Tumgik
#savegerakanmahasiswa
ajinurafifah · 7 years
Text
Kami Bersama Gerakan Mahasiswa
2013 silam, saya ikut aksi di depan kantor DPRD Malang bersama teman-teman dari EM universitas. Kala itu, saya berangkat atas nama pribadi, tidak berangkat atas nama BEM Fakultas. BEM Fakultas saya mendukung-mendukung saja kenaikan BBM kala itu dengan berbagai kajiannya. Nggak papa. Tapi itu berlawanan sama hati nurani saya. Akhirnya, dgn ikut kajian lain dan mengumpulkan riset dari berbagai sumber, saya menyambar jas almamater untuk ikut barisan teman-teman yang berjuang ikut aksi.
Saat itu nyinyiran juga saya terima dari teman-teman sesama staf-pengurus di BEM Fakultas dan teman-teman lain yang bersebrangan pendapat. Mulai "ngapain siiih ikutan aksi" sampe "belajar aja tong yang bener, tugas U kuliah". Rasanya...sedih juga ya.
Ya meski nggak bisa gitu lhooo serta merta ada hasil "jrengjreng!" dari aksi, seenggaknya saya tahu betul kami berjuang menyampaikan aspirasi, berjuang untuk orang lain-untuk masyarakat-untuk bangsa, dan berjuang atas keyakinan kami bahwa ada jalan yang lebih baik untuk bisa ditempuh selain kebijakan pemerintah yang ABC--menciderai rakyat. Meskipun entah gimana hasilnya nanti. Dan aksi-aksi itu, saya juga paham bahwa hal tsb berangkat dari kajian demi kajian.
Slentingan-slentingan terkait "Tugas U kuliah itu" juga lama-lama bikin gemash. Mematikan gerakan dan sikap kritis mahasiswa. Ditambah lagi sistem perkuliahan sudah melucuti semangat kita; kuliah padat, kuliah mahal, stimulus cepat lulus dan fokus kuliah aja :D
Pelan-pelan gerakan mahasiswa melemah.
Dan baru-baru ini, aksi mahasiswa juga berujung pada pelemahan-pelemahan yang lebih...menyakitkan. Aksi dibungkam. Niat awal baik-baik mengevaluasi kinerja presiden, disambut 'belaian' aparat kala itu. Beberapa luka-luka. Beberapa masih ditahan, belum bebas.
Pelan-pelan, gerakan mahasiswa dilemahkan.
Oleh oknumnya sendiri, oleh sistem, bahkan juga oleh pemerintah. Lalu kita mau ikut melemahkan? :")
Tridharma dan peran mahasiswa entah bagaimana kabarnya, dan masiiiih aja ada yang nyinyir kalo itu semua omong kosong. Agent of change, social control, iron stock, cuma teori ospek aja. Akal-akalan senior yang maunya cuma bentak-bentak. Ya emang jadi kosong karena semangatnya dikikis. Perjuangan untuk masyarakat dan bangsanya dilenakan. Kalau kita bisa tetap menjaga idealisme itu, nggak akan sekosong itu :")
"Elah nanti U lulus juga udah lupa ama idealisme itu. Berbenturan sama kepentingan menuhin perut U sendiri." Yaaaa...kalau kamu mau jadi barisan yang melunturkan idealisme itu, ya gapapa. Tapi ternyata...di luar sana, setelah saya lulus, ternyata banyak juga orang-orang idealis. Banyak juga yang tetap berjuang sebagaimana mimpi-mimpi dan semangat di era mahasiswa.
Karena dari idealisme itu, kita bertumbuh menjadi lebih bijak. Lebih tidak memikirkan diri sendiri. Lebih mengusaha untuk peduli dan menjadi bermanfaat.
Meskipun cara berjuang dan menjaga idealisme itu nggak cuma dari aksi. Bisa lewat kegiatan sosial, riset, dan penelitian. Tapi gimanapun, itu juga kan salah satu bentuk perjuangan?
Jadi...kalau kamu ada di barisan yang nyinyirin orang aksi itu, yang nggak peduli itu, maaf... Saya masih mau dan berusaha terus bersama gerakan mahasiswa. Sekurang-kurangnya, meski tidak bisa lagi turun ke lapangan. Doa-doa ini ada bersama teman-teman mahasiswa.
Bunda relakan darah juang kami, padamu kami berjanji. - Darah Juang.
Tumblr media
345 notes · View notes
mfarrasm · 7 years
Text
Tahanan Terhormat
Kemarin, alhamdulillah kami berkesempatan menjenguknya. Salah seorang saudara kami yang amat tegar. Ardi Sutrisbi namanya.
Sudah lima hari ia ditahan di Polda Metro Jaya. Ditahan dengan tuduhan yang kebenarannya pun masih dipertanyakan.
Ingin rasanya menangis ketika kembali melihat sosoknya. Walau tekanan amat menghujam, wajahnya tetap teduh tenang.
Rasa-rasanya, kehadiran kami kemarin tidaklah untuk menguatkan. Karena sungguh, justru kami yang seolah dikuatkan.
Saat ditangkap, ternyata Ardi dikroyoki, ditendangi, hingga diludahi oknum2 aparat tak bertanggungjawab. Namun kemarin saat jumpa, tidak tampak kebencian atau dendam pada dirinya. Justru ia nampak tegar ikhlas menerima.
Bahkan beliau bertanya2 kepada diri. Sekiranya apa yang menjadi salahnya sehingga terjadi demikian. Ia tidak menyalahkan sekitar, melainkan intropeksi diri yang senantiasa dilakukan. Ia pejuang sungguhan.
Kemarin, kami membawakan ia makanan. Namun, ternyata ia sedang tidak makan. Sedang puasa sunnah. Sungguh, boleh jadi inilah bentuk penjagaan dan kasih sayang Tuhan.
Peraturan di sel ialah tahanan wajib memakai seragam dan celana pendek. Tak boleh panjang! Ardi walau laki2, ia sungguh memperhatikan apa2 yang menjadi kehormatan.
Jika ada perempuan datang, ia sedikit perosoti celana agar lututnya tak kelihatan. Ia menjaga baik2 apa yang menjadi kehormatan.
Tentang ibunda Ardi, ternyata pertama kali tahu kondisi anandanya ialah melalui televisi. Alhasil ibunda tak bisa makan berhari2. Duhai, bagaimana jika kita dan ibu kita yang berada pada posisi mereka?
Terakhir, pesan dari Ardi. Tolong untuk bantu dengan mendoakan. Doakan agar ia dapat bersabar dengan sebaik2 kesabaran.
Jika ada gerakan2 kepedulian, walau hanya melalui media sosial, beliau amat berterima kasih jika kita berkenan untuk turut meramaikan. Semoga dengan demikian, kebenaran dapat semakin terang.
Sekecil apa pun kebaikan, sungguh ia akan kembali kepada kita. Sehingga mari kita bantu sebisa apa yang bisa kita bantu.
77 notes · View notes
zekhlin · 7 years
Text
Tumblr media
Kita seolah-olah merayakan demokrasi, tapi memotong lidah orang-orang yang berani menyatakan pendapat mereka.
-- Soe Hok Gie
12 notes · View notes
nisakhairunnisa · 7 years
Photo
Tumblr media
Jika kemungkaran terjadi di hadapan kita, apakah kita hanya bisa berdiam ?
6 notes · View notes
byrenfa · 7 years
Text
MABA (sok-sokan) Menulis Tentang Mahasiswa.
Dari judul aja udah bisa ketebak ini tulisan ecek-ecek yang dibuat sama seorang mahasiswa yang baru banget terjun kedunia penuh tantangan ini. Tapi gapapa ya, entah kenapa gua selalu ngerasa perlu buat nulis apa yang gua pikirin saat ini. Tujuannya apa? Bukan buat provokasi, tapi buat coba ngasih tau orang tentang sudut pandang anak seumuran dan semodelan gua. Trus juga gua pengen jadiin tulisan-tulisan gua sebagai investasi gua berintropeksi dan improvisasi, sebagai salah satu parameter perkembangan diri gua pribadi. Gitu intiya.
Memasuki dunia perkuliahan, jujur ya banyak banget hal yang bikin gua (bahasa lebaynya) ternganga-nganga. Terutama tentang jenis-jenis pergerakan kemahasiswaan. Dan gua bener-bener ngerasain suatu keberagaman pandangan mahasiswa dalam menanggapi sebuah isu sosial yang berkembang di masyarakat. Yang terhangat perihal mahasiswa BEM SI yang ditangkep aparat pas lagi aksi tanggal 20 Oktober kemarin. Dan gua sebagai seorang maba yang kalau kata senior gua, “amatin dulu sampe lu tau mana yang menurut lu baik dan menurut lu kurang baik buat lu.” mulai perhatiin tuh macem-macem mahasiswa.
Gua pun menemukan sebuah kelompok yang gak tau kalau ada aksi itu plus gak tau juga kalau ada yang ketangkep. Jujur ini adalah kelompok yang paling gua hindari. Kelompok ini didominasi sama orang-orang yang sibuk terlarut oleh hedonisme. Entah itu hedonisme yang berorientasi agar menjadi mahasiswa “kekinian” (versi mereka) yang dimanjakan oleh berbagai fasilitas, ataupun hedonisme akademis yang menuntut dirinya agar menjadi terunggul soal urusan pelajaran. Ya intinya saking sibuknya sama kebutuhan dirinya masing-masing sampe lupa sama lingkungan sekitar.
Ada juga kelompok yang tau tentang berita ini, tau juga masalahnya apa, tau juga akhirnya berujung gimana, tapi seolah-olah gaada apa-apa. Gua gak tau golongan ini di dominasi sama anak-anak yang bisa gua juluki dengan sebutan apa. Tapi intinya adalah, kok bisa ya bersikap cuek-cuek aja? Padahal ini alarm keras loh buat mahasiswa klo ruang gerak kita dipersempit sama rezim. Tapi modelannya orang-orang dilingkaran ini kayaknya gak beda jauh sama kelompok sebelumnya, lebih bagus lah karena masih ada rasa ingin tau.
Selanjutnya adalah kelompok yang gara-gara mereka gua punya banyak pertanyaan. Gua nemuin banyak orang yang bilang “yailah fir, itu kan BEM SI yang ditangkep ngapain ikut-ikutan sih?” yaampun jujur ya, ini bener-bener bikin gua kaget. Adalagi yang bilang “ya biarin aja fir, kita kan gatau apa sebenernya tujuan mereka aksi dan didalangi oleh siapa mereka.” Aduhhh makin-makin puyeng lah gua. Sekali lagi gua tekenin, ini adalah tulisan opini seorang mahasiswa baru yang lagi mencoba memahami dan mencari jati diri mahasiswa ideal itu sendiri. Ini yang harus gua kaji lebih dalam, perbedaan BEM SI, BEMNas dan BEMNus. Dan bahkan kemarin sempet beredar tentang upaya rezim untuk membuat BEM RI. Dan apakah haram hukumnya bagi satu aliansi BEM untuk membela aliansi BEM lainnya? Ya biasanya orang-orang dikelompok ini adalah kelompok orang yang udah punya idealisme mereka sendiri. Ya baguslah, ini pondasi kuat yang harus dimiliki mahasiswa. Idealisme.
Adalagi kelompok yang lebih memilih buat bergerak dengan pena. Bisa dengan mengkritisi rezim lewat pemerintah, ataupun mencoba membangun bangsa lewat akademik. Cakep nih yang begini, udah punya orientasi dan berusaha berkontribusi bagi kemajuan bangsanya. Kurangnya adalah mahasiswa digolongan ini cenderung menentang keras bentuk-bentuk aksi. Bagi mereka, kata akan lebih keras dibanding toa. So, mereka punya kelompok yang bersebrangan yaitu kelompok mahasiswa yang kelasnya pindah ke jalan. Bagus juga mahasiswa kayak gini, berani dan peka. Mereka punya aksi nyata dan “kekeuh” demi kemajuan bangsanya. Tapi, parahnya adalah klo semua hal serba dibuat aksi sampe mereka lupa kalau aksi bukan satu-satunya solusi. Dua golongan ini bagus, mereka mencoba mengkritisi dengan caranya masing-masing.
Jadi yang baik yang mana?
Sekali lagi gua tekenin, ini cuma tulisan seorang mahasiswa baru yang lagi mencari tau tentang banyak hal. Sebagai seorang pengamat, ealoh bahasa gua pengamat wkwkwkwk intinya satu. Jangan bungkam! Gua greget aja gitu sama yang diem-diem aja seolah bangsa ini baik-baik aja. Jujur gua tipe orang yang lebih suka negosiasi atau menyampaikan aspirasi lewat jalur yang lebih kooperatif, tapi kadang-kadang gua juga ngerasa kalau pemerintah itu butuh digertak. Bener kata para mahasiswa yang berkecimpung didunia akademik dan pers klo aspirasi bisa disuarakan dengan tulisan, kalau hal ini bakal nunjukin citra kita sebagai kaum berpendidikan. Tapi klo mau kita inget-inget lagi minat bangsa dalam membaca udah sebagus apa? Apakah sekalipun tulisan-tulisan itu bagus menurut versi kita, itu bisa dengan mudahnya diekspos media besar hingga viral dan dibaca sama banyak orang? Dan apakah kita ingat kalau media-media besar tersebut udah ada yang mengintervensi saat ini? Coba kembali kita renungi.
Aksi memang bukan satu-satunya solusi, tapi bagaimanapun aksi bisa menjadi solusi. Dengan aksi yang nekad seperti itu bukan berarti mereka tidak dipayungi hukum. Aksi yang selama ini kita lihat di TV adalah aksi-aksi yang legal dang mengantongi izin. Tujuannya aksi apa? Jelas disamping untuk menyampaikan aspirasi adalah agar disorot media cetak maupun elektronik. Viral dimana-mana, membuat orang bertanya-tanya “sebenarnya ada apa?”. Mereka mencoba menggugah hati nurani kita, simpati dan empati kita, kesadaran kita, bahwa sebenarnya KITA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA. Ini sisi positif yang gua dapet dari aksi, walaupun gak jarang aksi-aksi ini bikin banyak orang ngerasa sebagai bentuk disintegritas.
Sekali lagi gua ingetin, ini cuma sebuah tulisan seorang mahasiswa BARU yang lagi mencoba mencari tau tentang mahasiswa ideal itu seperti apa? Intinya tadi, jangan bungkam! Setiap individu mahasiswa punya tanggung jawab besar bagi bangsanya. Disebut-sebut sebagai generasi penerus bangsa. Sehingga mau bagaimanapun memiliki kontribusi bagi kemajuan bangsa adalah wajib. Caranya? Terserah. Setiap orang tau dan punya caranya masing-masing. Mulailah dari sekarang. Apaun latar belakang kita, dan bagaimanapun cara berjuang kita, yang penting adalah satu, kebangkitan bangsa ini. Hilangkan pola hubungan antagonistik, itu kuno, sebuah pola yang laku ketika dulu bangsa ini masih merangkak atau bahkan ngesot(?). Saling mencurigai dan berprasangka buruklah justru awal disintegritas kita. Mulailah membangun pola hubungan resipokal kritis dan pada akhirnya menjadi akomodatif.
Mari saling bahu-membahu membangun negeri, menjadi mahasiswa independen yang memiliki idealisme tanpa radikalisme. Karena mau tidak mau mahasiswa dituntut untuk menjadi penyambung lidah rakyat, yang tidak hanya sekedar beretorika tapi juga memberi aksi nyata. Ohiya, ada satu lagi yang harus gua tekenin. Disamping hiruk piruk pergerakan mahasiswa, kita punya sesuatu yang lebih penting. Kita punya kontrak perjanjian dengan diri kita sendiri, dengan orang tua, dan dengan Tuhan. Sehingga semua hal harus balance. Antara kebutuhan akademik, kebutuhan fisik, kebutuhan umat, dan kebutuhan rohani.
Sekian.
4 notes · View notes
detektiflangit · 7 years
Photo
Tumblr media
Ketika mahasiswa mati-matian 'membangun' bangsa dengan cara fokus berprestasi, tapi di sisi lain sistem pemerintahan bangsanya perlahan hancur. Apakah harus tetap diam dan terus membangun bangsa dengan cara seperti itu? Ga pernah ada yang salah dengan mahasiswa rajin belajar, punya IPK tinggi, CV.nya penuh prestasi tapi ga pernah ikut aksi. Karena mereka, nama kampusnya bahkan Indonesia jadi lebih harum. Gitu juga sama mahasiswa yang hobinya demo turun ke jalan, orasi, tapi prestasi belajarnya biasa aja. Karena mereka, mahasiswa ga dianggap apatis. Karena tiap mahasiswa bahkan manusia punya cara dan perannya masing-masing untuk membangun bangsanya.
1 note · View note
dadieh · 7 years
Photo
Tumblr media
[P.E.M.U.D.A] . Pemuda, Salah satu elemen yg mampu melakukan perubahan di suatu bangsa, . Pemuda, Generasi penerus bangsa, yang memiliki daya kritis dan ide terbarukan demi kemajuan bangsa, . Pemuda, Kata Bung Karno, "Berikan aku 10 orang pemuda, maka aku akan guncang dunia" . Apakah kita "pemuda" itu? . 📷 atas-> konsolidasi Alumni BEM Bandung Raya atas #DaruratDemokrasi #SaveGerakanMahasiswa 📷 bawah-> Aksi Pilkada Bersih, Jujur dan Adil Pilgub Jabar oleh BEM SI Wilayah Jawa Barat . #kidszamannow #sumpahpemuda #eskalasi #pemuda #mahasiswa #gerakanmahasiswa #savegerakanmahasiwa #daruratdemokrasi #alumniBEM #bem_si #bemkemaunpad #aliasiBEMBaraya #kamibersamakalian #tetapbergerak #tetaplanjutkanperjuangan #panjangnafasperjuangan #bergerakatautergantikan👊
0 notes
cholielofficial · 7 years
Photo
Tumblr media
[Satu Dibungkam, Seribu Melawan] . Masih soal kebenaran dan kebathilan. Masih soal perjuangan dan kedzholiman. Hal ini memang saling berkaitan. . Pertarungan antara kebenaran dan kebathilan tidak akan pernah berakhir di muka bumi ini sampai hari akhir. Akan selalu ada kebathilan di muka bumi dan akan selalu ada juga kebaikan di muka bumi ini. . Bumi ini akan hancur jika kebathilan mendominasi dunia ini. Tapi ingat ! Kebaikan akan selalu ada dan kebaikan akan selalu menang dan menghancurkan kebathilan. Semua bukti-buktinya sudah ada dan sudah terhampar jelas pada kisah-kisah maupun sejarah-sejarah. . Kita sama-sama tau ada ratusan orang yang hadir pada aksi 20 Oktober dengan niat baik ingin menyampaikan aspirasi masyarakat Indonesia dan berniat untuk melawan kedzholiman di negeri ini. Dan kita sama-sama tau ada 4 kawan kita yang sampai hari ini malah dijadikan tersangka dengan tuduhan-tuduhan yang kurang jelas. . Kita mulai dibungkam kawan ! Apakah kita tidak melawan ?! Kita harus melawan kawan ! Tidak ada kata lain selain kata lawan atas kebathilan dan kedzholiman ini. . Sekarang kau bisa pilih kawan, dimana kah posisi hati mu engkau posisikan ? Apakah pada jalan kebenaran atau pada jalan kebathilan ? Apakah pada jalan perjuangan atau pada jalan kedzholiman ? Salam Pembebasan !!! . Hidup Mahasiswa !!! Hidup Pendidikan Indonesia !!! Hidup Rakyat Mahasiswa !!! . . . #SaveArdi #SaveIhsan #SaveWildan #SavePanji #SaveGerakanMahasiswa #DaruratDemokrasi #3TahunJokowi #RakyatTetapDibohongi (di Polda Metro Jaya)
0 notes
djarkim · 7 years
Photo
Tumblr media
. 4 Mahasiswa Indonesia hari ini dijadikan tersangka setelah melakukan aksi #3tahunjokowi kmarin. Nampaknya hal ini akan menimbulkan efek buruk yang luar biasa. Mengingat, aksi merupakan salah satu ciri khas dari negara yang menganut sistem demokrasi. Namun, ketika satu persatu bentuk aksi mulai dibungkam, maka akan mungkin ini akan menjadi moment mecedirakan demokrasi yang kita gunakan ini . Sesungguhnya, dalam doa terdalam selalu tersematkan agar kebenaran ini dikatahui banyak elemen. Aparat yang represif terhadap peserta aksi merupakan salah satu bentuk ke dzoliman yang nyata. Kita belum berbicara masalah keadilan, tapi dengan represifitas apakah "asas praduga tak bersalah" sudah tak relevan? . Aksi #3tahunjokowi kmarin merupakan aksi ke-3 pula yang dihadiri ribuan mahasiswa dan lagi-lagi presidrn tak mau menemuinya. Dengan alasan sedang melakukan kunjungan ke NTB yang katanya akan meresmikan (lagi ?) Kawasan Ekonomi di NTB. Ah, naif betul sepertinya, jika tiap peringatan tahunan presiden selalu lupa kalau Mahasiswa Indonesia ingin bertemu dengan seniornya yang katanya dulu sama sama pernah jadi Mahasiswa Indonesia. . Sekarang, efek dari gagalnya pertemuan itu 4 mahasiswa berstatus sebagai tersangka dengan jeratan pasal karet. Bisa dirasakan oleh siapa saja dengan sengaja atau tak sengaja, suka maupun tak suka. Yang jelas ini adalah bentuk #DaruratDemokrasi yang harus kita perbaiki bersama-sama. Terimakasih bapak presiden yang akhirnya kita tahu, jika ingin menemui bapak kita harus mengorbankan idealisme kita dengan menjadi aktivis media sosial yang selalu memuja-muji bapak meski salah sekalipun, atau harus membakar masjid saat umat muslim sedang merayakan Idul Fitri. Ah. Sesungguhnya, sang Maha Pemilik dan Maha Raja tau, harus bagaimana menggambil kekuasaan dari seseorang, terhina atau dihinakan jika ia tidak adil dalam memimpin . #SaveGerakanMahasiswa #DaruratDemokrasi You'll Never Walk Alone #AllahuGhooyaatunaa . Ditulis di Malang, 23 Oktober 2017 . (di Malang)
0 notes
bphidayatullah · 7 years
Text
Saya Yakin “Hegemoni” Pak Jokowi itu, Nyata..
Tumblr media
Kamis 20 Oktober 2017, merupakan waktu dari ke-3 kalinya Mahasiswa dalam aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Indonesia (BEM SI) melangsungkan gerakan evaluasi kinerja Pemerintahan Jokowi-JK. Tak banyak yang saya ketahui tentang gerakan di hari itu. Yang jelas hari itu saya hanya datang pada sore hari pukul 16:00 WIB saat massa aksi sedang mencapai titik puncak demonstrasi yang biasanya tiap tahun terjadi (mengacu pada aksi evaluasi tahun lalu). Dengan berbagai isu strategis yang dibawa dari setiap perguruan tinggi yang masing-masing menjadi koordinator isu, massa aksi mengadakan aksi kreatif bertajuk “Sidang Rakyat” pada penghujung petang saat itu. Saya amat sangat tertarik bercampur penasaran, karna dalam aksi kreatif tersebut tidak semua orator memainkan perannya dengan baik, walaupun sebagian besar sudah cukup baik. Usai sudah aksi kreatif tersebut, lalu massa aksi menunda kegiatan aksinya karna adzan maghrib dan dilanjut dengan sholatnya. Setelah sholat itu, giliran saya dan rekan-rekan sesama fakultas saya memutuskan untuk pulang kembali ke Kota Hujan.
Di perjalanan pulang menuju stasiun Juanda, ada banyak nada nyinyiran dari aparat untuk meledek kami, mahasiswa selaku massa aksi. Cukup heran memang, dengan jumlah yang banyak dan seragam yang gagah, oknum aparat masih saja bisa dan mau merendahkan martabatnya sendiri dengan tindakan yang seharusnya. Kami selaku mahasiswa cukup kecewa akan hal itu, namun apa boleh buat. Menentang, ribut, dan melawan bukan jawaban saat itu ketika kami dikerumuni oleh banyak aparat sementara kami membawa massa perempuan. Sangat berisiko.
Singkat cerita, pada dini hari di hari yang sama tersebar isu bahwa massa aksi dari kampus saya sendiri kedapatan di tahan aparat atas tuduhan perusakan fasilitas dan penyerangan terhadap aparat. Ya katanya mereka diserang, namun mereka ditahan juga dengan keadaan berdarah-darah. Apakah ada sanksi untuk aparat yang telah melukai mereka ? Sebanyak 5 orang dari 13 mahasiswa yang ditahan merupakan bagian dari kampus saya, Institut Pertanian Bogor.
Sudah 3 malam saya meratapi kasus ini untuk bersikap atau melakukan penyikapan. Karna beberapa waktu ini saya mengakui cukup pasif untuk ikut bersolidaritas dalam rangkaian aksi perlawanan ini. Memang mungkin ini merupakan bagian dari bentuk ketidak adilan hukum oleh oknum aparat, namun saya tetap tidak sepakat terhadap seruan-seruan Darurat Demokrasi dan lain sebagainya perihal seruan yang mengacu pada keterkekangan kebebasan berekspresi. Karna saya rasa hal tersebut sangat dilindungi oleh produk UU sehingga seharusnya kita semua tidak perlu menyikapinya secara berlebihan. Hanya saja, PR kita bersama adalah menyikapi kebijakan dan peraturan secara bijak dan dewasa. Serta jajaran dari setiap aparat juga melaksanakan tugasnya dengan sebagaimana tercantum dalam peraturan yang dimiliki.
Lalu sebenarnya dimanakah letak inti permasalahan terjadi ? Mengapa kekisruhan dan kekerasan terjadi, sekalipun memang dari pihak massa aksi terkesan memaksa untuk bertemu Presiden RI, Bapak Jokowi yang sama-sama semua kita hormati. Lantas, bisakah waktu diulang dan segala sesuatu diubah? Bagaimana maksudnya? Bapak Jokowi selama ini dikenal adalah sosok pribadi yang “katanya”, merakyat. Semua elemen masyarakat dapat bisa berdiskusi dengannya tanpa harus bersusah payah. Baik itu dari masyarakat kalangan bawah, sekalipun elite-elite yang selama ini kita ketahui ikut turut aktif hadir untuk membangun negara ini. Bukan hanya itu saja, berbagai elemen dari lintas profesi pun juga, baik mereka yang aktif dalam dunia maya, lalu para ulama yang dijunjung tinggi keberadaannya, sampai mereka para pedagang kaki lima yang juga turut diundangnya. Lalu apa salahnya dengan menerima kehadiran Mahasiswa ? Saya tahu perihal waktu itu terbatas, namun jika pun diagendakan saya yakin tak ada salahnya. Saya pula sangat yakin mengenai “Hegemoni” Bapak itu nyata.
Buktinya pada saat ini telah terbentuk berbagai opini terkait aksi 20 Oktober lalu. Dimana tak bisa dipungkiri banyak masyarakat berpendapat bahwa tak ada banyak salah dalam kinerja pemerintahan Bapak selama 3 tahun ini. Melainkan justru aksi dari mahasiswa yang banyak dipandang negatif, padahal justru beberapa dari kelompok mahasiswa telah mendalami berbagai isu strategis untuk dijadikan evaluasi dari kinerja pemerintahan Pak Jokowi. Dari mulai isu terkait kebijakan hukum, infrakstruktur, ekonomi, pertanian, dsb. Yang jadi pertanyaan saya adalah, apakah salah Pak Jokowi menggunakan “Hegemoni” nya untuk bertemu dengan BEM SI ?
Akankah kekerasan selalu menjadi ancaman apabila terdapat sekelompok dalam elemen masyarakat memaksa untuk bertemu Presiden nya sendiri ? Atau apakah kita sebagai warga negara harus senantiasa sabar untuk melakukan aksi damai yang bersifat konsisten seperti halnya “Aksi Damai Kamisan” yang sudah mencapai ratusan kali ? Namun, tidakkah kita lupa bahwa hal tersebut hanya menjadi komoditas politik setiap 5 tahun sekali oleh para calon penguasa di negeri ini ?
0 notes
whinaalestari · 7 years
Photo
Tumblr media
*official campaign #savegerakanmahasiswa* Presidium Keluarga Alumni BEM KM IPB mengajak seluruh elemen bangsa yang menaruh perhatian pada gerakan mahasiswa sebagai upaya kontrol sosial kehidupan berbangsa dan bernegara untuk bergabung dalam gerakan simpatik #savegerakanmahasiswa Salah satu fokus kita adalah melawan pelemahan gerakan mahasiswa dan memberikan dukungan moril kepada adik-adik mahasiswa. Abang-abang, kakak dan para senior dapat bergabung dengan menggunakan gambar ini sebagai profil picture dan menggemakan tagar #savegerakanmahasiswa Terimakasih
2 notes · View notes
siapaajaabolee · 7 years
Text
Pesan untukmu, Nak...
Pesan untukmu Nak,
Nak, ibu sekarang sudah bukan mahasiswa lagi, ibu sdh lulus tahun kemarin, tapi kejadian beberapa hari belakangan ini membuat ibu merasakan kegelisahan, kerisauan, keresahan mahasiswa-mahasiswa yang diambil haknya dalam mengeluarkan pendapat, ditindak secara represif, hingga dihakimi, dan kini mereka harus berada di balik jeruji besi hingga masa peradilan itu datang. Hingga ramailah tagar #savegerakanmahasiswa, satu dibungkam seribu melawan.
Sekali lagi ibu beritahu kamu nak, mereka mahasiswa, bukan penjahat yang dengan mudahnya mengeluarkan izin reklamasi pantai jakarta yang mengakibatkan nelayan kehilangan pekerjaannya. Mereka juga bukan para "penjahat" pemangku amanah rakyat, yang dengan nyamannya duduk sampai tertidur di ruang sidang saat membahas rancangan perundang-undangan dengan taruhan nasib hidup orang banyak.
Mereka hanya mahasiswa, Mahasiswa yang mencoba mewakilkan suara nurani masyarakat yang jeritannya makin hari makin menyayat hati, namun sayangnya jeritan itu nampak seperti hembusan angin yang berlalu karena terpaksa dibungkam oleh ketidakpedulian dari seorang kepala pemerintahan yang entah sedang sibuk apa sekarang.
Nak, ibu saat ini hidup di sebuah rezim, dimana ada stasiun tv yang habis-habisan memuja betapa eloknya pemerintahan di rezim ini, bukan hanya satu nak, tapi ada beberapa. Belum lagi puluhan situs-situs nasional sampai internasional yang hobinya menuliskan berita-berita memojokkan penyuara kebenaran,
Mereka selalu mengabarkan bahwa keadaan negeri kita ini sedang baik-baik saja, mereka yang tidak setuju dengan pernyataan itu dianggap orang-orang radikal garis keras, dianggap memiliki maksud terselubung untuk menggoyang pemerintahan. Dan kamu tau apa dampaknya nak? mereka, kami, dipaksa untuk diam, untuk membiarkan saja bumi indonesia ini sejengkal demi sejengkal dikuasai pihak asing dan aseng, dari emasnya, tanahnya, lautnya. Bahkan sekarang hak mereka, kami disekap dengan disahkannya perundang-undangan ormas, yang jelas-jelas membatasi kebebasan berpendapat dan berserikat, yang katanya dibuat untuk menjaga keutuhan NKRI. Bagaimana bisa? Iya tentu saja bisa, suara umat muslim yang pro rakyat di gedung DPR sana hanya sekitar 24%, kalah telak dengan mereka yang entah duduk di sana untuk membela siapa. Jadi, masih berpikir bahwa berada di kursi pemerintahan itu haram? Masih berpikir bahwa menunggangi demokrasi utk kemaslahatan umat islam itu bid'ah? Wallahu'alam.
Nak, sewaktu ibu menjadi mahasiswa, ibu pun bukan aktivis kampus yang geriliya, yang selalu turun ke jalan ketika datangnya seruan aksi, yang selalu mengikuti kajian-kajian strategis kampus yang sekedar membahas permasalahan lingkup mahasiswa ataupun pada lingkup tatanan yang lebih luas yakni tentang negara kita. Tapi, apakah lantas ibu menjadi tidak peduli dg itu semua? Dan kemudian, apakah ibu menjadi tidak berhak mengkritisi hal-hal tersebut setelah ibu tidak lagi menjadi mahasiswa?
Nak, mungkin di masamu kini, teknologi sdh sangat jauh lebih maju dari sekarang, dengan sangat mudahnya kamu berselancar di dunia maya, dengan satu sentuhan jarimu, akan dengan sangat mudahnya kamu membuka informasi-informasi terbaru, teraktual, ter-viral. Tapi ingat nak, jangan dengan mudahnya kamu terprovokasi menyebarkan berita-berita yang kamu tidak bisa pertanggungjawabkan kebenarannya, tahan dirimu utk mennjadi "sok yg paling tau" sehingga yang terjadi adalah secara sadar ataupun tidak kamu telah mengadudomba pihak kanan dan kiri. Carilah sumber kebenarannya, ajak orang lain utk berdiskusi, banyaklah membaca dari sumber-sumber terpercaya, tonton dan dengarkan langsung dari orang yang mengalaminya. Karena, bisa jadi, ketika berita hoax yang kamu sebarkan merebak dengan satu jarimu, kebohongan itu bisa menjadi dosa-dosamu yang berkelanjutan. Naudzubillahi mindzalik.
Pesan ibu yg terakhir, Nak, kalau nanti kamu berkesempatan menyandang status sebagai mahasiswa, tetaplah pegang al quran dan sunnah sebagai pedoman hidupmu, belajar lah dengan tekun, ikutilah lomba-lomba sebagai ajang aktualisasi diri, tp jangan lupa untuk terjun di organisasi, jadikan dirimu manusia yang sebanyak-banyaknya memberi manfaat bagi orang lain, terutama orang-orang yang ada di lingkunganmu kemudian teruslah kembangkan potensi yang ada di dalam dirimu hingga keberadaan kamu dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat indonesia, walaupun pasti akan terasa lelah, sangat lelah, tapi ingatlah nak, sesunggugnya lelah itu akan hilang dan pahala dari kebaikan-kebaikanmu itu akan kekal.
Bekasi, 26 oktober 2017
*Pasca tragedi penangkapan 14 mahasiswa yang dianggap melakukan tindak pidana pada aksi evaluasi 3 tahun masa kerja jokowi pd tanggal 20 oktober 2017
1 note · View note
catatanbesarku · 9 years
Photo
Tumblr media
#saveGerakanMahasiswa #mahasiswaMenggugat
52 notes · View notes