#relawan Emak-emak
Explore tagged Tumblr posts
kbanews · 1 year ago
Text
SKI Manies Ayu Brebes Semarakkan Jalan Sehat Muhammadiyah
JATENG | KBA – Militan emak-emak Sekretariat Konsolidasi Indonesia (SKI) Bumiayu (SKI Manies Ayu) ikut menyemarakkan kegiatan jalan sehat pada Minggu, 23 Juli 2023 di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Pengurus SKI Manies Ayu, Wasilah menjelaskan, kegiatan jalan sehat diadakan oleh Pimpinan Cabang (PC) Muhammadiyah Bumiayu. Di mana, kegiatan tersebut diikuti warga Muhammadiyah dan masyarakat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lampung7com · 3 days ago
Text
Unras Kembali Warnai Aksi Damai Pembatalan Wahdi Qomaru
LAMPUNG7COM – Metro | Ratusan massa pendukung pasangan calon (Paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Metro, Wahdi dan Qomaru Zaman kembali melakukan unjuk rasa (Unras) dan menggruduk kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat, Kamis (21/11/2024). Massa yang terdiri dari gabungan relawan WaRu, LSM di Kota Metro dan pasukan emak-emak tersebut konvoi menggunakan sepeda motor dan berorasi mulai di…
0 notes
rumahzakat-cilegon · 7 months ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
"Infak.Id dan Rumah Zakat Salurkan Bantuan Beras untuk Warga Pandeglang: Sentuhan Kemanusiaan di Desa Ciinjuk"
Infak.Id Rumah Zakat Salurkan Beras Untuk Warga Pandeglang kepada 20 warga yang berada di Desa Ciinjuk Kabupaten Pandeglang Banten. Terdapat bebera titik penyaluran yaitu Kp. Pasir bengkok, Kp. Ciinjuk, Kp. Nyoreang dan Baturjaya. Tempat tersebut masih terdapat rumah panggung dari kayu dan bambu dan berada di ujung perkampungan. Masyoritas penerima manfaat adalah janda, buruh
Alhamdulillah senyum bahagia dan sukur terima kasih disampaikan oleh para penerima manfaat. Paket beras 5 Kg dan Kornet Super Kurban ini sangat bermanfaat untuk kebutuhan makan sehari-hari. "Terima Kasih Infak.Id dan Rumah Zakat ema ada bantuan beras dan kornet, semoga tambah berkah" kata Emak Kuwini kepada Agus Wardani Relawan Inspirasi.
0 notes
bentengsumbar · 1 year ago
Text
HOT! Presiden Jokowi Dilempari Sandal di Medan, Diduga Pelaku Emak-emak Relawan Bobby Nasution | BentengSumbar.com
0 notes
goriaucom · 2 years ago
Text
Emak-Emak Jakarta Timur Deklarasikan Dukungan Total untuk Prabowo Subianto Capres 2024, Yakin Indonesia Akan Mandiri dan Berkemajuan
JAKARTA – Relawan Emak-emak Jakarta Timur dengan semangat membara memberikan dukungan penuh kepada Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, untuk maju sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024. http://dlvr.it/Sn4DGq
0 notes
halidew · 3 years ago
Text
Pendidikan untuk Semua Kalangan
Menurutmu, apa pentingnya pendidikan?
Aku pernah bertekad menempuh pendidikan setinggi mungkin lantaran kesal saat tidak nyambung bicara pada orang lain. Padahal, saat itu aku merasa sudah menggunakan bahasa sesederhana mungkin. Aku tidak ingin menjadi penyebab seorang profesor kesal saat bicara padaku lantaran aku yang tak kunjung mengerti. Namun, apakah itu tujuan dari pendidikan? 
Konferensi Ibu Pembaharu sebagai gelaran acara peringatan 1 dekade Ibu Profesional membawaku berkenalan dengan sosok Heni Sri Sundani. Perempuan ini mencitrakan dirinya sederhana. Akan tetapi, pesonanya begitu melekat dalam jiwa. Tak heran, beberapa tahun silam ia berhasil meraih penghargaan Forbes 30 under 30 Asia dan disusul Women Empowerment Awards dua tahun setelahnya.
Tumblr media
Melihat gambar dirinya di flyer Konferensi Ibu Pembaharu, aku langsung menduga ada “sesuatu” dengan ibu dua balita ini. Namun, aku tidak menyangka bahwa ia akan mengawali sesi malam itu dengan membagikan cerita kelam dalam pengalaman hidupnya. Menyaksikan ketenangannya berbicara, tampak bahwa sosok ibu pembaharu ini telah berdamai dengan getirnya kepahitan masa lampau dan dengan tegar menggenggamnya sebagai pengobar semangat perubahan.
Perempuan asal Ciamis ini lahir di tengah kondisi keluarga yang memberi banyak alasan untuk ia gagal. Kedua orang tuanya bercerai sejak ia bayi sehingga Heni tumbuh dalam asuhan sang nenek. Selain tidak mampu baca-tulis, sosok yang ia panggil emak itu juga difabel; tak punya jari tangan dan jari kaki. Kondisi yang ia alami sangat-sangat terbatas, tapi mimpinya menjadi guru terus mendorongnya pantang lelah berjuang.
Untuk bersekolah, Heni perlu menempuh jarak 2 jam pulang-pergi saat SD dan dua kali lipatnya saat SMP. Sudah begitu, terkadang gurunya tidak masuk. Itulah sebabnya ia bertekad kelak akan menjadi guru yang tidak menyia-nyiakan semangat muridnya untuk belajar.
Selepas lulus SMK Heni berangkat ke Hongkong sebagai TKI. Namun, diam-diam ia telah menargetkan agar pulang sebagai sarjana. Benar saja, ia pun kembali sebagai sarjana pertama di kampung halamannya. Membaca kutipan dari Bung Hatta, Heni tergerak untuk memperbaiki sesuatu. Ia tidak mempermasalahkan nikah-muda-banyak-anak yang masih saja terjadi di kampungnya, tetapi ia tidak bisa diam menyaksikan rantai kemiskinan kian memanjang dan berulang.
Tumblr media
Heni memulai gerakan #anakpetanicerdas di 2011. Langkahnya yang bermodal 3.000 buku yang ia bawa dari Hongkong, membawanya bertemu dengan sosok-sosok kecil dengan kondisi tak jauh berbeda dari masa lalunya, bahkan lebih berat. Ia bertemu dengan sosok Ayu yang saat itu masih kelas 3 SD, tapi sudah harus pontang-panting mengumpulkan biaya. Pernah tujuh hari lamanya Ayu dan adiknya memulung sampah bekas agar dapat membayar biaya LKS. Satu karung penuh dihargai seribu rupiah. Sementara Ayu baru sanggup memenuhi karungnya setelah bekerja seharian sehingga terpaksa bolos sekolah.
Ayu hanyalah satu di antara lebih dari sembilan ribu anak yang memiliki kisah dan mimpinya sendiri yang kemudian tergabung dalam program yang Heni besarkan. Tentunya Heni tidak melakukan semuanya sendiri. Dengan dukungan suami dan juga para relawan dan donatur, kelas yang mulanya diselenggarakan dengan spidol dan kardus bekas sebagai pengganti papan tulis lantaran keterbatasan biaya, bisa diduplikasi di berbagai pelosok Indonesia.
“Kami punya gerakan #sarjanapulangkampung dan #bangunIndonesiadarikampung,” tutur Heni. Para penerima beasiswa yang sudah lulus sarjanalah yang kemudian menjadi penggerak kelas-kelas anak petani cerdas diadakan di kabupaten Bogor, Banjar, Ciamis, Jawa Tengah, Pulau Lombok, dan juga Sumbawa.
Heni percaya dan telah membuktikan sendiri bahwa pendidikan dapat membantu seseorang menjadi mandiri dan mampu meraih impiannya. Bantuan beasiswa yang disalurkan pada para anak didik membantu mereka mengakses pendidikan dengan meringankan ongkos transportasi ke sekolah, misalnya, sehingga mereka bisa belajar dengan sungguh-sungguh. Namun demikian, sekolah tetap perlu disokong dengan keluarga dan masyarakat yang saling bersinergi menciptakan ekosistem yang mendukung.
Anak-anak butuh teladan. Mereka butuh pendampingan belajar, mereka perlu penanaman karakter, serta pengasahan keterampilan sesuai potensi dan minat yang mereka miliki. Di sanalah kemudian #anakpetanicerdas mengambil peran sebagai komunitas, karena sadar tidak semua keluarga memiliki privilege untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Mau tidak mau Heni dan tim harus mengakui, untuk memutus rantai kemiskinan, pendidikan anak saja tidak cukup. Gerakan anak petani cerdas pun merambah pada pemberdayaan masyarakat, didukung dengan program bantuan kesehatan dan social emergency. Contoh kegiatannya adalah mengadakan kelas-kelas juga untuk para orang tua, baik dalam rangka memberantas buta huruf maupun menyelaraskan frekuensi pembelajaran.
Salah satu tantangan yang berat adalah ketika ada orang tua yang skeptis terhadap proses pendidikan. Tak jarang orang tua lebih menginginkan anaknya ikut membantu bekerja cari uang daripada menghabiskan waktu belajar. Untuk ini, pendidik memang membutuhkan kesabaran. “Pendidikan itu kan seperti menanam, kita tidak bisa memanen di hari yang sama,” ungkap Heni.
Heni dan tim memetik buah manisnya setelah orang tua percaya melihat perubahan perilaku putra-putrinya yang ikut belajar di kelas-kelas anak petani cerdas. Sekalipun tidak selalu memiliki bangunan khusus untuk proses belajar, kakak-kakak relawan tidak lupa menyelipkan PR yang membuat anak-anak tergerak membantu orang tua di rumah dan bercerita mengenai apa yang mereka peroleh hari itu. Alhasil, para orang tua yang anaknya belum bergabung di kelas pun ikut tertarik dengan gerakan tersebut.
Lagi-lagi terbukti, kebaikan akan menarik kebaikan-kebaikan lainnya. Kini Heni melangkah bersama lembaga-lembaga lain yang sevisi, ribuan donatur, juga relawan dan tenaga profesional dari dalam dan luar negeri. Memang menjadi tantangan tersendiri menyalurkan bantuan agar tepat sasaran. Namun, ketika hal itu terwujud, bukan mustahil tidak hanya satu orang saja yang terbantu, tetapi satu keluarga, atau malah satu generasi.
Tumblr media
Jika Heni memiliki moto, “Memberi bukan karena kelebihan, tapi karena tahu rasanya tidak punya apa-apa,” menurutku kita tidak perlu menunggu keduanya untuk mulai berbagi dan melakukan kebaikan. Tak perlu menunggu berlebih, ataupun menunggu tahu rasanya tidak punya. Ialah wujud dari rasa syukur kita akan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Seperti frasa “terima kasih”, kata terima selalu beriringan dengan kasih. Atas limpahan ilmu yang kita kenyam, atas lingkungan yang menjadikan kita hari ini, atas izin merasai segala nikmat yang dikaruniakan oleh Sang Maha.
Mulailah mendidik. Sekalipun dengan gerakan kecil. Sekalipun dari diri kita sendiri.
Terima kasih suguhannya, ibu profesional!
4 notes · View notes
limadetikcom · 6 years ago
Text
Relawan Emak-emak di Sumenep Bertekad Menangkan Prabowo-Sandi
Relawan Emak-emak di Sumenep Bertekad Menangkan Prabowo-Sandi
SUMENEP, limadetik.com – Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo-Sandi terus mendapat dukungan dari berbagai kalangan. Termasuk dari relawan Emak-emak Sahabat Prabowo-Sandi di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Koordinator Relawan Emak-emak Sahabat Prabowo-Sandi, Sumenep, Yuli Handayani dengan tegas mengatakan siap mengantarkan paslon nomor urut 02 ini menjadi Presiden dan Wakil…
View On WordPress
0 notes
dulurganjar · 2 years ago
Text
GERAKAN CANVASING 6 JUTA PETISI NASIONAL OLEH DPD DGP KOTA SALATIGA PROVINSI JAWA TENGAH
Aksi gerakan canvasing Petisi DPD DGP Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, melalui program jual telur harga ekonomis hari ini yang digelar di 3 kecamatan sekaligus.
Rabu 20-07-2022 di beberapa titik kumpul militan tiap POSKO DGP.
Gerakan petisi di serbu barisan emak-emak.
"Dengan harga telur yang lebih terjangkau, Relawan DGP Kota Salatiga hadir menjadi solusi bagi barisan emak emak yang saat ini mengeluh kenaikan harga telur", Supriyadi, Ketua DPD DGP Kota Salatiga
Dalam Agenda tersebut Raden Zieo Suroto, Ketua Umum DPP DGP turut serta menyaksikan acara tersebut.
Saya berharap Aksi serupa bisa di tiru oleh tiap kota dan kabupaten seluruh Indonesia. Aksi Gerakan Petisi 6 jutaan untuk tingkat Nasional ini sangat penting untuk DGP, sebagai bukti nyata bahwa Ganjar Pranowo benar-benar didukung oleh rakyat banyak sebagai Capres 2024
DGP Aksi Gerakan 6 Juta Petisi Nasional
Dulur Ganjar Pranowo
1 note · View note
fathanabdillah · 6 years ago
Text
Cerita Pertama
Saya ingin bercerita,
saya pernah bilang pada seorang teman bahwa saya tidak punya sahabat, yang saya punya hanya teman dekat
mungkin belum punya
Karena selama ini pun teman dekat sifatnya hanya temporer bahkan saya punya teman rumah yang dari kecil kami bersama-sama sampai mau jumatan saja perlu janjian,namun ketika kami berbeda SMA, intensitasnya semakin lama semakin hilang dan bahkan jika bertemu selalu diawali dengan awkrward moment, dan banyak contoh-contoh circle pertemanan saya yang temporer, dari SD, SMP dan SMA, dan teman kuliah pun mungkin akan seperti itu. Jika definisi sahabat pada umumnya adalah yang selalu ada disaat dibutuhkan, teman curhat sampe mewek, udah dianggep keluarga sendiri sama satu dan lainnya, intensitas pertemuan super tinggi meskipun dipisahkan jarak dan waktu minimal suka saling menhubungi, ya memang benar saya tidak punya teman yang seperti itu.
mungkin belum punya,
entah apakah ini salah apa tidak, atau saya yang memang tidak peka, atau entah. Namun saya bisa berasumsi bahwa saya mungkin adalah orang yang senang bergaul namun saya juga senang menyendiri. teman saya (bisa dikatakan) banyak, namun saya menganggap semuanya sama, teman dekat, dan mungkin teman super dekat, bukan sahabat (sejauh ini), tapi saya berusaha menjadi orang yang siap membantu kapan saja, mendengarkan curhat apa saja, saya janji, dengan catatan kebutuhan saya untuk menyendiri sudah terpenuhi, tergantung urgensinya, misalnya aduh bingung misalnya apa ya, ya gitulah kebayang ya, intinya mana yang lebih penting misalnya dibandingin nongkrong-nongkrong doang sama dirumah baca, bantuin emak beresin rumah, atau bahkan tidur itu lebih penting menurut saya, entah kenapa, nah tapi bukan berarti saya orang yang anti nongkrong, saya senang juga kok nongkrong tapi akhirnya kadang saya milih mana yang kebanyakan ngobrolin becandaan sama yang seimbang antara becandaan sama ngomongin hal-hal yang serius, dan bukan yang suka nongkrong tiap hari dari malem ampe pagi.
Tapi,
pada perjalanannya, sejujurnya saya memang butuh tapi mungkin belum punya, atau belum dicari, apakah perlu dicari? atau harusnya datang sendiri? kaya nyari pacar, jir, atau justru saya yang harusnya mengubah konsep pertemanan saya? yang tadinya hanya saya anggap sebagai teman tapi saya anggap semuanya sahabat, dan ya persahabatan tuh tidak memiliki tembok virtual diantaranya, bisa curhat sama siapa aja, bisa dengan seenaknya nelepon tengah malem kalo butuh bantuan, tolol-tololan, saling ngingetin kalo terlalu salah dan terlalu baik. Mungkin alasan lain mengapa saya masih bingung dengan konsep sahabat adalah saya terlalu takut atau tidak enak jika ada teman diantara teman-teman dekat ada yang saya spesialkan, saya tau itu pemikiran yang aneh dan terdengar berlebihan tapi jujur itu adalah salah satu alasannya, sehingga saya memukul rata perlakuan saya terhadap semua teman, namun dampaknya saya hanya mengenal mereka dipermukaannya saja dan saya tidak bisa memilih nama-nama orang yang harus dimasukan ke dalam ucapan terimakasih di halaman kata pengantar laporan tugas akhir saya, yang pada akhirnya saya tulis semua, ya semua, karena saya takut mereka kecewa ketika baca dan nama mereka tidak ada disitu, aneh kan? ya memang. dan masih banyak faktor lainnya yang saya lupa, tapi saya yakin ada faktor lain.
Tapi,
ada yang harus saya lakukan jika saya ingin mengubah konsep pertemanan saya menjadi persahabatan saya harus mengesampingkan ego saya yang lebih banyak menyendirinya daripada bersosialisasinya dan jangan banyak takut, lebih cair lagi dalam bergaul, perbanyak lagi wawasan, jangan banyak membandingkan circle perteman yang satu dan lainnya, dan lain-lain. 
Mengapa saya berpikiran seperti ini?
Saya mulai agak resah ketika saya mengerjakan tugas akhir saya, saya cukup bingung ketika ingin meminta bantuan teman, walaupun mereka bilang siap  membantu apapun, tapi apakah saya cukup membantu ketika dulu mereka mengerjakan tugas akhir, saya rasa tidak, walaupun akhirnya saya meminta bantuan tapi diakhir-akhir deadline, saya cukup menyesal. Lalu, ketika tugas akhir beres, selanjutnya masuk masa transisi kuliah-karir, yang sampai saat ini saya masih rasakan, kurang lebih sudah hampir mau 6 bulan, meskipun saya mengerjakan beberapa proyek, ikut komunitas, menjadi relawan, tapi saya cukup merasa sendiri, entah kenapa, sehingga saya berpikir sepertinya ada yang harus saya perbaiki dari cara saya berteman.
Berhubung sudah mendekati tahun baru, mungkin tulisan ini menjadi resolusi saya untuk tahun 2019. sudah tidak perlu banyak resolusi nanti kalo ga kesampean malah sakit hati, biarkan setiap bulan, minggu, hari, jam, menit, detiknya menjadi kejutan.
Cimahi, 27 Desember 2018
1 note · View note
kbanews · 1 year ago
Text
Emak-emak Relawan Dewi Sri Sosialisasi bersama Kader PKS
JATENG | KBA – Semangat tinggi ditunjukkan relawan emak-emak Dewi Sri Solo Raya. Kali ini, relawan emak-emak tersebut menggandeng kader PKS untuk terjun ke masyarakat mengenalkan Bakal Calon Presiden (Bacapres) Anies Baswedan. Salah seorang relawan emak-emak Dewi Sri, Bunda Mawar menuturkan, segenap pengurus dan anggota relawan Dewi Sri Solo Raya terus menggiatkan sosialisasi ke masyarakat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
lampung7com · 2 years ago
Text
Emak-emak Pasar Kota Agung Antusias Berharap H. Moh. Saleh Asnawi Jadi Pemimpin Tanggamus
Emak-emak Pasar Kota Agung Antusias Berharap H. Moh. Saleh Asnawi Jadi Pemimpin Tanggamus
LAMPUNG7COM – Tanggamus | Tim relawan Wanita tangguh Memperkenalkan sekaligus sosialisasi kepada, Emak-emak di pasar Kota Agung, Kecamatan Kota Agung Pusat, Kabupaten Tanggamus sangat antusias menerima dan berharap siap mendukung untuk mencalonkan H. Moh. Saleh Asnawi, MA., MH., sebagai Pemimpin NKabupaten Tanggamus, Minggu,”(7/8/22). Emak-emak menyampaikan kepada awak media berharap kesiapan H.…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
newscakra · 3 years ago
Text
Relawan Team Cukir Kangean Achmad Fauzi, Rapatkan Barisan Untuk Tahun 2024
Relawan Team Cukir Kangean Achmad Fauzi, Rapatkan Barisan Untuk Tahun 2024
Sumenep, detik1.com – Ketua Relawan Team Cukir Kangean Muchlis Fajar dan Verri Iswahyudi selalu Sekjen pemenangan mengadakan acara makan santai bersama seluruh pendukung dan simpatisan dipesisir pantai utara Pabian, Kangean, Sumenep Madura Jawa Timur, minggu (06/03/2022) Para pendukung yang turut hadir diantaranya emak emak, Mama Muda ( Mamud ), para pemuda dan seluruh lapisan Masyarakat semangat…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
goriaucom · 2 years ago
Text
Gelar Zikir Bersama, 2 Ribu Emak-emak Sulsel Doakan Ganjar Terpilih jadi Presiden
MAKASSAR - Sebanyak dua ribuan emak-emak yang tergabung dalam relawan Mak Ganjar mengelar zikir bersama untuk mendoakan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon untuk dapat lolos sebagai calon presiden pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2024. http://dlvr.it/SSsrmV
0 notes
sexflu2030 · 4 years ago
Text
Story 5: Zoom (Part 2)
Tumblr media
Dengan perasaan malu dan nafsu yang bercampur jadi satu, Rian akhirnya mengambil lotion yang ada di atas meja. Ia kemudian melumuri lotion itu pada batang penisnya. Perlahan-lahan, ia mulai memijat batang penisnya sendiri, merasakan lonjakan birahi yang semakin memanjat tinggi. Di hadapannya, layar monitor menampilkan lima orang stafnya, para wanita muda cantik, yang sedang memperhatikan dengan seksama.
"Kalau kameranya sambil dinyalain begini… " gumam Rian sambil tetap mengocok penisnya, "saya jadi liatin muka kalian. Nanti saya jadi ngebayangin kalian yang nggak-nggak."
Mendengar ucapan atasannya tersebut, Ajeng menghela napas. "Nggak apa-apa, Pak," ujar Ajeng. "Bayangin aja, gapapa kok. Jangan sungkan-sungkan."
"Iya, Pak," tambah Erlin. "Santai aja. Kita semua udah sama-sama dewasa kok."
"Betul," kata Karin. "Aku nggak masalah kok dijadiin bacol sama Pak Rian, kan ini darurat."
Shaly mengangguk-anguk. "Berhubung kita posisinya jauh semua, cuma ini yang bisa kita bantu."
Sementara itu, Fitria hanya mengangguk dan sedikit tersenyum, seolah memberikan persetujuan.
Meski berat, Rian berusaha memahami saran dari para stafnya itu. Ia harus mengubah pola pikirnya yang terlalu lurus. Dalam kondisi ini, mengkhayalkan para stafnya bukanlah hal yang nista. Ini sama sekali bukan pelecehan atau objektifikasi. Mereka semua jelas memberikan consent, apalagi hal ini adalah keadaan darurat yang menyangkut keselamatannya sendiri.
Akhirnya Rian mengangguk. Ia melanjutkan masturbasinya sambil memandangi wajah-wajah cantik kelima wanita itu. Sekarang ia baru benar-benar menyadari bahwa kelima stafnya itu ternyata sangat menggairahkan.
Ia tidak tahu harus mulai dari mana. Ajeng yang smart dan bertubuh ramping, Karin yang fresh dan berkulit mulus, Erlin si ibu muda yang seksi, Shaly yang mungil dan jilboobs, atau Fitria si hijaber yang anggun dan pemalu?
Semakin ia memikirkannya, semakin ia merasa bingung. Akhirnya ia mencoba untuk membayangkan semuanya sekaligus--membayangkan wanita-wanita itu  sedang berkerumun untuk melahap batang penisnya.
 Setelah 15 menit
Para stafmulai khawatir melihat Rian yang terus mengocok penisnya tanpa hasil. Mereka pikir, karena sejak awal Rian sudah sangat terangsang, kemungkinan tak butuh waktu lama baginya untuk berejakulasi. Namun mereka salah perhitungan.
Ajeng tampak gelisah. Ia tak bisa hanya menonton. Sebagai relawan Sexflu di lingkungannya, ia merasa harus melakukan sesuatu, tapi ia bimbang. Akhirnya dengan agak canggung, ia mulai mencoba merayu Rian. Ia menggerakkan tangannya naik turun, seolah sedang mengocok penis Rian. Tiba-tiba ia teriingat pada spidol yang ada di mejanya, lalu ia mulai mengocok spidol itu sambil menatap ke arah kamera.
"Keluarin, Pak. Jangan lama-lama," ucapnya sambil berusaha mendesah.
Sesekali, Ajeng mengeluarkan lidahnya di depan spidol, seolah sedang menjilati penis Rian. Melihat aksi itu, Erlin tak mau kalah. Ia pergi sebentar ke dapur, mengambil sebuah terong, kemudian mengocok terong itu dengan tangan kirinya.
"Saya ikut bantuin ya, Pak," kata Erlin.
Tak lama kemudian, tiga wanita yang lain terdorong untuk melakukan yang sama. Meski agak canggung, mereka mencari benda panjang atau lonjong di sekitar mereka, kemudian mengocok dan menjilatinya.
Karin kebetulan memiliki stok permen lolipop di kamarnya. Ia menjilati permen itu dengan lihainya. Lidah gadis muda itu menari-nari di permukaan lolipop, membelai dan menggelitiknya dengan lihai. Matanya menatap sayu ke arah kamera.
"Slrrp! Anggap aja ini punya Bapak, ya. Mmmh," gumam Karin.
Meski masih muda, tapi ia tampak mahir.
Sementara itu, Shaly mengambil sebuah es krim rasa buah dari kulkasnya. Ia mencoba mengulum es krim itu ke dalam mulutnya, tapi tiba-tiba saja ia menyeringai.
"Aduh, maaf, Pak. Gigi saya agak sensitif, jadi ngilu. Jilat-jilat aja ya?" ujar Shaly.
Gadis berjilbab casual itu kemudian hanya menjilati ujung es kirim dengan ujung lidahnya. Namun perilaku itu malah membuat ujung penis Rian terasa geli.
Hanya Fitria yang kebingungan. Ia tidak terbiasa melakukan hal seperti ini. Ia sempat panik mencari benda-benda di sekitarnya. Betapa bingungnya ia karena tak menemukan benda berbentuk phalus di dalam kamarnya. Akhirnya, ia malah mengambil beberapa butir kismis dan meletakkannya di atas meja. Dengan ujung-ujung jarinya, ia menggesek-gesek dua buah kismis. Ia tak berani menatap ke kamera, seolah tak yakin bahwa tindakannya itu bisa mengimbangi rekan-rekannya yang lain.
Namun, melihat Fitria memainkan dua buah kismis dengan ujung jarinya itu, Rian malah semakin terangsang. Ia merasa kedua putingnya sedang dimainkan oleh jemari halus milik Fitria. Sayangnya, hal itu masih tak sanggup membuatnya mencapai klimaks.
 Setelah 30 menit.
Para wanita semakin gelisah. Tangan dan lidah mereka sudah lelah dan pegal, tapi Rian masih juga belum berejakulasi. Padahal penisnya itu sudah sangat tegang dan keras sejak tadi. Untunglah Zoom yang mereka gunakan sudah di-upgrade sehingga tak ada batasan waktu.
Ajeng kembali berinisiatif. Ia kembali meletakkan spidolnya di atas meja. "Sepertinya Pak Rian butuh stimulus visual yang lebih nyata," gumamnya.
Perlahan, ia membuka satu kancing kemejanya, kemudian satu lagi. Dadanya yang mulus dan putih semakin tampak jelas. Tulang selangkanya membentuk lekuk dan lembah yang sangat indah. Leher dan pundaknya terlihat menantang untuk dikecup dan dijilat. Kemudian, dengan jari-jemarinya yang lentik, ia pun membuka semua kancing kemejanya.
"Pak Rian, maaf ya dada saya kecil. Mudah-mudahan bisa sedikit membantu," ucap Ajeng sambil melepas bra-nya.
Payudara Ajeng memang kecil, tapi putingnya tampak sempurna; menonjol seperti pentil yang siap dihisap. Warnanya cokelat muda, ukurannya pun mungil. Ajeng menjepit kedua putingnya itu dengan jari tangannya, kemudian memilinnya perlahan. Samar-samar terdengar suara Ajeng mendesah. Sepertinya mulai ia ikut terangsang.
"Pak Rian, gimana Pak? Suka nggak?" tanya Ajeng, kini ia mulai memijat-mijat buah dadanya dengan telapak tangan.
Rian menelan ludah. Ia tidak tahu bagaimana harus berkomentar. Apakah ia harus memuji dengan sopan, atau mengucpakan kata-kata kotor?
"Suka, Jeng," jawab Rian dengan napas terengah, "Dada kamu bagus. Putingnya apalagi, bikin gemes."
"Aahhh…" desah Ajeng. Gerak tubuh Ajeng terlihat semakin liar. Entah disengaja atau memang terjadi secara alamiah, tapi ia tampak menikmati. Kepalanya sesekali mendongak ke atas, mulutnya terbuka sebagian, pinggangnya melengkung, matanya sedikit terpejam. Tangannya tak hanya memainkan sepasang payudara dan putingnya, tapi juga sesekali merambat meraba lehernya yang jenjang, perutnya, lalu melintasi selangkangannya yang masih tertutup celana.
Melihat totalitas Ajeng, Karin ingin ikut berpartisipasi. Ia pun melepaskan kaosnya. Tampak bra warna putih yang membungkus sepasang payudara bulat nan indah.
"Mbak Jeng, aku ikutan ya? Mudah-mudahan aku bisa bantu. Punyaku agak lebih gedean dikit, kok," ujar Karin.
Karin menaikkan cup bra-nya. Sepasang buah dada yang bulat dan kencang pun melompat keluar. Ukurannya jelas lebih besar dari Ajeng, tapi juga tidak terlalu besar. Rian membayangkan bahwa ukuran dan kekenyalan buah dada Karin sangat pas dalam genggaman tangannya.
Mendengar kata-kata Karin, Ajeng malah tertawa kecil. "Heh, nggak sopan ya! Ngeledek ya?"
Karin membalasnya dengan juluran lidah dan tawa usil. Kemudian, ia mulai meremas-remas kedua payudaranya itu dan memajukannya ke arah kamera. Ingin sekali rasanya Rian ikut meremas dan menghisap kedua bukit indah itu.
"Ini buat Pak Rian," bisik Karin.
Rian sulit percaya, bahwa gadis yang selama ini ia anggap seperti seorang adik di kantornya, kini sedang memperlihatkan dan memainkan payudaranya.
"Aku juga punya, kok!" kata Shaly tiba-tiba.
Shaly menekan kedua payudaranya dari luar baju, sehingga baju pink itu tampak lebih menonjol. "Lumayan, kan?" tanya Shaly.
"Kak Shaly, kurang jelas, Kak," kata Karin. "Dibuka aja Kak, biar Pak Rian lebih jelas liatnya.
Shaly sedikit manyun, menggembungkan kedua pipinya. Kemudian, ia pun menaikkan bagian bawah bajunya hingga setinggi dada. Samar-samar, underboobs atau bagian bawah payudaranya tampak mengintip dari bagian bawah baju. Bentuknya sangat bulat dan padat, lebih besar dari milik Karin.
"Naikin dikit lagi, Shal. Biar lebih jelas visualnya. Waktu kita nggak banyak," ucap Ajeng.
Shaly mengangguk, kemudian kembali menaikkan baju dan bra-nya lebih tinggi lagi. Dua buah gunung bulat dan kenyal tiba-tiba saja tumpah keluar. Ia menahan lipatan bajunya menggunakan leher, kemudian tangannya ia gunakan untuk memijat kedua payudaranya itu.
"Begini, cukup jelaskah, Pak Rian?" tanya gadis berjilbab pink itu.
Rian mengangguk. Ia masih sibuk mengocok penisnya. Matanya bergantian menikmati keindahan payudara milik Ajeng, Karin, dan Shaly yang terpampang pada layar di hadapannya.
Erlin tak mau ketinggalan. Tidak seperti yang lain yang harus repot membuka kancing atau melepas kaos, Erlin hanya perlu menarik kaos busui-nya ke samping, lalu sepasang buah dada itu pun bisa dengan mudah ia keluarkan.
"Wih, mantap, Mbak Erlin!" kata Karin refleks.
Erlin tersipu. "Maap ya, ini tete emak-emak, tapi masih bagus kan?" tanyanya
"Masih bagus banget, Mbak!" ujar Shaly menimpali sambil masih memainkan putingnya sendiri.
Dalam hati, Rian sangat setuju. Payudara Erlin adalah yang paling besar di antara mereka semua. Bentuknya pun bulat, putih, mulus, dan tampak padat. Entah karena ia sedang menyusui atau memang dari dulu bentuknya sudah bagus, Rian tak tahu.
"Pak Rian, maaf aku nggak bisa mainin tetek nih, takut susunya keluar," ujar Erlin lagi, "tapi sebagai gantinya aku kasih lihat yang lain ya?"
Erlin kemudian bangkit berdiri, ia memerosotkan celana panjangnya, kemudian celana dalamnya. Terlihatlah bagian bawah tubuhnya yang mulus dan indah. Saat ia membalikkan badan, terlihat bokongnya yang bulat padat, sangat pas untuk diremas dan ditampar. Meski sudah pernah melahirkan, tapi tampak sekali dari tubuhnya itu bahwa Erlin rajin berolahraga dan merawat diri.
Mama muda itu kemudian duduk kembali di atas kursi. Ia menaikkan kedua kakinya, kemudian merenggangkan pahanya. Vaginanya kini terlihat dengan jelas. Dengan ujung jari tengahnya, ia memainkan klitorisnya sendiri sambil sesekali mengelus lubang vaginanya.
"Pak Rian, aku ikutan masturb, ya. Nggak apa-apa kan?" tanyanya.
Rian hanya mengangguk. Ia ingat bahwa suami Erlin adalah seorang dokter yang sedang bertugas di Rumah Sakit. Wajar jika Erlin juga memiliki kebutuhan yang ingin disalurkan meski ia tak terjangkit Sexflu.
Namun ternyata bukan hanya Erlin yang ingin tampil total. Ajeng yang juga sudah mulai terangsang, memutuskan untuk tampil lebih maksimal. Gadis muda itu kemudian ikut melepaskan celana panjangnya, kemudian memerosotkan celana dalamnya. Tampaklah vagina Ajeng yang sangat mungil tetapi begitu mulus. Sepertinya Ajeng rajin melakukan waxing. Bahkan ketika ia merenggangkan pahanya, Rian dapat melihat vagina Ajeng sangat halus, seolah menantang untuk dijilat.
"Saya ikutan ya. Biar lebih cepat. Mudah-mudahan Pak Rian suka. Ahhh…" gumamnya sambil memainkan klitorisnya sendiri.
Karin pun tak mau kalah. Ia ikut melepaskan celana pendeknya, kemudian berbalik badan dan memperlihatkan pantatnya yang bulat kencang. Andai saja gadis belia itu ada di hadapannya, Rian pasti ingin sekali meremas pantat yang masih terbungkus celana dalam itu.
Mungkin masih sedikit malu, Karin tak langsung membuka celana dalamnya. Ia hanya duduk, membuka pahanya, kemudian menggeser lipatan celana dalamnya ke samping. Belahan vaginanya perlahan mengintip dari sela celana dalam.
"Begini aja ya, Pak…."
Wanita selanjutnya yang terdorong untuk beraksi adalah Shaly. Namun Shaly rupanya tak seberani Ajeng atau Erlin. Sama seperti Karin, ia tidak berani membuka seluruh celananya.
Perlahan, jilbaber itu menurunkan rok panjangnya, kemudian kembali duduk di atas kursi. Celana dalamnya tampak ketat membungkus vaginanya. Meski tak menggeser lipatan celananya, untunglah belahan vagina Shaly sudah terlihat jelas dari luar celana dalamnya. Vagina itu memang tembam seperti pipi Shaly, sehingga mau tak mau kain celana dalamnya ikut terjepit di antara belahannya itu.
"Kalau aku, dari luar aja ya, Pak?" tanya Shaly sambil menggesek-gesek belahan vaginanya dari luar celana dalam.
Rian semakin tak tahan. Rasanya ingin sekali ia memasukkan batang penisnya ke dalam vagina-vagina itu satu per satu. Namun rupanya waktunya masih belum tiba.
 Setelah 45 menit.
Di layar komputer, para wanita sedang asyik bermasturbasi, menemani Rian yang sedang berusaha keras menuntaskan kebutuhan birahinya. Erlin sudah memasukkan terong ke dalam vaginanya, Ajeng sudah memasukkan jari tenganya, Karin sudah memerosotkan celana dalamnya, sementara Shaly masih asyik memainkan vagina dari luar celana dalam.
Rian sudah menghabiskan banyak sekali lotion, tapi tak kunjung juga mencapai orgasme. Sementara itu, napasnya malah terasa semakin sesak.
Akhirnya Ajeng pun memberanikan diri untuk bicara. Ia mengatur napasnya terlebih dulu, kemudian memperbaiki posisi duduknya.
"Mbak Fitria... Mbak?" tanya Ajeng. "Masih menyimak, kan?"
"Iya, Jeng. Masih kok," ucap Fitria yang sejak tadi memang terlihat pasif. Ia hanya memainkan kismis dengan jarinya dan sesekali menjilati kismis itu, tapi tak pernah lebih. Jilbab maupun pakaiannya masih tertutup rapi.
"Mohon maaf nih, Mbak. Saya tau Mbak Fit mungkin agak risih atau canggung. Tapi kita dalam kondisi darurat. Sudah hampir satu jam, tapi tenaga medis belum ada tanda-tanda bakal sampai di rumah Pak Rian," ucap Ajeng dengan nada sesopan mungkin.
"Iya, Jeng. Aku paham kok. Aku juga pingin bantu. Pingin banget. Aku selalu respek dengan Pak Rian dan nggak mau beliau sampai kenapa-kenapa, tapi ...." ucap Fitria terbata-bata.
"Tapi apa, Mbak?" tanya Ajeng lagi.
"Tapi aku nggak biasa, Jeng. Aku nggak biasa ngelakuin hal kaya gini. Aku malu. Nggak pede."
"Mbak...." tiba-tiba Karin menimpali. "Dicoba dulu aja, Mbak. Aku juga sebenernya malu. Sejujurnya, aku nggak pernah kasih liat memek aku ke siapa pun. Bahkan ke pacar aku aja belum pernah. Tapi ini demi keselamatan Pak Rian, Mbak."
Fitria hanya menunduk mendengar masukan dari rekannya yang paling muda itu. Tangannya kini memilin ujung bajunya, rasa bimbang memenuhi hatinya.
"Betul, Mbak Fit," ucap Shaly menambahkan. "Mbak udah dengar fatwa yang beredar, kan? Menolong pasien Sexflu demi alasan kemanusiaan itu boleh kok, Mbak. Bahkan dianjurkan."
Fitria mengangguk-anggukkan kepala. Ia semakin bimbang. Dalam hatinya, ia kagum dengan Shaly yang meski sama-sama menutup aurat seperti dirinya, tapi berani berkorban demi keselamatan orang lain.
Tiba-tiba Erlin mengangkat tangannya. "Guys, guys, guys! Stop! Kita nggak berhak maksa-maksa Fitria. Setiap orang punya prinsip dan prioritasnya masing-masing. Lagipula Pak Rian juga nggak maksa, kan? Kenapa jadi kita yang maksa?"
"Tapi Mbak.... kita nggak maksa kok, cuma minta pengertiannya aja. Kondisi Pak Rian udah semakin buruk. Mbak Erlin kan lihat sendiri?" protes Ajeng.
"Gue ngerti, Jeng! Tapi gue juga yakin, kita bisa kok bikin Pak Rian klimaks tanpa harus maksa Fitria. Gue bisa, lo bisa, Shaly dan Karin juga bisa," balas Erlin. "Misalnya lo, Jeng, coba lo mendesah lebih keras. Elo Kar, coba lo masukin jari lo, memek lo kan udah basah tuh. Dan elo Shal, coba kasih liat memek lo yang jelas dong buat Pak Rian."
"Sudah, sudah, ahh...." potong Rian tiba-tiba. "Saya menghargai kalian semua. Dalam kondisi apa pun, jangan sampai saya malah membuat kalian merasa terpaksa atau terhina. Lebih baik saya mati daripada membuat Fitria atau siapa pun merasa terhina."
Usai mengucapkan kalimat itu, Rian menarik napas dalam. Penisnya masih tegang, tapi napasnya semakin tersengal. Benar kata Ajeng, kondisnya semakin buruk. Ia terbatuk-batuk, sementara wajahnya semakin pucat.
Melihat itu, Fitria tak bisa membendung emosinya lagi. Matanya berkaca-kaca. Sosoknya yang anggun dan berwibawa kini terasa lembut dan penuh belas kasih.
"Maafkan saya Pak Rian. Saya sama sekali nggak merasa terhina. Justru ini sebuah kehormatan buat saya. Pak Rian selama ini udah terlalu baik buat kami, nggak mungkin saya tega melihat Bapak seperti ini," ucap Fitria.
Perlahan-lahan, Fitria menanggalkan baju abu-abunya hingga jatuh ke lantai. Begitu pula dengan roknya. Semua mata terpana melihat keindahan lekuk tubuh dan kulit Fitria yang selama ini selalu tertutup rapat. Bra berwarna putih terang perlahan-lahan dilepaskannya dan dibiarkan jatuh ke lantai. Tampaklah sepasang payudara dengan bentuk dan ukuran yang sangat ideal. Sedikit lebih besar dari milik Karin, tak sebesar milik Erlin, tapi memiliki puting seindah milik Ajeng.
Semua napas ikut tertahan ketika akhirnya Fitria mulai memerosotkan celana dalamnya. Sepasang paha yang mulus bagai porselen tampak mengapit sebuah celah yang mulus dan indah.
Lembaran terakhir yang dilepaskan Fitria adalah jilbabnya. Ketika kain penutup itu dan ikat rambutnya lepas dari kepalanya, terurailah rambut panjang berwarna hitam berkilau yang seperti muncul dari iklan shampo di TV. Rambut Fitria panjang lurus sebahu dengan sedikit bergelombang di dekat pundaknya. Tanpa jilbab, wajahnya kini masih tampak anggun dan lembut, tapi terlihat sedikit lebih sensual.
"Pak Rian, ini tubuh saya. Silakan dinikmati, silakan dibayangkan, ya Pak," ucap Fitria sambil memijat pelan kedua payudaranya.
Melihati itu, birahi Rian melonjak sangat tinggi hingga ke ubun-ubun. Ia mendesah dan melenguh menikmati ekstasi biologisnya. Sementara itu, para wanita yang lain kembali bermasturbasi dengan kemampuan masing-masing.
Saat ini, pada layar monitor di hadapan Rian terlihat lima orang wanita muda dan cantik yang mempersembahkan keindahan tubuhnya untuk dikhayalkan oleh Rian. Semua itu mereka lakukan karena rasa hormat dan rasa sayang kepadanya. Mau tak mau, kenikmatan birahi dan rasa haru bercampur jadi satu dalam dada Rian, kemudian pada satu titik, semua itu meledak dengan sangat kuat.
"Teman-teman.... saya... saya mau keluar!" jerit Rian.
"Keluarin, Pak!"
"Jangan ditahan, Pak!"
"Keluarin yang banyak, Pak!"
"Ayo, Pak Rian! Keluarin yang banyak buat kami, Pak!"
Rian melenguh kencang. Punggungnya melengkung, penisnya tegak mengacung, kemudian dengan sangat kuatnya meriam itu menembakkan sperma berkali-kali. Arwah di tubuh Rian seperti meluncur keluar, seluruh sendi di antara tulang-tulangnya terasa lumer. Napasnya mulai melambat, kemudian ketenangan yang luar biasa membasuh dirinya.
Sambil menikmati sisa-sisa gelombang hasrat di dalam tubuhnya, Rian memandangi cairan spermanya yang membasahi layar laptop. Wajah kelima wanita itu kini tak terlihat jelas karena tertutup cairan kentalnya, tapi samar-samar ia dapat melihat mereka semua tersenyum lega dan mengucap syukur.
Kesadaran Rian mulai melemah. Matanya terasa berat dan ia merasa mengantuk sekali. Untunglah, sebelum ia terkapar di lantai, ia dapat mendengar petugas medis datang mendobrak pintu rumahnya. Ia segera dibawa dengan ambulans untuk menuju pusat karantina.
Namun sebelum dipindahkan ke ambulans, Rian sempat berucap ke layar monitornya.
"Terima kasih, kalian. Terima kasih banyak," ucapnya.
Kelima wanita itu tersenyum gembira, kemudian membalas ucapan Rian dengan serempak dan kompak.
"Sama-sama, Pak Rian...!"
[End of Story 5]
0 notes
rmolid · 4 years ago
Text
0 notes
ayualiviaas · 4 years ago
Text
Memaknai Pemasaran Politik pada Tiga Program Di dalam Strategi Komunikasi Dan Distribusi
Arti penting dari kampanye tiada lain merupakan kegiatan peserta pemilu untuk menarik dan meyakinkan pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program-programnya yang secara langsung maupun tidak langsung merupakan alat pendidikan politik partai kepada masyarakat sesuai dengan ideologi atau faham yang diusung partai tersebut. Bila dilihat secara pragmatis maka kampanye merupakan alat untuk mempersuai para calon pemilih untuk mau memilih dan mendukung partai serta para calegnya agar menduduki ruang kekuasaan yang lebih besar daripada partai lain. Karenanya maka kampanye semakin simetris dengan kegiatan iklan politik. Kesemitrisan tersebut terjadi karena iklan politik merupakan esensi dari strategi kampanye dan merupakan penentu terhadap image citra diri sang kandidat.
1. Program iklan Berbayar
Iklan merupakan salah satu alat dalam bauran promosi (promotion mix) yang terdiri dari lima alat (Kotler, 2000). Meskipun tidak secara langsung berakibat terhadap kemenangan dalam sebuah pemilihan, iklan merupakan sarana untuk membantu pemasaran yang efektif untuk menjalin komunikasi antara kandidat dengan masyarakat dalam usahanya untuk menghadapi pesaing.
Iklan politik sendiri secara pragmatis adalah merupakan bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seseorang pemilih potensial dan mempromosikan partai atau caleg, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan partai dan para caleg pemasang iklan politik. Artinya secara hakiki iklan politik tidaklah berbeda jauh dengan iklan komersial biasa, yang berbeda justru pada “produk” yang ditawarkan. Iklan politik menyebarkan informasi tentang sesuatu yang belum ada produknya atau layanannya. Jika diibaratkan produk barang, iklan politik seperti menjual barang yang mau diproduksi dan baru direncanakan. 
Dengan Iklan berbayar, kandidat akan mengelurkan uang kampanye nya untuk beriklan di televisi. Contoh: Iklan Partai Demokrat di Televisi dengan menggaungkan anti korupsi.
Tumblr media
2. Program penampilan pribadi
Progrram penampilan pribadi yaitu pengenalan calon atau partai melalui rapat umum, maupun acara-acara keagamaan atau ketokohan. Seorang kandidat, partai politik dan ideologi partai adalah identitas sebuah institusi politik yang ditawarkan ke pemilih. Para pemilih akan mempertimbangkan mana yang mewakili suara mereka. Loyalitas pemilih adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh sebuah institusi politik. Kandidat perlu menjaga kepercayaan pemilih agar pemilih tetap memberikan suaranya. Contohnya Sandiaga Uno langsung terjun ke kelompok yang disebutnya sebagai 'Emak-Emak' untuk mengenalkan pribadinya.
Tumblr media
3. Program sukarelawan
Tidak semua pemilih mau dekat dengan partai politik. Karena itu, butuh tangan lain untuk mendekati mereka, terutama ketika agenda politik semakin padat. Tangan lain itu, antara lain diperankan oleh kelompok relawan politik. Contohnya Teman Ahok
Tumblr media
0 notes