Tumgik
#shikane?
Text
Tumblr media
36 notes · View notes
adria-479 · 9 months
Text
Merry Christmas!!! I have all my couples... well except Naraku and Yura cause no one has a happy ending with them around. 🤭
Tumblr media
19 notes · View notes
realmoftheacornking · 3 months
Text
Tumblr media
Hokushu Shunkosai, Edo period, early 19th c.
Portrait of Kabuki actor Shikan.
2 notes · View notes
sparkbeast20 · 1 year
Note
Guess who just fell from Gabriel's first line and first appearance? Yep. That's right. It was ME. I have Leviathan in my curiosity pocket, but THAT one angel is a thing. He looks so hot and cool and so so but the vibes he gave make him more demon than the demon itself. It's complicated, but i have a feeling I could go down bad for him-
I get what you feel.
Gabriel has this danger vibe aka red flags that is telling you to stay the hell away from him, but as much you try... you can't.
I can't wait for the game and to learn more about him and the others 🤩
I'm curious though, let's go back to Leviathan. What drawn you to him?
7 notes · View notes
kyou-no-kyo · 6 months
Text
youtube
今日の京は、
マニエリスムな冷たい葬列者 (manierisumu na tsumetai souretsusha) - sukekiyo
1 note · View note
ampersketch-art · 2 years
Note
Gale of Darkness - Shikan Mist-Rise Forest - Roldal
Tumblr media
Two of them.
1 note · View note
shikanou · 2 years
Text
Day 17 Augustrope : Friend with Benefit
Ghea x Harumi [Shika's OC]
TW : hurt, angst, mention of sex, and ... Is it categorized as NTR/cheating? I don't think so. But in case, so yea
Tumblr media
"Kamu ada di sini untuk menerima semua rasa sakitku dari perempuan itu. Tidak lebih."
-----
"... mau kemana. ..?"
Ini masih pagi.
"Bukan urusanmu."
Ghea mau siapkan sarapan.
"Ah. Um ...."
Tapi, kenapa Harumi terus menghilang? Bahkan, tanpa berpamitan. Tanpa mengucap salam.
Kalau dirinya tidak terbangun karena grasak-grusuk di samping ranjang, mungkin lagi-lagi Ghea akan terbangun hanya ditemani jejak sprei kusut seseorang yang baru saja menidurinya.
Brak.
Tidak butuh sampai lima menit, lelaki berkulit putih cerah itu lenyap ditelan pintu coklat yang menutup. Hembusan napas panjang terdengar menyusul kemudian.
Sesak.
Ghea masih bergeming sambil mencengkeram selimut yang menutupi tubuh tanpa sehelai kain meliputinya. Ia yakin kamarnya ini lebih dari cukup untuk dikatakan luas, tapi atmosfer di sekitar terasa begitu padat. Terus dan terus menghimpit raga hingga benar-benar terpojokkan di tempat. tak mampu berbuat apa-apa, selain terus berusaha mengisi paru-paru untuk sekedar mampu melalui hari seorang diri.
"Tidak usah khawatir, Ghea. Bagaimana pun juga, Harumi pasti akan pulang."
Pasti.
Karena Harumi membutuhkan dirinya.
Dan Ghea menginginkan dia.
... tapi lelaki itu tak pernah sedikit pun menginginkan dirinya, di luar kepuasan yang bisa didapat setiap malam. Saat matahari absen dari tugasnya. Kala mereka berada di bawah lampu yang padam.
Hanya pada waktu itu, Harumi berkenan merangkul raga Ghea rapat-rapat. Saling menyentuhkan kulit sambil mendendangkan desah di tengkuk, seakan itu adalah hal terakhir yang akan gadis itu dengar seumur hidupnya.
Masih mempertahankan kain penghangat yang menempel di badan, perempuan berambut coklat serupa madu melangkah turun dari tempatnya, lantas melangkah ke kamar mandi. Sebuah kaca bundar kecil langsung menyambutnya. Memamerkan bekas-bekas membiru dan gigitan yang menempel di beberapa sisi tubuhnya.
Ghea meringis. Perihnya baru terasa. Beruntung ia selalu menggunakan gamis dan khimar panjang, jadi jejak pelampiasan Harumi takkan terlihat oleh siapa pun kecuali olehnya (dan Harumi, tentu).
Sekali lagi, Ghea menarik napas panjang, kemudian menghembuskan pelan. Terus dan terus mencoba menenangkan diri. Memasang senyum paling lebar dan paling positif kepada refleksinya di balik cermin sana.
Namun, bagaimana pun juga, fakta bahwa dia harus berjuang di sini seorang diri, lebih dari untuk meluluhlantakkan ketangguhannya. Kehangatan dari bulir bening yang jatuh satu persatu dari pelupuk mata, terasa di kedua pipinya.
Semakin keras ia mencoba mendamaikan hati, semakin kencang isak yang dia hambat di balik bekapan kedua tangan. Sepasang lutut kemerahan pun nampak tak lagi memiliki energi tersisa untuk menopang raga yang bergetar hebat.
Ghea jatuh terduduk. Membiarkan air mata jatuh di atas ubin hijau di sana. Dia bahkan tidak mampu menampik bayang-bayang Harumi yang selalu terlihat bahagia dan semangat saat ada Shella--bukan saat bersama dirinya.
Juga bagaimana Harumi menggaungkan dengan penuh cinta nama gadis itu di telinga Ghea--saat malam intim Harumi dengan dirinya--dan bukan namanya.
Gadis itu merapatkan tubuh ke dinding. Memeluk kedua kaki yang terlipat dan membenamkan wajah di sana. Sekarang, eksistensi Ghea seperti ada dan tiada di dunia ini. Ia memberikan seluruh hidupnya, seluruh raga, dan seluruh perasaannya untuk pria yang dia cintai setulus hati. Untuk bisa terus bersama dengannya.
Aku berhasil mendapatkan yang aku inginkan.
Aku pikir aku bisa menjadikan hatimu satu-satunya.
Tapi, apa?
Di kisah ini aku bukanlah apa-apa, selain makhluk bodoh yang mencoba membuka hati orang yang masih terbelenggu oleh cinta tak terbalas.
"Ghea."
Gadis yang tidak sadar sudah terlelap hingga sore menjelang, mendongak kala suara familier menyebut namanya. Wajah kusut, mata sembab, bibir yang kering dan pucat menjadi penampilan yang dia suguhkan malam itu kepada Harumi yang baru pulang entah dari mana. Mungkin, habis bertemu Shella, atau bertengkar lagi dengan pacar baru perempuan tersebut.
Meski begitu, tak ada sedikit pun raut khawatir terlukis di wajah tegas Harumi. "Sudah selesai? Aku mau mandi."
Ghea bungkam. Harumi memanggil sekali lagi, baru dia bersuara, "Harumi ...," ucapnya lirih. Terlihat jelas kelelahan dari caranya berbicara. "... Ghea pingin ... sekali saja dengar Harumi panggil nama Ghea setiap kita seks. Ghea pingin sekali saja ... diperlakukan seperti kekasih Harumi. Tidak apa-apa kalau pura-pura. Hanya semalam, Ghea pingin diperlakukan seperti Harumi ke Shella."
Harumi mengepalkan tangan. "Kamu lupa apa yang kamu sendiri tawarkan padaku, Ghea?"
Lakukan saja apa yang Harumi mau. Ghea siap jadi pelampiasan Harumi, asalkan Harumi mau tinggal lagi sama Ghea.
"Kamu ada di sini untuk menerima semua rasa sakitku dari Shella. Tidak lebih," sambung Harumi kemudian. Sorot mata coklatnya tetap menyalang tajam. Tak peduli. Tidak mau tahu.
"Tapi, Ghea lelah! Ghea juga punya perasaan! Ghea mau dimanja. Ghea mau merasakan dicinta, seperti Shella! Ghea mau nama Ghea yang diucap Harumi, dan bukan nama perempuanmu itu! Sekali saja, Harumi! Sekali saja ...."
"Untuk sebentar saja, balas perasaan Ghea yang masih tidak berubah sejak kita putus!"
Ghea memperadukan manik ungunya dengan milik si pemuda. Berharap akan hadirnya kelembutan dan penerimaan di sana. Namun, yang dia terima tetaplah kebisuan dan dingin yang terus menusuk hingga ke tulang. Menembus ke dada dan membekukan jantung yang mulai berdetak lambat.
Aku menang.
Sang gadis bangkit sempoyongan dengan kepala menunduk dalam. Membiarkan beberapa helai rambut terurai menutupi wajah. Melangkah pelan ke orang di depan sana. Kedua tangan terulur dan mendarat di sisi kepala Harumi, saat jarak hanya tersisa satu jengkal. Kemudian, menghilang satu detik kemudian.
Aku menang.
Ghea menyatukan bibirnya dengan bibir Harumi, dan tetap dalam posisi untuk beberapa saat. Menikmati kekenyalan dan lembutnya tekstur tersebut. Betapa hangat dan nyamannya setiap hembusan napas yang menerpa kulit wajah. Membebaskannya memenuhi pikiran dan menjadikan hal itu satu-satunya keberadaan di sana. Menggantikan kekecewaan dan rasa sakit yang terus menyiksa.
Tanpa sadar, tubuh Ghea mulai bergerak atas kehendak sendiri. Bibir tak lagi mengecup, melainkan melumat. Menjilat mulut Harumi yang masih terkatup rapat. Menggoyang tubuh hingga selimut jatuh ke lantai dan menampakkan kembali kealamian badannya.
Perempuan itu seakan sengaja menggesek-gesekkan buah dadanya pada dada bidang si lelaki. Menggodanya. Begitu putus asa. Bak budak seks yang meminta untuk segera dihancurkan dengan segala kuasa yang dimiliki Harumi atas tubuh dan jiwanya, demi sebuah kehidupan.
Harumi menerima suguhan itu dengan tangan terbuka. Diambil alihnya permainan, seraya menggotong tubuh enteng wanita lemah tersebut ke atas ranjang dan mengabulkan apa yang Ghea pinta.
Aku menang, tapi sesungguhnya aku sudah kalah telak sejak awal. Dan, tidak ada cara lagi untukku kembali ke titik awal dan menanggalkan semua rasa menyakitkan ini, selain terus menjadi budak pelampiasan duka.
Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Ghea bisa tersenyum lebar dan terbahak dari hatinya yang patah.
--End
0 notes
eirene · 10 months
Text
Tumblr media
Dojoji (Nakamura Shikan V [Nakamura Utaemon V] in Dōjōji (A Maiden at Dōjōji)), 1908 Okada Saburōsuke
87 notes · View notes
japaneseaesthetics · 1 year
Photo
Tumblr media Tumblr media
Actors Nakamura Kanjaku III as Sasaki's Mother (Haha) Bimyô (R), Nakamura Shikan IV as Wada Hyôe (C), and Bandô Hikosaburô V as Sasaki Moritsuna (L), by Toyohara Kunichika, 1873, Japan
212 notes · View notes
nobrashfestivity · 1 year
Photo
Tumblr media Tumblr media
Utagawa Kunisada
Actors Nakamura Jakunosuke as Senzaki Yagorō, Ichimura Uzaemon XII as the Monster of Old Cat, Nakamura Shikan IV as Suwa Kazuemon. (with detail)
295 notes · View notes
blogbyameera · 1 year
Text
When sahir ludhianvi said " Kis darja dil shikan thy muhabbat ke haadsey , hum zindagi mei phir koi armaan na kar sakey "
And then someone said " Ahbab ne , raqeeb ne , dil ne , rafeeq ne , ye bhi raha na yaad ki kis kis ne maat di "
69 notes · View notes
adria-479 · 5 months
Text
AU: Kanna's mirror cracked but Naraku was defeated before she could perish.
Now her eyes sparkle with joy. And who better than Shippo, who has always been a ball of emotions, to help her feel? ♡
Titled: Unavoidably Happy
Tumblr media
7 notes · View notes
a-bit-of-japanology · 7 months
Text
Tumblr media
Nakamura Sojuro - Kodan Isseki
Adachi Ginko - 1874
Yomikiri Tsuika" (Story Telling Complete in One; More Stories)
Kabuki actor, Nakamura Shikan is in the role of Tomigoro committing suicide with a gun.
19 notes · View notes
kyou-no-kyo · 6 months
Text
youtube
今日の京は、
されど道連れ (saredo michizure) - sukekiyo
1 note · View note
aashufta-sar · 11 months
Text
بات تو دل شکن ہے پر یارو عقل سچی تھی عشق جھوٹا تھا
baat to dil-shikan hai par yaaron aqal sacchi thi ishq jhoota tha
Jaun elia / جون ایلیا
33 notes · View notes
arthistoryanimalia · 2 years
Text
Another fave from The Met's #KimonoStyle show for #FrockFriday + bonus #FroggyFriday:
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Fireman's Jacket (Hikeshi-banten) w/ Shogun Taro Yoshikado Japan, Edo period (1615-1868), mid-19th century Quilted cotton with tube-drawn paste-resist dyeing (tsutsugaki) with hand-painted details John C. Weber Collection
“[The jacket] features a scene popular in Kabuki & based on a print by Utagawa Kunisada (1786-1865) in which the warrior Yoshikado asks a frog sage for magical powers to avenge the murder of his father.” This is that print:
Tumblr media
Utagawa Kunisada (Japanese, 1786-1865) "Actor Nakamura Shikan IV as Shōgun Tarō Yoshikado" 1862, 12th lunar month Publisher: Hiranoya Shinzō Dimensions: 14 9/16 × 9 3/4 in. (36.99 × 24.77 cm) (image, vertical ōban) Print (ukiyo-e / yakusha-e); Woodblock print (nishiki-e); ink and color on paper Portfolio: From Toyokuni's Drawings: A Magic Contest (Toyokuni kigō: Kijutsu kurabe 豊国揮毫 奇術競) Minneapolis Institute of Art 2016.137.2
BTW that “frog sage” is Gama Sennin, the Toad Immortal; here is another woodblock print (actually a triptych) by the same artist of the same legend:
Tumblr media
Utagawa Kunisada (Japanese, 1786-1865) “Gama Sennin Instructing Yoshikado and Takiyasha," 1845 ôban triptych (38 x 77.5 cm)
“Gama Sennin is the toad immortal, and here they appear almost like an old woman, with their long hair fashioned from a toad-faced pelt and appearing in a toad-like body. Here the magician demonstrates their magic, causing the image of a young woman to materialize on their breath. Gama Sennin, the Toad Immortal, is based upon the Chinese Immortal Liu Hai, the Sage with the Toad on his back, a benign sage with great magical powers. Kuniyoshi has outdone himself with the cave of Gama Sennin, as all the rocklike outcroppings are comprised of frogs, and a giant frog spectre hovers over the magician. In the center panel, Yoshikado has been consulting a scroll of some sort, and looks up in surprise, his hands in the ‘astonished’ gesture that Kuniyoshi favored. The motivation of the two young people is of course vengeance for a murdered loved one. A scarce design.”
image & info via https://egenolfgallery.com/products/kuniyoshi-gama-sennin-and-frog-magic
41 notes · View notes