bphidayatullah
Bayu Putra Hidayatullah
10 posts
Don't wanna be here? Send us removal request.
bphidayatullah · 2 years ago
Text
Tumblr media
#SG
0 notes
bphidayatullah · 3 years ago
Text
My wonderful purpose
Hi all of my colleagues,
I would like to share my wonderful purpose at my 27′s. In regards to the decide of life changing, there are a lot of people make the cross option in their life. It will be happen to me, and actually I have enough resources right now. I have 4 years from currently, if I’m reach the 27′s I’m sure that I have power to make my life circle to be something with their own version. I want to be an influencer with my way, I mean that I won’t just give the fluence without responsibility. I really believe in the main component to achieve everything in my mind only with the brave mentality capicity.
Someday, I’m pretty sure will make it happen.
So, let’s make it!
0 notes
bphidayatullah · 3 years ago
Text
Sorry - the last apologies
Hi FFH,
Maaf karna lagi-lagi aku mengganggumu. Aku tau barangkali ini cuma jadi bahan tertawaan kamu dan orang-orang di sekitarmu. Mungkin juga, kamu udah terlanjur muak dan bosan dengan permintaan maafku ini.
To be honest, I’ve been suffering along 8 half months since my anger side control the whole of my life. It’s so hard for me to be “ikhlas” with the same time. But you know, the thing I always thinking is just to be unfinished business in my mind. I hurting anyone without exception. I’ve  lost my source so many, especially the time. I realized we had chosen our each life. It just about neither me or you.
Ternyata masih banyak hal-hal yang harus aku selesaikan, begitu pula dengan kebahagiaan yang kamu inginkan, itu semua merupakan hak yang dapat kamu peroleh dengan keputusanmu sendiri. Aku harap semoga ini menjadi permintaan maafku yang terakhir, dalam konteks “kita” tentunya. Aku ingin berdamai dan bisa menerima semua keadaan yang telah selesai ini sebagai sebuah bentuk hubungan baru untuk tidak saling menuntut satu sama lain.
I wish you will be received my apologies so well. Even you don’t, I will always remember you to be the one of my best friend in my past. Oh ya, let me know if you need anything in the future. I hope you don’t hesitate to reach me as a good friend. The last but not least, kindly please to send my warm regards to your partner, IAR. I’m so respect to him so much. I believe that he could be a great man for you and your family.
I think that’s all from my side.
Thank you for everything that you given to me before.
Warm regards,
Bayu P Hidayatullah.
0 notes
bphidayatullah · 3 years ago
Text
Cerita Karirku
Kadang merasa beruntung bisa mempertahankan diri dan dipertahankan di tempat belajar sekaligus berkarir hingga saat ini. Telah 2 tahun, dengan 3/4 waktu merupakan masa krisis sektor pariwisata yang disebabkan pandemi Covid-19. Tak sedikit rekan kerja yang tersisih atau menyisihkan diri.
Bahwa dari semua ini ada banyak hal dan nilai yang diperjuangkan. Bekerja tidak hanya bekerja, sebab kera di hutan juga bekerja. Seperti halnya cinta, kera di hutan juga bercinta.
Kelak kamu akan memperoleh arti dari sebuah nilai karna kamu mampu bertahan dari segala tempaan yang seolah tiada jeda.
Nanti pula etos kerjamu yang akan membawamu ke masa karir yang kamu inginkan. Bukan soal besaran upah atau jabatan, tetapi tentang nilai yang melekat pada proses pendewasaan yang sedang kamu jalankan.
Dengan mengubah kutipan kata dari seorang penulis, “Sedikit lebih beruntung lebih baik daripada sedikit lebih baik.” Tolong diingat satu hal, keburuntungan itu bukan didapatkan, melainkan diciptakan.
0 notes
bphidayatullah · 5 years ago
Text
Jomblo VS Pacaran
Dinamika kepemuda/i-an memang seringkali menyebalkan. Dikala hidup sendiri, rasa-rasanya bisa bebas berekspresi tanpa harus malu ataupun menahan diri untuk melakukan berbagai kegilaan dalam hidup. Dikala hidup berpacaran, rasanya kemanjaan dan cinta kasih hampir selalu dapat terpenuh tiap saat tanpa merasa sedikitpun sepi. Mungkin kurang lebih hal tersebut yang terjadi di tengah kebimbangan yang sedang dilalui para muda/i. Tapi harusnya menjadi seimbang pun bukan suatu kesulitan untuk melatih diri menjadi sosok yang dewasa.
Memang tak banyak yang dapat dipungkiri. Hidup sendiri alias jomblo, seseorang pasti akan merasa sulit untuk menikmati masa relaksasi. Entah karna kegilaan bekerja/belajar, sehingga ia enggan untuk dapat bersantai ria. Namun, tatkala sudah berstatus pacaran, rasanya dunia seperti hanya milik berdua. Apapun agenda yang sudah dijadwalkan sebisa mungkin digagalkan agar waktu berdua tuk bersua lebih terasa lama. Maklum, adiksi akan rasa cinta lebih menimbulkan banyak hormon rasa senang yang bergelora.
Hal yang lebih patut digaris bawahi ialah juga soal bagaimana personal branding yang terjadi. Di jagat maya, tentu kapasitas dan kapabilitas seorang yang jomblo lebih diacungi jempol dibandingkan sosok yang berpacaran. Sebabnya, mereka akan sangat identik dengan ambisius dan kesungguhan yang dinilai lebih dari apapun. Sedangkan sebaliknya, sosok yang tlah memiliki pasangan lebih dianggap santai. Bahkan diantara mereka banyak dikira menikmati hidup sehingga dilabeli bucin atau dikenal dengan budak cinta. Ya itu ialah manifestasi atas kenikmatan yang terlalu sering dirasakan oleh pasangan muda/i.
Namun, kedua hal itu tentu tidak serta merta bernilai positif dan negatif secara mutlak. Sebagaimana suatu hal, jomblo memiliki manfaat yang sangat unggul; diantaranya ialah bebas untuk berkreasi segila mungkin, tanpa harus punya batasan yang berarti untuk kemajuan diri sendiri dan kemaslahatan banyak orang. Sedang dampak yang dapat paling terasa ialah mungkin seseorang akan merasa dirinya selalu sepi, terkadang juga pasti merasa hilang makna hakikat kehidupan. Jika dibandingkan dengan berpacaran, ia memiliki manfaat yang lebih humanis apabila dirasakan. Hal itu merupakan bahagianya seseorang secara rohaniah dan lahiriah sebab tiap waktu banyak disirami rasa cinta yang diberi oleh pasangan masing-masing. Sedangkan, dampak yang paling terasa ialah keterhambatan kemajuan karna seseorang biasanya lebih mengambil opsi zona nyaman ketika sudah menjalin hubungan berpacaran.
Akan tetapi, keduanya tetap memiliki pesan moral yang sama apabila ditarik benang merahnya. Perasaan cinta, bahagia, dan kemajuan hidup adalah paket lengkap yang nyata dalam mencapai tujuan dan hakikat hidup yang sebenarnya. Percayalah, jika kamu sedang ada di posisi status apapun, kamu tetap memiliki satu tujuan yang sama. Yaitu mencapai hakikat hidupmu masing-masing. Soal cara itu hanya seni yang memang patutnya berbeda beda. Tapi rasa optimis dan percaya diri wajib hukumnya kau genggam sebagai bekal tambahan yang menyokong intensi-intensi mulia yang kau miliki.
Tabik!
0 notes
bphidayatullah · 5 years ago
Text
MAAF, KARNA TAK ADA MAAF
Saat ini persoalan reputasi mungkin masih jadi faktor seseorang untuk menentukan bisakah dirinya membumi atau tidak. Walaupun ia pada posisi bersalah, namun tak merasa bersalah karna tlah membuat kegaduhan, maka mungkin haram baginya untuk mengucap maaf. Barangkali reputasi jadi tolak ukur sakral, entah karna hak istimewa sebagai mayoritas atau ini perkara ia yang jauh dari sosok pembumi.
Bagaimana tidak, belakangan ini jagat maya dihebohkan dengan kemunculan 2 rekaman viral. Hal pertama terkait ujaran kebencian mengenai agama, hal kedua terkait rasial. Kedua hal ini dilakukan oleh oknum tokoh agama dan oknum aparat sekaligus oknum ormas di Indonesia. Dunia ini sudah jauh dari kata tentram, terlebih di jagat maya. Kata maaf juga jadi barang mahal bagi mereka yang angkuh dan tinggi hati.
Namun aku percaya, ini hanya representasi atas kekacauan di pusaran negeri yang tak berpengaruh pada banyak orang. Masih banyak kewarasan yang dapat menggugurkan eksistensi oknum-oknum tersebut yang hobi mencipta disintegrasi. Sebab dari dulu bangsa kita bukan bangsa pengolok. Terlebih bicara agama dan fisik secara rasial. Boleh jadi keramah tamahan sudah langka di jiwa sebagian orang. Tapi tidak di sebagian besar jiwa lainnya.
Panjang umur kewarasan dan kesentiasaan hidup menjadi orang yang beradab! Jangan kau kalah dengan keangkuhanmu yang biadab.
0 notes
bphidayatullah · 5 years ago
Text
Ras(i)a-l-is-me
Hari demi hari tak habis dari kontroversi dan problematika. Tapi inilah negeriku tercinta. Bangsa yang kaya akan pergumulan batin antar sesama. Kemarin soal agama, hari ini soal suku bangsa. Disebutlah kafir disana, disebutlah monyet disini. Tak kenal lelah dalam memaki. Namun jemu tatkala diminta berbesar hati.
Ya, persoalan bangsa hari ini lagi-lagi soal disintegrasi. Seolah tak habis-habisnya oknum menggunakan berbagai cara. Jika untuk berebut kuasa, kupikir tak semestinya dengan cara ini. Terlalu muak aku dibuatnya. Tapi apa daya, jika tanpa upaya aku menulis seperti ini, takkan pernah ada kondisi yang lebih baik dibanding sebelumnya.
Aku sangat mengakui bahwa pribadiku adalah seorang yang anti kekerasan. Sebagai sosok tersebut, tentu aku juga anti perpecahan. Dengan begitu, aku sebisa mungkin menghindari ujaran-ujaran kebencian. Namun akankah hal itu cukup untuk memberikan sumbangsih perdamaian bangsa?
Aku rasa sangat tidak membantu. Jika kamu masih memiliki jarak dengan perbedaan. Dalam hal ini, ketika ternyata yang ada di sekelilingmu hanya sekitaran suku bangsa yang seragam, agama yang sepaham, dan sudut pandang yang sama. Apakah adil? Jika dirasa tidak, maka keluarlah. Berbaur dengan perbedaan! Apabila sudah temukan rasanya, maka ceritakan.
0 notes
bphidayatullah · 7 years ago
Quote
Kawan, sudah tahun baru lagi Belum juga tibakah saatnya kita menunduk memandang diri sendiri Bercermin firman Tuhan, sebelum kita dihisab-Nya Kawan, siapakah kita ini sebenarnya? Muslimkah, mukminin, muttaqin, kholifah Allah, umat Muhammadkah kita? Khoirul ummatinkah kita? Atau kita sama saja dengan makhluk lain atau bahkan lebih rendah lagi Hanya budak perut dan kelamin Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan Lebih tipis dari kain rok perempuan Betapapun tersiksa, kita khusyuk di depan massa Dan tiba-tiba buas dan binal disaat sendiri bersama-Nya Syahadat kita rasanya lebih buruk dari bunyi bedug, atau pernyataan setia pegawai rendahan saja. Kosong tak berdaya. Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu Lebih cepat daripada menghirup kopi panas dan lebih ramai daripada lamunan 1000 anak pemuda. Doa kita sesudahnya justru lebih serius memohon enak hidup di dunia dan bahagia di surga. Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadwal makan minum dan saat istirahat, tanpa menggeser acara buat syahwat, ketika datang rasa lapar dan haus. Kita manggut-manggut, ooh… beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan saudara-saudara kita yang melarat. Zakat kita jauh lebih berat terasa dibanding tukang becak melepas penghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia Kalaupun terkeluarkan, harapan pun tanpa ukuran upaya-upaya Tuhan menggantinya lipat ganda Haji kita tak ubahnya tamsya yang menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan material, membuang uang kecil dan dosa besar. Lalu pulang membawa label suci asli made in saudi “HAJI” Kawan, lalu bagaimana dan seberapa lama kita bersama-Nya atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya, mensiasati dunia khalifahnya, Kawan, tak terasa kita semakin pintar, mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita paling tidak kita semakin pintar berdalih Kita perkosa alam dan lingkungan demi ilmu pengetahuan Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran, mengacau dan menipu demi keselamatan Memukul, mencaci demi pendidikan Berbuat semaunya demi kemerdekaan Tidak berbuat apa-apa demi ketenteraman Membiarkan kemungkaran demi kedamaian, pendek kata demi semua yang baik adalah halallah sampai yang tidak baik. Lalu bagaimana para cendekiawan, seniman, mubaligh dan kiai sebagai penyambung lidah Nabi Jangan ganggu mereka Para cendikiawan sedang memikirkan segalanya Para seniman sedang merenungkan apa saja Para mubaligh sedang sibuk berteriak kemana-mana Para kiai sibuk berfatwa dan berdoa Para pemimpin sedang mengatur semuanya Biarkan mereka di atas sana Menikmati dan meratapi nasib dan persoalan mereka sendiri
Tumblr media
Gus Mus (KH. Ahmad Mustofa Bisri), “Selamat Tahun Baru Kawan”
0 notes
bphidayatullah · 7 years ago
Text
Saya Yakin “Hegemoni” Pak Jokowi itu, Nyata..
Tumblr media
Kamis 20 Oktober 2017, merupakan waktu dari ke-3 kalinya Mahasiswa dalam aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Se-Indonesia (BEM SI) melangsungkan gerakan evaluasi kinerja Pemerintahan Jokowi-JK. Tak banyak yang saya ketahui tentang gerakan di hari itu. Yang jelas hari itu saya hanya datang pada sore hari pukul 16:00 WIB saat massa aksi sedang mencapai titik puncak demonstrasi yang biasanya tiap tahun terjadi (mengacu pada aksi evaluasi tahun lalu). Dengan berbagai isu strategis yang dibawa dari setiap perguruan tinggi yang masing-masing menjadi koordinator isu, massa aksi mengadakan aksi kreatif bertajuk “Sidang Rakyat” pada penghujung petang saat itu. Saya amat sangat tertarik bercampur penasaran, karna dalam aksi kreatif tersebut tidak semua orator memainkan perannya dengan baik, walaupun sebagian besar sudah cukup baik. Usai sudah aksi kreatif tersebut, lalu massa aksi menunda kegiatan aksinya karna adzan maghrib dan dilanjut dengan sholatnya. Setelah sholat itu, giliran saya dan rekan-rekan sesama fakultas saya memutuskan untuk pulang kembali ke Kota Hujan.
Di perjalanan pulang menuju stasiun Juanda, ada banyak nada nyinyiran dari aparat untuk meledek kami, mahasiswa selaku massa aksi. Cukup heran memang, dengan jumlah yang banyak dan seragam yang gagah, oknum aparat masih saja bisa dan mau merendahkan martabatnya sendiri dengan tindakan yang seharusnya. Kami selaku mahasiswa cukup kecewa akan hal itu, namun apa boleh buat. Menentang, ribut, dan melawan bukan jawaban saat itu ketika kami dikerumuni oleh banyak aparat sementara kami membawa massa perempuan. Sangat berisiko.
Singkat cerita, pada dini hari di hari yang sama tersebar isu bahwa massa aksi dari kampus saya sendiri kedapatan di tahan aparat atas tuduhan perusakan fasilitas dan penyerangan terhadap aparat. Ya katanya mereka diserang, namun mereka ditahan juga dengan keadaan berdarah-darah. Apakah ada sanksi untuk aparat yang telah melukai mereka ? Sebanyak 5 orang dari 13 mahasiswa yang ditahan merupakan bagian dari kampus saya, Institut Pertanian Bogor.
Sudah 3 malam saya meratapi kasus ini untuk bersikap atau melakukan penyikapan. Karna beberapa waktu ini saya mengakui cukup pasif untuk ikut bersolidaritas dalam rangkaian aksi perlawanan ini. Memang mungkin ini merupakan bagian dari bentuk ketidak adilan hukum oleh oknum aparat, namun saya tetap tidak sepakat terhadap seruan-seruan Darurat Demokrasi dan lain sebagainya perihal seruan yang mengacu pada keterkekangan kebebasan berekspresi. Karna saya rasa hal tersebut sangat dilindungi oleh produk UU sehingga seharusnya kita semua tidak perlu menyikapinya secara berlebihan. Hanya saja, PR kita bersama adalah menyikapi kebijakan dan peraturan secara bijak dan dewasa. Serta jajaran dari setiap aparat juga melaksanakan tugasnya dengan sebagaimana tercantum dalam peraturan yang dimiliki.
Lalu sebenarnya dimanakah letak inti permasalahan terjadi ? Mengapa kekisruhan dan kekerasan terjadi, sekalipun memang dari pihak massa aksi terkesan memaksa untuk bertemu Presiden RI, Bapak Jokowi yang sama-sama semua kita hormati. Lantas, bisakah waktu diulang dan segala sesuatu diubah? Bagaimana maksudnya? Bapak Jokowi selama ini dikenal adalah sosok pribadi yang “katanya”, merakyat. Semua elemen masyarakat dapat bisa berdiskusi dengannya tanpa harus bersusah payah. Baik itu dari masyarakat kalangan bawah, sekalipun elite-elite yang selama ini kita ketahui ikut turut aktif hadir untuk membangun negara ini. Bukan hanya itu saja, berbagai elemen dari lintas profesi pun juga, baik mereka yang aktif dalam dunia maya, lalu para ulama yang dijunjung tinggi keberadaannya, sampai mereka para pedagang kaki lima yang juga turut diundangnya. Lalu apa salahnya dengan menerima kehadiran Mahasiswa ? Saya tahu perihal waktu itu terbatas, namun jika pun diagendakan saya yakin tak ada salahnya. Saya pula sangat yakin mengenai “Hegemoni” Bapak itu nyata.
Buktinya pada saat ini telah terbentuk berbagai opini terkait aksi 20 Oktober lalu. Dimana tak bisa dipungkiri banyak masyarakat berpendapat bahwa tak ada banyak salah dalam kinerja pemerintahan Bapak selama 3 tahun ini. Melainkan justru aksi dari mahasiswa yang banyak dipandang negatif, padahal justru beberapa dari kelompok mahasiswa telah mendalami berbagai isu strategis untuk dijadikan evaluasi dari kinerja pemerintahan Pak Jokowi. Dari mulai isu terkait kebijakan hukum, infrakstruktur, ekonomi, pertanian, dsb. Yang jadi pertanyaan saya adalah, apakah salah Pak Jokowi menggunakan “Hegemoni” nya untuk bertemu dengan BEM SI ?
Akankah kekerasan selalu menjadi ancaman apabila terdapat sekelompok dalam elemen masyarakat memaksa untuk bertemu Presiden nya sendiri ? Atau apakah kita sebagai warga negara harus senantiasa sabar untuk melakukan aksi damai yang bersifat konsisten seperti halnya “Aksi Damai Kamisan” yang sudah mencapai ratusan kali ? Namun, tidakkah kita lupa bahwa hal tersebut hanya menjadi komoditas politik setiap 5 tahun sekali oleh para calon penguasa di negeri ini ?
0 notes
bphidayatullah · 8 years ago
Quote
istirahatlah kata-kata jangan menyembur-nyembur orang-orang bisu kembalilah ke dalam rahim segala tangis dan kebusukan dalam sunyi yang mengiris tempat orang-orang yang mengingkari menahan ucapannya sendiri tidurlah kata-kata kita bangkit nanti menghimpun tuntutan-tuntutan yang miskin papa dan dihancurkan nanti kita akan mengucapkan bersama tindakan bikin perhitungan tak bisa lagi ditahan-tahan
Istirahatlah Kata-Kata, oleh: Wiji Thukul (12 Agustus 1988)
0 notes