#solarxreader
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kebersamaan
Pair : Solar x Reader (f)
Genre : kinda angsty, marriage life au
Summary : Solar sadar bahwa ia telah mengabaikanmu akhir-akhir ini. Ia tidak begitu memperhatikan bahwa kamu protes soal kebersamaan kalian yang hilang. Jadi Solar terus menganggap kamu baik-baik saja sampai suatu malam, ada sesuatu yang ganjil dari perilakumu.
Solar berprofesi sebagai chemical engineer, yang tahun ini sedang merancang salah satu proyek besar; memproduksi biodegradable—dalam rangka mengkampanyekan program GO GREEN untuk meningkatkan dampak yang lebih positif bagi lingkungan.
Tanggung jawabnya sebagai kepala proyek membuatnya harus mengeluarkan tenaga dan pikirannya secara ekstra. Ia jadi sering berangkat pagi dan pulang malam. Menghabiskan waktu seharian berada di tempat kerja.
Solar memeriksa sebuah pesan teks online yang masuk melalui ponselnya.
Solar, pulang jam berapa?
Itu kamu, si pengirim pesan sekaligus perempuan yang sudah berstatus sah sebagai istrinya. Kamu selalu mengabarinya seperti ini akhir-akhir ini. Padahal menurutnya itu adalah hal yang tidak perlu. Karena kamu secara teknis sudah mengetahui jam pulang kerja Solar, jadi untuk apa bertanya lagi? Tapi Solar tetap membalasnya seperti biasa.
Balasan lainnya muncul.
Hari ini aku masak rendang kesukaanmu.
Solar tidak mengerti apa urgensimu untuk repot-repot memasak makanan yang tidak bisa ia makan untuk malam ini. Solar selalu pulang larut malam, tak bisa menemanimu. Tapi ia mengerti, kamu menyayanginya. Ia harus menghargai usahamu itu.
Terimakasih, aku akan memakannya saat sahur nanti.
Solar meletakkan ponselnya ke dalam sakunya setelah berbalas pesan denganmu.
Kini ia sedang mengantri makanan prasmanan yang disediakan secara gratis untuk makan malam di tempat kerjanya. Terkhusus pada bulan Ramadan, ada tambahan takjil gratis bagi yang berpuasa. Hal inilah yang membuatnya tak ingin pulang dan berbuka puasa di rumah.
Solar tak ingin menyia-nyiakan jatah makannya. Menurutnya adalah hal yang mubadzir makanan mewah mewah ini dianggurin. Ini kan makanan jatahnya—yang dipotong dari uang gajinya.
Namun, ada satu hal lain yang tidak kamu ketahui. Solar selalu terlambat pulang larut malam bukan karena kerja, tapi karena mengikuti pesta kecil-kecilan yang diadakan selepas tarawih. Acara itu semacam perkumpulan pergaulan kelas atas yang dimana para hadirin hanya berhaha-hihi sambil menikmati kudapan mewah untuk melepas penat.
Itu adalah kegiatan yang Solar senangi. Ia cukup menyukai acara sosialita kelas atas. Acara-acara semacam itu mampu membuat harga dirinya melonjak naik. Dan ia sering mengikutinya tanpa memberitahukannya kepadamu.
"Mau kemana Pak? Buru-buru amat." Solar menegur seseorang yang akrab dengannya—manajer HRD perusahaan, Taufan.
"Oh itu, hari ini saya ingin buka puasa rumah." Taufan tersenyum lebar. "Saya kangen istri.. Istri juga sudah masak banyak katanya. Hehe, saya jadi nggak sabar mau pulang."
Solar bergumam sebagai tanggapan sambil berjalan maju. Ia mengambil piring dan sendok, kemudian mengambil lauk-pauk yang tampak menggugah selera.
"Oh, Bapak juga mau pulang toh? Saya juga. Anak-istri sampai ngambek karena sering saya tinggal. Saya sampai diancam tidur luar hohoho... Tapi saya bersyukur karena punya keluarga. Rumah jadi terasa lengkap." Bapak tim marketing yang lagi mengantri ikut nimbrung.
"Bapak beruntung. Putriku satu-satunya adalah harta saya yang paling berharga. Ramadan tahun lalu, kami masih berpuasa bersama, tapi sekarang kami hanya bisa berkomunikasi lewat video call karena dia sedang kuliah di luar negeri. Saya kangen.." Ibu-ibu bergincu tebal—tim produksi—di belakang Solar menyahut.
Solar mendadak gugup ketika mereka membahas keluarga. Ia jadi teringat padamu yang akhir-akhir ia abaikan. Sementara itu, Taufan sudah pergi sedari tadi setelah berhasil membungkus pulang jatah makannya.
Si Bapak bertanya ke Solar. "Bagaimana dengan Bapak? Bapak tidak ingin buka puasa di rumah juga?"
Solar tersentak, gelagapan. "A-itu besok saja—"
"Oh begitu.. Apa tidak apa-apa meninggalkan istri sendirian di rumah?"
Solar keringat dingin. "Itu.."
Ia menghela nafas lega saat antrian berakhir yang berarti percakapannya pun akan terhenti juga. "Tidak apa-apa. Saya permisi duluan, Pak." Solar lekas kabur dari pembicaraan yang membuatnya canggung itu.
Solar mengambil meja dekat dinding, membaur dengan orang-orang perusahaan lainnya. Ia melakoni dirinya sebagaimana biasanya ia membangun citra dirinya di hadapan orang-orang. Di tengah-tengah cengkrama sebelum buka puasa, mendadak ia kepikiran kamu.
Percakapan mengenai keluarga tadi sukses mempengaruhi pikirannya. Ia akhir-akhir ini sadar bahwa ia cukup mengabaikanmu. Ia terlalu dibuai oleh kesenangan disini. Kamu sekarang sedang buka puasa sendirian, tapi tidak apa-apa kan? Kamu tidak pernah protes soal ini.
Sementara itu, waktu buka puasa telah tiba.
Setelah kepikiran kamu, tiba-tiba Solar ingin cepat pulang ke rumah. Ia ingin tahu keadaanmu. Ia tidak bisa mengingat—percakapan apa yang ia lakukan denganmu terakhir kali saat tatap muka? Atau kapan terakhir ia mengusap kepalamu sebelum tidur? Ia bahkan tidak ingat bagaimana kondisi kamu terakhir kali sebelum berangkat kerja.
Padahal tinggal serumah, tapi bagaimana bisa ia tidak tahu kabarmu akhir-akhir ini?
Solar cepat-cepat menghabiskan makanannya. Setelah kepikiran kamu, ia jadi tak berminat untuk mengikuti acara haha-hihi yang sebenarnya hanya membuang-buang waktu.
Solar mendecak kesal ketika mobilnya terjebak macet panjang yang ternyata disebabkan oleh kecelakaan motor terlindas truk. Sebenarnya itu berita besar, namun Solar akan mencari tahu detail beritanya nanti.
Sampai rumah ternyata lebih lambat dari yang diharapkan. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas. Kamu pasti sudah tidur.
Solar membuka pintu sambil mengucap salam. Ia menemukanmu sedang terbaring di sofa tengah. Kenapa kamu tidur disini? Solar mendekatimu untuk memeriksa dan kemudian mengangkat tubuhmu untuk dipindahkan ke kasur. Kamu harus tidur dengan nyaman.
"Hngg.. Solar?" Kamu terbangun, membuka mata sedikit untuk mengintip.
"Pindah ke kamar. Jangan tidur disini." katanya sambil berjalan membawa tubuhmu. Kamu mengalungkan tanganmu di leher Solar sambil memejamkan mata.
Sesampainya di kamar, Solar membaringkanmu dengan hati-hati. Ia hendak bangkit, tapi tanganmu masih mengunci lehernya. Solar reflek menahan tubuhnya dengan topangan tangan di kasur untuk mencegah badannya jatuh menimpamu.
"(Nama)..." Solar melepaskan tanganmu. Ia harus ganti baju sebelum tidur. Tanganmu berhasil lepas, namun sedetik kemudian kembali melingkari lehernya lagi.
"Kamu mau pergi lagi..?" Kamu berdengung. Matamu masih terpejam.
Solar memproses sebentar. Kamu mengigau?
"Sebentar (Nama)." Solar kembali melepaskan tanganmu, namun ia kaget saat kamu tiba-tiba merengek.
"Mau kemana lagi..?"
Solar menggenggam kedua pergelangan tanganmu. "Aku mau ganti baju dulu."
"Gak usah. Kamu pasti bakal lama lagi datangnya..."
Solar menatap wajahmu. Alismu mengerut, terlihat gelisah. Perilakumu tampak ganjil. Belum lagi Solar hendak melepaskan diri, kamu menarik tubuh Solar mendekat. Solar panik—tapi ia tak menolak. Kepalanya mendarat di dadamu. Kamu memeluknya erat.
"Aku kesepian.." lirihmu persis di atas kepalanya. "Kita.. udah jarang ngobrol. Kamu bahkan tidak pernah melihatku dengan benar.. Kamu selalu sibuk. Pulang larut, berangkat pagi-pagi sekali. Aku sampai berpikir apakah kamu bosan padaku dan punya cewek baru.."
Suaramu bergetar seperti ingin menangis.
"Aku bingung... Setiap aku tanya, kamu diam. Setiap aku memulai obrolan, kamu jawabnya irit kata kayak lagi hemat tenaga banget. Apakah proyeknya seberat itu sampai-sampai kamu merasa kalau bicara denganku jadi buang-buang waktu dan tenagamu?—Solar.. Aku sudah tak menarik lagi ya? Masakanku kurang enak? Atau aku terlalu menuntut ini itu? Tolong beritahu aku.."
Hati Solar bergetar. Ia tidak tahu kalau kamu sampai sesakit ini. Kamu yang Solar tahu itu—perempuan yang lebih mengedepankan rasionalitas dibandingkan perasaan. Jadi melihat sisi rentanmu seperti ini membuatnya tersadar bahwa perilaku yang ia lakukan sudah keterlaluan.
Ia kira kamu tidak ada masalah karena tidak bertanya, tapi itu ternyata karena dirinya sendiri yang tidak mendengarkanmu. Ia terlalu memikirkan kesenangannya sendiri, sampai lupa kalau ia punya kamu—istrinya—yang juga mempunyai hak untuk dibahagiakan.
Kamu mengeratkan pelukan. "... Solar, aku kangen.."
"Maaf.." Solar berbisik lirih. Ia membenarkan posisi tidurnya di sampingmu, kemudian mengusap-ngusap pipimu dengan penuh penyesalan.
Ia tidak tahu kamu dalam kondisi sadar atau tidak. Tapi bahkan walaupun kamu mengigau, Solar akan menganggapnya serius.
Malam ini ia langsung menemanimu tidur tanpa mengganti baju kerjanya.
-
Solar cepat-cepat pamit setelah pekerjaannya selesai.
Kejadian semalam tentu saja tak mungkin tak menganggu Solar. Sepanjang bekerja, konsentrasinya beberapa kali terpecah karena teringat denganmu.
Sahur tadi, kamu tidak mengatakan apa-apa. Hanya terjadi keheningan seperti biasa. Solar juga tidak mengungkitnya—ia menunggumu mengatakannya. Namun, yang terjadi hanyalah keheningan. Dan keheningan yang sebelumnya terasa biasa saja, kini terasa canggung dan menyesakkan. Kamu sudah tak peduli lagi kah padanya?
Solar telah sampai di parkiran.
Sebelum menghidupkan mesin mobil, sekali lagi ia memeriksa ponselnya. Tidak ada notif darimu yang masuk. Aneh, biasanya kamu selalu menanyakannya, 'pulang jam berapa?' atau memberitahu bahwa kamu memasak makanan kesukaannya. Namun, kali ini sepi.
Apa terjadi sesuatu padamu? Solar segera menancapkan gas mobilnya dengan cepat menuju rumah.
Bertepatan itu, waktu buka puasa telah tiba ketika sampai di rumah. Solar masuk ke dalam rumah dengan agak terburu-buru. Daripada lekas berbuka puasa, hal yang pertama yang ia lakukan adalah menemuimu. Ia langsung mencarimu ke dapur—tempat yang memungkinkan kamu berada ketika buka puasa—namun ternyata kosong.
"(Nama)!" Solar memanggilmu dengan khawatir. Ia mencari ke seluruh ruangan yang ada di lantai satu ini. Ruang tamu, tidak ada. Ruang cuci, kamar mandi, jemuran, tidak ada. Kamu tidak ada dimana pun di lantai satu yang luas ini.
Kekhawatirannya muncul semakin besar. Ia bergegas naik ke lantai dua.
Solar memanggilmu sekali lagi sambil membuka pintu kamarnya.
"Solar?" Matamu terlihat kaget melihat presensi Solar di ujung pintu kamar dengan tampang ngos-ngosan.
Kamu sedang menyantap makanan di depan televisi yang menyiarkan acara hiburan.
"Kamu pulang?!" Kamu memekik tak percaya sambil menghampiri Solar.
Solar mengusap wajahmu sambil mengucapkan syukur berkali-kali dalam hatinya. Ia sempat cemas kamu terjadi sesuatu yang tidak-tidak hari ini. Tapi syukurlah, kamu baik-baik saja.
Kamu meneliti tampang Solar dari atas sampai bawah. "Kamu kenapa?" tanyamu dengan tampang heran.
Solar tak bergeming. Ia masih berdiri di depanmu tanpa kata-kata.
"Ah, udah buka puasa belum? Aku bikinin teh dulu ya." Kamu beranjak meninggalkan Solar turun ke dapur.
Tanpa berganti baju dulu, Solar mengikutimu. Di dapur tampak kosong melompong. Kamu sepertinya tak memasak apapun.
"Maaf.. Aku gatau kalo kamu bakal pulang. Kirain buka puasa disana kayak biasanya, jadi aku ga masak apa-apa. Aku cuma goreng telur dadar tadi buat makan malam." katamu sambil menuang air panas ke dalam teko yang berisi teh celup dan gula pasir.
"Nggak apa-apa.." jawab Solar pelan. Ini salahnya. Kamu jadi mulai terbiasa di fase kesendirian, sampai kamu tak mengharapkan kedatangannya lagi. Ia mengambil tempat duduk di meja makan, lalu menenggak air putih untuk membatalkan puasa.
Kamu menaruh teko yang beruap-uap—berisi teh panas yang baru selesai dibuat, kemudian menuangkannya ke cangkir untuk Solar.
"Terimakasih." ucap Solar sambil menerimanya. Kamu duduk di kursi seberang Solar.
"Kenapa tiba-tiba pulang? Apa ada yang tertinggal?" tanyamu.
Solar termenung sejenak sebelum menjawab. "Iya, ada yang tertinggal. Aku meninggalkan kebersamaan kita di suatu tempat dan aku ingin mengambilnya kembali."
Kamu membuat ekspresi tanda tanya.
"—Jadi mulai besok, aku akan buka puasa di rumah."
Kamu menutup mulut dengan tampang tidak percaya. "Solar..." Matamu berbinar-binar, namun sedetik kemudian berkaca-kaca.
Solar bangkit menuju ke arahmu. Ia meraih tubuhmu ke dalam pelukannya.
"Maaf.. karena mengabaikanmu. Selama ini kamu pasti kesepian ya?" ucap Solar sambil mengusap-ngusap punggungmu.
Digituin Solar, dadamu semakin sesak dan air matamu semakin ingin keluar dari tempatnya.
"Jangan begitu lagi.. Aku jadi bingung banget. Kalau tak bisa bicara langsung, bisa lewat tulisan.. Biar akunya juga nggak berspekulasi yang aneh-aneh." balasmu dalam pelukannya.
"Aku mengerti. Aku minta maaf.." Solar memelukmu lebih erat lagi.
Saat ini ia mulai menyadari bahwa ia rindu pelukan hangat dan harum tubuhmu. Seiring dengan pelukan yang semakin erat, hatinya semakin diliputi rasa kangen yang teramat sangat. Ternyata ia sudah jauh denganmu sampai sekangen ini.
Solar melepaskan pelukannya, lalu menatap wajahmu. "Ohiya (Nama), gimana kalau nambah anggota baru di rumah ini? Biar kamu gak kesepian amat pas aku tinggal kerja."
Solar bertanya tanpa maksud jahil sebenarnya, tapi pipimu merona.
"Heh." Kamu meninju lengannya pelan. "Kalau sudah ada anak dan kamu masih mengabaikanku seperti ini pun, aku tetap akan sedih. Bukannya aku tidak mau. Aku juga sudah memikirkan ide itu—tapi untuk sekarang, aku masih pengen puas-puasin pacaran denganmu dulu tanpa ada yang ganggu." Kamu menunduk untuk menyembunyikan senyummu.
Hati Solar meleleh melihat sisi manjamu yang seperti ini. Yaampun, kamu imut banget. Solar ingin menerkammu, tapi ia tahan-tahan sampai akhirnya ia memilih untuk memelukmu ala beruang—super erat sampai kamu protes minta dilepaskan karena sesak nafas.
Solar tertawa kecil, menikmati gerutuan dan wajah merahmu. Pesta memang menyenangkan, namun tidak sehangat kamu. Solar tak akan melepaskanmu lagi kali ini.
Pelan-pelan, ia mengembalikan kebersamaannya denganmu yang sempat hilang.
5 notes
·
View notes
Text
Teaching Yongsun (fluff)
You need a partner for a tournament and Yongsun is your only option. You go in ready to teach her but she may surprise you.
“Hey Yong.” You say as you walk downstairs to meet Yongsun who’s been downstairs all morning taking care of Yongki and playing with her. “Yeah i’m in here.” Yongsun says from the kitchen. You enter the kitchen seeing Yongsun sitting at the kitchen table looking at her phone. “I need a partner for the pacman tournament…and I was hoping you could be mine?” Yong looks up from her phone. “You want me?” she chuckles. “Babe I don’t know how to play! What happened to your friend that was gonna play with you?” She asks. You put your hand behind your neck and sighs. “He’s sick and can’t make the tourney…I asked Moonbyul to play and she says she’s working this week.” You sit down across from Yongsun.
“Did you ask Wheein? She’s plays games.” Yong asks as she reaches for your hands across the table. You connect hands with Yongsun and takes a moment before answering. “I asked her and she said and I quote ‘Pacman? Who still plays Pacman? Why is Pacman still around doesn’t have any new games out…old bitch.’ and then she laughed as she hung up so I guess that’s a no.”
Yongsun smiles slightly as Wheein’s response. “That girl needs to stop hanging with Moonbyul.” She says “Okay Y/n, let’s go.” Yongsun says standing up and tugs on your hand prompting you to stand up too. “Go where?” You ask looking very confused. “On a little date, i’ll call my sister to come watch Yongki and you can teach me how to play this Pacman game.” She says looking at her phone, she then starts to call Yonghee, Yongsun’s big sister.
You finally make it to a arcade that has a Pacman machine. You two walk in, there only about 20 people here scattered throughout the arcade. “LOOK THERE A PACMAN MACHINE!!” Yong says pointing to it! “Come on Jagi!” She takes your hand and runs to the machine. “It’s called a cabinet babe.” You say slyly as you take some quarters out of the pocket of your sweatpants. You put the quarter in and select two player. You let Yongsun take player 1. You watch her as she immediately adapts to the game, she takes the joystick and finesses it beautifully, you keep looking down at her joystick and the screen and then at Yongsun who’s totally in the game. “JAGI I DID IT!!” Yongsun says excitedly causing nearby people to look at you two. You start laughing and gives Yongsun a hug before the next round begins. Yong grabs the joystick and starts going, you notice how Yongsun’s face is completely immersed in the game, her eyes going everywhere on the screen. “I think i’m good at this…like this is pretty fun and challenging.” Yong says still focused. “Is this the whole game what’s the tournament then?”
“Uh well, it’s basically 2v2 who every loses all their lives win. You get a bonus if you beat your opponents score by the time they lose. With the Pacman they more you play the faster the ghosts go, and the smarter they are.” By the time you finish the explanation Yongsun already finished the map. “Well I think you found your new partner!” Yongsun says excitedly. “Me too.” You say as she gives you a kiss on the cheek.
#girl group imagines#kpop imagines#girl group scenarios#kpop scenarios#mamamoo imagines#yongsunxreader#yongsun imagines#solarxreader#solar imagine#mamamooxreader#mamamoo fluff#yongsun fluff
14 notes
·
View notes
Text
Solar x Reader: Trying to put together IKEA furniture.
“Thank you.” You say closing the front door.
“What’s this Jagi?” Solar asks approaching you and a giant box. You put your hands on your hips. “I don’t know you tell me, it has your name on it.” Solar stares blankly at you for a minute trying to remember. After 10 seconds of silence it’s broken with Solar finally remembering.
“OOOOOHHHHHH I remember now! I ordered a new desk for the TV room.” Solar says examining the box. “A new desk?” You say as get ready to move the box to the TV room, Solar helps. “Yeah we need one considering you’re always on your computer or doing work or something.” You both set the box down, you pick up the near by scissors and slide the blade down the box cutting the tape.
Solar immediately starts pulling out pieces. “Jagiya go get your tool box!” she looks up at you. “H-How did you know I have a tool box?” You say a bit shocked. “I know you’re the only one who made that media center.” Solar looks back at the box searching for the manual as you get your tool box. ‘How did Solar know I did that, I tried to make it seem like I hired someone to do it.’ You think to yourself as you come back with your tool box. “Solar seriously how’d you know I had a tool box.” You say sitting down next to her as she looks over the manual. “I saw you make that picture frame in the garage when you weren't looking.” She says. You look at the picture frame next to the media center with a pic of you and Solar at the park your first date, you start remembering how much you love her.
“Okay!” her sudden outburst snaps you out of it. She starts pulling more pieces out. “You have to start putting these swirly thingies in this thing.” “I what?” You examine the parts she’s talking about. “Oh you want me to screw in the bolts okay.” Solar glances at you, watching you put the parts together smiling a bit but you don’t notice.
About 45 minutes have passed and there is one part left. Both you and Solar’s hair is up in a messy bun. You’re sweating slightly because you did most of the work while Solar just reads what the manual says, but you made sure she felt included by letting her use your drill gun a couple times.
“Okay Jagi, this is the last part.” She holds up at small silver thing. You have your hand out as she gives it to you. You look at it closely. “What is it?” She asks. “It wasn’t in the manual.” You look over at her. “It’s a bolt, hand me my wrench please.” Solar gives you the hammer. “This thing?” You look over as your placing the bolt over the only screw that doesn't have. “Other one.” You reach your hand out as you take the wrench and begin tightening the bolt. “Wow Jagiya...you are so good!” She says in excitement, you couldn’t help but to smile. You stand up and stretch a little, when raising your arms Solar gives you a back hug admiring your work. “You did it Jagi!” You wrap your arms around hers. “We did it.” You say as you feel her smile.
Solar stays wrapped around you. “Who’s gonna take the box out?” she asks. “Uhhhhh I’ll do it.” Solar lets go and watches you fold the box. “I love you.” You hear Solar say as you leave to go throw the box in the recycle bin. When you return you see Solar drawing a heart on some paper. “Here Jagi! A drawing made on our new table.” You take the paper as Solar makes room for the both of you on the couch. Looking proudly at the first thing you two have made.
#mamamooxreader#mamamoo#mamamoo scenarios#mamamoo imagines#solar#solarxreader#solar scenarios#solar imagines#kpop imagines#kpopxreader#kpop scenarios#girl group imagines#girl group scenarios
56 notes
·
View notes
Note
i was the one who requested the solarxreader and omg, my request was all over the place(srry for that) but it was rlly good😱 like amazing. thank you for writing it ❤❤❤❤
Whew I’m really glad you like it, I almost had a mental breakdown because of it 😂
3 notes
·
View notes
Text
https://twitter.com/angel0taiyo/status/1281459311701397505?s=21
Check it out and drop your answers~ 💕
0 notes
Note
Hi may i request a solarxreader where as its the first time solar puts down her tough and strong "mask" in front of someone whos not mmm, and she feels guilty/regrets it at first, but she sees the reader comes with good intentions and reassurance?
hi anon! this has been sitting in my inbox for a while and I'm pretty stumped. I usually let stuff sit for a bit because I don't always have a clear idea of what to write right away and sometimes an idea reveals itself, but I don't have a very clear direction for this and don't think I will? I'd rather not push through just for the sake of meeting the req since I think it'd be pretty apparent in the final product, and no one wants that :')
hmm, yong bias? a rarity indeed - come back when reqs are open
and y'all, if req's are closed, they're closed. I totally understand that it sometimes slips people's minds which is fine, it happens (although if it's both in bio and the ask box I'm not entirely sure how people miss it) but getting reqs when they're closed makes me less inclined to want to write them, it's kinda like... idk, a respect thing? like respect my boundaries and I'll reciprocate accordingly haha does that even make sense 🥴 let's just say that just because a req comes in early doesn't necessarily mean I'll get to it any faster
I can say that requests will open again sometime before I start school at the end of september and then will probably be closed for quite some time after that because the rate of new fics will slow to an absolute crawl (prepping to be a real adult sucks and I'm not ready 😔)
so be on the lookout! they'll prob open after I finish writing the event stuff :D
0 notes
Text
You travel long distances just to see Yongsun.
You pack up your last bag and head out the door. It’s been a few months since you last saw Yongsun and you miss her, you decided to make a last minute ticket to South Korea where Yongsun is even though she said she will be back to you when her promotions with Mamamoo are over. You grab your phone and you are out the front door, your friend is already in front of your house ready to take you to the airport. On the way there you get a text from your girlfriend Yongsun.
‘What are you up to cutie?’ You read Yong’s text then you respond.
‘Oh not much, just relaxing’
You replied like normal to not tip Yongsun off that you aren’t home.
‘Ooo fun’ Yong texts back laser quick.
‘I know right, how are you doing?’ you respond just as fast.
‘I’m backstage with the girls we are gonna go on stage soon.’ Yong texts back quick again
‘Okay, I know you will do well!’ You reply.
‘Thank you Y/n!” Yong replies with a smiling emoji that you couldn’t help to smile at. You text Yong until you get to the airport which is luckily not that far, you thank your friend then grab your bags from the back. You rush in immediately after and board your plane. After that long flight you are finally here, in South Korea! You text Moonbyul to tell her that you’re here and are waiting for your bags. She replies that she’s almost there. Your heart starts racing thinking about seeing Yongsun again, then you get butterflies thinking about seeing her smile.
You finally get your bags and leave, you spot Byul’s car and knock on the window for her to unlock the doors. “Hey Y/n! Are you ready to see your girl?” Byul says with a cheesy look on her face when you step in.You start blushing as you respond, Moonbyul starts to drive off. You make it to Yongsun’s house. “I’d come in with you but I have to go to the studio” Byul says as you get your bags. “Okay, thanks for the ride!” You say too Moonbyul after you close the trunk. You walk up to the door as you hear Byul pull off. You take a deep breath before knocking at the door. You immediately hear Yongkeey barking from the other side.
Yongsun opens the door. “Supri-” Yongsun hugs you before you could finish your word. You drop your bags and hug Yongsun back tightly. She pulls you inside then your bags, you only packed two. “Wha- Y/n? What are you doing here?” Yongsun asks, smiling wide. The smile you love. “I wanted to see you that’s what!” You say smiling back.“I really wasn’t expecting you, I would of changed out of my pajamas!” Yongsun says walking up to you and giving you a kiss on the cheek. “I love you Yongsun! Even in your pajamas.” You laugh a little. Yongkeey walks up to you, and stares before walking to your bags. “I think she’s happy to see you too!” Yong says as she pets Yongkeey, she then looks at you. “I am too.”
#mamamoo#solarxreader#mamaoo imagines#solar imagine#mamamooxreader#yongsunxreader#kpopxreader#gxg#kpop imagines#mamamoo imagines#yongsun imagines#solar imagines#mamaoo scenarios#solar scenarios#girl group imagines#kpop scenarios
26 notes
·
View notes