#rambut pria tipis
Explore tagged Tumblr posts
aniihsrysworld · 8 months ago
Text
Tumblr media
Dalam diam, ia menatap. Seulas senyum tersungging di bibirnya, mata yang tajam namun lembut, seperti sinar mentari pagi yang menyejukkan.
Ada rahasia dalam sorot matanya, cerita yang tak terucap, namun terasa, seperti angin yang membawa bisikan, menembus hati, menggetarkan jiwa.
Rambut pirang terurai, jatuh dengan elegan, memberikan kesan yang misterius. tatapannya tajam, seolah menyimpan banyak sejuta cerita dan emosi yang mendalam. Matanya yang berwarna gelap, mencerminkan kedalaman perasaannya.
Kulit pucat dengan ekspresi tenang dengan senyuman tipis di sudut bibirnya. terlihat ramah namun tetap menjaga jarak. Garis wajah tegas, visual yang menarik dan kharismatik.
Sayangnya, Dia tidak nyata meskipun pria ini memiliki segala pesona dan karakteristik yang memikat, sayangnya ia hanyalah sebuah karya seni. Kehadirannya hanya dalam imajinasi, mewakili sosok ideal yang mungkin tidak mudah ditemukan di dunia nyata. Namun, keberadaannya sebagai tokoh fiksi atau gambar tetap membuatku menyukainya.
ILAY RIEGROW, dialah sang tokoh fiksi diatas.
10 notes · View notes
erzulliee · 2 years ago
Text
Jogja dan Hujan Pertama di Bulan September
Jangan lupa follow Wattpad Erzullie ya :)
Babak 1
Masih ku tatap hujan pertama di bulan September.
"Permisi, Mas," ucap seorang gadis manis dengan rambut sebatas bahu.
"Oh, ya, silakan." Aku memberikan celah untuk gadis itu lewat di depanku.
Ia duduk di tepat di kursi sebelahku, menjadi pendamping perjalanan dari Jakarta menuju Yogyakarta.
Sejak kereta api berjalan, tak ada kata yang terucap di antara kami. Aku sibuk menatap hujan di luar jendela, sementara ia sibuk menidurkan diri.
Sejak ia tertidur, muncul keberanian untuk sesekali meliriknya. Takdir memang bajingan. Bisa-bisanya menghadirkan orang asing macam begini. Wajahnya tidak terlalu cantik, tapi cukup menarik untuk terus dipandang.
Perjalananku kali ini bertujuan untuk membasuh luka dari patahnya hati. Namun, September memang unik. Selain hujan pertama, ia juga menyuguhkan pertemuan pertama.
'Seandainya bisa kenal sama dia.' Batinku. Berharap ia singgah sejenak di beranda takdir.
Waktu terus bergulir. Perlahan kepalanya turun hingga bersandar di bahuku.
'Bajigur!' Batinku. Aku takut degup jantungku yang berdebar kencang ini membangunkannya. 'Woilah! Cepet bangun Mbak. Hatiku geter-geter ini hoy!'
Biarpun begitu, sisi kecil hatiku berharap ia terus begitu. Setidaknya pundak pria ini tidak rapuh seperti hatinya.
Tanpa sadar, terukir senyum tipis di bibirku. Hingga tiba-tiba aku merasakan ada air yang mengalir dari bahu menuju lenganku. Ku tatap si manis ini.
'Si jenius! Ngiler anjay!'
Tiba-tiba mata si jenius in—si manis ini terbuka. Ia terkejut dan langsung mengangkat kepalanya. Ditatapnya iler yang berdusun di bahuku.
"Eh sorry." Dengan panik ia ambil sapu tangan dari kantong jaketnya, lalu membersihkan baju dan lenganku.
Aku tersenyum menatapnya. 'Untung manis!' Batinku. "Enggak apa-apa kok."
"Maaf, maaf, enggak sadar saya."
"Kalo sadar mah bukan tidur, Mbak," balasku dengan bumbu guyon.
Ia tertawa. Lesung pipinya membuat senyumnya semakin manis.
"Mau ke mana, Mas?"
"Jogja. Mbaknya?"
"Sama."
"Mau kuliah?" tanyaku
"Emang masih kelihatan kayak mahasiswi, ya?" Ia berpose menempelkan jarinya yang berbentuk huruf v di bawah dagu.
Aku terkekeh. "Iya," balasku.
"Sempet kuliah di sana, tapi udah lulus tiga tahun lalu. Sekarang mau main aja. Masnya mau ngapain?"
Aku tersenyum membuang muka menatap hujan di luar jendela. "Menghapus luka, Mbak."
"Mirip-mirip deh sama aku. Aku main juga karena mau ngubur pilu."
'Jiahahaha menarik!'
Aku menyodorkan tanganku. "Riki." Ia membalas jabatan tanganku. "Lena," ucapnya.
Lena. Seperti namanya. Aku dibuat terlena dengan parasnya.
Lena bercerita bahwa ia suka ayam geprek di Jogja. Ayam geprek di Jakarta terlalu culun katanya. Selain geprek, ia juga suka pengamen di Jogja. Menurutnya para pengamen ini adalah orang-orang yang mencari panggung jalanan, bukan sekadar mencari uang dan tidak bertanggung jawab dengan telinga pendengarnya. Jogja memang begitu, kaya dengan seniman.
"Kalo kamu, apa yang paling kamu suka dari Jogja?" tanyanya padaku.
"Enggak ada," jawabku
Ia memicing. "Kok?"
"Aku juga kuliah di sana. Sejak lulus, Jogja enggak lagi sama. Keistimewaannya ikut terkubur bersama masa lalu. Tempat yang sama, tapi dengan waktu dan orang yang berbeda."
"Nyesek ya ... terus ngapain ke Jogja kalo gitu? Masih banyak kota lain," ucapnya.
Aku tersenyum. Suasana mendadak hening diselimuti dinginnya kereta malam. "Aku butuh luka yang lebih besar untuk menghapus luka di hatiku saat ini. Aku mulai menyadari, bahwasanya sakit hati terbesar adalah ketika kita cuma diberikan ketidakberdayaan untuk duduk sambil menikmati secangkir nostalgia tanpa dicumbu sua."
Lena tersenyum mendengar ucapan ku. "Wih, kata-katanya."
"Setelah lulus, aku sadar. Hal yang paling mahal itu adalah kehadiran."
"Sepakat," ucap Lena.
Waktu yang tersisa kami gunakan untuk saling mendekatkan diri. Menyenangkan rasanya mengenal orang baru.
"Penumpang yang kami hormati, sesaat lagi kereta api Bogowonto akan tiba di stasiun akhir Yogyakarta ...."
Hingga tak terasa kami hampir tiba di penghujung perjalanan. Baik aku dan Lena, kami berdiri. Aku mengambilkan tas miliknya yang berada di atas.
"Makasih." Lagi-lagi ia tersenyum padaku.
"Sama-sama," balasku sembari menyematkan senyum balasan.
Kami berjalan ke depan stasiun bersebelahan. Rasanya nyaman, aku tak ingin jauh darinya. Padahal belum ada sepuluh jam kami saling mengenal satu sama lain. Sepertinya Lena sukses meluluhkan hatiku. Aku jatuh cinta.
"Rik, aku duluan, ya. Makasih udah nemenin ngobrol. Semoga lekas sembuh." Lena masuk ke dalam mobil taksi berlogo twitter sambil melambaikan tangannya padaku. Aromanya perlahan pudar dari hidupku.
Tanpa dosa ia pergi begitu saja. Tak meninggalkan jejak barang secuil nomor ponselnya. Di matanya aku hanyalah sebuah selingan takdir.
Lagi. Aku terluka ditikam anganku sendiri. Lena tidak salah. Aku yang salah karena berharap padanya.
Benar kata orang-orang rupanya. September memang identik dengan hujan. Dengan senyum mendung, aku melangkah pergi. Biar ku anggap semua rasa ini hanyalah bunga tidur semalam.
END
18 notes · View notes
atalelist · 3 months ago
Text
07. Serene Obsession
Pagi itu seperti ritual yang nyaris sakral—aku mengamati Maia dari kejauhan, merasakan tiap detik seolah menekan waktu di sekitar kami. Di dalam kafe, Maia duduk di sudut favoritnya di dekat jendela besar, tangan melingkari cangkir kopi hitam yang mengepul. Setiap gerakannya telah kuhafal: senyum tipis saat menyeruput, rambut yang sesekali terjatuh di dahinya, dan tatapan kosong yang tak terjangkau, menembus jalanan di luar. Semua hal kecil yang tak pernah diperhatikan orang lain, aku memahaminya lebih baik dari siapa pun.
Tak ada yang menyadari betapa lama aku telah berada dalam bayangan Maia.
Delapan tahun lamanya, aku tak pernah muncul di hadapannya, selalu mengamati dari balik jarak, memastikan ia tak pernah merasa sendiri. Setiap hari setelah kelulusan, kuikuti jejak hidupnya. Tahu di mana ia bekerja, siapa teman-temannya, dan kebiasaannya setiap pagi.
Semua itu kujalani dalam diam. Entah kenapa, bagiku, menatapnya saja dari jauh sudah cukup. Seolah kehadiranku adalah jaminan bahwa ia akan selalu aman.
Namun, kafe kecil ini menjadi tempat yang lebih rumit daripada yang kubayangkan. Sang barista, mulai menyadari kehadiranku. Aku tahu caranya menatapku dari balik bar, matanya penuh selidik, seolah berusaha memahami apa yang kulakukan di luar kafe. Tak ada yang tahu seberapa dalam aku terikat dengan Maia, dan aku tak pernah berencana untuk menjelaskan.
Suatu pagi, kubulatkan tekad untuk masuk ke kafe itu. Aroma kopi begitu kuat menyergapku, terasa menenangkan sekaligus mengguncang keberanian yang sudah kupupuk sejak lama. Namun, aku tak ingin membuat Maia merasa takut. Tak boleh ada salah langkah. Sehingga, alih-alih mendekatinya, aku memilih mendekati pria di balik bar itu.
Barista itu menyambutku dengan tatapan tajam, seakan tahu ada yang salah.
Aku mendekat, menunduk sedikit, dan berbisik.
“Aku hanya mengikutinya. Tak akan mengganggu. Kau tenang saja.”
Kata-kata itu terdengar mantap di telingaku sendiri, namun ada perasaan asing yang menyusup. Aku tidak yakin barista ini mempercayai ucapanku, tapi aku tahu ia tak akan membeberkan sesuatu tanpa alasan kuat. Aku dapat merasakan amarah samar di balik sorot matanya, namun aku tahu, tak ada yang bisa ia lakukan. Keterikatanku pada Maia tak bisa dipatahkan begitu saja oleh orang asing yang hanya mengenalnya di pagi hari.
Aku kembali ke sudutku, memperhatikan Maia sekali lagi.
Dia tak pernah tahu, bahwa semua hal yang terjadi di kehidupannya terekam dalam memoriku. Tak ada yang pernah kucintai sekeras ini—kecuali mungkin obsesi pada keindahan yang kusebut cinta.
Bagiku, melihat Maia berarti mendekati kesempurnaan.
Sesuatu yang mungkin tak akan pernah kumiliki, namun tetap menjadi tujuan hidupku.
Ketika Maia selesai minum dan bangkit dari duduknya, aku mengikutinya lagi dengan langkah tenang, seperti bayangan yang selalu menemani. Ia tak pernah menoleh, dan aku tahu dia tak akan pernah sadar.
Kegelapan ini telah menjadi bagian dari rutinitasnya—dari rutinitasku.
Aku adalah bayangan dalam jendela itu, sosok tak terlihat yang menjaga dan sekaligus mengintai. Kucoba untuk percaya bahwa peranku hanyalah untuk menjaga, namun dalam kesunyian, aku tahu, aku tak pernah bisa benar-benar berhenti menginginkan lebih dari sekadar mengawasi dari jauh.
Terkadang, aku membayangkan dunia di mana aku berani mengungkapkan semuanya.
Bagaimana jika aku benar-benar mendekatinya dan menjelaskan bahwa aku telah menjadi bayangannya sejak lama?
Tetapi fantasi itu segera kuhalau, menyadari bahwa terlalu banyak yang kupelajari, terlalu banyak yang kulakukan.
Dunia Maia tak akan pernah sama lagi jika ia tahu.
Kegelapan ini, kerahasiaan ini, adalah satu-satunya cara agar aku bisa tetap dekat tanpa pernah kehilangan dia.
0 notes
gammarida · 5 months ago
Text
SENYUM TEDUH DI BATAS KOTA
(Part2)
Hai, aku aruna
Menatap laju kereta melalui rel panjang yang terlintas dan gedung-gedung yg seolah berjalan beriringan, tidak begitu cepat tapi tidak juga lambat. Sudah lama rasanya aku tak naik kotak besi tangguh ini. Kendaraan yg telah mengantarkan begitu banyak manusia ke tempat yg mereka tuju, tempat mencari pundi rejeki atau sekedar mencari ruang hangat untuk menghibur hati. Termasuk aku saat ini. Melihat pemandangan kota dari jendela yg luasnya tidak seberapa. Tapi aku bisa menatap langit biru dengan sedikit asap putih di hari itu, masih cukup cerah memang, meskipun polusi tak pernah benar” pergi.
Sesaat mataku tertuju pada sepasang usia paruh baya yg duduk bersebrangan denganku, kulihat kerut di wajah nya yg mucul di beberapa sudut dengan rambut putih ke abu-abuan, mungkin usia mereka berkisar 60 atau 70tahun, pikirku.
Mereka duduk bersebelahan karna mendapatkan kursi prioritas. Aku terlena melihat tangan ibu yang tak lepas menggenggam erat sang bapak tua. Menunjukan romantisme yg hangat tanpa rekayasa namun tidak berlebihan.
Biar kutebak, ibu itu begitu nyaman, mendapatkan rumah dan ketenangan. Dimana ibu itu berada, disitulah bapak itu menjaga, menjadi kata “pulang” untuknya. Tenang dan menenangkan, sejuk dan menyejukan. Memang tak ada jaminan selalu bahagia, asalkan selalu bersama.
Ah, rindu sekali suasana itu.
Ternyata ibu itu memperhatikan mataku yg mengarah cukup lama padanya, aku hanya tersenyum melontarkan salam bahagia. Karena energi bahagia ternyata sampai ke orang disekitarnya. Seperti lilin kecil yang menyala membuat hangat ruang di dalam gelap.
Beberapa stasiun berlalu, hilir mudik manusia masuk dan pergi melewati pintu yang masih terbuka. tiba” tertegun saat ku lihat dari kejauhan ada sesosok pria berbaju putih tinggi tegap datang menghampiri. Berjalan dari gerbong sebelah tepat ke gerbong tempat aku berdiri. Mengarah ke arahku? Agak ragu, tapi jelas ku ingat garis wajahnya.
iya! Pria yg kutemui malam itu. Ah kenapa bisa bertemu disini? Sedang apa dia? Tanyaku banyak tapi jelas tak perlu aku utarakan.
“Hai” Sapa nya
“Aruna bukan?”
Terdiam, aku berusaha berpikir keras kenapa bisa berjumpa lagi. Apa karna tulisanku di secarik kertas itu? Hanya tulisan, aku bahkan belum sempat berdoa, tapi semesta sudah membawa. Menyuguhkan sesuatu yang kadang tak mampu diterka.
“Iya, kamu Arga ya? mau ke mana?”
Ucapanku meyakinkan bahwa manusia ini benar dia. Orang asing yg tiba” menawariku cemilan hangat malam itu. Padahal jelas saja dari wajahku tak ada tanda lapar atau ingin menyantap sesuatu.
“Menemuimu.” jawab Arga usil “Hehe, tidak. Aku hendak pulang ke rumah, aku tidak menyangka bisa berjumpa denganmu lagi”
Aruna tersenyum tipis
“aku turun satu stasiun lagi dari sini” Arga menambahkan ucapannya
Aruna belum banyak mengeluarkan kata tapi tampak sedikit kecewa, baru saja berjumpa, kenapa pergi lagi.
“Aruna, bolehkah aku meminta nomor telponmu?
Itupun jika kau mau” tanya Arga tanpa ragu
“Ya, tentu” aruna menjawab
Aku menyebutkan angka demi angka menjadi urutan nomor telepon ku. Kuberikan padanya, tidak berpikir lebih jauh akan ia gunakan untuk apa nomor itu. apa untuk menyambung komunikasi? Atau sekedar basa-basi.
“Oke aruna, aku sudah sampai, nanti ku hubungi“
Kini dia yg pergi, melambaikan tangan sampai kereta kembali berjalan, dan dia hilang, lagi.
Aneh sekali, kenapa sampai bisa berjumpa orang itu lagi. Gumam ku dalam hati,
Tapi tak dipungkiri, aku senang. Ku torehkan lagi teduh wajahnya yg hangat di ingatanku yg sebenarnya sudah hampir terlupakan.
Kring ~
Pesan singkat masuk di ponselku
“Ini nomorku, sampai jumpa lagi”
Kubaca perlahan memastikan dengan tepat kata demi kata yg aku eja. Aku pun menyimpan nomor itu.
Kini orang itu hilang lagi. Tapi tak benar-benar hilang. Kami terhubung, dan kapanpun bisa saling bersenandung.
Senyum merah merona baru merekah begitu saja.
Ada apa ini? Ah sayangnya aku tak pandai menerka hati
Sudah lah, Biarkan dulu saja
Senyum teduh di batas kota
(Part 2)
0 notes
kerjadijepang · 7 months ago
Text
Gaya rambut Jepang terkenal dengan gayanya yang trendi
Pria:
Mushroom Cut (マッシュルームカット): Potongan rambut klasik ini dinamakan demikian karena bentuknya yang mirip jamur. Cocok untuk hampir semua bentuk wajah dan mudah ditata. baca juga tentang cara kerja di jepang
Wave Mash (ウェーブマッシュ): Variasi dari Mushroom Cut dengan gelombang halus, memberikan tekstur dan gerakan pada rambut. Cocok untuk mereka yang menginginkan gaya rambut yang lebih bervolume.
Two-Block (ツーブロック): Gaya rambut ini memiliki dua bagian yang berbeda, dengan bagian samping dan belakang yang dicukur pendek dan bagian atas yang lebih panjang. Cocok untuk mereka yang ingin menonjolkan bagian atas rambut mereka.
Choppy Layer (チョッピーレイヤー): Potongan rambut layer ini memberikan tekstur dan dimensi pada rambut. Cocok untuk mereka yang memiliki rambut tipis atau ingin menambahkan volume pada rambut mereka.
Slick Back (スリックバック): Gaya rambut klasik ini ditata dengan menyisir rambut ke belakang dengan pomade atau gel. Cocok untuk acara formal atau kasual.
Wanita:
Hime Cut (姫カット): Potongan rambut ini terinspirasi dari gaya rambut bangsawan Jepang kuno. Memiliki potongan lurus dengan poni rata dan bagian belakang yang panjang. Cocok untuk mereka yang ingin tampil feminin dan anggun.
Octopus Cut (オクトパスカット): Potongan rambut ini dinamakan demikian karena bentuknya yang mirip gurita. Memiliki layer panjang dan tebal yang dipotong tumpul. Cocok untuk mereka yang ingin tampil edgy dan unik. baca juga lpk jepang
Soft Bob (ソフトボブ): Potongan bob ini memiliki potongan yang lembut dan tumpul dengan sedikit layer. Cocok untuk semua bentuk wajah dan mudah ditata.
Long Layer (ロングレイヤー): Potongan rambut layer ini memberikan tekstur dan dimensi pada rambut panjang. Cocok untuk mereka yang ingin menambahkan volume pada rambut mereka atau ingin memiliki gaya rambut yang bervariasi.
See-Through Bangs (シースルーバングス): Poni tipis ini hampir transparan dan membingkai wajah dengan indah. Cocok untuk mereka yang ingin tampil feminin dan imut.
Ini hanya beberapa contoh gaya rambut Jepang yang populer. Masih banyak model lain yang bisa kamu pilih sesuai dengan selera dan bentuk wajahmu.
Tips:
Sebelum mencoba gaya rambut baru, konsultasikan dengan penata rambut untuk memastikan bahwa gaya tersebut cocok untukmu.
Bawalah foto gaya rambut yang kamu inginkan saat pergi ke salon.
Tanyakan kepada penata rambut tentang cara menata gaya rambut baru agar terlihat terbaik.
Baca juga cara kerja ke jepang
1 note · View note
hilmaafalia · 1 year ago
Text
guess who
Aku tenggelam dalam gelap sorot matanya yang coklat pekat dibalik kacamatanya. Alisnya tak nampak, tertutupi rambut berantakan yang dibiarkan terjuntai. Hidung agak mancung serta bibir yang tipis berwarna agak gelap mungkin kerap menghisap nikotin. Wajahnya mungil dengan rahang tegas. Suara baritonnya menarik bagi siapa saja yg mendengar. Badannya kurus dan tinggi. Wangi dari tubuhnya memiliki khas tersendiri di indra penciumanku. Sejak hari pertama, dengan balutan hoodie hitamnya, aku jatuh akan pesonanya. Entah sengaja atau tidak, ia memilih duduk tepat di hadapanku. Tentu saja dari tempatku, aku merekam setiap pergerakannya dalam memoriku. Hingga beberapa kali mata kami bertemu, ia masih malu-malu.
Aku mensyukuri kehadirannya, yang paling istimewa darinya ada di dalam, yaitu hati, ketulusan dan kasih sayangnya. Cara ia memperlakukanku, cara ia memandang, cara ia berbicara. Ia tidak pernah egois, sebisa mungkin ia membuat nyaman orang di sekitarnya. Ia sabar, selalu berhasil menahan marahnya. Sifat terlalu ramahnya kadang membuatku khawatir. Jangankan wanita, bahkan pernah ada pria yang terus terang mengakui menyukainya. Semua tentangnya tak cukup kudefinisikan dengan kata "terbaik," lebih dari itu, ia adalah kebahagiaan.
0 notes
phalawidja · 1 year ago
Text
K.O.T.I.K
Sore ini aku kembali ke tempat kopi favorite kita. Sebuah kafe kecil yang sunyi, dipenuhi tanaman rindang yang menyejukan dengan sesekali semilir angin kemarau menyapa lembut seperti enggan. Bangku bagian dalamnya kosong, yang terisi hanya bagian depan. Ada beberapa anak muda bersama kawannya bercengrama. Tanpa perlu berpikir lama, aku memesan segelas kopi khas tempat ini dengan sepiring kentang goreng. Sepertinya cukup untuk aku berada beberapa jam disini. Beberapa menit menerawang sendiri disela nyanyian acak yang diputar melalui pengeras suara dekat mesin kopi. Entah kenapa, sulit rasanya melamun sore ini. Ya, benar aku sedang merindukanmu. Lamunanku gagal, karna ia berisikan bayangan seorang pria yang biasa menemaniku duduk disuatu meja yang tertutup tenda ditempat itu. Kali ini aku kembali dengan sedikit berharap mungkin hari ini kau akan datang selepas hari panjangmu itu, dan kita bisa bertemu dengan segala ketidaksengajaan yang disiapkan semesta. Aku menunggumu dari kursi yang sangat kontras untuk melihat lalu lalang kendaraan masuk. Was-was dan berharap deru roda duamu memasuki pekarangan kafe kecil ini. Matahari kini mulai redup sinarnya. Kumandang adzan magrib mengalun membawaku pada ingatan 30 hari yang lalu tepat ditanggal dan tempat yang sama saat kita sedang kalut kalutnya. Kita yang tak banyak bicara saat itu meski saling berhadapan, hanya saling menahan air mata agar tak jatuh didepan satu sama lain. Dengan pandangan yang tak saling tertuju satu sama lain, kau bertanya dengan lirih "Aku jahat ga?". Bedanya, kali ini aku sendiri, bahkan untuk tidak memikirkanmu pun aku kalah berkali kali. Mataku tak henti memandang setiap orang yang datang, mencari sesosok lelaki dengan sweater hitam, celana pendek sedengkul, potongan rambut khas yang cocok dengan mata sipit dan senyum tipis manis favoriteku. Dia si Sekoteng Sweater Hitam itu. Jujur rindu ini sungguh terlalu menyiksa. Berkali kali aku sapu air dipelupuk mata dikala aku teringatkan sesuatu akan hadirmu. Hari ini cukup nyaman, udara sedikit sejuk karena hujan dipagi hari. Aku putuskan untuk memesan kembali segelas kopi hitam pahit dengan tambahan es yang biasa aku pesan jika bersamamu. Kali ini aku duduk di tempatmu. Bangku ini terasa dingin, seakan kehilangan tuannya. Tak begitu berbeda denganku. Lucu, ketika semua berubah dengan sekejap. Kamu yang sebenarnya masih bisa aku hubungi kapanpun, aku ketahui keberadaannya namun segan untuk aku memulai selepas pesan terakhir yang hanya kau baca. Aku yang biasa dengan mudah berkata kangen, kini hanya bisa memendamnya lalu pergi ke tempat ini. Kembali kubuka chatroom kita, berharap ada suatu pesan yang kau kirimkan untuk ku hari ini. Nyatanya, masih sama hanya dua centang biru pada pesan terakhir yg aku kirimkan padamu. Lama kutatap layar ponselku, membaca namamu dengan tulisan online dibawahnya. Tidakkah kita saling menatap satu sama lain sekarang? Ataukah kau tengah sibuk berbalas pesan dengan seseorang disana? Entahlah, aku terlalu malas memikirkan kemungkinan kedua. Malam datang menyapa, aku masih berada disini ditemani kucing putih penunggu tempat ini, hingga tak lama kawannya si kucing abu datang juga. Mereka datang meminta makan lalu pergi tanpa menghabiskan makanannya, sementara aku masih menunggumu datang meski rasanya itu suatu hal yang tak kan tejadi hari ini. Sedihku berlarut entah hingga kapan, hanya dengan memikirkanmu atau namamu akan membawa genangan air pada mataku. Aku terlalu merindukan kehadiranmu, A.
Tumblr media
0 notes
veptiliana313 · 2 years ago
Text
LARIS!! 0813-5798-8413 Wa, Babershop Mas Bah Di Gondang Sragen,
Tumblr media
KlIK Https://wa.me/6281357988413 WA Salon Potong Rambut Gondang Sragen, Jasa Cukur Rambut Gondang Sragen, Pangkas Rambut Terdekat Gondang Sragen, Potong Rambut Terdekat Gondang Sragen, Salon Potong Rambut Wanita Terdekat Gondang Sragen, Potong Rambut Ala Korea Gondang Sragen, Potong Rambut Korea Gondang Sragen, Gunting Rambut Pria Gondang Sragen, Cukur Rambut Terdekat Gondang Sragen, Potong Rambut Bob Pendek Gondang Sragen, Potong Rambut Yang Bagus Gondang Sragen, Harga Potong Rambut Di Barbershop Gondang Sragen, Gunting Rambut Yang Bagus Gondang Sragen, Potong Rambut Sendiri Gondang Sragen, Harga Gunting Rambut Gondang Sragen, Pangkas Rambut Terdekat Dari Lokasi Saya Gondang Sragen, Harga Potong Rambut Di Salon Terdekat Gondang Sragen, Potong Rambut Oval Layer Gondang Sragen, Potong Rambut Wanita 2023, Potong Rambut Layer Oval, Potong Rambut Bros, Harga Potong Rambut Di Johnny Andrean, Hari Yang Bagus Untuk Potong Rambut, Harga Potong Rambut, Potong Rambut Korea Pria, Potong Rambut Pria Terdekat, Potong Rambut Bagus, Potongan Rambut Barbershop, Potong Rambut Barbershop, Potong Rambut Layer V, Salon Potong Rambut Terdekat, Potong Rambut Bondol, Potongan Rambut Haircut, Potong Rambut Keriting, Potong Rambut Terdekat Dari Lokasi Saya, Potong Rambut Jaman Sekarang, Jasa Potong Rambut Ke Rumah, Potong Rambut Untuk Rambut Tipis, Potong Rambut 2023, Potong Rambut Segi Layer Pendek, Cukur Rambut Yang Bagus, Potong Rambut Dekat Sini, Potong Rambut Pixie, Potong Rambut Sepundak, Jenis Gunting Rambut, Potong Rambut 121, Potong Rambut Segi Layer 3 Tingkat, Potong Rambut Untuk Rambut Mengembang, Harga Potong Rambut Di Barbershop Terdekat, Salon Rambut Pria Terdekat, Potong Rambut Skin, Harga Potong Rambut Di Anata Salon, Potong Rambut Pinggir Saja, Potong Rambut Gradasi, Potong Rambut Di Rumah, Potong Rambut Perempuan Pendek, Potong Rambut Segi Layer Oval, Potong Rambut Sendiri Di Rumah, Potong Rambut Menghilangkan Stres, Potong Rambut Papak, Harga Potong Rambut Di Johnny Andrean 2023, Harga Potong Rambut Johnny Andrean 2023, Pangkas Rambut Jamaah Terdekat, Pangkas Rambut 313, Pangkas Rambut 354, Pangkas Rambut Mbah Man Sragen, Pangkas Rambut Wonge Dewe, Pangkas Rambut Warga LDII, Pangkas Rambut Di Bumiaji, Pangkas Rambut Di Glonggong, Pangkas Rambut Di Gondang, Pangkas Rambut Di Kaliwedi, Pangkas Rambut Di Plosorejo, Pangkas Rambut Di Srimulyo, Pangkas Rambut Di Tegalrejo, Pangkas Rambut Di Tunggul, Pangkas Rambut Di Wonotolo, Pangkas Rambut Di Banaran, Pangkas Rambut Di Banyuurip, Pangkas Rambut Di Bedoro, Pangkas Rambut Di Cemeng, Pangkas Rambut Di Gringging, Pangkas Rambut Di Karanganyar, Pangkas Rambut Di Plumbon, Pangkas Rambut Di Sambungmacan, Pangkas Rambut Di Toyogo, Pangkas Rambut Di Bumiaji, Pangkas Rambut Di Glonggong, Pangkas Rambut Di Gondang, Pangkas Rambut Di Kaliwedi, Pangkas Rambut Di Plosorejo, Pangkas Rambut Di Srimulyo, Pangkas Rambut Di Tegalrejo, Pangkas Rambut Di Tunggul, Hubungi : Bpk.Bahrudin HP : 0813-5798-8413 Https://wa.me/6281357988413 Alamat : H4P5+88 Glonggong, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah https://goo.gl/maps/fSA8C6f7o23f4pRM8
0 notes
antariksaaksara · 2 years ago
Text
3 Dara #4
Chandara Story
Hari ini Chanda membuka kedai kopi lebih siang dari biasanya. Dikarenakan ia harus menemani ibunya untuk terapi wicara sejak pagi di rumah sakit, dan baru selesai sekitar pukul 10 pagi.
“Eoseo oseyo..” sambut Chanda pada pelanggan pertamanya pagi ini.
Ah dia lagi, tumben sekali datang di jam segini?, Batin Chanda.
“Siang Mas, mau pesen minum apa ?” tanya Chanda.
“Hot Americano yang reguler size, double shot ya Chan..”
 “Oke Mas, ada lagi ?”
“Cheese Cake-nya boleh deh satu.”
“Cheese Cake satu. Oke Mas.. jadi totalnya 55.000.. pembayarannya mau via scan Qris atau cash, Mas ?”
“Pake Qris aja..”
Klik. Mas Jun mengarahkan ponselnya ke arah alat pemindai pembayaran.
“Lagi jaga sendirian Chan ? yang lain kemana ?”
“Iya Mas, Kamal lagi sakit, terus Echi pulang kampung ke Cimahi karena ada acara keluarga katanya. Jadi ya nyolo dulu hari ini.”
Jun membulatkan mulutnya membentuk huruf O sambil mengangguk anggukan kepala tanda paham.
Sambil menyiapkan pesanan Jun, Chanda balik bertanya kepada pria yang hari ini mengenakan jaket National Geographic beraksen hijau dibagian atasnya dan hitam pada bagian saku sebatas dada hingga bawahnya.
Cuaca akhir – akhir ini memang sedang tidak pasti. Pagi hari cerah dengan matahari yang cukup terik, namun kala siang datang, seketika cuaca berubah dengan cepat ditandai kerumunan awan mendung dan angin kencang pertanda hujan lebat akan datang.
Setelah pesanan Jun selesai, sang tuan mencari tempat duduk yang menghadap meja kasir. Jun datang dengan tas kecil dan sebuah kindle di tangan. Sambil sesekali menyeruput Hot Americano dengan rasa asam pahitnya, tangannya bergerak pada gadget ditangan. Chanda yang berlalu lalang di balik meja barista, sesekali mencuri pandang ke arah sang pria dihadapannya. Playlist lagu kedai kopi hari ini ialah lagu – lagu milik Tulus, dimulai dari album Manusia dengan lagu Interaksi sebagai pembukanya. Sungguh suasana café yang nyaman sekali untuk dinikmati, entah sendirian, berpasangan, atau dengan kawan.
Sudah sekitar 3 bulan terakhir, pria yang hanya Chanda tahu nama panggilannya ‘Mas Jun’ ini sering datang ke cafénya walau hanya untuk sekedar menghabiskan waktu dengan kindle atau buku yang dibawanya. Jika Chanda boleh jujur, Jun bisa dibilang merupakan sosok pria yang menjadi versi nyata dari apa yang menjadi tipe idamannya. Gaya minimalis, rambut yang gondrong namun tetap terawat dan rapi, kacamata dengan bingkai berbahan besi tipis berbentuk bulat, tubuh yang tidak terlalu tinggi namun terlihat bugar menandakkan bahwa sang pria juga rajin olahraga, dan yang paling penting bagi Chanda, rapi juga wangi, aroma susu yang manis dan menjadi ciri khas setiap ia memasuki café.
Eh, apaan sih? Duh mikir apa aku ini ? Sadar diri Chan, yang terlalu mendekati tipe idealmu kayak gitu biasanya cuma bisa dikagumi, tanpa bisa dimiliki. Chanda membatin sambil menggeleng – gelengkan kepalanya tanpa sadar.
“Mbak ?” Suara seorang pria membuyarkan lamunan Chanda.
“Hah? Eh maaf Kak ? Gimana? Mau pesan apa Kak ?” Jawab Chanda yang berusaha kembali profesional.
“Pesan Ice Coffee Latte nya satu yang Large. Kamu apa ‘yang ?” tanya sang pria pada puan disampingnya.
“Ice Matcha Latte yang reguler aja satu, sama red velvet cake satu ya Mbak .” Jawab sang puan.
“Baik Kak. Mohon ditunggu sebentar ya, Kak.”
***
Menjelang sore hari suasana café mulai ramai. Chanda yang harus berjaga sendirian hari ini cukup kewalahan karena harus menjadi barista dan merangkap kasir, serta membersihkan meja sehabis dipakai pelanggan. Tadi, ada pelanggan yang mengeluh karena butuh waktu sedikit lebih lama untuk menerima pesanan miliknya. Melihat sang puan yang sibuk seperti setrika, Jun yang sudah berada disana sekitar hampir satu jam tak tega melihatnya. Saat Chanda sedang menyiapkan pesanan di balik meja barista, Jun mendekat ke arahnya.
“Chan, sorry kalau ganggu dan terkesan kurang sopan. Tapi kayaknya kamu dari tadi kewalahan banget. Apa aku boleh bantu ?” Jun menawarkan bantuan.
“Aduh, nggak usah, Mas. Mas Jun kan disini pelanggan, akunya nggak enak, jadinya malah ngerepotin, Mas.” Tolak Chanda halus.
“Nggak apa – apa, saya juga lagi lowong. Tadinya mau janjian sama teman disini, tapi barusan dia kabarin kalau nggak bisa datang karena ada urusan lain yang nggak bisa ditinggal. Di luar juga kan lagi hujan, daripada saya bengong dan cuma scrolling sosmed, kayaknya kamu lebih butuh untuk dibantu.” Jelas Jun panjang lebar.
Chanda tengah berpikir. Hujan memang sedang turun diluar, tapi café nya masih cukup ramai, walau ada beberapa meja yang baru ditinggalkan oleh pelanggan yang pergi. Sepertinya tawaran bantuan kepadanya hari ini memang ia butuhkan, setidaknya agar nanti ketika ada pelanggan datang, ia bisa menyajikan pesanan lebih cepat.
“Beneran nggak apa – apa nih, Mas?” Tanya Chanda sungkan.
Jun mengangguk diiringi dengan mata yang menyipit dan bibir yang membentuk lengkungan ke atas.
“Oke, boleh deh. Makasih ya, Mas.”
“No worries, Chan"
-bersambung
#3Dara #5CC #bentangpustaka #cerpencareerclass
0 notes
atalelist · 3 months ago
Text
04. Brewed Shadows
Setiap pagi di sebuah kafe kecil di pojok kota, hembusan aroma kopi yang pekat mengalun di udara, menandai awal sebuah ritual yang nyaris sakral.
Pintu terbuka dengan derit halus saat Maia melangkah masuk, diselimuti ketenangan pagi yang belum tercemar hiruk-pikuk jam kerja. Selalu pukul tujuh lewat lima, senyumnya tipis namun hangat, dan langkahnya selalu menuju sudut favorit di dekat jendela besar. Di sana, ia akan duduk memandang jalan yang perlahan ramai, kedua tangannya melingkari cangkir, membiarkan kehangatan itu menyusup hingga ke ujung jemarinya.
Di balik bar, seorang barista bernama Adrian diam-diam memperhatikan Maia. Ia selalu tahu apa yang akan ia pesan—kopi hitam tanpa gula, pekat seperti kegelapan di pagi yang baru terbangun. Tapi bukan hanya pesanan Maia yang sudah terekam dalam benaknya; ia mengenal setiap helai rambut yang sesekali terjatuh di dahinya, cara matanya sedikit menyipit saat menyeruput pertama kali, bahkan kebiasaan Maia menatap kosong keluar jendela, seolah membiarkan dunia di luar kaca itu berjalan sendiri tanpa kehadirannya.
Namun, dalam beberapa hari terakhir, ada bayangan lain yang turut hadir mengganggu kedamaian pagi Maia.
Seorang pria bertubuh tinggi, selalu mengikuti dari jarak tertentu. Wajahnya samar, tak pernah mendekat, tapi selalu muncul dalam bayangan kaca jendela, berdiri tepat di luar kafe, menonton Maia dalam diam.
Adrian menyadari ini. Setiap hari, ia mencoba mencari cara untuk memberi peringatan, untuk memperingatkan Maia tentang sosok asing yang tampak menguntit, namun Maia sendiri tampak tak menyadari. Sebaliknya, pria itu semakin berani, semakin dekat setiap hari, mengaburkan batas antara pengagum dan penguntit.
Hingga suatu pagi, pria itu akhirnya melangkah masuk ke dalam kafe. Udara mendadak terasa lebih berat, dan Adrian bisa merasakan setiap detik seolah melambat ketika sosok itu semakin mendekat ke arah meja Maia. Tetapi, alih-alih menghampirinya, pria itu justru berbelok ke arah bar, tepat di depan Adrian.
Dengan tenang, Adrian menguatkan diri, memandang pria itu dengan tatapan yang lebih tajam daripada biasanya. Pria itu hanya tersenyum tipis, senyum yang terasa dingin, seakan tak terbaca oleh sorot matanya yang kelam. Ia mendekatkan wajahnya, berbisik pada Adrian dengan suara rendah dan penuh misteri, 
“Aku hanya mengikutinya. Tak akan mengganggu. Kau tenang saja.”
Kata-katanya mengalir seperti uap kopi panas, penuh rasa pahit yang tertinggal di udara. Adrian diam, tangan mengepal di belakang bar, menahan sesuatu yang tak terucapkan. Ia tahu pria itu berbohong, tapi juga tak memiliki bukti apa-apa. Hanya firasat yang merayap pelan, sebuah ketakutan samar yang tumbuh semakin jelas.
Maia, yang tak menyadari percakapan singkat itu, hanya melirik Adrian dengan senyum ramah ketika ia akhirnya mengantar kopinya. Ada sesuatu di mata Adrian yang terasa sedikit berbeda pagi itu—sebuah kekhawatiran yang tak ia tutupi dengan senyuman. Maia menatap balik, seolah ingin menanyakan sesuatu, tetapi Adrian hanya mengangguk kecil, seolah berkata bahwa semua baik-baik saja.
Ketika Maia selesai, pria itu mengikuti dengan langkah tenang, menjaga jarak. Adrian menatap mereka dari jendela, merasakan ketegangan menguar seperti uap kopi yang menghilang di udara dingin pagi. Terkadang, kegelapan bisa bersembunyi di balik ritme yang sama, di antara detak jam dan rutinitas, tanpa pernah kita sadari.
0 notes
Text
NYATA HASILNYA KEREN KHASIATNYA, CALL/WA 0822-4552-0053, Obat Pemanjang Rambut Pria
Tumblr media
KLIK https://wa.me/6282245520053, Pelebat Rambut Kepala, Obat Pelebat Rambut Kepala, Obat Penyubur Rambut Kepala, Obat Melebatkan Rambut Kepala, Obat Penebal Rambut Kepala
Borju Intense Care Hair Tonic Jl. Raya Tambak Medokan Ayu No 9A (Ruku 3 Lantai, Pagar Putih) Surabaya
Ibu Nadila 0822-4552-0053 https://borju.co.id/
#pelebatrambutunggulan, #pelebatrambutviralpelebatrambutno1, #pelebatrambutvir, #pelebatrambutwanita, #pelebatrambut1keluarga, ##melebatkanrambut,  #melebatkanrambutanak, #melebatkanrambutdengansekata, #melebatkanrambutbotak, #penumbuhbotak
0 notes
portalmaduracom · 5 years ago
Photo
Tumblr media
4 Cara Rawat Rambut Tipis Agar Terlihat Tetap Indah
PortalMadura.Com – Jenis rambut setiap orang tentu berbeda-beda. Sebagian orang ada yang memiliki rambut tebal dan indah. Akan tetapi, tidak sedikit pula
Baca Selengkapnya di Source link
0 notes
browncappuccino · 3 years ago
Text
Tumblr media
Perpustakaan
Aku menyimpannya dalam memori ingatanku. Waktu itu 10 Juni 2010, hatiku bergetar menatap sosokmu yang cantik rupawan. Rambut hitam bergelombang, mata bulat besar, hidung mancung, bibir tipis kecil dan tubuh tinggi semampai, semua terekam jelas. Kau seperti putri kerajaan. Sungguh anggun. Hari itu kali pertama kau datang ke perpustakaan untuk meminjam buku. Lalu kau menyerahkan sebuah buku padaku. Ketika melihat judulnya, aku langsung mengetahui buku itu sebuah novel romansa. Aku pernah membacanya, sudah lama sekali. Jemariku bergerak mencantumkan tanggal di kartu yang terselip pada halaman depan buku sesaat setelah kau menuliskan nama pada kolom ‘peminjam’. Anne Ramika.
“Cantiknya.”ucap Ben menggodamu.
Aku membisu, menatapmu. Kau tersenyum tipis sembari melirikku agak malu. Inginku menyapa, namun tidak sanggup bibirku berucap. Aku terpesona olehmu. Kuserahkan buku itu ke tanganmu dan kau menerimanya sambil menatapku seakan ingin mengatakan sesuatu.
“Ada yang kau butuhkan lagi, Nona?”tanya Ben sigap.
“Oh, tidak.”jawabmu. “Thanks.”
Degup jantungku tak keruan. Pandangan mataku tidak pernah lepas sedetik pun darimu hingga kau menghilang di balik pintu.
“Kau tidak menanyakan nomor ponselnya?”
Aku menoleh pada Ben. “Dia akan datang mengembalikan buku itu, bukan?”
Ben tertawa lebar. “Ya, ya. Aku mengerti maksudmu. Terserah padamu saja.”
Ada sesuatu yang berbeda pada hatiku semenjak pertemuan pertama kita. Firasatku meramalkan bahwa kita akan lebih sering bertemu. Benar saja. 18 Juli 2010, kau kembali ke perpustakaan. Aku berlari menuju meja resepsionis, mempersiapkan diri. Agak berlebihan ya. Kubangun sendiri rasa percaya diriku dan meyakinkan hati bahwa kau juga akan senang melihatku.
“Bagaimana penampilanku?”tanyaku pada Ben yang selalu siaga membantuku.
Ben terkekeh pelan. “Rapikan rambutmu, Jim.”
Aku merogoh ponsel dari dalam saku celana dan memperhatikan wajahku pada layar. Aku sangat berantakan. Kurapikan rambutku dengan sekali sisiran jari kemudian meletakkan ponsel itu di atas meja. Hentakkan sepatu terdengar mendekat. Tampak dirimu membawa buku yang kau pinjam sebelumnya dan juga sebuah buku yang akan kau pinjam lagi. Tatapan mata indahmu mengalihkan seluruh pikiranku. Bibir tipismu tersenyum menggoda. Betapa bodohnya aku, tak mampu mengatakan sepatah kata pun. Aku menuliskan tanggal pada kartu lalu menyerahkan buku itu padamu. Seketika ponselku berdering. Tertulis pada layar ‘Sayang’ memanggil. Habis sudah! Kuraih ponsel itu secepat mungkin, namun terlanjur terlihat olehmu. Setelah mengucapkan terima kasih, kau pergi dengan langkah terburu-buru.
Kini kau mengetahui diriku telah memiliki kekasih. Apakah hal itu mempengaruhimu? Ya, kupikir kau juga menyukaiku. Pada 20 September 2010, setelah dua bulan berlalu, tak ada niatku bekerja. Begitu malasnya badan ini bangkit. Mataku berat karena belum tidur semalaman. Tetapi jika aku tidak bekerja, gajiku akan dipotong. Aku sampai di perpustakaan dengan perasaan sakit. Dua hari yang lalu, kuputuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan kekasihku. Diam-diam ia mendua hati. Pupus sudah harapan yang telah kubangun selama tiga tahun bersamanya. Semua hanya angan belaka.
Dari meja resepsionis, aku terdiam menatap pintu perpustakaan. Lusuh tanpa semangat. Tiba-tiba pintu membuka. Betapa senangnya aku melihat dirimu muncul. Namun senyumanku hilang saat seorang pria masuk, menyusul langkahmu. Kau lantas tersenyum padaku sambil menyerahkan buku pinjamanmu. Entah bagaimana wujudku detik itu, aku yang selalu berusaha menghindari tatapanmu. Kemudian kau mengikuti langkah pria itu melihat-lihat buku.
“Apakah pria itu kekasihnya?”tanya Ben berbisik di telingaku.
“Entahlah.”sahutku diam-diam memperhatikan gerak gerik kalian dari kejauhan.
“Menurutku, mereka hanya teman. Tak ada yang spesial.”Ben mencoba menghiburku.
Hari demi hari berganti. Tiga bulan kemudian, dirimu datang bersama pria itu dengan keakraban yang kian menjadi. Kalian tampak bahagia, tersenyum satu sama lain, dan lebih intim bercengkrama. Aku tidak menyangka masih memendam rasaku ini, meskipun telah melihatmu bersama pria lain. Semakin kupertahankan, semakin sesak dada ini melihat kau dan kekasihmu. Kau lebih sering datang meminjam buku. Meskipun saat kau sedang tidak bersamanya, aku tetap tak mempunyai keberanian mengajakmu bicara. Tahun terlewati. Pada tanggal 1 November 2011, kau datang dengannya meminjam buku ‘Getting Married’. Oh, tidak! Apakah kau akan menikah? Anne, apa yang harus kulakukan sekarang?
Lalu, bulan Agustus di tahun 2012, kau datang kembali bersamanya, yang telah menjadi suamimu. Kau meminjam sebuah buku ‘Being A Mother’. Begitulah judul yang tertulis pada sampul depan. Tentu saja, karena kini kau sedang mengandung sembilan bulan. Bulan penantian sebelum kau melihat anakmu lahir ke dunia. Waktu berlalu cepat sekali. Ia tidak pernah berhenti melibatkan perasaanku dengan segala keadaanmu. Waktu juga tak mengizinkanku berpaling sedikit pun darimu. Aku turut berbahagia bila kau bahagia, Anne.
Dua tahun setelah hari itu, kau kembali ke perpustakaan bersama suami dan putramu. Kau pernah bilang bahwa perpustakaan ini sudah seperti rumah kedua bagimu. Tempat ini menjadi saksi bisu bagaimana dirimu sebelumnya dan kini telah menjadi seorang ibu. Bagiku kau tetap menawan dengan riasan makeup natural. Kecantikan alamimu selalu terpancar, membuatku terus bersedia mengagumimu. Namun, kau tidak seceria dulu. Kau lebih banyak berdiam dan hanya bermain bersama putramu. Kau membacakan banyak buku kepadanya, sedang suamimu selalu sibuk memainkan ponselnya. Aku tidak punya keberanian untuk bertanya, meski sejujurnya ingin.
Tiga tahun berlalu setelahnya, putramu bertumbuh menjadi anak periang. Ia membuat suasana menjadi hangat. Ketika aku mengetahui kau menamainya Jim, aku cukup terkejut. Jadi, kami akan saling memanggil nama masing-masing? Aku sungguh terharu. Jim sering memintaku bermain bersamanya. Hal yang paling disukainya adalah bermain petak umpet. Jim seorang yang ulung bersembunyi. Tingkahnya menggemaskan. Namun, hari itu aku melihatmu menangis di bangku belakang sesaat setelah suamimu datang dan membawa Jim pergi bersamanya. Aku menghampirimu. Tanpa mengatakan apapun, kutatap wajahmu yang lembut. Cepat-cepat kau mengusap airmatamu lalu menghela nafas pelan.
“Aku ... sudah bercerai, Jim.”suaramu getir menahan tangis. “Hak asuh Jim ... jatuh ke tangannya. Berat rasanya melepaskan Jim.”
Detik itu juga ingin sekali aku memelukmu. Aku tahu kau pasti menderita. Tetapi raga ini tidak bisa menggenggammu. Ada sesuatu yang menahanku untuk tidak bertindak lebih jauh. Mataku menatapmu dalam hening. Aku siap mendengarkan seluruh kesedihanmu.
Ketika tahun berganti, aku melihatmu perlahan bangkit. Kau tampak lebih ceria dan bersemangat. Kau pergi bekerja dan selalu datang ke perpustakaan untuk membaca buku setelah jam kantor selesai. Tak kusangka, perlahan kita menjadi akrab dan sering menghabiskan waktu bersama. Kau menceritakan banyak hal kepadaku. Kau juga menghadiri pesta pernikahan Ben. Kau tahu, Ben sangat memujamu. Ia selalu membayangkan dapat bertemu pendamping hidup yang mempesona seperti dirimu. Ya, begitulah Ben, yang terus memaksaku untuk mengutarakan perasaan yang kusimpan kepadamu selama bertahun-tahun. Tetapi tetap saja aku belum memiliki keberanian itu.
Musim berganti. Juni 2018, ketika hujan sedang turun membasahi bumi, kau datang menemuiku. Meskipun perpustakaan sedang tutup, tetapi kau mengetahui aku selalu berada di sana. Kupinjamkan sebuah buku padamu, ‘From Here to Eternity’ karya James Jones. Kau menyambutnya dengan senyuman. Seandainya kau tahu perasaanku hingga saat ini, apakah kau akan menerimanya, Anne? Satu yang pasti, aku ingin melihatmu bahagia dan selalu tersenyum.
“Terima kasih, Jim. Selama ini kau telah banyak menghiburku. Aku tak akan pernah melupakanmu dan segala kebaikanmu.”ucapmu sembari menatapku.
Kutemukan kehangatan dalam tatapanmu. “Kau tidak perlu sungkan lagi padaku. Semua akan baik-baik saja. Oh ya, bagaimana kabar Jim? Sudah lama aku tak bertemu dengannya.”
“Dia baik dan juga sangat ingin bertemu denganmu. Begitu aku merampungkan buku ini, aku akan datang bersamanya. Thanks untuk bukunya, Jim. Secepatnya aku akan kembali.”
Kau melangkah pergi meninggalkanku. Saat itu aku bertekad akan mengutarakan seluruh isi hatiku kepadamu ketika kau kembali. Aku tidak sanggup lagi menahannya.
***
“Sudah 3 bulan Anne tidak datang, Ben. Menurutmu, apakah dia akan kembali ke sini?”aku mulai mencemaskan dirimu yang tak kunjung terlihat.
“Kau sudah menghubunginya?”sahut Ben dari tempat duduknya.
“Aku tidak pernah menanyakan nomornya, Ben. Bodoh sekali.”gumamku sendiri.
“Sabar saja. Mungkin dia sedang banyak pekerjaan.”
Pada 1 September 2018, mantan suamimu datang ke perpustakaan mengembalikan buku terakhir yang kupinjamkan kepadamu, ‘From Here to Eternity’. Ia menggendong Jim yang sepertinya baru saja berhenti menangis.
“Aku kembalikan buku ini.”suaranya berat dan bergetar. “Anne ... meninggal. Dia mengidap kanker hati. Bila kau senggang, datanglah ke acara penghiburannya.”
Betapa terkejutnya aku. Bagaimana mungkin, tiga bulan yang lalu itu adalah pertemuan terakhir kita? Mengapa tidak sedikit pun firasatku bekerja ketika kita sedang bersama? Hatiku hancur berkeping-keping. Sebuah batu besar seakan menghantamnya dengan sangat keras. Anne, tolong jangan lakukan ini kepadaku! Sungguh, aku tidak ingin mempercayainya. Airmataku jatuh membasahi kartu buku itu. Aku menolak untuk menerima ketiadaanmu.
“Sabar, Jim. Kau harus kuat menerima kenyataan ini.”ucap Ben menghiburku.
***
 
Hari ini tepat setahun kepergianmu. Kau tahu, betapa sunyinya duniaku sekarang. Tidak ada lagi senyuman dan tawa ceria yang menemani jam kerjaku. Kau membawa semua pergi bersama cinta yang belum sempat kuutarakan. Aku mengetahui sebuah rahasia yang tak pernah kau ceritakan padaku. Ya, perasaan dan hatimu. Seharusnya aku membaca semua kartu buku yang telah kau pinjam. Karena di sana kau menuliskan semua pesanmu dan isi hatimu untukku. Kau menuliskan nomor ponselmu agar aku bisa menghubungimu. Kau mengatakan ingin mengenalku. Tetapi semua itu urung kau sampaikan ketika kau mengetahui aku memiliki kekasih. Anne, maafkan diriku yang terlambat mengetahui semua. Apakah dapat kuulang kembali semua itu? Aku ingin menjadi seseorang yang selalu ada di sampingmu, mencintaimu dan menghabiskan waktu bersamamu. Sekarang segalanya telah terjadi. Hanya kartu berisikan tulisanmu dan juga nomor ponselmu yang sudah tidak aktif lagi yang dapat kusimpan. Berbahagialah di sana, Anne. Aku selalu merindukanmu.***
- Ree -
2 notes · View notes
dr-caine-0027 · 5 years ago
Text
BUDAK SEKS BOS 1
Cerita ini bermula ketika aku dan istriku sudah membina rumah tangga selama 2 tahun. Aku bernama Harto Suyanto dan Istriku bernama Riyani Agustina Mustaqimah , umurnya saat ini 27 tahun, berwajah cantik, kulitnya putih, tinggi badan sekitar 165cm, rambutnya sedikit lebih panjang dari bahu. Kehidupan kami berumah tangga sangatlah baik, kami termasuk keluarga yang mapan. Sebagai istri, Riyani adalah istri yang baik dan sholehah, ia adalah seorang wanita yang alim dan sopan. Cara berpakainnya sama seperti jilbaber pada umumnya, yaitu jubah panjang dan longgar lengkap dengan jilbab besarnya. Sangat anggun dan keibuan kata teman-temanku. Untuk urusan ranjang, Riyani dapat dikatakan bukanlah seorang ahli, kalau tidak mau dibilang sangat lugu. Laki-laki pertama yang menidurinya adalah aku yaitu pada saat malam pengantin kami.
Dua tahun kehidupan perkawinan kami berjalan baik-baik saja, kami belum mempunyai keturunan, mungkin kekurangannya adalah kehidupan seks kami terlalu biasa-biasa saja. Kami mungkin hanya berhubungan badan sekali dalam 2 minggu dan itupun hanya dengan cara yang sangat konvensional yaitu posisiku di atas dan dia di bawah. Riyani tidak menyukai atau bahkan dapat dikatakan tidak mau dengan gaya lain selain gaya konvensional tersebut.
Entah kenapa setelah 2 tahun berumah tangga, pada waktu berhubungan badan dengan Riyani , aku selalu membayangkan Riyani berubah menjadi liar dalam urusan ranjang dan suka disetubuhi laki-laki lain, dan hal tersebut terus berulang sampai-sampai pada saat sedang tidak berhubungan badanpun dengan Riyani aku selalu memikirkan bagaimana rasanya melihat Riyani disetubuhi laki-laik lain.
Aku bekerja di sebuah perusahaan multi-nasional, bossku adalah seorang warga negara China, umurnya sekitar 59 tahun, badannya sangat gemuk dan kepalanya sudah mulai botak, hanya tinggal rambut-rambut tipis menutupi bagian kepala belakangnya. Bossku ini, namanya Sanjaya sangatlah baik kepadaku, dapat dibilang akulah tangan kanannya di Indonesia. Orangnya suka bergurau masalah-masalah seks. Sanjaya sering sekali menanyakan kabar Riyani , memang sudah beberapa kali Sanjaya bertemu dengan Riyani dalam acara-acara kantor, terlihat sekali dia sangat tertarik pada Riyani yang memang sangat cantik dan anggun. Suatu ketika Sanjaya menanyakan kehidupan rumah tanggaku, seperti biasa dia menanyakan kabar Riyani dan menanyakan mengapa sampai saat ini kami belum mempunyai keturunan dan apakah hal tersebut disengaja karena memang belum menginginkan keturunan. Mendengar pertanyaan tersebut, akupun menjawab bahwa sebenarnya aku dan Riyani menginginkan keturunan tapi memang belum berhasil mendapatkannya.
“Mungkin cara kamu salah Tom, berapa kali kamu berhubungan badan dengan istrimu dalam seminggu” Tanya Sanjaya kepadaku.
“Yah sekitar sekali dalam 2 minggu dan pada saat istriku dalam keadaan subur” jawabku singkat.
“Waah, mungkin kamu harus periksa ke dokter tuh, dokter ahli kandungan dan dokter ahli jiwa.
“Kenapa ke dokter ahli jiwa?” tanyaku. “Karena kamu punya istri cantik tapi hanya ditiduri sekali dalam 2 minggu atau pada saat subur saja. Kalau Riyani itu istriku, pasti aku tiduri dia tiap hari dan berkali-kali” candanya kepadaku.
Mendengar hal tersebut, entah setan apa yang menghinggapi diriku, timbul sebuah ide dalam benakku.
“Mr. Sanjaya mau tidur dengan istriku? Bilang saja terus terang” celotehku.
Mendengar perkataanku muka Sanjaya terlihat kaget dan tidak percaya.
“Kalau saya bilang memang mau bagaimana?” katanya memancingku.
“Ya boleh saja” sahutku.
Kemudian aku menceritakan kepada Sanjaya bahwa akhir-akhir ini aku selalu membayangkan aku menyaksikan Riyani ditiduri laki-laki lain, dan aku juga menjelaskan bahwa mungkin pikiranku ini hanya akan jadi khayalan semata mengingat betapa alimnya Riyani . Ternyata gayung bersambut. Sanjaya menjelaskan dan meyakinkan kepadaku bahwa sebenarnya tidak ada wanita yang alim dalam seks, termasuk jilbaber yang alim. Wanita hanya memerlukan pancingan dan pengaturan “permainan” dari laki-lakinya untuk membangkitkan nafsu yang ada dalam dirinya. Sanjaya kemudian mengatakan bahwa dirinya akan dengan senang hati membantu khayalanku menjadi kenyataan kalau memang aku mempercayainya. Mendengar itu akupun langsung mengiyakan. Sanjaya kemudian memastikan lagi apakah aku tidak akan apa-apa kalau dirinya meniduri Riyani dan menanyakan apakah aku meminta imbalan sesuatu dari dirinya agar dia diperbolehkan meniduri Riyani . Aku menjawab bahwa aku tidak meminta apa-apa, aku hanya minta diperbolehkan untuk melihat dan menonton Sanjaya meniduri Riyani .
“Hahaha…rupanya kamu sudah ingin sekali melihat istrimu ditiduri laki-laki lain ya” candanya kepadaku.
“Ya begitulah”, jawabku singkat.
“Baiklah, kalau itu maumu aku akan membantumu. Tapi tanda tangani dulu kertas bermaterai ini sebagai jaminan bahwa kau tidak akan menuntutku nantinya. Kertas ini masih kosong, kau tanda tangan saja dahulu diatas materai. Nanti sore biar aku ketik isinya”kata Sanjata sambil menyerahkan selembar kertas kosong berikut materai. Aku yang sangat ingin mewujudkan khayalanku segera menandatangani kertas kosong itu.
“Oke, kalau begitu jumat depan bawa istrimu ke villa xxx di puncak pada pukul 8.00 pm” sahut Sanjaya sambil menunjukan ancer-ancer dimana villa itu berada.
Pukul 8 malam aku dan Riyani telah berada di depan villa yang dimaksud oleh Sanjaya . Riyani memakai jubah panjang warna biru dengan jilbab lebar biru muda. Wajahnya terlihat cantik dengan sapuan make-up tipis. Seorang pelayan yang rupanya bertugas menyambut tamu mempersilahkan kami masuk ke ruang tengah. Villa tersebut sangatlah besar ditengah perkebunan teh dengan halaman belakang dengan kolam renang dan jacuzzi. Ruang tengah villa tersebut sangatlah besar dan telah disulap menjadi ruang pesta yang sangat luas lengkap dengan semua hidangannya. Sudah banyak tamu lain baik wanita maupun laki-laki yang telah datang lebih dahulu daripada kami. Semua tamu kelihatannya adalah teman-teman Sanjaya , mereka adalah sesama pengusaha China daratan yang ada di Indonesia, rata-rata mereka berusia di atas 50 tahun. Aku tidak melihat satupun rekan kerjaku di kantor yang datang, mungkin karena memang tidak diundang.
Melihat kami, Sanjaya menyambut aku dan Riyani dengan ramah. Sanjaya kemudian mempersilahkan kami menikmati pesta yang diadakannya dan menjelaskan kepada kami bahwa pesta ini diadakan untuk networking sesama pengusaha China daratan di Indonesia. Kemudian Sanjaya meninggalkan aku dan Riyani dan mempersilahkan kami untuk menikmati makanan dan minuman yang tersedia di ruang tengah. Riyani dan aku mengambil segelas jus buah dan kamipun menikmati pesta tersebut dan berbincang-bincang dengan tamu-tamu yang lain. Sekitar satu jam kemudian, yaitu tidak beberapa lama setelah Riyani menghabiskan jus buahnya, aku melihat terjadi perubahan pada diri Riyani . Pesta berlangsung meriah, tidak terasa 3 jam sudah berlalu. Riyani masih bercanda dengan tamu-tamu lainnya. Aku melihat sudah beberapa gelas minuman yang ditawarkan kepada Riyani dan dihabiskannya. Kemudian 3 tamu wanita mengajak Riyani ke lantai atas villa, aku berusaha mengikuti tapi tiba-tiba tangan Sanjaya mencegahku di kaki tangga menuju lantai atas.
“Biarkan saja, kamu harus mengikuti semua arahan saya kalau mau rencana kita berjalan lancar” kata Sanjaya kepadaku ” Sekarang baca foto kopi kesepakatan yang kau tanda tangani tempo hari.
Aku menerima lembaran kertas fotokopi bermaterai yang diserahkan Pak Sanjaya padaku karena isinya sangat mengagetkanku. Dalam selembar kertas itu tertulis bahwa aku telah melakukan kecerobohan dalam bekerja dan mengakibatkan kerugian perusahaan sebesar 4 milliar rupiah. Aku bersedia mengganti kerugian tersebut dalam waktu 1 bulan, apabila tidak sanggup maka segala kewenangan akan diserahkan kepada Pak Sanjaya selaku bosku.
Melihat aku terkejut, Pak Sanjaya malah tertawa terkekeh, katanya ” Kau tidak usah terkejut dan kawatir. Aku tidak bermaksud melaporkan kau pengadilan dan kau dipenjara karena sebenarnya kau tidak melakukan kesalahan apapun. Surat itu hanya sebagai jaminan kalau kau tidak akan menuntutku apapun yang akan kulakukan pada istrimu.
Bukankah itu yang kamu inginkan?”. Aku hanya tertunduk, tidak tahu harus menjawab apa. Kusadari, mulai saat ini aku tidak akan bisa membantah apapun yang di inginkan bosku.
2 jam telah berlalu semenjak Riyani naik ke lantai atas villa, tamu-tamu sudah banyak yang pulang, ketika tiba-tiba Sanjaya memanggilku.
“Ayo ke atas” ajak Sanjaya kepadaku. Akupun mengikuti Sanjaya ke lantai atas bersama 4 tamu pria yang lain yang aku tidak tahu namanya.
Di lantai atas, Sanjaya membimbing kami ke dalam sebuah kamar. Kamar tersebut sangatlah besar lengkap dengan segala furniture mewah, dan tepat ditengah kamar terdapat tempat tidur king size dengan sprei berwarna merah marun dengan TV LCD yang sangat besar menempel di dinding dan menghadap ke tempat tidur tersebut. Sebuah connecting door yang tertutup telihat di salah satu sisi ruangan itu menandakan kamar tersebut tersambung dengan kamar yang lain. Riyani dan 3 tamu wanita sudah berada di kamar tersebut, mereka sedang berbincang-bincang dengan akrab.
“Nah, ini kamar buat Harto Suyanto dan istrinya Riyani , yang lain ayo ikut saya, akan saya tunjukan kamar masing-masing” kata Sanjaya sambil mempersilahkan tamu-tamu yang lain keluar dari kamar itu.
“Selamat malam dan selamat tidur, besok kita pulang ke Jakarta” kata Sanjaya kepadaku dan Riyani sambil meninggalkan kami berdua di kamar tersebut.
Aku tidak tahu apa rencana Sanjaya jadi aku hanya mengikuti saja apa yang diinstruksikannya. Setelah membersihkan badan, aku dan Riyani pun naik ke tempat tidur. Beberapa saat kami mencoba tidur namun tidak bisa. Aku masih bingung dengan apa yang akan terjadi, mengapa Sanjaya tidak melakukan apapun juga, sedangkan Riyani terlihat gelisah tidak tahu apa penyebabnya, sementara aku juga gelisah kalau mengingat surat pernyataan yang aku tanda tangani. Tiba-tiba Riyani memalingkan wajahnya kepadaku dan memelukku. Tanpa berkata apa-apa dia menciumku dan aku balas ciumannya.
Beberapa saat kami berciuman, Riyani berkata “Buka bajunya mas Harto, aku kepengen nih”.
Sedikit kaget aku melihat Riyani menjadi agresif, tidak biasanya Riyani mengajak aku melakukan hubungan badan, biasanya aku yang selalu mengajaknya.
“Mungkin ini akibat minuman yang diberikan Sanjaya di pesta” pikirku.
“Mungkin ini ada kaitannya dengan rencana Sanjaya ” pikirku lagi.
Maka akupun menuruti apa yang diinginkan Riyani . Akupun melepaskan seluruh pakaianku dan kemudian aku melepaskan seluruh pakaian Riyani sehingga kami berdua telanjang bulat. Aku dan Riyani berciuman, berpelukan dan melakukan foreplay, namun meskipun telah beberapa saat melakukan foreplay, aku menyadari sesuatu hal yang aneh, kemaluanku tidak dapat berdiri dan mengencang.
“Ini pasti karena minuman yang diberikan oleh Sanjaya , dia pasti mencampur sesuatu pada minumanku” pikirku dalam hati.
Kami mencoba segala macam gaya foreplay, namun meskipun sudah lebih dari 1 jam tetap saja kemaluanku tidak dapat berdiri.
Riyani terus mencoba membangunkan kemaluanku, namun tetap tidak berhasil. Raut frustasi nampak di wajahnya. Terlihat sekali Riyani ingin berhubungan badan, gejolak dalam dirinya sudah tidak tertahankan lagi, namun keinginannya tidak dapat terpenuhi karena kemaluanku tidak bisa berdiri dan mengeras. Kami terus mencoba, namun tetap tidak berhasil. Wajah Riyani semakin terlihat frustasi, namun nafsu seksnya masih menggebu-gebu bahkan aku lihat tiap menit semakin bertambah. Tiba-tiba connecting door kamar kami terbuka dan Sanjaya masuk ke dalam kamar kami dengan hanya menggunakan jubah tidur. Aku dan Riyani sangat kaget. Riyani langsung menyembunyikan tubuhnya di bawah selimut.
“Maaf, mungkin saya bisa membantu kalian” kata Sanjaya tiba-tiba.
“Pak Sanjaya , harap keluar dari kamar kami” sahut Riyani dengan sedikit membentak.
Sanjaya bukannya keluar kamar kami, tapi malah duduk dipinggir tempat tidur kami dan berkata “Saya melihat suamimu sedang dalam masalah, saya hanya ingin membantu”
“Apa maksudnya? Jangan kurang ajar!” sahut Riyani dengan keras.
“Tenang, saya hanya ingin membantu. Kita akan berpesta malam ini” bentak Sanjaya tegas.
Aku melihat Riyani sedikit takut mendengar bentakan Sanjaya
“Coba kita tanya suamimu apa pendapatnya” bentak Sanjaya lagi kepada Riyani .
Aku sekarang menyadari inilah rencana Sanjaya untuk dapat meniduri Riyani . Dan aku ingin sekali melihat Riyani ditiduri pria lain, maka akupun mengikuti permainan Sanjaya . Apalagi dengan adanya surat pernyataan asli tapi palsu itu, aku tak bisa bertindak lain kecuali menuruti Pak Sanjaya.
“Terserah apa maunya Pak Sanjaya , kami akan menuruti” kataku kepada Sanjaya .
“Mas Harto, aku tidak mau, apa-apan in….” Riyani belum menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba Sanjaya menarik selimut yang menutupi tubuh Riyani dan dengan cekatan tangan kanannya memegang kedua tangan Riyani dan menariknya ke atas kepala Riyani , sedangkan tangan kirinya menangkap kedua kaki Riyani .
Sanjaya kemudian memerintahkanku untuk memegang pergelangan kedua kaki Riyani dan membukanya lebar-lebar. Akupun menuruti sehingga posisi Riyani sekarang tiduran dalam dalam bentuk menyerupai Y terbalik.
“Mas Harto, jangan bantu dia tapi bant…..uuggghhh…..” terhenti kata-kata Riyani ketika Sanjaya mulai menciumi kedua payudaranyayang berukuran pas sesuai dengan ukuran badannya, sedangkan tangan kiri Sanjaya yang bebas sudah menggerayangi vagina Riyani .
“Mmmhh… saya tahu kamu sudah nafsu berat, jangan melawan, nikmati saja” bisik Sanjaya kepada Riyani sambil terus menjilati kedua payudara Riyani .
“Mas Harto, apa yang kamu lakukan” desah Riyani sambil memandang sayu kepadaku.
Aku tidak menjawab atau lebih tepatnya pura-pura tidak mendengar. Terlihat dimuka Riyani bahwa dia sudah sangat terangsang karena ciuman dan jilatan-jilatan Sanjaya dikedua payudaranya serta tangan kiri Sanjaya yang memainkan klitorisnya. 15 menit diperlakukan demikian oleh Sanjaya , Riyani mulai mengeluarkan erangan-erangan dan rintihan-rintihan pelan, perut dan pinggangnya mulai bergerak mengikuti irama permainan jari Sanjaya di klitorisnya. Mata Riyani semakin sayu, matanya mulai merem melek. Kemudian Sanjaya menghentikan ciumannya di kedua payudara Riyani dan berkata padaku “Gimana , kamu lihat sendiri istrimu mulai menikmatinya”
“Sebentar lagi dia akan menikmati malam yang paling menakjubkan bagi dirinya” tambah Sanjaya sambil tetap memaikan klitoris Riyani dengan jarinya.
“Coba kamu pangku istrimu di pinggir kasur, pegang dan buka kakinya lebar-lebar. Aku ingin menikmati vagina istrimu yang sudah basah ini” perintah Sanjaya kepadaku kemudian.
Aku menuruti apa yang diperintahkan Sanjaya . Aku angkat Riyani dan aku duduk dipinggir kasur sambil memangku Riyani . Aku pegang dan buka kaki Riyani lebar-lebar sehingga sekarang Riyani posisinya dipangku olehku dan mengangkang lebar sehingga menyerupai huruf “M”. Riyani sudah tidak melawan lagi, tubuhnya yang lemas menuruti apa yang aku lakukan terhadapnya. Riyani hanya memandangku sayu tanpa berkata apa-apa lagi. Kemudian Sanjaya berlutut dilantai dipinggir kasur. Sanjaya memandang Riyani dan berkata “Wow indah sekali vaginamu Riyani , pasti banyak laki-laki yang ingin memcobanya”.
Riyani hanya memandang Sanjaya dengan sayu dan tidak menjawab. Sanjaya kemudian mulai menjilati vagina Riyani yang disertai erangan dari Riyani . Riyani hanya bisa memandang Sanjaya menjilati vaginanya, Riyani mulai menggigit bibirnya sendiri tanda dia makin terangsang, kadang-kadang dia memandangku. Kemudian tangan Sanjaya membuka vagina Riyani dengan tangan kirinya. Hal ini membuat Riyani yang sedang memandang sayu kepadaku kaget dan melihat ke bawah kearah vaginanya.
“Jangan…” desah Riyani pelan.
“Tenang cantik… ini akan enak sekali” sahut Sanjaya dengan kasar dan tegas.
Kemudian Sanjaya memasukkan kedua jarinya ke dalam vagina Riyani dan menggerakkannya keluar masuk dan memutar disertai jeritan kecil Riyani . Lalu kembali menjilati vagina Riyani dan memainkan klitoris Riyani dengan lidahnya tanpa menghentikan kegiatan jarinya di vagina Riyani .
Erangan-erangan dan rintihan-rintihan Riyani semakin keras, badan dan pinggulnya bergerak mengikuti permainan Sanjaya di vaginanya. 15-30 menit diperlakukan demikian oleh Sanjaya , Riyani terlihat mulai mendekati orgasmenya, erangannya semakin keras, goyangan badannya juga semakin keras dan tidak beraturan. Sampai pada akhirnya tubuh Riyani mengejang hebat, matanya tertutup rapat dan kepalanya mendongak ke atas.
“UUUGGGHHHHH…….” erang Riyani keras menandakan dia mengalami orgasme yang hebat. Cairan keluar dari vaginanya, cairan tersebut sedikit memuncrat. Tidak pernah kau melihat Riyani mengalami orgasme yang sedemikian hebat, apalagi hanya karena dijilati vaginanya. 3 menit lamanya Riyani dipuncak orgasme. Namun anehnya setelah orgasmenya berlalu Riyani tidak lemas, matanya malah berbinar .
“Istrimu sudah siap disetubuhi. Obat yang saya berikan dalam minumannya bekerja dengan baik dan cocok untuk dirinya. Istrimu siap untuk bersetubuh sepanjang malam. Setiap habis orgasme badannya akan terasa semakin segar dan nafsu seksnya semakin menggila” kata Sanjaya menjelaskan kepadaku karena melihat aku heran dengan keadaan Riyani .
“Sekarang kamu, duduk saja di sofa itu dan menonton istrimu kusetubuhi. Aku lihat kemaluanmu mulai bisa bangun lagi, artinya obat yang kucampur di minumanmu mulai hilang, sehingga kamu bisa menikmati tontonan yang akan aku dan istrimu berikan spesial untukmu” perintah Sanjaya kepadaku.
Aku menuruti Sanjaya dan pindah ke sofa di samping tempat tidur. Sanjaya mengangkat tubuh Riyani dan menelentangkannya di tengah tempat tidur.
Sanjaya kemudian melepaskan baju tidurnya. Ternyata di balik baju tidur tersebut Sanjaya sudah tidak mengenakan apapun lagi, sehingga sekarang Sanjaya dan Riyani berdua telanjang bulat di kasur. Riyani terlihat kaget melihat penis Sanjaya . Penis Sanjaya sangat besar, panjang, tebal dan berurat. Kemudian Sanjaya mendekati kepala Riyani . Sanjaya berlutut mengangkangi muka Riyani . Tangan kirinya mulai meraih vagina Riyani . Riyani yang merasa ada tangan di vaginanya langsung membuka kakinya lebar-lebar. Sanjaya mengarahkan penisnya yang besar ke mulut Riyani , dan Riyani pun tanpa diperintah membuka mulutnya lebar-lebar, dan Sanjaya kemudian mulai memasukkan kemaluannya yang besar keluar masuk mulut Riyani yang mungil. Terlihat mulut Riyani kesulitan untuk menerima penis yang besar itu, namun Sanjaya dengan sedikit kasar memaksakan penisnya keluar masuk mulut Riyani .
Terlihat mulut Riyani penuh oleh penis Sanjaya . Riyani kelihatan kepayahan namun tetap berusaha mengikuti maunya Sanjaya . Kemudian Sanjaya memerintahkan Riyani menjulurkan lidahnya keluar dengan tetap membuka mulutnya, dan Riyani menuruti apa maunya Sanjaya , sehingga sekarang penis Sanjaya keluar masuk mulut Riyani dan lidah Riyani menjilati batang penis Sanjaya .
Sungguh suatu hal yang menakjubkan yang terjadi di depan mataku. Riyani yang biasanya paling tidak mau melakukan oral seks sekarang menuruti kemauan pria tua gendut yang sebenarnya tidak begitu dikenalnya. 10 menit kemudian penis Sanjaya sudah terlihat sangat kencang, kemudian Sanjaya menurunkan badannya dan mengarahkan penisnya ke vagina Riyani . Mengetahui apa yang akan dilakukan Sanjaya , Riyani membuka makin lebar kedua kakinya. Sanjaya kemudian dengan perlahan memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina Riyani secara perlahan.
Riyani terlihat menahan sakit ketika penis Sanjaya mulai memasuki vaginanya, namun raut mukanya segera berubah menjadi raut muka takjub ketika penis Sanjaya telah seluruhnya masuk ke vaginanya. Mungkin Riyani tidak menyangka vaginanya dapat menampung seluruh penis Sanjaya yang sangat besar dan panjang itu. Setelah penis Sanjaya masuk seluruhnya ke dalam vagina Riyani , Sanjaya tidak langsung menggenjotnya, namun Sanjaya menunggu beberapa saat agar Riyani terbiasa dengan penisnya yang besar di dalam vaginanya. Satu menit kemudian Sanjaya mulai menggerakkan penisnya keluar sampai hanya tinggal kepala penisnya di dalam vagina Riyani , kemudian Sanjaya memasukkan seluruh penisnya kembali secara perlahan ke dalam vagina Riyani dan hal tersebut dilakukannya berulang-ulang dengan menambah tempo iramanya makin lama makin cepat.
Riyani terlihat sangat menikmati permainan dan gerakan Sanjaya , matanya berbinar, erangan-erangan kecil keluar dari mulutnya yang mungil, pinggulnya bergerak mengikuti irama permainan Sanjaya dan kadang-kadang Riyani menciumi dada Sanjaya yang ditumbuhi bulu sangat lebat itu. Tempo permainan dan genjotan penis Sanjaya di dalam vagina Riyani semakin cepat, racauan Riyani semakin kencang, matanya merem melek menikmati genjotan-genjotan penis Sanjaya di vaginanya. Sanjaya yang mengetahui Riyani sangat menikmati persetubuhannya makin mempercepat gerakannya. Sanjaya menciumi, menjilati dan sedikit menggigit puting kedua payudara Riyani secara bergantian. Riyani diperlakukan demikian semakin hanyut dalam nafsu birahinya, racauannya semakin keras lagi, mulutnya terbuka, matanya terpejam dan kedua tangannya meremas-remas sprei tempat tidur. 20 menit kemudian tubuh Riyani , Riyani , mulai mengejang, tanda dia akan mengalami orgasme yang hebat.
“Terus…terus…jaaanngaan berheen..ti” teriakan kecil keluar dari mulut Riyani .
Kemudian badannya mengejang hebat sampai badannya melengkung ke belakang, kedua kakinya diapitkan di pinggul Sanjaya dan kedua tangannya merangkul leher Sanjaya dengan kencang.
“OOOOhhhhh……” lolong Riyani ketika dia dipuncak orgasmenya, dan kemudian badannya sedikit melemas dan Riyani langsung menciumi bibir Sanjaya dan mereka berdua berciuman dengan ganasnya, lidah Riyani dan lidah Sanjaya saling berpautan, hal yang tidak pernah dilakukan Riyani terhadapku.
Melihat adegan live Riyani dan Sanjaya membuat penisku menegang dengan keras. “Akhirnya kahayalanku menjadi kenyataan” pikirku dalam hati.
Setelah beberapa menit berciuman, Sanjaya kemudian memindahkan posisi Riyani sehingga Riyani sekarang tiduran sambil menyamping menghadap ke arah diriku di sofa. Tanpa memgeluarkan penisnya dari vagina Riyani . Sanjaya memindahkan tubuhnya ke belakang Riyani sehingga sekarang mereka berdua tidur menyamping menghadap diriku dengan Riyani didepan dan Sanjaya di belakangnya. Sanjaya kemudian melanjutkan genjotan penisnya yang sangat besar itu di vagina Riyani.
Tangan kiri Riyani dilipatnya ke belakang sehingga tangan kiri Sanjaya dapat dengan bebas memijat-mijat kedua payudara Riyani . Sanjaya menggenjot penisnya dalam vagina Riyani dengan cepat, tangan kirinya bergantian memijat kedua payudara Riyani dan klitoris Riyani . Riyani kembali tenggelam dalam nafsu seksnya, matanya terlihat sayu, mulutnya terbuka sedikit dan tanpa sadar Riyani mengangkat kaki kirinya ke atas, sehingga terlihat olehku vaginanya yang mungil penuh sesak oleh penis Sanjaya yang besar dan panjang itu. Sekitar 40 menit Sanjaya telah menyetubuhi Riyani dengan gaya menyamping, gerakan-gerakannya semakin ganas. Riyani tergoncang-goncang dengan hebatnya, racauan-racauan Riyani sudah berubah menjadi terikan-teriakan kenikmatan.
Gelombang demi gelombang orgasme melanda Riyani , namun Sanjaya masih dengan semangatnya menyetubuhi Riyani dan belum ada tanda-tanda bahwa Sanjaya akan orgasme, sedangkan aku saja sudah dua kali mengalami orgasme melihat Riyani disetubuhi oleh Sanjaya dengan ganasnya. Sanjaya yang belum puas dengan Riyani kembali mengubah posisi Riyani lagi. Kali ini Riyani dimintanya tengkurap menungging dengan kepala menghadap diriku di sofa, dan kemudian Sanjaya menyetubuhi Riyani dengan gaya doggy style, hal mana yang belum pernah dilakukan oleh diriku dan Riyani karena Riyani selalu menolaknya, namun dengan Sanjaya , Riyani dengan senang hati menurutinya. Sanjaya menggenjot vagina Riyani dari belakang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang cepat sekali dan secara tiba-tiba memelankan genjotannya seperti slow motion dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat Riyani semakin tidak bisa mengontrol dirinya, kepalanya tertunduk dan bergerak ke kanan kiri tidak beraturan. Tangan Riyani kembali meremas-remas sprei tempat tidur dengan kencangnya, racauan-racauan dan teriakan-teriakan Riyani semakin membahana di kamar itu.
Kemudian tangan kiri Sanjaya meraih rambut Riyani , menjambaknya dan menariknya ke belakang sehingga kepala Riyani mendongak ke atas. Genjotan penis Sanjaya dalam vagina Riyani masih dalam tempo yang berubah-ubah, tangan kanan Sanjaya kadang-kadang menampar kedua pantat Riyani bergantian. Kepala Riyani terdongak ke atas, kedua matanya terpejam rapat dan mulutnya terbuka lebar. Riyani sudah tidak dapat lagi bergerak mengikuti permainan Sanjaya , tubuhnya hanya tergoncang-goncang keras karena sodokan-sodokan penis Sanjaya ke dalam vaginanya. Gelombang-demi gelombang orgasme kembali melanda Riyani .
Setiap mengalami orgasme tubuh Riyani mengejang untuk beberapa menit dan dari vaginanya sedikit memuncratkan cairan kewanitaannya, hal mana tidak pernah terjadi apabila Riyani bersetubuh denganku. Setiap setelah mengalami orgasme, tubuh Riyani terlihat melemas untuk beberapa saat, namun tidak lama kemudian terlihat tubuh Riyani menjadi segar kembali dan siap menerima genjotan-genjotan ganas penis Sanjaya yang besar di dalam vaginanya.
“Ini pasti karena obat yang diberikan Sanjaya dalam minuman istriku” pikirku dalam hati melihat stamina Riyani yang sangat kuat malam itu. Kedua tangan Sanjaya kemudian meraih kedua tangan Riyani dan menarikanya ke belakang, sehingga tubuh Riyani sedikit terangkat ke atas dengan kedua lututnya masih bertumpu pada kasur, dan Sanjaya menggerakan penisnya yang besar keluar masuk secara pendek-pendek dan dalam tempo yang sangat cepat pada vagina Riyani . Teriakan-terikan nikmat Riyani semakin gencar karena diperlakukan demikian, mata Riyani masih tertutup rapat dengan mulut terbuka lebar.
“Buka matamu Riyani dan pandang suamimu!” perintah Sanjaya dengan tegas.
Riyani menuruti apa yang diperintahkan Sanjaya sehingga Riyani sekarang melihat diriku yang sedang duduk di sofa sambil bermastrubasi.
“Lihat Riyani , suamimu sangat menikmati melihat kamu disetubuhi pria lain” sahut Sanjaya kepada Riyani .
“Kamu suka disetubuhi pria lain?” Tanya Sanjaya kepada Riyani .
Riyani tidak menjawab, mungkin dia malu, namun raut wajahnya tidak bisa membohongi diriku. Terlihat sekali dia sangat menyukai dan menikmati persetubuhannya dengan Sanjaya .
“Jawab!!!” hardik Sanjaya dengan tiba-tiba kepada Riyani sambil mempercepat genjotan penisnya dalam vagina Riyani .
“Aaagh….suu…ka….” sahut Riyani dengan terbata-bata karena sambil menikmati penis Sanjaya dalam vaginanya.
“Enakan mana Riyani ? suamimu atau saya” tanya Sanjaya lagi sambil penisnya menggenjot dengan kasar vagina Riyani .
“Ee..naa….enak saaamaa pak…uughhh….Sanjaya” jawab Riyani sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Mau kamu saya setubuhi kapan saja saya mau” tanya Sanjaya lagi dengan kasar.
“Maaa…..uuuuu….ppaak Sanjaya ….” jawab Riyani sambil tubuhnya mengejang tanda Riyani mengalami orgasme lagi.
Dengan tetap memegang kedua tangan Riyani ke belakang, Sanjaya menghentikan gerakannya untuk beberapa saat dan membiarkan Riyani menikmati orgasmenya. Setelah beberapa saat Sanjaya kembali menggenjot vagina Riyani dengan kencang, membuat nafsu seks Riyani kembali bergelora. Benar-benar takjub aku melihat adegan demi adegan yang dipertontonkan Riyani dan Sanjaya . Riyani yang cantik dengan kulitnya yang putih mulus dengan setia melayani nafsu binatang seorang tua bangka bermuka jelek dan berperut gendut.
“Riyani , lihat suamimu sangat menikmati kamu disetubuhi olehku. Boleh suamimu menonton setiap kali kamu saya setubuhi?” tanya Sanjaya dengan sedikit nada memerintah kepada Riyani .
“Boo…leehhh….aaagghh….paak…uggghhh…Sanjaya ” jawab Riyani sambil meracau kenikmatan.
Melihat Riyani menurut dan tunduk sepenuhnya pada Sanjaya membuat penisku kembali memuncratkan sperma untuk kesekian kalinya dan sedikit mengenai bibir atas Riyani . Melihat hal itu Sanjaya memerintahkan Riyani menjilat dan menelan spermaku yang menempel dibibir atasnya, dan yang menakjubkan adalah tanpa pikir panjang Riyani menuruti apa yang diperintahkan Sanjaya padahal aku tahu Riyani biasanya paling jijik dengan sperma apalagi harus menjilat dan menelannya. 20 menit sudah semenjak aku mencapai orgasmeku. Aku sudah terlalu capek untuk bermastrubasi lagi, namun Riyani masih dihajar vaginanya dengan ganas dari belakang oleh Sanjaya dan Riyani sudah mengalami orgasme-orgasme yang sangat dahsyat. Beberapa saat kemudian Sanjaya terlihat mulai akan orgasme. Rupanya Riyani menyadarinya.
“Uugh…aaghhh…pak Sanjaya …jaaa…ngaaan…keluar aaggghh… di dalam” pinta Riyani sambil mengerang-erang kenikmatan.
“Naaan…tiii aaaggghhh…saya….hamil….” tambah Riyani lagi dengan tetap merintih-rintih penuh nikmat.
“Kalau tidak boleh di dalam, berarti harus keluar di mulutmu Riyani , dan harus ditelan semua tidak boleh ada yang tercecer keluar” kata Sanjaya kepada Riyani .
“Iii…yaaaaa….paaak weeeeen……di mulut saya…AAAAGHHHHH, adduuuuhhhhh niiikkmaaattt sekali pak weeeeennn…aampunnnn…nikmat……” teriak Riyani sambil orgasme lagi.
Kemudian Sanjaya membalikkan tubuh Riyani sehingga Riyani terlentang di kasur. Sanjaya kembali mengangkangi Riyani dan menjambak rambut Riyani dengan kasar dan memasukkan penisnya yang besar ke dalam mulut Riyani .
“Telan…telan semua…jangan sampai ada yang keluar” perintah Sanjaya kepada Riyani .
Terlihat penis Sanjaya yang besar berdenyut dengan keras, sedangkan mulut Riyani menghisap-hisap penis Sanjaya dan terlihat tenggorokan Riyani bergerak-gerak tanda Riyani sedang menelan sesuatu dalam jumlah yang banyak. Sanjaya menumpahkan seluruh spermanya ke dalam mulut Riyani dan Riyani menelan setiap tetes sperma Sanjaya yang masuk ke dalam mulutnya. Setelah beberapa saat Sanjaya mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Riyani .
“Bersihkan…jilat sampai bersih…!” kembali Sanjaya memerintahkan Riyani yang langsung dituruti oleh Riyani .
Selagi Riyani menjilat-jilati penis dan biji Sanjaya , Sanjaya bertanya kepadaku “Boleh pinjam istrimu malam ini? Aku terkesiap mendengar permintaan Sanjaya . Aku tidak percaya dengan apa yang aku dengar.
Melihat aku tidak menjawab, Sanjaya berkata lagi kepadaku “Riyani kelihatannya sangat menyukai aku setubuhi, dan obat yang aku berikan kepadanya masih bekerja, sehingga Riyani masih ingin dipuaskan nafsu seksnya.
“Bagaimana Riyani ” tanya Sanjaya kemudian kepada Riyani . Riyani sambil tetap menjilati penis Sanjaya hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda membenarkan apa yang dikatakan Sanjaya kepadaku.
Melihat Riyani memberikan persetujuannya maka akupun mengiyakan permintaan Sanjaya . Sanjaya kemudian menyruh Riyani pindah ke kamar sebelah dan Riyani menuruti permintaan Sanjaya .
“Harto, kamu istirahat saja di kamar ini, aku dan Riyani ada di kamar sebelah. Connecting door akan tetap terbuka, sehingga kapan saja kamu ingin melihat istrimu disetubuhi olehku, kamu dapat masuk ke kamar sebelah’ kata Sanjaya kepadaku.
Aku hanya mengganggukan kepala tanda setuju, dan kemudian Sanjaya meninggalkan aku dikamar sendirian dan Sanjaya pindah ke kamar sebelah menyusul Riyani . Aku sudah terlalu capek untuk membersihkan badan atau berpakaian. Aku langsung naik ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhku dengan selimut yang masih sedikit basah bekas cairan kewanitaan Riyani ….dan beberapa saat kemudian mulai terdengar rintihan-rintihan nikmat Riyani dari kamar sebelah menandakan Sanjaya dan Riyani sudah mulai lagi dengan persetubuhan mereka…namun aku terlalu capek untuk beranjak dari kasur….dan kemudian terlelap….
Sinar Matahari tepat jatuh dimataku, ketika aku mulai bangun dari tidurku. Melihat posisi matahari dari jendela kamar itu, aku menyadari bahwa hari telah siang. Aku gerakan badanku dikasur untuk membangunkan diriku. Keadaanku masih telanjang bulat dan aku masih terkesima dengan apa yang telah terjadi tadi malam. Rintihan-rintihan dan erangan-erangan nikmat Riyani dari kamar sebelah, membuat diriku terbangun dari lamunanku.
“Ah, gila mereka, apa mereka masih bersetubuh terus” pikirku dalam hati.
“Apakah mereka melakukan persetubuhan secara non-stop sepanjang malam?” pikirku lagi.
Rasa lapar mulai terasa diperutku, dan aku mulai berpakaian. Rintihan-rintihan nikmat Riyani di tidak menggugahku untuk ke kamar sebelah. Namun ketika kakiku melangkah ke pintu kamar karena aku ingin ke dapur mencari makan, terdengar kegiatan di kamar sebelah sedikit aneh dan mengusik rasa ingin tahuku. Aku sepertinya mendengar lebih dari 2 orang di kamar sebelah. Maka akupun mengurungkan niatku untuk keluar kamar dan akupun melangkahkan kakiku ke connecting door yang menghubungkan kamarku dengan kamar sebelah. Betapa kagetnya ketika aku masuk ke dalam kamar sebelah tersebut. Aku melihat 2 wanita muda yang tadi malam bersama Riyani sedang duduk disofa panjang di sebelah tempat tidur di kamar itu sambil tertawa-tawa kecil menonton adegan yang sedang berlangsung di tempat tidur tersebut. Lebih kaget lagi ketika aku menyadari apa yang sedang terjadi di tempat tidur. Istriku Riyani , sedang disetubuhi oleh Sanjaya dan salah seorang tamu Sanjaya yang tadi malam menginap di villa!!! Posisi Riyani bertumpu pada kedua lutut dan kedua tangannya dengan pantat yang sedikit menungging ke belakang. Terlihat tamu Sanjaya tersebut, seorang pria tua berumur sekitar 60 tahunan berbadan besar dan buncit dengan bulu yang lebat memenuhi sekujur tubuhnya sedang menyetubuhi Riyani dengan kasar dari belakang. Sedangkan Sanjaya yang tangan kanannya sedang menjambak rambut Riyani yang sekarang telah dikuncir buntut kuda terlihat asyik menggenjot penisnya dengan kasar di dalam mulut Riyani .
“Ah, kamu sudah bangun Tom” kata Sanjaya ketika melihat diriku masuk ke dalam kamar.
“Silahkan duduk Tom” kata Sanjaya lagi sambil mempersilahkan aku duduk di sofa di antara kedua wanita yang sedang menonton Riyani disetubuhi dua laki-laki tua itu.
“Ini namanya Pak Lam, dia ini salah satu sahabatku” kata Sanjaya kemudian sambil memperkenalkan pria tua yang sedang menyetubuhi Riyani dengan kasar dari belakang. Yang disebut Pak Lam hanya menengok sebentar sambil melambaikan sebelah tangannya kepadaku dan kemudian melanjutkan kegiatannya pada Riyani .
“Aku selalu berbagi apapun dengannya. Vagina Riyani sangat nikmat untuk disetubuhi, sehingga aku harus membaginya kepada sahabat tuaku ini biar dia juga tahu betapa nikmatnya istrimu ini. Aku harap kamu tidak keberatan. Toh istrimu tidak keberatan, malah suka…” kata Sanjaya sambil terkekeh kecil.
“Riyani , kamu suka disetubuhi Pak Lam kan?” tanya Sanjaya kepada Riyani .
Riyani tidak menjawab. Riyani terlihat sedang asyik sendiri menikmati persetubuhannya.
“Hahaha…wanita cantik ini rupanya sudah dalam kenikmatannya sendiri” tawa Sanjaya sambil melihat Riyani yang sedang menikmati setiap genjotan penis Lam dan penis Sanjaya .
Aku yang masih shock hanya menuruti perintah Sanjaya dan duduk di sofa di antara kedua wanita muda tersebut.
“Ladies, tolong bantu sang suami tercinta ini agar dapat menikmati istrinya disetubuhi oleh 2 pria sekaligus” perintah Sanjaya kepada kedua wanita yang duduk disamping kiri dan kananku.
Mendengar perintah Sanjaya , kedua wanita muda itu langsung membuka dan melepaskan celana dan celana dalamku. Kemudian mereka berdua dengan tetap sesekali menonton adegan Riyani dengan Lam dan Sanjaya mulai menjilati penisku secara bergantian, membuat penisku langsung berdiri dengan tegak. Di atas tempat tidur aku melihat Riyani sedang disetubuhi habis-habisan oleh kedua pria tua itu. Mereka memperlakukan Riyani dengan kasar, namun terlihat Riyani meskipun kepayahan melayani nafsu kedua pria tersebut, Riyani nampak menikmatinya. Semakin Riyani diperlakukan kasar oleh kedua pria tua itu, semakin nampak Riyani menikmatinya.
Rintihan-rintihan Riyani semakin keras apabila Lam dan Sanjaya menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut Riyani dengan kasar. Sambil sesekali menampar kedua belahan pantat Riyani dengan tangan kirinya, Lam menggenjot penisnya di vagina Riyani dari belakang dengan cepat dan kasar. Kemudian tangan kanannya melingkar di pinggul Riyani dan terus ke arah vagina Riyani dari arah depan sehingga jari-jari tangannya dapat memainkan klitoris Riyani .
Riyani tanpa sadar mengangkat kaki kanannya sehingga posisinya sekarang seperti anjing yang sedang kencing untuk memberikan akses yang lebih luas bagi jari-jari tangan Lam di vagina Riyani . Dengan posisi satu kaki mengangkang ke atas, aku dapat melihat ternyata bulu-bulu di sekitar vagina Riyani telah dicukur habis. Aku tidak tahu kapan mereka mencukur habis bulu-bulu di sekitar vagina Riyani , mungkin tadi malam ketika aku sudah tidur. Rupanya mereka telah berpesta seks sepanjang malam. Vagina Riyani terlihat putih mulus tanpa sehelai bulupun dengan bibir vaginanya terlihat sedikit berwarna merah muda tanda vagina itu telah digenjot habis sepanjang malam. Ketika jari-jari tangan Lam mulai mempermainkan vagina Riyani dan mencubit-cubit kecil klitoris Riyani , tubuh Riyani bergoyang hebat, pinggulnya, badannya naik turun tidak beraturan. Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmat keluar dari mulut Riyani .
Sanjaya sekarang menggunakan kedua tangannya untuk menjambak rambut Riyani sehingga dapat membuatnya semakin kencang menyetubuhi mulut Riyani . Diperlakukan demikian, Riyani semakin bergoyang-goyang,tubuhnya meliuk-liuk karena ditekan dari belakang dan dari depan. Racauan dan rintihannya semakin keras, matanya tidak berkedip dan selalu memandang ke arah muka Sanjaya . Lam dan Sanjaya semakin mempercepat gerakannya sehingga Riyani benar-benar tergoncang-goncang hebat. Riyani terlihat bermaksud menurunkan kaki kanannya agar lebih memudahkannya menerima hajaran-hajaran penis Lam dan Sanjaya di vagina dan mulutnya. Namun hal itu tidak dapat dilakukannya karena terhalang tangan kanan Lam yang telah benar-benar menggenggam vagina Riyani , terutama klitorisnya. Melihat adegan live didepan mataku, aku orgasme dengan cepat, dan kedua wanita muda yang melayani aku menghisap dan menelan seluruh spermaku sampai habis. Melihat aku sudah orgasme, Sanjaya kemudian memerintahkan salah satu wanita disebelahku untuk mengambil sesuatu
“Ambil pil yang biasa di laci itu” kata Sanjaya memerintahkan wanita tersebut sambil menunjuk salah satu laci disamping tempat tidur.
Wanita yang disuruh Sanjaya , mengeluarkan sebuah botol dari laci tersebut, membukanya, dan mengeluarkan sebuah pil serta kemudian menyerahkannya kepada Sanjaya .
“Buka mulutmu Riyani , telan pil ini supaya kamu tidak hamil, Lam ingin memuntahkan spermanya dalam vaginamu. Saya juga ingin orgasme dalam vaginamu, bosan saya orgasme dalam mulutmu terus sepanjang malam” perintah Sanjaya kepada Riyani .
Kemudian Sanjaya mengeluarkan penisnya yang besar dari mulut Riyani dan memasukkan pil tersebut ke dalam mulut Riyani yang langsung ditelan Riyani tanpa menggunakan air sedikitpun. Setelah itu Sanjaya kembali menjambak rambut Riyani dan kembali melanjutkan genjotan penisnya pada mulut Riyani . 20 menit telah berlalu, namun aku melihat baik Riyani , Sanjaya maupun Lam belum ada yang orgasme. Terus terang terkejut aku melihat perubahan pada diri Riyani . Riyani tidak orgasme-orgasme, tidak seperti tadi malam yang dengan mudahnya dia mencapai orgasme berulang-ulang. Tatapan mata Riyani terlihat sangat sayu dan sedikit kosong, namun dari rintihan-rintihannya aku tahu dia lebih menikmati persetubuhannya saat ini daripada persetubuhannya tadi malam. Melihat raut wajahku yang penuh tanda Tanya, Sanjaya kemudian menjelaskan kepadaku apa yang telah terjadi.
“Tadi pagi Riyani saya beri obat ramuan China. Obat ini membuat Riyani lebih lama mencapai orgasme, ini agar Riyani dapat mengimbangi kami sehingga tidak cepat lelah. Namun dengan obat ini otot vagina Riyani akan semakin kencang sehingga jepitannya pada penis yang masuk ke dalam vaginanya akan semakin kuat dan hal ini membuat Riyani dan siapapun pria yang menyetubuhinya merasa lebih nikmat. Setiap gesekan penis dalam vagina Riyani akan berpuluh-puluh kali lipat lebih terasa nikmat bagi Riyani dan pria tersebut” kata Sanjaya menjelaskan kepadaku.
“Lihat Riyani sekarang sudah benar-benar menikmati setiap gesekan penis Lam dalam vaginanya, bahkan dia sangat menikmatinya sampai-sampai dia tidak begitu sadar akan sekelilingnya lagi, hanya kenikmatan dan kenikmatan yang dia rasakan saat ini. Dipikirannya hanya ada rasa kenikmatan yang amat sangat dan tidak ada rasa yang lain selain kenikmatan tersebut. Kenikmatan yang Riyani rasakan saat ini sudah menguasai dan menghipnotis seluruh badan dan pikirannya” tambah Sanjaya kepadaku.
“Harto, kamu lihat nanti waktu istrimu mengalami orgasme. Kamu akan lihat bagaimana seorang wanita mengalami orgasme yang super dahsyat. Kamu pasti tidak akan menyangka bahwa istrimu bisa orgasme sehebat yang nanti kamu akan lihat” lanjut Sanjaya kepadaku.
45 menit telah berlalu, ketika aku melihat perubahan pada diri Riyani . Erangan-erangan dan rintihan-rintihan nikmatnya mulai memelan, namun badannya semakin bergoyang-goyang dengan kencang dan tidak beraturan. Lam dan Sanjaya semakin gencar menggenjot penisnya masing-masing dalam vagina dan mulut Riyani , membuat Riyani sulit untuk tetap bertumpu pada kedua tanganya dan satu lututnya. Badan Riyani benar-benar bergoncang hebat karena tekanan dari belakang dan dari depan disertai goyangan badannya sendiri yang semakin tidak beraturan. Mata Riyani tetap memandang kearah wajah Sanjaya dengan sekali-kali mendelik-delik. Kedua tangannya beberapa kali jatuh karena tidak kuat menahan badannya, namun jambakan Sanjaya pada rambutnya membuat Riyani tidak tersungkur ke kasur. Suara Riyani semakin pelan bahkan sekarang hampir tidak terdengar sama sekali, tangannya yang sudah tidak kuat menumpu badannya dan mulai mencari pegangan lain. Kedua tangan Riyani terlihat berusaha memegang kedua sisi pinggul Sanjaya , kemudian beralih ke kedua tangan Sanjaya yang sedang menjambak rambutnya, lalu kembali kasur menumpu badannya dan begitu seterusnya terlihat Riyani sedang mencari posisi yang enak untuk menumpu badannya yang bergoyang hebat dan dihajar dari depan dan belakang oleh Sanjaya dan Lam.
“Kalian berdua kesini, bantu Riyani agar tetap pada posisinya, agar Pak Lam bisa menikmati orgasmenya dengan lancar” perintah Sanjaya kepada kedua wanita itu.
Kedua wanita yang diperintah Sanjaya kemudian naik ke kasur dan memposisikan diri mereka masing-masing berlutut disamping kiri dan kanan Riyani . Kemudian kedua wanita tersebut meraih masing-masing pundak Riyani dari arah bawah sehingga sekarang tangan-tangan kedua wanita tersebut masing-masing menumpu pundak Riyani , membuat kedua tangan Riyani terbuka kearah kiri dan kanan. Sudah tidak terdengar suara rintihan Riyani . Badan Riyani juga bergerak memelan namun terlihat Riyani berusaha memundurkan pinggulnya agar penis Lam makin masuk jauh ke dalam vaginanya. Gerakan Riyani yang pelan meliuk-liuk terlihat sangat kontras dengan gerakan Lam dan Sanjaya yang semakin ganas menggenjot penisnya masing-masing ke dalam vagina dan mulut Riyani .
“Harto, sini naik ke kasur agar kamu bisa melihat dengan jelas. Istrimu sebentar lagi akan orgasme yang hebat” kata Sanjaya kepadaku.
Tanpa menunggu lagi akupun segera naik ke kasur agar bisa melihat Riyani dari dekat dan dengan jelas. Lam kemudian melepaskan tangan kanannya dari klitoris Riyani sehingga kali Riyani bisa turun dan kedua lututnya bisa kembali menumpu badannya. Lam lalu sedikit berjongkok serta kedua tangannya meraih pinggul Riyani . Dengan posisi demikian Lam bisa dengan lebih leluasa menggenjot penisnya dengan keras ke dalam vagina Riyani . Kira-kira sepuluh menit kemudian, badan Riyani makin meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan serta menekan ke belakang ke arah penis Lam.
Ditekan dari belakang dengan keras sampai ke ujung vaginanya, membuat mata Riyani mendelik. Kemudian Sanjaya mengeluarkan penisnya dari mulut Riyani dan melepaskan jambakan tangannya di rambut Riyani sehingga sekarang kepala Riyani bebas bergerak.
Riyani terus menikmati penis besar Lam dalam vaginanya. Pinggul Riyani naik turun dan memutar-mutar secara perlahan ditambah tekanan pinggul Lam dari belakang dan tangan Lam yang menarik pinggul Riyani ke belakang, membuat kedua manusia yang meskipun berbeda umur sangat jauh menjadi satu kesatuan dan sama-sama menikmati persetubuhan mereka. Sepuluh menit kemudian, Riyani memejamkan matanya, jari-jari tangannya membuka dan mengepal secara perlahan, mulutnya terbuka lebar, goyangan pinggulnya menjadi patah-patah.
“Sekarang…!!!!’ sahut Lam dengan keras.
Seperti mengerti perintah Lam, Riyani menghentikan goyangannya, pinggulnya secara keras didorongnya ke belakang, kepalanya terdongak ke atas dengan mulut terbuka lebar, seluruh badannya menegang dan terdengar desahan kecil Riyani .
“Oohh… nikmat sekali….” desah Riyani pelan.
Bersamaan dengan itu Lam memuntahkan spermanya di dalam vagina Riyani .
Kembali sesuatu yang menakjubkan terjadi didepan mataku, sudah 10 menit berlalu tapi Nampak orgasme Riyani belum turun juga. Riyani masih terus dipuncak kenikmatan. Ketika Sanjaya melepaskan pegangannya pada pinggul Riyani dan mulai menarik penisnya keluar dari vagina Riyani , Nampak raut muka Riyani sedikit sedih.
Lam mencabut penisnya. Tapi kekecewaan Riyani hanya sebentar karena Sanjaya langsung siap menggantikan posisi Lam. Ditidurkannya Riyani telentang di atas kasur dibukanya kaki Riyani lebar-lebar.
“Masih kurang Riyani ?” Tanya Sanjaya menggoda Riyani sebelum mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Riyani .
“Masih…pak Sanjaya …saya masih orgasme…..ooohhhh nikmat sekali…..mau disetubuhi sekarang…” rengek Riyani sambil menarik pinggul Sanjaya ke arahnya.
“Oohhhh……” desah Riyani ketika penis Sanjaya masuk ke dalam vaginanya sampai mentok.
Sanjaya kemudian secara perlahan menggenjot vagina Riyani dengan penisnya. Setiap gerakan Sanjaya selalu disertai lolongan pelan namun panjang dari Riyani . Kepala Riyani terdongak ke belakang, matanya terpejam rapat, dadanya membusung ke atas sehingga sebagian punggungnya terangkat dari kasur. Bibir kecilnya mengigit-gigit pelan jari telunjuk kanannya, lolongan pelan namun panjang terdengar dari mulut Riyani setiap kali Sanjaya menggerakan penisnya secara perlahan. Penasaran dengan apa yang dirasakan Riyani , aku membisikinya dan bertanya.
“Bagaimana rasanya ? Enak?” tanyaku.
“Ennakkk…ooohhhhh…. Terima kasih mas Harto atas pengalaman indah ini…..orgasmeku tidak berhenti-henti nih…..oohhhh panjang sekali…..oohhhh…..aku disetubuhi sambil orgasme…..” jawab Riyani pelan kepadaku sambil terus menikmati orgasmenya yang berkepanjangan.
Lima belas menit kemudian, penis Sanjaya berdenyut kencang pertanda dia akan orgasme, dan tubuh Riyani pun tiba-tiba lebih menegang lagi.
“Oohhh….apa ini pak Sanjaya ….kenapa saya……” desah Riyani pelan kepada Sanjaya .
“Inilah puncaknya orgasme dari orgasme . Nikmati saja” jawab Sanjaya .
Bersamaan dengan itu, tubuh Riyani dan Sanjaya benar-benar menegang. Keduanya berusaha menarik satu sama lain dan merapatkan persenggamaan mereka. Kaki Riyani melingkar di pinggul Sanjaya . Dada Riyani makin membusung, kepalanya makin terdongak ke belakang dan giginya menggigit bibir bawahnya sendiri. Sedangkan kepala Sanjaya berada di pundak Riyani , mulutnya sedikit menggigit pundak Riyani dan penisnya ditekan dengan keras ke dalam vagina Riyani .
“OOOhhhhh……” teriak Riyani dan Sanjaya bersamaan. Sanjaya memuntahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Riyani , Dua manusia mengalami orgasme hebat secara bersamaan.
Beberapa menit Sanjaya dan Riyani berada di puncak orgasme mereka.
“Oke semuanya keluar dari kamar ini. Biarkan Riyani istirahat dulu” kata Sanjaya setelah selesai memuntahkan seluruh spermanya dalam vagina Riyani .
Sanjaya pun beranjak dari atas tubuh Riyani , tidur disampingnya dan menyelimuti dirinya dan Riyani dengan selimut. Riyani hanya tersenyum dengan mata terpejam dan menidurkan kepalanya di dada Sanjaya yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat, sedangkan yang lainnya termasuk aku pergi meninggalkan kamar itu dan membiarkan Sanjaya dan Riyani istirahat.
Menjelang sore terlihat Sanjaya keluar dari kamar itu dan bergabung dengan aku dan tamu-tamu yang lain di ruang tengah villa. Rupanya yang menginap di villa tersebut selain aku, Riyani , Sanjaya , Lam dan kedua wanita yang siang tadi berada di kamar, juga ada satu wanita lagi dan tiga tamu laki-laki.
“Wah, sudah pada berkumpul rupanya, maaf saya baru bangun” kata Sanjaya kepada aku dan tamu-tamu lainnya.
Kamipun mengobrol di ruang tengah villa itu sampai menjelang malam. Kurang lebih jam 6.30pm Sanjaya menginstruksikanku untuk membangunkan Riyani .
“Harto, bangunkan istrimu, kita akan makan malam bersama” sahut Sanjaya kepadaku.
Akupun segera menuruti perintah Sanjaya dan naik ke lantai atas villa menuju kamar tempat Riyani istirahat karena memang aku sudah mulai kuatir terhadap Riyani sebab setelah kejadian siang tadi di kamar aku belum melihatnya lagi. Sesampainya di kamar, aku melihat Riyani sudah bangun namun masih tiduran tengkurap di atas kasur, tubuhnya masih telanjang, terlihat mukanya nampak habis menangis. Melihat aku masuk ke kamar, air mata menetes kembali dari matanya.
“Mas Harto, apa yang terjadi denganku. Kenapa kamu membiarkan semua ini terjadi?” tangis Riyani kepadaku.
Akupun berusaha menenangkan dan menghibur istriku, kami berbincang-bincang di kamar itu cukup lama sambil aku berusaha terus menghiburnya sampai tiba-tiba salah satu dari tamu wanita masuk ke kamar dan meminta Riyani untuk mandi dan membersihkan diri karena aku dan Riyani sudah ditunggu di ruang makan oleh Sanjaya dan tamu-tamu yang lain. Dengan sedikit malas Riyani menurutinya. Setelah Riyani mandi dan memakai kembali jubah serta jilbab lebarnya kamipun keluar dari kamar itu dan menuju ruang makan. Riyani ragu-ragu untuk keluar dari kamar. Terlihat Riyani sangat malu untuk bertemu dengan Sanjaya dan tamu-tamu yang lain setelah kejadian tadi malam dan tadi siang.
Sesampainya di ruang makan, tamu-tamu yang lain sudah menunggu. Sanjaya mempersilahkan aku dan Riyani duduk di kursi yang disediakan di ruang makan itu demikian juga terhadap tamu-tamu yang lain masing-masing dipersilahkan duduk oleh Sanjaya . Kamipun menyantap hidangan malam yang disediakan sambil mengobrol. Pembicaraan di meja makan itu kebanyakan tentang bisnis antara Sanjaya dan tamu-tamunya. Tidak ada yang menyinggung kejadian tadi malam dan tadi siang, seakan-akan kejadian tersebut tidak pernah terjadi. Hal itu membuat Riyani terlihat sedikit tenang. Selesai santap malam Sanjaya mempersilahkan tamu-tamunnya, termasuk aku dan Riyani ke ruang tengah. Di ruang tengah makanan kecil dan minuman telah disediakan dan Sanjaya mempersilahkan kami semua untuk mencicipi makanan kecil dan minuman tersebut kemudian melanjutkan obrolan bisnisnya dengan tamu-tamunya di ruang tengah, Sanjaya sedikit mengacuhkan aku dan istriku karena memang obrolannya adalah masalah bisnis. Setelah kurang lebih 2 jam berbicara bisnis dengan tamunya tiba-tiba Sanjaya berkata “Ok, saya rasa omomgan bisnis sudah cukup untuk malam ini. Sekarang kita ke topik selanjutnya”
“Zhou, obatmu ternyata sangat manjur, lihat saja ini hasilnya” sambung Sanjaya sambil memencet remote TV.
TV menyala dan betapa kagetnya aku melihat apa yang muncul di TV. Rekaman persetubuhan Riyani tadi malam dan tadi siang terlihat di layar TV. Aku melihat wajah Riyani sangat terkejut dan merah padam karena sangat malu melihat tamu-tamu yang lain menyaksikan tayangan persetubuhannya dilayar TV. Riyani bangkit dari tempat duduknya dan bermaksud meninggalkan ruang tengah itu, namun Sanjaya menghardiknya dengan tegas.
“Riyani , duduk kamu! Tidak ada yang menyuruh kamu untuk pergi!” bentak Sanjaya dengan sangat keras.
Mendengar bentakan Sanjaya aku sangat terkejut. Aku bermaksud untuk turut berdiri, namun aku merasakan tubuhku lemas dan aku tidak mampu berdiri. Kelihatannya Sanjaya telah mencampurkan sesuatu lagi dalam minumanku sehingga badanku lemas tidak berdaya.
Aku melihat Riyani sangat ketakutan mendengar bentakan Sanjaya , namun dikarenakan aku hanya tetap duduk dan tidak membelanya, maka Riyani pun mengurungkan niatnya dan kembali duduk dengan wajah menunduk menahan perasaan malu yang luar biasa. Sanjaya dan tamu-tamu lainnya kemudian membahas adegan demi adegan persetubuhan Riyani yang ditayangkan TV. Mereka membahasnya seakan-akan Riyani, wanita alim yang selalu menggunakan jubah dan jilbab lebar tidak ada di ruangan itu. Komentar-komentar keluar dari mulut mereka. Sanjaya memuji Zhou atas kemanjuran obatnya. Sanjaya menjelaskan bagaimana Riyani yang alim itu bisa menjadi seorang pelacur murahan dikarenakan meminum obat itu. Ada lagi tamu yang lain memuji daya tahan Riyani karena obat itu. Setelah rekaman adegan persetubuhan Riyani di TV selesai, kemudian Sanjaya dengan suara tegas memerintahkan Riyani “Nah, Riyani , tolong hibur tamu-tamuku ini. Jangan biarkan mereka hanya menonton kamu di TV saja, perbolehkan mereka juga menikmati dirimu secara langsung.”
Mendengar itu dengan raut muka yang pucat dan penuh ketakutan, Riyani bangkit dari tempat duduknya dan berusaha lari keluar dari villa, namun baru beberapa langkah berlari, Sanjaya dan Zhou dengan sigap menangkap Riyani .
“Wow, rupanya pelacur ini tidak mau menuruti perintah. Ck…ck..ck…Riyani kamu sangat mengecewakan” kata Sanjaya sambil mencengkram tubuh Riyani dari belakang.
“Kamu harus dihukum dan dididik dengan benar supaya bisa menjadi budak seks yang patuh” lanjut Sanjaya kemudian kepada Riyani .
Riyani meronta-ronta dengan keras dan berusaha melepaskan diri, namun cengkraman Zhou dan Sanjaya pada dirinya terlalu kuat, sehingga usaha Riyani untuk melepaskan diri menjadi sia-sia. Kemudian Sanjaya dan Zhou menyeret Riyani ke basement villa, diikuti oleh tamu-tamu yang lain. Mereka meninggalkan aku di ruang tengah. Aku kembali berusaha bangkit untuk membantu Riyani , namun aku sama sekali tidak dapat berdiri sehingga aku hanya dapat terduduk lemah di sofa melihat perlakuan Zhou dan Sanjaya terhadap Riyani . Tidak lama mereka meninggalkan aku di ruang tengah. Kira-kira 15 menit kemudian 2 orang tamu pria mendatangiku dan segera membopongku ke basement villa. Basement villa itu ternyata suatu ruangan yang kelihatannya sering digunakan untuk pesta seks yang aneh-aneh. Aku melihat banyak peralatan seks yang lebih mirip sebagai alat penyiksaan tergantung di dinding basement itu. Banyak peralatan seks yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Merinding aku ketika memasuki basement villa itu, namun yang membuat aku lebih kaget dan takut lagi adalah ketika aku melihat Riyani sudah terikat dalam keadaan telanjang bulat, hanya jilbabnya saja yang masih menutupi kepalanya. Posisi Riyani berdiri dengan kedua tangan terikat ke atas melebar oleh rantai-rantai yang tertancap kuat dilangit-langit basement, sedangkan kakinya mengangkang lebar terikat dengan rantai-rantai yang menancap kuat ke lantai basement, sehingga posisi Riyani menyerupai huruf “X”. Aku melihat Riyani meronta-ronta sekuat tenaga, air matanya mengucur deras di kedua pipinya,membasahi jilbab lebar yang tersampir di pundaknya. Permohonan-permohonan untuk dilepaskan keluar dari mulutnya, namun rengekannya hanya dibalas dengan tawa sinis oleh orang-orang yang berada di basement villa itu. Kedua tamu yang membopongku kemudian mendudukanku di sebuah kursi persis di hadapan Riyani .
“Teman-teman, malam ini kita akan mendidik pelacur berjilbab ini supaya mau menjadi budak seks yang patuh. Harap teman-teman duduk di kursi-kursi yang telah disediakan, dan kita akan segera mulai pendidikan buat pelacur yang alim ini” sahut Sanjaya tiba-tiba.
Mendengar itu semua yang ada di basement itu duduk di kursi yang telah disediakan disekeliling tempat Riyani terikat dan menunggu apa yang selanjutnya Sanjaya akan lakukan terhadap Riyani .
“Riyani , ini kesempatan kamu yang terakhir. Kamu bisa secara sukarela menjadi budak seksku yang patuh atau aku akan memaksamu menjadi taat dan menurut padaku? Kedua-duanya pada akhirnya kamu akan menjadi budak seksku yang patuh, namun cara kedua pasti jauh lebih menyakitkan” kata Sanjaya kemudian sambil tertawa “Kamu boleh dan bahkan harus tetap berpenampilan seperti biasa, anggun, sopan, berjubah dan berjilbab lebar.
Tetapi kau harus dengan suka rela menjadi budak seksku, melayaniku kapanpun aku mau, dimanapun dan dengan cara apapun”
Mendengar itu aku melihat ekspresi ketakutan yang amat sangat di wajah Riyani . Riyani semakin kencang meronta-ronta berusaha melepaskan diri, jilbabnya menjadi berantakan. Tangisannya semakin keras, permohonan minta dilepaskan juga semakin keras.
“Ok, kalalu kamu mau dengan cara yang menyakitkan” kata Sanjaya setelah melihat Riyani tetap berusaha melepaskan diri.
Sanjaya kemudian mengambil sebuah cambuk kuda dan berdiri di belakang Riyani . Aku melihat Riyani merinding ketakutan melihat cambuk kuda tersebut.
“Ctaarr….ctttarr….cttaaarrr…..” suara cambuk 3 kali berbunyi disertai raungan kesakitan Riyani . Sanjaya telah mencambuk punggung Riyani dengan keras.
Raungan tangis Riyani semakin keras, badannya tetap meronta-ronta untuk melepaskan diri.
“Cttaar…cttarr…ctarr..ctaarrr…” bunyi cambuk kembali bertubi-tubi mendera punggung Riyani hingga Riyani pingsan. Melihat Riyani pingsan salah seorang tamu wanita mengguyurkan air ke kepala Riyani untuk membangunkannya.
Ketika Riyani siuman, Sanjaya menanyakan kepada Riyani apakah Riyani bersedia menjadi budak seksnya. Setiap kali Riyani mengatakan tidak atau berusaha meronta-ronta untuk melepaskan diri, maka bunyi cambuk akan terdengar lagi, dan kali ini tidak hanya mendera punggung Riyani , namun juga mendera ke pantat, kedua payudara dan vaginanya. 30 menit Riyani dicambuki seluruh tubuhnya, bekas-bekas cambuk berwarna kemerahan terlihat disekujur tubuhnya. Tubuh Riyani sudah kelihatan lemas. Tidak ada lagi raungan tangis keluar dari mulutnya.
“Bagaimana Riyani , apakah kamu sekarang bersedia jadi budak seksku?” tanya Sanjaya kemudian.
Riyani hanya menggelengkan kepalanya secara lemah tanda penolakannya.
“Ok, kalau kamu tetap tidak mau. Kita akan ke tahap selanjutnya. Kita lihat sampai mana kamu tahan siksaan ini” sahut Sanjaya kepada Riyani sambil mengisyaratkan sesuatu kepada seorang tamu wanita.
Tamu wanita yang diberi isyarat oleh Sanjaya kemudian maju ke depan. Dia membawa sebuah jarum dan sebuah cincin yang terbuat dari emas dan menyerahkannya kepada Sanjaya . Kemudian Sanjaya berjongkok di depan vagina Riyani . Dibukanya vagina Riyani secara perlahan. Mengetahui akan apa yang akan terjadi, Riyani meronta-ronta dengan hebat, namun beberapa tamu maju ke depan dan memegang erat-erat tubuh dan pinggul Riyani sehingga Riyani tidak dapat bergerak.
“Jangan…jangan….” pinta Riyani lirih.
“AAAUOOCCCHHH….” Kemudian terdengar teriakan Riyani . Ternyata Sanjaya menusuk bibir dalam bagian atas vagina Riyani dengan jarum dan kemudian memasukkan cincin tersebut dalam lubang yang telah dibuatnya pada bibir vagina Riyani tersebut.
Raungan keras kesakitan Riyani membahana di basement itu, kemudian Riyani kembali pingsan. Kemudian Sanjaya kembali berdiri dan mundur beberapa langkah untuk melihat hasil kerjanya. Dia terlihat puas dengan apa yang telah diperbuatnya pada Riyani . Riyani terlihat dalam posisi terikat, masih pingsan dengan sebuah cincin di bibir atas vaginanya dengan sedikit darah terlihat disekitar bibir atas vaginanya. Seorang tamu wanita kembali mengguyurkan air ke kepala Riyani dan membersihkan vagina Riyani dari bekas darah tersebut. Kemudian tamu wanita tersebut memberikan wewangian ke hidung Riyani agar Riyani siuman. Siuman dari pingsannya, terlihat sekali Riyani menahan sakit di vaginanya. Kemudian Sanjaya kembali menghampiri Riyani dengan membawa jarum tersebut lagi beserta sebuah cincin emas lainnya. Tangan kiri Sanjaya kemudian meraih puting payudara sebelah kiri Riyani dan tangan kanan Sanjaya memegang jarum siap menusuknya.
“Jangan….jangan….ampun….jangan…sakit…saya bersedia jadi budak seks Pak Sanjaya asalkan jangan siksa saya lagi” tiba-tiba terdengar suara pelan Riyani .
Mendengar hal itu Sanjaya dan tamunya tertawa penuh kemenangan.
“Benar kamu mau jadi budak seksku dan menuruti semua keinginanku” Tanya Sanjaya kepada Riyani .
“Iya…iya….saya mau…tolong jangan sakiti saya lagi” jawab Riyani menyerah.
“Ok, bagus..bagus…, ladies…beri hadiah kepada budak seksku yang baru ini, buat dia menikmati statusnya yang baru sebagai budakku” kata Sanjaya sambil memberi isyarat kepada para tamu wanita untuk maju ke depan.
Para tamu wanita tanpa perlu diperintah lebih lanjut langsung maju ke depan mengelilingi Riyani . Satu tamu wanita berjongkok di hadapan vagina Riyani dan mulai menjilati dan menghisap-hisap vagina Riyani . Tamu-tamu yang lain menciumi dan menjilati kedua payudara Riyani , paha Riyani , punggung Riyani dan sekujur tubuhnya.
15 Menit diperlakukan demikian terlihat tubuh Riyani mulai mengkhianatinya. Riyani mulai meliuk-liukan badannya mengikuti permainan para tamu wanita tersebut di seluruh tubuhnya. Melihat reaksi Riyani , para tamu wanita tersebut semakin ganas mengerjai tubuh Riyani . Jari-jari tangan mereka secara bergantian keluar masuk vagina Riyani yang mana hal tersebut semakin membuat Riyani tidak dapat mengontrol tubuhnya. Tidak beberapa lama kemudian terdengar erangan Riyani tanda Riyani telah mencapai orgasmenya yang disambut oleh tepuk tangan meriah dari para tamu pria di basement itu. Tidak menunggu sampai orgasme Riyani reda, Sanjaya kemudian melepaskan ikatan Riyani dan membimbingnya untuk berdiri di hadapanku.
“Mulai sekarang istrimu adalah budak seksku. Mulai sekarang aku harus didahulukan oleh istrimu dan bukan kamu lagi. Apabila kamu macam-macam rekaman dvd persetubuhan istrimu akan aku sebar di internet, kukirimkan pada orang tua kalian dan masalah hutangmu akan aku tuntut” kata Sanjaya kepadaku.
Aku hanya diam tercekat oleh ancaman Sanjaya itu. Badanku masih lemas sehingga aku tidak dapat berbuat apa-apa meskipun sebenarnya ingin aku meninju Sanjaya . Kemudian Sanjaya mengaitkan sebuah bel kecil keperakan di cincin emas yang berada di bibir atas vagina Riyani , dan kemudian Sanjaya mengetes bunyi bel tersebut dengan jarinya.
“Ting…ting…ting” terdengar bunyi bel pelan.
Riyani kemudian diposisikan membungkuk ke depan dengan kedua tangan bertumpu di kedua pegangan kursi tempat aku duduk. Pantatnya di keataskan sedikit oleh Sanjaya sehingga Riyani sedikit berjinjit dengan pantat sejajar dengan selangkangan Sanjaya . Wajah Riyani dengan wajahku menjadi berhadapan dengan sangat dekat. Aku tidak bisa melihat tubuh istriku karena jilbab lebarnya terurai dan menutupi punggung dan dadanya. Lalu Sanjaya memelorotkan celananya sendiri. Terlihat penis Sanjaya yang besar sudah mengacung keras, dan tanpa basa basi lagi dimasukkannya penis besar itu ke dalam vagina Riyani dari belakang. Erangan kecil keluar dari mulut Riyani disertai bunyi bel berdenting beberapa kali. Mata Riyani terpejam rapat. Aku melihat ke bawah ke arah vagina Riyani . Terlihat vagina Riyani sudah penuh dengan penis Sanjaya yang besar dengan sebuah bel kecil yang bergoyang-goyang tergantung dari bibir atas vaginanya. Sanjaya mulai memompa penisnya keluar
masuk vagina Riyani yang disertai erangan-erangan kecil Riyani dan bunyi bel yang bergoyang. Tubuh Riyani terdorong ke depan sehingga wajahnya sekarang berada disamping kuping kananku.
Terdengar erangan-erangan Riyani di kupingku setiap kali penis Sanjaya yang besar memasuki vaginanya.
“Maafkan aku mas, aku tidak kuat disiksa…” tiba-tiba bisik Riyani di kupingku. Aku tidak menjawab dan hanya diam saja.
Genjotan-genjotan penis Sanjaya pada vagina Riyani semakin keras, dan erangan-erangan Riyani semakin terdengar keras. Badan Riyani mulai mengikuti irama permainan Sanjaya . Terlihat vagina Riyani sudah sangat basah, cairan kewanitaannya mulai terlihat membasahi kedua paha dalamnya.
“Wah vagina istrimu sangat basah…dia sangat menikmatinya” kata Sanjaya kepadaku sambil tertawa.
“Saatnya kita ke tahap selanjutnya” kata Sanjaya kemudian sambil dengan tiba-tiba memasukkan 2 jarinya secara kasar ke dalam anus Riyani .
Jeritan keras terdengar dari mulut Riyani . Riyani berusaha menarik badannya namun dengan sigap Sanjaya menahannya.
“Diam Riyani !!!” hardik Sanjaya kepada Riyani .
Setelah beberapa menit puas mengobok-obok anus Riyani dengan kedua jarinya, Sanjaya lalu mencabut penisnya dari vagina Riyani dan mengarahkannya ke anus Riyani . Sanjaya menarik badan Riyani ke belakang sehingga wajah Riyani sekarang kembali berhadapan dengan wajahku. Terlihat wajah kesakitan dari Riyani ketika penis Sanjaya yang besar mulai memasuki lubang anusnya. Air mata mulai meleleh dari kedua mata Riyani . Jilbabnya semakin basah terkena keringat dan air mata. Perlu beberapa menit sampai seluruh penis Sanjaya masuk ke dalam lubang anus Riyani , dan kemudian Sanjaya mulai memompa penisnya keluar masuk lubang anus Riyani . Jeritan-jeritan sakit terdengar dari mulut Riyani , matanya kembali terpejam menahan sakit. Dua tamu wanita kemudian mendatangi Riyani dari kedua sisi. Salah satunya membawa vibrator yang cukup besar dan menyalakannya.
“Ziiing…….” terdengar bunyi vibartor itu. Salah satu tamu wanita tersebut kemudian berjongkok disisi sebelah kiri Riyani dan memasukan vibrator tersebut ke dalam vagina Riyani yang disertai erangan-erangan Riyani . Tamu wanita yang lainnya berjongkok disisi kanan Riyani dan mulai meraba-raba dan menciumi payudara Riyani yang bergantung bebas. Tubuh Riyani kembali terdorong ke depan, sehingga wajahnya kembali berada disebelah kuping kananku. Badan Riyani bergoyang hebat dikarenakan genjotan penis Sanjaya di lubang anusnya dan genjotan vibrator di vaginanya. Erangan-erangan Riyani terdengar keras bersahut-sahutan dengan bunyi vibrator dan bel yang bergoyang keras di bibir atas vaginanya.
Erangan-erangan Riyani tidak lagi terdengar sebagai erangan kesakitan tapi telah berubah menjadi erangan kenikmatan. Tanpa disadarinya, Riyani mulai menciumi kuping dan leherku dan sesekali menggigit pelan leherku. Tidak butuh waktu lama untuk Riyani mencapai orgasmenya kembali, badannya mengejang hebat disertai lenguhan kecil ketika dia mencapai puncak orgasmenya. Namun Sanjaya belum ada tanda-tanda bahwa Sanjaya akan mencapai orgasmenya. 40 menit telah berlalu, Riyani telah berkali-kali mengalami orgasme, sampai akhirnya Sanjaya memuntahkan seluruh spermanya didalam anus Riyani . Sanjaya kemudian menarik penisnya keluar dari lubang anus Riyani dan membimbing Riyani ke matras di tengah basement itu. Ternyata salah satu tamu pria Sanjaya telah tidur terlentang di atas matras itu dengan keadaan telanjang bulat dan penis besar yang mengacung ke atas.
Sanjaya membimbing Riyani menduduki penis tersebut. Riyani hanya menurut saja apa yang dikehendaki Sanjaya . Setelah penis besar tamu Sanjaya yang bernama Liem itu masuk seluruhnya ke dalam vagina Riyani , Liem kemudian menarik kedua putting payudara Riyani sehingga posisi badan atas Riyani meniduri dada Liem. Liem lalu mencium bibir Riyani dengan ganas, dan aku melihat Riyani melayaninya. Lidah Riyani dan lidah Liem bertautan, mereka berciuman dengan ganasnya. Sementara itu Zhou yang juga sudah telanjang bulat mendekati pantat Riyani dari belakang, dan tanpa basa-basi memasukan penisnya yang juga besar ke dalam lubang anus Riyani , sehingga sekarang posisi Riyani terjepit di antara tubuh Liem dan Zhou dengan 2 penis menancap masing-masing di vaginanya dan di anusnya.
Mata Riyani terlihat berbinar ketika Liem dan Zhou mulai memompa penisnya masing-masing pada vagina dan anus Riyani . Tidak ada lagi penolakan dari Riyani , bahkan Riyani turut menggoyang-goyangkan pinggulnya seirama dengan genjotan Liem dan Zhou.
“Lihat, istrimu yang alim dan berjilbab itu mulai menikmati dan menerima statusnya yang baru sebagai budak seks. Saya harap kamu juga dapat menerimanya. Kamu tidak mau kan rekaman dvd istrimu tersebar dan kamu dipenjara karena hutang 4 milliar itu, lagipula aku lihat kamu juga mulai menikmatinya, lihat penis kamu mulai membesar” bisik Sanjaya kepadaku.
“Kamu menurut saja, dan kamu dapat mendapatkan impianmu selama ini, yaitu melihat istrimu disetubuhi pria lain” lanjut Sanjaya kepadaku.
Aku hanya mengangguk pelan. Terus terang melihat Riyani disandwich oleh 2 laki-laki tua telah membangkitkan nafsu birahiku. Obat yang diberikan Sanjaya kepadaku mulai memudar dan tubuhku mulai tidak lemas lagi, namun bukannya aku membantu Riyani melepaskan diri tapi aku malah menikmati adegan seks di depanku. Terasa lama sekali untuk Liem dan Zhou mencapai orgasmenya, namun sebaliknya sangat cepat sekali Riyani mengalami orgasme. Setelah Riyani mengalami orgasme berkali-kali, barulah Liem dan Zhou secara bersamaan memuntahkan spermanya masing-masing dalam vagina dan anus Riyani . Selesai memuntahkan spermanya dalam anus dan vagina Riyani , Liem dan Zhou segera digantikan oleh tamu pria yang lainnya.
Kali ini giliran Lam dan satu tamu lainnya yang bernama Kong. Riyani diposisikan tiduran terlentang di atas tubuh gemuk Lam dengan penis Lam yang menancap di anus Riyani , sedangkan Kong menancapkan penisnya ke dalam vagina Riyani dari atas. Lam dan Kong dengan segera menggenjot penisnya masing-masing dengan kasar pada vagina dan anus Riyani . Riyani terlihat kepayahan melayani nafsu Lam dan Kong. Kedua tangan Riyani bertumpu di dada Lam, kedua kakinya terbuka lebar memberikan akses seluas-luasnya bagi penis Kong di vaginanya. Sementara itu, ketiga tamu wanita yang semuanya telah telanjang bulat menyerbu penisku, mereka memelorotkan celana dan celana dalamku dan mulai menjilati penisku secara bergantian yang membuat nafsu birahiku semakin memuncak.
Tanganku mulai berani meraba-raba payudara ketiga wanita tersebut. Riyani kadang-kadang terlihat memandang ke arahku yang sedang dioral service oleh ketiga tamu wanita tersebut. Entah cemburu atau karena tidak mau kalah melihat aku menikmati service ketiga tamu wanita tersebut, Riyani kembali berkonsentrasi dengan persetubuhannya dengan Lam dan Kong. Tangan kanannya meraih belakang kepala Kong dan ditariknya kedepan dan Riyani menciumi bibir Kong dengan ganasnya.
Lidah Riyani terlihat bermain dengan lidah Kong, pinggul Riyani bergoyang makin hebat seakan-akan memberi semangat untuk Lam dan Kong agar menggenjot penisnya masing-masing dengan semakin ganas pada vagina dan anusnya. Orgasme demi orgasme melanda Riyani , sampai akhirnya Lam dan Kong menghabiskan seluruh spermanya dalam vagina dan anus Riyani . Aku sendiripun telah mengalami orgasme, seluruh spermaku ditelan habis oleh ketiga tamu wanita tersebut. Setelah selesai menghabiskan seluruh spermaku, ketiga wanita tersebut bermain seks bertiga. Rupanya mereka adalah lesbian. Ketika aku bermaksud untuk ikut serta, secara halus mereka menolakku. Sementara itu Riyani masih melayani kelima pria tua di atas matras. Mereka secara bergantian atau bersama-sama menyetubuhi Riyani dengan berbagai macam gaya seks. Terkadang seluruh lubang yang ada di Riyani yaitu mulut, vagina dan anus Riyani harus melayani penis-penis pria-pria tua tersebut secara bersamaan.
Terlihat juga Riyani melayani kelima pria tua tersebut secara bersamaan. Riyani duduk di atas Sanjaya yang berbaring terlentang dimatras dengan penis Sanjaya pada vagina Riyani , sedangkan Kong asyik menggenjot anus Riyani dari belakang. Secara bersamaan mulut Riyani menjilati dan menghisap penis Lam, sedangkan tangan kiri Riyani sibuk mengocok penis Zhou dan tangan kanan Riyani sibuk mengocok penis Liem. Terlihat suatu adegan yang fantastis di hadapanku, Riyani istriku yang cantik, berkulit putih dan mulus sibuk melayani 5 pria tua yang semuanya bertubuh gemuk dan berbulu lebat. Erangan-erangan mereka membahana di basement itu disertai bunyi bel kecil yang tergantung di bibir atas vagina Riyani . Orgasme-orgasme silih berganti melanda mereka. Sudah banyak sekali sperma kelima pria tua itu memenuhi vagina, lubang anus dan mulut Riyani . Bekas-bekas sperma nampak dibibir vagina dan lubang anus Riyani , juga demikian di bibir mulut Riyani , namun mereka terus bersetubuh sepanjang malam itu sampai pagi menjelang ketika mereka semua kehabisan tenaga dan tidur bersama di basement itu dengan keadaan telanjang bulat.
Hari sudah siang ketika Riyani dan kelima pria tua bangun, merekapun mandi bersama-sama. Ketiga tamu wanita sudah tidak nampak di villa, kelihatannya mereka sudah pulang duluan ke Jakarta. Tidak terasa sudah dari jumat malam aku dan Riyani berada di villa. Sekarang sudah hari minggu, namun tidak terlihat Sanjaya dan 4 pria lainnya akan pulang ke Jakarta. Mereka masih asyik menyetubuhi budak seks barunya, yaitu Riyani istriku yang berjilbab dan alim.
Tidak henti-hentinya mereka menyetubuhi Riyani baik secara bergantian maupun secara bersama-sama. Mereka menyetubuhi Riyani baik di ruang tengah, di ruang makan, di kolam renang, di jacuzzi maupun di kamar tidur. Boleh dibilang Riyani tidak sempat berpakain, hanya jilbab lebarnya yang setia menempel di kepala. Aku melihat Riyani berusaha melayani nafsu binatang mereka dengan sebaik-baiknya. Terlihat sekali istriku sudah menerima status barunya sebagai budak seks. Meskipun terlihat sulit bagi Riyani untuk mengimbangi kemampuan seks kelima pria tua itu, namun Riyani terlihat mulai menikmatinya, terutama apabila Riyani disetubuhi dengan gaya-gaya baru yang belum pernah dicobanya.
Kelima pria itu terus menyetubuhi Riyani sepanjang hari Minggu, Senin sampai hari Selasa, mereka hanya berhenti kalau saatnya makan dan tidur sebentar. Kagum aku melihat stamina kelima pria tua tersebut mengingat usia mereka semuanya sudah di atas 50 tahun. Kadang-kadang ketika mereka beristirahat sebentar, mereka mengijinkanku untuk dioral oleh Riyani , namun mereka tidak pernah mengajakku untuk secara bersama-sama menyetubuhi Riyani .
Hari Rabu pagi, mereka baru mengijinkan aku dan Riyani kembali ke Jakarta dengan instruksi bahwa cincin dan bel kecil di bibir atas vagina Riyani tidak boleh dilepas, mulai sekarang Riyani hanya diperbolehkan memakai jubah dan jilbab saja. Tidak boleh memakai BH serta celana dalam, setiap hari Riyani harus meminum pil anti hamil yang diberikan oleh Sanjaya , Riyani harus selalu mencukur bulu-bulu disekitar vaginanya sehingga vaginanya selalu mulus tanpa bulu sehelaipun, aku tidak boleh menyetubuhi Riyani , aku hanya boleh dioral saja oleh Riyani dan kapanpun Sanjaya dan teman-temannya memanggil Riyani atau datang ke rumah kami, Riyani harus siap melayani. Riyani hanya mengangguk tanda setuju mendengar instruksi Sanjaya sedangkan aku hanya diam tanpa bisa berbuat apapun. Kamipun pulang ke Jakarta pada hari Rabu pagi itu dengan status baru istriku sebagai budak seks pemuas nafsu. Budak seks berjilbab yang alim dan anggun.
Tidak terasa sudah 3 minggu berlalu semenjak kejadian di puncak. Selama tiga minggu itu tidak ada apapun yang terjadi. Aku dan istriku Riyani masih menuruti instruksi yang diberikan Sanjaya sebelum kami pulang dari puncak, namun tidak ada tanda-tanda Sanjaya akan meneruskan aksinya terhadap Riyani . Di kantor tempatku bekerja Sanjaya tidak pernah membicarakan kejadian di puncak itu, dia bertindak seolah-olah kejadian di puncak tidak pernah terjadi dan akupun bekerja seperti biasa yaitu membantu Sanjaya dalam manajemen kantor sehari-hari, meskipun semenjak kejadian 3 minggu lalu itu aku dan Sanjaya menjadi tidak akrab seperti biasanya. Kami jarang mengobrol satu sama lain, adapun apabila harus berbicara dengan Sanjaya hanyalah sebatas pembicaraan yang terkait dengan pekerjaan. Selama tiga minggu itu, Riyani tidak pernah keluar rumah. Bel kecil di bibir atas vaginanya dan larangan memakai BH dan celana dalam membuatnya risih untuk keluar rumah.
Setiap Riyani melangkah pasti terdengar bel kecil itu berbunyi pelan. Mungkin pembantu-pembantu dan supir di rumah sebenarnya mendengar dentingan bel kecil itu, hal itu terlihat di raut wajah mereka ketika Riyani ada di sekitar mereka. Raut wajah mereka menampakkan kebingungan dan kecurigaan karena mendengar bunyi bel kecil dari dalam jubah majikan perempuannya, mereka juga sering melirik dada Riyani yang berguncang ketika berjalan. Namun mereka tidak ada yang berani bertanya ataupun berkata apa-apa.
Di rumahku aku dan Riyani mempekerjakan 2 pembantu wanita, 1 pembantu pria dan seorang supir. Salah satu pembantu wanita kami yang biasa kami panggil bi Minah seorang wanita tua yang bertugas memasak dan mencuci pakaian. Satu pembantu wanita kami yang lain bernama panggilan Mar seorang wanita muda berumur 18 tahunan yang bertugas membersihkan rumah, sedangkan pembantu pria dan supir kami masing-masing bernama Sudin dan Amir. Keduanya berumur sekitar 50 tahunan dan berkulit sangat hitam tanda seringnya terkena terik sinar matahari. Pembantu-pembantu dan supir di rumah terlihat menyadari perubahan pada diri Riyani , terutama Sudin dan Amir. Mereka sering terlihat memandangi istriku di rumah, meskipun setiap kali aku melihatnya mereka memalingkan muka dan pura-pura sedang tidak memandangi Riyani . Riyani di rumah tidak pernah lagi memakai BH dan celana dalam, semua BH dan celana dalamnya sudah aku bakar habis, hal itu sesuai dengan instruksi Sanjaya .
Ada rasa kekuatiran bahwa pembantu dan supir di rumah mengetahui hal itu, apalagi setelah melihat akhir-akhir ini Sudin dan Amir sering memandangi istriku dengan tatapan yang lain, sedikit mesum terpancar di muka mereka yang hitam itu. Tidak terasa sudah 3 minggu berlalu semenjak kejadian di puncak…, ketika pada suatu malam telepon kami berdering. Riyani mengangkat telepon dan terlihat berbicara dengan serius dengan orang di seberang telepon itu. Setelah 10 menit berbicara, Riyani menutup telepon dan dengan muka pucat menghampiriku. Riyani menceritakan bahwa yang menelepon barusan adalah Sanjaya . Sanjaya akan datang ke rumah besok siang dan memerintahkan istriku untuk mempersiapkan diri…
Keesokan harinya, aku ke kantor seperti biasanya, karena ketika Sanjaya menelepon Riyani tadi malam, Sanjaya tidak menginstruksikan apa-apa yang berkaitan dengan diriku. Hari itu di kantor Sanjaya memberikanku banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Terus terang aku tidak bisa konsentrasi di kantor. Perasaanku campur aduk mengingat telepon Sanjaya pada istriku tadi malam, namun Sanjaya tidak mengatakan apapun kepadaku tentang janjinya dengan Riyani siang ini. Sanjaya memperlakukanku seolah-olah aku tidak mengetahui rencananya siang ini dengan Riyani . Menjelang istirahat makan siang, aku melihat Sanjaya meninggalkan kantor.
Melihat itu hatiku semakin campur aduk. Aku bisa menebak Sanjaya akan pergi kemana, namun aku tidak bisa berbuat apa-apa, masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan di kantor. Aku semakin tidak bisa konsentrasi dan pikiranku semakin kacau ketika jam sudah menunjukkan pukul 3 sore dan belum ada tanda-tanda Sanjaya kembali ke kantor. Akhirnya aku memutuskan untuk menelepon Hp Riyani . “Tuut…tuut…tuut…” bunyi nada panggil di Hp Riyani tidak ada yang mengangkat. Setelah beberapa detik kemudian baru ada yang mengangkat, dan yang mengangkat adalah Sanjaya .
“Harto, tenang saja, Riyani tidak apa-apa, kamu tidak perlu kuatir” suara Sanjaya terdengar seakan-akan dia tahu kekuatiranku.
“Kamu tolong selesaikan dulu pekerjaan-pekerjaan yang saya kasih hari ini” perintah Sanjaya kemudian lalu menutup Hp itu.
Perasaanku semakin kacau balau karena mengetahui ternyata Sanjaya masih berada di rumahku, apalagi secara sayup-sayup aku mendengar erangan-erangan istriku di latar belakang suara Sanjaya di HP. Dengan perasaan kalut akupun berusaha dengan cepat mengerjakan semua pekerjaan yang diberikan Sanjaya kepadaku. Namun karena banyaknya pekerjaan yang diberikan Sanjaya , aku baru bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tersebut kurang lebih pukul 7 malam. Begitu semua pekerjaan selesai, akupun segera pulang ke rumah. Di jalan, Amir supirku aku suruh mengendarai mobil dengan cepat sehingga aku dapat sampai ke rumah dengan segera.
Sesampainya di rumah, aku melihat mobil Sanjaya masih berada di depan rumahku. Aku sempat mendengar Amir supirku mengatakan “Kok ada mobil Pak Sanjaya ?”, namun aku tidak menjawab atau memperhatikan kata-kata supirku lagi, aku langsung keluar mobil dan masuk rumah dari pintu samping.
Di dalam rumah, aku tidak melihat istriku atau Sanjaya di ruang tamu maupun di ruang tengah. Akupun langsung naik ke lantai atas menuju kamar tidur utama rumahku. Pintu kamar utama ternyata terkunci dari dalam. Aku mengetuknya pelan beberapa kali sambil memanggil-manggil nama Riyani . Setelah beberapa menit, pintu kamar itu terbuka. Ternyata yang membukakan pintu adalah Sanjaya . Kemudian Sanjaya mempersilahkan aku masuk ke dalam kamarku sendiri tersebut. Ternyata di dalam kamar sudah ada satu lagi pria yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Sanjaya memperkenalkan aku dengan pria tersebut yang ternyata adalah anaknya Sanjaya .
Namanya Peter, umurnya kurang lebih 20 tahun, badannya kekar tanda dia sering pergi ke fitness center dan matanya sipit seperti bapaknya. Aku belum pernah melihat Peter sebelumnya, karena Sanjaya memang selalu tidak pernah mengajak keluarganya dalam acara-acara kantor. Aku hanya pernah mendengar bahwa Sanjaya adalah seorang duda dengan satu orang anak. Aku mengira bahwa selama ini anaknya Sanjaya berada di Cina, ternyata dugaanku meleset, karena sekarang berdiri di hadapanku, Peter anaknya Sanjaya yang nampak sekali sudah cukup lama berada di Jakarta bersama bapaknya, hal itu dapat dilihat dari betapa fasihnya Peter dalam berbahasa Indonesia. Baik Sanjaya dan Peter sudah berpakaian lengkap, hanya kaus kaki dan sepatu saja yang belum mereka kenakan. Pertama kali melihatku, Peter terlihat canggung dan merasa tidak enak.
“Ter, seperti sudah papa katakan kepadamu, Riyani itu sudah mempunyai suami, dan suaminya telah setuju bahwa kita boleh melakukan apa saja terhadap istrinya. Terbukti kan papa tidak bohong” kata Sanjaya tiba-tiba kepada Peter karena melihat kecanggungan Peter di hadapanku.
“Sekarang kamu nikmati saja malam ini. Papa ada tontonan menarik buatmu” sambung Sanjaya kepada Peter yang membuat jantungku semakin berdegup kencang. Peter yang diajak bicara tidak menjawab, dia hanya mengangguk-angguk pelan.
“Tontonan? Apalagi ini yang akan diperbuat Sanjaya kepada istriku” pikirku kalut dalam hati.
Setelah beberapa menit baru aku bisa menenangkan diri, dan aku baru menyadari bahwa Riyani tidak berada di kamar itu. Rupanya Riyani sedang di kamar mandi untuk membersihkan diri, hal itu aku ketahui dari bunyi shower di kamar mandi yang memang berada di kamar itu. Aku, Peter dan Sanjaya tidak berbicara apapun lagi, kami hanya menunggu Riyani di kamar mandi. Aku merasa canggung berada dengan 2 pria lain di kamarku sendiri. Peter juga terlihat canggung, dia hanya terlihat beberapa kali berbisik kepada Sanjaya . Setelah beberapa menit, Riyani keluar dari kamar. Riyani menggunakan jilbab putih yang tersampir di pundaknya. Riyani terlihat sedikit terkejut ketika dia mengetahui aku sudah berada di kamar.
226 notes · View notes
nadineksn · 5 years ago
Text
CHAPTER 64
***
Setelah melintasi jalan yang tertutup pasir kuning, monster itu sampai di lingkungan ini, beberapa ratus meter jauhnya, dan kakinya yang lembek bergesekan dengan jalan, membuat suara 'srek-srek'.
Pada selaput putih abu-abu itu, An Zhe tidak dapat melihat dimana mata, telinga, tentakel, ataupun hidungnya. Bagaimana caranya memandang dunia? Mendengar, melihat, atau gelombang suara? Hal ini menentukan cara bagaimana mereka dapat melarikan diri.
Xi Bei tergagap, "Apa ... Apa yang harus dilakukan?"
Lu Feng diam. Dia berjalan ke arah jendela dan mengulurkan tangannya untuk mendorong jendela itu. Jendela itu sepertinya menempel atau berkarat. Ketika mendorongnya pertama kali, itu tidak bergerak. Lengannya menjadi kencang kemudian kekuatan dikeluarkan. Jendela membuat suara decitan gesekan logam yang sangat buruk, di dorong sampai membuka celah segitiga kecil.
Pistol gelap keluar melalui celah itu, tetapi kolonel tidak membidik monster itu. Melainkan ke jalan sebelah. Ada sedikit suara 'bang' — sebuah silencer digunakan — yang tidak bisa terdengar lebih dari sepuluh meter.
*(Silencer: peredam suara pistol)
Peluru meninggalkan bayangan hitam di retinanya dan bayangan itu mengenai jendela tepat di sebuah bangunan di jalan sebelah.
Peluru yang Lu Feng gunakan di lapangan berbeda dari peluru biasa yang digunakan ketika mengadili manusia. Bubuk mesiunya terbuat dari paduan uranium yang dipampatkan, serta memiliki daya tembus dan kekuatan penghancuran sekelas selubung peluru baja.
Ada suara keras, — seluruh kaca pecah dan jatuh ke tanah.
Gerakan monster itu berhenti.
Lu Feng menembakkan senjatanya beberapa kali, dan pecahan kaca jatuh dari arah yang dia tuju.
Monster itu mendengarnya dan kaki yang merayap itu berubah arah. Sepertinya monster itu berhenti bergerak untuk beberapa waktu, kemudian perlahan-lahan bergerak menuju sumber suara terdengar. Setelah tiga menit, ia berhenti lagi, beralih dari arah asalnya dan terus berjalan ke lingkungan mereka berada.
Xi Bei tanpa sadar melangkah mundur, wajahnya pucat. "Itu ... itu ... bisakah kau melawannya?"
Bibir tipis Lu Feng bergerak sedikit. Dia menatap ke arah monster itu, matanya menyipit, ekspresinya tenang dan mengerikan.
Selanjutnya, An Zhe melihatnya menjangkau dan melepaskan silencer-nya.
Lalu dia menarik pelatuknya!
"Bang! Bang! Bang!"
Serangkaian tembakkan meledak dengan keras di daerah sekitar monster. Di kota yang sangat sunyi, suaranya seperti petir yang menggelegar.
Monster itu terdiam di tempatnya, tetapi pada saat yang sama, pekikan tajam tiba-tiba terdengar di ujung lain kota.
Segera, sebuah bayangan besar muncul dari arah sana. Seekor burung elang terbang melintasi langit dan membentangkan sayap yang panjangnya puluhan meter, meluncur lebih cepat dari pada peluru, meluncur langsung menuju monster putih yang besarnya sama dengannya!
Monster itu membuat suara frekuensi tinggi sambil memecahkan membran putih, lalu puluhan tentakel seperti duri membentang dan menjerat paruh elang.
Ada suara, 'pop,' tumpul terdengar ketika sayap elang yang seperti baja menembus tubuh monster itu. Monster itu kesakitan dan tentakelnya menyusut seperti tersengat listrik. Elang mengambil kesempatan untuk melarikan diri, ia mengepakkan sayapnya dan segera terbang ke atas. Beberapa meter dari tentakel menyusut. Elang berputar-putar di langit sebelum akhirnya menukik lagi membuat suara angin yang kencang. Paruhnya yang tajam menusuk langsung ke tengah tubuh monster putih itu.
Tiba-tiba, cairan putih dan daging-merah muda terciprat keluar. Paruh tajam menggigit sesuatu dan monster putih itu berputar-putar dan berjuang dengan panik. Tubuhnya terlalu besar sehingga bangunan-bangunan di sekitarnya bergoyang dan tanah bergetar. Di kota manusia ini, dua monster yang tak terbayangkan saling menggigit dan bertarung.
Tanah yang panjangnya ratusan meter ditutupi dengan lendir gelap. Pertempuran ini berakhir dengan monster putih yang hancur dan organ-organ dalamnya yang terkuras habis. Elang terbang memegang serangkaian organ di mulutnya sambil berbalik dan terbang menjauh.
An Zhe menghela nafas lega, baru kemudian dia mengerti niat Lu Feng di balik banyaknya tembakan yang ia lepaskan. Tidak hanya ada satu monster di kota ini. Dia memberi tahu lokasinya dengan suara tembakan, untuk menarik monster lain.
Dia mendengar Xi Bei bertanya, "Kamu ... bagaimana kamu tahu ada burung itu?"
"Aku tidak tahu," katanya, "menebak."
An Zhe melihat ke arah elang terbang menghilang, dalam hal ini, monster terbang tampaknya menunjukkan keunggulan yang tak tertandingi.
Mereka berhasil melarikan diri dari kematian, jadi mereka tidak berbicara lagi. Dalam keheningan, suara orang tua itu tiba-tiba terdengar.
"Waktunya akan tiba," kata kakek dengan suara serak. "Aku berusia 60 tahun dan itu sudah cukup."
Lu Feng melirik ke arah pria tua itu dan bertanya, "Kapan?"
Lelaki tua itu membuka mulutnya, dia menatap langit yang jauh dengan tatapan kegilaan. "Tiba... ketika waktunya tiba."
"Apa yang akan terjadi?"
"Tidak terlukiskan, tidak terbayangkan ..." Suaranya penuh dengan suara serak seperti sekarat. "Lebih besar dari segalanya dan tidak terlihat. Di dunia ini ... akan segera tiba."
Suara Lu Feng rendah, "Bagaimana kamu tahu?"
"Aku sekarat ... aku bisa merasakannya, aku bisa mendengarnya," Suaranya pelan, seperti bisikan yang memanjang.
"Apa yang bisa kamu dengar?"
"Aku dengar ..." Lelaki tua itu berbicara terputus-putus. "Kekacauan—"
Ketika dia mengatakan itu, pria tua itu menatap ke langit gelap di atas kota. Langit sangat rendah, sangat rendah seperti tergantung rendah di bawah cakrawala. Aurora sangat cerah dan cahaya hijaunya juga sangat rendah, bercampur dengan awan gelap. Lu Feng mengatakan alasan mengapa aurora begitu cerah karena pangkalan sedang menyesuaikan frekuensi medan magnet buatan agar lebih kuat.
"Orang-orang tumbuh di tanah dan mati di tanah. Langit ..." Lelaki tua itu memandang langit dengan tenang, suaranya berangsur-angsur menjadi lebih lembut dan lebih tenang. "Langit akan semakin rendah dan semakin rendah."
Begitu kata-kata terakhir keluar dari mulutnya, dia perlahan-lahan melipat kedua tangannya, perlahan menutup matanya.
Xi Bei merendahkan kakinya dan berlutut di depan pria tua itu, meletakkan kedua tangannya di atas lutut yang kurus. "Kakek? Kakek?"
Tidak ada jawaban. Dada pria tua itu berhenti bergerak. Dia telah pergi.
Kematian dalam sekejap.
Xi Bei meneteskan air matanya dan dia membenamkan wajahnya di lutut lelaki tua itu.
Ketika akhirnya dia mengangkat kepalanya lagi, An Zhe berbisik, "Apakah kamu baik-baik saja?"
"Aku... baik-baik saja." Xi Bei menatap kosong ke wajah kakek dan bergumam, "Kakek sebelumnya mengatakan dia tidak takut mati. Dia mengatakan bahwa semua orang yang hidup memiliki misi sendiri. Misinya adalah untuk melindungi tambang dan semua orang di dalamnya. Dia menyaksikan tambang bertahan sampai hari ini, dia sudah ... siap."
*(Dia sudah siap maksudnya, dia(si kakek) udah siap mati.)
Xi Bei menatap wajah lelaki tua itu, wajahnya yang menua dan berdebu. Rambut putihnya berantakan dan kusut di beberapa tempat. Di bawah tanah yang gelap, tidak ada orang yang bisa hidup dengan baik.
(semoga kalian paham maksud berdebu ini guys, mirip kayak orang indo bilang orang sudah tua bau tanah gitu.)
Dia berkata, "Aku... aku akan menemukan sisir."
Dia bangkit dengan perasaan tertekan dan pergi menuju kamar lain.
Seorang manusia tua kini sudah mati.
Di ruangan ini, ada kehidupan lain yang sudah lama mati. An Zhe menoleh melihat sofa di ruang tamu yang memiliki kerangka di atasnya.
Daging dan darahnya membusuk secara alami karena seluruh sofa ditutupi warna hijau, kuning dan jejak berbintik coklat, yang merupakan bekas jamur bertumbuh di atasnya.
"Ini dimulai ketika bakteri super dan jamur serta virus berkembang biak di kota-kota manusia. Mereka menginfeksi semua orang tanpa pandang bulu dan kota-kota penuh dengan mayat. Siapa pun yang telah mengunjungi reruntuhan di alam liar akan mengetahui hal ini." Kata-kata yang pernah diucapkan oleh Shi Ren berbunyi telinganya.
Dia mendongak keluar jendela, bangunan mati, kota mati, penuh kerangka, dan setiap kerangka adalah nyawa yang mati.
Lu Feng melihat tatapan An Zhe, masih begitu tenang seperti sebuah foto. Namun, di bawah pantulan langit yang gelap, gerakan halus di wajahnya yang tenang dan cantik ini terintegrasi bersama, menghadirkan kabut kesedihan yang tak terlukiskan.
Lu Feng memalingkan wajahnya, mengamati kota, dan berkata, "Ketika pangkalan manusia dibangun, ada pencarian dan penyelamatan yang komprehensif. Tetapi kekuatan pangkalan tidak cukup kuat dan banyak kota kecil tidak menerima penyelamatan tepat waktu."
An Zhe memandangi bangunan-bangunan yang tak berujung seperti laut. Butuh waktu setidaknya beberapa jam untuk berjalan dari ujung kota ke ujung lainnya. Dia dengan lembut bertanya-tanya, "Apakah ini kota kecil?"
"Ya."
Mata An Zhe sedikit melebar.
Menurut Lu Feng, kota yang sangat luas ini hanyalah kota kecil yang terlambat diselamatkan.
Jadi, seberapa besarkah dunia manusia sebelum bencana? Dia tidak tahu.
Karena ada manusia yang tersebar di sekitar kota ini yang berjuang untuk selamat dari bencana, apakah ada lebih banyak tempat dimana banyak orang yang belum diselamatkan dan terus bertahan hidup, putus asa, lalu mati? Kota ini penuh dengan kerangka, dan pangkalan sendiri bukan tempat yang aman atau damai. Seluruh dunia manusia larut dalam kesedihan.
Dan dunia yang begitu besar seperti ini berangsur-angsur akan hancur. — Membayangkan pemandangan ini, An Zhe seperti melihat matahari yang besar saat senja secara bertahap terbenam ke langit hitam, pada kematian yang berkepanjangan.
"Prang!"
Dalam keheningan ini, suara benda jatuh ke tanah terdengar di kamar sebelah.
Lu Feng berteriak, "Ada apa?"
Tidak ada jawaban, hanya suara napas Xi Bei yang gemetar. Lu Feng mengerutkan kening, memegang pistolnya, berbalik dan berjalan. An Zhe mengikutinya.
Ruangan itu kosong. Tidak ada monster atau musuh. Hanya punggung Xi Bei yang menghadap mereka, bergetar hebat. Awalnya, An Zhe mengira dia menangis. Kemudian setelah berjalan ke sisinya, An Zhe melihatnya sedang menatap sebuah sisir di tangannya.
Sulit bagi An Zhe untuk menggambarkan sisir kayu itu, karena ini bukan sisir tunggal, tetapi dua sisir yang digabung menjadi satu. Mirip seperti sisir coklat pada umumnya dengan sepuluh centimeter panjang pegangannya dan gerigi sisir yang bagus. Dua pegangan sisir kayu polos menyatu bersama seperti diukir dari kayu yang sama. Sisirnya miring 45 derajat, satu ke kiri dan satu ke kanan, berpisah seperti huruf V.
Namun, jika sisir ini awalnya hanya dua sisir biasa, bagaimana bisa sisir ini menyatu?
Kayu, sepotong kayu, adalah benda yang paling umum dan paling aman, namun karena penampilan sisir ini yang di luar imajinasi mereka, membawa teror menakutkan.
Lu Feng berjalan ke meja rias tempat Xi Bei mendapatkan sisirnya. Ini jelas kamar wanita sebelum era bencana. Di meja rias berwarna putih gading, ada botol yang tak terhitung jumlahnya, kaleng, dan beberapa alat besar dan kecil.
Lu Feng mengulurkan tangan untuk membersihkan debu di cermin. Dia menyeka satu lapisan tetapi ada lapisan lain di bawahnya. Debu itu tampak tertanam di dalam cermin. Cermin itu selalu kabur, mengubah bentuk tubuh mereka menjadi bayangan hitam.
An Zhe melihat ini dan tiba-tiba teringat ketika dia memanjat tembok kota luar. Pasirnya telah jatuh ke bawah tetapi pasirnya masih menempel di temboknya, seolah-olah tembok itu telah menjadi campuran pasir dan baja.
Lu Feng tidak lagi memandangi cermin, alisnya berkerut, dia melirik alat make up yang besar dan kecil. Pada akhirnya dia mengulurkan tangan dan mengambil pinset yang panjang dan berkarat. Tidak, bukan pinset karena pinset logam sudah menempel dengan pemangkas alis plastik. Mereka merekat bersama-sama dan bagian-bagian yang saling menempel berubah menjadi bentuk 'X' dengan mulus. Tidak jelas apakah bahan ini logam atau plastik, atau senyawa baru yang manusia sendiri tidak tahu.
Jari-jari Xi Bei bergetar, sisir jatuh ke tanah yang berdebu.
"Kota ini ..." katanya, "ada yang aneh? Ayo... ayo pergi."
"Bukan kota ini," kata Lu Feng padanya.
Dia menatap pinset yang menyatu dengan pemangkas alis dan menyatakan, "Mesinnya."
(Aku gatau kenapa ini jawabannya mesin guys, jangan bingung karena aku juga bingung.)
Kata-kata ini seperti guntur di saat ini. Dalam mesin, terdapat struktur mekanik yang kompleks dan jika struktur itu rusak... —
Jika perubahan aneh seperti ini terjadi dalam mesin, seperti kecelakaan pesawat, semua akan berakhir.
An Zhe membungkuk dan mengambil sisir. Dia tidak melihat adanya kerusakan, namun ukiran pada gagangnya kacau dan berantakan. Tidak diketahui bagaimana ini menyatu, seperti tentakel hitam dalam buku panduan penerbangan.
Mata An Zhe semakin membesar. Tiba-tiba, kata-kata yang diucapkan Nyonya Lu ketika dia berubah menjadi lebah ratu yang terbang di langit tanpa batas memenuhi telinganya.
"Gen manusia terlalu lemah untuk merasakan perubahan yang terjadi di dunia ini."
"Kita semua akan mati. Semua usaha akan sia-sia. Semua usaha ini hanya akan membuktikan betapa kecil dan tidak berdayanya manusia."
Memori-memori ini terlintas di benak An Zhe seperti kilat menyambar di langit.
Jika, kata mereka — ... ketika manusia dan monster, atau monster dan monster saling tumpang tindih atau melakukan kontak atau berjarak tertentu, maka infeksi genetik akan terjadi — tidak, ini salah, sama sekali salah.
"Gen ...," gumamnya, "bukan gen ..."
Masalahnya bukan gen sama sekali. Manusia berpikir bahwa perubahan gen adalah akar penyebab mutasi. Namun, mutasi adalah pencampuran dan reorganisasi daging dan darah antara makhluk hidup dan makhluk hidup. Karakteristik mereka sendiri telah berubah tetapi perubahan ini terjadi melalui perubahan genetik.
Jika makhluk hidup saling terinfeksi satu sama lain, jika sifat-sifat makhluk hidup berubah seketika, mengapa benda mati lain juga tidak? Apa perbedaan antara tubuh biologis dan spiral DNA dengan benda mati lainnya? Dengan demikian, kertas dan kayu juga akan saling menginfeksi benda lainnya, seperti baja dan plastik.
Lalu semua benda di dunia ini juga akan saling menginfeksi.
Hanya saja proses ini terjadi secara bertahap. Arusnya baru saja mengalir. Ini hanya permulaan yang baru saja muncul di hadapan manusia, dengan kontaminasi gen secara biologis.
Pada akhir-akhir ini, ketika medan geomagnetik menghilang, monster tipe hybrid akan makan dengan rakus dan memakan gen makhluk lain untuk mereka sendiri. Mereka seperti manusia yang menimbun makanan untuk menghadapi musim dingin.
Apakah mereka sudah merasakan sesuatu?
Suara Xi Bei bergetar. "Pada akhirnya ..."
Dia tidak bisa menyelesaikan.
Era apa ini? Bencana macam apa yang mereka hadapi? Apa yang sebenarnya terjadi?
Apa ini?
Apa ini?
Sebuah kilat menyambar langit, jendela bergetar dan angin berdesir di kejauhan, membuat suara panjang yang mengalir ke dalam ruangan, pakaian mereka bergoyang dan berkibar dengan kencang.
An Zhe mendongak ke atas, dia dan Lu Feng saling menatap, — mata hijau dingin yang gelap seperti langit di luar. Saat mereka saling memandang, guntur terdengar di langit. Langit menjadi lebih rendah dan di antara langit dan bumi yang luas, hujan turun.
Dalam hujan, segala sesuatu di luar tidak bisa dilihat atau didengar. Hanya ada kelabu tak berujung, kekosongan tak berujung, kengerian tak berujung.
Suara lembut Nyonya Lu dan suara serak kakek tumpang tindih di telinga An Zhe. "Waktunya akan tiba."
***
Kalau ada yang aneh atau ngga ngerti jangan lupa kasih tau ya!
15 notes · View notes
your-typical-readers · 4 years ago
Text
senyum manis laksana jajanan SD
Gadis dengan rambut sebahu itu mengerjapkan matanya berkali kali, tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya. tak mungkin, ia bilang kepadaku akan pergi jauh. coklat panasnya sudah mulai dingin, namun ia tak peduli; hatinya panas sekarang. Pandangannya tak lepas dari sosok yang sampai saat ini masih memenuhi relung hatinya.
Kata-kata itu terdengar lagi, semua kejadian muncul di kepalanya bak sedang menertawakannya yang tak kunjung juga bisa beralih dari masa lalu, sialan. Bagaimana awal mereka bertemu, bagaimana senyumnya terbit dari wajah manis itu, sampai bagaimana cara ia menatap. Ia masih ingat semua, bahkan sampai hal terkecil, seperti harum parfumnya, sepatu kesukaannya, kebiasaannya sehari-hari sampai hobinya beberapa bulan kebelakang.
Anggaplah ia gila, musyrik ( karena lebih percaya lelaki itu) atau bahkan apapun itu. saat itu sangat indah, siapapun akan setuju dengan ucapannya jika melihat langsung. seorang wanita yang selalu memakai tas ransel kecil menghabiskan waktunya dengan pria yang memiliki mata teduh. sumpah demi jingganya matahari sore, aku seperti tenggelam dalam matanya.
Lalu senyumnya, kelewat indah sampai ku pikir pelangi akan cemburu melihatnya. Sialnya ia jarang tersenyum, OH! aku beberapa kali berhasil menerbitkan sabit itu dari wajahnya. Aduhai, bahkan jajanan permen di depan SD-pun akan minder melihatnya. Katanya ia tak suka tersenyum, tak cocok dengan wajahnya lagi pula wajah dinginnya tak cocok jika disandingkan dengan senyuman manis itu. Aku mengangguk setuju saja saat ia bilang begitu, padahal hatiku mengutuknya habis habisan, bagaimana bisa ia membenci senyum itu? jika aku jadi dirinya akan kusuguhkan seluruh dunia senyum itu tiap harinya.
Langkahnya yang panjang panjang itu takkan menyulitkanku, toh tinggiku tak jauh darinya walau usia kami tertaut 3 tahun. Dia juga pernah bilang kepadaku kalau ia malu jika tak memakai topi, katanya rambutnya kelewat halus jadi jika tidak pakai penutup kepala ia akan terlihat seperti profesor rambut tipis yang rambutnya belah tengah, aku tertawa saja mendengarnya; pura pura setuju karena menurutku apapun yang ia pakai takkan mengubah cara pandangku kepadanya ya kecuali jika tiba tiba dia memakai koteka sih.
brak “eh, Nara ya? apakabar?”
Aku tersadar dari lamunan dan segera di hadapkan dengan kenyataan bahwa yang ada di depan ku adalah...
“Halo Ra?” ujarnya sambil memperhatikanku,
“eh iya, kak Raka ya?” ucapku hati hati.
“Eh iya bener ternyata Nara, hai apakabar Ra?”
“Kabarku baik kok, kakak sendiri gimana?” belum selesai aku bertanya lelaki yang dipanggil Raka ini membelakangiku, seperti memanggil seseorang,
“Nah Ra, ini Nadine, pacarku.”
“E-eh iya, hai kak, namaku Nara” ucapku satu paket dengan senyum simpul,
“Hai Nara, aku Nadine” jawabnya
setelah basa-basi singkat ia dan kekasihnya meninggalkanku dengan coklat panasku,
“Senyumnya masih semanis jajanan SD ya” ujarku pelan.
1 note · View note