Tumgik
#rumah yang bagus sekali
Text
Tumblr media
DIJAMIN NYAMAN, Hubungi 0812–1244–2489, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Bogor Winata Properti
KLIKhttps://wa.me/6281212442489, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat SPBU Pertamnina 34.163.08 Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Apotek K24 Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Go Steak Panorama Bali Residence Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Aldira Shop, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat SMA NEGERI 1 Ciseeng
Winata Properti
Kota Wisata, Ruko Boston Blok RK 2 Nomor 38 Cibubur
Kelurahan Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor
( Dekat Starbuck Kota Wisata )
Langsung Owner
0819–9925–0870
Kunjungi Juga :
https://goo.gl/maps/MV2Te4tUgxpzG12w6
https://www.facebook.com/JualPropertiRumah/
#rumahbagus, #rumahbagusmurah, #rumahbagusdijual, #rumahbagusampera, #rumahbagusadakolamrenang, #rumahbagusarcamanik, #rumahbagusbaru, #rumahbagushargabagus, #rumahbagusiaphuni, #rumahbagusidaman
0 notes
ibnufir · 9 months
Text
Menikah itu nambah masalah
Menuju lima tahun pernikahan, tau-tau sudah mau berempat. Begitu cepat sekali waktu berlalu.
Dulu sebelum menikah, ada begitu banyak sekali kekhawatiran sehingga bisa mikir beribu kali untuk memutuskan menikah.
Memang benar kata seorang kawan "menikah itu nambah masalah"
Tapi ketenangannya juga bertambah, keberkahannya bertambah, rasa syukurnya bertambah dan kebahagiaannya pun bertambah.
Kadang bingung, waktu masih sendiri keresahannya banyak banget. Kok setelah menikah engga tau mau meresahkan apa lagi.
Mikirnya makin sederhana; jalani, jalani, jalani. Udah cuma gitu aja.
Yang mencukupi Allah, kenapa jadi kita yang bingung.
Satu ditambah satu logika manusia jawabannya dua. Tapi matematikanya Allah, jawabannya tak terhingga.
Memang benar, banyak tidak masuk akalnya. Tau-tau ada, tau-tau cukup, tau-tau bisa, tau-tau mampu melewatinya.
Kalau ada yang bilang menikah itu melelahkan, iya memang engga salah. Betul melelahkan.
Tapi ketika sudah sampai di rumah, capeknya hilang dan lupa sama lelahnya.
Menikah itu menjalani kesadaran.
Sadar sama-sama saling membutuhkan. Sadar sama-sama punya kekurangan. Sadar sama-sama punya kesalahan.
Kuncinya, jangan keluar jalur.
Ibarat melakukan sebuah perjalanan. Jika suami itu sopir, fokus dan pegang kendali. Karena penumpang di belakang engga peduli ngantuknya kamu.
Mereka cuma mau tau sampai di tujuan. Melencengnya kamu sana sini, membahayakan mereka.
Kamu ke luar jalur, celaka mereka.
Begitupun penumpang, tetap tenang. Jangan melompat atau pindah kendaraan lain, karena ada kendaraan yang lebih bagus.
Karena percuma sopir sampai di tujuan sendiri.
Dan belum tentu juga dengan pindah kendaraan yang lebih bagus, bisa bikin kamu lebih cepat sampai di tujuanmu.
Iya kalau sampai, kalau malah tersesat?
Karena tujuannya dari menikah ya cuma satu, yaitu membawa pernikahanmu selamat.
—ibnufir
584 notes · View notes
kurniawangunadi · 1 month
Text
Yang lagi dipikirkan
Sebagai freelancer, karyawan, dan bussiner owner sekaligus. Dengan keadaan sosial, politik, dan ekonomi saat ini. Rasanya deg-degan bangettt. Tapi emang udah biasa deg-degan terus sih, karena selama ini memilih jalan hidup ketidakpastian. Cuma, kondisi sekarang itu bikin deg-degannya makin-makin.
Ada beberapa hal yang kadang bikin nggak habis pikir. Seperti tiap bulan kita bayar pajak itu belasan juta lebih dari bisnis, ini masih angka kecil dibanding temanku yang lain yang sekali bayar pajak sebulan bisa dapat alphard sebiji, terus duitnya dihambur-hamburkan buat hal-hal yang tidak berfaedah kayak berita sewa Alphard 25jt sehari kemarin. Dan itu sebenarnya memang uang konsumen (yang PPN 11% - konon mau naik jadi 12%, apa orang makin jadi males belanjaa kalau tiap belanja malah jadi makin mahal harga barangnya) alias teman-teman yang bayar pajaknya ketika beli makanan/produk2 apapun di toko/rumah makan, dsb itu. Belum pajak dari hasil usaha. Nyesek asli. Belum pajak dari royalti buku-buku di Bentang yang harus dilaporin juga tiap SPT, belum pajak penghasilan dari kantor, belum yang lain-lain. Gimana coba orang mau percaya sama alokasi-alokasi uang pajak begitu. Bingung.
Perdagangan lagi lesu, kalau usahamu rame - alhamdulilah. Tapi sebagian besar mengeluhkan daya beli masyarakat yang turun. Dan ini berdampak pada perputaran uang di masyarakat. Tau nggak sih, ekonomi akan seret kalau duitnya ga muter. Sementara para pelaku usaha itu perlu untuk bayar operasional, gaji karyawan, dsb. Hal yang pasti akan terjadi dan sudah terjadi ketika perputaran itu berhenti salah satunya adalah efisiensi, alias pengurangan jumlah tenaga kerja. Dan itu pun terjadi di usaha yang kujalani, mau gimana lagi :( Di berita, pengangguran itu banyak banget. Selain karena dampak dari gelombang pemutusan hubungan kerja yang lagi marak diberitakan. Sebelum terjadi itu, memang banyak. Tapi apakah lowongan pekerjaan itu tidak ada? Ada banget. Cuma aku sendiri bingung karena seringkali lowongan yang dibuka ini, yang daftar bener-bener nggak memahami apa yang didaftar. Nggak riset, nggak sesuai requirement, dsb. Beberapa kali juga terjadi over-qualified, lulusan S2 daftar di bagian X yang sama sekali ga ada hubungannya dgn latar belakang pendidikan dia. Intinya, dia melebihi requirement kita, shg juga tidak diterima. Bingung kan :( Belum lagi, ngomongin biaya pendidikan yang aduhai. Aku sempat survey ke orang-orang yang kukenal terkait pilihan pendidikan anak-anak mereka. Pergeseran dari opsi-opsi sekolah negeri ke swasta itu kerasa banget. Bahkan bapak/ibuku yang dulu guru SD pun bisa memvalidasi kenapa di sekolah negeri, kualitasnya menurun. Dan kerasa banget bedanya sama zamanku dulu SD skitar tahun 1996-2003. Sementara duit pajak yang banyak banget itu, kayak tidak dioptimalkan di sektor pengembangan SDM ini yang justru sangat krusial biar orang-orang literasinya bagus, punya daya nalar yang baik, kritis, dsb. Yang cita-citanya bukan pengen jadi content creator, selebtok, dsb biar cepet dapat duit. Sementara yang ingin menjadi profesional dan ahli, malah jarang. Sekolah kayak malah makin sulit dengan mahalnya UKT, dsb. Bingung ga sihhh... Kami yang terbiasa hidup dalam "ketidakpastian" dan udah biasa deg-degan tiap bulan, kayaknya nggak pernah sedeg-degan ini. Oh ya, terakhir pas COVID 2020 kemarin kayaknya. Tapi pada waktu itu, kondisi sosial masyarakatnya bersatu padu saling bantu. Sekarang, kondisinya berbeda.
Buat teman-teman yang mungkin tidak terbiasa dengan ketidakpastian, mungkin ini salah satu momen yang amat menegangkan. Tapi sungguh, jangan pernah berputus asa. Jangan!
83 notes · View notes
ruang-bising · 9 months
Text
"Kau Membawa Lebih Dari Sepotongnya, puan..."
Tumblr media
Bu, maaf jika bujangmu ini lebih jarang pulang kerumah dibanding dulu yang seminggu sekali menengokmu ke rumah, maaf juga tatkala kembali ke rumah tidak bisa terlalu banyak mendengar keluh-kesahmu. Diam yang kutunjukkan, berekspresi pun seadanya.
Bu, cerita tentang mimpi-mimpi besarku juga tak bisa kau dengar sementara dulu, terpaksa harus terjeda...
Aku sudah bilang kan bu, aku akan kembali berkelana setelah memutuskan resign dari pekerjaanku? Minggu lalu aku di baduy dalam, hari ini aku berada di pedalaman gunung kidul, di pinggir pantai selatan yang tak bernama, sendiri. kugunakan separuh tabunganku untuk menghilang tanpa khawatir ada yang mencariku, berjalan tanpa tujuan demi menemukan tujuan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa rencana. Apa itu rencana?
Kau tau bu? Seseorang yang menjadi penyebabku berkelana sejauh ini pernah berkata, "Aku hidup untuk hari ini dan besok saja." Terdengar klise namun sepertinya bagus untuk kujalani seperti itu. Setelah kecewa dengan rencanaku, kubiarkan diri ini berjalan mengikuti rencana Tuhan yang entah bagaimana.
Bu, memang benar katamu, ada beberapa orang di hidup kita; yang ketika ia pergi, ia juga membawa sepotong hati kita.
Seseorang datang bu, kau kenal, dia adalah yang paling banyak kutulis di catatan harianku, yang paling bangga pula kuceritakan padamu. Dia adalah pertimbangan dalam setiap keputusan dan rencanaku. Ah, khayalanku sudah sejauh itu, bu. Tapi sayang bu, dia tidak bisa hidup dalam rencanaku, hidupnya sudah terpatri pada rencana keluarganya. Bagi mereka, orang sepertiku tak ada dalam rancangan untuk putri/saudari tercintanya itu.
Bu, terkadang hidup memang sialan, aku dipaksa harus menjadi orang baik, tak boleh marah dan harus selalu sabar. Hal itu pula yang membuat dunia semena-mena terhadap kita, bu.
diriku, 'bak pasar malam, dunia datang dan pergi mencari hiburan, wahana usai aku kembali sendirian, dengan sepi dan sisa kubangan tanah becek serta lumpur di badan.
Bu, badai kali ini kencang sekali, hanya gigil ringkih yang kau dengar jika sekarang aku kembali kepadamu, remuk jiwaku, tulangku sedang tidak membara.
Lagi-lagi memang benar katamu, ada beberapa orang di hidup kita; yang ketika ia pergi, ia juga membawa sepotong hati kita....
173 notes · View notes
palupiyuliyani · 4 months
Text
Jujur tulisan ini sindiran, tetapi bisa jadi suatu saat pun akan menjadi pengingat untuk diri sendiri. Maafkan aku, hal ini sungguh sangat mengganggu pikiranku
Beberapa hari ini ada rekan kerja yang selalu menjadikan alasan yang menurutku sepele untuk menunda-nunda bahkan tidak menyelesaikan pekerjaanya.
Jujur gemas sekali, kadang berusaha melapangkan hati membantu, tetapi ujung-ujungnya pekerjaan berikutnya tidak rampung. Padahal kalau mau di kerjakan tidak sampai satu jam selesai.
Mungkin inilah alasan kenapa banyak orang yang sebenarnya bisa dan disiplin tetapi tidak mau nampak seperti itu, karena mereka akan dijadikan tulang punggung untuk membackup orang-orang yang suka menunda begini.
Terkadang ada juga yang bilang "mbak kan belum punya anak, jadi masih longgar waktunya" atau kalau sama si single "kemu kan masih single jadi punya banyak waktu untuk ini itu"
Mau tukeran kondisi kah?
Kamu yang menanti anak, aku yang punya anak?
Atau kamu yang berada di posisi menunggu jodoh?
Menunda pekerjaan itu soal kebiasaan, kemauan dan manajemen diri, tidak ada hubungannya dengan status.
Kalau manajemen diri dan waktunya sudah bagus. Mau masih SMA, kuliah, full organisasi, sudah nikah, punya anak satu-dua-tiga, bahkan sudah punya cucupun, insyaAllah dia akan tetap bisa membagi waktunya dengan baik, walaupun tetep ada hal yang harus di korbankan.
Misalnya, mendadak ada pekerjaan yang harus selesai hari ini tapi rumah berantakan. Dia langsung berpikir dan memutuskan mana yang lebih urgent. Kalau pekerjaanya urgent, ya waktu beres-beres harus dikorbankan dulu.
Atau ada pekerjaan dengan batas waktu seminggu. Maka dia harus bisa menata waktu bagaimana caranya supaya seminggu itu bisa selesai.
Sekali lagi tidak menunda itu soal kemauan, manajemen diri dan manajemen waktu. Bukan status. Jangan banyak cari-cari alasan apalagi bilang enaknya enak yaa..
Semoga kita semua selalu istiqomah dalam kebaikan dan diberikan hati yang selalu lapang dalam menerima masukan, hati yang tidak pernah lelah untuk refleksi diri.
19 notes · View notes
nonaabuabu · 1 year
Text
Aku Ingin Pulang
Lama aku pandangi komputer, tanpa melakukan apa-apa. Kepalaku kosong sejenak sebelum akhirnya diserang ribuan pemikiran yang bersimpul satu, aku seharusnya tidak di sini.
Sejenak aku membayangkan hamparan biru laut, gelombang pasang datang bergulung, aroma asinnya menusuk hidung. Di kejauhan sana aku melihat perahu nelayan, saat aku mendekat ke bibir pantai padina, gracilaria, caulerpa, halophila, merambat di antara jari jemariku.
Tapi aku masih di sini, ruangan berpendingin yang barangkali diimpikan banyak orang, membuka lembar demi lembar dan mengoreksi satu demi satu.
Aku sudah ada di ambang batas itu.
Aku jenuh.
Ketika aku pejamkan mata, aku bisa mendengar suara jangkrik malam hari, kodok yang bersahutan, lolongan anjing, juga hening yang panjang. Aku merasakan kamar kecilku di kampung yang tak pernah terusik dengan deru kendaraan yang bersahutan.
Hanya butuh sedetik kemudian aku merasakan tanganku meraih ranting pohon rambutan, memetiknya dengan wajah berseri dan hati membuncah. Tak berapa lama aku sudah berdiri di tepian danau, menelanjangi diriku dan membiarkan air danau membelainya.
Aku rindu, alam.
Melebihi aku merindukan semua afeksi yang kuidamkan, dari orang tersayang atau adam yang kuimpikan.
Aku bisa merasakan dauan-daun yang kutemui sekarang sedang menatapku kasihan, karena tanganku lebih suka bermain di papan tuts demi lembaran rupiah, padahal mereka tahu aku selalu bahagia saat seluruh tubuhku merebah di tanah.
Adakah yang telah hilang dari apa yang kupahami tentang kehidupan? Sebenarnya kepada siapa aku mengorbankan semuanya jika Ayah saja tak pernah meminta melebihi aku bahagia?
Apa yang kucari di sini? Pundi-pundi untuk mampu membeli buku, ya barangkali. Tapi di selanya, aku menikmati menjadi perempuan kota yang mengasingkan diri ke bioskop, ke tempat-tempat bagus, pusat perbelanjaan, makanan mahal yang tak menyisakan apa selain pengalaman, baju baru agar layak di antara dunia sosial, lalu hingga akhirnya berlomba sekali lagi demi uang yang lebih banyak.
Mau sampai kapan?
Aku tak seharusnya di sini. Aku tak seharusnya mati di ruangan ini. Aku ingin melihat lebih banyak kehidupan yang hening, bising terlalu menciptakan aku yang berkomentar seperti orang sinting.
Aku harus pergi, apapun yang terjadi kemudian hari, aku harus pergi. Tapi mulai dari mana aku melangkah?
Rumah, ya barangkali aku hanya butuh rumahku yang dikelilingi pohon kapuk menjulang. Yang kala bulan purnama menampilkan langit paling indah di Sumatera Utara. Ya, aku harus pulang.
Alam memanggilku pulang, dan kota seperti penjara yang menjadikanku penjahat. Aku harus pulang, sebelum aku kehilangan kesadaran untuk kembali ke rahim alam.
49 notes · View notes
beningtirta · 8 months
Note
Assalamu'alaikum kak, punya rekomendasi buku-buku bagus untuk yg mau nikah ga? Ingin sekali mintaaa hehe makasih kak :'D
In case yang punya blog sudah menikah, selamat!
Duh ini pertanyaan masuk inbox tahun berapa ya? *lap debu inbox
Mohon maaf kalo jawaban atas pertanyaan ini sudah tidak relevan karena momennya sudah usang.
Tapi saya coba balas, setahu sedangkal ilmu saya:
Waalaykum salam warahmatullah
Menarik sekali pertanyaannya. Kalau saya dulu sebelum nikah tidak banyak baca khusus persiapan menikah.
1) Sepertinya yang saya baca pertama itu buku kecil di musholla kampus *judulnya bisa lihat di Goodreads saya* intinya tentang pertanyaan apa aja sih yang perlu dibahas dengan calon/pacar/prospek.
2) Saatnya Untuk Menikah
3) Rumah Tangga (bukunya Fahd)
4) The Muslim Marriage Guide
5) Sabtu Bersama Bapak, ini buku yang saya baca saat istri saya @syofarahals hamil. It's too late, but it's a pretty deep book about running a family.
6) *agak relevan tapi tidak khusus pranikah* Buku-buku novel/antologi/kumpulan cerpen tentang perempuan atau yang dikarang oleh penulis perempuan.
9 notes · View notes
penaimaji · 2 years
Text
Pasangan itu Saling Berpengaruh
Sudah lewat satu tahun, ada pengaruh besar dari pasangan yang aku rasakan antara sebelum dan sesudah menikah, yaitu tidak terlalu reaktif
Di tempat kerja sebelumnya, aku mungkin terkesan kritis, vokal dan reaktif. Aku selalu memberi masukan dan saran, meski tujuanku baik, sering juga disalahpahami. Kalau bahasa suroboyoan nya, sek cilik wes ngelamak wkwk. Kalau kata teman dekatku, kadang2 argumenku ini terlalu to the point, sehingga membuat orang lain yang mendengar merasa terintimidasi
Bahkan kebiasaan di kampus dulu, aku terlalu berani untuk meminta hak/keadilan, tanpa melihat siapa yang sedang aku hadapi. Sempat juga cekcok dengan pegawai perpustakaan yang memblokir kartu tanda mahasiswaku selama satu semester terakhir saat proses skripsi, karena aku ketahuan membawa KTM teman ketika di perpustakaan
Jujur saja, aku tidak tahu menahu soal KTM yang ternyata tidak boleh dipinjam orang lain. Karena selama ini tidak ada peraturan hitam di atas putih. Aku bahkan sudah tamat membaca tatib dan katalog kampus
Saat itu, aku meminta bukti mana yang merupakan peraturan secara tertulis pada petugas perpustakaan. Saat itu, petugas yang bersangkutan tidak bisa menjawab, ia hanya bilang kalau peraturan sudah sering diumumkan di speaker setiap pagi
Tapi aku mengatakan, tidak semua mahasiswa datang ke perpustakaan pagi-pagi, bagaimana bisa tahu peraturannya? Aku dibilang minim literasi, padahal di buku pedoman kampus juga tidak ada peraturan tersebut. Rasanya kesal. Kalau tidak sedang skripsi, mungkin bukan jadi masalah buatku. Namun, saat itu aku sedang menjalani masa hectic skripsi
Setelah kejadian tersebut, kulihat terpampang di mading depan perpustakaan tertulis peraturan-peraturan yang sudah dilengkapi kop surat, cap dan tanda tangan kepala. Aku tersenyum kecil dan bergumam, ternyata berguna juga aku protes kemarin wkwk
Ada banyak cerita, yang mungkin menurut orang lain aku terlalu berani. Namun semenjak menikah, rasanya lebih berhati-hati. Tidak mudah angkat suara, atau berkomentar
Beberapa hari yang lalu, aku kesal ketika antri di RSUD; yang merupakan satu-satunya rumah sakit di daerah tempat tinggalku. Suami sudah mengambil urutan awal, tapi tidak dipanggil di poli, sampai tersisa tiga pasien
Aku yang sudah dongkol rasanya ingin marah, karena sebelumnya suamiku sudah kusuruh bertanya ke petugas poli anak, kenapa nama anakku ini belum dipanggil. Katanya disuruh sabar wkwkwk hash, mana gak jelas juga antriannya. Asli, buruk banget pelayanannya sekelas RSUD. Aku sudah bersiap-siap mencari kontak pengaduan pelayanan RS ini
Kaya uda nggak bisa berkata-kata lagi. Sesak rasanya lihat anakku yang sudah lemas, hampir kejang saat itu. Ternyata memang ada miss komunikasi dari pihak administrasi ke poli. Alasannya gak logis dan aneh. Dengan enaknya kaya gitu, rasanya pengen memaki-maki, masa gak ada sistem sih disitu? Gak ada bedanya juga antara pasien bpjs sama umum
Aku sampai nangis, bukan sedih, tapi marah buanget, sampai suamiku berusaha menenangkanku
Sampai rumah, aku jadi heran sama diri sendiri, kenapa aku nggak bisa bersuara saat itu? Wkwkwkwk
Bisa habis petugas di ruangan poli itu kalau aku sudah bersuara, tapi sekali lagi, aku benar-benar menimbang baik tidaknya, untuk angkat bicara di tempat umum
Kini, jtustru sebaliknya dengan suamiku yang people pleaser dan banyak ga enakannya sama orang lain. Aku membuat dia berani berkata tidak; membatasi apa yang tidak sesuai dengan kesanggupan dia, juga berani menyampaikan pendapat dan bersuara
Aku yakin dia tentu lebih tertata rapi bahasanya, karena memang bawaan dia yang calm. Sampai dia pernah dipuji dengan kepala kantor provinsi, kalau public speaking dia sudah sangat bagus. Gak kaya aku🤣
Aku pikir, yang namanya jodoh tentu akan selalu tarik-menarik; saling mengisi; saling menyeimbangkan. Semoga kita semua bersyukur, bahwa pasangan kita memang bagian dari rezeki kita. Tiada manusia tanpa cela, tinggal kita aja bagaimana banyak-banyak melihat kelebihannya, dan berusaha memaklumi kekurangannya, saling bekerjasama, menyelaraskan dalam satu titik menuju jalan yang diridhoi-Nya
Buntok, 2 November 2022 | Pena Imaji
78 notes · View notes
Text
Tumblr media
DIJAMIN NYAMAN, Hubungi 0812–1244–2489, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Bogor Winata Properti
KLIKhttps://wa.me/6281212442489, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat SPBU Pertamnina 34.163.08 Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Apotek K24 Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Go Steak Panorama Bali Residence Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Aldira Shop, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat SMA NEGERI 1 Ciseeng
Winata Properti
Kota Wisata, Ruko Boston Blok RK 2 Nomor 38 Cibubur
Kelurahan Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor
( Dekat Starbuck Kota Wisata )
Langsung Owner
0819–9925–0870
Kunjungi Juga :
#rumahbagus, #rumahbagusmurah, #rumahbagusdijual, #rumahbagusampera, #rumahbagusadakolamrenang, #rumahbagusarcamanik, #rumahbagusbaru, #rumahbagushargabagus, #rumahbagusiaphuni, #rumahbagusidaman
0 notes
menungguminggu · 1 month
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
desain-desain tentang Titi waktu masih belum nikah~ Titi sekarang di ruangan sebelah, lagi rebutan buat maen komputer sama Arsya soalnya ada game baru. Raska tidur pules di kamar soalnya diajak jalan-jalan seharian. Mili sama Miko udah anteng di singgasananya masing-masing. Bahagia soalnya dibelikan makanan kucing baru. Dulu, di akhir masa kuliah, pernah ada teman yang tanya soal apa mimpi masa depanmu. Agak lama mikir soal itu. Dulu mikirnya pengen jadi creative director terkemuka. Jadi terkenal dan diakui. Kerja di company luar negeri dengan gaji tinggi biar bisa hepi-hepi untuk diri sendiri. Tapi lama-lama kok mimpi semacam itu jadi sama sekali nggak menarik ya. Jadi lembek kayak tempe mendoan kemarin. Selalu aja muncul pertanyaan "Lha kalau udah terkenal terus mau apa? Apa ya kerja kerasmu itu cuma buat mencari approval dari orang lain? Terus sampai mana akhirnya?".
Setelah dipikir-pikir, yang saya inginkan itu ya cuma punya rumah kecil, terus tiap hari bisa antar jemput anak sekolah dan pulang kerja disambut istri. Sesekali keluar jalan-jalan sore naek motor. Beli bakso di warung langganan atau cuma beli teh kotak di Indomaret. Cerita bareng sama anak soal dinosaurus atau binatang favoritnya sambil baca buku bagus di kamar. Udah. Gitu aja. Sempet diketawain juga sama teman lain waktu denger jawaban itu. Kok sederhana banget. Mimpi itu ya mestinya tinggi, katanya. Tapi pada titik itu rasanya saya sudah pada fase menerima bahwa apa yang dianggap sebagai 'kesuksesan' mungkin tidak selalu berjalan paralel dengan kebahagiaan. Dan akhirnya saya memilih untuk bahagia dan hidup dengan tenang. Walaupun pilihan hidup semacam itu terdengar seperti seorang pecundang atau orang kalah di dunia seperti sekarang ini. Dunia yang seakan mengharuskan orang untuk tampil bersinar dan selalu jadi pemenang. Tapi ya mau bagaimana lagi. Kalau ada hal yang saya sadari di usia 34 tahun itu ya kenyataan bahwa saya itu ternyata ya orang biasa. Dan itu nggak apa-apa. Saya sudah menerima bahwa saya tidak perlu membuktikan pada dunia di luar sana tentang apapun karena saya sudah memiliki tempat di dunia kecil milik saya sendiri. Dan Alhamdulillah ternyata jawaban saya itu ternyata dikabulkan Gusti Allah. Semuanya.
3 notes · View notes
lupitamhswri · 1 month
Text
Karena Mereka Menjadi Orang Tua untuk Pertama Kalinya
Tempo hari ketika kumpul keluarga, aku mengirim gambar bucket bunga yang aku inginkan untuk dikirim di hari wisudaku ke adek, karena dia berhalangan hadir.
Ibuku penasaran dan mengintip dari layar HP anak-anaknya sambil kepo,"Gambar apa itu?" "Itu lho bu, mbak milih bunga buat yang dikirim pas wisuda. Kan aku ga bisa dateng." "Iya bu, aku pengen dibawain buket bunga yang aku pengen jadi aku minta adek aja. Soalnya agak mahal, biar adek aja yang beli." Ibu menjawab, "Dibeliin ibu sama bapak juga ga apa-apa. Dulu tuh pas ke wisuda kamu di Bandung, ibu pertama kalinya ke wisudaan anaknya. Gatau kalau ke wisuda pada bawain bunga. Dulu mikir, pada beli dimana bunga bagus-bagus gitu. Di sekitaran kampus bunganya kayaknya ga sebagus itu. Sekarang udah tau, sini ibu aja yang beli ga apa-apa."
Lain lagi dengan bapak, ketika aku pulang ke rumah dan pamit mau pergi keluar sering sekali bapak nawarin buat mengantar. Padahal aku udah biasa kemana-mana sendiri jadi terkadang merasa aneh, merasa takut merepotkan. Sepertinya dari jaman kecil sampai dewasa ini, justru sekarang paling sering momen dianterin kemana-mana. Kalau kata ibu, mungkin bapak suntuk di rumah terus, gapapa dianter aja.
Obrolan di dalam mobil bapak sempat bilang ini, "Bapak pensiun gini jadi nganterin ponakan yang masih TK ke sekolah, mungkin gitu ya rasanya nganter kamu sama adek pas seumuran itu." "Iyaya, dulu aku sama adek naik becak antar jemput berangkat dan pulang bareng rombongan. Satu becak bisa berenam. Kadang dulu sedih kalau lihat si A diantar sama bapaknya. Tapi kata ibu dulu kan memang bapak kerja jauh buat aku sama adek sekolah."
...
Dari percakapan-percakapan itu aku sadar, ada luka saat aku kecil. Mungkin ini salah satu efek 'fatherless', karena bapak bekerja diluar Jawa dan hanya bertemu Bapak beberapa bulan sekali. Sebelum telepon dan HP merebak, ibu dan bapak berkabar perkembangan anak-anaknya lewat surat dan foto-foto. Dari situasi ini seringnya narasi yang disampaikan anak diposisikan sebagai korban, tapi sebenarnya mereka(orang tua) pun ternyata terluka. Ada hal-hal yang perlu dikorbankan untuk memenuhi segala kebutuhan. Bagi keluarga tanpa privilese, hal ini mungkin jadi sesuatu hal yang normal dan merupakan jalan yang harus dijalani.
Karena mereka menjadi orang tua untuk pertama kalinya, anak pun tidak dapat memilih terlahir dari keluarga seperti apa, tapi setidaknya setiap dari mereka menyadari posisi, kondisi, dan tindakannya. Aku merasa setiap keadaan/tindakan yang mungkin di cap sebagai kesalahan pengasuhan atau malah kebaikan/hikmah yang dapat diambil adalah narasi pada setiap artikel parenting tanpa memasukkan faktor spesial setiap keluarga.
Dewasa ini setelah lebih sadar akan kesehatan mental, luka masa lalu dan pengaruhnya di hidup seseorang saat ini dan di masa depan, mungkin saatnya untuk saling menyembuhkan. Membasuh perlahan luka dan berdamai, mensyukuri dan memahami tanpa menghakimi lagi apa yang sudah lewat. Memang ya, menjadi orang tua (menjadi manusia) adalah proses belajar sepanjang umur.
Sidoarjo, 27 Agustus 2024
2 notes · View notes
dilbaaah · 9 months
Text
SELF REMINDER 2024-
Niatkan semuanya lillah
Bersihkan hati: hindari sombong, riya' dengki, benci, marah, bangga hati.
Sholat lima waktu awal waktu
Ucapkan bismillah sebelum melakukan apapun
Ucapkan alhamdulillah setelah melakukan apapun
Maafkan orang lain siapapun itu sebelum tidur
Bangun dalam keadaan sudah ikhlas dan hati lapang, tidak merasa benci dengan siapapun
Totalitas dalam melakukan apapun, ga boleh setengah-setengah
Tepat waktu tiap menghadiri perkumpulan atau janji bertemu dengan siapapun
Ucapkan yang baik-baik aja, kalo mau ngomong yang ga baik mending diam. Berlaku juga di social media. Mau itu di first atau second accountmu, real atau fake accountmu
Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan
Hidup sehat, sayangi tubuhmu
Rutin dengerin kajian minimal sekali seminggu, ga harus langsung ke majelis ilmu. Lewat youtube juga bisa, jangan lupa untuk dicatat.
Perhatikan apa yang kamu tonton dan dengar. Inputmu adalah outputmu. Jika yang kamu konsumsi adalah yang baik-baik, maka yang akan muncul darimu juga sesuatu yang baik
Rencanakan harimu. Buat list apa saja yang ingin dilakukan di hari itu. Ga usah muluk-muluk harus banyak. Lima poin terpenting udah cukup, tapi bener-bener dilaksanakan. Jangan biarkan hidupmu hanya mengalir seperti air
Letakkan barang di tempatnya. Jangan buang waktumu hanya sekadar mencari barang yang hilang
Bersihkan serta rapikan kamar dan rumahmu secara berkala (bisa setiap pagi atau sore) Kalo kamar dan rumahmu bersih dan rapi, otakmu akan mampu berpikir dengan baik
Set 30 menit sebelum tidur adalah waktu tanpa melihat layar handphone lagi
Bangun tidur usahakan untuk tidak langsung melihat handphonemu, kalo bisa langsung rapikan kasurmu, sholat, dan lakukan aktivitas lain
Jadilah morning person, banyak hal yang bisa dilakukan ketika pagi untuk menghindarkan tidur pagi
Setiap hari adalah waktu untuk bersedekah. Tidak melulu soal uang, bantuanmu atau senyummu juga berupa sedekah
Kalau mau rutin sedekah uang akan lebih bagus lagi, buat tabungan khusus untuk sedekah pagi. Sehabis sholat shubuh langsung masukkan uang ke tabungan sedekahmu. Nominal kecil gapapa, tapi konsisten setiap hari. Jika sudah penuh, bisa dikeluarkan dan berikan untuk orang yang tidak mampu, masjid, atau dibelikan sembako dulu baru dikasi ke orang yang membutuhkan
Perbanyak makan buah dan sayur. Ini baik untuk pencernaanmu. Buah itu ga mahal, kalo belinya yang musiman.
Cobalah untuk tidak mengomentari orang lain, kita tidak pernah tau mengapa dia memilih melakukan itu
Sempatkanlah tidur siang, walau cuma 15 menit. Maksimal sejam. Tidur siang bisa membuatmu lebih semangat dan bugar menjalani kehidupan setelah siang hari
Berbaik sangkalah terhadap apapun. Meskipun baik sangkamu ternyata salah, setidaknya tidak menambah dosamu karena berburuk sangka.
Usahakan agar waktumu tidak sampai kosong. Isi dengan baca Al-Qur'an, baca buku, bersih-bersih rumah, masak, atau lalukan apapun yang sudah jadi hobbymu
Targetkan sebulan baca satu buku bermanfaat. Entah itu self improvement, nambah ilmumu, atau perluas wawasanmu
Perbanyak istighfar. Minimal 30x istighfar tiap abis sholat udah bagus. Lebih bagus lagi tiap kamu diam, dalam hati kamu beristighfar
Syukuri apapun yang kamu miliki, sesedikitpun itu, bahkan ketika itu tidak sesuai dengan harapanmu.
Balaslah kebaikan orang yang telah berbuat baik kepadamu. Balaslah dengan yang lebih baik atau yang sama. Kalau tidak bisa membalas kebaikan yang sama, setidaknya doakanlah.
Jaga pikiranmu, hatimu, omonganmu, matamu, telingamu. Pergunakan mereka semua dalam kebaikan.
Berikan lalu lupakan
Ikhlaslah dengan apa yang sudah terjadi.
Tiap mau keluar dari rumah, baca Bismillahi tawakkaltu 'alallah wa laa haula wa laa quwwata illa billah plus baca ayat kursi.
Menabunglah, jika sudah cukup baru beli apa yang kamu inginkan. Jangan pernah membeli sesuatu dengan akad hutang maupun kredit
Kalo bisa, usahain untuk tidak sering2 scroll reels, YouTube short, ataupun tiktok. Informasi yang bermacam2 dalam satu waktu membuatmu menerima banyak informasi tapi tidak mendalam. Itu hanya membuat otakmu bingung.
Jadilah pribadi pembelajar. Jadikan belajar adalah kegiatan yang menyenangkan. Belajar dari apapun. Dari orang lain, dari buku, dari yang kamu baca, yang kamu lihat, bahkan dari masalahmu sendiri kamu bisa temukan pelajaran
Tetapkan puasa sunnah tambahan. Boleh rutin puasa Senin Kamis, boleh puasa ayyamul bidh, atau puasa daud kalau mampu dan konsisten.
Jadikan hari jum'at adalah harimu untuk lebih banyak bersedekah. Bisa buat nasi kotak berapapun itu, kasi ke orang yang tidak mampu yang kamu temui di sepanjang jalan
Setidaknya satu atau dua skill kamu kuasai tahun ini. Skill pertama konsisten dijadikan kebiasaan di enam bulan pertama. Skill kedua konsisten dijadikan kebiasaan di enam bulan berikutnya. Skill rekomendasiku yang menurutku penting untuk dikuasai: bahasa Inggris, komunikasi efektif, public speaking, microsoft excel.
Biasakan untuk mengucapkan maaf, tolong, dan terimakasih
Tidak perlu terlalu berharap setahun penuh akan baik terus dan maksimal. Fokuslah pada hari ini. Hari yang kamu miliki. Jika sudah bertemu besok, fokuslah lagi di hari esok itu. Maksimalkan hari yang kamu jalani
Tidak usah memperlihatkan sedihmu, susahmu, dan kegagalanmu di publik. Baik secara langsung maupun di sosial media. Yang tidak baik darimu, disimpan sendiri saja. Jadilah tangguh tanpa perlu ingin dikasihani
Milikilah keberanian untuk menggapai mimpi-mimpimu
Luangkan waktu untuk mengevaluasi dirimu, progressmu, akhlakmu
Fokuslah dengan apa yang sedang kamu lakukan
______________________________________________
Sekian, tahun ini mesti lebih baik dari tahun sebelumnya. Aamiin🤲✨
8 notes · View notes
iniuntukesok · 1 year
Text
"Iya gapapa, sabar aja. Kamu udah ikhtiar dan doa, sisanya biar Allah yang atur." - Mama
Mama selalu menimpali soal sabar dan ikhlas tiap kali aku cerita tentang sesuatu yang sedang kuusahakan dalam hidupku, pun menyoal kesulitan yang kualami.
Mama selalu jadi pelipur lara terbaik di dalam rumah atas luka-luka yang kubawa dari luar rumah. Setiap kali Mama bilang, "Gapapa ya" sontak hatiku mendingin, tak lagi panas juga gusar. Seolah semua mendadak benar-benar menjadi tidak apa-apa. Ia lah penyejuk hatiku. Sekecil kutanya, "Aku cocok gak pake ini?" Aku mendadak tak peduli lagi pendapat orang lain ketika Mama bilang, "Iya, bagus!"
Ya, Mama adalah penyejuk hati bagi siapapun yang ada di rumah; bukan hanya aku. Sosok yang siap menerima segala cerita anak dan suaminya, tak pernah tak peduli meski ceritaku hanyalah cerita tentang orang lain yang tak ada sangkut pautnya dengan hidupku ataupun hidupnya, Mama selalu menanggapi dengan antusias. Ma, terima kasih ya....
Terima kasih karena telah mengajarkanku jadi pribadi yang berhati lapang juga baik melalui akhlakmu sebagai seorang Ibu. Ma, terima kasih banyak...
4 April 2023/14 Ramadhan 1444 H
22 tahun hidup bersama Mama, manusia yang paling cintaiku, penyejuk hatiku. Tapi di hari itu, aku kehilangan penyejuk hatiku, Ma. Iya, aku kehilangan Mama untuk selama-lamanya.
Pada saat itu hatiku lebih daripada gelisah, hatiku sakit sekali. Tapi, tak ada yang bilang, "Gapapa ya" tak ada yang menyampaikan itu dan buat hatiku sembuh dari rasa sakit. Tiba-tiba tak ada sabar yang hadir di kesulitanku untuk ridho pada ketentuan-Nya untuk melepaskanmu malam itu.
Ma, di mana lagi harus kucari penyejuk hati sepertimu dalam hidupku? Tak akan bisa kudapati lagi. Ma, apakah hanya 22 tahun saja aku dapat bersamamu? Aku belum banyak belajar jadi Ibu yang baik darimu, aku belum banyak berbakti untukmu, aku belum... siap kehilanganmu. Sungguh....
Selama apa pun Mama pergi, cintaku tak akan pernah sirna dan rasa kehilangan ini tak akan pernah pudar. Bukan karena aku tak ridho atas ketetapan-Nya, melainkan karena aku tak mau melupakan Ibu yang sangat kucintai. Selamanya aku akan selalu ingin mengingat Mama.
Ma aku baik-baik saja, hanya terkadang rindu dan meneteskan air mata. Aku bersyukur sekali bisa jadi anak Mama, semoga nilai-nilai kebaikan yang Mama tanam untuk aku tak akan pernah pudar dan bisa aku terapkan selalu. Terima kasih sudah jadi figur Ibu yang paling ingin aku tiru. Aku, ingin anakku juga bersyukur punya Ibu seperti aku nanti, sebagaimana aku sangat bersyukur punya Ibu seperti Mama.
Ma kita buka Ramadhan tahun ini bersama, tapi aku harus menutupnya tanpa Mama. Sampai jumpa di Syurga-Nya ya, Ma. Semoga doaku selalu membersamai Mama...
#Alfatihah
33 notes · View notes
payungbercerita · 1 year
Text
AKU SIAP MENIKAH
Hal-hal yang aku rasa cukup ternyata mengantarkan aku untuk menyadari bahwa aku ini masih belum cukup untuk dikatakan siap
Dulu beberapa bulan setelah lulus SMA, aku mendapatkan 3 undangan pernikahan dari teman SMA-ku. Saat itu tidak banyak yang aku lakukan kecuali mengucapkan selamat dan turut berbahagia atas rezeki yang Allah tetapkan kepada mereka. Tapi di sisi lain, aku juga berpikir:
“Hah? Ini beneran mereka nikah? Si A ini kan orangnya manja, pas di asrama saja dia gak bener-bener belajarnya. Si B juga, kok bisa-bisanya dia yang duluan nikah padahal kan orangnya jarang mandi gak pintar merawat diri sendiri? Apalagi si C, dia kan manja banget sama orang tuanya, pengennya dijenguk saja pas lagi di asrama dulu? Ini beneran orang-orang yang kaya gini yang duluan nikah?”
Sebelum lanjut, ucapkan Astagfirullah dulu yaa hehe. Pemikiran ini tidak benar ya teman-teman. Sekarang aku juga sadar bahwa pemikiran tersebut ternyata hadir dari perasaan merasa lebih baik dibandingkan orang lain dan itu tidak seharusnya ada pada pribadi seorang muslim.
Oke lanjut. Saat itu, jujur saja aku memang merasa lebih baik daripada mereka dari segi kepribadian, kepintaran dan juga prestasi yang selama ini aku punya. Sampai akhirnya, setelah berada di rumah pun (aku dulu di asrama), aku merasa banyak hal yang ternyata aku ini cukup siap untuk menghadapi banyak hal, salah satunya juga “pernikahan”.
Pertama, kesabaran. Saat itu, aku merasa bahwa kesabaranku begitu luas, bisa sabar menghadapi orang lain, bisa sabar menghadapi orang tua, bisa sabar menghadapi tetangga, bisa sabar menghadapi pertemanan dan lain sebagainya. Sehingga aku pikir bahwa menghadapi seseorang yang menjadi pasanganku nanti adalah suatu hal yang mudah. Tapi menginjak umurku yang ke 23 tahun ini, aku menyadari suatu hal, bahwa ternyata aku tidak cukup sabar untuk menghadapi semua itu. Regulasi emosi yang ternyata masih berantakan. Menghadapi orang yang tidak semuanya menyukai kita juga amat melelahkan. Pekerjaan, tuntutan dari rumah maupun tempat kerja kadang menguras banyak energi dan pikiran. Belum lagi, semakin dewasa semakin banyak hal yang tidak aku sukai terjadi dan ini kadang merusak mood dan membuat emosi cenderung negatif.
Kedua, Cara mendidik (ilmu parenting). Aku adalah penyuka anak-anak dan menjadi seorang guru di salah satu sekolah dasar yang pastinya dikelilingi oleh anak-anak yang menggemaskan. Dulu, aku berpikir dengan modal itu, aku cukup siap untuk menikah. Sampai akhirnya, setelah 6 bulan aku mengajar di sana, aku lebih mengenal diriku sendiri dan mendapati banyak hal. Bahwa mendidik bukanlah tugas yang mudah. Aku perlu tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan anak, perlu tahu bagaimana caranya mengatur emosi, perlu tahu bagaimana caranya memanajemen pembelajaran yang menarik untuk anak dan banyak hal lainnya yang tidak kalah penting. Semua hal itu, ternyata tidak banyak yang aku tahu dan aku merasa sangat-sangat minim pengetahuan tentang ilmu mendidik. Yaaa, pada akhirnya aku menyadari bahwa ilmuku terkait pernikahan dan juga mendidik tidak cukup untuk mengatakan bahwa aku ini siap untuk menikah.
Ketiga, Komunikasi. Cara aku berbicara, pilihan kata, cara menyampaikan, bagaimana komunikasi saat aku sedang ada masalah dengan pasangan, orang tua, sahabat dan lain sebagainya ternyata perlu sekali ilmu. Dulu, aku berpikir bahwa komunikasi hanya sebatas ya ngobrol saja, spontanitas, tidak perlu banyak hal yang dipikirkan, apa adanya saja dan semaunya aku. Tapi ternyata tidak sesimpel itu, bahkan ilmu yang mungkin aku rasa sudah cukup, itu perlu penerapan yang baik dan semua itu tidak mudah. Akhirnya, aku merasakan bahwa aku ini belum cukup untuk dikatakan siap menikah.
Sebenarnya masih banyak hal yang aku rasa kurang di dalam diri aku dan itu cukup membuat aku merasa belum siap untuk menikah. Tapi mungkin teman-teman bertanya:
“Terus teman kamu, kok bisa-bisanya Allah kasih rezeki menikah di usianya yang amat sangat muda?”
Ini pertanyaan bagus menurut aku karena mungkin selama ini, kita selalu merasa bahwa mereka tidak cukup siap untuk menghadapi pernikahan. Dalam pandangan kita, mungkin hal yang demikian bisa kita katakan benar dengan segala pemahaman dan prinsip yang kita pegang. Tapi perlu ingat teman-teman, bahwa menentukan kesiapan seseorang untuk menikah itu bukanlah hak kita, itu hak Allah yang mutlak lebih mengetahui dibandingkan siapa pun di dunia ini. Pasti ada hal kebaikan yang merupakan pembelajaran yang ingin Allah beri kepadanya dan menurut-Nya cara pemberian terbaik kepada meraka adalah dengan menikah.
43 notes · View notes
ameliazahara · 1 year
Text
Besok kerja✨
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau diri akan ada di masa ‘bekerja rutin’ selama tujuh hari dalam seminggu, iya, karena sabtu juga masuk kerja:(
Dulu itu, jam kerja kaya freelance, datang di waktunya aja. Ga perlu datang tiap hari. Kerjaan juga bisa dikerjakan di mana aja, tinggal ngumpulkan file nya aja. Ga harus unjuk wajah di kantor tiap hari, yang penting kerjaan selesai sesuai tenggat waktu.
Kala itu gue sebagai pengajar: guru juga dosen. Jam terbangnya sesuai jadwal. Ga terbenani sama sekali soal jam terbang:ngajar ini.
Dan agak terkejut juga ketika mendapati posisi ini dengan ketentuan harus datang bekerja setiap hari. Sebenarnya gak begitu terbebani juga karena bisa dilalui sebab dari rumah.
Ga perlu mikir buat makan, bento, biaya tinggal, uang jajan, dan bahkan bensin motor. Semua aman terjamin, alhamdulillah. Btw, tiap hari memutuskan buat bawa bento ke tempat kerja. Soalnya menu jualan di kantin tidak variatif. Walau kantinnya menyenangkan.
Lebih efisien bawa bento dari pada beli makan, di kondisi saat ini, dan dikondisi baru kontrol kawat gigi yang ngilunya seperti awal mula pakai kawat gigi. Walau kadang jarang dimakan, karena kadang pengen makan yang lain.
Sangat-sangat menikmati perjalanan dari rumah ke kampus. Pemandangannya bagus banget. Sejuk juga. Berasa healing setiap hari:’)
Kerjaan juga tidak ada tekanannya sama sekali. Ga kayak kemarin-kemarin, selain tekanan jobdesk, juga ada tuntutan yang banyak banget. Sekarang mah, lebih santai. Mengingat jam kerja yang lebih panjang, tuntutan kerjanya juga jadi terasa ringan. Bahkan di sini tuh ga terlalu terkekang. Bebas. Yang penting datang setor wajah.
Sebuah pilihan yang tidak disesali sama sekali.
Hanya saja, sebagai seseorang yang hidupnya dipenuhi deadline dan tekanan, dikasi suasana tenang malahan jadi gelisah. Ini lan yang sedang dalu rasakan. Padahal ya santai aja, ikuti alurnya. Malah jadi skeptis sendiri. Dan terheran-heran dengan kelapangan yang ada. Kenapa sih?
Tugas diri saat ini adalah hanya perlu menikmati senatural mungkin apa yang ada saat ini dengan tenang. Ga perlu mikir ini itu dan ga perlu juga banding-bandingin sama hidup sebelumnya. Ga usah terlalu ambis juga. Ga perlu terlalu mengejar. Tenang aja.
Bahkan untuk santai aja, diri harus disadarkan.
Apapun, itu besok senin, besok kerja!
11 notes · View notes
syarasabila · 3 months
Text
Security
Gatau ada angin apa rasanya pengen curhat dikit di akun tumblr aku yang udah lama gersang ini hahaha.
So, I've had this insecurity my whole life, yang aku sadari sejak SD: dark skin. Some people around me mostly gak sadar bahwa aku punya insecurity sama fisik, karena maybe aku kelihatan fine-fine aja dan bukan seseorang yang ogah tampil di publik? Hahaha. But, actually itu semua memang berawal dari rasa insecure aku sejak SD.
Sejak SD, aku sudah paham dengan konsekuensi warna kulit yang aku punya. Aku punya personal belief bahwa I'm not the one who can be accepted physically, so I have to do something supaya aku bisa diterima di lingkungan. Aku trabas semua kegiatan after school SD saat itu, mulai dari ekskul, lomba, olim, pramuka, MC acara sekolah, bahkan naifnya pernah lomba unofficial lama-lamaan lompat tali sampe perutku kram dan masuk UKS (tapi worth the price karena aku menang sih wkwkwk). Terus setiap malam pokoknya gamau main kemana-mana, aku harus buka buku, ngerjain PR. Pokoknya harus ngelotok sampe bisa. Aku harus coba semua.
Orangtuaku mungkin gatau kalau niat awalku ikut itu semua bukan karena aku naturally "suka", tapi cuma untuk pembuktian, yang padahal orangtua aku nggak nuntut sama sekali.
BUT, turns out, aku suka melakukan itu semua wkwkwk. Aku jadi anak yang suka nyoba hal baru, nggak takut gagal, trabas pokoe what doesnt kill you makes you stronger lah. At that time, I don't mind if I can't really specialize in anything, yang penting aku bisa rasain various things.
Sampai titik di mana aku ditawari SMA ke luar pulau, aku terima dengan senang hati. Padahal, keputusan itu adalah hal yang hampir tabu di keluarga besar both of pihak Ayah dan Ibu. Karena, yaah, keluar pulau mah normally pas kuliah, bukan dari SMP/SMA. Dan ternyata titik itu yang ngebawa aku bisa kuliah di perguruan tinggi yang dikenal bagus, ketemu berbagai macam orang, bisa ngerasain kegiatan yang gaada di daerah asal, sampai bisa dapat profesi yang jadi mimpi aku dari SMA (walaupun dilakukan sambil ngeluh-ngeluh juga wkwkwk).
Semua berawal dari: Insecurity terhadap warna kulit aku yang lebih gelap daripada orang-orang.
Tapi, tau gak, faktor terbesar yang bisa mewujudkan itu semua? Security dari orangtua yang mendukung.
Ayah dan Ibu gak pernah melarang aku untuk ikut semua ekskul itu. Gak pernah membatasi aku untuk belajar apapun. Membuka peluang untuk aku ngerasain dunia yang lebih luas sejak SMA. Percaya sama keputusanku untuk memilih kampus yang jauh dari rumah juga. Mendukung aku untuk kerja di tengah hutan, kerja beda provinsi, kerja beda kota. They're always behind me. And it's a previlege to have parents like them.
And it's really inspired me to be a provider parent like them in the near future who can give a shield of security for their child's insecurities :)
3 notes · View notes