#sajakmimpi

[rumputkinala]

IX. Lengan Hitam

Rumput Kemarin,

Yang hancur akan angannya

Dalam Mimpi,

Dan dalam Lelapnya.

Akhirnya Bertemu,

Dengan Kupu kupu.

Yang kini Datang,

Di dunia yang tak lagi fana.

Lengan Hitam yang kenakannya.

Bersama rasa sederhana yang dibawanya,

Mengalihkan matahari dari rembulannya.

Jamur yang mulai membuka mata pada batang pohon yang tumbang.

Memberikan kebahagiaan pada sang Rumput yang mulai tumbuh.

.

Senyumnya,

Memudarkan asa,

Dan mimpinya yang tak diharapkan.

Sembunyikan segala cerita,

Purna dalam Hari itu.

.

Bertemu denganmu. Sesaat, namun terasa bahagia.

Tenang dan sederhana.

Nyaman berada disampingmu.

Bawaku pergi melihat indahnya duniamu.

.

Terasa Mimpi,

Namun kusadari,

Walau tak mungkin berarti.

Kepompong yang hancur,

Sebelum bermetamorfosis.

.

Ku berharap Duniamu,

Lebih merdu,

Dari Mimpiku.

.

.

                                                                    Bersambung………

[sajaklangka]

Tuhan menciptakan LUPA untuk melupakan semua kenangan LUKA. Lantas, Tuhan menciptakan INGAT untuk mengingat seberapa banyak luka yang masih TERIKAT. -Eren's Talu- . . . . #lupa #ingat #lupalupaingat #luka #lukabasah #lupakering #ingatmati #ingatluka #ingathutang #ingatsuka #sukaingat #sajaklupa #ingatsajak #puisiluka #puisiluka #puisiingat #ingatpuisi #ingatmimpi #sajakmimpi #pelukislupa #pelukisluka #ingatpelukis #pelukiskatakata #sajaklangka #lupasajak #erenstalu #yastachapung #anaksumba #anakntt #anaktimorhits (di Lupa Di Mana) https://www.instagram.com/p/CVBAXEgPbfl/?utm_medium=tumblr

[ketikekata]

[serahkanpada-nya-blog]

- Kembalilah. Sambutan fajar pagi ini menghangatkan jiwa yang sepi, Berbagi cahaya,pada mereka yang meredupkannya setelah patah hati, Senin pagi,jiwa jiwa yang bersemangat riuh meraih mimpi, Dibilik jendela,ia nikmati udara damai,setelah terjatuhkan berkali-kali. Masa lalu,semua insan pastilah memiliki, Bermacam cerita,menaruh harap,pun menuai janji suci, Masa dulu,kita pernah berselimut dipohon benci, Berteteskan air mata,menenggelamkan rasa,pun mengacuhkan hati. Kamu,adalah kemelut garang yang lucu, Kelakarmu,membuat mereka bahagia yang ada disekelilingmu, Mampus,tanpa sadar mereka begitu teliti dengan kebiasaanmu, Sudah siapkah kamu untuk jatuh? Sebelum terlambat,maukah kuperkenankan nikmat syurga itu? Atau ingin,aku yang berjuang bersamamu meraih itu? Sadarlah,kamu tak baik dihadapan mereka, Tapi tak perlu sedih,disini aku siap menanggung derita,meski kata mereka kau tak berhak mendapatkan syurga. Belum ada kata terlambat! Kamu punya waktu untuk berubah,kamu punya ruang untuk bahagia,kamu pun berhak meraih syurga,meski dosa seluas samudera, Aku siap membimbingmu dijalan-Nya, Jangan lagi menunda,berlarilah..... Dengan bismillah... Semoga ia permudah!! Pandan,18February2019 . . -Ar . . #backtojannah #hijrahfisabilillahid #pemudahijrah #sunnaheverywhere #berbagisemangat #selangkahpadamu #untoldstory #truestory #sajakmimpi #sajakluka #menujubaikitubaik #nevergiveup (di Pulau Harapan) https://www.instagram.com/p/BuApFy6AZgW/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=1tyhm8lgqa30p

[rumputkinala]

V. Undangan

Bintang yang telah pergi,

Bersinar kembali.

Purnama yang telah berkelana,

Kembali menyapa lelapnya.

Kau datang lagi menyapaku,

Kala ku hanyut dalam lelapku.

.

-” Kamu datang menyapaku,

Dengan senyum bahagia bersamamu.

seperti biasa,

Tanpa berubah sedikitpun.

Membuat tubuhku,

Terpaku,

Melihat parasmu.”-

.

-” Sebuah kertas ada pada tasmu

Dan Kamu berikan itu

Dengan wajah memerah bahagia

Namamu tercetak,

Dengan tinta takdir semesta. “-

.

-” Lemas tubuhku,

Hatiku seakan menjerit

Ku coba membaca,

Tapi mataku penuh dengan air mata. “-

.

-” Seakan ku tak sanggup.

Melihat siapa hati yang kamu pilih. “-

.

Rumput terbangun,

Dengan wajahnya yang penuh pilu

Tubuhnya Terserang Racun

Dan tak sanggup membangun paginya.

Penuhi Penyesalannya,

Karena tak sanggup ucapkan rasa

Hatinya berlubang

Menganga kesakitan

.

Bisik lirih pada angin

      “ Sepertinya Semesta tak mendukungku ,~”

      “ Tak apa aku harus dewasa ,~”

      “ Ikhlaskan kamu layak bahagia ,~”

.

Semesta,

      “ Satu pintaku ,~”

      “ Izinkan ku ucapkan selamat ,~”

      “ Kepadanya ,~”

      “ Melalui lelapku ,~”

      “ Atas Kebahagiaannya ,~”

      “ Atas dia yang menjadi inspirasinya ,~”

      “ Atas apa yang dia rasa ,~”

      “ Yang belum pernah tersampaikan.~”

.

.

                                                                  Bersambung………

[rumputkinala]

XV. Duniamu

Terlalu Gusar untuk diciptakanya...

Luas, pertama kali terasa...

Dan ku sangat sempit untuk menggapainya...

Mampukah ku?...

.

Terbangmu terlalu tinggi,

Menembus dan melintasi batas batas pandangan...

Dekat dari yang dirasa hati,

Cinta Jauh dari yang terlihat angan...

Sanggupkah ku?...

.

Bersebrang dari pulau kepulau,

Terpisah dari Samudra ke samudra,

Bumi yang mengharapkan bulannya,

Memeluknya kala dingin malam tiba...

Sudikah kau?...

.

Jemari tangan nan lembut,

Tarian nan elok,

Nafas nan harum,

Dan senyum nan indah...

Kau Rasakah?...

.

Mata nan enggan menatap,

Pada asa yang kerap menyapa...

Menjatuhkannya dalam permukaan tanah yang rapuh...

Selalu terlintas kegelapan diantara dinding kosong,

Bayang bayang laki laki pengecut...

Yang Menyalahkan dunianya...

Diantara ruang hampa...

Dan tercipta oleh waktu yang berputar...

.

Maafkan aku...

Yang tak pernah menjadi rumput yang kuat,

Berdiri dalam sapuan ombak,

Berlari dalam hembusan air,

Dan yang tak pernah mampu meraih hatimu...

.

.

                                                            Bersambung………

[rumputkinala]

XIV. Muara Kisah Cinta

Aku yang mencoba,

Memuarakan ini pada bahagia.

Untuk dirimu...

Sadari aku yang selalu takut padamu,

Takan mampu menerimaku.

Yang Terbayang akan kelam masa laluku...

Seperti Benang benang yg saling mengait,

Bertindih diantara rangkaian udara,

Saling Merajut,

Membentuk waktu yang tak pernah putus...

Bunga yang bernyanyi sebelum fajar...

Dan ikan yang terbang diatas laut...

.

Terimakasih pada waktu,

Yang mengijinkan dua insan saling terpaku...

Maafkan aku...

Yang membuatmu terganggu...

.

Bukan aku yang memilih cinta,

Tapi cinta yang memilih aku.,,

Seperti buku yang kau ceritakan,

Menutup buku yang telah berdebu,

Dan membuka yang baru...

.

Berisikan paragraf baru,

Diantara garis garis putih,

Dengan tinta yang terus mengalir tanpa mengenal kosa kata baru...

Tentang Kisah kita,

Dan kita yang selalu merangkainya...

.

Maafkan aku...

Yang hanya pengecut,

Menyematkan namamu dalam hatiku,

Namun tanpa berani bibir sekalipun berucap kata...

Mataku merasa malu,

Melihat kedewasaanmu,

Dan aku,

Yang cinta kamu dalam kata kata yang mati.

.

.

                                                              Bersambung………

[rumputkinala]

XIII. Penantianku

3 Minggu menyapu,

Melampaui Sewindu yang berlalu.

Rumput yang sendu.

Lihatlah kerinduan yang telah menyatu,

Dalam bisiknya yang memanggil sang kupu kupu.

.

Bertemu dalam senjamu,

Melewati Jalanan curam nan berbatu.

Hanya untuknya,

Yang Berlari mengejar mimpinya.

Meluruhkan segala rahasia rahasia,

Yang tak pernah terucap,

Dan hanya Tersampaikan salam pada Udara.

.

Danku...

Hanya setangkai rumput,

Yang mendambakan kupu kupu,

Tanpa melihat kekuranganku.

.

Danku...

Yang hanya berangan disampingmu.

Aku yang terlalu bodoh,

Untuk mengeja kata.

Diantara luka luka yang menganga,

Bahwa ku rindu padamu.

Cintakamu...

Ingin merasakan auramu...

Menggenggammu...

Menghabiskan waktu...

Untuk Melihat lukisan,

Yang diberikan oleh Senja...

.

Maafkan aku...

Yang masih Tak mampu,

Memberikan Paragraf paragraf itu.

Untukmu...

Aku hanyalah rumput,

Yang selalu layu,

Yang takmampu mengungkapkan rahasianya,

Pada kupu kupu yang selalu datang dalam mimpinya.

.

.

                                                              Bersambung………

[rumputkinala]

X. Layu Rumput

Rasa asa yang kerap datang.

Dihancurkannya meski itu membuatnya semakin Lemah.

.

Rumput yang tumbuh tak kunjung Hijau.

Ia resahkan pada Semesta,

         “Jika tidak tak mengapa.~”

Bisik lirihnya pada Bumi.

         “Sesungguhnya ku membutuhkan rahasiamu.~”

.

-“Kamu memaksaku 

untuk katakan iya 

pada sesuatu yang tidak kuketahui. 

Terjadi begitu saja ditengah malam itu.”-

.

Sekilasku yang terbangun mencoba membangun kembali Mimpiku.

.

-“Yang kutau, 

kita memiliki rasa yang sama. 

Rasakan hangatnya tubuhmu 

membuatku bahagia. 

Kamupun membalasnya. 

Tak ada ruang yang tersisa kala itu. 

Pelukanmu seakan nyata. 

Setiap menit yang terjadi ku cium pipimerahmu. 

Suaramu menyejukan hatiku. 

Bisik lirihku, cinta padamu.”-

.

Dan jiwakupun  Kembali.

.

.

                                                                    Bersambung………

[rumputkinala]

VIII. Duniamu

-”Kau raih tanganku,

Bawaku pergi tak jauh dari bukit itu.”-

.

-” Aliran bisik sungai yang mengalir,

Berwarna biru yang rindu akan hilir,

kupu kupu menari berterbangan,

Menari diantara daun yang tumbang.

Bebatuan berwarna biru,

dan kunang kunang mewarnai gelapnya pepohonan.”-

.

”- Kamu bertanya, apakah ku pernah kesini? ”-

.

”- Belum pernah kutemui tempat seindah ini,

Dengan rasa sakit yang mulai pudar.

tak ada sepatah katapun darimu, ”-

.

”- Tebaran merah yang mulai menyelimuti kita

Dengn wajahmu yang mulai menatap lukisan senja.

Hingga raut senyummu terlihat disana. ”-

.

”- Bolehkah ku menunggumu?

dalam rasa Kerinduanku?

Bersama gelap yang mulai datang?

Bersama musim yang silih berganti? ”-

.

Tak sempat kudengar balasmu,

Lalu Sang Surya menyapa lelapnya

.

.

                                                                  Bersambung………

[rumputkinala]

VI. Keikhlasan

Semua Rasa,

Yang kini menjelma dupa.

Harumnya asa yang menyengat jiwaku,

Merusak harapanku,

Untuk bersamamu.

Diantara bintang yang menyelimuti malam kita,

Diantara dedaunan yang gugur bahagia,

Diantara angin yang memeluk kita,

Dan diantara jiwa kita mulai menua bersama,

Semua sirna.

.

Sialku,

Kembali melihatmu,

Dalam mimpiku.

.

-” Kudapati Kamu

Masih berdiri 

Ditepian tempatmu kemarin

Memberikan undanganmu .”-

.

-” Matahari yang mulai terjatuh,

Kudapati Angin yang berhembus,

Melewati lekuk lekuk jiwa kita.

Marah akan sesuatu.

Seraya disekitarku berlari,

Menyelamatkan diri .”-

. -” Aku menghampirimu.

Yang saat itu terdiam ditepian pantai. Teriak kencangku saat itu,

Mengajakmu berlari.

Dan kamu hanya Terdiam,

Menanti dalam kerinduan,

Menunggu seseorang,

Namun tak kunjung datang .”- .

-” Aku yang kini mulai gelisah

Meraih jari jemarimu .”-

.

-” Ku dekap dengan kencang.

Membawamu berlari,

Menapaki bukit .”-

.

-” Kamu berteriak lirih,

Dalam lelahmu berlari.

Berhentilah,

Ini bukan Badai yang kamu takutkan.

Alam tak pernah marah .”-

.

Maaf bila aku tak mendengarkanmu,

Pada saat itu.

.

.

                                                                     Bersambung………

[rumputkinala]

IV. Mimpi

Sapa semesta pada lelapku.

.

-”Kau datang menyapa mimpiku,

Kala itu tubuhmu menyatu.

Dengan awan hitam memelukmu,

Kugenggam jari jemarimu lembutmu,

Kutarik hingga dia Melepaskanmu.”-

.

Sang rumput terbangun,

Dengan raut muka sayup.

Ribuan kata yang menyapa pikirannya,

Tak mampu menjawab maksud semesta.

.

       “Berikanlah Jawaban pada lelapku.”

       “Agar ku lebih paham maksudmu.”

.

Bisik rumput yang gusar pada angin.

.

. 

                                                                  Bersambung………

[rumputkinala]

III. Senja

Sang senja menyapa Rumput kering,

Bisik lirih penuh sayup pada semesta.

1 demi 1 rasa yang terucap penuh hening,

Mengalir bagaikan angin yang kerap memeluknya.

.

        “Tuhan. Jika memang benar, permudahkanlah rasa menggapai mimpinya~”

Seperti rembulan yang pergi tanpa membangunkan lelapnya.

.

         “Tapi jika tidak buatlah dia bahagia.~”

         “Sehingga senyum terus menyapanya,~”

Bagai sang surya yang tak pernah bersanding dengan Rembulannya.

.

         “Sungguhku tak pernah meminta lebih,~”

Bagai hujan yang tak pernah menuntut pelangi menghiburnya.

.

                                                                    Bersambung………

[rumputkinala]

II. Ilalang Dewasa

Rumput kering yang Berkelana,

Dalam mencari arti hidupnya.

Ditemuinya Capung tertunduk pilu,

Bercermin pada Kubangan keruh.

Berterbangan diantara ranting kering,

Mengharap embun,

Kala sang surya sedang berkuasa.

.

Ilalang dewasa menari pada angin bercabang,

Tak berarah namun berirama tenang.

Merayu sang rumput yang risau,

Bagai mengharap hujan Pada musim kemarau.

Berceritalah sang rumput pada ilalang,

Tentang kupu - kupu yang selalu datang.

.

         “Disetiap bayang ia tersenyum.”

        “ Tersipu membuat rumput menyukainya,”

Tapi enggan jiwanya.

Malu, tuk mengakuinya.

        “ Bagaikan angin malam yang menggoda.”

        “ Tak pernah tergambarkan oleh kata kata.”

.

Ilalang tertawa

        “ Kau mungkin jatuh cinta, Ucapnya.”

Rumput kusam tersipu

Kering namun mulai berwarna

.

        “ Apa yang harus kulakukan untuknya?”

Ucup rumput yang malu

        “ Tinggalkan kehidupan kering ini,

           Dan coba mengejarnya?”

        “ Walau ku tau dia bukan untukku”

.

.

       “ Rumput,”

        “ Hutan, sawah , gunung perlu kau daki.”

        “ Bukankah Bintang berganti setiap hari,”

        “ Dan Daun yang jatuh selalu mempunyai arti.”

        “ Jika itu membuatmu bahagia,”

        “ Lantas apa yang membuatmu menunda?.”

Jawab ilalang muda

Membukakan mata

Pada rumput yang mulai bahagia

Mengejar mimpinya

.

        “ Apa aku harus mencobanya?”

Tanya Rumput pada Ilalang Dewasa.

.

Dan jawabanya,

        “ Berdoalah pada semesta,”

        “ Dihadapan angin dingin,”

        “ Mintalah semesta memihakmu,”

        “ Gapailah itu.”

        “ Dan jangan lepaskan dari pelukmu.”

.

Purnalah semua asa,

Dalam angin yang menggoda,

Daun Menari bersama.

Pertanyaan dalam angan.

Berubah menjadi Angin sejuk.

.

        “ Terimakasih,

           Ilalang Dewasa.” .

                                                                     Bersambung………

[rumputkinala]

I. Pertanyaan

Pada bunga yang tumbuh penuh warna.

Ranting ranting menari penuh Irama.  

Batang pohon yang tua.

Jatuh sesaat kala disapa senja.

.

Membangunkan Rumput kusam yang tak kunjung temui arti hidupnya.

Mimikirkan Kupu kupu yang sering datang kala resah sang rumput.

Tak berani ucap kata, tersipu malu pada semut semut yang pulang dari kelananya.

Pada 4 Musim yang menyapa silih berganti sang Rumput menyukainya.

Meski tak kunjung membuatnya Hijau.

. -“Pada kunang kunang yang mulai memainkan Iramanya, sang kupu kupu menyapa bagai fantasi yang datang, kala senja, susah, senang. “-

Rumput kusam tersipu malu kala memandangnya.

Hatinya terasa tenang, seakan dia menemui arti hidupnya.  

Kepakan Kupu kupu menaburkan mantra pada sang rumput.

.

Membuatnya tenggelam pada angan,

         “Apa Mungkin engkau kah belahan dari hidupku?~”

         “Atau mungkin hanya aku yang kagum padamu?~”

.

Pada angin malam ia bercerita, meski tak kunjung dapat jawabnya.

Seperti ombak yang menyapa pantai.

Rasa yang iya simpan mengayun datang dan pergi tapi tidak pernah jauh dari  sebelumnya.

.

.

                                                                       Bersambung.........

[rumputkinala]

XII. Kesementaraanmu

Rumput yang kini tau

Tersadar akan pentingnya waktu.

Menemukan Mimpi mimpinya yang baru.

.

-“Berjalan berdua melewati rapuhnya ibukota.

Memperdebatkan jarak diantara

para halte bus transjakarta.

Ringan namun sederhana.

Canda, Gurau Bersama.”-

.

-“Pulang bersama,

Dan kakimu terjatuh diantara

Tingginya anak tangga

Dan ku menyuruhmu

Untuk berjalan didepanku.”-

.

-“Tak segan kupeluk dirimu,

Dan kamu biarkan aku melakukan itu

Betapa kumencintaimu

Seakan takut jauh darimu

Meski hanya beberapa waktu

Aku cinta padamu.”-

.

Teruslah membangun duniamu,

Wahai kupu kupuku.

Dalam alam mimpiku,

Alam rumput yang bahagia bersamamu.

Jika ini adalah kesementaraan yang kau ciptakan untukku,

Aku ingin selamanya dalam kesementaraanmu.

.

.

                                                               Bersambung………