#rawan tumbang
Explore tagged Tumblr posts
kantorberita · 3 months ago
Text
Waspada Musim Hujan: Risiko Pohon Tumbang di Bengkulu Meningkat, DLH Imbau Pengendara Hati-Hati
Waspada Musim Hujan: Risiko Pohon Tumbang di Bengkulu Meningkat, DLH Imbau Pengendara Hati-Hati KANTOR-BERITA.COM, KOTA BENGKULU|| Masyarakat Kota Bengkulu diimbau untuk lebih waspada saat berkendara, terutama di ruas jalan yang ditumbuhi banyak pohon. Memasuki musim hujan, risiko pohon tumbang semakin meningkat, yang dapat membahayakan keselamatan pengguna jalan. Salah satu insiden pohon…
0 notes
himawariqurrotaaini · 2 years ago
Text
Yang Hangat (2) Tangan yang Tidak Terlihat.
Pontianak. 14:41. 03052023.
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Jam-jam rawan nih.
Eh alhamdulillaah hujan baru turun.
Jadi kesempatan deh, saya pengen minta titip doa dari teman-teman untuk tangan-tangan tidak terlihat dalam hidup kita. Saya yang gentayangan ke sana sini kayaknya hutang oleh-oleh cerita banyak dari yang saya lihat di sana sini. Semoga benar nih alur pikirnya.
Tumblr media
Lama saya lihat ini dari kursi kereta. Hmmm pasti mereka petugas maintenance kereta. Persis seperti anak-anak yang baru perdana naik kereta, lekat saya pandang. Makasih ya Bapak-Bapak, ndak pernah sedetikpun keretanya terlambat.
Tumblr media Tumblr media
Ada juga nih sisa jaman masih petugas jaga kampung dulu. Wilayah kerja saya rentan bencana alam. Jadi kalau ada apa-apa terbiasa grudak-gruduk untuk cek. Alhamdulillaah atas kelapangan waktu yang saya punya dulu. Sampai bisa foto dan bikin cerita di jaman dulu ya. Hehe. Kelebihan energi memang dek ayuprissa jaman dulu tuh, tapi aku makasi banyak sama diriku yang rajin meninggalkan jejak untukku sekarang 💛
Tumblr media Tumblr media
Kesibukan-kesibukan di wilayah bandara juga selalu menjadi hal yang menariiiik sekali. Petugas-petugas pembersih toilet yang selalu bikin toilet kinclong setiap kita masuk setelah penerbangan melelahkan itu juga perlu kita doakan. Kadang kalau tenaga saya masih ada, pasti ada aja saya ajak ngobrol mbaknya, hehe. Semoga ndak terganggu ya mbak. Soalnya mbak di toilet bandara kok ya keliatannya selalu diam memantau. Mungkin senang kalau diajak ngobrol dikit.
Tumblr media
Sebelum jam 6 pagi juga bisa ditemui tukang sapu yang mayoritas adalah ibu-ibu. Hebat kan? Kalau ndak disapu, itu banyaaaaaak kotoran daunnya. Kalau untuk ngobrol dengan ibu-ibu sapu, saya masih sering salting, kan dia lagi kerja, masak saya ujug-ujug ajak ngobrol bilang makasih 😅.
Tumblr media
Bapak dan Abang petugas lapangan Dinas PU. Masa-masa dulu itu, ada pohon tumbang, saluran mampet, pemangkasan pohon yang terlalu rindang, daaan lain-lain ya mereka yang berjasa. Mau jadi menteri lingkungan hidup planet namec juga ndak akan mampu bereskan masalah itu kalau ndak dibantu mereka. Ini dokumentasi ketika bulan puasa lalu. Saya jadi ingat ketika disuruh bos beresin septic tank 😅 mereka langsung datang setelah dikirim wa, jadilah saya temani kerja.
👩🏻‍🔬: Pontianak lagi panas-panasnya, Bapak ndak apa kah puasanya?
🧔🏻‍♂️: *cuma ketawa aja* ya endak lah Bu, sudah biasa.
Saya ketawa juga, sambil pengen terjun ke septic tank karena malu, dalam hatiku: laaaaah ayuprissa, mereka kan biasa berjemur bekerja dalam panas dan lapar. Mbak ayu cuma diuji puasa dalam ruangan dan panas sekejap aja kok ini. Hehe hehe hehe. Barokah yaa Pak, saya pernah baca bahwa tangan yang kotor bekerja itu lebih halal.
Ada yang terbaru, kemarin siang saya ditugaskan mewakili atasan ke rumah sakit kota, ada undangan halal bihalal. Terakhir ke tempat itu sekitar sebelum bulan puasa. Eh ternyata bapak petugas loket parkirnya masih sama. Saya yang pelupa pun alhamdulillaah bisa ingat. Karena apa? Karena si bapak, setelah menerima karcis dan uang, sebelum menekan tombol pembuka palang, mengucap terima kasih dan mendoakan semoga urusan lancar. Ndak pernah saya diginiin petugas loket, selain di situ. Waaaaaahhh nyesssss saya meleyot diginiin, senaaang sekali. Padahal tempat kerjanya si bapak ini keciiill dan panas, dan mesti duduk berjam-jam, tapi kok yaaaa, lapang sekali ia mendoakan. Ndak sekedar basa basi, karena itu bukan tupoksi, terasa tulusnya. Saya bayangkan, orang yang bolak-balik ke rumah sakit mungkin sering dengan suasana hati yang kurang nyaman, semoga penghiburan si Bapak ini bisa meringankan. Apa saya wawancara aja ya nanti Bapaknya nih?
Mereka ini, orang di balik layar dari hari kita yang seolah terasa biasa saja. Padahal mereka bangun di saat kita masih lelap, dan mungkin belum istirahat di saat kita telah tidur. Allah sebaik-baik pemberi rezekinya.
Laa hawla walaa quwwata illa billah
Tertanda,
Tumblr media
ayuprissakartika yang tangannya kotor juga 😅
2 notes · View notes
beritawisata · 3 months ago
Text
Pohon Tumbang Tutup Jalan di Depok, Lalin Dialihkan
Tumblr media
Pohon Tumbang Tutup Jalan di Depok, Lalin Dialihkan
Sebuah pohon besar tumbang di jalan utama di Depok, menghalangi arus lalu lintas dan menyebabkan kemacetan yang cukup parah. Peristiwa tersebut terjadi pada pagi hari, dan petugas Dinas Perhubungan bersama pemadam kebakaran langsung turun ke lokasi untuk menangani kejadian tersebut.
Karena pohon tumbang menutupi seluruh jalur, pihak berwenang mengalihkan arus lalu lintas ke jalan-jalan alternatif sementara proses pemotongan pohon dan pembersihan dilakukan. Kendaraan yang melintas diminta untuk mengikuti rambu-rambu yang dipasang di lokasi, demi kelancaran evakuasi pohon dan keselamatan pengendara.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mematuhi petunjuk petugas agar situasi bisa segera normal kembali. Pihak terkait juga tengah melakukan pemeriksaan untuk memastikan tidak ada lagi pohon rawan tumbang di sekitar lokasi.
0 notes
Text
Cerita Warga Sebelum Longsor Sukabumi yang Sebabkan 12 Rumah Hancur
Tumblr media
Cerita Warga Sebelum Longsor Sukabumi yang Sebabkan 12 Rumah Hancur
Pendahuluan
Bencana alam tanah longsor di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kembali mengguncang masyarakat pada awal bulan November 2024. Longsor yang terjadi pada malam hari, 2 November 2024, telah menghancurkan puluhan rumah warga dan menyebabkan kerugian materi yang sangat besar. 12 rumah yang berada di Desa Cijulang, Kecamatan Cikidang, hancur tertimpa tanah dan material longsor, sementara beberapa warga dilaporkan mengalami luka-luka dan ada yang terjebak di reruntuhan. Sebelum kejadian tersebut, warga yang tinggal di kawasan rawan longsor ini mengungkapkan berbagai cerita yang menggambarkan bagaimana mereka merasakan ancaman bencana yang datang begitu cepat dan tak terduga.
Cerita-cerita ini mengungkapkan bagaimana rasa khawatir yang selama ini dirasakan oleh warga mulai menjadi kenyataan, serta bagaimana mereka berusaha untuk tetap bertahan meskipun ancaman bencana selalu mengintai. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, bencana longsor menjadi peringatan akan pentingnya kesiapsiagaan dan kesadaran terhadap risiko bencana alam yang terus meningkat.
1. Kejadian Longsor: Suara Gemuruh dan Tanah Bergeser
Hari itu, warga Desa Cijulang, Kecamatan Cikidang, tengah menjalani aktivitas mereka seperti biasa. Sebagian besar dari mereka adalah petani yang tinggal di daerah pegunungan, di mana tanah dan lereng yang curam sering menjadi ancaman bagi keselamatan mereka. Warga yang tinggal di kawasan ini memang sudah terbiasa dengan tanda-tanda alam yang memberi sinyal akan datangnya bencana. Meskipun demikian, saat kejadian longsor tersebut terjadi, banyak dari mereka yang tidak menyangka bahwa ancaman itu benar-benar akan menjadi kenyataan.
Kepada tim BNPB yang melakukan pemantauan pasca-bencana, seorang warga, Budi, menceritakan detik-detik menjelang longsor. "Kami mendengar suara gemuruh yang keras sekitar pukul 22.00 malam. Tanah mulai bergeser dan beberapa pohon yang ada di sekitar rumah kami tumbang," ujar Budi, seorang petani berusia 45 tahun yang tinggal bersama keluarganya di salah satu rumah yang hancur tertimbun tanah longsor.
Budi melanjutkan, meski sudah merasakan getaran dan suara aneh dari tanah, ia dan keluarganya tetap bertahan di rumah karena tidak menyangka jika tanah tersebut akan bergerak dan menimpa rumah mereka. Bahkan, banyak warga lainnya yang sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana, karena mereka merasa sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini. Namun, pada malam itu, semua berubah.
"Ketika suara gemuruh itu semakin dekat, tanah mulai meluncur deras ke arah rumah kami. Kami tidak bisa menyelamatkan diri. Alhamdulillah, kami sempat berlari ke luar rumah sebelum semuanya tertutup tanah. Hanya saja, rumah kami dan rumah tetangga hancur lebur," cerita Budi dengan mata yang masih terlihat terkejut.
2. Keadaan Warga yang Terjebak dalam Reruntuhan
Sementara itu, Siti, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dekat lokasi longsor, mengungkapkan pengalaman serupa. "Kami sudah merasa ada yang tidak beres. Beberapa hari terakhir, hujan terus mengguyur kawasan ini. Tanah sudah mulai terlihat lembek dan retak-retak. Namun, kami tidak menduga jika ini akan terjadi begitu cepat," ujar Siti dengan suara gemetar.
0 notes
baliportalnews · 1 year ago
Text
Wabup Ipat Sambangi Korban Angin Puting Beliung
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, JEMBRANA - Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna (Ipat) didampingi Camat Mendoyo, I Komang Dhiyatmika memberikan bantuan secara langsung kepada warga Banjar Pangkung Jangu, Desa Pohsanten, Kecamatan Mendoyo, Senin (29/1/2024). Adalah I Putu Wirawan yang rumahnya rusak akibat bencana angin puting beliung beberapa waktu lalu yang mendapatkan perhatian dari I Gede Ngurah Patriana Krisna. Dalam kunjungannya Wabup Ipat menyerahkan bantuan berupa Paket Sembako, Matras BNPB, selimut, terpal, paket family kids yang diterima oleh warga terkena bencana. "Saya turut prihatin dengan musibah yang menimpa keluarga I Putu Wirawan, diharapkan bantuan yang kami bawa dapat meringankan bebannya," kata Wakil Bupati. Pihaknya berharap agar warga setempat lebih waspada sebab kondisi cuaca yang sangat ekstrem akhir-akhir ini seperti angin kencang disertai hujan dapat menyebabkan pohon tumbang. Kemudian hujan deras juga dapat menyebabkan bencana longsor, dan lainnya. "Warga harus waspada jika rumah tinggalnya dekat daerah rawan bencana seperti pohon tumbang atau longsor," pesanannya. Sementara itu, korban I Putu Wirawan menuturkan, kejadian tersebut terjadi pada hari Sabtu (27/1/2024). "Kejadian angin puting beliung yang menimpa rumah kami terjadi 2 hari yang lalu sekitar jam 3 sore," ucapnya. Atas bantuan yang diberikan, Pihaknya mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan yang telah diberikan kepadanya secara langsung. “Terima kasih atas bantuan yang sudah diberikan, bantuan ini sangat berarti bagi kami," pungkasnya. Selain mengunjungi keluarga I Putu Wirawan, Wabup Ipat juga mengunjungi 2 warga lainnya yang terdampak bencana angin puting beliung yaitu I Nengah Ngandra dan I Gede Suidana. Atas bencana tersebut tempat tinggal keduanya hanya mengalami kerusakan ringan.(ang/bpn) Read the full article
0 notes
koramil18pajangan · 1 year ago
Text
Babinsa Triwidadi Serma Sugiyono bersama FPRB melaksanakan rabas pohon-pohon yang rawan terjadi pohon tumbang di wilayah Triwidadi
Tumblr media Tumblr media
0 notes
lintasbatasindonesia · 1 year ago
Text
Memasuki Musim Hujan Subsatgas SAR OMB Patroli Kawasan Rawan Bencana
  Bali-Memasuki musim hujan dan cuaca yang cukup extreme, Satgas Tindak Subsatgas SAR Operasi Mantap Brata 2023, laksanakan Patroli siaga bencana kawasan rawan bencana seputaran kota Denpasar, kamis 14-12-2023. Patroli tersebut dilaksanakan gabungan bersama BPBD Renon Denpasar, dengan menyasar kawasan-kawasan yang di anggap rawan akan terjadi bencana, seperti banjir, pohon tumbang dan tanah…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
realita-lampung · 2 years ago
Text
TNI Polri Bersama Masyarakat Gotong Royong Bantu Warga Terkena Bencana
Tumblr media
Lampung Tengah - Sinergitas anggota TNI bersama Polri dan masyarakat bergotong royong membersihkan puing-puing rumah yang roboh akibat diterjang angin puting beliung pada, Sabtu (27/5/2023) malam lalu. Kapolres Lampung Tengah, AKBP Doffie Fahlevi Sanjaya, S.I.K., M.Si melalui Kasi Humas AKP Sayidina Ali mengatakan, ada 3 kecamatan yang diterjang angin puting beliung pada Sabtu malam kemarin yaitu Kecamatan Kota Gajah, Punggur dan Trimurjo, Lampung Tengah. “Alhamdulillah tidak ada korban jiwa akibat musibah ini, namun ratusan rumah warga di 3 Kecamatan tersebut mengalami kerusakan,” kata Kasi Humas saat di konfirmasi, Senin (29/5/2023). Personil melalui para Bhabinkamtibmas di masing-masing wilayah kata AKP Sayidina Ali, telah diturunkan untuk membantu warga terdampak seperti membenahi rumah yang rusak dan menyingkirkan pohon yang tumbang menghalangi jalan. “Bersama warga dan Bhabinsa dari Koramil setempat, kami bahu membahu untuk membersihkan puing-puing rumah yang roboh serta menyingkirkan pohon yang tumbang akibat diterjang angin puting beliung,” tambahnya. Kasi Humas mengatakan, sampai hari ini, diketahui ada 3 Kampung di Kecamatan Kotagajah yang mengalami kerusakan paling parah yaitu di Kampung Nambah Rejo. Sementara untuk di wilayah lain yang terdampak Angin Puting Beliung, kodisinya rusak sedang dan ringan saja. “Kalau kerusakan memang kategori sedang saja, petugas bersama masyarakat juga sudah gotong royong memperbaiki rumah warga yang rusak. Itu rata rata atap asbes yang terangkat, genteng pada jatuh namun tidak begitu parah,” ungkapnya. Kasi Humas mengimbau kepada seluruh masyarakat, khususnya yang berada di lokasi rawan bencana alam agar lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap cuaca ekstrim, guna mencegah risiko adanya korban jiwa maupun kerusakan materil yang cukup besar. (Hms) Read the full article
0 notes
ramil06kertek · 2 years ago
Text
Tumblr media
Babinsa Koramil 06/Kertek Kodim 0707/WSB Karya Bakti Bersama
bersama warga setempat melaksanakan kegiatan karya bakti pembersihan longsoran dan pembuatan cor yang berada di rumah Bpk Saliman Dusun Kedewan RT 02 RW 01, Desa SundungDewo, Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo, Jum'at (12/05/2023).
Berbekal alat seadanya, Babinsa bersama warga Dusun Kedewan terus membersihkan tanah longsor yang berada di samping rumah pak Saliman hingga di tanggul dengan cor agar pekarangan tanah yang ada tidak tergerus air dan longsor.
Danramil 06/Kertek Kapten Inf Purwantoro mengatakan, peristiwa longsor tersebut diakibatkan oleh hujan lebat kemarin sore yang mengguyur di wilayah Sundungdewo serta memang juga karena kondisi tanah yang labil,”terangnya.
“Hujan lebat mengakibatkan tanah disamping rumah Sdr Saliman ambrol Karena tidak ada penahan tanggul dan kondisi rumah berada di ketinggian.” jelasnya.
Sementara itu, Babinsa Desa Sundungdewo Serka Suroto mengingatkan dan menghimbau kepada warga lainnya agar mewaspadai musim hujan saat ini, terutama ditempat-tempat yang rawan longsor. Saat hujan tidak menutup kemungkinan bisa terjadi bencana lain seperti pohon tumbang dan sebagainya,maka dari itu bagi warga yang tempat tinggalnya berada di daerah rawan longsor segera menjauh jika terjadi hujan deras.”pungkasnya.
“Intinya, warga harus selalu waspada dan berhati~hati saat hujan lebat turun. Lebih baik mengungsi ke rumah tetangganya ataupun saudara yang lebih aman,”tutupnya.
0 notes
turisiancom · 2 years ago
Text
TURISIAN.com - Ada potensi gelombang setinggi 4.0 di kawasan pesisir selatan Banten. Oleh sebab itu wisatawan yang sedang berlibur di kawasan pantai tersebut diminta untuk berhati-hati. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geologi Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang mengatakan merilis info terbaru. Bahwa di  pesisir selatan Banten dan Samudra Hindia Selatan Banten terjadi gelombang tinggi 2.50 sampai 4.0 meter. "Kami minta wisatawan bahari memperhatikan peringatan dini gelombang tinggi yang dikeluarkan oleh BMKG guna menghindari kecelakaan laut," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Kelas I Serang Tarjono saat dihubungi di Lebak,Selasa 25 April 2023. Peringatan dini gelombang tinggi di pesisir selatan Banten dan Samudra Hindia selatan Banten ini sudah disampaikan ke pengelola wisata bahari. BACA JUGA: Liburan ke Pantai Kelapa Warna Banten yang Bikin Ceria Termasuk, BPBD setempat,TNI, Polri, pelaku pelayaran, nelayan hingga pemerintah daerah. Penyampaian peringatan dini itu agar tidak menimbulkan kecelakaan laut. Begitu juga BMKG mengeluarkan peringatan dini kewaspadaan potensi curah hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir. Dan juga angin kencang di sebagian besar wilayah Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang bagian Tengah dan Selatan. Kota Tengerang Selatan Lalu juga bisa terjadi di  Kabupaten Tangerang bagian Selatan dan Kota Tangerang Selatan. Potensi cuaca buruk tersebut dapat menimbulkan bencana alam, seperti banjir,angin puting beliung dan longsor serta pohon tumbang. BACA JUGA: Seluruh Objek Wisata di Garut Siap Sambut Wisatawan di Liburan Lebaran "Kami mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana jika terjadi hujan lebat disertai petir dan angin kencang sebaiknya mengungsi ke lokasi aman,"katanya menjelaskan. Ia mengatakan,saat ini wilayah Banten juga berawan dan hujan ringan, seperti pagi hari terjadi di Bojonegara, Cilegon dan Tanara. Pada siang hari dan berawan hujan ringan di Panimbang, Munjul, Cikeusik, Cimanggu, Rangkasbitung, Muncang, Lebakgedong. BACA JUGA: Bendungan Cikoncang, Alternatif Tempat Liburan Akhir Pekan di Banten Selanjutnya, Cibeber, Bayah, Malingping, Tigaraksa, Cisauk, Serpong, Cipocok Jaya, Pandeglang, Gunung Kencana, Balaraja, Pasarkemis, Curug, Tangerang, Ciputat. Malam hari berawan dan hujan ringan di Munjul, Cikeusik, Maja, Muncang, Lebakgedong, Cibeber, Bayah, Tigaraksa, Cisauk, Serpong, Ciputat juga dini hari berawan. Suhu udara 23 - 34°C,kelembapan udara 55 – 95 persen dan angin dari arah Utara hingga Tenggara dengan kecepatan 05 – 30 km/jam. *** Sumber: Antaranews
0 notes
matanewes · 2 years ago
Text
Polsek Karanganyar Pangkas Pohon Rawan Tumbang di Pinggir Jalan
Polsek Karanganyar Pangkas Pohon Rawan Tumbang di Pinggir Jalan
Matanews.id, Ngawi – Dalam mengantisipasi bencana yang terjadi akibat pohon tumbang, Polsek Karanganyar Polres Ngawi terus melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan melakukan pemangkasan dahan pohon yang menjulang di jalan. Seperti yang dilaksanakan oleh 4 personil anggota Polsek Karanganyar bersama 3 personil Anggota Perhutani BKPH Payak, 4 personil Tim Relawan Kecamatan Karanganyar dan 4…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
akarcerita · 3 years ago
Text
Hidup seperti berjalan di tengah kabut. Jarak pandang kita terbatas. Bergerak dengan rencana perjalanan yang rapuh. Disenggol badai rawan tumbang. Perbekalan hanya cukup untuk bertahan hidup. Manusia dengan segala rencana hidupnya yang fana, bergerak berpegang doa sebagai lentera.
12 notes · View notes
beritaterkinibanget · 5 years ago
Text
BPBD Kota Tasikmalaya Mulai Petakan Pohon Rawan Tumbang | #RecehkanTwitter R.I.P Goo Hara #BesokSenin >>> Klik Tautan ini !!!
BPBD Kota Tasikmalaya Mulai Petakan Pohon Rawan Tumbang | #RecehkanTwitter R.I.P Goo Hara #BesokSenin >>> Klik Tautan ini !!!
[ad_1]
Musim hujan berpotensi mengakibatkan bencana pohon tumbang.
REPUBLIKA.CO.ID,TASIKMALAYA — Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( bpbd) Kota Tasikmalaya mulai memetakan berbagai potensi bencana saat musim hujan, salah satunya dengan memetakan pohon yang rawan tumbang. Berdasarkan catatan BPBD, bencana yang berpotensi terjadi ketika musim hujan antara lain banjir dan genangan air,…
View On WordPress
0 notes
miftahulfikri · 5 years ago
Text
Rivera : Chapter 5 (END)
2018.
Aku sudah  hampir selesai mengeja mundur cerita kita satu-persatu. Apakah sudah boleh kumulai untuk menulis tentangmu yang kini berbeda? Aku rasa, selama ini kita hanya butuh waktu untuk mendinginkan suasana. Berpisah memang sejeri itu. Kita hanya mengambil cara yang paling sehat dan masuk akal untuk menyembuhkan perasaan yang terluka dengan membiarkan waktu yang menguapkannya sedikit demi sedikit. 
Sudah bolehkah aku mencatatkan sesuatu yang paling kuingat tentangmu? Kurasa, sudah terlampau jauh jalan kita yang tempuh. Kau dan aku bahkan sudah tak lagi memalingkan muka untuk sekadar mencari sedikit peduli. Sudah bukan waktunya lagi kita untuk bersama, sehingga aku sudah bebas menulis apa saja dan menginterpretasikan bagaimanapun bentuk dari bayang kenangan itu. Semenjak malam yang hampir membara itu, aku menangkap bayang kecewa di pelupuk matamu. Binar yang kurasa tak lagi sama dalam menilaiku.
Rivera,
Kita bermula dari sebuah entah. Kalau tidak salah, kita memang bertemu dengan tak sengaja lalu menjalin kontak seadanya. Aku pikir, kau memang satu dari sekian komplementer sosialku. Ada yang menarik padamu, dan kubutuhkan dalam relung benakku. Menjajal halamanmu, aku ternyata membutuhkan waktu. Kalaulah memang manipulatif rasanya, ah, kuakui kau memang seorang yang reaktif. Tapi tak apa, aku memang butuh seseorang yang seperti kau. Perjuanganku melompati hati demi hati yang keras dan dingin sudah banyak teruji.
Baiklah. Kumulai mundur sedikit saja sejak waktu terbaru ketika kita berbincang di sebuah tempat di belakang gedung ikonik kampusmu, berupa taman hijau dengan tangga berundak-undak yang nyaman dan asri. Centrumnya ada si sebuah kursi panjang di pinggir sebuah kolam yang entah seberapa dalam. Parterre, kau tentu ingat kan?
Tumblr media
Doakan aku, memulainya berat, memikirkannya sesak. Akan kususun ia dari paragraf demi paragraf. 
*
“Lu dimana, Vera?” ketikku terburu-buru.
“Masih ada kelas nih ama pembimbing,” balasnya. “Parkir dimana?”
“Di Gymnas. Mau nunggu di depan departemen, tapi rame banget. Malu gue,”
“Lah ngga usah malu kali. Ga ada yang godain lu juga, Nan,”
“Idih apa urusannya deh,” ujarku mengirimkan emot sewot.
“Yaudah tunggu. Gue bentar lagi kelar,” balasnya lagi. “Nunggu dimana?”
“Di perpusnya aja paling. Di dalem,”
“Okay. Baca-baca dulu aja,”
“Iya ntar dicari dulu judulnya,” jawabku. “KTM bawa kan?”
“Bawa dong,” balasmu, dengan emot jemari melingkarkan O.
Aku memang semudah itu masuk dalam hidupmu, seperti air hujan yang turun lalu meresap ke permukaan tanah. Apa sebab? Karena kau memiliki celah, meski tembokmu terlihat tak gampang terbelah. Tugasku mudah, karena seperti tanah yang tampak keras dan kering, ternyata yang dibutuhkan air tak perlu berlagak untuk memecah, cukuplah baginya untuk masuk dan menyerap pasti. Ternyata, kau juga sebegitu lalai untuk menyadari bahwa tiap kali mata bertemu itu bukanlah untuk menaklukkanmu, cukuplah ia untuk mengisi hari-hari biasamu. 
Dan bila kau membaca ini, yang paling membuatku mudah untuk masuk ke dalam relung sanubarimu ialah aku datang tanpa setumpuk ekspektasi. Bilapun ada, maka itu tak lebih dari segala sensasi yang sengaja tak kusimpan. Barangkali, bagiku, memang ada pertemanan antara sepasang lawan jenis yang ternyata dapat sejalan dengan jarak tertentu. Merasakan bukan mainnya pertahananmu terhadap cinta -pula mencintai, tak sulit bagiku untuk memperkirakan bahwa kau takkan tumbang seketika bilapun aku selalu nyata di setiap matamu melihatku ada. 
Tapi, semenjak peristiwa aneh malam itu, kau jadi berubah drastis menjadi Rivera yang tak kukenal sebelumnya. Apakah kau kecewa karena sikap penolakanku? Atau, apakah kau merasa bersalah atas sikapmu yang tak bisa kau kontrol itu? Entahlah. Seperti angin muson yang berputar ganjil di atas khatulistiwa, kau menjadi sosok yang tak berwarna tegas seperti biasanya. Apakah peristiwa itu menghempaskanmu ke titik nadir? Atau, ini adalah sebentuk titik tolak dari arah kebaikanmu? Aku bertanya-tanya dalam jarak tertentu yang kau atur agar kita tak sedekat dulu. Aku memahami, bila itu luka maka biarlah waktu dan jarak yang mengobati.
Hei, aku tak berniat menggembosimu sama sekali. Lagipula, kau sendiri yang pernah bercuap dan seakan sesumbar bahwa kau takkan mencintai siapapun -lelaki, yang menurutmu takkan pernah kaubutuhkan dalam perjalanan sepimu. Terlihat, kau sendiri yang mengagungkan kesendirianmu, merasa bahwa itulah kendi air sucimu yang kau tak ingin ia ada setitik pasirpun yang larut di dalamnya. Bukankah sudah kauputuskan sendiri di dalam hening pikirmu?
Tugasku, hanya semudah daun gugur yang jatuh di dalam kendimu itu. Barangkali tidak ada arti, selayaknya hanya perkara kecil yang cuma mengambang di permukaan airmu yang tenang. Tak ada perkaraku untuk masuk lalu tenggelam hingga sampai di dasar hatimu. Aku justru kagum akan keegoisanmu menjaga segalanya tetap dalam riak yang kau sangkakan ia tenang, seperti segalanya yang terjadi sebelum sesuatunya kau perkirakan. 
Sekarang, sudah kuangkat diriku dari muka airmu. Tapi justru riakmu tak kuat kau atasi sendiri. Mengapa? Aku hanya sehelai daun yang ringan dan dapat kauhela dengan abai ; bukan sebatang tongkat, atau sepalang palu godam yang menghantam ukir-ukiran bentuk rasamu. Apakah aku berukuran sebesar itu untuk nantinya membuatmu teraduk-aduk bak gelombang dari hulu yang bertemu muara? Entah. 
Tetapi aku rasa, kau sedang resah. Terlalu pandir bila aku menyangkakan musababnya karena diriku. Tapi sepertinya, itu terjadi kini. Semoga aku salah. Karena bila itu benar, maka telunjuk sebabnya padakulah ia akan mengarah.
*
Memundurkan lagi pintasan waktu, rasanya tak ada yang benar-benar spesial diantara kita. Meski kita adalah dua orang yang pernah kenal lama, banyak sekali yang jadi jurang pembeda. Kita tidak pernah satu sekolah, tidak pernah satu kampus, tidak berasal dari daerah dan budaya yang sama, juga juta-juta alasan lain yang membuatnya seperti jemaring yang membatasi. Betul semua itu bisa diterima, tapi rasanya tak ada lagi yang membuatnya lebih dari biasa. Kita sebenarnya hidup dengan atmosfer masing-masing, hanya sama-sama berputar pada satu orbit bernama ketertarikan. Kau tahu, apa nama bintang yang jadi sumbu edarnya? Ia adalah kebermaknaan. Aku memang mencari makna lain dengan menjadi temanmu selama ini, yang kira-kira mampu memenuhi puzzle kosong dalam labirin benakku.
Bisa terhitung jari aku menyempatkan berkunjung ke kampusmu, pun mengajak diskusi sembari meminjam buku sesekali. Sejak malam itu juga, aku jadi jatuh cinta betulan pada buku-buku psikologi koleksimu. Aku sekarang paham kenapa ilmu jiwa itu begitu rumit sekaligus menyimpan banyak lika-liku. Lewat buku-buku itu, aku banyak menemukan kosakata penting yang kuanggap itu hanyalah peristiwa hidup yang tak memiliki istilah. Kenapa segalanya terasa terlambat? Aku baru mulai mengerti dirimu, ketika kau memutuskan untuk memberi jarak diantara kita. Jendela pikiranmu, ternyata lewat buku-buku yang mungkin diam-diam kau baca ketika senyap. Kau sebetulnya cerdas, hanya aku saja yang dulu tak paham bagaimana menanggapimu.
Ah. Tapi segalanya sudah jauh berbeda, kau sekarang menjadi orang yang pandai bersembunyi dibalik kerangkeng bernama kesibukan. Kau mungkin tidak menghindar padaku, tetapi betul rasanya kita sudah bukan lagi orang yang sama.
“Udah cuma satu aja?” kata Rivera, sambil menakar hologram digit buku di inframerah peminjaman.
“Iya itu aja, masih belum kelar lagian,” ucapku, mengedarkan pandangan.
“Udah sampe mana?”
“Carl Gustav Jung. Psyche.”
“Ah, yang arketipe? Alam bawah sadar?” ujarnya, tersenyum.
“Iya hehe, menarik sih.” ujarku, memasukkan buku itu. “Gue langsung balik ya, takut kesorean ntar macet,”
“Seriusan, Nan?” Rivera seperti hendak mengatakan sesuatu, tetapi kulihat dengan cepat air mukanya berubah.
“Iya yaudah. Gue juga kayanya balik ke departemen,” 
“Oke deh. Bye, Vera!” ucapku. Tak bersambut gayung, Rivera melepasku dengan senyum getir.
*
Dalam pada itu, yang kuingat satu persatu adalah gedung-gedung tinggi tempat dimana kita memandang karena tak sanggup untuk beradu mata. Seringkali pembicaraan kita hanya beruntas dengan aspal jalan, atau batang-batang kayu rimbun di sepanjang pedestrian yang kita jajal. Kita jadi terlalu sungkan untuk duduk tenang untuk saling menyimak. 
Aku, bukannya tak bisa. Tapi aku tahu, gelagatmu itu yang selalu ragu. Setidaknya, aku paham bagaimana memperlakukan hatimu yang begitu rawan. Kedatanganku, hanya untuk jadi kawan. Katamu, kau juga butuh seseorang teman. Pun, aku tak membawa satupun niat untuk menyelewengkan. Selebihnya, kuyakinkan diriku sendiri bahwa kau sudah meyakinkan diriku pula bahwa sejauh ini takkan pernah ada suatu perasaan yang membanjiri jarum tertinggi di pintu air hati. 
Mulanya, kau yang rikuh. Tapi, aku tetap kukuh. Hingga akhirnya kita terbiasa untuk saling mengeja langkah yang sama ketika melewati ruas utama kampusmu yang rindang dan seringkali dipenuhi gadis-gadis cantik. Hampir tiada lagi halangan yang kukira dapat menjadikan semua ini jadi aneh, ternyata kaupun menyesuaikan diri dengan begitu baik. Aku rasa, aku menang. Aku rasa, aku pandai membuat teman. Aku rasa, aku berhasil memecundangi mitos tanpa dasar yang menyebutkan bahwa ‘tak ada kata teman bagi laki-laki dan perempuan dewasa’. Buktinya, kita kan? 
Handphoneku bergetar, dan seketika detak jantung itu berubah irama.
“Nan, gue mau ngomong,” katamu, lewat pesan pendek.
“Ngomong apa? Udah tanggung ini di parkiran,” jawabku. “Dari tadi, kek.”
“Bentar aja.” Balasmu cepat. “Tau Parterre, ngga?”
“Hah? Dimana tuh?”
“Belakang Isola,”
“Oh, kayak pernah lewat. Yang taman ada kolamnya itu kan?” Jawabku. Aku memang senorak itu, setelahnya baru tahu kalau arti ‘parterre’ adalah taman.
“Iya, disana aja. Enak,”
“Yaudah. otw,” 
Aku mencabut kunci Piaggio-ku, dan berjalan ke arah tenggara. Merasakan ada degup lain yang merubah air muka. Ada apa?
 *
Kau tahu lembayung, tidak? Kala itu jatuh persis kuning kejinggaan dibalik pohon besar dan tua tempat aku duduk menunggumu disana, entah itu batang mahoni atau ara. Singsut, karena ada bekas hujan di permukaan kursi semen memanjang yang hanya beberapa yang kosong. Anehnya, meski ramai, taman itu seperti menyerap nada-nada ucap yang terhanyut oleh semilir udara. Tak terdengar suara-suara kendaraan yang sedang merayap di penghujung jalan. Ambiensinya bagus, sepertinya pendiri taman ini paham betul bagaimana menyelaraskan akustika alam.
Ternyata di belakang gedung putih berpepat bak kue tart kolosal ini, ada taman hijau berundak-undak yang tak pernah kusadari adanya. Tersembunyi diantara lalu-lalang mahasiswa yang sibuk, dipermadanikan oleh jalan kecil namun rindang yang kadangkala tak bisa kubedakan dengan hijaunya rimba. Katamu, disinilah tempatmu sesekali menyejukkan kepala ; lebih tepatnya menyendiri, bila dari banyak tempat sejuk di seantero kampus ini kurasa ini bagian paling utara yang bisa dijangkau kaki.
Aku sampai lebih dulu dan mulai meraba-raba kemana arah percakapan ini nanti. Beberapa kali pernah bersamamu dalam beberapa kesempatan, rasanya tak ada yang perlu kupersiapkan. Diskusi kita mengalir sebagaimana adanya, dan akan mulai dari aku terlebih dulu. Beberapa bayangan soal psikologi dapat kau jawab mafhum dengan beberapa teori dan rekomendasi judul buku. Tanpamu, mana aku tahu siapa itu Freud, Jung, atau Erikson. Segalanya menarik dan hampir sudah khatam kubuka. Tetapi hari ini, kau yang ingin memulai bicara ; Aneh, sepenuhnya aku merasakan intensi berbeda.
“Sorry, telat,” Rivera menghampiriku dari sebelah kiri.
“Oh ngga apa-apa,” ujarku. Singsut, basah. “Mau ganti kursi?”
“Disini aja, disitu suka banyak tahi burung, Nan.”
“Oh, iya?” Aku jadi paham, kenapa beberapa kursi yang tampak kering itu kosong. “Mau ngomong apa, Ver? Tumben,”
“Em… bentar,”
Melihatmu mengedarkan pandang, aku jadi ikut-ikutan. Dalam radius lima meter, tak ada orang lain yang dapat mendengar pembicaraan berfrekuensi rendah ini. Selebihnya, kau memang tak ingin ada orang yang mencuri dengar.
“Lu ngerasa ngga sih, kalau…”
Kata kamu kembali muncul. Tandanya Rivera sedang ingin berbicara serius. Aku mendekatkan telinga.
“Iya, gimana?”
“kalau kita itu..”
Apa? Kita? Maksudmu, apa?
*
Ternyata, dalam cipta karsamu itu, sudah kau ciptakan istilah “kita”. Sejak beberapa bulan terakhir kita menjaga jarak, rasanya aku sudah datang kepadamu sebagai seorang lelaki ‘asing’ yang kausambut dengan setengah hati. Meski rikuh, aku mencoba menjadi teman bicaramu soal minat tentang psikologi. Mungkin niatmu juga untuk membantuku dengan akses ke perpustakaan kampus, agar aku tak senantiasa menghabiskan waktumu lewat chat-chat panjang yang tak mampu satu-persatu kau balas.
Aku sendiri sadar bahwa ada “kita” yang sedekat itu, tapi itu dulu. Berpikir keras, aku seperti sedang melompati pedestrian yang berlubang. Bukankah selama ini aku  mendengar sendiri ceracaumu soal lelaki? Apakah menurutmu aku tidaklah sama seperti sosok yang sudah kau rajam dalam persepsi? Aku seringkali tertawa, kalau kau bilang bahwa tak ada lelaki yang kau percayai. Oh, aku sudah kebal akan umpatan kalau lelaki itu ‘brengsek, bajingan’ karena sepertinya itu tak menjadikan marwahku sebagai kaum adam terpijak. Bagimu, kau hanya miskin diksi. Aku mengartikannya sebagai lelaki yang ‘dominan, proaktif’. Sisanya, masih bisa kutanggung dalam nalar karena memang begitulah naluri lelaki bekerja.
Lalu, aku terkejut ketika kau mendefinisikan apa itu “kita” darimu, Rivera. Seorang perempuan yang beberapa waktu lalu tampak ceria dan menyenangkan, kini tampak pendiam dan menutup diri. Tak ubahnya sekarang kau seperti seorang dosen yang mestinya kusegani, dan memang betul kusegani. Tapi, dengan tegarnya kau bicarakan suatu hal yang tak kumengerti. Selama ini, kau anggap aku lebih dari siapamu? Aku bahkan tak melakukan apa-apa, tak mulai menyapamu di setiap pagi dan tak mengantar ucapan tidur di setiap malam. Kebutuhanku sederhana, hanya menjadi teman semata. Tidakkah aku tepat bertemu denganmu yang skeptis soal cinta-mencinta? Apa pedulimu soal itu, lalu kau sekonyong-konyong sampai berbicara sebegini mendentum di telingaku?
“Lu ngerti, ngga?” ujarmu, seketika hening. “Selama ini ternyata kira udah berlebihan,”
“Ngga. Ngga ngerti. Emangnya aku ngapain?”
“Lebih tepatnya gue sih, yang mandang elu lebih. Maaf ya,”
Aku gusar. Seperti orang yang tetiba ditangkap paksa. Melawan.
“Elo ngomong apa sih, Ver? Elo yang udah beda sekarang-sekarang, tau ngga?”
Rivera hanya diam, menekuri bebatuan yang ada di pinggir kolam. Hening. Sementara, aku mencoba membuang muka dan menunggu penjelasannya.
“Elu tuh.. pura-pura ngga ngerti perasaan perempuan ya, Nan?”
Deg.
Kau seperti sedang mengujiku. Aku seperti sedang bermain dengan biduk papan catur yang putih-hitam, dimana secara tiba-tiba kau langsung mendetumkan artilerimu untuk menyerang rajaku. Gila, aku salah langkah. Pionku ternyata sudah hilang satu-persatu. Di depanmu, aku bak lelaki tolol yang baru belajar soal cinta kemarin sore. Tak mengerti perasaan perempuan, katamu? Cih. Selama ini mungkin aku keliru, tak merepresentasikanmu sebagai perempuan yang semestinya kikuk dan malu-malu. Karena kau berbeda, itu saja alasanku. Lalu sepagi inikah petir itu bermula, Vera?
Aku mengernyitkan dahi. Kau sungguh tak memberiku alasan untuk menyerang, tapi tak membiarkanku bertahan di tepian jurang. Menurutmu siapa yang salah, apakah itu aku? Katakanlah, bahkan aku sudah biasa putus cinta dengan cap lelaki pemberi harapan. Aku tak peduli bila memanggung nama buruk dengan apa yang tak kusemai, bila itu memang perisai yang kaugunakan untuk menambal perasaanmu yang kadung bocor tapi harga dirimu seakan masih kau ingin bela. Lakukanlah! Asal jangan Tuhan yang kausalahkan, meski memang Ia yang memegang seluruh skenario tak terduga ini. 
“Jadi ini, salah aku ya? Padahal aku cuma pengen berteman…”
Aku menyela gemerisik angin. Hening. 
“Kenapa diam aja? Elu beda banget semenjak malam itu, Ver.. Bingung gue, siapa sih yang sebenarnya salah?”
Aku sedang tak ingin membela diri, tapi aku juga terkejut dengan mengeluarkan kalimat tanya nan ofensif itu. Berharap naluri bengis lelakiku tak keluar sembarangan ketika saat seperti ini.
“Ngga gini caranya nolak gue, Nan” ucapnya sambil beringsut, memalingkan muka.
“Gue makin bingung sama sikap lu, Ver. Emang kapan lu nyatain….” 
Rivera langsung menyambar, membuatku bergidik. “Nyadar ngga sih, kalau elu tuh terlalu baik?” 
“Hah?”
Anjing. Bagiku, kata-kata ini sudah tak asing. Epilog yang sama pernah kudengar dari beberapa perempuan yang pernah memutuskan hubungan denganku, dengan kalimat seperti ‘kamu itu terlalu baik buat aku,’ dan bla-bla-bla yang lain. Sarkasme tingkat tinggi yang sebenarnya padu dengan ucap ‘kita sudah tidak cocok’ yang malu-malu keluar dari celah bibir. Halah! 
Lain kasus, perempuan terakhirku bernama Alya yang membuatku tidak nyaman dan akhirnya mengandaskan hubungan ialah ketika ia berkata bahwa 
‘Aku ngga suka kamu baik sama banyak cewek’
Ambiguitas apalagi ini? Lalu, apa yang harus aku lakukan, masa aku harus berlaku jahat pada mereka? 
‘Ya ngga gitu juga, cuma ya bedain dong sama aku’,
itulah sanggahan yang membuatku kadang sedikit naik pitam karena sifat posesif yang membuatku terpenjara. Yang membuatku masih dipandang baik hanyalah kebengisanku tak kutunjukkan secara nyata. Setidaknya, aku bukan lelaki yang akan mudah murka dan melayangkan tangan di depan wanita. 
*
Aku dengan sadar telah memajukan kuda-kudaku, memelintirnya menjadi langkah ‘L’ yang langsung menyasar pada kedudukan rajamu. Aku ingin lihat reaksimu seperti apa, sifat dominanku ingin menguasai biduk hitam-putih ini.
“Oh, jadi kalau mau dekat dengan elo, harus pacaran dulu ya baru sah?” ucapku. “Kita kan udah lama temenan, Vera! Kok kamu berubah gini?”
Kembali, Rivera hanya menekuri sepi. Kolam air di hadapanku entah kenapa berubah rentang menjadi seluas samudera. Aku migrain, lebih karena logikaku berat sebelah memandang perempuan ini.
“Ngga! Gue ngga suka pacaran, apaan sih,” gusarnya.
“Ya terus gimana? Pacaran salah, temenan ngga bisa. Mau elo apa?”
Artileriku akhirnya berdentum, nafas ini sudah terlanjur berurai dengan amarah. Harga diriku sudah terluka karena diombang-ambingkan percuma. Menyakitkan, sebab logikaku sudah kautundukkan dalam ketidakmengertian.
“Gue tahu,  elo baper kan sama gue, Ver? Jadi gue harus gimana?”
Aku seakan sedang menyerahkan diri dengan paksa. Tak ada opsi lain selain itu. Logikaku yang mengendalikan semua ini.. dan hey, apakah betul aku memang terlalu mengerdilkan perasaanku sendiri?
*
Aku sudah mengeluarkan tombak terakhirku, berharap menumbangkan segala tembok yang menghalangi kejujuranmu. Katakan saja kalau kau suka padaku, Rivera. Aku sudah mampu merajut masainya benang merah pembicaraan ini, kau hanya enggan bilang pengakuan. Selalu berharap padaku yang menyadari sendiri bak cenayang. 
“Elu jahat yah, Nan.” tangkisnya, membuat dehamku tertahan.
Ternyata kuda-kudaku dalam masalah. Aku tergugu karena kau mengucapkan kata itu seperti bau busuk yang terendus hidungku. Mual.
“Elu tuh selama ini terlalu baik, ngebuat gue jadi terlalu nyaman sehingga gue bingung elu tuh siapanya gue sebenarnya…”
“…. Gue mikirin dalam diam, ada ngga sih orang yang seengganya mirip ama elo, Nan? Yang diluar status teman, udah pasti jadi pacar gue. Gue ngga neko-neko lagi sekarang. Cuman itu masalahnya, kenapa sih elo cuma jadi teman gue? Jawab, Nan!”
Lidahku tercekat. Sementara, sembulan air mata tampak menggenang di pelupuk mata Rivera.
“Temenan itu ngga kaya gini. Gue maunya kita itu lebih dari ini, Nan … Ngerti kan? Perlahan, penolakan gue soal definisi pertemanan makin nyiksa batin gue. Bullshit lah pertemanan, sementara kalau gue takut kehilangan elo…”
Aku berontak. “Kehilangan apa? Gue disini, di depan elo, masih sama kaya dulu!”
“Gue bisa kehilangan elo kapan aja, Nan! Kalau elo tetiba punya cewek, gue mau lu jadiin apa? Sementara, status teman ini menghalangi gue buat lebih dari itu. Mikir dong!!”
Suara Rivera sengau. Sementara, aku hampir muntab. Tak ada yang bisa kulawan, segala ucapnya benar. Tapi, perasaan pengasihku tak muncul jua. Masih saja dikelola oleh logika.
“Iya, gue emang pecundang, Ver! Gue sendiri masih ngga ngerti ama perasaan gue. Selama ini, gue masih percaya kalau pertemanan kita itu baik-baik aja. Mungkin gue cuma takut kalau...”
“… jatuh cinta? iya, kan?” sergahnya paksa. 
“Bangsat!” aku refleks membuang muka.
Meski tak sengaja, rasanya suaraku terdengar juga oleh Rivera yang kini semakin terisak-isak. Aku membenamkan hanya bisa membenamkan muka, malu pada sisi arogan diriku sendiri.
*
Sial. Keadaan jadi berbalik. Situasi menuntutku untuk menghamba meminta maaf atas segalanya, seperti kebanyakan laki-laki yang kutahu melakukannya tanpa melakukan salah yang sebenarnya. Kuberitahu satu hal, hai kalian perempuan, bahwa laki-laki yang meminta maaf itu sebenarnya hanya enggan memperpanjang masalah, bukan karena selalu berbuat salah. Lelaki sering terlihat salah ketika kalian seringkali menyudutkan dengan perisai kelemahan yang kalian punya. Ombak amarah kami sebagai lelaki, tak ingin tertukar dengan banjir tangis kalian para perempuan. Sadarilah, jangan terlalu mempermainkan ambiguitas ini. Biarkan kesadaran kami sendiri yang akan meminta maaf bila memang kami salah, bukan karena kami sudah lelah dipersalahkan oleh keadaan. 
“Maafin gue, Ver . Tadi ngga sengaja,” helaku, dengan nafas panjang.
“Udahlah, pikirin aja sendiri. Semoga elo ngerti kalau ketakutan itu bikin elo ngga kemana-mana, Nan..”
“…Lo trauma, Nan. Gue lupa, kalau elo emang belum sembuh. Maaf, gue juga barangkali egois. Tapi ya gini, gue juga punya perasaan. Kita ngga akan bisa gini terus. Sorry, gue pergi duluan..”
Tetiba ia pergi tanpa aba-aba. Sementara, beberapa detik sebelum Rivera pergi, aku menyadari bahwa ada sebentuk sesal yang tak dapat kubahasakan.
“Ver!…”
“Rivera! ……” 
Percuma, kau sudah tak menoleh. Menjelaskan segalanya, bagimu sudah tak boleh. Aku takut bila air matamu semakin meleleh. 
Silakan pergi. Aku toh bukan siapa-siapamu untuk menghalangi. 
Tumblr media
*
Tanpa kau beritahu, kau lenyap ibarat ujung musim penghujan ditengah mentari pukul dua. Tampaknya, kau yang mengambil langkah mundur tanpa memberi aba-aba. Sudahlah, kupikir memang kau saja yang tak ingin definisi ini ada. Berita baiknya, aku rasa bahwa segalanya ini takkan diketahui siapa-siapa, aku sedang tak ingin disalahkan tanpa karena. 
Jendela media sosialmu sudah kau tutup, sehingga untukku bisa mengetahui apapun tentangmu seperti awan redup. Seperti umumnya laki-laki, aku tak terlalu ambil peduli. Hanya benar, aku merasakan kehilangan yang begitu terasa sebelumnya, membuatnya ada yang terhapus dengan paksa, dan ada yang lebur dengan nanar. Bukan berarti aku tak terbiasa kembali sendiri, tetapi bersamamu sudah kuparkirkan perasaan sentimentilku sejak lama. Mengarang-ngarang pada dunia, bahwa persahabatan lelaki dan perempuan itu memang ada. 
Tetapi, kisah itu pendek. Sependek emosi yang kausimpan dalam sikapmu yang terburu-buru. Aku tidak kenyang dengan memikirkan alasan, aku justru lapar akan penjelasan. Tapi kau tak datang-datang. Sialan, kau kali ini yang berhasil mengerjaiku, mengambil sela-sela waktu renungku. Hingga akhirnya, aku jadi berpikir bahwa apakah aku salah mengambil langkah, apakah Tuhan memang menjadikan kita sia-sia? Sudahlah, aku sudah lelah terus mengira, sedangkan kau sendiri sudah tak mau diajak bicara. 
Kucoba untuk berpuasa dalam penasaran, tentang apa saja yang kau lalui tanpa segala yang kuketahui. Aku yakin, kau akan kembali menjadi perempuan yang sama ketika dahulu wajah dan mata ini saling berjumpa, menjadi sedingin dinihari, menjadi sekeras akar kayu yang menua. Beriringan musim demi musim berganti, ratusan hari terlampaui, malah kita jadi seperti ini yang dulunya pernah mengenal dan kini menyengaja untuk kembali tidak saling kenal.
Kubiarkan riak itu tenang. Seperti kolam Parterre yang ada di kampusmu, yang luasnya ribuan jengkal jari itu dapat membuat gelombang yang berbeda ketika melihatnya sendirian. Ya, sendirian. Karena siapa lagi temanku, bila bukan kau. Merupa sebuah daun yang tetiba gugur dari pepohonan disamping kolam, jatuh dengan dingin menuju tempias ke permukaan, hingga air itu akhirnya memeluknya tanpa banyak gumam. Menyedihkan, tapi begitulah dunia dalam senyapnya mengajarkan. Ada yang harus dimengerti matang-matang, agar kita jadi mengerti bahwa kedatangan sekaligus kepergian adalah kenyataan yang berulang-ulang.
Aku pergi dari Parterre dengan hampa, seperti sudah mengucapkan kata pisah yang tak berhingga. 
Tumblr media
Antara Lelaki dan Perempuan
“Terkisah, ada seorang laki-laki dan seorang perempuan, yang telah lama berteman. Cukup lama mereka membina hubungan, seperti tanpa batas dan berbagai singgungan. Kata orang, mana ada lelaki dan perempuan yang akan selamanya jadi teman? Meski memang, mereka tak percaya.
Tapi pada saatnya, mereka jatuh juga di lubang yang sama. Tak pelak, hati tak bisa dibohongi juga, keduanya diam-diam memendam rasa. Memang belum jadi cinta, karena tak ada pengakuan dan pengorbanan disana. Keduanya sadar namun tetap diam tanpa kata, seakan membiarkan alunan rasa itu mengalir seperti biasa.
Mereka berjalinan, tapi rasanya ada perasaan yang terasingkan. Mereka tetap tertawa bersama, namun rasanya seperti menertawakan ketidakyakinan mereka untuk jadi lebih dari sekedar teman. Batasan memang tak ada sebagai kawan, namun justru ada jarak persepsi yang jauh sekali untuk dibayangkan. Mereka bertanya-tanya, namun tetap tak yakin kalau itu memang cinta.
Hingga akhirnya mereka memilih untuk tetap seperti sediakala, seperti teman biasa. Pada akhirnya, hati kecil yang berkata jujur itu tak mendapat tempat di sudut jiwa. Terlanjur terbuang, karena apabila dipelihara, mereka akan kesakitan selama-lamanya. Begitulah kiranya, tak ada kata cinta yang tersampaikan, tetapi ada kejujuran hati yang begitu saja ditelantarkan dan…. hilang.”
THE END
Bandung, 5 Mei 2020.
72 notes · View notes
Text
Sejumlah Rumah Warga Kota Batu Rusak Diterjang Angin Kencang saat Hujan Deras
Tumblr media
Sejumlah Rumah Warga Kota Batu Rusak Diterjang Angin Kencang saat Hujan Deras
Pendahuluan
Bencana alam di Indonesia sering kali datang tanpa pemberitahuan dan dapat terjadi kapan saja. Salah satu peristiwa yang baru-baru ini menggemparkan warga Kota Batu adalah terjangan angin kencang yang disertai hujan deras, yang menyebabkan kerusakan rumah di beberapa daerah di kota tersebut. Kota Batu, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, dikenal dengan kondisi geografisnya yang berada di dataran tinggi, membuat wilayah ini rentan terhadap fenomena cuaca ekstrem seperti angin kencang, hujan lebat, hingga longsor.
Peristiwa ini terjadi pada suatu sore di bulan November 2024, ketika sebagian besar wilayah Kota Batu diguyur hujan deras disertai angin kencang yang datang tiba-tiba. Banyak rumah warga yang rusak, pohon-pohon tumbang, dan sejumlah fasilitas umum terganggu. Selain itu, sejumlah korban juga dilaporkan mengalami luka-luka akibat peristiwa tersebut.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas lebih lanjut mengenai fenomena cuaca ekstrem, dampak yang ditimbulkan, serta upaya penanggulangan bencana yang dilakukan oleh pihak berwenang di Kota Batu.
Fenomena Cuaca Ekstrem di Kota Batu
Kota Batu yang berada di kaki Gunung Arjuno dan memiliki ketinggian sekitar 700 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut, memang memiliki karakteristik cuaca yang cukup dinamis. Meskipun dikenal sebagai daerah dengan suhu yang sejuk, Kota Batu tetap berpotensi mengalami cuaca ekstrem yang dapat menimbulkan kerusakan.
Angin kencang dan hujan deras yang terjadi pada malam kejadian merupakan salah satu contoh dari cuaca ekstrem yang kerap terjadi pada musim penghujan. Cuaca ekstrem seperti ini dapat dipicu oleh perubahan iklim global, serta faktor geografis dan topografi yang membuat Kota Batu rawan terhadap perubahan cuaca yang mendadak. Biasanya, hujan deras disertai angin kencang terjadi karena adanya perbedaan suhu yang sangat signifikan antara udara dingin di dataran tinggi dan udara hangat di dataran rendah.
Pada malam peristiwa tersebut, hujan deras mulai mengguyur Kota Batu pada sore hari, diikuti oleh angin kencang yang datang tiba-tiba. Kecepatan angin yang mencapai lebih dari 50 km/jam mengakibatkan pohon-pohon besar tumbang, menimpa rumah dan kendaraan yang ada di sekitarnya.
Kerusakan yang Ditimbulkan
Akibat dari fenomena cuaca ekstrem ini, sejumlah rumah warga di beberapa kawasan Kota Batu mengalami kerusakan yang cukup parah. Rumah yang tidak dibangun dengan kekuatan struktural yang memadai menjadi korban pertama. Atap rumah banyak yang terbang terbawa angin atau roboh karena terpukul pohon tumbang.
Menurut data yang dihimpun dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu, setidaknya ada puluhan rumah yang rusak akibat peristiwa ini. Rumah-rumah yang rusak paling parah terletak di daerah Batu Gajah, Oro-Oro Ombo, dan Kasin. Di beberapa lokasi, pohon-pohon besar yang tumbang menimpa atap rumah, pagar, dan bahkan merusak kendaraan yang diparkir di sekitar area tersebut.
Selain kerusakan rumah, infrastruktur publik seperti jalan, saluran drainase, dan jembatan kecil juga mengalami kerusakan. Hujan deras yang disertai angin kencang menyebabkan banjir lokal di beberapa titik di Kota Batu, yang menambah kesulitan dalam proses evakuasi dan pemulihan.
Berdasarkan laporan sementara dari BPBD Kota Batu, sejumlah korban luka-luka juga dilaporkan akibat tertimpa reruntuhan bangunan atau pohon. Namun, beruntungnya, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini, meskipun kerusakan material cukup signifikan.
Penyebab Cuaca Ekstrem di Kota Batu
0 notes
baliportalnews · 1 year ago
Text
Wabup Ipat Serahkan Bantuan Material Warga Korban Pohon Tumbang
Tumblr media
BALIPORTALNEWS.COM, JEMBRANA - Wakil Bupati Jembrana, I.G.N Patriana Krisna yang juga merupakan Ketua PMI Kabupaten Jembrana memberikan bantuan kepada keluarga Gusti Putu Ardana, warga Banjar Kepuh, Desa Mendoyo Dauh Tukad yang terkena rumahnya rusak akibat pohon tumbang, Rabu (13/12/2023) di Desa Mendoyo Dauh Tukad. Bantuan yang diserahkan berupa bahan bangunan seperti kayu usuk dan semen. Dengan nilai bantuan tersebut Rp1.950.000 (Satu juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah). "Saya turut prihatin dengan musibah yang menimpa keluarga Gusti Putu Ardana, diharapkan bantuan yang kami bawa dapat meringankan bebannya,” kata Wabup Ipat. Ia mengatakan, agar warga setempat juga berhati-hati sebab kondisi cuaca yang sangat ekstrem akhir-akhir ini seperti angin kencang yang dapat menyebabkan bencana longsor, dan lainnya. "Warga harus waspada jika rumah tinggalnya dekat daerah rawan bencana atau longsor," ujarnya. Sementara, Gusti Putu Ardana mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan yang telah diberikan kepadanya secara langsung. “Saya mengucapkan terima kasih atas bantuan yang sudah diberikan, bantuan ini sangat berarti bagi kami,” ucapnya.(ang/bpn) Read the full article
0 notes