#rumah yang bagus sekali
Explore tagged Tumblr posts
Text
DIJAMIN NYAMAN, Hubungi 0812–1244–2489, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Bogor Winata Properti
KLIKhttps://wa.me/6281212442489, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat SPBU Pertamnina 34.163.08 Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Apotek K24 Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Go Steak Panorama Bali Residence Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Aldira Shop, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat SMA NEGERI 1 Ciseeng
Winata Properti
Kota Wisata, Ruko Boston Blok RK 2 Nomor 38 Cibubur
Kelurahan Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor
( Dekat Starbuck Kota Wisata )
Langsung Owner
0819–9925–0870
Kunjungi Juga :
https://goo.gl/maps/MV2Te4tUgxpzG12w6
https://www.facebook.com/JualPropertiRumah/
#rumahbagus, #rumahbagusmurah, #rumahbagusdijual, #rumahbagusampera, #rumahbagusadakolamrenang, #rumahbagusarcamanik, #rumahbagusbaru, #rumahbagushargabagus, #rumahbagusiaphuni, #rumahbagusidaman
#rumah bagus di ciseeng#perumahan bagus#rumah yang paling bagus#rumah bagus#rumah sederhana bagus#rumah simpel tapi bagus#rumah yang bagus sekali#rumah bagus tapi sederhana#rumah bagus mewah#hadap rumah yang bagus#rumah bagus sekali#perumahan yang bagus#rumah yang sangat bagus#rumah bagus murah#rumah yang terbagus
0 notes
Text
Menikah itu nambah masalah
Menuju lima tahun pernikahan, tau-tau sudah mau berempat. Begitu cepat sekali waktu berlalu.
Dulu sebelum menikah, ada begitu banyak sekali kekhawatiran sehingga bisa mikir beribu kali untuk memutuskan menikah.
Memang benar kata seorang kawan "menikah itu nambah masalah"
Tapi ketenangannya juga bertambah, keberkahannya bertambah, rasa syukurnya bertambah dan kebahagiaannya pun bertambah.
Kadang bingung, waktu masih sendiri keresahannya banyak banget. Kok setelah menikah engga tau mau meresahkan apa lagi.
Mikirnya makin sederhana; jalani, jalani, jalani. Udah cuma gitu aja.
Yang mencukupi Allah, kenapa jadi kita yang bingung.
Satu ditambah satu logika manusia jawabannya dua. Tapi matematikanya Allah, jawabannya tak terhingga.
Memang benar, banyak tidak masuk akalnya. Tau-tau ada, tau-tau cukup, tau-tau bisa, tau-tau mampu melewatinya.
Kalau ada yang bilang menikah itu melelahkan, iya memang engga salah. Betul melelahkan.
Tapi ketika sudah sampai di rumah, capeknya hilang dan lupa sama lelahnya.
Menikah itu menjalani kesadaran.
Sadar sama-sama saling membutuhkan. Sadar sama-sama punya kekurangan. Sadar sama-sama punya kesalahan.
Kuncinya, jangan keluar jalur.
Ibarat melakukan sebuah perjalanan. Jika suami itu sopir, fokus dan pegang kendali. Karena penumpang di belakang engga peduli ngantuknya kamu.
Mereka cuma mau tau sampai di tujuan. Melencengnya kamu sana sini, membahayakan mereka.
Kamu ke luar jalur, celaka mereka.
Begitupun penumpang, tetap tenang. Jangan melompat atau pindah kendaraan lain, karena ada kendaraan yang lebih bagus.
Karena percuma sopir sampai di tujuan sendiri.
Dan belum tentu juga dengan pindah kendaraan yang lebih bagus, bisa bikin kamu lebih cepat sampai di tujuanmu.
Iya kalau sampai, kalau malah tersesat?
Karena tujuannya dari menikah ya cuma satu, yaitu membawa pernikahanmu selamat.
—ibnufir
597 notes
·
View notes
Text
Namaku Robert Umurku 22 Tahun Aku bekerja di salah satu perusahaan komunikasi, sebelumnya saya sering bolak balik dari rumah ke kantor lebih untuk sampai kantor , dan saya rasakan lelah sekali kalau dirumah hanya tidur terus paginya berangkat lagi, seperti itulah siklus kehidupanku,
Berikut adalah pengalamanku diwaktu tak terduga dimana saya dititipkan kunci Apartemen oleh Tante Vivi karena semua pembantu & sopirnya cuti lebaran, sehingga beliau tinggal di rumah
Hingga pada suatu sore, saat saya pulang kerja saya mendengar ada ketukan pintu di apartemenku , kemudian saya intip dari lubang pintu ternyata Tante Vivi.
“Ngga Robert ada surat atau tagihan kartu kreditku ngga dari Front Office depan?” jawanTante Vivi.
“Sepertinya ngga ada tante” jawabku
“Eh saya numpang ke kamar mandimu ya” sambil meringis, mungkin ia udah kebelet pips he he he.
“silahkan tan tapi kamar mandinya ngga sebersih punya tante lho maklum bujangan” kataku sambil tertawa.
” Ngga apa apa” jawabnya.
baru saya sadar bahwa si Tante Vivi memakai baju training tipis mungkin baru lari atau fitness di lantai 2.
“Abis lari ya tan” tanyaku
“Iya tapi nyari kamar mandi susah mana liftnya lama lagi” ujar Tante Vivi sambil ngeloyor ke kamar mandiku.
Sambil jalan ke dapur saya berfikir kok kayaknya ada yang salah ya dengan membiarkan si tante ke kamar mandi tapi apa ya?. Ya ampun tadi khan saya lagi nonton BF di laptop memang kebetulan mau coli sih maklum belum ada pasangan/pacar. Wah mati aku ketahuan dah sama Tante Vivi. Ah bodo amat bodo amat kaya ia ngga pernah muda aja.
Begitu keluar dari kamar mandi si tante senyum-senyum, wah malu deh aku.
“Hayo kamu tadi lagi ngapain Robert ? tanya si tante.
“Ngga ngapa-ngapain kok tan” jawabku sambil menunduk kebawah, Malu cing.
Dan tanpa saya sadari tiba-tiba ia mencekal tangan saya.
“Robert ..” katanya tiba-tiba & terlihat agak sedikit ragu-ragu.
“Ya Tante..?” Jawab saya.
“Eee.. nggak jadi deh..” Jawabnya ragu-ragu.
“Ada yang bisa saya bantu, Tante..? Tanya saya agak bingung karena melihat keragu-rasayannya.
“Eee.. nggak kok. Tante cuma mau nanya..” jawabnya dengan ragu-ragu lagi.
“Kamu sering ya nonton film itu di kamar mandi..?” tanya dia.
“Jangan marah dong , biasa lagi bujangan yang penting jangan main pelacur, jorok nanti kena penyakit” jawab Tante Vivi.
“Eee.. mau dibantuin Tante nggak..? sambungnya
“Maksud tante? Tanya ku wah ibarat ada lanjutan dari film ku tadi nih. Kayaknya si tante horni abis.
” Iya kamu nonton bareng tante khan biar ngga malu lagi” sambil melayang tangan Tante Vivi ke selangkangan ku.
“sana ambil laptop mu”
Asik banget dah pikirku tanpa tendeng aling-aling saya berlari kekamar mandi & membawa keluar laptop itu. Kemudian saya setel lebih dulu film yang tadi saya tonton & belum habis. Beberapa menit kemudian Vivi duduk disebelahku sambil membawa teh panas dengan wangi tubuh yang segar. Saya selidiki tiap sudut tubuhnya yang masih terbalut baju training & kemudian beliau melepas atasannya sehingga terlihat tanktop tipis biru muda yang agak menerawang tersebut, sehingga dengan leluasa mata saya melihat puncak buah dadanya karena ia tak memakai Bra.
Tanpa kusadari, di antara degupan jantungku yang terasa mulai keras & kencang, kejantananku juga sudah mulai menegang. Dengan santai ia duduk tepat di sebelahku, & ikut menonton film BF yang sedang berlangsung.
“Cakep-cakep juga yang main..” akhirnya ia memberi komentarnya.
“Dari kapan Robert mulai nonton film beginian..? tanyanya.
“Udah dari dulu Tante..” kataku.
“Mainnya juga bagus & tak kasar. Robert udah tahu rasanya belum..? tanya ia lagi.
“Ya sempet sih tan waktu di rumah sakit sama suster”
“wah enak dong lagi sakit di servis suster”Related PostsNov 4, 2021
“Iya tapi udah lama tan udah lupa rasanya, tapi kata temen-temen sih enak. Emang kenapa Tante, mau ngajarin saya yah? Kalau iya boleh juga sih”, kataku.
“Ah Robert ini kok jadi nakal yah sekarang”, katanya sambil mencubit lenganku.
“Tapi bolehlah nanti Tante ajarin biar kamu tahu rasanya”, tambahnya dengan sambil melirik ke arahku dengan agak menantang.
Tak lama berselang, tiba-tiba Tante Vivi menyenderkan kepalanya ke bahuku. Seketika itu pula saya langsung membara. Tapi saya hanya bisa pasrah saja oleh perlakuannya. Sebentar kemudian tangan Tante Vivi sudah mulai mengusap-ngusap tempat tubuhku sekitar dada & perut .
Rangsangan yang ditimbulkan dari usapannya cukup membuat saya nervous karena itu adalah kali pertama saya diperlakukan oleh seorang wanita yang usianya diatasku. Kejantananku sudah mulai semakin berdenyut-denyut siap bertempur.
Kemudian Tante Vivimulai menciumi leherku, lalu turun ke bawah sampai dadaku. Sampai di tempat dada, ia menjilat-jilat ujung dadaku, secara bergantian kanan & kiri. Tangan kanan Tante Vivi juga sudah mulai masuk ke dalam celanaku, & mulai mengusap-usap kejantananku.
Karena dalam keadaan yang sudah sangat terangsang, saya mulai memberanikan diri untuk meraba celana yang ia pakai. saya remas toketnya dari luar tanktop, & saya remas-remas, terkadang saya juga mengusap ujung-ujung tersebut dengan ujung jariku. “Ssshh.. ya situ Robert ..” katanya setengah berbisik. “Ssshh.. oohh..”
Tiba-tiba ia memaksa lepas celana pendekku, & diusapnya kejantananku. Akhirnya bibir kami saling berpagutan dengan penuh nafsu yang sangat membara. & ia mulai menjulur-julurkan lidahnya di dalam mulutku.
Sambil berciuman tanganku mulai bergerilya melalui celana trainingnya yang saya pelorotkan ke bawah sampai pada permukaan celana dalamnya, yang rupanya sudah mulai menghangat & agak lembab. saya melepaskan celana dalam Tante Vivi.
Satu persatu kami membuka baju, sehingga kami berdua menjadi telanjang bulat. Kutempelkan jariku di ujung atas permukaan kemaluannya. ia kelihatan agak kaget ketika merasakan jariku bermain di tempat seputar klitorisnya. Lama kelamaan saya masukkan satu jariku, lalu jari kedua.
“Aaahh.. sshh.. oohh.. terus Robert .. terus..” bisik Tante Vivi.
Ketika jariku terasa mengenai akhir lubangnya, tubuhnya terlihat agak bergetar. “Ya.. terus Robert .. terus.. aahh.. sshh.. oohh.. aahh.. terus.. sebentar lagi.. teruuss.. oohh.. aahh.. aarrgghh..” kata Tante Vivi.
Seketika itu pula ia memeluk tubuhku dengan sangat erat sambil menciumku dengan penuh nafsu. saya merasakan bahwa tubuhnya agak bergetar (yang kemudian baru saya tahu bahwa ia sedang mengalami orgasme). Beberapa saat tubuhnya mengejang-ngejang menggelepar dengan hebatnya. Yang diakhiri dengan terkulainya tubuh Tante Vivi yang terlihat sangat lemas di sofa.
“Saya kapan Tante, kan saya belum..?” Rujukku.
“Nanti dulu yah sayang, sebentar.. beri Tante waktu untuk istirahat sebentar aja”, kata Tante Vivi.
Tapi karena sudah sangat terangsang, kuusap-usap bibir kemaluannya sampai mengenai klitorisnya, saya dekati toketnya yang menantang itu sambil kujilati ujungnya, sesekali kuremas toket yang satunya.
Sehingga rupanya Tante Vivi juga tak tahan menerima paksaan rangsangan-rangsangan yang kulakukan terhadapnya. Sehingga sesekali terdengar suara erangan & desisan dari mulutnya yang seksi. saya usap-usapkan kejantananku yang sudah sangat amat tegang di bibir kemaluannya sebelah atas.
Sehingga kemudian dengan terpaksa ia membimbing batang kemaluanku menuju lubang kemaluannya. Pelan-pelan saya dorong kejantananku agar masuk semua.
Kepala kejantananku mulai menyentuh bibir kewanitaan Tante Vivi. “Ssshh..” rasanya benar-benar tak bisa kubayangkan sebelumnya. Lalu Tante Vivi mulai menyuruhku untuk memasukan kejantananku ke liang kewanitaannya lebih dalam & pelan-pelan.
“Aaahh..” baru masuk kepalanya saja saya sudah tak tahan, lalu Tante Vivi mulai menarik pantatku ke bawah, supaya batang kejantananku yang perkasa ini bisa masuk lebih dalam. Bagian dalam kewanitaannya sudah terasa agak licin & basah, tapi masih agak seret, mungkin karena sudah lama tak dipergunakan.
Namun Tante Vivi tetap memaksakannya masuk. “Aaagghh..Robert ” rasanya memang benar-benar luar biasa walaupun kejantananku agak sedikit terasa ngilu, tapi nikmatnya luar biasa. Lalu terdengar suara erangan Tante Vivi.
Lalu Tante Vivi mulai menyuruhku untuk menggerakkan kemaluanku di dalam kewanitaannya, yang membuatku semakin gila. Ia sendiri pun mengerang-ngerang & mendesah tak karuan. Beberapa menit kami begitu hingga suatu saat, seperti ada sesuatu yang membuat liang kewanitaannya bertambah licin, & makin lama Tante Vivi terlihat seperti sedang menahan sesuatu yang membuat ia berteriak & mengerang dengan sejadi-jadinya karena tak kuasa menahannya. & tiba-tiba kemaluanku terasa seperti disedot oleh liang kewanitaan Tante Vivi, yang tiba-tiba dinding-dinding kewanitaannya terasa seperti menjepit dengan kuat sekali.
Aduuh.. kalau begini saya makin tak tahan dan.. “Aaarrgghh.. sayaang.. Tante keluar lagii..” jeritnya dengan keras, & makin basahlah di dalam kewanitaan Tante Vivi, tubuhnya mengejang kuat seperti kesetrum, ia benar-benar menggelinjang hebat, membuat gerakannya semakin tak karuan. & akhirnya Tante Vivi terkulai lemas, tapi kejantananku masih tetap tertancap dengan mantap.
Aku mencoba membuatnya terangsang kembali karena saya belum apa-apa. Tangan kananku meremas toketnya yang sebelah kanan, sambil sesekali kupilin-pilin ujungnya & kuusap-usap dengan ujung jari telunjukku. Sedang toket kirinya kuhisapsambil menyapu ujungnya dengan lidahku.
“Ssshh.. shh..” desahan Tante Titik sudah mulai terdengar lagi. saya memintanya untuk berganti posisi dengan doggy style. saya mencoba untuk menusukkan kejantananku ke dalam liang kewanitaannya, pelan tapi pasti.
Kepala Tante Vivi agak menengok ke belakang & matanya melihat mataku dengan sayu, sambil ia gigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit yang timbul. Sedikit demi sedikit saya coba untuk menekannya lebih dalam.
Kejantananku terlihat sudah tertelan semuanya di dalam kewanitaan Tante Vivi, lalu saya mulai menggerakkan kejantananku perlahan-lahan sambil menggenggam buah pantatnyayang bulat. Dengan gaya seperti ini, desahan & erangannya lebih keras, tak seperti gaya konvensional yang tadi.
Aku terus menggerakkan pinggulku dengan tangan kananku yang kini meremas toketnya, sedangkan tangan kiri kupergunakan untuk menarik rambutnya agar terlihat lebih merangsang & seksi.
“Ssshh.. aarrgghh.. oohh.. terus Robert .. terus.. aarrgghh.. oohh..” Tante Vivi terus mengerang.
Beberapa menit berlalu, kemudian Tante Vivi merasa akan orgasme lagi sambil mengerang dengan sangat keras sehingga tubuhnya mengejang-ngejang dengan sangat hebat, & tangannya mengenggam bantalan sofa dengan sangat erat.
Beberapa detik kemudian bagian depan tubuhnya jatuh terkulai lemas menempel pada sofa itu sambil lututnya terus menyangga pantatnya agar tetap di atas. & saya merasa kejantananku mulai berdenyut-denyut & saya memberitahukan hal tersebut padanya, tapi ia tak menjawab sepatah kata pun. Yang keluar dari mulutnya hanya desahan & erangan kecil, sehingga saya tak berhenti menggerakkan pinggulku terus.
Aku merasakan tubuhku agak mengejang seperti ada sesuatu yang tertahan, sepertinya semua tulang-tulangku akan lepas dari tubuhku, tanganku menggenggam buah pantat Tante Vivi dengan erat, yang kemudian diikuti oleh keluarnya cairan maniku di dalam liang kewanitaan
Tubuhku terasa sangat lemas sekali. Sesudah kami berdua merasa agak tenang, saya melepaskan kejantananku dari liang nikmat milik Tante Vivi.
Dengan raca kecapaian yang luar biasa Tante Vivi membalikkan tubuhnya & duduk di sampingku sambil menatap tajam mataku dengan mulut yang agak terbuka, sambil tangan kanannya menutupi permukaan kemaluannya.
“Wah kok ngga ditarik sih Robert , nanti saya hamil lho..? tanyanya dengan suara yang agak bergetar.
“Maaf tan saya lupa abis keenakan sih” jawabku
“Ya sudahlah.. tapi lain kali kalau sudah kerasa kayak tadi itu langsung buru-buru dicabut & dikeluarkan di luar ya..?” katanya menenangkan diriku yang terlihat takut.
“I.. iiya Tante..” jawabku sambil menunduk.
“tenang saja zal, tante juga sudah minum obat “kata tante, ternyata tante sudah mahir dalam urusan sex , kemudian saya dan tante saling berpandang pandangan kemudian memeluk dan mengulangi kegiatan ngentot lagi di kamar mandi.
Tidak sampai di situ, kisah seks ku dengan Tante Vivi berlanjut hingga tidak ada satupun orang yang mengetahui hubunganku dengan Tante Vivi. Hingga Akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan kami di pelaminan. Karena kami mengganggap jika kami sudah menikah kami akan puas untuk melakukan segala macam gaya seks yang akan kami lakukan.
86 notes
·
View notes
Text
Mikirin Soal Sistem dan Takdir
Ini sebuah pemikiran yang lumayan liar ke mana-mana, tapi setelah dipikir mendalam, memang hubungan satu sama lain kayak nggak bisa dinafikan.
Apakah kalian percaya bahwa kemiskinan dan ketidakberdayaan seseorang (khususnya di negeri ini sebaga contoh terdekat) itu adalah sebuah bentuk yang sistematis? Kalau bahasa kekiniannya kemiskinan struktural, memang kondisi yang secara sistem disengajakan.
Mengutip dari google : Menurut Selo Soemardjan (1980), kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat, karena struktur sosial masyarakt itu sehingga mereka tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk mereka. Orang bekerja sekeras mungkin, dia tetap kesulitan untuk bisa keluar dari jurang kemiskinan.
Dan kondisi ini juga diperparah dengan sistem sosial yang menuntut anak harus membiayai seluruh anggota keluarga. Anggota keluarga membiayai saudara. Dan berbagai macam bentuk ketergantungan finansial akut yang membuat seseorang makin sulit untuk keluar dari lingkaran setan gali lubang tutup lubang.
Ditambah dengan sekolah yang kualitasnya bagus, biayanya tidak terjangkau oleh masyarakat yang rentan ekonomi. Sehingga, output dari pendidikan tidak bisa menjawab masalah dasar yang sebenarnya bisa dientaskan dari pendidikan, yaitu pola pikir.
Lalu, ketika dewasa ini. Kita dihadapkan pada beragam kondisi yang membuat diri kita tersadar bahwa ternyata bisa jadi kita ada dalam kondisi rentan. Sementara akses-akses tertentu, hanya bisa didapatkan oleh teman kita yang lain. Kita sebut itu sebagai privilese, sebagai bahasa kerennya. Tapi sebenarnya, kalau kita kulik lebih dalam, itu adalah bentuk sistem yang memang membuat seseorang tidak bisa mengakses hal tersebut.
Sebagai contoh sederhana, kalau teman-teman ingin membuat sebuah usaha dalam skala kecil tapi legalitas bener. Itu malah ribet banget, terhalang sana sini untuk bisa berkembang. Beda cerita kalau teman-teman memiliki modal kapital yang besar. Cenderung lebih lancar. Seolah-olah, jurang antara usaha kecil kita dengan usaha besar yang udah establish itu gak bisa dijangkau sama sekali. Karena akses untuk ke sana, tidak dibuat lebih mudah. Termasuk untuk inovasi, dsb.
Privilese itu riil banget dan produk dari sebuah sistem. Bayangkan kalau akses-akses pendidikan berkualitas itu bisa diambil oleh siapapun. Buku-buku yang kubeli tiap bulan ratusan ribu itu tersedia di mana-mana untuk bisa dibaca di perpustakaan yang selalu update bukunya. Tontonan yang disajikan di televisi di rumah-rumah orang sebagus channel-channel yang bisa kita akses melalui TV Internet., bahkan bisa kita pilih sendiri salurannya terserah kita dari seluruh dunia. Mata pelajaran soal manajemen finansial bisa diberikan sejak dibangku sekolah, tidak dijual sebagai program-program kelas di usia dewasa. Mata kuliah wirasusaha, bisa diuji coba sejak sekolah dengan akses modal yang lebih mudah.
Kesimpulan dari tulisan ini, ingin menyadarkan kepada teman-teman bahwa kita punya kesempatan untuk memilih takdir yang baik. Kalau kondisi di keluargamu, di lingkunganmu, di pertemananmu, di tempat saat ini kamu berada ternyata semencengkeram itu untukmu bisa maju, mengentaskan diri dari ketidakberdayaan. Kamu bisa memilih dan perlu untuk berani membuat pilihan tersebut. Hijrah kepada takdir yang lebih baik :)
77 notes
·
View notes
Text
"Kau Membawa Lebih Dari Sepotongnya, puan..."
Bu, maaf jika bujangmu ini lebih jarang pulang kerumah dibanding dulu yang seminggu sekali menengokmu ke rumah, maaf juga tatkala kembali ke rumah tidak bisa terlalu banyak mendengar keluh-kesahmu. Diam yang kutunjukkan, berekspresi pun seadanya.
Bu, cerita tentang mimpi-mimpi besarku juga tak bisa kau dengar sementara dulu, terpaksa harus terjeda...
Aku sudah bilang kan bu, aku akan kembali berkelana setelah memutuskan resign dari pekerjaanku? Minggu lalu aku di baduy dalam, hari ini aku berada di pedalaman gunung kidul, di pinggir pantai selatan yang tak bernama, sendiri. kugunakan separuh tabunganku untuk menghilang tanpa khawatir ada yang mencariku, berjalan tanpa tujuan demi menemukan tujuan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa rencana. Apa itu rencana?
Kau tau bu? Seseorang yang menjadi penyebabku berkelana sejauh ini pernah berkata, "Aku hidup untuk hari ini dan besok saja." Terdengar klise namun sepertinya bagus untuk kujalani seperti itu. Setelah kecewa dengan rencanaku, kubiarkan diri ini berjalan mengikuti rencana Tuhan yang entah bagaimana.
Bu, memang benar katamu, ada beberapa orang di hidup kita; yang ketika ia pergi, ia juga membawa sepotong hati kita.
Seseorang datang bu, kau kenal, dia adalah yang paling banyak kutulis di catatan harianku, yang paling bangga pula kuceritakan padamu. Dia adalah pertimbangan dalam setiap keputusan dan rencanaku. Ah, khayalanku sudah sejauh itu, bu. Tapi sayang bu, dia tidak bisa hidup dalam rencanaku, hidupnya sudah terpatri pada rencana keluarganya. Bagi mereka, orang sepertiku tak ada dalam rancangan untuk putri/saudari tercintanya itu.
Bu, terkadang hidup memang sialan, aku dipaksa harus menjadi orang baik, tak boleh marah dan harus selalu sabar. Hal itu pula yang membuat dunia semena-mena terhadap kita, bu.
diriku, 'bak pasar malam, dunia datang dan pergi mencari hiburan, wahana usai aku kembali sendirian, dengan sepi dan sisa kubangan tanah becek serta lumpur di badan.
Bu, badai kali ini kencang sekali, hanya gigil ringkih yang kau dengar jika sekarang aku kembali kepadamu, remuk jiwaku, tulangku sedang tidak membara.
Lagi-lagi memang benar katamu, ada beberapa orang di hidup kita; yang ketika ia pergi, ia juga membawa sepotong hati kita....
#30haribercerita#30harimenulis#poem#puisi#sajak#jokpin#photography#quotes#tulisan#tumblr#cerita#tereliye#alam#cinta#sayang#keluarga#fiersabesari#catatan#bahagia#senyum#sedih#senja#pantai#buku#fypツ
178 notes
·
View notes
Text
Jujur tulisan ini sindiran, tetapi bisa jadi suatu saat pun akan menjadi pengingat untuk diri sendiri. Maafkan aku, hal ini sungguh sangat mengganggu pikiranku
Beberapa hari ini ada rekan kerja yang selalu menjadikan alasan yang menurutku sepele untuk menunda-nunda bahkan tidak menyelesaikan pekerjaanya.
Jujur gemas sekali, kadang berusaha melapangkan hati membantu, tetapi ujung-ujungnya pekerjaan berikutnya tidak rampung. Padahal kalau mau di kerjakan tidak sampai satu jam selesai.
Mungkin inilah alasan kenapa banyak orang yang sebenarnya bisa dan disiplin tetapi tidak mau nampak seperti itu, karena mereka akan dijadikan tulang punggung untuk membackup orang-orang yang suka menunda begini.
Terkadang ada juga yang bilang "mbak kan belum punya anak, jadi masih longgar waktunya" atau kalau sama si single "kemu kan masih single jadi punya banyak waktu untuk ini itu"
Mau tukeran kondisi kah?
Kamu yang menanti anak, aku yang punya anak?
Atau kamu yang berada di posisi menunggu jodoh?
Menunda pekerjaan itu soal kebiasaan, kemauan dan manajemen diri, tidak ada hubungannya dengan status.
Kalau manajemen diri dan waktunya sudah bagus. Mau masih SMA, kuliah, full organisasi, sudah nikah, punya anak satu-dua-tiga, bahkan sudah punya cucupun, insyaAllah dia akan tetap bisa membagi waktunya dengan baik, walaupun tetep ada hal yang harus di korbankan.
Misalnya, mendadak ada pekerjaan yang harus selesai hari ini tapi rumah berantakan. Dia langsung berpikir dan memutuskan mana yang lebih urgent. Kalau pekerjaanya urgent, ya waktu beres-beres harus dikorbankan dulu.
Atau ada pekerjaan dengan batas waktu seminggu. Maka dia harus bisa menata waktu bagaimana caranya supaya seminggu itu bisa selesai.
Sekali lagi tidak menunda itu soal kemauan, manajemen diri dan manajemen waktu. Bukan status. Jangan banyak cari-cari alasan apalagi bilang enaknya enak yaa..
Semoga kita semua selalu istiqomah dalam kebaikan dan diberikan hati yang selalu lapang dalam menerima masukan, hati yang tidak pernah lelah untuk refleksi diri.
19 notes
·
View notes
Text
NDAK USAH COBA-COBA NYUAP!
Pernah dengar? Seorang pelacur bisa masuk surga tanpa hisab hanya karena menolong seekor anjing yang kehausan. Luar biasa, kan ya? Ini ada riwayatnya.
Tapi di sisi lain, saat kita menyuap agar diterima jadi polisi, tentara, pejabat, atau aparat, meskipun bertobat dengan sungguh-sungguh, masalah kita belum selesai.
Kenapa? Karena ketika kita menyuap untuk mendapatkan posisi tersebut, ada orang lain yang dirugikan!
Belum lagi, selama bertahun-tahun kita menikmati keuntungannya, keluarga ikut merasakan manfaatnya, bahkan dari posisi itu kita buka kesempatan untuk peluang suap baru lainnya. Nau’udzubilla!
Beuuhhh!! Tobat saja tidak cukup menyelesaikan semuanya.
Serius, urusan suap ini sangat berat!
Sangat menyedihkan melihat kondisi hari ini, di mana dari ujung ke ujung, orang melakukan suap. Ingin memasukkan anak ke sekolah bagus, mereka menyuap.
Ingin anaknya jadi polisi, suap lagi!. Ingin jadi anggota DPR/DPRD? Dengan terang benderang bagi-bagi sembako dan amplop. Yok lah! Mbok ya sadar, itu juga suap! Hati kita tahu bahwa kita sedang membeli suara rakyat.
Termasuk saat nitip Paman, nitip Oom, pakai orang dalam, itu semua bagian dari Suap!. Memang tidak ada duit yg terlibat, tapi kita dengan kejamnya, menyingkirkan orang lain, agar diterima. Orang lain yg telah berjuang dgn gigih, jujur, orang2 baiknya, tersingkir, karena posisinya yang kita ambil.
Demi Allah, yang menyuap dan disuap, SEMUA MASUK NERAKA!
Mungkin kita mikirnya, “Tapi kan saya sudah tobat!” Pertanyaannya, apakah tobat kita benar-benar tulus dan diterima? Apakah kita sudah mengembalikan semua uang yang dinikmati dari hasil suap itu? Apakah semua harta—rumah, mobil, kemewahan yang didapat—sudah kita tebus dan kembalikan setiap sen-nya?
Jika ya, alhamdulillah. Tapi ingat, kita tetap akan berhadapan dengan orang-orang yang pernah kita singkirkan. Mungkin kita ndak kenal mereka, tapi di akhirat, mereka akan muncul dan menuntut haknya. Siap-siaplah untuk menghadapi kebangkrutan di akhirat, hingga ke kerak neraka.
Jadi sekali lagi, jangan pernah coba-coba melakukan suap.
Emang dasarnya netizen aneh!, saat ada seleb, artis, nyuap demi anaknya, harusnya sih jijik, langsung unfoll, ditinggalin, eh malah dipuji2, dikasihani, dikasih dukungan. Kan bikin bingung lihatnya.
Sakjane, nyuap kui oleh ndak menurutmu?
Ancen uaneh Anda ini!
8 notes
·
View notes
Text
The Wild Robot
Haii hari Sabtu adalah waktunya aku menulis tumblr post. Ini lagi di department, awalnya sih mau kerja, tapi yaudah secukupnya aja lah ya crossing off to-do lists yang kubikin Jumat kemarin. Seharian ini udah banyak banget deh yang dikerjain: bangun-bangun udah ngucek sprei, sarung bedcover, alas bed yang di bawah sprei, bedcovernya juga, sama ada mattress topper ya namanya (tentu saja juga underwear dan celana tidur) gara-gara tembus heboh, buset. Jadi dari bangun pun udah cranky dan langsung bekerja keras. Terus ngevakum rumah karena udah lama banget gak divakum dan debu-debu sampe kelihatan. Cabut jam 11.18-an buat ke bioskop, jalan 25 menit-an, jadwal filemnya padahal 11.30, plan awalnya tu mau jalan dari rumah jam 11 tapi ya namanya juga Noni kan, pake ada acara masukin laundry dulu dsb. Untungnya sampe studio belum mulai filmnya. Tapi udah gelap, jadinya susah banget nemu tempat duduk. Berujung sepanjang film ku duduk di 1 seat belakang tempatku yang seharusnya. Untungnya dari nonton jam 11.30 tu tapi studionya sepi sih, jadi aman-aman aja sebetulnya mau duduk di mana-pun. Kayanya tadi total penontonnya ga sampai 15 orang di satu studio itu.
Nonton The Wild Robot huhu bagus banget. Dan di Odeon tuh cuma £5 kursi standard jadi yaudah lumayan banget kan. Sebetulnya semalam dikasih link ilegalnya sama Hanif tapi aku tuh kalau nonton film perlu banget dengan sound system yang proper. Jadi £5 tu worth it banget kalo kata aku mah. Se-Oxford raya ada 3 bioskop. Dulu paling rajin nonton di Curzon di Westgate sampai punya annual membership (karena se-suka itu aku nonton di bioskop dengan proper sound system). Si Curzon ini bioskop yang paling proper di Oxford, se-levelnya CGV-lah, tapi MUAHAL banget. Sekali nonton £15. Waktu itu pas member kayanya bayar £50/tahun dapet 4 film gratis dan sisanya diskon 20% apa ya. Terus baru Odeon. Dulu ada 2 Odeon di Oxford, tapi yang satu yang Magdalene St tutup, karena emang udah gedung tua banget juga sih, dan kayanya nggak se-laku itu buka bioskop di Oxford. Ramenya kan pas lagi term time aja. Sempat nonton Suzume di Odeon Magdalene St itu. Terus kayanya sisanya selalu yang di George St. Sempet nonton Godzilla Minus One sama Mas Rangga, terus Wonka juga sama Diny dan Deva. Tadi kayanya baru pertama kali dapet yang Screen 1 deh. Pernah nonton supermurah juga dulu apa ya filemnya, sama Sarah Iris. Lupa euy. Odeon Oxford ini murah banget tapi juga kualitasnya B banget, cenderung jelek bahkan. Betul-betul bioskop tua aja gitu. Jadi kalo gak pinter milih tempat duduk bakalan jauh banget dari Screen dan kaya lagi lihat slide kuliah. OH, kayak Depok XXI! Yang di Ramayana itu. Kalau gak salah ada screen di situ yang modelnya mirip banget kaya bioskop Odeon. Jadi dulu kayanya aku nonton Frozen 2 apa ya sendirian Jumat-jumat gitu pas lagi break Jumatan. Nah karena gak tahu layout studionya, kupilih aja yang A paling atas kan. Eh ternyata JAUH BANGET itu teh dari layar, buset. Anyway, iya gitu, jadi kalau ke Odeon pun harus pintar-pintar pilih seats. Bioskop satu lagi bioskop indie gitu dekat rumah, namanya The Phoenix, lumayan tua juga itu bioskop. Waktu itu sempat nonton The Boy and The Heron di situ. Yang diputer situ biasanya film-film festival gitu sih, bukan yang di Box Office.
Lah jadi cerita panjang bioskop, naon Non. Awalnya mau cerita betapa bagusnya ni filem, The Wild Robot. Tapi kalau diceritain banyak kepanjangan. Intinya kalau kalian fansnya DreamWorks, nonton Puss in Boots: The Last Wish kemarin yang juga bagus banget dan sangat menghibur, nah inituh kualitas animasinya di level itu, tapi writingnya, dan character buildingnya dan SOUND FXnyaaa. Semua berkombinasi menjadi satu dan jadi filem yang sangat CAKEUP. Ku nangis 7x deh kayanya. Mulai nangis pas Brightbill training habis-habisan buat bisa terbang dan ada background music yang super touching (sebetulnya agak uplifting sih), ku langsung yang: YAAMPUN ITU ADALAH AKU DI PHD INI (nangis). Hahaha bukan bermaksud membuat everything is about me tapi betulan yang relatable aja gituu. Kaya.. what are the odds buat dia succeed, but he’s still trying anyway.
Terus nangis lagi lainnya lebih ke karena hubungan ibu-anak aja sih, kan hubungan ibu-anak-ku agak traumatic yah (ku rasa kebanyakan dari kalian juga). I love my mom, I do, with all of my heart. Dan kalau bukan karena kritikannya, supportnya, semua pilihan yang dia ambil: ke mana aku sekolah SD, SMP, SMA, kuliah, les sempoa, ga bakal aku di sini sekarang. Cuma ya exactly criticism itu pulak yang membuatku jadi gampang burnout, jadi unnecessarily perfeksionis yang bikin ku juga punya acute procrastination, ga bisa kind ke diriku sendiri, being SO HARD on myself, selalu ngerasa gak good enough karena ga pernah di-validate feelingnya.
Nangis ke-3 kayanya karena climate change yang membuat SEMUA MAKHLUK HIDUP suffer!!! Si hewan-hewan (dan tumbuhan) ini gak tau apa-apa, mereka literally just existing aja, tapi harus menanggung beban berat kena storm, long super cold winter, dan harus bisa survive. Sedih banget lihatnya.
Terus apa lagi ya… kayanya karena ku juga hard empath aja jadinya ngerasa sedih sama Fink, Ros, dan Brightbill yang dimusuhi semua orang dan gapunya teman padahal bukan salah mereka, Cuma karena mereka beda aja.
Udah sih sisanya sedih balik lagi ke interrelationship character itu lagi. Yang ku bisa relate banget juga tuh sebagai dosen/guru kadang kita yang bantuin students kita sampe udah jago, terus tapi supaya mereka bisa terus berkembang ya gabisa kita keep terus, at one point harus dilepas merekanya, padahal kita udah sayang (ini berlaku buat ibu ke anak juga).
Yaudah intinya ni filem bagus banget lah. Gatau sih bakal beda apa nggak reaksi emosional diriku ini kalau nggak lagi mens, mungkin jumlah nangisnya bakal berkurang.
Terus mau cerita apa lagi ya… Minggu ini lumayan seru dan produktif walaupun hari Jumat kemarin KAYAK HELL. CAPEK BANGET semua ada di twitter aku. Bentar, kita coba recount dari Minggu dulu. Oh! Minggu ke rumah Bu Yani merayakan ulangtahunku huhu dan makan-makan. Sambil ada rapat mau bikin acara minggu depan juga sih ada orang pemerintahan gitu lah dateng ke Oxford, aku sih gak ikut-ikutan yah karena fokusnya mau submit thesis. Cuma seru aja melihat dinamika itu semua. Dikasih bunga juga sama Kak Kaca! Huhu so happy.
Senin lupa lagi ngapain. Kayanya Senin Selasa Rabu kerja kaya biasa aja deh. OHHHHH. Hari Selasa sore KU SUBMIT chapter result ke-2 dari thesisku ke JOURNAL! HAHAHA. Harusnya ini lebih jadi highlight of the week, tapi jujur the Wild Robot >>> submit paper sih. Terus Kamis meeting sama spv dan postdoc, mulai keluar nama-nama calon internal/external examiner HAMDALAH makin dekat ni finish line saya PhD.
Jumat kemarin itu sebetulnya capek karena mix antara dapet hari ke-2, salah pake underwear (yang tidak period friendly), dan co-author-ku yang resek (dan post-doc-ku juga sih yang entah kenapa berulah banyak bener kemarin), dan kurang tidur juga kayanya karena belakangan ini susah banget tidur di bawah jam 1 entah kenapa???
Tapi yaudah overall good kok hidup. Amat sangat bersyukur. MAKASIH BANYAK YAA ALLAH. Sekian dulu. Kayanya pulang aja ah. Bawa laptop. Serem juga departemen kalau udah gelap. Bye, undur diri dulu. Oh. Terakhir. Tadi juga habis datang dari acara kumpul-kumpul warga Oxford gitu setelah ku selesai nonton bioskop. Dan sempat bahas sama teman-teman terkait ada satu teman kami (sebut namanya A) yang sudah memasuki tahun ke-4 PhD-nya tapi progresnya cukup mengkhawatirkan. Masalahnya (nggak masalah juga sih), aku adalah salah satu orang yang cukup frequent ketemu sama si A ini. Seminggu bisa minimal 1x-lah. Tapi emang aku ketemuan sama si A ini betulan buat nyampah aja gitu. Ku jarang banget nanya “gimana kerjaan?” begitu pula dia. Betul-betul buat decompress aja gitu. Dan lagipula ku mikirnya kalau ku nanya-nanya dia, dia jadi nggak comfortable lagi dan malah makin narik diri dan avoidant (dia bukan tipe yang banyak teman, jadi kalau udah sekali ilang, bubar). Barusan tapi udah ku-chat ke dia kalau aku pun pernah sempat konseling ke uni (karena kadang cuma perlu tahu satu orang lain buat bisa mendorong berani melakukan hal yang sama). Soalnya kesimpulan dari diskusi dengan teman-teman tadi, kami semua gaada yang bisa bantu juga… semua punya load PhD masing-masing… dan emang udah di ranahnya professional gaksih kalau sampai udah 3 tahun dia nggak tahu dia PhD-nya ngapain??? Karena kita teman-teman yang peduli juga kan, jadi gak bisa dibiarin aja… Bismillah deh. Semoga membaik keadaan si kawan ini.
Dah beneran terakhir, karena udah dingin banget beneran. See you next week!!!
Best,
Noni
Office 26/10/2024 18:48
8 notes
·
View notes
Text
Aku Ingin Pulang
Lama aku pandangi komputer, tanpa melakukan apa-apa. Kepalaku kosong sejenak sebelum akhirnya diserang ribuan pemikiran yang bersimpul satu, aku seharusnya tidak di sini.
Sejenak aku membayangkan hamparan biru laut, gelombang pasang datang bergulung, aroma asinnya menusuk hidung. Di kejauhan sana aku melihat perahu nelayan, saat aku mendekat ke bibir pantai padina, gracilaria, caulerpa, halophila, merambat di antara jari jemariku.
Tapi aku masih di sini, ruangan berpendingin yang barangkali diimpikan banyak orang, membuka lembar demi lembar dan mengoreksi satu demi satu.
Aku sudah ada di ambang batas itu.
Aku jenuh.
Ketika aku pejamkan mata, aku bisa mendengar suara jangkrik malam hari, kodok yang bersahutan, lolongan anjing, juga hening yang panjang. Aku merasakan kamar kecilku di kampung yang tak pernah terusik dengan deru kendaraan yang bersahutan.
Hanya butuh sedetik kemudian aku merasakan tanganku meraih ranting pohon rambutan, memetiknya dengan wajah berseri dan hati membuncah. Tak berapa lama aku sudah berdiri di tepian danau, menelanjangi diriku dan membiarkan air danau membelainya.
Aku rindu, alam.
Melebihi aku merindukan semua afeksi yang kuidamkan, dari orang tersayang atau adam yang kuimpikan.
Aku bisa merasakan dauan-daun yang kutemui sekarang sedang menatapku kasihan, karena tanganku lebih suka bermain di papan tuts demi lembaran rupiah, padahal mereka tahu aku selalu bahagia saat seluruh tubuhku merebah di tanah.
Adakah yang telah hilang dari apa yang kupahami tentang kehidupan? Sebenarnya kepada siapa aku mengorbankan semuanya jika Ayah saja tak pernah meminta melebihi aku bahagia?
Apa yang kucari di sini? Pundi-pundi untuk mampu membeli buku, ya barangkali. Tapi di selanya, aku menikmati menjadi perempuan kota yang mengasingkan diri ke bioskop, ke tempat-tempat bagus, pusat perbelanjaan, makanan mahal yang tak menyisakan apa selain pengalaman, baju baru agar layak di antara dunia sosial, lalu hingga akhirnya berlomba sekali lagi demi uang yang lebih banyak.
Mau sampai kapan?
Aku tak seharusnya di sini. Aku tak seharusnya mati di ruangan ini. Aku ingin melihat lebih banyak kehidupan yang hening, bising terlalu menciptakan aku yang berkomentar seperti orang sinting.
Aku harus pergi, apapun yang terjadi kemudian hari, aku harus pergi. Tapi mulai dari mana aku melangkah?
Rumah, ya barangkali aku hanya butuh rumahku yang dikelilingi pohon kapuk menjulang. Yang kala bulan purnama menampilkan langit paling indah di Sumatera Utara. Ya, aku harus pulang.
Alam memanggilku pulang, dan kota seperti penjara yang menjadikanku penjahat. Aku harus pulang, sebelum aku kehilangan kesadaran untuk kembali ke rahim alam.
49 notes
·
View notes
Text
DIJAMIN NYAMAN, Hubungi 0812–1244–2489, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Bogor Winata Properti
KLIKhttps://wa.me/6281212442489, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat SPBU Pertamnina 34.163.08 Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Apotek K24 Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Go Steak Panorama Bali Residence Ciseeng, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat Aldira Shop, Rumah Bagus Murah Di Ciseeng Parung Bogor Dekat SMA NEGERI 1 Ciseeng
Winata Properti
Kota Wisata, Ruko Boston Blok RK 2 Nomor 38 Cibubur
Kelurahan Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor
( Dekat Starbuck Kota Wisata )
Langsung Owner
0819–9925–0870
Kunjungi Juga :
#rumahbagus, #rumahbagusmurah, #rumahbagusdijual, #rumahbagusampera, #rumahbagusadakolamrenang, #rumahbagusarcamanik, #rumahbagusbaru, #rumahbagushargabagus, #rumahbagusiaphuni, #rumahbagusidaman
#rumah bagus di ciseeng#perumahan bagus#rumah yang paling bagus#rumah bagus#rumah sederhana bagus#rumah simpel tapi bagus#rumah yang bagus sekali#rumah bagus tapi sederhana#rumah bagus mewah#hadap rumah yang bagus#rumah bagus sekali#perumahan yang bagus#rumah yang sangat bagus#rumah bagus murah#rumah yang terbagus#bogortanah kavling murah di bogor#cari tanah murah di bogor
0 notes
Text
What matter the most : Family
Rasanya emang ada kangennya juga gak pulang ke Indonesia hampir setahun. Hampir setahun itu juga aku gak ketemu orangtuaku. Ada kangennya, tapi mendekati hari H ketemu mereka aku malah anxious, soalnya aku sering bgt malah jadi berantem sm orangtuaku kl ketemu. Bahkan H-1 pulang aku nangis2 sama psikolog-ku, bertanya-tanya 7 tahun healing journey memaafkan luka pengasuhan orangtuaku, tapi ternyata belum sepenuhnya pulih dan masih sering ke-trigger juga dengan omongan atau prilaku mereka.
Tapi, Allah menegurku dengan cara yang unik.
Hannah lagi dengerin lagu Nussa dan Rarra yang liriknya kaya gini “Berkata baik atau diam, jangan sakiti orangtuamu.”
Jleb.
Lagu itu terus terngiang-ngiang dan selama 2 minggu kemarin ketemu jadi pegangan aku banget untuk diem aja walau kadang perilaku atau perkataan mereka nyakitin.
But anyway, Alhamdulillah banget masih sempet ketemu sama keluarga besar dari pihak mama-papa juga ayah dan ibu.
Walau mulanya dalam rangka kedukaan papaku meninggal dan semua sodara datang ke rumah untuk takziyah, atau bahkan ku jadi lebih mengenal keluarga mas mogi karena kita datengin satu-satu ke rumah mereka untuk minta maaf dan meminta info tentang piutang almarhum papa kepada mereka (nanges). Tapi ya Alhamdulillah banget apapun dalam rangkanya deh, tetep masih bisa silaturahmi dan ngobrol-ngobrol dengan mereka.
Siblings ayahku dan siblings ibuku dateng pas hari H papa meninggal (matters bgt buatku, padahal mereka gak kenal scr langsung sama papa huhuhuhu).
Terus abis gitu, karena cukup overwhelmed sama masalah piutang papa sehingga kita banyak stay di rumah orangtua mogi dan sangaaattt sedikit stay di rumah orangtuaku, akhirnya aku memutuskan untuk bikin acara staycation aja di Bogor. Alhamdulillah banget bisa full team 😭 Hamka bisa dateng dari Semarang dan Sasa lagi gak ada jadwal ngajar.
Villa yang di Bogor juga enak banget ya Allah Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah. Dengan vibes yang sangat enakeun (view gunung, ada sawah, ada sungai), juga harganya murah pula. Bener- bener bikin kangen sama alamnya Indonesia cukup terobati.
Rasa-rasanya staycation full team terakhir itu diawal 2022 sebelum kita pindah ke Yogya! Udah lama bgt yaAllah. Makanya bersyukur bgt kemarin dikasih kesempatan untuk liburan full team semua!
Terus abis staycation kita juga direkomendasiin tempat main yang asik di Bogor juga. Ada kolam renang utk anak, suasananya oke, makanannya enak yaAllah bener-bener plan Allah sempurna banget Allahu Akbar :”)
Terus H-2 pulang juga sempet kumpul sama keluarga besar ibuku dalam rangka merayakan ulang tahun keluarga yang ulang tahun di bulan Oktober (Ada nenekku, Adekku, Anakku, sepupuku dan tanteku, lol rame banget)
Juga Alhamdulillah sempet foto 4 generasi yang diinisiasi oleh nenekku 😂
Rasanya senengggg bgt connect lagi dengan mereka. Makan masakan ibuku, ngobrol sama tante, om dan sepupu-sepupuku, rasanya hangaat banget.
Malamnya, kumpul keluarga besar keluarga ayah. Walau lebih sulit lengkap karena usianya udah lebih dewasa-dewasa, tapi connect dan ngobrol dengan tante , om dan uwa-uwakku dalam suasana bahagia bukan kedukaan rasanya menyenangkan sekali.
Aku baru sadar kalau ternyata ayah dan ibuku juga papa dan mamaku itu Alhamdulillah Allah kasih karunia keluarga yang akur satu sama lain. Jadi aku dan mas mogi pun deket sama sepupu-sepupuku :”) Alhamdulillah tsumma Alhamdulillah.
Ku gak banyak ketemu temen ketika 2 minggu kemarin pulang, karena ngurusin waris dan piutang papah beneran menguras waktu dan tenaga. Ketemu temen kayanya cuman Auf, Dhiya, Khaula itu aja.
Kangen bgt sih rasanya sama temen-temenku yg lain, pengen ngobrol banyak. Tapi ketemu dan connect lagi sama keluargaku kemarin udah cukup fulfil buatku :”) mungkin itu yg emang lg aku butuhin sekarang yaaa hehe.
PS : karena mas mogi mundur jadwal pulangnya ke Oz, jadi ibuku akan ke Oz besok. Rasanya excited karena selalu kepikiran orangtuaku kalau ke tempat bagus. Tapi agak anxious juga krn ibuku juga orangnya agak2 triggering lol.
PPS : Tadi abis nangis karena ibuku beli tiket sendiri dan kita blm mampu beliin tiket krn kondisi finansial yg blm memungkinkan. Berusaha gak ketar-ketir karena mas mogi gak kerja selama satu bulan ini. Tapi di satu sisi Alhamdulillah Allah kasihnya ujian harta bukan ujian fitnah atau yang berhubungan dengan orang lainnya 😭 banyak2 doa selama di perjalanan semoga keadaan finansial kita semakin baik di tahun mendatang. Dan jujur tadi ku nangis banget krn inget perkataan mas mogi “Udahlah, kita gak usah punya target nabung2 ratusan juta kek orang lain, circumstances kita berbeda. Ada ibuku dan adekku yg perlu aku biayain full sekarang.” HUHUHU YA ALLAH 😭 Engkau maha kaya dan tiada pernah aniaya Ya Allah. Laa hawlaa walla quwwata illa billah.
2 notes
·
View notes
Note
Assalamu'alaikum kak, punya rekomendasi buku-buku bagus untuk yg mau nikah ga? Ingin sekali mintaaa hehe makasih kak :'D
In case yang punya blog sudah menikah, selamat!
Duh ini pertanyaan masuk inbox tahun berapa ya? *lap debu inbox
Mohon maaf kalo jawaban atas pertanyaan ini sudah tidak relevan karena momennya sudah usang.
Tapi saya coba balas, setahu sedangkal ilmu saya:
Waalaykum salam warahmatullah
Menarik sekali pertanyaannya. Kalau saya dulu sebelum nikah tidak banyak baca khusus persiapan menikah.
1) Sepertinya yang saya baca pertama itu buku kecil di musholla kampus *judulnya bisa lihat di Goodreads saya* intinya tentang pertanyaan apa aja sih yang perlu dibahas dengan calon/pacar/prospek.
2) Saatnya Untuk Menikah
3) Rumah Tangga (bukunya Fahd)
4) The Muslim Marriage Guide
5) Sabtu Bersama Bapak, ini buku yang saya baca saat istri saya @syofarahals hamil. It's too late, but it's a pretty deep book about running a family.
6) *agak relevan tapi tidak khusus pranikah* Buku-buku novel/antologi/kumpulan cerpen tentang perempuan atau yang dikarang oleh penulis perempuan.
9 notes
·
View notes
Text
Yang lagi dipikirkan
Sebagai freelancer, karyawan, dan bussiner owner sekaligus. Dengan keadaan sosial, politik, dan ekonomi saat ini. Rasanya deg-degan bangettt. Tapi emang udah biasa deg-degan terus sih, karena selama ini memilih jalan hidup ketidakpastian. Cuma, kondisi sekarang itu bikin deg-degannya makin-makin.
Ada beberapa hal yang kadang bikin nggak habis pikir. Seperti tiap bulan kita bayar pajak itu belasan juta lebih dari bisnis, ini masih angka kecil dibanding temanku yang lain yang sekali bayar pajak sebulan bisa dapat alphard sebiji, terus duitnya dihambur-hamburkan buat hal-hal yang tidak berfaedah kayak berita sewa Alphard 25jt sehari kemarin. Dan itu sebenarnya memang uang konsumen (yang PPN 11% - konon mau naik jadi 12%, apa orang makin jadi males belanjaa kalau tiap belanja malah jadi makin mahal harga barangnya) alias teman-teman yang bayar pajaknya ketika beli makanan/produk2 apapun di toko/rumah makan, dsb itu. Belum pajak dari hasil usaha. Nyesek asli. Belum pajak dari royalti buku-buku di Bentang yang harus dilaporin juga tiap SPT, belum pajak penghasilan dari kantor, belum yang lain-lain. Gimana coba orang mau percaya sama alokasi-alokasi uang pajak begitu. Bingung.
Perdagangan lagi lesu, kalau usahamu rame - alhamdulilah. Tapi sebagian besar mengeluhkan daya beli masyarakat yang turun. Dan ini berdampak pada perputaran uang di masyarakat. Tau nggak sih, ekonomi akan seret kalau duitnya ga muter. Sementara para pelaku usaha itu perlu untuk bayar operasional, gaji karyawan, dsb. Hal yang pasti akan terjadi dan sudah terjadi ketika perputaran itu berhenti salah satunya adalah efisiensi, alias pengurangan jumlah tenaga kerja. Dan itu pun terjadi di usaha yang kujalani, mau gimana lagi :( Di berita, pengangguran itu banyak banget. Selain karena dampak dari gelombang pemutusan hubungan kerja yang lagi marak diberitakan. Sebelum terjadi itu, memang banyak. Tapi apakah lowongan pekerjaan itu tidak ada? Ada banget. Cuma aku sendiri bingung karena seringkali lowongan yang dibuka ini, yang daftar bener-bener nggak memahami apa yang didaftar. Nggak riset, nggak sesuai requirement, dsb. Beberapa kali juga terjadi over-qualified, lulusan S2 daftar di bagian X yang sama sekali ga ada hubungannya dgn latar belakang pendidikan dia. Intinya, dia melebihi requirement kita, shg juga tidak diterima. Bingung kan :( Belum lagi, ngomongin biaya pendidikan yang aduhai. Aku sempat survey ke orang-orang yang kukenal terkait pilihan pendidikan anak-anak mereka. Pergeseran dari opsi-opsi sekolah negeri ke swasta itu kerasa banget. Bahkan bapak/ibuku yang dulu guru SD pun bisa memvalidasi kenapa di sekolah negeri, kualitasnya menurun. Dan kerasa banget bedanya sama zamanku dulu SD skitar tahun 1996-2003. Sementara duit pajak yang banyak banget itu, kayak tidak dioptimalkan di sektor pengembangan SDM ini yang justru sangat krusial biar orang-orang literasinya bagus, punya daya nalar yang baik, kritis, dsb. Yang cita-citanya bukan pengen jadi content creator, selebtok, dsb biar cepet dapat duit. Sementara yang ingin menjadi profesional dan ahli, malah jarang. Sekolah kayak malah makin sulit dengan mahalnya UKT, dsb. Bingung ga sihhh... Kami yang terbiasa hidup dalam "ketidakpastian" dan udah biasa deg-degan tiap bulan, kayaknya nggak pernah sedeg-degan ini. Oh ya, terakhir pas COVID 2020 kemarin kayaknya. Tapi pada waktu itu, kondisi sosial masyarakatnya bersatu padu saling bantu. Sekarang, kondisinya berbeda.
Buat teman-teman yang mungkin tidak terbiasa dengan ketidakpastian, mungkin ini salah satu momen yang amat menegangkan. Tapi sungguh, jangan pernah berputus asa. Jangan!
89 notes
·
View notes
Text
Yang Keren Itu Ai
Allahumma baarik.
Beberapa 'apresiasi' datang ketika aku memilih memulai perjalanan hidup sebagai pengajar di TK, lalu menjadi guru pendamping anak dengan kebutuhan khusus, buka kelas di rumah, sampai jadi guru les privat. Tahu tidak aku tuh gak sebaik itu lho? Banyak sekali kurangnya. Aku juga gak "se-keren" itu justru yang keren itu adalah Ai. Ia yang menjadi pendukung dalam setiap keputusanku, yang selalu menjadi terdepan untuk percaya pada apa pun pilihanku.
Waktu itu selepas sidang Ai pernah tanya apa rencanaku setelah lulus.
"Terus habis ini mau ngapain de?"
"Mau ngajar di TK, kemarin udah diminta ikut bantuin di TK X."
"Bagus-bagus, eh tahu kan gajinya kecil? Eh gapapa deng, rezeki kan sudah ditetapkan tapi kebermanfaatan untuk sekitar harus kita ikhtiarkan. InsyaAllah Allah yang cukupkan. Nyari bekel buat akhirat kita mah." Ai sempat mempertanyakan tapi ia sendiri yang menjawab.
"Tadinya sih niat pengabdian doang A, sambil nyari pengalaman. Tapi katanya bakalan ada insentif sedikit. Alhamdulillah kalau dapet insentif ya anggap aja uang jajanlah. Hehe"
Mendukung setiap mimpi adiknya ini bukanlah tanpa konsekuensi. Karena dengan begitu kehidupanku masih ditopang oleh Ai secara materi hingga detik ini.
Ketika membuka kelas di rumah, sebagian besar fasilitas yang menunjang pembelajaran itu ada atas dukungan materi dari Ai. Maka ketika menjalani peran tersebut semoga itu menjadi amal jariyah untuk Ai, ah iya ini pun tidak lepas juga dukungan dari Teh Din (kakak ipar) karena ia telah ikhlas mendukung Ai untuk menjalankan tanggung jawabnya sebagai kakak laki-laki dari adik perempuannya yang telah yatim piatu.
Semoga segala hal yang aku niatkan untuk ibadah, pahalanya pun mengalir untuk Ai. Sebab Ai menjadi wasilah hadirnya value dan sikap hidup yang baik. Semoga Allah membalas kebaikan Ai dan Teh Din dengan kebaikan yang berlipat-lipat 🌻🌻💛
MasyaAllah, Alhamdulillah.
4 notes
·
View notes
Text
desain-desain tentang Titi waktu masih belum nikah~ Titi sekarang di ruangan sebelah, lagi rebutan buat maen komputer sama Arsya soalnya ada game baru. Raska tidur pules di kamar soalnya diajak jalan-jalan seharian. Mili sama Miko udah anteng di singgasananya masing-masing. Bahagia soalnya dibelikan makanan kucing baru. Dulu, di akhir masa kuliah, pernah ada teman yang tanya soal apa mimpi masa depanmu. Agak lama mikir soal itu. Dulu mikirnya pengen jadi creative director terkemuka. Jadi terkenal dan diakui. Kerja di company luar negeri dengan gaji tinggi biar bisa hepi-hepi untuk diri sendiri. Tapi lama-lama kok mimpi semacam itu jadi sama sekali nggak menarik ya. Jadi lembek kayak tempe mendoan kemarin. Selalu aja muncul pertanyaan "Lha kalau udah terkenal terus mau apa? Apa ya kerja kerasmu itu cuma buat mencari approval dari orang lain? Terus sampai mana akhirnya?".
Setelah dipikir-pikir, yang saya inginkan itu ya cuma punya rumah kecil, terus tiap hari bisa antar jemput anak sekolah dan pulang kerja disambut istri. Sesekali keluar jalan-jalan sore naek motor. Beli bakso di warung langganan atau cuma beli teh kotak di Indomaret. Cerita bareng sama anak soal dinosaurus atau binatang favoritnya sambil baca buku bagus di kamar. Udah. Gitu aja. Sempet diketawain juga sama teman lain waktu denger jawaban itu. Kok sederhana banget. Mimpi itu ya mestinya tinggi, katanya. Tapi pada titik itu rasanya saya sudah pada fase menerima bahwa apa yang dianggap sebagai 'kesuksesan' mungkin tidak selalu berjalan paralel dengan kebahagiaan. Dan akhirnya saya memilih untuk bahagia dan hidup dengan tenang. Walaupun pilihan hidup semacam itu terdengar seperti seorang pecundang atau orang kalah di dunia seperti sekarang ini. Dunia yang seakan mengharuskan orang untuk tampil bersinar dan selalu jadi pemenang. Tapi ya mau bagaimana lagi. Kalau ada hal yang saya sadari di usia 34 tahun itu ya kenyataan bahwa saya itu ternyata ya orang biasa. Dan itu nggak apa-apa. Saya sudah menerima bahwa saya tidak perlu membuktikan pada dunia di luar sana tentang apapun karena saya sudah memiliki tempat di dunia kecil milik saya sendiri. Dan Alhamdulillah ternyata jawaban saya itu ternyata dikabulkan Gusti Allah. Semuanya.
4 notes
·
View notes
Text
Karena Mereka Menjadi Orang Tua untuk Pertama Kalinya
Tempo hari ketika kumpul keluarga, aku mengirim gambar bucket bunga yang aku inginkan untuk dikirim di hari wisudaku ke adek, karena dia berhalangan hadir.
Ibuku penasaran dan mengintip dari layar HP anak-anaknya sambil kepo,"Gambar apa itu?" "Itu lho bu, mbak milih bunga buat yang dikirim pas wisuda. Kan aku ga bisa dateng." "Iya bu, aku pengen dibawain buket bunga yang aku pengen jadi aku minta adek aja. Soalnya agak mahal, biar adek aja yang beli." Ibu menjawab, "Dibeliin ibu sama bapak juga ga apa-apa. Dulu tuh pas ke wisuda kamu di Bandung, ibu pertama kalinya ke wisudaan anaknya. Gatau kalau ke wisuda pada bawain bunga. Dulu mikir, pada beli dimana bunga bagus-bagus gitu. Di sekitaran kampus bunganya kayaknya ga sebagus itu. Sekarang udah tau, sini ibu aja yang beli ga apa-apa."
Lain lagi dengan bapak, ketika aku pulang ke rumah dan pamit mau pergi keluar sering sekali bapak nawarin buat mengantar. Padahal aku udah biasa kemana-mana sendiri jadi terkadang merasa aneh, merasa takut merepotkan. Sepertinya dari jaman kecil sampai dewasa ini, justru sekarang paling sering momen dianterin kemana-mana. Kalau kata ibu, mungkin bapak suntuk di rumah terus, gapapa dianter aja.
Obrolan di dalam mobil bapak sempat bilang ini, "Bapak pensiun gini jadi nganterin ponakan yang masih TK ke sekolah, mungkin gitu ya rasanya nganter kamu sama adek pas seumuran itu." "Iyaya, dulu aku sama adek naik becak antar jemput berangkat dan pulang bareng rombongan. Satu becak bisa berenam. Kadang dulu sedih kalau lihat si A diantar sama bapaknya. Tapi kata ibu dulu kan memang bapak kerja jauh buat aku sama adek sekolah."
...
Dari percakapan-percakapan itu aku sadar, ada luka saat aku kecil. Mungkin ini salah satu efek 'fatherless', karena bapak bekerja diluar Jawa dan hanya bertemu Bapak beberapa bulan sekali. Sebelum telepon dan HP merebak, ibu dan bapak berkabar perkembangan anak-anaknya lewat surat dan foto-foto. Dari situasi ini seringnya narasi yang disampaikan anak diposisikan sebagai korban, tapi sebenarnya mereka(orang tua) pun ternyata terluka. Ada hal-hal yang perlu dikorbankan untuk memenuhi segala kebutuhan. Bagi keluarga tanpa privilese, hal ini mungkin jadi sesuatu hal yang normal dan merupakan jalan yang harus dijalani.
Karena mereka menjadi orang tua untuk pertama kalinya, anak pun tidak dapat memilih terlahir dari keluarga seperti apa, tapi setidaknya setiap dari mereka menyadari posisi, kondisi, dan tindakannya. Aku merasa setiap keadaan/tindakan yang mungkin di cap sebagai kesalahan pengasuhan atau malah kebaikan/hikmah yang dapat diambil adalah narasi pada setiap artikel parenting tanpa memasukkan faktor spesial setiap keluarga.
Dewasa ini setelah lebih sadar akan kesehatan mental, luka masa lalu dan pengaruhnya di hidup seseorang saat ini dan di masa depan, mungkin saatnya untuk saling menyembuhkan. Membasuh perlahan luka dan berdamai, mensyukuri dan memahami tanpa menghakimi lagi apa yang sudah lewat. Memang ya, menjadi orang tua (menjadi manusia) adalah proses belajar sepanjang umur.
Sidoarjo, 27 Agustus 2024
2 notes
·
View notes