#riany
Explore tagged Tumblr posts
guy60660 · 5 months ago
Text
Tumblr media
Zal Riani
450 notes · View notes
bostonfly · 3 months ago
Text
Tumblr media
Shadows, 2021, shot on iPhone 6s Plus. 
Photography: Zal Riani
1 note · View note
jabberwocky1996 · 2 months ago
Text
@ferretfyre
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Barbara Palvin
Harper's Bazaar Brasil, September 2024 || 📷: Kessia Riany
168 notes · View notes
callilouv · 2 years ago
Text
NO MORE RAIN AND LIGHTNING IN YASHIORI ISLAND FINALLYLL
0 notes
gadisturatea · 1 year ago
Text
Sebelum menjadi ibu yang baik, kita perlu belajar bagaimana menjadi pasangan yang baik. Dan sebelum menjadi pasangan yang baik, kita perlu belajar bagaimana menjadi pribadi yang baik.
Makanya sungguh lucu ketika ada seseorang yang ingin menjadi ibu yang baik, namun tidak mau belajar bagaimana menjadi istri yang baik. Padahal salah satu fondasi untuk bisa menjadi ibu yang terbaik adalah, menjadi istri yang baik terlebih dahulu.
Fondasinya harus sesuai di awal agar kokoh bangunannya menjulang ke atas. Tidaklah mungkin seseorang menjadi ibu yang baik bagi anak- anaknya, bila ia tidak pernah menjadi istri yang shalihah bagi suaminya.
Ketahuilah wahai saudariku, jika kau tidak bisa menjadi istri yang baik, maka kau juga akan sulit menjadi ibu yang baik. Sebab, jika suamimu saja tak bisa kau perlakukan dengan semestinya, maka bagaimana mungkin kau berharap bisa menjadi ibu yang baik di Mata Allah?!
—Riany Azzahra @gadisturatea
389 notes · View notes
happymoxxy · 1 year ago
Note
what would happen if i decided to slap a piece of cheese on naris face?
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
EMOTIONS WILL HAPPEN ANON
I have no idea but when I got this ask my brain went BURN OUT OVER MAKE A COMIC yea like I said your asks help a lot.
Now all Narinder needs to do is reconcile with his other son. That can only go well, right?
shout out to my buds Puffy, Riany, Cosmica, Alfie, and bishop hollow on Discord who appeared as background characters in this comic.
372 notes · View notes
azherwind-art · 1 year ago
Text
Tumblr media
nothing quite like sketching some Miles Edgeworth, the Riany Days epilogue keeps advancing, slow but it is!
142 notes · View notes
coolestpilotevr · 27 days ago
Text
this plante sux wat hte fuck. so riany. gnna get m fckin boots wet
8 notes · View notes
mutant-distraction · 1 year ago
Text
Tumblr media
Marcelo Zal Riani Photography
36 notes · View notes
toaster-fire-art · 2 years ago
Text
Tumblr media
i've had these stored away for a riany day
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
116 notes · View notes
les-portes-du-sud · 3 months ago
Text
Ph : Marcelo Zal Riani.
Tumblr media
6 notes · View notes
444names · 6 months ago
Text
Names generated from Star Wars sentient species and Tolkienesque forenames
Aadaga Ablotheros Abysameh Adini Agallegoe Ahagor Alacaplode Aladocal Alanyao Alarahtan Almandil Aloffin Alpeciriel Ambrag Amingbomir Amlian Amraingil Andaca Andan Andor Andren Antil Aples Araglorlan Aragonbran Arakaraan Arandisirl Arbargan Ardir Argelen Arhorsar Arian Arinlant Arladorpli Arnelmor Arniel Arodbro Aroos Arron Arthian Artius Assandan Assion Atatauran Atlanna Azdampirgi Azmeek Azmeldaras Azumos...
Badûn Balast Baraghulog Barago Baranc Bararti Bardar Bartiën Bassë Bathmoot Batla Battâri Beesh Bered Bergothos Berimbatis Beshnákhos Bestran Bionduil Blundir Boandoe Bolorl Bolthoan Bomaunds Bomed Bomethor Bomizznon Bonamet Borost Bpfak Bpfas Bradaen Brala Brasst Breth Brethran Bronai Brynna Bufolway Bumbarair Bysamlin Bysan Bëoroduib Calbucabor Caploguesi Carangi Carnian Cashog Catatii Celeftar Celemin Celeyma Celfasti Celing Cemengir Cemerum Ceodrasta Ceorodor Chlumen Ciland Cilion Cladur Condi Condrang Conds Conkortzan Crashaldor Cruca Crunglian Curgimando Curingu Cyraphian Círdir Darinct Dealmo Delarwin Delema Delinna Dendiran Derog Diandil Doldabi Dowfan Driantish Dueadûnan Dwyssi Dyploros Déawanurog Déodhel Déodonk Eevegundor Elebu Elego Elemman Ellan Ellous Elsen Embur Encian Endorion Equan Everian Evwicolion Exothich Extianthor Eäredup Eärniand Eärwinahar Fakhôr Farië Faurn Fehtolin Fendil Fiangusian Filka Finikan Finto Fishalfwin Flaraidil Flugla Flukal Fnetakk Folcwalan Fopikanton Frellph Fréagon Garan Gendo Gerilka Germakan Ggiteer Ghaláf Gheldë Gilaby Gilianáin Gillian Glath Glinalick Glinnaph Glotur Glóren Gonian Gothak Grianwë Gungloni Gusiane Hadûn Haggrue Hakrahta Hakul Haldanazan Halfax Haramdír Hathoot Hendek Herroikal Herunínil Hidena Hilwiendas Hithôn Hivoroddil Hosix Hynna Húrian Ildachirin Imair Imakala Imbatan Ineba Ineth Inroovicor Irungue Ivorryon Jassar Jastan Jeonwë Kajiano Kalasfastë Kalassh Kalkan Kandrallid Keredher Keïtok Kholcal Khorlimmor Khorn Khrakil Kiant Kinik Kinyë Koliy Kondir Korol Korthrawin Krian Kílid Labav Lasaróf Lefaurn Leffen Legon Lenniend Lephal Lewenduu Logim Lornhír Lothir Lugar Lukallar Lunda Lusty Mabys Macil Madamdís Maerúmir Maineld Malcwair Maldë Mandill Mands Marattrane Martz Marue Mavain Mavan Mecthate Meekk Meftai Melros Meredan Midorogy Mirin Miryarekk Molwin Moniancana Muquat Naldan Nalori Nariantil Naton Nedhelvam Neevel Nelen Neliy Niethen Nimeld Nobatar Noian Nortin Náman Nínien Ohephas Opikan Oppfalan Orgod Orinyahi Ormtoo Orthathor Overec Oviandin Pakaran Palvanak Passtar Pecil Peilmoo Phandir Pharan Phien Pkothaldë Pkothor Ploduurwer Polem Pourion Prina Priën Prost Purion Qonix Qubspel Ralocastan Rasindil Ravan Reebroian Rettor Riani Saegon Saettârina Saman Sandiankor Santon Sanyah Saran Sarrever Saugorma Saurungorl Seaniena Seess Sendivran Shagon Shelegori Shwizian Sionkoo Skeradilid Skulmë Slebrek Sleebarla Sogimë Squben Squilmo Squing Squolegol Squolë Squor Swamrask Symalup Symant Symauhmo Taranes Tarar Taresty Taulan Tefróg Terucarl Throodoni Thráinropp Théomelien Tophem Tostlin Towali Trang Trezh Trinyar Tundacchid Tuorna Túrionde Ubahtar Ubard Ubarffin Ufienian Ugduil Ughath Ullaiship Ulpto Ulwikasich Undian Ungun Uolagol Uolan Uriolassin Urweth Usian Usillid Usiondian Vakho Valberion Valdt Vamindid Vanety Vanárian Viendandar Viensor Vincir Vjumacin Vlugol Vobar Volpeng Vooinduide Vorek Vrausich Vrazogy Vánan Warron Werimlian Whian Winchian Wodorati Wodrayan Wodurwerag Wornor Xenorth Xylas Yaldwan Yaláf Youseand Ysabys Yávidenian Zilabi Zimulki Zumabbof Éodeyllian Éodherinon Éodoants Éoranhíri Éotragwin Óindullian
6 notes · View notes
fullcupofstyle · 8 months ago
Text
Tumblr media
Alexandra Lapp wearing Riani brand (pants, jacket, coat)
2 notes · View notes
eyesclosed966 · 9 months ago
Text
riany day today 🤍
Tumblr media
5 notes · View notes
gadisturatea · 1 year ago
Text
Tidak semua orang sefrekuensi dan sepemahaman dengan kita. Maka sangat wajar jika ada yang tidak setuju atau bahkan tidak suka dengan kita.
So, pahamilah hal ini. Dan tanamkan dalam hati, bahwa tidak disukai manusia itu hal yang biasa. Sangat wajar. Sebab masing-masing dari kita memiliki prinsip yang berbeda.
Pesanku, untuk hidup di tengah manusia yang beragam ini, kita perlu belajar untuk tidak disukai. Bukan untuk apa-apa. Hanya saja demi menjaga dan menyelamatkan hati kita dari rasa sakit yang terlalu dalam.
— Riany Azzahra @gadisturatea
125 notes · View notes
khodijaturrohimah · 2 years ago
Photo
Tumblr media
MASALAH DAN MASALAH
“Kamu yakin mau lanjut sekolah lagi? Kalau iya setidaknya kita baru bisa sama-sama 4 tahun lagi lo. I need you.” Suara Arman terdengar di ujung telepon. Arman telah berusaha mendukung Sarah dan mimpi-mimpinya, tapi ia tidak menyangka akan seberat ini. Usia pernikahan mereka sudah memasuki 3 tahun, tapi ⅔ waktu itu dihabiskan dalam kondisi berjauhan.
“Boleh nggak kalau aku coba 1 kali lagi? Aku janji ini percobaan terkahir.” Suara Sarah terdengar lirih, ia menyayangi suaminya tapi ia juga punya mimpi yang ingin dikejar.
“Terus kalau keterima kita akan lanjut kayak gini selama 4 tahun selanjutnya?” Sarah hanya diam, tidak berani menjawab pertanyaan Arman.
“Tolong pikirkan ulang tentang hubungan ini maupun keinginan-keinginanmu.” Arman putus asa, istrinya memang keras kepala, sulit sekali dibujuk. Telepon diakhiri dengan diskusi yang tidak berjalan mulus. 
Bagi Sarah mimpi adalah penggerak hidupnya, sejak koas ia telah menetapkan hati ingin menjadi spesialis penyakit dalam, dan hal ini yang terus ia pegang sampai saat ini. Apa yang ia kerjakan selalu berfokus pada jalan menuju mimpinya itu. Saat awal menikah dengan Arman ia tidak menyangka bahwa hubungan ini akan menjadi salah satu penghalang besar antara ia dan mimpinya. Belum lagi mertuanya yang ingin segera mendapatkan cucu. Bukan Sarah tidak ingin punya anak, tetapi ia merasa belum siap jika harus membagi waktu dengan segala kesibukannya saat ini. Ia tidak mau jika anaknya kelak menjadi korban karena keegoisan sesaat. Sarah ingin semua sesuai dengan timeline yang telah ia buat, ia akan punya anak ketika menjadi residen senior. 
Akhir minggu ini Sarah akan menghadiri acara keluarga Arman sendirian, karena suaminya masih belum bisa pulang. Membayangkan saja sudah membuat kepala Sarah pusing, ia butuh persiapan ekstra untuk menghadapi setiap pertanyaan dan tuntutan yang akan muncul nanti, terutama dari ibu mertuanya.
Ibu, tidak lain adalah sosok wanita paling dihormati dalam sebuah rumah, bukan karena sifatnya yang semena-mena tapi kasih sayangnya yang tiada tara membuat setiap anggota keluarga begitu terikat kepadanya. Sama halnya dengan Alfi dan ibunya, rasa sayang di antara keduanya membuat Alfi memutuskan untuk fokus kepada ibunya, ia tidak ingin menyesal jika kelak ibunya pergi meninggalkannya.
Sebagai seorang dokter Alfi paham betul saat ini kondisi ibunya tidaklah baik, kasarnya “hanya menunggu waktu”. Meski sudah melalui operasi, kemoterapi dan dinyatakan bersih rupanya kanker ibu muncul kembali. Kali ini kanker nya telah menyebar ke organ lain, salah satunya adalah penyebaran ke tulang. Hanya karena hantaman kecil ketika jatuh sudah menyebabkan patah tulang kaki, dan kini ibunya harus dibantu ketika beraktivitas. Radit maupun kisah cintanya telah ia buang jauh-jauh, saat ini hanya ada ibu di pikiran Alfi.
“Radit kok sudah nggak pernah ke sini Fi?” Pertanyaan yang sudah dipersiapkan jawabannya oleh Alfi.
“Alfi sudah putus bu, udah lama malah, ibu kok baru sadar.” Alfi menjawab sambil tertawa kecil, ia tidak boleh nampak sedih di depan wanita kesayangannya itu.
“Karena ibu?”
“Ya enggaklah bu, kok ibu ge-er sih. Karena memang nggak cocok aja.” Masih dengan candaan Alfi menjawab pertanyaan ibunya.
“Padahal ibu pingin lihat kamu menikah sebelum pergi, kok ternyata malah putus.” Alfi hanya tersenyum mendengar perkataan ibunya. Dipijatnya pelan-pelan tangan ibu, begitu ringkih, hanya tersisa tulang dan kulit. Seandainya ibu tahu alasan sebenarnya mungkin akan membuat ibu sedih, dan Alfi tidak mau itu terjadi. Hanya ada keheningan di antara mereka sampai akhirnya ibu tertidur dan tak lama Alfi ikut tertidur di sebelah ibunya.
“Kalau aku menghubungi Prasetya duluan aneh nggak menurut kalian?”
Chat Riani di grup siang ini membuat geger semua sahabatnya. Setelah beberapa hari menimbang-nimbang akhirnya ia memutuskan untuk bertanya.
“Kamu gila ya?” - Sarah
“Ada masalah apa Ri?” - Alfi
“Are you okay?” - Tasya
Ketiga sahabatnya ini adalah saksi hidup bagaimana hancurnya Riani setelah kepergian Prasetya. Laki-laki itu memberikan rasa benci tersendiri di hati mereka. Bagaimana bisa seorang laki-laki bisa begitu jahat terhadap wanita yang telah memberikan segala yang dia miliki. Iblis mungkin lebih tepat untuk mendeskripsikan sosoknya. 
“Aruni tanya tentang papanya.” Hanya itu jawaban yang bisa ia berikan.
Jika bukan karena Aruni sudah pasti Riani tidak akan melakukan itu. Setiap malam putrinya selalu menuntut jawaban terkait pertanyaannya malam itu, dan ia tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang ia mau. 
Bukankah tidak pernah menghubungi atau mencari anaknya selama 5 tahun sama saja dengan tidak sayang? Meski memberi jawaban bahwa Prasetya tidak menyayangi anaknya mungkin akan memuaskan rasa ingin tahu Aruni, tapi Riani takut jawaban itu akan menjadi luka tersendiri untuk putrinya. 
Keputusan Riani untuk tidak menjelekkan Prasetya di depan Aruni membuat tiga sahabatnya kagum. Orang tua Riani juga sama hebatnya, meski kecewa luar biasa mereka tetap bisa mengendalikan diri untuk tidak mencaci maki Prasetya di depan orang lain. Sebagai catatan bahwa Prasetya adalah anak dari sahabat ibu Riani.
"Let's discuss about it later. Jangan lupa nanti ke Ambrosia." Alfi membalas chat sambil bersiap untuk pergi.
Hari ini kesempatan terakhir Alfi untuk berada di luar lebih lama, karena besok mas Alif waktunya pulang ke istri dan anaknya. Keberadaan kembarannya dua minggu terakhir memberikan tambahan sedikit ruang gerak untuk Alfi. Tanpa menyia-nyiakan waktu Alfi ingin segera sampai ke Ambrosia dan menikmati waktu sendiri sebelum bertemu sahabat-sahabatnya.
"ALFI!" Suara yang begitu familiar terdengar dari belakang, tapi Alfi terus berjalan pura-pura tak mendengar.
"Alfi." Kali ini suaranya begitu dekat, di sebelah kanannya. Mau tidak mau Alfi harus menoleh.
"Hai Dit, tumben ke sini, ada perlu apa?" 
"Mau bicara sama kamu." Jawaban Radit membungkam mulut Alfi.
Meski sudah 3 bulan berpisah tapi Alfi masih belum siap jika harus bertemu kembali dengan Radit. Alfi sadar memutuskan hubungan secara sepihak adalah hal yang salah dan menyakitkan. Tapi Alfi juga tidak ingin jika menjadikan ibunya sebagai alasan kepada Radit.
"Mau bicara dimana?" Alfi tidak ingin ada yang mendengar percakapan mereka. Di sini kabar apapun bisa menyebar lebih cepat dari api yang tertiup angin di ladang gambus.
"Mau ngobrol sambil makan?"
"Nggak usah, kita bicara di mobilmu aja, aku habis ini ada janji." Alfi ingin percakapan ini cepat selesai, ia segera berjalan ke arah mobil Radit.
"Fi maaf kalau aku ganggu kamu, tapi jujur aku masih nggak ngerti kenapa kamu tiba-tiba mutusin aku. Kasih aku penjelasan supaya aku tahu apa salahku." Radit berbicara langsung ke inti tanpa basa-basi.
"Kita sudah nggak cocok Dit, itu alasannya." Alfi menatap lurus ke depan.
"Tapi itu nggak menjelaskan apa-apa Fi, beri tahu salahku dimana?"
"Kamu nggak salah apa-apa, aku cuma ngerasa nggak cocok aja." 
"Kalau memang nggak salah, setidaknya bales chatku Fi, kita putus bukan berarti jadi musuh kan?" Alfi mengangguk dan segera keluar dari mobil, jika terlalu lama bisa-bisa perasaannya akan goyah. 
Salah satu alasan kenapa ia tidak pernah membalas chat atau telepon dari Radit adalah takut benteng pertahanannya akan ambruk. Alfi memutuskan hubungan dengan Radit bukan karena perasaannya telah berubah, bukan juga karena Radit melakukan kesalahan besar kepadanya. Ia ingin menjaga ibu yang kondisinya semakin menurun. Waktu yang bisa Alfi bagi dengan orang lain semakin sedikit dan ia enggan jika ini menjadi masalah untuk hubungannya dengan Radit. Lebih baik memutuskannya lebih dulu sebelum muncul masalah baru.
Tak terasa Alfi sudah sampai di Ambrosia, ia tiba kedua setelah Riani yang telah duduk di tempat biasa. Riani melihat keluar jendela sambil melamun, tidak menyadari kedatangan Alfi. Dahinya berkerut dan bibirnya rapat terkatup, tampaknya Aruni dan Prasetya memenuhi pikirannya saat ini.
“Udah pesen belum Ri?” Alfi duduk di seberang Riani.
“Sudah, aku pesen yang seperti biasa.” Pandangannya tetap keluar jendela, ada banyak skenario yang sedang bermain di kepalanya. Ia bingung cerita mana yang akan ia pilih untuk dirinya, Aruni dan Prasetya. Egonya masih bersikeras untuk tidak menghubungi Prasetya lebih dulu. Dia ingin membuktikan bahwa hidupnya baik-baik saja tanpa kehadiran laki-laki itu. 
“Jadi gimana Ri?” Suara Sarah mengagetkan Alfi dan Riani.
Sarah datang bersama Tasya dan segera ikut duduk di tempat yang masih kosong. Agenda pertama mereka adalah membicarakan tentang masalah Riani. 
“Aruni pingin ketemu papanya.” Tatapan mata Riani tak juga bergeser dari jendela.
“Terus kamu sudah menghubungi Prasetya?”
“Belum Sar, aku sebenarnya juga nggak mau menghubungi dia duluan, toh dia yang pergi.” air mata mulai menggenang di pelupuk Riani, mengingat kembali kejadian 5 tahun yang lalu sama dengan membuka kembali luka yang hampir sembuh. Riani sudah bisa hidup dengan bahagia tanpa laki-laki itu, tapi kenangan pahit mereka masih saja terasa perih.
“Harus banget ya Ri?” Alfi tak tega melihat sahabatnya yang nampak kembali kalut karena iblis bernama Prasetya.
“Aruni berhak ketemu papanya Fi, aku salah kalau menghalangi pertemuan mereka.”
“Tapi kan Prasetya nggak pernah menghubungi kamu lagi Ri. Bukannya itu bisa jadi jawaban untuk Aruni?”
“Aku nggak mau Aruni kecewa dengan sosok laki-laki, aku berharap kelak dia bisa membina hubungan tanpa rasa takut atau kecewa terhadap lawan jenis.” 
Jawaban Riani terasa begitu menusuk bagi Tasya. Hal itu yang ia rasakan sekarang. Salah satu yang membuat hubungannya berliku-liku adalah kekecewaan terhadap ayahnya. Orang yang begitu ia sayangi tega meninggalkannya dan ibunya hanya karena perempuan yang lebih muda. Dan saat ini ia takut untuk melanjutkan ke jenjang yang  lebih serius karena tak mau jika kelak ditinggalkan begitu saja oleh Haris.
“You are a good mom Ri, I’m so proud of you.” Tasya memeluk Riani yang duduk di sebelahnya.
Riani membuka laptop dan menunjukkan draft email yang telah dibuatnya sejak semalam. Ia sudah menghapus seluruh kontak Prasetya dan hanya menyisakan alamat email saja, berjaga-jaga jika suatu hari muncul kondisi darurat seperti saat ini.
12 notes · View notes