#studi di inggris
Explore tagged Tumblr posts
Text
Bahasa Inggris
Mengenal Jurusan Bahasa Inggris Politeknik Negeri Padang. Politeknik Negeri Padang adalah salah satu kampus vokasi terbaik di Sumatra Barat, didirikan pada tahun 1987, dimana keberadaan Politeknik merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) Politeknik pertama di Indonesia, yang bertujuan menjawab tantangan perkembangan dunia industri dan dunia usaha yang menuntut kompetensi dari tenaga-tenaga…
#Broadcasting PNP#D3 Bahasa Inggris PNP#kampus vokasi di kota Padang#Media Politeknik negeri padang#Program Studi D3
0 notes
Text
Naik Kelas, Melihat Dunia
Saya lahir dari keluarga tidak berpendidikan. Ibu saya tidak tamat SD. Ayah saya meninggalkan madrasah tsanawiyah (setara SMP) karena yatim piatu dan tidak ingin merepotkan kakak tiri dan suami kakak tirinya yang memberi atap, makan, dan menyekolahkan. Saya sejak kecil tidak merasakan "kemewahan" seperti handphone pribadi, komik, diantar jemput pakai mobil, sega, nintendo, playstation atau liburan ke luar kota. Kami sekolah, mengerjakan PR, mengaji di mesjid, and repeat. Kami tidak tahu apa itu politik dalam negeri, apalagi politik luar negeri seperti penjajahan Isra3L pada Palestin4.
Baru setelah merantau ke Singapura, saya mulai belajar apa itu pergerakan, tipis-tipis. Sebelum lulus kuliah ikut Forum Indonesia Muda yang membuat saya terekspos dengan dunia aktivisme. Tapi masih fokusnya pada isu-isu nasional.
Saat master dan PhD di Inggris saya terekspos lebih jauh dengan aktivisme yang lebih formal, seperti menulis antologi, menulis opini di media massa, dan lalu policy brief (semacam rekomendasi kebijakan berdasarkan bukti dan studi ilmiah).
Menjelang lulus PhD, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaan Inggris ketar-ketir dengan invasi Rusia ke Ukraina. Tiga entitas politik ini mengutuk aksi Putin dan mengirim bantuan pada warga Ukraina. Media satu suara mengecam Putin. Beberapa negara juga buka pagar untuk pengungsi Ukraina sebagai bentuk simpati.
Sekarang saya bekerja di Inggris, invasi dan pembunuhan secara terang-terangan oleh IsraëL kepada warga Palestin4 dengan jumlah korban 8000an dalam waktu tiga minggu. Korban masih berjatuhan, aksi militer terus digencarkan dan parahnya didukung oleh Uni Eropa, Amerika Serikat dan Kerajaaan Inggris.
Dunia Barat dan negara superpower punya dua muka. Tahun lalu mereka mengecam invasi Rusia ke Ukraina, tapi tidak invasi Isra3L ke tanah Palestina.
Ini bukan perang karena seperti Ukraina-Rusia, kekuatan militer tidak sebanding. Ini invasi, penjajahan.
Ada hal-hal yang ternyata sulit diubah, tapi bisa jika kita semua satu suara melawan dan menolak diam.
Media massa sudah dua dekade berpihak pada Isra3L. Media massa punya pemilik. Pemiliknya punya keberpihakan. Pemilik media yang besar-besae berpihak pada siapa yang punya. Sulitnya, media seperti CNN dan BBC dipegang kendalinya oleh pendukung misi IsraëL. Kecaman pada grup militan di negara Timur Tengah dan Afrika itu bisa jadi teramplifikasi oleh media massa. Ketika kita lihat mendalam, ternyata ini jadi justifikasi Amerika Serikat membunuh ribu bahkan jutaan manusia di negara "konflik". Well, konflik ini mereka yang mulai dan amplikasi. Dibaliknya ada motivasi lain--sumber migas misalnya.
Ideologi Isra3L itu jelas, zionisme--merampas Tanah Palestina, menghapuskan negara dan bangsa Palestina demi berdirinya negara-bangsa Yahudi. Dari ideologi saja, sudah seharusnya kita tidak berpihak karena untuk mencapai misinya, Isra3L akan membunuh dan mengusir jutaan manusia warga lokal Palestina.
Isra3L sudah tumbuh menjadi negara maju yang punya jaringan bisnis. Ini membuat Uni Eropa tidak mengecam partner bisnis mereka koloni penjajah Isra3L.
Politisi punya hubungan dengan pebisnis Isra3L/orang-orang pendukung ide Zionisme. Misalnya, Perdana Menteri Inggris yang punya investor mantan militer Isra3L dan pejabat pentolan UNICEF ada istri dari investor bagong pendukung zionisme.
Dari 4 hal ini, sulit melawan jika banyak dari kita hanya diam. Media massa dan politisi negara maju tidak berpihak pada Palestin4. Bahkan 1-2 negara Arab malah "membantu" operasi pembantaian warga Palestin4 yang sedang berlangsung.
Jadi, harapan warga Palestin4 tinggal suara mayoritas (orang biasa, kita semua).
Setiap dari kita bisa melawan 4 kesulitan di atas. Lawan media massa yang misleading dengan media alternatif yang berpihak pada kemanusiaan. Tolak eksistensi Isr4el karena ideologinya pengusiran, perampasan, pembantaian, dan rasis. Anggurin semua komen pro-Isra3L biar komen mereka tenggelam. Like & reply komen yang cocok di hati. Jangan pakai istilah negara israhell, karena kita harus menolak mereka sebagai negara karena sejatinya mereka adalah koloni penjajah (settlers colonial state) yang sudah dibiarkan dunia (dengan kawalan negara adidaya) untuk mengambil rumah dan tanah warga Palestin4. Penjajah nomor satu, pembunuh nomor satu abad ini.
Lalu, lawan dominasi ekonomi dengan boikot brand dan block influencer yang mendukung Isra3L secara ekonomi maupun moril. Suarakan kebenaran terus menerus sampai dukungan hak warga Palestin4 dan kecaman pada pemerintah kolonial Isra3L menjadi mainstream. Kita mau semua manusia di dunia diakui sama dan punya hak yang sama, juga warga Palestin4 diakui setara (tidak seperti hari ini dimana pemerintah penjajah Israle menanggap warga Palestin4 hewan. Terlaknat mereka!)
Jika ada kesempatan, berkumpul dan ikutlah turun ke jalan. Buat perjuangan Palestina dan kejahatan perang Isra3L ini obrolan keluarga dan lingkar pertemanan kita. Jika busukny mereka sudah diakui jutaan orang, Isra3L dan teman-teman gentar dan mungkin akan meninggalkan perdana menteri IsraëL terpojok. Buat semua kanal media/tokoh yang mendukung Isra3L malu karena argumen invasi dan pengeboman mereka tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan HAM.
Akhirnya, Isra3L akan capek dan habis tenaga jika kita potong aliran dana dan sokongan pada mereka, seperti Rusia akhirnya tarik mundur karena melanjutkan invasi terlalu mahal.
Your boycott is important. Your voice to push politicians to cut ties with IsraëL is important.
We will win this together.
*
Ditulis oleh Bening, seorang anak pedagang kain di kios berdebu di pasar penampungan di Pekanbaru, dia baru saja mengedukasi dirinya lewat media alternatif dan akun Instagram wartawan lapangan di Gaza.
92 notes
·
View notes
Text
Tentang Perpustakaan
Ketika aku studi di Cina aku kaget karena perpustakaan harus tutup di malam hari
Loh kenapa?
Karena kalau buka 24 jam, dijamin orang-orang tidur semua di perpus untuk belajar
Ujar temanku yang kuliah kedokteran di Cina.
Ia melanjutkan,
Bahkan di akhir pekan, antrian masuk ke perpustakaan itu sampai ke jalanan
Aku kagum akan budaya semangat belajarnya. Dulu ketika aku di bangku SD (yang menggunakan kurikulum Singapur) pun demikian, perpustakaan harus ditutup di jam istirahat makan siang. Kenapa?
Bukan karena petugasnya istirahat, tapi.. agar murid-muridnya bersosialisasi di kantin dan main di playground!
Sebelumnya ketika perpustakaan tetap buka, ternyata banyak murid yang “ansos” karena memilih membaca di perpustakaan. Hal itu mengkhawatirkan para guru, akhirnya ditutuplah library sepetak kami itu.. saat jam recess dan lunch.
Perpustakaan kami pun membuat peraturan hanya boleh meminjam 1 buku dalam 1 kali kesempatan, karena jika tidak dibatasi semua murid berebut meminjam 3-4 buku.
SD kami juga punya library week (pekan perpustakaan) dimana para murid bertukar buku, sekolah mengadakan pameran buku-buku impor, menyelenggarakan lomba-lomba literasi, bahkan memberikan awards untuk mereka yang mengisi reading log terbanyak.
Oh ya, tiap term sekolah kami juga diwajibkan membaca dan mengulas satu buku yang sama untuk satu kelas. Lalu biasanya diadakan project terkait buku tersebut entah itu poster, drama, karya tulis. Aku ingat sekali, pertama kali pindah ke SD tersebut di kelas 4, buku pertama yang ditugaskan adalah James and The Giant Peach - Roald Dahl.
Tugas itu membuat aku menangis. Haha, iya karena itu kali pertama harus membaca buku bahasa Inggris di rumah, sendiri. Menangis karena tidak paham isi bukunya! Maklum, dipindahkan dari SD negeri (tanpa modal bahasa Inggris) ke SD swasta itu.
Di term-term berikutnya kami membaca ragam buku: Freckle Juice, A Wrinkle in Time, Narnia, dan lain-lain.
Mengingat masa-masa tersebut selalu membawa kenangan hangat dan penuh syukur karena ditakdirkan guru-guru yang ikhlas dan percaya: Dipercaya (dengan kemampuan alakadarku saat itu) untuk masuk ke kelas EL1 dan bukan ESL, diberikan cap “impressive” di esai pertamaku hingga akhirnya bisa memberikan speech kelulusan SD juga dalam bahasa Inggris.
Dari wasilah perpustakaan kami yang berkarpet biru itu, Allah mengantarkan kami berkeling dunia dalam imajinasi, membuka cakrawala ke pemikiran-pemikiran besar. Allah juga titipkan kecintaan membaca dan kecintaan pada buku.
Walau masih jauuuuh dari obsesi membaca para ulama, yang tidak pernah kenyang menelaah kitab…Tapi semoga Allah hadirkan hikmah dari taman-taman baca, perpustakaan, dan ruang buku itu. Semoga kelak dapat menghadirkan ruang literasi, mewariskan semangat berilmu, dan meneladankan adab terbaik pada buku.
Saat membahas tentang membaca buku, di dalam Shaid Al-Khâti, Ibnul Jauzi berkata menceritakan dirinya,
“Aku tidak pernah kenyang membaca buku. Jika menemukan buku yang belum pernah akulihat, maka seolah-olah aku mendapatkan harta karun.
Aku pernah melihat katalog buku-buku wakaf di madrasah An-Nidhamiyyah yang terdiri dari 6.000 jilid buku. Aku juga melihat katalog buku Abu Hanifah, Al-Humaidi, Abdul Wahhab bin Nashir dan yang terakhir Abu Muhammad bin Khasysyab. Aku pernah membaca semua buku tersebut serta buku lainnya.
Aku pernah membaca 200.000 jilid buku lebih. Sampai sekarang aku masih terus mencari ilmu."
Atau sebagaimana bapak bangsa kita, Buya Hamka dengan kebiasaannya membaca.
Sejak kecil, Hamka sudah keranjingan membaca. Ketika Hamka kecil tahu bahwa gurunya Zaenuddin Labay El Yunusy membuka Bibliotek, yaitu tempat penyewaan buku, maka Hamka selalu menyewanya setiap hari. Setelah membaca Hamka selalu menyalinnya kembali dengan tulisan sendiri. Ketika uangnya habis, Hamka selalu membantu pekerjaan di percetakan, dan imbalan yang dipintanya yaitu diperbolehkan membaca buku.
Termasuk ketika Hamka naik haji dan menetap di Makkah, untuk menyambung hidupnya karena perbekalan sangat terbatas, Hamka bekerja di percetakan kitab. Disana pula Hamka tenggelam dalam lautan ilmu. Ratusan kitab dibacanya. Di tempat itu Hamka antara bekerja dan menuntut ilmu.
Rabbi zidnii ‘ilman..
-h.a.
Ditulis karena baru saja hari ini mengunjungi perpustakaan (lagi) hehe senang alhamdulillah
44 notes
·
View notes
Text
Perbedaan aku S1 dan S2
Mau nulis disini sebagai reminder aja kalau in the future lo udah bisa menulis bahasa inggris dengan baik dan benar tanpa grammatical error, bahwa lo pernah di fase ini sebelumnya 🫵
Siang ini tuh aku nge-email subject coordinator qualitative research yg jadi salah satu pre-requisite untuk capstone master thesis. Karena beliau blm rilis nilai, ku email lah beliau, eh qadarulloh plot twist, ternyata tugasku ke detect AI 51% 🥲
I didnt do my assignment with AI i mean menulis literally dengan Ai Itu engga. Aku nulis pake bahasa inggris ku yang seadanya, dan aku masukin ke chat GPT untuk improve grammar aja. Tapi ttp ke detect ternyata……
Dosennya marah bgt. Aku paham, karena beliau udh mengingatkan kami beberapa kali kl dia mau assess penulisan kita, apalagi ini kan KUALITATIF STUDI CUY jadi wajarlah ya.. tapi sebagai international student, menulis itu beneran painful banget ya apalagi dalam second language.
Yang lebih menyedihkan lagi, dalam esai2 yang sebelumnya gue bener2 mengandalkan kemampuan gue dlm menulis dalam bahasa inggris, HASILNYA nilai grammatical atau sejenisnya itu bener2 nilai yang paling rendah dlm rubric penilaian dan selalu dikomen bahwa i was having an unclear argument gitu :””” sedih bgt
Trs aku diajari @hanibips buat pake AI bantu improve grammar aja, eh ttp gabisa ternyata…
Untungnya… si dosen cukup fair, gak langsung ngasih aku nilai F alias failed, tapi beliau kasih aku kesempatan untuk memperbaiki. Tadinya kumau pilih nomor 2, tapi akhirnya aku memilih nomor 1 dengan melihat adanya opportunity untuk aku learn dengan lebih baik lagi.
DITAMBAH… aku sekarang kan jauhhhh lebih tenang. Suamiku udh ada disini, ada ayah ibuku yg bs bantu jaga anakku. Suamiku udh gak diuber2 utang bank, jadi aku bismillah mau berusaha untuk improve kesalahanku 😭 (Ya Allah semoga engkau ridhoooo😭).
Aku kaya mencoba refleksi.. kejadian hampir sama kaya gini pernah terjadi di S1. Aku bermasalah dengan dosen, dan dosen di FIK UI (at least) beneran langsung bikin failed mahasiswa tanpa ngasih kesempatan. Salah is salah. Nggak mau denger penjelasan. Padahal circumstances org kan berbeda-beda 😭
Kalau aku di S1 mungkin aku udh stres banget. Udah marah2 or even sedihhhhh kebangetan gitu tapi, sekarang kaya lebih bs ngeliat opportunity to learn aja gitu krn pas kemarin emg beneran mindsetnya “dan asal submit aja” 😭
Walau aku udah siap the worst case aku gak akan bisa bisa ambil master thesis di S2 ini. Aku selalu percaya takdir Allah yg terbaik, apapun yg terjadi. Mungkin… emg takdir aku bln di academia (:
Huft yaudah gitu aja. Semangat nugas lg deh sekarang Ainna :)
14 notes
·
View notes
Text
To Do List dan Kalender Digital.
Sejak bekerja di sebuah perusahaan Swasta di Jakarta dulu, salah seorang mentorku mengenalkanku dengan fitur kalender outlook. Ia terbiasa memasukkan semua jadwalnya dan to do list harian ke dalam outlooknya.
Dari situpun aku belajar bagaimana agar dalam sehari benar-benar produktif. Setiap bulan target2 itu akan di review sekaligus schedule bulan selanjutnya.
Bahkan, atasanku rata-rata memasukkan jadwal mereka ke dalam kalender yang kesemuanya telah terintegrasi, sehingga kami sebagai bawahan pun mengetahui jadwal beliau.
Aku pun masih ingat saat melanjutkan studi di Swedia dulu, termasuk saat training di Inggris, kalender professorku rata-rata dapat diakses, sehingga kita bisa tahu availabilitas beliau tanpa harus mengonfirmasi manual. Termasuk booking meeting dengan beliau pun semua sudah melalui kalender tsb, dan tersinkronisasi dengan semua device selama kita login akun tersebut. Saat kita ingin membooking study room pun juga sudah terconnect melalui platform digital, dan setiap orang memiliki batas maksimum waktu utk menggunakanya. Hal yang aku impikan semoga suatu saat digitalisasi ini benar benar menyeluruh di tempatku sekarang.
Hingga saat ini aku masih membiasakan diri mencatat segala to do list dan jadwal melalui outlook calendar dan microsoft to do list. Untuk mengurangi whatsapp mahasiswa keperluan konsultasi aku menggunakan microsoft booking form yang juga tersinkron di kalenderku. Sengaja kubuat link kalenderku visible ke para mahasiswa agar mereka dapat mengetahui availabilitasku. Rasanya begitu puas saat mengetahui to do list itu tercentang satu per satu.
Sayangnya barangkali tidak semua orang familiar dengan fitur fitur seperti ini. Undangan rapat bahkan mengirim file skripsi kadang masih lewat wa, yang membuat memori hp mudah sekali penuh (apa wktunya ganti hp wkwk). Kadang aku berpikir padahal untuk berlangganan fasilitas seperti ini, sudah pasti institusi membayar mahal, namun sayangnya belum terutilisasi secara maksimal. Akhirnya digitalisasi tak ubahnya seperti hal-hal manual yang dilakukan secara digital.
Apakah kamu merasakan hal yang sama?
#30haribercerita #30hbc2404
instagram
32 notes
·
View notes
Text
Mengejar PhD #56
Terakhir nulis 30 November yah. Many things happened back then. Termasuk, setelah revisi proposal sesuai kemauan bos, ternyata background ku kurang kuat untuk studi machine learning. Jadi ya, gak lanjut. Sedih sih, tapi kalo dipaksain juga gak mungkin.
Di November-Desember aku juga les writing, persiapan retake, kalo masih belum dapet beasiswa juga. Ternyata ya rejection dari scholarship uni pas Desember itu, jadi mesti retake ke-3 di Feb 2024.
Jujur, pas 2021 persiapan IELTS bisa lebih lowong karna aku freelance, ya ada project tapi gak bikin sibuk, paling cuma kerja 1-2 jam per hari. Persiapan 2 bulan tuh cukup banget karna bisa full latihan tiap hari. Gak ke ganggu meeting, atau kerjaan urgent.
Sekarang tuh, ya allah, gak tipes aja udah syukur.
Full-time worker plus persiapan IELTS ini, sangat menguras waktu dan mental, mungkin biasa aja buat yang udah casciscus fluent semua skills karna dari kecil udah di-les-in. Tapi buat aku, kaum-kaum yang baru familiar pake bahasa inggris pas SMA/S1 tanpa les, I would say, it's definitely hard. Even harder when you are a full-time worker.
Persiapan Januari kemarin, aku jadwalkan pagi-sore kerja, malem belajar. Tapi, jadi gak fokus belajarnya, karna udah kecapean. Terus ku puter, pagi-siang belajar, sore-malam kerja. Lumayan tuh bisa fokus, tapi jadinya tidur malem banget, paling cepet jam set 1. Ngejar latihan writing tiap hari. Ya hasilnya mayan, skor W/L/R naik 0.5, tapi speaking turun 1 point. Sebel. Ngejar writing, speakingnya lupa.
Akhirnya break dulu, kena mental karna mesti retake lagi, yang ke-4 wkwk, akhirnya Juni ini terlaksana.
Belajarnya gimana? Masih sama, lebih parah malah, baru bisa fokus belajar 2 minggu terakhir. Kerjaan lagi banyak juga. Untuk kali ini, disempatkan belajar speaking lebih rajin, ya sendiri sih, ngulang2 materi pas 2021 kemarin. Sempet mau latihan tandem bareng temen, tapi karna malem itu jadwal ku kerja, takutnya malah kerjaan ku yang keteteran. Di dua minggu terakhir juga baru fokus latihan writing lagi. Yah pokonya, capek lah, masih waras aja udah syukur. Dan hasilnya, masih sama kayak Januari kemarin. Emang u cuma buang-buang duit din. For me, it's not about money, but how you manage your time and your kewarasan.
Ini lagi mikir, kalo tahun ini masih juga belom dapet beasiswa atau skor ku masih jelek, mau bilang ke calon spv kalo aku mau mundur, takutnya belio nungguin aku berangkat. Kasian dah nunggu 2th belio T__T takutnya juga belio keburu pensiun sih.
12 Juni 2024
15 notes
·
View notes
Text
Sebuah Perjalanan Penuh Harap dan Pelajaran di Vienna *)
Kisah ini menjadi refleksi selama enam bulan saya melangkahkan kaki keluar rumah untuk bertualang dan menetap di luar negeri hingga kurang lebih 3 tahun ke depan. Saya memulai perjalanan ini dari sebuah mimpi untuk melanjutkan sekolah doktoral di luar negeri. Sudah itu saja. Ada seorang guru yang terus memotivasi saya. Beliau yang selalu menyalakan bara api semangat untuk terus bersiap menempuh pendidikan lebih tinggi ke tempat terbaik. “Saya yang ndak pandai Bahasa Inggris jak bise S3 di Spanyol, masa’ Danu yang pintar ndak bise,” kata beliau.
Ini selalu jadi kalimat andalan Pak Dodi Irawan setiap kali bertemu atau berdiskusi tentang pengalaman S3 beliau. Beliau dulunya guru SMP saya, tapi saat ini perjalanan karir dan takdir Tuhan menjadikannya Rektor Universitas Muhammadiyah Pontianak. Tidak ada yang berubah dari sosoknya yang saya kenal sejak 18 tahun lalu. Ramah dan bersahaja.
Sejujurnya tidak pernah ada mimpi akan ke Austria. Kalau pun saya pernah terpikir untuk bermimpi, maka tujuannya adalah ke Spanyol, tepatnya Barcelona. Karena ada klub sepakbola favorit saya di sana. Saya tahu tentang Austria hanya dari seorang kolega di Universitas Tanjungpura yang merupakan alumni dari salah satu kampus di sini. Pak Zairin Zain, beliaulah sosok selanjutnya yang menjadi salah satu pembuka jalan untuk sampai di luar negeri. Pada sebuah diskusi, beliau menjelaskan bahwa Austria memang bukan di Eropa Barat, cenderung di tengah. Tidak terlalu besar dan semegah negara-negara favorit, seperti Jerman, Perancis, Italia, atau Inggris, tapi kalau sudah di Eropa standar pendidikan tingginya sama saja. Toh, jalan-jalan keliling Eropa juga bisa asal sudah sampai di sana. Beliau juga yang akhirnya memperkenalkan saya dengan skema beasiswa Indonesia-Austria Scholarship Programme dan ASEA-UNINET. Kalimat beliau sederhana sekali: “Bang Adit, coba nia ada beasiswa ke Austria. Berkas-berkasnye ade kan?”
Itu kalimat yang mengawali perjalanan saya. Sejak itulah harapan untuk ke Austria dimulai. Petualangan dimulai dengan mengumpulkan berkas-berkas hingga berkomunikasi dengan calon pembimbing doktoral di University of Vienna. Akhirnya pada 29 September 2020 menjadi tanggal bersejarah karena seorang anak dari Kota Pontianak dinyatakan menerima beasiswa untuk studi lanjut di Austria tepatnya kota Vienna. Perjalanan itu dimulai tepat pada 30 September 2021 setelah setahun persiapan keberangkatan.
Vienna adalah sebuah kota yang indah dan nyaman untuk ditinggali. Setidaknya itu kesan saya dari sejak pertama menginjakkan kaki pada tanggal 1 Oktober 2021. Kota ini adalah perpaduan cuaca cerah dan mendung dengan sesekali angin bertiup menghembuskan udara dingin. Sarana transportasi sangat mudah. Berbelanja bahan makanan atau menemukan restoran halal bukan perkarasa susah, banyak pilihan.
Kota ini memberikan banyak pelajaran berharga. Baik secara ilmu di kampus formal maupun kampus kehidupan. Institusi tempat saya menempuh pendidikan memiliki sistem administrasi berbasis daring yang luar biasa. Fasilitas referensi dengan basis data di laman perpustakaan daring juga memadai. Saya merasa mudah sekali mengakses buku atau artikel jurnal berkualitas dengan akun yang diberikan. Banyak juga ditawarkan mata kuliah atau kuliah tamu yang begitu bermanfaat untuk menunjang perkembangan sekolah doktor. Kolega di kantor juga baik sekali. Para staf akademik dan tim program doktor di fakultas serta program studi yang sangat ramah dan membantu proses administrasi, teman-teman sesama mahasiswa dan peneliti yang juga sama baiknya mengajarkan proses adaptasi selama di kantor, serta pembimbing disertasi yang begitu peduli. Saya amat bersyukur berada di lingkungan kerja dan kampus ini.
Hidup di Vienna juga tentang belajar menyeimbangkan waktu kerja dan menikmati hidup. Sebuah tren work life balance yang tidak hanya basa-basi. Jarang sekali ada interaksi tentang pekerjaan di luar jam kerja. Akhir pekan adalah milik keluarga. Bahkan toko dan pasar tutup di hari Minggu. Kecuali restoran karena biasa digunakan masyarakat untuk bercengkrama menikmati waktu libur atau toko-toko sembako di titik tertentu yang esensial, seperti stasiun besar. Di sini kami belajar untuk menikmati akhir pekan sebagai hadiah dari lima hari kerja yang melelahkan.
Selain itu, orang di Vienna sangat tepat waktu. Kenapa? Karena semua sarana transportasi tepat janji saat tiba dan berangkat. Kita dengan bantuan aplikasi transportasi atau peta di Google dapat dengan presisi mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di satu lokasi. Tidak ada alasan untuk telat karena alasan macet seperti di Indonesia.
Pelajaran kehidupan lainnya yang didapat selama di perantauan adalah bertemu dan bercengkerama dengan sesama mahasiswa atau penduduk Indonesia. Sejak awal tiba di Austria, saya dan teman langsung disambut oleh Mas Jaya Addin Linando, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Austria (PPIA). Pada malamnya kami juga diundang oleh sesama mahasiswa untuk makan malam dengan menu khas Indonesia. Hari-hari selanjutnya juga diwarnai dengan berbagai pertemuan bersama orang-orang Indonesia lainnya, mulai dari sesama anggota PPIA hingga Warga Pengajian Austria (Wapena). Bahkan jika dihitung, di komplek asrama mahasiswa yang saya tempati terdapat sekitar 10 orang pelajar Indonesia. Tidak jarang kami mengobati rindu dengan obrolan santai tentang kampung halaman. Kami juga rutin berkumpul sambil memasak makanan Indonesia dan menikmati kota bersama dengan jalan santai atau berbelanja. Salah satu yang paling berkesan adalah ketika dua teman terjangkit COVID-19, kami saling mengirimkan makanan dan obat selama fase karantina.
Meski demikian, jangan tanya soal rindu. Ini yang paling berat. Rindu istri dan anak-anak, keluarga, makanan, teman, dan suasana kampung halaman. Istri dan anak-anak yang dengan penuh kerelaan melepas saya berangkat. Mereka pula yang terus memberikan semangat tanpa putus. Anak-anak yang masih usia di bawah 6 tahun, tapi begitu dewasa bersikap saat mengantar keberangkatan. Istri yang harus berjibaku dalam mengurus anak tanpa saya. Perjalanan ini akan selalu jadi pengingat betapa saya harus banyak membalas dengan lebih banyak kebaikan dan kasih sayang.
Rindu kadang terobati dengan panggilan video atau mengamati lini masa media sosial, tapi tidak jarang ia begitu memuncak. Karena saya hanya bisa melihat perkembangan anak-anak dari layar kaca, mendengarkan kisah istri selama mengasuh mereka, dan mendengar kabar keluarga yang sakit atau perkembangan COVID-19 di Pontianak. Rindu itu jadi sungguh sangat berat. Akhirnya semua itu menyisakan doa-doa dan harapan agar hati kembali kuat. Sehingga saya bisa bilang perjalanan ini amat penuh harap. Harapan untuk bisa berkumpul dengan keluarga dan mengobati kerinduan.
Satu kejadian yang begitu berkesan dari kisah tentang rindu adalah ketika pembimbing saya, Prof. Petra Dannecker, menanyakan kondisi keluarga di Indonesia. Ketika beliau tahu kalau kami sedang menanti kelahiran anak ketiga. Responnya adalah menyuruh pulang karena saat musim dingin juga tidak ada aktivitas apa-apa di kampus. Kalimat setelahnya yang membuat saya begitu terenyuh dan tersentuh. “Penting untuk anakmu tahu kalau dia punya seorang ayah,” ucap beliau dalam Bahasa Inggris.
Rindu yang dipendam pun seketika pecah, runtuh sudah pertahanan. Saya menangis di dalam hati ketika mendengar kalimat itu, begitu terharu. Beliau amat memperhatikan kondisi psikologis bimbingannya selama di sini. Perasaan seorang ayah yang menanti dengan harap cemas akan proses kelahiran anak yang hanya tinggal dua bulan, tapi harus tetap memfokuskan diri untuk memulai sekolah di perantauan.
Tuhan selalu punya jalan-jalan terbaik. Tidak pernah terbayangkan buda’ Pontianak ini akan pulang pergi ke luar negeri dalam hitungan bulan. Dalam rencana awal pun, kami sudah merelakan akan saling menatap layar kaca saat proses melahirkan tersebut. Tuhan begitu baik memberikan kesempatan kepada saya menemankan istri selama proses melahirkan dan menyambut putri kecil kami secara langsung. Hingga untuk mengenang persiapan dan perjalanan ini, kami menyematkan Vienna sebagai nama tengah untuk anak ketiga yang lahir pada bulan Desember 2021.
Kisah-kisah di Vienna pada akhirnya mengajarkan saya untuk senantiasa belajar bersyukur dengan semua yang telah diterima hingga saat ini. Lima bulan ini begitu banyak cerita yang begitu berharga untuk dijadikan bahan pendewasaan diri. Tentunya masih ada puluhan bulan penuh harap yang akan saya lalui. Pembelajaran diri pasti terus didapatkan seiring berjalannya waktu di kota yang indah. Seperti judul di atas, perjalanan di kota ini penuh harap dan pelajaran.
Adityo Darmawan Sudagung, 1 Maret 2022
*) Tulisan ini dikirimkan pada Writing Contest PPI Edufest 2022 dengan tema "Sepenggal kisah dari penjuru dunia, sejuta inspirasi untuk Indonesia" dan mendapatkan honorable mention.
2 notes
·
View notes
Text
Siapa pula yang ngambil IELTS tiap kali expired dua tahun sekali? saya.
**
The first time I took the exam was around 4 years ago. Although I admit it was the longest test preparation, I never expected to get a 7 the first time.
Persiapan pertama kali mungkin sekitar 6 bulan sampe hampir setahun. Sejak baca blognya kiky edward, saya mulai nyusun jadwal belajar sendiri dan nyari-nyari resources yang direkomendasiin. Ketika gap year dan jadi santri di utrujah, I woke up for around one until two hours each night to practice. Karena akses pondok terbatas, latihan reading, listening, speaking dan writing hampir semua sendiri. I finished a box full of cambridge practice books, especially for the reading and listening part. Saya juga izin sama musyrifah biar dibolehin bawa HP untuk dengerin audio. Sementara untuk writing dan speaking kalau bisa minta review temen, atau ga rekam dan review sendiri. Jadwal tidur saya sepenuhnya terbalik dari jadwal santri yang lain, ketemu temen-temen pas kelas dan jam sholat aja. Definisi beneran jadi 'kalong'.
As I gradually needed feedback for my writing and speaking, I applied for the IELTS class di NEC. Although it was a Saturday weekly and wasn't intensive, it felt like a private one since I was the only student.
In the arabic classes, struktur nyusun kalimat saya mulai kecampur-campur. Studying English at night while studying Arabic during the day has made my brain jumbled.
However, the hardest part was enduring the boredom to be consistent with the routine. Bukan apa-apa, ketika itu fokus kerjaan saya cuma tiga: bahasa inggris, ujian murajaah dan bahasa arab, dimana masing-masing menuntut standar yang lumayan tinggi, dalam periode waktu yang lumayan lama, dengan sarana refreshing yang sangat minim.
There were times when I felt like I wanna puke.
One note to myself from this period is; I was so focused on myself, that I forgot others. Ambisimu akan masa depan tidak sepantasnya membuatmu lupa akan kewajibanmu untuk memenuhi hak orang lain saat ini. Termasuk didalamnya hak orangtua, keluarga dan teman-temanmu akan waktu dan dirimu. Jangan sampai kamu menyesal karena tidak terlibat dalam momen berharga yang bisa membuatmu bersyukur di kemudian hari.
A certain dramatic experience: I was almost disqualified from the speaking test. Dengan bodohnya, rentang waktu antara tes sebelumnya dan tes speaking dipake buat balik dulu untuk sholat dan istirahat. Iya, waktu itu masih underestimate jalanan jakarta. Alhasil telatlah hampir satu jam. Di perjalanan udah sepenuhnya pasrah sama hasil dan bersiap dengan kemungkinan terburuk. Sampe tempat tes, entah panitianya mungkin ikut kasian sama muka saya yang berurai air mata dan akhirnya tetep dibolehin langsung masuk. Lucunya, pengalaman ini jadi bahan cerita saya di tes speaking yang ketiga.
Please bear with the long post ya, ini baru tentang tes pertama :))
The second test was actually a sudden test. The previous one annoyingly exactly expired before I applied for IISMA, hence the need for a new one.
It was a computer-based test, jadi materi belajar semua diganti online buat ngebiasain pake komputer. Latihan cenderung lebih mudah karena ga perlu belajar banget dari '0'. I'm also glad to find www.ieltsonlinetests.com for practices. Waktu itu ga sempet nyari partner buat writing dan speaking, jadi sepenuhnya semua review sendiri. Karena yang penting skornya jangan sampe turun, strateginya juga masih sama kayak tes yang pertama; utamain maksimalin skor dari yang dianggap kuat (reading dan listening), lainnya bismillah aja deh. Makanya nilainya pun masih sangat jomplang, apalagi sama writing.
I didn't have other particular responsibilities, so I could focus on studying quite well. I was able to do other things and paid attention to the house since it was during the online lecture period. The challenge was adapting to the online format while having a relatively short preparation time. Still, Allah kindly gave me a higher score than before and I'm grateful for that.
The last one (hopefully). Motivasi terbesar buat rajin untuk tes ketiga adalah duit. I wanna make sure it's worth the money, you see. Seenggaknya jangan sampe turun lah, sayang tiga juta (wth the price got higher each time:").
But the higher you set the previous bar, the higher you should aim for the next one.
It still seems difficult to aim for 8.
Persiapan agak intensif sekitar tiga bulanan, 'agak' karena harus nyambi kerja. The challenge was to maintain the balance; berusaha sebisanya buat dapet hasil terbaik, jangan sampe ganggu kerjaan -yang mana harus berangkat pagi dan pulang malem-, jangan sampe lupa rumah, dan jangan lupa buat 'hidup'. 'Hidup' dalam artian terpenuhi ruh, jiwa, diri dan sosial.
Akhirnya luangin waktu belajar seenggaknya sejam sebelum shubuh atau sebelum pulang kerja. Selain juga konsisten nongkrong tiap jumat sore di luar buat belajar, buka buku atau apa gitu. Sampe-sampe kalo pulang cepet orang-orang pada heran, 'tumben pulang cepet' haha. I feel bad for bapak-bapak yang biasa nungguin buat ngunci ruangan sih.
Reading dan listening masih latihan cuma dari www.ieltsonlinetest.com aja. Strategi untuk kali ini berubah, I wanna focus more on the writing part. Saya sadar kalo skornya masih kurang aman, dan sadar juga kalau academic writing emang masih payah padahal paling dibutuhin buat jangka panjang. Akhirnya dibantu pake ikut academic writing course-nya LBI buat nunjang skill writing secara umum, sementara latihan intensif pribadinya dibantu tektokan sama chatgpt (wkwk what an experience being trained by an AI). Sementara untuk speaking, saya buat appointment sekitar seminggu sekali selama sebulan terakhir sama beberapa native di Italki. Plusnya via Italki bisa lebih fleksible dan variatif ketemu orang, dengan partner yang mayan profesional karena ada fee, tapi dengan fee yang bisa menyesuaikan dengan dompet pribadi.
Well, the results show my writing and speaking were still the lowest. It passed the minimum at least. However, not even in my dream would I expect to get a 9 on one of my results. It feels like all those paper readings, intentionally or not, were actually worth the time.
During the last period, I often questioned myself; Why should I do this hard? Haven't I done enough for English? Isn't it okay to do it modestly? Isn't it better to do other languages instead? While I meet strangers online and pour my thoughts into writing, I renew my motivation.
An international test is a way to validate your capacity based on an internationally recognized standard. However, language is beyond a test.
Jika fungsi utama bahasa adalah untuk berkomunikasi, maka bukankah tidak ada batasan untuk berkomunikasi? Semakin baik kamu bisa berkomunikasi, semakin baik pula pesan disampaikan dan dipahami antara kamu dan lawan bicara. Semakin tinggi penguasaanmu akan bahasa, semakin luas juga range caramu dalam berkomunikasi dengan berbagai lawan bicara. Meskipun selalu ada kemungkinan salah paham dan miskomunikasi yang berujung konflik, tidak ada salahnya terus mengasah kemampuan. Harapannya yang tercipta adalah kesepahaman bersama, baik dengan cara menyampaikan (active) ataupun memahami (passive), baik secara lisan (speaking and listening) dan tulisan (writing and reading).
Dengan kata lain, akan selalu ada alasan dan ruang untuk berkembang, meskipun skor mu sudah mencapai band 9.
Ya, meskipun kita pahami pula kalau komunikasi tidak hanya tentang bahasa, sebagaimana bahasa tidak hanya tentang komunikasi.
***
Early days when I was in the UK, I lost my confidence.
I repeatedly apologized for my English. I repeatedly asked people to repeat their talks.
The language barrier is real. However, the fear of being embarrassed and humiliated is worse. It is especially worsened when it hinders you from interacting and connecting with others.
No matter how many people reassured me that my English was good, even if I knew my IELTS score was sufficiently high already, I couldn't shake the negative thinking off my head. Consequently, I frequently shut myself in the room. Defense mechanism, they said.
At the end of the day, a score might mean nothing when it does not help you brace yourselves outside the room. On the other side, bravery means everything when it comes to using everything in your hand to survive.
.
.
I take pride in preparing for the exam mainly by myself. Because then I know that I am able to count on myself to achieve my own purpose. Then, I recognized the blessings I have; that I was able to navigate through the help of others. Hopefully, all of these will help me being responsible and adapting to any situation in the future.
15 notes
·
View notes
Text
sayangku lagi kebingungan yaa
myy juga sayang lagi di posisi tidak terasa dua tahun lagi mau wisuda, aku akan kerja apa?, diaman?, mau kuliah S2 cari beasiswa dimana ?, dan juga sangat pegen menikah, aku fikir-fikir bagaimana bisa bantu kamu untuk kita nikah 🥺,
kamu lagi bingung cari pekerjaan apa dan diaman, mau lanjut study juga di mana, mau pilih program kursus yang mana
aku mungkin belum bisa merasakan seperti yang kamu rasakan sayangku, tapi izinkan aku sedikit memberikanmu pandanganku sayang
Pertama. kita semua pegen membahagiakan orang tua, tidak mau membebani orang tua, pegen lebih mendiri. kamu tahu myy juga begitu bahkan rela tidak makan, rela minta tunda bayar asrama, tapi aku gengsi minta uang sama baba, karena aku tahu baba akan pinjam jika baba pun tidak punya. aku juga kadang sulit kalau minta dari kakak karena aku tahu bagaimana rasanya minta dan kakak belum punya, keculi dia tawarkan, aku pinjam atau minta heheh, begitu pun sama adikku, tapi sedikit-sedikit rasa gengsi itu terhadap kakak dan adik berkurang karena kita saling pinjam atau makan bareng atau apa pun itu, tapii sama baba aku masih sulit untuk minta...,mungkin aku terbiasa tidak minta atau memang karakter aku gitu.. wkwkw jadi curhat ini
kembali kamu lebih bisa menilai posisi kamu hubungan kamu sama orang tua dan lebih dekat bukan seperti aku dan baba maka Alhamdulillah, kalau aman dikasih Alhamdulillah, kalau keberatan kita cari solusi lain sayang, kita yakin dan percaya Allah sudah mengatur rezeki kita, jika burung, semut, dan semua makhluk sudah pergi keluarga mencari rezeki denagn penuh yakin, karena Allah yang mengatur segalanya maha pemberi rezeki
bagaimanapun bentuk rezeki yang datang kepada kita, lewat perantara apa, semua dari Allah yakin aja sayangku.
Kedua. pegen melanjutkan pendidikan S2. bismillah sayangku aku akan selalu mendukung kamu beeb, tapi kembali lagi menuntut ilmu pahalanya besar, tentu banyak pengorbanan seperti butuh banyak biaya, mau S2 bismillah tapii hidup itu berputar bukan kita saja yang mau S2 dan bukan kita yang pertama, jadi kita tanya orang yang sebelum kita yang sudah pernah berhasil meraih hal tersebut. Kamu mau S2, mau mandiri, tapii untuk berdiri pertama tentu harus ada bantuan entah keluarga, lembaga, atau beasiswa dan kita di sini usahakan mendiri kan tidak mau terlalu apa-apa sama orang tua, maka kita usahakan S2, dan insyaAllah sambil perjalannya waktu bisa sambil kerja.
Ketiga. jika mau luar negri sebenarnya cukup memiliki speaking yang bagus cukup, tapi tentu harus uang bernagkat, uang makan, uang tempat tinggal, sulit juga kalau kita minta orang tua, jadi kita usahakan beasiswa 😅 atau jalur termudah termurah. mau luar negeri tapi tentukan mau di mana biar benar benar kita bisa kejar baby, kalau banyak pilihan gitu dan jadwal pendaftaran masing-masing saja belum kita tahu, nilai lagi kelebihan dan kekurangan dan juga keinginan sendiri, apakah kamu mau menuju salah satu kampus karena benar-benar suka atau hanya karena ada teman
Keempat. Bahasa Inggris. memang tujuan pertama kamu mau bahasa inggris untuk melanjutkan pendidikan, tapii insyaAllah bahasa inggris yang kamu dapatkan bukan sebatas itu saja, insyaAllah bisa di gunakan lebih dalam berbagai hal, bisa untuk berwisata, bisa untuk kerja, bisa untuk mengajarkan aku🤭, apapun yang kamu ambil fokus pada untuk apa, dan jangan terbatas 🥰, ambillah latihan tes TOEFL.. kalau speaking dan grammar insyaAllah bisa denagn perjalanannya waktu sayangku.
Kelima. Cari Pekerjaan. insyaAllah bisa sayangku, pekerjaan diaman saja sebagai pegawai, menjaga tuku, kurir, kantor, guru, dosen, bisnis.. kalau dapat yang menerima part taim dan sesuai jadwal kamu bismillah sayangku, kalau harus menunggu sampai selesai bahasa inggris kamu biar totalitas tidak papa juga, kita usahakan maksimal.
keenam. Tawkkal, selalu tawakkal dan berdoa', Allah SWT yang telah menciptakan kamu tidak akan meninggalkanmu begitu saja, selalu bersyukur atas segala nikmat yang kita rasakan dan yang tidak kita rasakan atau yang kita sadari "innaallaha ma'ana"
Ketujuh. Kapan Nikah 🥺❤️20.. ? dua ribu berapa
note. hehe ini semua cinta dari myy🥺mungkin myy belum bisa support dan mendukung kamu denagn sepenuhnya, akan tetapi semua bentuk kebaikan yang aku inginkan untuk diriku tentu aku inginkan untukmu maka dari itu myy menulis ini heheh, kapan myy cerita tentang myy? 🫣
3 notes
·
View notes
Text
Apa arti cinta?
Apakah cinta harus saling memiliki? Atau cukup merelakan dia bahagia dengan yang lain?
Karena, kalau boleh jujur, bahagianya memang bukan aku.
Lalu, mengapa aku terus mengekang dia untuk mencintaiku?
Setelah lamaranku ditolak kemudian melihat pernikahan Fathia, aku fokus mengejar S3. Aku tak peduli orang bilang aku apa. Apakah orang bilang bahwa aku mencari gelar doktor untuk pelarian atau apa. Aku tak peduli. Mereka tak tahu lukaku, kenapa aku harus memperhatikan dia.
Hidupku sudah dimulai seperti baru lagi. Aku bertemu dengan orang orang baru, dan tentunya Syifa yang memang sedang melanjutkan pendidikan S2 nya di Bristol, Inggris bersama suaminya. Dia turut sedih dengan peristiwa yg menimpaku. dia tahu apa yg terjadi.
Hingga saat ini sebetulnya aku juga tak percaya mengapa Fathia begitu cepat melupakanku. seminggu setelah ayahnya menolakku, dia menyebarkan undangannya. Padahal baru beberapa pekan yang lalu, kami berdiskusi hangat mengenai beberapa topik taaruf yang harus dibereskan, seperti model keluarga yang akan dibangu dan visi misinya.
Namun malang bukan kepalang, lamaranku harus berhenti karena tak mendapatkan restu ayahnya. Dia memandang bahwa tak pantas lelaki sepertiku bersanding dengan Fathia yang sudah dirawat dengan penuh kasih sayang dan pendidikan yang terbaik. Tak cocok jika keluarga miskinku bersanding dengan dia yang terlahir sudah kaya raya dan mendapatkan makanan terbaik, pendidikan terbaik, dan lingkungan yang terbaik.
Aku telah bertekad melupakannya. Tak elok bagi seorang lelaki terhanyut dalam kesedihan terlalu lama. Kini aku telah mempunyai banyak teman baru di Inggris. Aku juga harus mulai fokus dengan studi PhD ku di London. Aku harus mendapatkan nilai yang bagus dan aktif di perhimpunan pelajar. Karena dengan dua hal inilah aku bisa melebarkan kesempatanku untuk berjejaring dengan banyak orang.
Urusan menikah? Aku berdoa semoga tahun ini aku bisa menikah. Jika memang berjodoh, sepertinya aku akan menikah dengan Nurul, mahasiswa master di UCL yang akhir ini banyak membantuku terkait penelitian di departemenku. Dia anak yang tak kalah cerdas, cantik, dan juga alim. Setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata dia juga satu almamater SMA ketika kami masih sama-sama di Darul Ulum, Jombang. Tak heran bahasa Inggris dan Arabnya sangat mahir. Ibu juga sudah menyetujui tentang ini, bahkan ternyata Ibunya Nurul juga kawan lama Ibuku ketika masih aktif di Muslimat Jawa Timur, sepuluh tahun yang lalu. Betapa bungahnya ibuku ketika tahu bahwa Nurul telah tumbuh menjadi perempuan yang cerdas dan berpendidikan tinggi. Aku harus fokus mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk undangan dan tiket pulang ke Indonesia. Insyaallah sembilan hari lagi kami berdua akan mengambil summer break untuk pulang ke kampung halaman dan menikah.
“Apa ndak terlalu buru-buru Dhe?” Kata Syifa diikuti beberapa pertanyaan selanjutnya dari Mas Fahmi, suami Syifa.
“Sepertinya tidak. Sudah dipikirkan matang-matang. Ibu juga sudah setuju, tabungan juga sudah ada. Hukum menikah di kasus saya sudah naik dari sunnah menjadi wajib.” Jawabku lugas.
“Begitu ya. Ya sudah. Oh iya, ini ada titipan surat dari Fathia untukmu. Dia menitipkan surat untukmu minggu lalu ketika kami pulang ke Indonesia dua minggu lalu. Terimakasih sudah jauh-jauh silaturahmi ke Bristol.” Syifa menyodorkan amplop putih bersih yang berisi surat dari Fathia kearahku.
“Terimakasih Kak, akan aku baca nanti di perjalanan. Saya ijin pamit ya Syifa, Mas Fahmi.”
“Iya, hati-hati. Kabari kalau sudah sampai di London. Titip salam untuk Nurul ya.”
Aku membalikkan badan berpamitan kepada mereka. Beruntung kereta menuju Bristol belum berangkat. Aku bergegeas masuk ke gerbong lima dan duduk di samping jendela. Melelahkan juga ternyata perjalanan dari London ke kota ini. Aku meletakkan barang-barangku di bagasi atas, dan tak lupa mengambil surat dari Fathia. Aku cukup penasaran dengan isinya, walaupun tak cukup membuatku bergairah.
Assalamualaikum Mas
Aku tahu bahwa lancang sekali aku mengirimkan surat ini kepadamu. Tapi aku tak tahu lagi kepada siapa aku harus bercerita. Sudah satu tahun aku menikah dengan Aldika tetapi kami tak mendapatkan banyak kecocokan dalam berkeluarga. Rumah kami yang besar tak berasa seperti rumah yang bisa dijadikan tempat kembali. Entah sudah beberapa kali tangan dia melayang ke pipiku hingga memerah. Umpatan dia adalah makanan sehari-hariku sebagai istrinya, Mas.
Sebetulnya aku tak terlalu masalah dengan dua hal itu. Tapi, aku betul-betul naik darah ketika aku tahu bahwa dia adalah orang yang menyukai sesama jenis Mas. Sampai sekarang aku tak pernah disentuhnya dan menggenapkan diri menjadi seorang istri. Justru, beberapa kali malah dia berani membawa teman prianya untuk bermain di kamar kami. Aku hanya bisa menangis melihat keadaan ini. Betapa malang perempuan seperti diriku yang telah menolak lamaran pria yang meratukan wanita, kemudian justru menerima pinangan seseorang yang bejat akal dan perilakunya.
Abi sudah tahu tentang ini, dia bahkan betul-betul marah kepada Aldika ketika tahu bahwa dia adalah seorang gay. Aku beruntung masih mempunyai Abi yang mendukung. Pekan lalu, kami sudah mengajukan gugatan cerai di Pengadilan Agama.
Meskipun begitu, aku masih takut Mas. Terkadang lelaki bejat itu masih mengintaiku dari belakang. Dia juga sering mengirimkan teror bahwa dia ingin menjamin aku dan keturunanku tak akan bahagia selama-lamanya. Oleh karena itu, apakah Mas bersedia melindungiku? Aku ingin meminta perlindungan darimu karena kamulah orang yang bisa membuatku merasa aman. Ilmu matang psikologi klinismu pasti juga akan banyak membantu aku untuk keluar dari episode traumatis ini.
Maaf jika aku lancang, apakah Mas mau menikahiku dan memulai hidup baru di Inggris? Aku bersedia menemanimu hingga selesai program PhD mu di UCL. Aku juga mempunyai senior lulusan FK UI yang juga sedang belajar disana. Mungkin ini bisa juga menjadi jalanku untuk melanjutkan pendidikan Master of Clinical Medicine di Oxford University.
Aku sangat memohon kepadamu seperti seorang fakir yang memohon kepada tuannya. Tolong selamatkan aku. Aku tak mau hidup dalam bayang-bayang lelaki bejat itu dan hidup dalam luka trauma masa lalu. Maafkan aku jika terlalu lancang.
Hormat saya.
Fathia
---
Aku meneteskan mata membaca kalimat demi kalimat yang dia tulis. Tak sadar ternyata aku juga masih sayang kepadanya. Siapa gerangan orang yang tak mau dengan perempuan yang cerdas, baik hati, dan mapan secara ekonomi? Jujur hingga saat inipun aku masih belum bisa melupakanmu, Fathia.
Sebentar, akan aku usahakan barangkali aku bisa membatalkan rencana pernikahanku dengan Nurul. Aku akan berdiskusi dengan Ibu mengenai ini. Tunggu Fathia, semoga kau baik-baik saja disana. Aku tak tega melihat wanita sebaik dirimu disia-siakan oleh orang yang bejat akhlaknya.
**
“Saya terima nikah dan kawinnya Fathin Nurul Adilah binti Adichandra dengan mahar seperangkat alat shalat, dibayar tunai.”
“Sahh! Alhamdulillah”
Sorak sorai tamu undangan mengucap syukur atas lancarnya proses pernikahanku dengan Nurul. Aku melihat ibu sangat bahagia dengan sahnya hubungan kami secara syariat Islam. Teman-teman kami dari Darul Ulum juga datang silih berganti bertamu di pesta pernikahan kami.
Di belakang kursi tamu, aku juga melihat Fathia datang bersama Ayah dan Ibunya. Tak dinyana, ternyata anak petani kecil dari Gresik ini sudah tumbuh dewasa dan sedang melanjutkan pendidikan tertingginya di salah satu kampus terbaik dunia. Plus, istrinya juga merupakan seorang yang cerdas dan aktif mengurusi ekonomi inklusif di Indonesia.
Aku telah matang untuk menutup masa laluku. Tak mungkin aku membatalkan pernikahanku hanya karena Fathia. Walaupun jujur, ketika itu aku masih ada rasa kepadanya. Namun setelah aku sowan ke Abah Kyaiku di Darul Ulum, beliau memberiku nasihat bahwa cinta itu seharusnya diberikan secara utuh setelah menikah. Bukan kepada mereka sebelum aku menikah. Cinta bisa diraih dengan usaha, walaupun pasti tak akan mudah. Tak ada ibadah yang mudah di dunia ini.
Aku telah tekad untuk beribadah dengan Nurul, membangun keluarga yang penuh kasih dan sayang bersamanya. Dia adalah perempuan baik dan cerdas yang pernah aku temui. Abah Kyaiku juga menyampaikan bahwa dia adalah seorang Hafidzah yang tak pernah menunjukkan dirinya bahwa dia hafal Quran. Betapa bahagianya aku mendapatkan seorang istri penghafal Quran. Itu adalah doa yang pernah selalu aku langitkan ketika masih menyelesaikan tesisku di Universitas Indonesia. Aku telah bertekad untuk menutup halaman lamaku, maaf aku tak bisa membantu sesuai dengan apa yang kamu mau, Fathia. Semoga kelak kamu akan dipertemukan dengan orang yang baik akhlak dan agamanya.
“Mas” Nurul memanggilku bisik-bisik
“Iya Dhe?”
“Terimakasih ya telah memilihku. Semoga aku bisa menjadi istri yang berbakti kepadamu sepenuhnya” Dia melanjutkan.
“Sama-sama, istriku. Setelah ini, kita harus kembali lagi ke Inggris dan berkutat dengan pekerjaan kampus. Oh ya, siapkan juga proposal doktoralmu. Sepertinya aku bisa mencarikanmu promotor untuk PhD mu di London. Kita bangun keluarga yang baik secara dunia dan akhirat ya.” Jawabku penuh hangat kepadanya.
“Siap Pak Bos!” Jawab dia lucu. Seperti anak kecil yang sedang diperintah gurunya untuk membelikannya jajan.
Selesai (6/6)
Menjadi yang Kaucintai - Bagian 6
@careerclass @bentangpustaka-blog @langitlangit.yk
23 notes
·
View notes
Text
Beberapa Tips Memilih Universitas yang Tepat.
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki oleh manusia dalam kehidupannya. Dan untuk alasan tertentu, ada banyak orang mencoba untuk mendapatkan pendidikan sarjana atau pasca sarjana dari universitas mana pun yang memiliki reputasi baik. Namun, menemukan universitas terbaik untuk Anda tidak hanya ditentukan oleh reputasi universitas saja. Ada banyak aspek yang harus Anda pertimbangkan dengan hati-hati sebelum memilih tempat belajar tertentu.
Pertimbangan pertama adalah tujuan Anda. Putuskan saja mengapa Anda melanjutkan studi di universitas. Jika Anda ingin meningkatkan karir masa depan Anda, pilih universitas mana saja yang menjadi pemimpin dalam derajat tertentu yang ingin Anda capai. Misalnya, jika Anda ingin belajar menulis kreatif University of East Anglia akan menjadi pilihan terbaik. Atau, Anda bisa memilih University of Oxford jika Anda tertarik untuk belajar bisnis.
Namun, memilih subjek tertentu entah bagaimana membingungkan. Jika Anda telah memutuskan mata pelajaran tertentu untuk dipelajari terkait dengan rencana karir masa depan Anda, itu akan lebih mudah. Anda hanya perlu mengambil mata pelajaran yang berkaitan dengan tujuan masa depan Anda. Misalnya, Anda dapat mengambil hukum jika Anda berencana menjadi pengacara. Tetapi jika Anda belum memutuskan rencana tertentu untuk masa depan Anda, Anda dapat memilih mata pelajaran tertentu yang Anda kuasai.
Pertimbangan kedua adalah lokasi universitas. Pastikan Anda harus senang tinggal di kota atau lingkungan tertentu. Mengapa? Sangat penting bagi Anda untuk menikmati kehidupan di sana karena Anda akan menghabiskan setidaknya delapan bulan setahun untuk tinggal di sana. Pertimbangkan jarak dengan kampung halaman Anda karena itu akan menjadi aspek penting juga. Jika Anda ingin merasakan hidup mandiri, Anda dapat memilih universitas sejauh yang Anda bisa. Tetapi jika Anda masih ingin pulang dan mengunjungi orang tua Anda kadang-kadang, lebih baik Anda memilih yang lebih dekat.
Aspek ketiga yang harus diperhatikan adalah biaya. Tentunya menjadi hal yang penting untuk dipersiapkan ketika akan memasuki universitas manapun. Universitas yang berbeda mengharuskan Anda membelanjakan jumlah uang yang berbeda. Namun, Anda masih dapat mendaftar untuk program beasiswa apa pun yang untungnya tersedia dalam banyak jenis.
Akan ada banyak pilihan Global Entrepreneurial University untuk Anda. Tentunya, apa yang harus Anda lakukan untuk menemukan universitas terbaik untuk Anda, bukan universitas terbaik berdasarkan peringkat. Jika Anda berpikir bahwa universitas-universitas terbaik di dunia adalah lingkungan yang tepat untuk Anda pelajari, tentu itu akan sangat bagus. Namun, jika Anda tidak senang belajar di sana, Anda hanya perlu mengambil pilihan lain.
Hingga saat ini, Harvard University di Cambridge, Massachusetts USA masih menempati posisi teratas universitas terbaik di dunia. Sekolah ternama Ivy League ini meraih nilai sempurna 100.00. Ini adalah universitas tertua di AS yang didirikan pada tahun 1636. Posisi kedua adalah Universitas Cambridge di Cambridge, Inggris Inggris. Sedangkan posisi ketiga adalah Yale University di New Have, Connecticut, USA.
Sekarang, Anda bisa mulai mempertimbangkan universitas mana yang paling cocok untuk Anda. Mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik sebelum memilih dan masuk universitas akan menjadi hal yang bijak untuk dilakukan.
2 notes
·
View notes
Text
Aku dan Buku
Buku,
Satu hal memang tidak bisa jauh dari dekapan seorang Nadya Gifary, seorang perempuan pendiam nan seru apabila berdiskusi mengenai banyak hal (kata orang)
Bahkan, agaknya gelar "perpus berjalan" menjadi sebutan yang lekat sejak sekolah dasar, karena saking suka nya dengan buku sejak kecil
Mulai dari komik (Kuark, Why, dkk) sampai dengan ensiklopedia (pengetahuan umum, astronomi, tubuh manusia) bahkan dulu juga sering membaca kamus bahasa indonesia dan bahasa inggris. Agak lain ini memang
Buku yang masih rapi dan bersih bisa berubah menjadi buku yang astaghfirullah lecek, ketekuk, basah, nan kotor. Sampai suatu ketika mama membandingkan buku ku dan buku kakak, mama menemukan sesuatu yang ada pada diriku. Sama sama dibelikan komik kuark, tapi komik kuark yang satu masih bersih, rapi, bersegel, harum tapi yang satu sebaliknya. Maka, mama semakin suka membuatku nyaman membaca karena mengetahui bahwa anaknya satu ini memiliki minat yang tinggi pada buku.
Dengan cara, setiap akhir bulan atau setiap dibukanya pameran buku, kami pasti diajak untuk datang. Salah satunya, yang paling melekat adalah di Pameran ASSALAM (Pondok Pesantren Assalam) Solo (Dekat UMS).
Begitu sampai, semua anak mama ayah ngacir sendiri sendiri sesuai dengan minat yang disukai.
Satu hal lagi yang mama lihat dari seorang Nadya kecil, alih - alih memilih buku fiksi animasi yang lucu nan mahal seperti kakak kakaknya, Nadya justru memilih buku ensiklopedia pengetahuan umum yang murah, bahkan bekas yang harganya hanya 5 ribu. Tapi sangat bermanfaat untuk kedepannya (Jujur sampai sekarang, aku juga ndak tau mengapa bisa begitu, padahal kalau dipikir, buku yang dibeli kakak kakak sangat lucu).
Walhasil dengan itu, mama berinisiatif untuk membuatku lebih suka membaca lagi dengan membeli langganan komik kuark (komik olimpiade IPA ) agar nantinya aku senang dan gemar membaca sampai dengan dewasa. Setiap bulan, pasti ada buku yang diantar ke rumah dengan harga kurang lebih 13 ribu per buku , harga ini harga tahun 2008, tapi sekarang harganya sudah diatas 50 ribu :")
Dampak apa yang kiranya terjadi?
Yap, belum ada beberapa bulan, Nadya sudah banya didapuk untukmenjadi perwakilan OSN, lomba cerdas cermat dan lain sebagainya. Selain buku olimpiade, Nadya juga suka untuk meminjam buku di perpustakaan. Mulai dari ensiklopedia astronomi, buku pengetahuan alam dan lain lain.
Bahkan karena saking sukanya dengan buku, ayah sampai berpesan dengan wali kelas ku, ayah titip apabila walikelas ku (Ms. Ani) menemukan buku - buku bagus yang menunjang Nadya belajar, tolong rekomendasikan untuk Nadya.
Bukan hanya itu, dikala istirahat, ketika teman teman asyik ramai, tidur, makan dll, Nadya masih tetap asyik dengan bukunya, namun kala itu alur membaca Nadya sudah agak berubah, yang tadinya menyukai ilmu pengetahuan alam, bertambah menjadi ilmu pengetahuan sosial, politik, dan geografi.
Satu hal yang aku ingat, dan terjadi sampai dengan saat ini. Nadya ndak bisa bubuk kalau ndak ada buku di sampingnya. Aneh, tapi nyata. Ntah buku apapun, aku harus menyiapkan sebelum tidur, dan membaca minimal 1 halaman agar bisa terpejam. Kebiasaan itu pun terjadi sampai dengan sekarang :")) Ntah, apapun bukunya, pasti letaknya persis di samping bantal tempat aku tidur.
Bahkan sampai dengan perkemahan, ketika anak anak lain bingung membawa berapa baju dan berapa makanan, Nadya tetap membawa buku untuk dibaca. Padahal kalau dipikir, tenda kemah itu gelap, mana mungkin bisa membaca. Tapi, nyatanya kehadiran buku membuatku tenang dan damai.
Sama halnya dengan perjalanan, setiap mudik, study tour, bahkan hanya sekedar berangkat ke sekolah (menggunakan mobil antar jemput), buku selalu ada di genggaman Nadya.
Sampai dengan perantauan pun, Nadya membawa dua box besar isi buku hanya sekedar menemani Nadya kuliah di tempat baru.
Taklupa juga, mendatangi Gramedia/Togamas/Senyum/Tiga Serangkai hanya sekedar membaca dan melihat lihat buku, walaupun ndak beli wkwkwk
Kenangan kenangan itu lekat sampai dengan sekarang. Walaupun memang alur dan jenis bacaannya berubah setiap taraf pendidikan ( SD, SMP, SMA, Kuliah). Namun, tetap satu, Nadya tetap menyukai membaca.
Bagiku, buku adalah sahabatku, yang tidak lelah menggurui, tidak lelah berbagi ilmu, dan tidak lelah menemani di saat dan kondisi apapun. Ia adalah sahabat yang yang tidak pernah marah ketika aku muram, dan sahabat yang selalu menenangkan setiap kesendirian dan tangis ku.
Mama Ayah,
Terima kasih sudah mengenalkan Nadya dengan suatu benda bernama buku.
Yang bersama nya, Nadya menemukan kehangatan ilmu.
Mama Ayah,
Terima kasih sudah mengenalkan Nadya dengan suatu aktivitas bernama membaca,
Yang bersamanya, Nadya menemukan kemewahan ilmu yang bermanfaat untuk kehidupan Nadya,
Mama Ayah,
Terima kasih sudah mengenalkan Nadya dengan keindahan membaca
Yang bersama nya, Nadya bisa merawat taman taman ilmu dan berkumpul serta dipertemukan dengan ilmu pengetahuan.
Segala bentuk kemenangan, prestasi, ilmu yang Nadya miliki, dan tahap pendidikan yang Nadya lalui, adalah bagian dari persembahan untuk Ayah dan Mama yang luar biasa hebat mendidik Nadya.
Semoga dapat menjadi amal kebaikan dan amal jariyah untuk ayah dan mama nantinya, tentang cara parenting yang pasti nya akan Nadya turunkan untuk anak - anak Nadya nanti. Tentunya bersama dengan suami, insyaAllah akan nadya teruskan pesan indah itu.
Koran Solopos, Edisi 3 April 2019
Mohon maaf ini fotonya pakai foto waktu nge mc pas SMA, mungkin masih kurang dari standar syar'i karena tuntutan panggung, tapi insyaAllah menutup semua aurat secara kaffah hanya saja jilbabnya kurang panjang, ndak seperti biasanya astaghfirullah nad
Ndak papa bismillah semoga dimudahkan dan diistiqomahkan untuk berbenah tiap harinya
8 notes
·
View notes
Text
Satu hal yang kentara 3 minggu di Indonesia (Jakarta) setelah 2 tahun di Inggris adalah gua jadi gampang sakit. Mohon info kalo ada pengalaman serupa, misalnya pulang studi di LN. Apa kualitas lingkungan (misalnya udara) di Jakarta jadi sangat rusak dibandingkan 2-3 tahun lalu ya?
9 notes
·
View notes
Text
15 Juni 2023, harusnya hari ini aku upload dokumen tesis, tapi ketua peminatan lagi nggak ke kampus.
tiba tiba, ya nggak tiba tiba juga sih sebenernya, sudah tengah Juni aja :)
berarti selama sebulan setengah ini rasanya campur aduk. seneng akhirnya bisa ngerumpi sama temen-temen yang lagi belajar bareng; jadi sebagai jalan aternatif untuk keluar dari lingkar kerja wkwk. lingkar kerja ku alhamdulillah nggak toksik, tapi akunya yang kurasa kurang produktif dan perlu dapat input lain selain referensi dan jurnal-jurnal yang bejibun.
tapi rasanya rewarding juga setelah bisa melewati semua hal di 1.5 bulan ini aja. kalo di kos, aku nempel jadwal pertandingan badminton tiap pekan. kemudian di bagian kosong sampingnya aku tulis deadline pekanan. yang ternyata bikin lebih efektif. kayak atlit badminton dari pekan ke pekan berjuang mati-matian, masak aku gini-gini aja. :’)
tapi sekali lagi selama periode ini juga mengonfirmasi, aku anaknya beneran gampang terpuaskan, tapi gampang bosen juga. nggak bisa gitu-gitu aja hidupnya. karir dari proyek-proyek kayaknya jadi cita-cita yang paling tepat berdasarkan karakter yang udah mendarah daging ini.
Aiman semenjak pengabdian jadi sering nelpon, kayak mis, dia suka nelpon pake bahasa Inggris. aku doakan nanti kita semua berlayarnya nggak terbatas di Indonesia aja. selain itu tiap nelpon bawaannya galau soal studi lanjut, yang bikin aku jadi, ya ampun aku ga boleh jadi percontohan kakak yang buruk. Mido lebih lagi, sekali nelpon personal cuma minta dibeliin beberapa buku sama minta dicetakin foto keluarga. jadi terharu.
selain itu di periode ini aku jadi punya bahan publikasi setelah studi beberapa topik. semoga liburan 1-2 bulan ini semua bisa sampai ke tempat penerbitannya masing-masing hehehehe. dan ikut beberapa seminar offline! akhirnya! dan persiapan summer program! boleh nggak si dibawa ke Japan juga, ayuklah! btw semoga nilai-nilai nya bagus melebihi ekspektasi peneliti senior yang sukanya berkespektasi padaku, padahal aku ngga gimana-gimana, kan jadi terbebani :’) oh ya... semoga bahan tulisan ini bisa menghantarkan ke Prancis, nonton olimpiade langsung lets goo~
7 notes
·
View notes
Text
Taring Saudi
Raja Faisal bin Abdulaziz Al Saud memutuskan untuk melakukan embargo minyak terhadap Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Belanda dan Jepang. Negara-negara yg diembargo ini adalah negara-negara yg mendukung Zionis Israel pada perang Yom Kippur tahun 1973. Keputusan ini pun diikuti oleh negara-negara produsen minyak yg lainnya karena pada saat itu, Raja Faisal juga adalah ketua Organization of Arab Petroleum Exporting Countries (OPEC).
Tak ayal, embargo ini mengakibatkan krisis energi dan krisis ekonomi di negara-negara yg mengalami pembatasan pasokan minyak. Di Amerika Serikat, harga minyak naik 3 kali lipatnya dan stoknya pun sangat sedikit. Sektor industri dan manufaktur terganggu. Sektor-sektor lainnya pun demikian juga. Hal tersebut tentunya berimbas pada kenaikan komoditas lainnya. Krisis ekonomi pun melanda. Barat pun mengiba.
“Kalianlah yg tak bisa hidup tanpa minyak. Asal kalian tahu, kami berasal dari gurun pasir. Dan nenek moyang kami hidup dengan kurma dan susu. Dengan mudahnya kami bisa hidup seperti itu lagi,” kata Raja Faisal kepada Henry Kissinger, Menteri Luar Negeri AS.
Amerika Serikat kemudian mengadakan perundingan untuk pelepasan militer Israel. Dan, Maret 1974 embargo minyak pun dicabut.
Keberanian Faisal bin Abdulaziz Al Saud bukan saat itu saja. Saat ia masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, tahun 1947 di Sidang Umum PBB, beliau menyampaikan secara terbuka dukungannya terhadap Palestina dan tidak mengakui Zionis Israel:
“Namun kini, bangsa Arab mengharapkan penarikan agresi kelompok minoritas politik, yakni Zionis. Kelompok tersebut adalah sebuah kelompok yg tidak mewakili orang-orang Yahudi di dunia.
Kelompok tersebut adalah kelompok politis, bukan agamis. Sebuah kelompok yg cara dan metodenya tak berbeda sama sekali dari Nazi.”
3 tahun setelah ia menggantikan Raja Saud bin Abdulaziz menjadi Raja Kerajaan Arab Saudi, pada tahun 1967 Raja Faisal mengirimkan 20.000 orang pasukannya ke Palestina untuk membantu peejuangan kemerdekaan Palestina pada Perang Enam Hari.
Sikapnya yg tetap konsisten membela Palestina bahkan jauh sebelum menjadi Raja menjadikannya dijuluki sebagai Advokat Internasional untuk Hak Palestina.
Qaddarullah, pada tanggal 25 Maret 1975 beliau wafat dibunuh keponakannya sendiri: Pangeran Faisal bin Musaid bin Abdulaziz Al Saud yg baru saja kembali dari ‘studi’-nya di Amerika Serikat. Ia ditembak di kepalanya pada sebuah acara di mana beliau menyambut para keponakannya yg datang ke istana.
Wafatnya Sang Pembela Palestina ini pun banyak mengubah kebijakan luar negeri banyak negara-negara di jazirah Arab sana hingga sekarang.
Source:
2 notes
·
View notes
Text
'puas’
Ada yang bilang ‘berkurangnya akses ke sosial media meningkatkan angka kepuasan hidup’, terus saya iseng-iseng cari dan ternyata beneran ada penelitian dari Inggris oleh Nature Communication dengan sample remaja berusia 11-13 tahun, dimana semakin banyak waktu yang dihabiskan mereka di media sosial maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk puas dengan kehidupan nyata.
Apakah saya sedang berada di fase sangat-sangat berpuas diri akan kehidupan yang saat ini saya miliki terlepas sudah tidak ada bapak, saya bersyukur masih memiliki mama yang menyayangi saya dengan caranya, kakak-kakak dan ipar yang memberikan ponakan yang lucu dan mengemaskan, keluarga besar yang dinamis, bahkan sekarang alhamdulillah memiliki suami yang dalam 3 bulan ini membuat saya selalu merasa dicintai terlepas dari jarak lokasi (bahkan ternyata tulisan di tumblr dan post di Instagram juga berhenti di moment menikah). Kalau bicara materi yang mungkin tidak semelejit nagita slavina dan terlepas dari bocor-bocor besar karena hobi jajan, saya masih memiliki perkerjaan yang diidam-idamkan mayoritas penduduk indonesia yakni sebagai Pegawai Negeri Sipil atau disebut ASN (Aparatur Sipil Negara) saat ini, yang alhamdulilah juga tertanggal 1 Maret 2023 kemarin akan merasakan gaji serta tunjangan 100%.
Tapi penelitian tentang kepuasan dan akses sosial media tidak berhenti disitu, artikelnya memuat kelanjutan kurang lebih begini “... para ahli mengatakan media sosial bisa menjadi kekuatan untuk kebaikan, peneliti utama Dr. Amy Orben mengatakan hubungan antara penggunaan media sosial dan kesejahteraan mental sangat kompleks “. Ya benar, saya melihat tumblr/blog lain masih bergerak menebar tulisan penuh menarik dan kebermanfaatan, hidup juga harus berjalan kedepan dengan mimpi-mimpi yang pernah saya ingin capai dari studi lanjut S3, jenjang karir yang melejit, punya keturunan shaleh/shalihah, terus dalam kebahagiaan. Saya harus ingin tidak berpuas diri dan ingin segera bisa menulis hal-hal yang siapa tahu menginspirasi, harus begerak untuk menjaga yang sudah dimiliki dan meraih yang didepan yang lebih baik lagi.
9 notes
·
View notes