#sepatuku
Explore tagged Tumblr posts
Text
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatuku dari paris,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) NGUSMAN SPORT
sepatuku dari paris,sepatu j&m,sepatu kulit,sepatu kets pria,sepatu kickers,sepatu kets wanita,sepatu kulit pria,sepatu ket,kami adalah toko sepatu yang sangat terpercaya jujur dan amanah minat silahkan order di toko kami harga terjangkau keren dan murah sepatu olahraga dan ranning wa 0812-9838-0434 dengan BAPAK NGUSMAN
#sepatuku dari paris#sepatu j&m#sepatu kulit#sepatu kets pria#sepatu kickers#sepatu kets wanita#sepatu kulit pria#sepatu ket
0 notes
Text
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu super,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) NGUSMAN SPORT
dj sepatu super,dj sepatu super mp3,dj sepatu super full bass,dj sepatu dari kulit rusa,dj sepatu super jungle dutch,dj sepatu dari kulit rusa mp3,dj sepatuku dari paris,dj sepatuku dari paris,kami adalah toko sepatu yang sangat terpercaya jujur dan amanah minat silahkan order di toko kami harga terjangkau keren dan murah sepatu olahraga dan ranning wa 0812-9838-0434 dengan BAPAK NGUSMAN
#sepatu super#dj sepatu super mp3#dj sepatu super full bass#dj sepatu dari kulit rusa#dj sepatu super jungle dutch#dj sepatu dari kulit rusa mp3#dj sepatuku dari paris
0 notes
Text
Hujan pertama setelah senyum itu kau putuskan bukan lagi untukku.
Halo, Yogyakarta. hujan ini asing sekali, menderas di segala sudut, dinginnya begitu merasuk, suram, dan dimana-mana riuh. diluar begitu gaduh, sementara mataku menelisik rintik yang kuharap dapat mendinginkan hatiku. aku menatap genangan kumuh dibawah kakiku, genangannya membentuk tawamu saat membocengku di bawah kungkungan hujan dan gelapnya Yogyakarta. Yogya, aku tak lagi suka hujanmu. Yogya, aku tak lagi suka jalanan basah yang dulu mencandu bagiku. Yogya, aku tak lagi suka suara deras gaduh yang dulu kerap kuterobos dengan tawa dia bersamaku. aku menginjak setiap genangan yang membentuk bayanganmu, meriak pecah saat kubajak dengan sepatuku, rokku basah, begitu juga hatiku. Yogya, apakah tidak ada lagi hujan yang kau tawarkan tanpa kenangan tentang dia untukku? Sebab penghujan ini begitu pilu untukku. dariku.
2 notes
·
View notes
Text
Barusan dapat chat: wah dulu kamu cuma anak FKIP, kalau beli apa2 pasti murah. Anakku dong FMIPA, beli apa-apa harus mahal.
Kujawab simpel: iya ehehehhe
Dulu meski dari semester 3 aku udah ngelesi privat, tapi kalau bebelian apapun ya mikir juga. Mikirnya bukan mikir gengsi atau harga, karena mindset ku juga gapapa kok bebelian rada mahal asal kualitasnya bagus. Cuma dulu yang dipikir tuh lebih ke: tar uangnya cukup ga ya kalau ada agenda organisasi dadakan yang butuh uang? Karena sebisa mungkin ga ngerepotin ortu kan kalau kegiatan di luar kuliah.
Sebenernya kalau aku dibandingin dengan anak orang jaman sekarang, ya ga apple to apple dong. Anaknya dia uang saku dan uang jajannya banyak, kosnya kamar mandi dalam (aku mah boro-boro, sampai s2 juga kosnya murce), trus anaknya kaga kerja apa-apa, kuliah semua serba baru (laptop dll), lha aku dulu? Orang tua aja ekonomi mepet.
Tapi, ya ada untungnya yang dibandingin tuh aku jaman kuliah. Coba kalau bandinginnya dengan aku sekarang, lebih berabe. Sekarang akunya udah kerja, gaji dua koma. Beli sepatu kemarin cuma 1/4 harga sepatuku jaman kuliah dulu wkwkw. Segitu kok aku ga ngerasa miskin ya?
Alhamdulillah
Wahh ternyata kalau tadi aku ga dibanding2kan dengan anak orang, mungkin aku lupa bersyukur dengan rasa cukup dari Nya ini. Alhamdulillah alhamdulillah
2 notes
·
View notes
Text
aku membusuk dalam dosa. rasa hitam semakin mengisi ruang terdalam. ada teriak yang terbungkam, suara kecil penuh keperihan, acak dan berantakan. benci adalah nama tengahku. cinta sudah melupakanku. aku pun melupakannya. aku menjelma kosong--menjadikan sepi teman abadi. aku membenci kelinci, kucing, dan hewan yang kausuka pada awalnya. aku membenci pantulan diriku di cermin itu. aku membenci ruang obrolan yang tak kunjung kuat untuk kututup dan kuhapus. aku tidak bisa menerima diriku yang serba tidak bisa menerima. aku membenciku. benci adalah ia yang lama tak kulihat lagi.
tapi aku tidak membencimu.
karena memang beginilah kita--mencoba untuk mencari tahu selaras adalah kata kita atau tidak yang ternyata tidak. kita sama-sama membenci waktu. membenci ingatan itu. ingin mengunci ingatan itu.
tapi aku (tetap) tidak membencimu.
faktanya aku masih berduka. ada kebencian yang kurasa pada kalimat "mudah, cari saja lagi" yang mudah keluar dari mulut mereka. mereka bukan aku, aku bukan mereka. mereka tidak menaruh kaki mereka di sepatuku, mudah bagi mereka untuk berkata begitu.
dan aku (tetap) tidak (bisa) membencimu.
masih mengeruak. hitam di dada ini seperti virus. aku terinfeksi hingga ingin mati. aku tidak ingin lagi. aku ingin keluar dari sini.
semoga kau bisa beranjak dari rasa tidak nyaman ini. silakan benci aku jika itu adalah yang kaumau. silakan hapus aku jika itu menenangkanmu. doaku toh tetap sama.
semoga kita segera pulih.
46 notes
·
View notes
Text
#11/30 : Karena Allah mau, bukan sebab jungkir balikku.
Mau jungkir balik atau salto sekalipun, kalau doa-doa baik itu belum waktunnya dikabulkan, tentu tidak akan.
Orang-orang mengira hidupku baik-baik saja, lancar-lancar saja, tidak paham seberapa kali aku hancur berantakan dikerumuni rasa bersalah jika suatu hari tidak memenuhi harapan.
Sebelum hari dimana manusia-manusia itu memberi selamat, menganggapku berhasil mencapai impian, aku sudah sekian kali menemui kegagalan-kegagalan hidup yang membuatku patah.
Beberapa orang mengira aku beruntung karena lulus ujian kenegaraan di usia 20an tahun. Tapi, dulu mereka juga yang bilang di usiaku yang 20an tahun itu mengapa belum mampu memenuhi harapan dan ekspektasi keluarga.
Jatuh bangun aku berusaha lulus kuliah tepat waktu.
Bersyukur sebelum wisuda aku diterima mengajar di sekolah negeri di Jogja.
Berjuang menjadi tenaga honorer disana, mengajar les kemana-mana demi tambahan uang untuk hidup.
Masa ujian kenegaraan itupun mereka tidak tahu betapa pusingnya, belum lagi sepatuku jebol tepat setelah keluar ruang ujian, bajuku lusuh, keringat dingin bercucuran. Rasannya ingin berteriak.
Mereka tentu tidak akan mengerti sekalipun aku jelaskan lewat pidato atau seminar.
Maka, aku biarkan saja.
Fokus pada apa yang harus aku capai. Terpenting jangan menyakiti keluargaku, atau aku patahkan hidungnya!
Apapun itu, mari usahakan apa yang mesti diperjuangkan. Biar Allah nanti mengatur jalan ceritannya. Diri ini hanya perlu terus ikhtiar. ♡
Allah tahu kapan anak panah itu tepat sasaran.
[Ditulis di kos sembari melepas lelah. Selasa, 23 April 2024]
5 notes
·
View notes
Text
Comeback to Japan! PART3
Jadi perjalanan kemarin itu kita cuma ke 3 kota Tokyo-Kyoto-Osaka. Tempat tempatnya turis banget sih ga sebanyak dulu pas backpackeran, ga nyangka juga dulu backpackeran bisa nyampe banyak kota kecuali ke Fukuoka doang kayaknya gokils..
Oya perjalanan kali ini aku merasa dapet banyak cinta banget dari suami karna pas ke mana-mana ga bawa tas samsek. Nah lucunya ga cape pundak malah berasa punggung sakit. Entah karna kurang tebel pake baju atau faktor u gtw juga, jadinya aku banyak pake koyo hahahaa.
Sebenernya sampai sekarang pun kayak masih mimpi bisa liat sakura lagi. Karna perjalanan sepanjang naik kereta terus dipinggiran jalan liat sakura mekar tuh kayak persis di animasi2 gitu. Di Tokyo Disenysea juga bagus banget lagi, kayaknya sih aku harus balik lagi ke sana secepatnya untuk ke Disneyland nya sebelum umurku lebih tua.
Karna high seasons dan tempat yang dikunjungi mostly turis jadi pasti rame di mana-mana. Bedanya kalau di jakarta mungkin masih worry copet kalo rame, kalau di sini tuh lebih aman aja.
Oya pas di Osaka kemarin sempat ke Osaka Castle, seneng banget ternyata bisa naik odong2 biar ga terlalu cape ke dalamnya wkwk. Terus pas ke fushimi Inari aku sama suami bisa pake kimono MasyaAllah makasih ya😭💕. Soalnya pas 8th ke sini jujur cuma aku sendiri yang ga mampu sewa kimono, ya sebenernya aku ga masalah tapi ternyata ada temen yg tadinya mau sewa malah ga jadi karna katanya mau nemenin aku. Disitu aku merasa "ini emangnya kasian bgt ya klo ga bisa nyewa?" Akhirnya kemarin sebelum berangkat aku cerita ke suami tentang ini, suami bilang "Nanti kita harus sewa kimono ya. "
Pas di Osaka kita mampir ke mall yang banyak animasinya, suami seneng bgt ke sana karna gara2 ke sana jadi ga bisa lagi lama2 ke tempat lain huhu. Tapi aku seneng kalo liat suami seneng eaaa.. Pas di Dotonbori ruameeee bangett turis. Kayaknya di situ lebih sering ketemu orang indo drpd orang Jepang. Oya sepatuku juga pas banget memble takut banget lepas jadi beli sepatu baru hahaha lumayan ada kenang2an dari Jepang yang bisa dipake terus, sama ini sarapan pagi yang biasanya aku makan sebelum aktivitas. Menunya sama ayam-nasi udah. Yang lain2 masih takut ga halal soalnya.
Sampai ketemu di part selanjutnya :)
3 notes
·
View notes
Text
bagaimanapun,
aku tetap mencintai ayahku
manusia dengan pertolongan pertolongan kecilnya, tapi amat membantu
lem sepatuku
lem helmku
lem jam tanganku
bukannya tak bisa kukerjakan sendirian,
aku hanya terlampau lelah untuk mengandalkan diriku dalam segala keadaan.
dan aku juga butuh bantuan.
ayahku, tetap menjadi patokan dalam melihat lelaki (kelak) untuk menjadi pasangan.
jika cintamu tak sebesar ayahku,
simpan saja cintamu itu.
aku tidak butuh.
3 notes
·
View notes
Text
Yori, aku percaya kita tersusun dari kepingan yang kita dapat dari orang-orang sekitar kita: sepotong besar semangka yang sering Ibu bawakan untukku adalah salah satunya. Aku tumbuh seiring hal-hal yang ada di rumahku, kebanyakan dari Ibu. Ibuku seorang pemberani dan betapa aku ingin, ingin sekali, mewarisi keberanian itu agar aku tidak usah memotong rambutku di hari kamu menyentuhnya. Atau mungkin, menurutmu, sudah cukup beranikah aku saat aku meminjamkanmu sebelah sepatuku? Siang itu jalanan aspal sedang panas-panasnya, dan kamu bilang ada kucing di bawah saluran air sana, aku ikut menempelkan telingaku tepat di sampingmu hanya untuk kemudian tahu kalau itu cuma gurau belaka—tapi aku tidak marah, aku tertawa bersahutan dengan tawamu. Gantungan di tasmu bergemerincing lucu dan setelahnya aku merasa bisa menggenggam dunia di satu tanganku.
Yori, aku percaya kita tersusun dari kepingan yang kita dapat dari orang-orang sekitar kita: selain sepotong semangka dari Ibu, kini aku juga tumbuh dengan bunga-bunga yang jadi kesukaanmu. Primrose. Primrose. Primrose. Aku catat benar-benar dalam hati sebab aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Akan ada hari di mana kamu tidak lagi mati rasa dan kita bisa pergi ke tempat-tempat yang tidak akan terjangkau orang-orang dewasa; dengan kereta yang kamu masinisnya, kita bisa berhenti sesuka hati—bisa di kebun bunga Primrose kalau kamu mau. Di stasiun yang jauh dari tangan-tangan kejam dan mulut-mulut yang bilang kita berotak babi. Kita masih manusia. Kita adalah manusia. Dan ada satu teori menarik yang aku yakin kamu mau mendengarnya: manusia berasal dari bintang-bintang, Nebula tempat lahirnya. Kalau kita terlahir kembali, menjadi bintang saja sepertinya keren, pikirku. Tapi aku tidak keberatan menjalani hidup selanjutnya dengan tetap menjadi Mugino Minato. Penumpang satu-satunya kereta Hoshikawa Yori.
Yori, apakah di sana cerah? Aku masih perlu jawabanmu meski aku selalu tahu kamu akan menjawab apa. Gerbangnya kini sudah dibuka. Keretanya sudah menunggu. Sini, duduk di sampingku, perjalanannya panjang. Hari ini, bahagia adalah sesuatu yang bebas kita miliki.
6 notes
·
View notes
Text
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu dari kulit rusa mp3,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) NGUSMAN SPORT
sepatu dari kulit rusa mp3,dj sepatuku dari paris,sepatu j&m,sepatu kulit,sepatu kets pria,sepatu kickers,sepatu kets wanita,sepatu kets wanita,kami adalah toko sepatu yang sangat terpercaya jujur dan amanah minat silahkan order di toko kami harga terjangkau keren dan murah sepatu olahraga dan ranning wa 0812-9838-0434 dengan BAPAK NGUSMAN
#sepatu dari kulit rusa mp3#dj sepatuku dari paris#sepatu j&m#sepatu kulit#sepatu kets pria#sepatu kickers#sepatu kets wanita
0 notes
Text
Distribtor,Pengrajin,Jual,grosir sepatu jackson,WA ,0812-9838-0434 (telkomsel) NGUSMAN SPORT
sepatu jackson,dj sepatu super,dj sepatu super mp3,dj sepatu super full bass,dj sepatu dari kulit rusa,dj sepatu super jungle dutch,dj sepatu dari kulit rusa mp3,dj sepatuku dari paris,kami adalah toko sepatu yang sangat terpercaya jujur dan amanah minat silahkan order di toko kami harga terjangkau keren dan murah sepatu olahraga dan ranning wa 0812-9838-0434 dengan BAPAK NGUSMAN
#sepatu jackson#dj sepatu super#dj sepatu super mp3#dj sepatu super full bass#dj sepatu dari kulit rusa#dj sepatu super jungle dutch#dj sepatu dari kulit rusa mp3#dj sepatuku dari paris
0 notes
Text
perjalananku beberapa kali terhenti, bukan sebab cuacanya yang cukup terik atau mungkin aku juga tidak akan masalah dengan hujan atau banjir, aku cukup piawai menghindari genangan-genangan hujan itu, tapi karna sepasang sepatu yang aku kenakan hari ini.
sepatuku sudah cukup usang, tapi aku masih teramat sangat sayang padanya. sepatu pertama yang aku mampu untuk memilikinya, sangat berusaha untuk mampu menggapainya bahkan saat berjalan bersamanya aku merasa percaya diri, itu kebahagiaan yang tidak mampu aku deskripsikan bahkan nilanya? tidak terhingga, mewah.
banyak dari mereka cukup terganggu dengan cerita ini, bagaimana aku sangat bangga, sayang dan menjadikannya favorit. walau kini mungkin saatnya aku harus berbesar hati mencari sepatu yang baru, tapi aku takut terlalu cepat mendengar dan tidak menikmati sisa hari, ini masih bisa di perbaiki bukan?
di etalase toko, berjejer sepatu-sepatu yang jauh lebih baik, ada yang warnanya terang, ada yang lebih keren, ada yang alasnya cukup tinggi untuk aku yang pendek dan ada yang nyaman cocok bener buat aku yang suka berlari ini sangat menunjang, atau bahkan sederhana dan bisa menemani kemana saja.
saat ini sungguh aku takut salah memilih sepatu, kakiku sudah terlanjur luka bahkan memar dan lucunya tetap nyaman dengan sepatu usang ini, akan sangat menyakitkan untuk dilanjutkan tetapi terlalu sayang untuk membuangnya. mereka bilang ini sudah cukup lapuk untuk di jahit juga alasnya sudah cukup tipis.
hujan hari ini, ada sepasang sepatu didepan pintu kamar warnanya netral, alasnya tidak tinggi, cukup nyaman, hangat tapi tidak membuatku gerah, tapi dia tampak asing aku belum bisa membiasakan diri, baiknya aku nikmati saja hari-hari dengan si usang buntut itu, biar luka itu semakin menganga saja sapa tau dengan menikmati sakit ini aku sadar ini sudah sampai pada ujungnya, semoga mereka mau mengerti. Toh, pada akhirnya aku memang harus menyudahi ini sendiri.
7 notes
·
View notes
Text
Di Tepi Jalan Waktu Itu
Kala itu, suara langkah kaki kita saling bersahutan, beriringan dengan hembusan angin yang bergesekan dengan dedaunan.
Bunga-bunga kuning kecil yang tumbuh rimbun di tepi jalan saat itu, menjadi saksi dimana aku mengekori penuh makna setiap langkah kakimu.
Kerikil-kerikil kecil yang menyebar di permukaan jalan beraspal saat itu, menyapa tapak sepatuku kala sambil tersenyum malu-malu, aku dengan antusias mengamati punggung tegapmu.
Langkah demi langkah kutapaki. Puluhan langkah, ratusan langkah, ribuan langkah, jutaan langkah. Namun tak juga setiap langkahmu dapat kudampingi.
Bukan dirimu yang sengaja menjauh dan berlari, tapi ini diriku yang memang tak punya nyali untuk sekedar berjalan menghampiri.
Pakaian kita yang seragam, bernuansakan putih abu-abu waktu itu.
Di tepi jalan itu, aku mendapatimu tengah bercekrama dengan teman sepermainanmu, aku melewatimu namun sosokku tak menyisakan sedikitpun bayangan di kedua matamu.
Ini aku, sang gadis buruk rupa yang sosoknya redup diterpa cerahnya dunia.
Itu kamu, sang pangeran berselimut cahaya bak emas dan permata yang menyilaukan mata.
Aku tak punya keberanian untuk sekedar menyapamu, aku tak punya nyali untuk sekedar melemparkan senyum ke arahmu.
Ini adalah dunia nyata, kisah sang pangeran dan si puteri buruk rupa tak berakhir bersama.
Aku dan kamu berjarak ratusan anak tangga, sosokmu yang berjalan begitu lancar ke puncak dunia, dan aku yang melangkah tertatih menerobos badai ilusi yang sangat mustahil menjadi nyata.
Aku menyadari rasa manis dan pahit yang tengah kurasa ini tak memiliki peluang untuk disambut olehmu.
Kita tidak satu frekuensi, kau berdiri tegap menikmati indahnya gemerlap dunia remaja, aku berdiri terhuyung menahan sesak atas gelapnya kepercayaan diri yang seakan tak bernyawa.
Pada akhirnya sosokmu hanya bisa ku pantau dari jauh. Mencuri pandang tatkala tanpa sengaja kita berpapasan, menggelengkan kepala kala terbangun akan khayalan tentangmu yang membuatku tersipu.
Seiring waktu berlalu, sosokmu yang terlampau tinggi tak lagi bisa ku ekori. Aku meredam keterpesonaanku terhadapmu, perlahan-lahan menghapus sosokmu pada ramainya gejolak di pikiranku.
Dan kala itu, keberadaanmu tak lagi berhasil mengisi gaduhnya hatiku.
—@melodirinai
Gejolak Kenangan | September 22, 2023.
4 notes
·
View notes
Text
Empty Secrets.
Aku selalu percaya, jauh dalam lubuk hatiku, kalau cuma ada satu laki-laki saja yang kuyakini akan menyayangiku setelah segala kekurangan yang kutunjukkan, maka itu adalah ayahku. Peristiwa yang paling kuingat ialah tahun-tahun penuh (sok) sibuk selama SMP, di mana aku "nggak sempat" mengendurkan tali sepatu kets yang selalu kupakai sekolah. Saat itulah, setiap hari, aku melihat ayahku ke rak sepatu selama aku sedang sarapan, dan ia akan melonggarkan tali sepatu pada sepatuku agar aku mudah memakainya menjelang berangkat. Berbeda dengan sekarang, saat itu kami jarang berkomunikasi. Tapi, sekalipun demikian, aku tahu ia sayang aku. Aku tahu ia sayang sekali denganku terlepas dari apa yang kulakukan: telat pulang, dapat nilai jelek, bolos les, begadang main Twitter, dan lain-lain.
Hanya saja, ada kalanya bahwa "apa yang kulakukan" mulai bergeser ke sikap dan perilaku yang lebih ... abstrak. Dan, kalau aku diminta membayangkan posisi ayahku, aku tahu bahwa aku membuat diriku begitu sulit untuk disayangi. Telat pulang dan begadang menjadi persoalan yang remeh ketika dibandingkan dengan karakter dan kepribadian: berbohong, misalnya. Menolak ditolong, misalnya. Atau, yang akan kuceritakan sekarang: menyakiti hati seseorang.
Suatu hari, aku menyakiti hati seseorang. Untuk membuat segalanya makin parah, saat itu aku belum merasa bahwa aku bersalah---aku pikir, semua masih ada dalam porsinya, hanya saja, ya, mungkin sedikit berlebihan. (Kenyataannya, itu terlalu kelewatan.) Lalu, dengan caranya, seseorang itu memberitahuku bahwa ia butuh waktu sendiri ... dan, karena itu nggak pernah terjadi sebelumnya, mulailah aku merasakan ada kekhawatiran yang menggerayangi kedua kakiku: Oh, aku menyakiti hatinya. Dan, dalam satu dan banyak hal, kekhawatiranku ada benarnya.
Dalam perasaan yang bingung, aku menghabiskan malam cuma berani bicara pada Tuhan. Untungnya, malam itu aku sedang melakukan sebuah perjalanan jauh, dengan fasilitas kamar tertutup yang kupakai seorang diri. Di rumah, aku nggak bisa melakukan itu. Jadi, begitulah aku: dengan masih pakai mukena, sambil tiduran dan memandang langit-langit ruangan, aku meracau sesukaku. Membicarakan sudut pandangku. Membela diri. Merasa buruk. Dan akhirnya, aku dihadapkan dengan perasaan menyesal.
Aku melakukan kesalahan, pikirku.
Dia akan pergi meninggalkanku, pikirku. Dan, aku pantas mendapatkannya.
Ketika aku menghabiskan sisa hari libur dengan berkumpul bersama keluargaku, di tengah-tengah bergulirnya percakapan, aku bercerita soal sikap yang kuambil. Lalu, sebuah tanggapan tersampaikan kepadaku, dan itu dari ayahku. Ia bilang, "Kalau ayah seusiamu dan sedang menjalin relasi denganmu, ayah akan selalu ngerasa harus hati-hatiiiii terus. Dan, kalau ada seseorang yang kecewa dan marah karena apa yang kamu lakukan, itu pantes banget."
Aku pikir aku terbiasa dengan penolakan, tetapi ternyata aku nggak pernah siap ditolak ayahku---seseorang yang aku selalu percayai akan sayang aku apa pun yang kulakukan. Ya, walaupun ketika ayahku bilang begitu, aku tahu bahwa ia tetap sayang aku. Dengan caranya, ia baru saja bilang bahwa ada kalanya seseorang bisa meninggalkanmu walaupun tetap sayang kamu. Kalau demikian, maka kondisi itu terjadi karena apa yang kamu lakukan sungguh-sungguh menyakiti hatinya.
Pada ujung hari ketika kami hendak makan di luar sekeluarga, seseorang itu kembali. Aku nggak percaya aku dimaafkan---sampai sekarang, perasaan itu masih ada. Ibuku kujadikan wadah racauan betapa menyesalnya aku, dan responsnya begitu logis dan tenang, "Sampai sebelum kamu cerita kalau kalian berbaikan, ibu sudah khawatir kalau dia nggak akan kembali lagi." Selain apa yang ayahku bilang sebelumnya, perkataan ibuku juga rasanya tepat sasaran. Agaknya Tuhan menjawab doaku melalui kedua orang tuaku. Kalau aku menceritakannya ke 100 orang lain, mungkin aku akan mendapatkan 100 penghakiman yang sama.
Sepertinya, post ini permintaan maafku.
5 notes
·
View notes
Text
Ambivalen
Malam ini hujan mulai turun. Gerimis halus yang membuat orang ragu-ragu apakah sebaiknya memakai payung atau tidak. Bau hujan dan hawa malam masuk ke kamarku.
Hanya tinggal aku dan perempuan itu yang saling menuang arak Bali sejak sejam yang lalu. Sebenarnya, tadi ada 4 orang, namun 2 kawan kami, sepasang kekasih, telah pulang.
Dalam diam dan menikmati bau hujan memukul tanah yang kering sepanjang hari, kami menghabiskan sisa arak, tinggal setengah botol.
"Boleh aku minta arak segelas lagi?" Tanya perempuan itu.
Aku menungkan arak Bali ke dalam gelasnya. Dia minum seteguk lalu memastikan kehangatan menuruni bagian dalam dadanya perlahan-lahan.
Sejak semula, aku sebenarnya merasakan ada sesuatu yang tidak lazim dalam diri perempuan itu. Dan suatu suara kecil naluriah memperingatkanku. Jangan terlalu dekat dengannya.
Terlebih, ada bekas luka sayatan di lengan bagian dalamnya itu. Aku sebenarnya cukup waspada. Toh, kalau sulit menahan hasrat memeluk perempuan, aku tinggal melakukannya dengan wanita profesional. Bayar dan beres, tanpa berkelanjutan.
Akan tetapi, aku merasa perempuan di depanku menuntut untuk didekap seorang laki-laki malam itu. Matanya pun sudah sayu, dan ia mulai menangis terisak tanpa sebab.
Aku yang sedang mabuk pun sudah tak punya kekuatan cukup untuk tak memeluknya. Namun, aku takut. Aku masih waspada.
"Kamu tak pulang malam ini?" Tanyaku seolah tak memahami situasi.
Dia tak menjawabnya namun mulai menyeka matanya yang telah basah. "Di luar hujan dan aku sangat membenci pulang malam dalam hujan".
Jawabannya secara tak jelas mengungkapkan "Boleh aku menginap di sini?" dalam pemahamanku yang sudah setengah tak sadar.
"Oh kalau begitu, kamu boleh tidur sini. Asal, kita tidur tidak sejajar. "
Aku kemudian mengunci pintu kamarku. Dan mematikan lampu utama. Perempuan itu secara otomatis juga ingin mematikan lampu depan kamar mandi, tapi kucegah.
"Jangan matikan, biarkan lampu remang kuning itu menyala. Jika tidak, kamarku akan gelap total. Kita tak bisa melihat apapun."
Perempuan itu paham instruksiku. Kemudian, ia menjemputku ke kasur dengan posisi kakinya ada di kepalaku dan sebaliknya. Kurasai, kakiku basah, ternyata ia masih menangis. Aku sempat tidur sesaat, namun tangisan perempuan itu ternyata merasuk ke mimpiku untuk mencegahku tertidur.
Tanpa sadar, aku menyejajarkan kepala kami. Kupeluk dirinya. Perempuan itu meraih tanganku lantas menuntunnya ke sejumlah bagian intim dirinya. Ke puting ke alat kelaminnya.
Karena dalam kesadaran yang tak penuh, aku membayangkan sedang membuat garis dengan pensil mengikuti nomor untuk menggambar sesuatu. Terkadang garisnya bolak-balik, melingkar dan menghujam ke dalam. Jelas ini bukan rasi bintang.
Akhirnya, kami pun jatuh ke bawah lantai, menanggalkan semua pakaian dan menumpahkan air arak yang tersisa di botol. Tak peduli.
Tanpa percakapan, tanpa pemanasan, tak sempat berciuman juga tak memedulikan air arak yang menggenang.
Lidah perempuan itu kemudian merogoh mulutku. Bagai seekor binatang yang kelaparan. Pun aku juga pasrah menyerahkan seluruh apa yang ada di tubuhku.
Kami bersenggama tanpa kata-kata, yang ku ingat, berbagai posisi dengan beragam cara, nyaris tanpa henti hingga pagi.
Aku terbangun saat alarm HP menunjukkan sudah 9 pagi. Kamarku berantakan dan banyak helai rambut hitam di bantal putih. Sosok perempuan itu masih tidur di sampingku.
Aku merasakan kesakitan di sekujur tubuhku. Ada bekas cakaran di punggung, gigitan di lenganku dan penisku yang terasa nyeri seperti habis diimpit kuat-kuat.
Kulihat dengan seksama, payudara perempuan itu juga penuh dengan bekas gigitanku, ciumanku. Lebam membiru. Ternyata kami adalah dua ekor binatang kemarin malam. Dan, aku melihat sayatan itu kembali di lengannya.
Aku beranjak untuk mandi dan pergi bekerja. Perempuan itu masih pulas, Aku biarkan ia tetap tertidur.
Jam 1 siang, perempuan itu mengabari untuk pergi dari kamarku. Ia menyelipkan kunci di rak sepatuku. Seperti sudah tahu jika aku kerap menyembunyikan di situ.
Tapi saat itu tak ada yang menggetarkan dadaku.
Berpekan-pekan, perempuan dengan sayatan di lengan kanan itu tidak muncul. Aku takut ia akan datang seorang diri pada malam gerimis turun seperti saat ini, namun pada saat yang sama aku diam-diam menginginkannya. Ambivalen.
Lebih baik aku keluar dari sini sebelum hujan panjang mulai turun tak lama lagi. Ke tempat jauh. Sebelum hujan ini mendatangkan ketidakberdayaan yang lembap dan dingin. Batinku.[]
*) Sejumlah kata-kata dalam cerita ini disadur dari cerpen berjudul 'Kino' karangan Haruki Murakami.
2 notes
·
View notes
Text
Hii lama ga nulis. Mau sedikit cerita tentang kosanku yang kebanjiran.
Karena terlalu lama bergelut dgn toelf dan revisian tesis yang tak kunjung acc, kuputuskan untuk pulang ke kampung halaman dengan modal numpang di mobil temannya kakaku meski betisku harus bengkak karena ketiban barang berat. Gapapa yang penting pulang aja dlu mumpung gratis.
Belum juga sehari di rumah, temanku pada ngabarin kalau Makassar sedang hujan lebat dan kemungkinan besar akan banjir krn hujannya ga brenti-brenti sejak semalam. Tp aku santai saja krn sejak tinggal di mks, kalau hujannya udah 3 harian ga brenti baru deh tuh banjir parah bgt. Eh tbtb siangnya ibu kosku nelfon, katanya air naik dan dikit lagi kamarku bakalan kena, trus kunciku juga ga ada di beliau. Aku mulai panik, telfon teman-teman buat minta tolong tp gada 1 pun yang bisa katanya juga kejebak banjir di rmh mereka masing-masing. Makin panik pas tetangga kosanku blg airnya udah mulai masuk. Jadi aku minta tolong lah sama tetangga kamar buat dobrak aja jendela kamarku untuk bantu beresin barang. Galama kemudian, tetanggaku ngirim foto kalau temannya udah masuk kamarku buat beresin. Alhamdulillah hatiku agak tenang akhirnya ada yang nolongin.
Seminggu kemudian kuputuskan untuk balik ke Makassar lagi karna mau lanjutin tes toefl dan revisian. Aku ke mks pukul 8 malam, tiba jam 2 subuh. Sampai kosan, buka pintu, gilaaa kasurku basah, bukuku rusak, meja belajarku jatuh dan rusak, sepatuku pun ikut kerendam air. Nangissssss banget kek bingung ini mau ngapain? Mulai bersihinnya dari mana? Trus buku-buku ku gimanaa? Habis nangis ku mulai dengan simpan barang bawaanku lalu angkat kasur keluar kamar, trus masak air buat siram ke kasurku biar gak bau apek dan bakterinya ilang, trus mulai buang berkas dan buku ku yang rusak, mulai buang wortel dan ubi jalar yang baunya busuk bgt krna udah bonyok kerendam air. Seprei ku juga kusiram air panas, piring2 ku juga kucuci smuanya. Lantai kamarku kusikat, cuci bilas cuci bilas lalu ku pel smpai kering. Kelar beres-beres abis adzan subuh, pinggangku sakitttt bgt. Untung ada karpet dan bantal yang selamat bisa kupakai untuk istirahat.
Saat baring, kupandangi tiap sudut kamarku. Beberapa jam yang lalu kudapati kamarku dalam keadaan berantakan, kotor, rusak dan sangat hancur. Lalu kembali ku berpikir bahwa kamar ini milikku, kamar ini seutuhnya punyaku, barang-barang ini semua aku yang punya. Yang rusak ini milikku, lantas mengapa mesti melibatkan orang lain untuk menyelamatkannya atau kembali menatanya menjadi lebih baik?
Kondisi kamarku yang berantakan tadi persis seperti hatiku 2 tahun lalu saat ku harus menerima kenyataan bahwa dia yang amat kucintai begitu dalam pergi hanya mengucap selamat tinggal, pergi membawa separuh jiwaku dan meninggalkan ku dalam keadaan paling terpuruk. Stres, bingung salahku dimana, kurangku apa, sibuk menyalahkan diri, merasa tak pantas dicintai, hingga akhirnya sakit dan bb menurun. Lantas apa yang berubah dari kepergiannya selain dari "diriku yang hancur?"
Hingga akhirnya kamar yang kubersihkan sendiri menyadarkanku bahwa kita tak punya kuasa atas hidup orang lain, kita tak bisa menaruh harap yang besar karna hanya akan menjadikan kita kecewa. Yang bertanggung jawab penuh atas dirimu ya dirimu sendiri, sama seperti kamarku ini, atau lebih tepatnya hatiku. aku yang harus membereskannya satu persatu, membuang yang benar-benar tidak menjadikanku baik lagi, menata kembali kepingan-kepingan yang hancur berantakan dan tidak perlu melibatkan orang lain sebelum diri ini benar-benar sembuh.
Hingga akhirnya aku sembuh sendiri, dengan berbagai cara tanpa menyakiti orang lain, mungkin. I never know. But i hope.
6 notes
·
View notes