Rais, sampai saat ini tak ada sekalipun keluhan warganya yang didengar Ahok. Ia berharap Ahok datang sendiri ke Rusunawa Rawa Bebek. Rais beranggapan, selama ini Ahok lebih percaya kepada pegawainya ketimbang menengok kenyataan di lapangan dan warga korban gusuran.
“Jangan mau dibohongi orang-orangnya atau pegawainya sendiri. Mereka bilang warga kami bahagia, bahagia apanya?”
Rais dipindah paksa ke rusunawa dari kampung di Pasar Ikan. Ia bersama warga ditempatkan di blok rusunawa untuk masyarakat umum, bukan khusus korban penggusuran. Karena itu warga Pasar Ikan harus membayar uang sewa Rp300 ribu per bulan. Sedangkan warga gusuran lain hanya membayar Rp200 ribu.
Meski sejak Februari 2017, blok untuk warga Pasar Ikan sudah terbangun, tetapi mereka belum bisa menempatinya.
“Mandat dari Pak Gubernur belum boleh. Kita masih di sini-sini saja, ya namanya kita orang titipan. Kita debat sama pengelola juga percuma, malah ujung-ujungnya kita yang dimusuhi,” keluhnya.
“Yang penting Pak Anies harus amanah. Cukuplah kami saja yang tergusur. Untuk selanjutnya, jangan ada lagi. Cukup kami saja yang merasakan kalau hidup di rusun itu sebenarnya pahit,” harapnya.
Tak hanya di Rusunawa Rawa Bebek, Ahok-Djarot kalah di Rusunawa Jatinegara Barat. Di sini ada 2.184 jiwa warga gusuran dari Kampung Pulo, terdiri 620 KK yang menempati 518 unit.
Di TPS 33 dan TPS 34, Anies-Sandiaga menang dengan perolehan 323 dan 348 suara. Sedangkan Ahok-Djarot mengantongi 50 dan 46 suara. Pada putaran II, Anies-Sandiaga kembali menang, 541 dan 553 suara melawan hanya 53 dan 44 suara buat Ahok-Djarot.
Berbeda dari dua rusunawa di atas. Di Rusunawa Marunda, pada putaran I, Ahok-Djarot menang di TPS 28, TPS 32, 33, 34, 35, 36, dan 37. Sebaliknya Anies-Sandiaga hanya menang di TPS 30. Namun, pada putaran II, perolehan suara itu berbalik. Anies-Sandiaga berkuasa di TPS 28, 30, 32, 33, dan 37. Sedangkan Ahok-Djarot dominan di TPS 34, 35, dan 36. Rusunawa Marunda menampung warga gusuran Rawajati yang menempati 16 unit, warga Kalijodo 152 unit, dan Pasar Ikan 102 unit.
Di Pasar Ikan pun, ada segelintir warga yang ngotot tinggal di puing-puing rumahnya dan mencoblos buat kemenangan Anies-Sandiaga. Ada dua TPS di sini. Pada putaran I, di TPS 16, Anies-Sandiaga meraih 271 suara sementara Ahok-Djarot 114 suara. Di TPS 17, Anies-Sandiaga mengantongi 249 suara dan Ahok-Djarot 54 suara. Pada putaran II, cuma 57 suara untuk Ahok-Djarot di TPS 16 dan 131 suara di TPS 17. Sebaliknya, Anies-Sandiaga meraup 297 suara di TPS 16 dan 333 suara di TPS 17. (tirto) Sumber : Source link
0 notes
Text
Obama Ingatkan Trump Dampak Pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem
Washington DC (SIB) -Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memperingatkan bahwa wacana memindahkan Kedutaan Besar (Kedubes) AS dari Tel Aviv ke Yerusalem akan berdampak eksplosif. Obama juga khawatir prospek solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina semakin menyusut. Trump yang akan dilantik 20 Januari 2016, berjanji akan merelokasi kantor Kedubes AS untuk Israel yang berada di Tel Aviv, ke Yerusalem. Hal ini mendobrak kebijakan AS sejak lama dan berpotensi memicu kecaman internasional, karena Israel maupun Palestina sama-sama mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota mereka. "Ketika langkah sepihak dilakukan tiba-tiba, hingga menyinggung isu-isu inti dan sensitif bagi kedua pihak, itu bisa eksplosif," ucap Obama dalam konferensi pers terakhir di Gedung Putih, seperti dilansir Reuters, Kamis (19/1). Obama menyatakan, pemerintahannya telah memperingatkan pemerintahan Trump bahwa perubahan besar dalam kebijakan luar negeri akan memiliki konsekuensi besar. "Itu menjadi bagian dari hal yang telah kami isyaratkan pada tim yang akan datang dalam proses transisi, yakni agar memberi perhatian pada hal ini karena ini -- ini adalah hal yang mudah berubah," sebut Obama, saat ditanya soal potensi pemindahan kantor Kedubes AS di Israel. "Saya pikir status quo itu berkelanjutan, hal itu berbahaya bagi Israel, juga buruk bagi Palestina, buruk bagi kawasan dan buruk bagi keamanan nasional Amerika," tegasnya. Obama berulang kali menyatakan bahwa aktivitas pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat dan Yerusalem menjadi penghalang dalam mencapai solusi dua negara Palestina-Israel. AS meyakini solusi dua negara sebagai solusi terbaik bagi konflik Israel-Palestina yang sudah berlangsung beberapa dekade. Soal resolusi PBB yang baru tentang larangan pembangunan permukiman Israel, Obama menyebut pemerintahannya tidak memveto resolusi itu karena merasa solusi dua negara sebagai satu-satunya pilihan untuk perdamaian. "Tujuan dari resolusi itu menyatakan bahwa ... pertumbuhan permukiman (Yahudi) telah membuat kenyataan di lapangan yang justru menjadikan solusi dua negara semakin tidak mungkin terwujud. Penting bagi kami untuk memberikan sinyal, peringatan bahwa momen ini mungkin akan terlewat," tandasnya. Akan Baik-baik Saja Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berjanji akan bersuara jika Presiden terpilih Donald Trump mengancam nilai-nilai penting AS. Obama juga meyakinkan warga AS bahwa "kita akan baik-baik saja" di bawah kepemimpinan Trump. Obama menyampaikan konferensi pers terakhirnya kepada wartawan di Gedung Putih, pada Rabu (18/1) waktu setempat, sebelum Trump dilantik pada Jumat (20/1) besok. Obama menyebut dirinya akan mundur dari kancah politik, namun tak segan bersuara jika muncul ancaman pada nilai-nilai inti AS. "Saya ingin menulis, saya ingin tenang untuk sementara waktu dan tidak berbicara banyak lagi. Saya ingin menghabiskan waktu yang berharga dengan putri-putri saya," ucap Obama seperti dilansir AFP dan New York Times, Kamis (19/1). "Jadi itu adalah prioritas saya untuk tahun ini. Tapi seperti saya katakan sebelumnya, saya masih seorang warga negara," imbuhnya. Lebih lanjut, Obama menegaskan akan buka suara dan muncul ke publik jika dia melihat adanya upaya diskriminasi sistematis, pengikisan hak-hak warga untuk memilih, pembungkaman media atau pengusiran imigran-imigran yang lama menetap di AS. "Ada perbedaan antara politik yang berfungsi normal dengan isu-isu tertentu atau momen-momen tertentu, yang saya pikir, nilai-nilai inti kita dipertaruhkan," ucap Obama. "Saya pikir hal-hal itu akan membuat saya berbicara keras," imbuhnya. Semasa kampanye, Trump bersumpah akan melarang warga muslim masuk ke AS dan juga mendeportasi jutaan imigran ilegal, yang kebanyakan berasal dari negara Amerika Latin. Soal kepemimpinan Trump, Obama berusaha memberikan kepastian dan menenangkan warga AS. "Saya telah memberi nasihat terbaik saya, nasihat soal isu-isu tertentu, baik luar negeri maupun dalam negeri," tutur Obama, merujuk pada percakapannya dengan Trump beberapa waktu lalu. "Saya bisa memberitahu Anda bahwa -- ini hal yang saya katakan kepadanya (Trump-red) -- bahwa ini adalah pekerjaan yang bebannya tidak bisa Anda lakukan sendiri. Anda sungguh-sungguh bergantung pada tim," tegasnya. Terakhir, Obama mengakui dirinya dan sang istri, Michelle, berusaha mengajarkan kepada kedua putrinya, Sasha dan Malia untuk tetap berharap usai Trump menang pilpres. "Ini bukan persoalan 'Obama-tanpa-drama'. Ini adalah hal yang saya yakini. Memang benar bahwa di belakang pintu, saya banyak mengumpat daripada di depan publik, dan terkadang saya marah dan frustrasi seperti semua orang, tapi dalam batin saya, saya pikir kita akan baik-baik saja," tandas Obama. Ingin Batasi Wartawan Sementara itu, presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump membatalkan rencana memindahkan ruang konferensi pers keluar dari Gedung Putih. Namun Trump menginginkan timnya untuk menentukan wartawan yang bisa masuk ke ruang konferensi pers. Trump yang akan dilantik menjadi Presiden AS ke-45 pada 20 Januari 2016, selama ini memiliki hubungan tidak hangat dengan beberapa media AS. Semasa kampanye kepresidenan, Trump melarang sejumlah media untuk meliput dan bahkan terang-terang mengkritik reporter yang tidak disukainya. Pengusaha real estate asal New York ini lebih banyak menggunakan Twitter sebagai alat komunikasinya dengan publik. Trump tidak menggelar konferensi pers selama 2 bulan sejak memenangi pilpres pada 8 November 2016. Seperti dilansir Reuters, Kamis (19/1), para staf Trump membahas pemindahan aktivitas media briefing dan konferensi pers, yang selama ini digelar di ruang konferensi pers kecil di West Wing Gedung Putih. Rencananya, ruang konferensi pers akan dipindahkan ke Old Executive Office Building, yang bersebelahan dengan Gedung Putih namun masih satu kompleks. Staf Trump juga mempertimbangkan untuk mengubah susunan tempat duduk di ruang konferensi pers, yang selama ini ditentukan Asosiasi Koresponden Gedung Putih (WHCA). Total ada 49 kursi di ruang konferensi pers dan setiap media memiliki kursi tetap, yang posisinya diatur oleh WHCA. Media-media besar AS seperti NBC, Fox News, CBS News, Associated Press, ABC News, Reuters dan CNN menempati tujuh deret terdepan. "Pers menjadi tak terkendali, jadi saya katakan, 'Mari tidak usah memindahkannya (ruang konferensi pers)'. Tapi beberapa orang (wartawan) tidak akan bisa masuk," tutur Trump dalam wawancara dalam acara 'Fox 0& Friends' yang ditayangkan Rabu (18/1) waktu AS. "Ada banyak orang yang ingin masuk, jadi kita akan memilih orang-orang yang boleh masuk ke ruangan (konferensi pers) -- Saya yakin orang-orang akan bersemangat. Dan mereka akan memohon untuk ruangan yang lebih besar, dengan segera, Anda lihat saja," imbuhnya. Tidak diketahui pasti apakah Trump serius berniat memilih wartawan yang boleh masuk ke ruang konferensi pers, atau apakah Gedung Putih di bawah kepemimpinannya akan menambah jumlah media yang diberi mandat meliput. Juru bicara Trump, Sean Spicer, menuturkan kepada wartawan bahwa konferensi pers pertama Trump sebagai Presiden AS akan digelar di ruangan yang sama. "Kita akan lihat apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya," ujarnya. Presiden Barack Obama untuk terakhir kalinya menggelar konferensi pers di Gedung Putih, pada Rabu (18/1) waktu setempat. "Keberadaan kalian di gedung ini membuat tempat ini berfungsi lebih baik. Ini menjaga kita tetap jujur, membuat kita bekerja lebih keras," ucapnya kepada para wartawan Gedung Putih. (Rtr/detikcom/f) http://dlvr.it/N8n5Dh
0 notes
Text
Ketika Warga korban Gusuran Membalas Ahok-Djarot di Bilik Suara, Si Raja Gusur Tergusur di Pilkada Jakarta
Ketika Warga korban Gusuran Membalas Ahok-Djarot di Bilik Suara, Si Raja Gusur Tergusur di Pilkada Jakarta
Kenapa proyek terus yang dipikirin, bukan warganya yang dipikir. Kita sudah di pinggir tapi tetap diuber pembangunan dan proyek pemerintah. Kami orang kecil selalu diusik, selalu digusur,” kata Rohmat, 40 tahun, warga Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Rohmat ialah pengurus rukun tetangga 7 dan rukun warga 4 seksi pembangunan di Kampung Bayur. Di RW itu ada 48 hunian yang terancam digusur dalam waktu dekat karena proyek Jalan Tol Bekasi, Cawang, dan Kampung Melayu—disebut “Becak Kayu”.
Tak hanya RW 4, imbasnya RW 1, RW 2, RW 3, RW 11, dan RW 13 akan terdampak gusuran pula. Diperkirakan ada sekitar 376 hunian yang berada dalam posisi rentan. Proyek yang dimulai sejak 1996 ini akan menghubungkan Bekasi dan Jakarta sepanjang 21 kilometer. Kawasan ini akan dibelah proyek lain, yakni Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) jurusan Jakarta-Bandung.
Rohmat yang sudah 25 tahun memiliki KTP dan KK DKI Jakarta menuturkan pihak pelaksana pembangunan proyek sudah dua kali mondar-mandir di daerahnya. Pertama berkeliling sembari memberi tanda dengan cat semprot di beberapa area. Kedatangan kedua mereka guna menggambar peta perencanaan pembangunan.
Pada 28 April nanti, akan ada pertemuan di Kantor Kelurahan Cipinang Melayu. Rencananya membahas ganti rugi penggusuran. Hingga saat ini, Rohmat mengaku belum ada kepastian kapan penggusuran dilaksanakan.
“Surat resmi kapan penggusuran, warga belum dapat. Kalau sudah dapat surat resmi, kita bisa siap-siap. Lha kalau tidak? Kita cuma dapat keresahan,” katanya kepada Tirto, Kamis kemarin (20/4).
Warga di RW yang sama, Darsa, 45 tahun, mengisahkan tentang banjir yang menghantam permukiman di Cipinang Melayu selama dua hari sejak Selasa dan Rabu, pekan lalu. Kedalaman mencapai sekitar 1 meter. Sumber banjir dari Kali Sunter. Rumah Darsa di RT 7 hanya berjarak sekitar 5 meter dari Kali Sunter. Bahkan banjir merendam Masjid Nurul Iman yang berjarak 240 meter dari rumahnya.
“Waktu banjir kemarin lumpur 5 sampai 10 sentimeter di rumah dan jalan,” ujarnya.
Aktivitas keseharian warga lumpuh. Anak-anak dan ibu-ibu diungsikan ke Universitas Borobudur dan kantor kelurahan. Ada belasan perahu. Belasan tali tambang menjuntai dari satu rumah ke rumah lain. Darsa sudah jauh hari membuat loteng sederhana dari kayu; di situlah barang-barang berharga disimpan ketika banjir.
“Keluarga saya tidak pernah ngungsi. Saya belanja, renang lawan arus. Pakai rompi pelampung. Belanjanya di toko kelontong sekitar setengah kilometer dari rumah,” tuturnya.
Darsa, yang sudah 20 tahun tinggal di Jakarta, mengatakan siapa pun yang jadi gubernur Jakarta harus memerhatikan rakyat kecil seperti dirinya. Ia juga mengharapkan Kali Sunter secara rutin dikeruk.
Pada 19 April kemarin, di hari pencoblosan, Darsa dan Rohmat memakai hak pilihnya di TPS 21. Di TPS ini pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menang. Tirto berbicara dengan warga dan semuanya mencemaskan nasib mereka yang rentan digusur jika Ahok terpilih kembali. Sehingga isu “duniawi” inilah, dan bukan agama, yang cukup sering diutarakan.
“Pak Anies jangan obral janji saja. Harapan saya, tolong perhatikan rakyat kecil,” tegasnya.
Kalau pun penggusuran tak bisa dihindari, Darsa tak ingin nasibnya sama dengan warga gusuran lain di masa pemerintahan Ahok. Misalnya, ia ingin dipindahkan di dekat kediamannya sekarang. Dan ada uang ganti yang harus sesuai luas tanah yang digusur.
“Kami masih berat ninggalin Kampung Bayur. Warga inginnya rumah diganti rumah, bukan rusun,” ujar Darsa, mengungkapkan kekhawatiran.
Korban Gusuran Menggusur Ahok
Sepanjang 2016, berdasarkan data LBH Jakarta, Ahok melakukan 193 kali penggusuran. Sebanyak 5.726 keluarga dan 5.379 unit usaha dia singkirkan. Dampaknya, saat pemungutan suara di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) warga korban gusuran, Ahok jatuh.
Misalnya di Rusunawa Rawa Bebek. Rusun ini menampung 1.458 warga gusuran dari Bukit Duri yang menempati 377 unit, 98 warga Krukut yang menempati 23 unit, dan 652 jiwa warga Pasar Ikan yang menempati 164 unit.
Pada putaran I Pilkada DKI Jakarta, 15 Februari lalu, pasangan Anies-Sandiaga unggul di TPS 140 dan TPS 141, mengantongi 148 suara dan 171 suara. Sedangkan Ahok-Djarot hanya mendapat masing 80 suara dan 48 suara. Pada putaran II, Anies-Sandiaga tetap menang: 444 suara di TPS 140 dan 270 suara di TPS 141. Sebaliknya, Ahok-Djarot mendapat 108 suara di TPS 140 daan 46 suara di TPS 141.
“Warga saya pada karaokean, pada bahagia, alhamdulillah. Jagoan warga saya menang. Pada dasarnya warga saya tidak suka sama Pak Gubernur Ahok. Pada dasarnya warga saya sakit hati,” kata Muhamad Rais pada hari pencoblosan, 19 April kemarin.
Rais ialah ketua RW 17 yang mengurus seluruh warga di Rusunawa Rawa Bebek. Ia mengatakan beberapa alasan Ahok kalah dari tempatnya. “Gara-gara tekanan pada saat digusur, tidak ada pembayaran ganti rugi sama sekali. Ngomongnya di debat Pilgub, air per kubik Rp1.050, faktanya warga bayar Rp5.500 per kubik. Itu kelemahan Pak Gubernur.”
Menurut Rais, sampai saat ini tak ada sekalipun keluhan warganya yang didengar Ahok. Ia berharap Ahok datang sendiri ke Rusunawa Rawa Bebek. Rais beranggapan, selama ini Ahok lebih percaya kepada pegawainya ketimbang menengok kenyataan di lapangan dan warga korban gusuran.
“Jangan mau dibohongi orang-orangnya atau pegawainya sendiri. Mereka bilang warga kami bahagia, bahagia apanya?”
Rais dipindah paksa ke rusunawa dari kampung di Pasar Ikan. Ia bersama warga ditempatkan di blok rusunawa untuk masyarakat umum, bukan khusus korban penggusuran. Karena itu warga Pasar Ikan harus membayar uang sewa Rp300 ribu per bulan. Sedangkan warga gusuran lain hanya membayar Rp200 ribu.
Meski sejak Februari 2017, blok untuk warga Pasar Ikan sudah terbangun, tetapi mereka belum bisa menempatinya.
“Mandat dari Pak Gubernur belum boleh. Kita masih di sini-sini saja, ya namanya kita orang titipan. Kita debat sama pengelola juga percuma, malah ujung-ujungnya kita yang dimusuhi,” keluhnya.
“Yang penting Pak Anies harus amanah. Cukuplah kami saja yang tergusur. Untuk selanjutnya, jangan ada lagi. Cukup kami saja yang merasakan kalau hidup di rusun itu sebenarnya pahit,” harapnya.
Tak hanya di Rusunawa Rawa Bebek, Ahok-Djarot kalah di Rusunawa Jatinegara Barat. Di sini ada 2.184 jiwa warga gusuran dari Kampung Pulo, terdiri 620 KK yang menempati 518 unit.
Di TPS 33 dan TPS 34, Anies-Sandiaga menang dengan perolehan 323 dan 348 suara. Sedangkan Ahok-Djarot mengantongi 50 dan 46 suara. Pada putaran II, Anies-Sandiaga kembali menang, 541 dan 553 suara melawan hanya 53 dan 44 suara buat Ahok-Djarot.
Berbeda dari dua rusunawa di atas. Di Rusunawa Marunda, pada putaran I, Ahok-Djarot menang di TPS 28, TPS 32, 33, 34, 35, 36, dan 37. Sebaliknya Anies-Sandiaga hanya menang di TPS 30. Namun, pada putaran II, perolehan suara itu berbalik. Anies-Sandiaga berkuasa di TPS 28, 30, 32, 33, dan 37. Sedangkan Ahok-Djarot dominan di TPS 34, 35, dan 36. Rusunawa Marunda menampung warga gusuran Rawajati yang menempati 16 unit, warga Kalijodo 152 unit, dan Pasar Ikan 102 unit.
Di Pasar Ikan pun, ada segelintir warga yang ngotot tinggal di puing-puing rumahnya dan mencoblos buat kemenangan Anies-Sandiaga. Ada dua TPS di sini. Pada putaran I, di TPS 16, Anies-Sandiaga meraih 271 suara sementara Ahok-Djarot 114 suara. Di TPS 17, Anies-Sandiaga mengantongi 249 suara dan Ahok-Djarot 54 suara. Pada putaran II, cuma 57 suara untuk Ahok-Djarot di TPS 16 dan 131 suara di TPS 17. Sebaliknya, Anies-Sandiaga meraup 297 suara di TPS 16 dan 333 suara di TPS 17.
Berdasarkan laporan LBH Jakarta bertajuk “Seperti Puing: Laporan Penggusuran Paksa di Wilayah DKI Jakarta Tahun 2016”, dalam eksekusi penggusuran, Ahok melibatkan aparat dari Polri dan TNI. Ada 59 persen kasus penggusuran di Jakarta melibatkan aparat Polri. Kemudian 57 persen kasus penggusuran yang melibatkan aparat TNI. Bagi LBH Jakarta, pelibatan aparat yang dibayar negara untuk menggusur memicu terjadinya intimidasi dan kekerasan pada korban penggusuran.
Faktor lain yang membuat Ahok kalah adalah tingkatan pemilih kelas menengah ke bawah yang cenderung memilih Anies, seperti warga penggusuran. Data exit poll Indikator menunjukkan, sebesar 52 persen warga berpendapatan di bawah Rp2 juta memilih Anies. Sementara yang memilih Ahok cuma 35 persen. Sedangkan data exit poll Pollmark memberikan gambaran yang sama. Di segmen pemilih dengan pendapatan kurang dari 1 juta, Ahok hanya didukung 26,4%; pada segmen pendapatan 1-3 juta Ahok hanya dipilih oleh 35%. Pendeknya: Ahok-Djarot kalah di kalangan pemilih dengan pendapatan paling rendah.
Keberpihakan warga rusunawa kepada Anies dilandasi tindakan Ahok yang tidak manusiawi kepada warga gusuran sehingga senjata untuk melawan, salah satunya, lewat peluang pesta demokrasi lima tahun sekali. Dalam penelusuran Tirto pasca pencoblosan, sangat sedikit warga yang bicara soal agama. Mereka mengeluhkan problem duniawi: perlakuan buruk Ahok dalam hal penggusuran.
Yusron Hariyanto, penghuni Rusunawa Jatinegara Barat, mengatakan saat digusur pemerintahan Ahok, “sumber kehidupan kami dihancurkan begitu saja tanpa ada kompensasi sedikit pun.”
Padahal untuk membangun rumahnya, lanjut Yusron, ia menabung pelan-pelan dari gaji yang dulu ia dapatkan Rp8.500. Sejak pindah ke rusunawa, ujarnya, ia harus memikirkan biaya sewa unit, listrik, dan air setiap bulan, yang bisa mencapai Rp600 ribu atau lebih.
“Kami tidak sanggup melawan pemerintah, mereka ada Polisi, TNI dan, Satpol PP dalam penggusuran. Kita hanya bisa melawan melalui Pilkada ini,” kata Yusron. “Banyak yang sakit hati karena tidak ada ganti rugi. Sebelum Ahok jadi gubernur kok bisa ada ganti rugi, kenapa sekarang enggak bisa? Indonesia ini belum ada keadilan.”
[mediamuslim/tirto]
Sumber : Source link
0 notes