#psycorner
Explore tagged Tumblr posts
salihaofc · 5 years ago
Text
Membangun ketangguhan keluarga dari rumah
Berbicara tentang keluarga adalah berbicara tentang segala hal “yang pertama”. Tempat pertama untuk bertumbuh. Tempat pertama untuk belajar bagi setiap individu. Keluarga merupakan rumah yang memberikan tidak hanya dukungan fisik namun juga emosional. Keberfungsian sebuah keluarga tidak hanya akan berdampak pada seorang individu, namun juga berdampak pada kehidupan masyarakat secara umum. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga disebut-sebut sebagai institusi yang paling tangguh (Defrain & Asay, 2007). Lalu, di tengah kehidupan modern yang sangat dinamis sekarang ini, seperti apa sesungguhnya keluarga yang kuat itu?
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh John Defrain pada banyak keluarga di berbagai negara,
terdapat empat karakteristik yang menunjukkan karakteristik keluarga yang kuat. Keempat hal tersebut yaitu:
Adanya apresiasi dan afeksi yang ditunjukkan dengan adanya kepedulian serta penghargaan di antara anggota keluarga, rasa persahabatan, juga memiliki selera humor dalam kesehariannya
Komitmen untuk saling percaya, saling bergantung, mengutamakan kejujuran, kesetiaan, dan kemauan untuk saling berbagi.
Mengembangkan komunikasi yang positif dengan cara saling memberikan compliment, berbagi perasaan, menghindari sikap saling menyalahkan, mampu untuk berkompromi, dan bersikap asertif.
Menikmati waktu bersama dengan pertemuan yang berkualitas dan dalam waktu yang cukup.
Memiliki kesejahteraan spiritual dengan mengembangkan nilai-nilai hidup bersama.
Memiliki kemampuan untuk mengelola stres dan krisis secara efektif. Keluarga yang kuat mampu melihat krisis sebagai tantangan dan kesempatan untuk berkembang bersama.
Keluarga yang kuat merupakan rumah yang baik bagi anak-anak untuk tumbuh dengan baik. Namun demikian, keluarga yang kuat tidak berarti keluarga yang sempurna. Keluarga yang kuat adalah keluarga yang memilih untuk menghadapi setiap kesulitan sehingga bisa terus berproses untuk berkembang. Keluarga yang kuat fokus untuk memastikan setiap fungsi yang ada dalam keluarga bisa berjalan dengan baik. Hal ini berarti keluarga yang kuat tidak selalu yang memiliki struktur yang lengkap. Sebagai contoh, keluarga dengan orang tua tunggal tetap bisa menjadi keluarga ketika setiap anggota keluarga menjalankan fungsinya dengan baik (Defrain & Asay, 2007).
Keberfungsian setiap anggota keluarga salah satunya ditentukan oleh kondisi kesehatan mental setiap anggota keluarga. Hal ini dikarenakan adanya keterikatan antar setiap anggota keluarga. Misalnya jika salah satu anggota keluarga hanya fokus pada permasalahan keluarga, maka yang lain pun hanya akan fokus pada masalah. Namun jika bisa melihat pada potensi kekuatan yang dimiliki keluarga, maka yang lain pun demikian (Defrain & Asay, 2007).
Berikut ini merupakan cara untuk memperkuat dan menjaga kesehatan mental keluarga (Iqbal, M, 2018):
Memperkuat keimanan dan ketakwaan, serta menjalankan syariat agama. Agama merupakan panduan dalam hidup. Dengan pemahaman agama yang baik, kita punya landasan yang kuat dalam menjalani hidup dan tidak semata berorientasi pada dunia tetapi juga akhirat.
Menjalankan pola hidup yang sehat dan seimbang. Fisik dan psikis tidak dapat dipisahkan. Makanan yang sehat, olahraga yang teratur, hingga berlibur dapat memperkuat kesehatan mental.
Menjalin hubungan sosial dengan masyarakat. Dengan bergaul dengan masyarakat, setiap anggota keluarga dapat belajar dinamika dalam kehidupan. Hidup pun akan lebih bermakna dengan mengikuti berbagai kegiatan sosial.
Senantiasa terus belajar. Dengan banyak menuntut ilmu -membaca buku, menghadiri majelis ilmu- kapasitas seseorang dalam menghadapi persoalan hidup akan semakin baik. (ay)
Sumber: DeFrain, John & Asay, Sylvia. 2007. Strong families around the world: An introduction to the family strengths perspective. Marriage & Family Review. Vo. 41, no.1/2, pp. 1-10
Iqbal, M. 2018. Psikologi Pernikahan. Jakarta: Gema Insani
SUPERMOM's NOTE Edisi #psycorner 2 Desember 2019
Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/
Twitter : https://twitter.com/supermom_w
Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/
Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/
WhatsApp: +6281904714215
168 notes · View notes
salihaofc · 6 years ago
Text
ANTI PANIK DI USIA DUA PULUHAN LIMA 💞
Di kehidupan sosial, ada alur yang dianggap umum dalam tingkatan hidup seseorang. Sekolah-kuliah-bekerja-menikah-punya anak. Alur itu terkadang dianggap satu-satunya alur yang benar. Maka, ketika seseorang tidak atau belum melalui salah satu tingkatan, dia akan dianggap ‘berbeda’ dan mengundang banyak tanya. “Lho kok nggak kuliah?” “Belum dapat kerja ya?” “Nungguin apa kok belum nikah?” “Sudah isi atau belum nih?” dan lain-lain.
Pada usia 25-an, secara umum dianggap sebagai waktu yang tepat untuk menikah. Maka, jika pada usia itu seseorang belum menikah, akan banyak pertanyaan dari sekitar yang mungkin akan membuat seseorang itu panik, takut, gundah, dan muncul perasaan-perasaan negatif dalam dirinya.
Tiga perasaan yang mungkin dimiliki oleh seseorang yang belum menikah:
1. Kebingungan Mungkin seseorang sudah mempunyai karier yang cemerlang dan paras yang rupawan. Maka, ketika pada usia 25-an ia belum bertemu dengan pasangan yang tepat, muncul pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya. “Apa yang terjadi?” “Apa yang salah dengan aku?” Kebingungan ini diperburuk dengan pertanyaan dan komentar orang-orang atas dirinya.
2. Ketakutan Ketakutan adalah bagian dari kehidupan. Kita semua mengalaminya dari waktu ke waktu. Di usia 25-an, seseorang mungkin takut jika ia tidak pernah menemukan pasangan untuk menghabiskan sisa hidup bersama. Atau ia takut ketika usianya sudah tak muda, maka ia harus menerima siapa saja yang akan dijodohkan dengannya. Ia juga takut jika orang tuanya semakin menua, dan tidak sempat lagi menyaksikan ia menikah. Adalah normal untuk merasa kecewa dan takut ketika kehidupan seseorang terasa berada di tempat yang tidak diharapkan.
3. Merasa Tertinggal Dalam satu masa, mungkin seseorang akan merasa bahwa orang-orang di sekitarnya telah berjalan jauh di depan, sedangkan ia masih tertinggal di belakang. Teman-temannya sudah menikah, sepupunya sudah mempunyai anak, orang yang dulu dekat dengannya sudah merencanakan pernikahan, dan lain-lain. Hal ini terkadang membuat ia menjadi sangat cemas dan gundah.
💎TIPS UNTUK MENGATASINYA
Hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kegundahan itu adalah:
1. Ingat bahwa Media Sosial Bukanlah Realitas Di media sosial, orang-orang dapat membagikan foto dan tulisan yang menceritakan betapa menakjubkan kehidupan dan keluarga mereka. Namun, foto dan tulisan ini tidak selalu menceritakan keseluruhan cerita. Sudah dibahas dalam tema #psycorner sebelumnya bahwa orang-orang sangat berhati-hati dalam menampilkan persona online mereka. Mereka memilih hal-hal tertentu yang ingin ia bagikan, dan menyimpan hal lain. Mereka, tentu mempunyai sisi kehidupan yang tidak ideal. Maka dari itu, kita tidak perlu dipusingkan oleh unggahan-unggahan di media sosial.
2. Ingat Kamu Tidak Sendirian Kamu bukan satu-satunya orang yang berada dalam situasi sulit, dan kamu juga bukan satu-satunya orang yang belum menikah di usia 25-an. Jika kegundahan datang, ingat-ingatlah bahwa banyak orang yang lebih tidak beruntung dari kamu. Yang usianya jauh lebih tua dan juga belum menikah. Yang menikah di usia muda namun pernikahannya gagal. Yang masih harus berjuang dengan masalah yang lebih berat hingga ia tidak bisa memikirkan tentang pernikahan, dan lain-lain.
3. Ingat Kita Semua Melalui Masa-Masa Sulit dalam Hidup Bahkan orang-orang yang sudah menikah pun, tentu hidupnya tidak selalu berjalan lancar. Ada yang harus berjuang dengan pernikahan jarak jauh, ada yang sudah menikah namun mengalami kondisi ekonomi yang buruk, ada yang mengalami kerepotan yang luar biasa dalam mengurus anak, dan lain-lain.
Kita semua menghadapi tantangan. Tantangan-tantangan ini mungkin berbeda antara satu orang dengan orang, tetapi setiap orang mengalami saat-saat yang mudah dan saat-saat sulit. Sebagaimana roda, semua orang pasti mengalami kondisi di atas dan di bawah. Maka percayalah, kegundahan yang kamu alami saat ini akan segera usai.
4. Teruslah Isi Waktumu dengan Hal-Hal yang Positif Adalah hal yang sangat rugi ketika seseorang mengalami suatu kesulitan, ia justru memilih menghabiskan waktu yang ia punya untuk merutuki hidupnya. Maka, isilah selalu waktu yang kamu punya dengan hal-hal yang positif. Tingkatkan kariermu, luaskan pergaulanmu, belajarlah hal-hal baru. Jika sudah menikah kelak, mungkin waktu luangmu tidak akan sebanyak sekarang.
💎 Satu hal yang paling penting dan harus ditanamkan adalah, bahwa jodoh adalah takdir Allah. Sebagaimana kematian, tidak ada yang bisa mempercepat, memperlambat, ataupun menukarnya. Jika hal itu tertanam pada seseorang, maka ia akan lebih tenang dan terhindar dari kekhawatiran yang berlebihan. Demikian, semoga bermanfaat. (rm)
✔ Sumber: goodtherapy(dot)org
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 17 Oktober 2018
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
124 notes · View notes
salihaofc · 6 years ago
Text
DOS DAN DON`TS: PENGGUNAAN INTERNET SEHAT 🖥
Internet telah membuat segala sesuatu bisa dijangkau melalui ujung jari kita. Dengan mengeklik tombol, kita bisa terhubung dengan orang-orang di belahan dunia lain, mendapatkan informasi tentang apa saja, bahkan memesan suatu barang atau jasa, dan sampai dalam hitungan jam.
Ya, keberadaan teknologi saat ini memang sangat membantu. Kita dapat menggunakannya untuk menyelesaikan pekerjaan, tetap terhubung dengan teman-teman, dan tentu saja tetap up-to-date tentang segala hal terbaru dan terbaik. Teknologi dapat sangat bermanfaat untuk tujuan ini. Tetapi jika kita tidak berhati-hati, teknologi yang awalnya menjadi sahabat terbaik ini, bisa menjadi musuh terburuk. Dan percaya atau tidak, semua ini terjadi dalam kendali kita.
Dos dan don’ts di bawah ini dapat membantu kita untuk menjaga hubungan yang sehat dengan teknologi. Cekidot!
DON’TS: MENGATAKAN APA PUN SECARA ONLINE, SESUATU YANG KITA TIDAK KITA KATAKAN SECARA LANGSUNG.
DO: BERPIKIR SEBELUM ANDA POSTING.
Berkomunikasi secara online dapat memberikan rasa percaya diri, anonimitas, dan perlindungan yang palsu. Maka, terkadang seseorang merasa bebas berbicara, berkomentar, atau mengunggah segala hal yang bernilai negatif. Padahal, sesuatu yang bersifat online dapat dengan mudah disimpan dan disebarluaskan. Pun mudah untuk melacak identitas asli seseorang, walaupun menggunakan akun anonim. Maka ketika membaca berita atau sedang dalam kondisi emosi yang tidak stabil, sebaiknya seseorang tidak reaktif dengan mengunggah segala unek-uneknya di media sosial. Ketika akan mengunggah sesuatu, pastikan telah memikirkan secara matang bahwa apa yang diunggah memberi manfaat, bukan malah merugikan di kemudian hari.
DON’TS: BERBAGI SANDI DENGAN SIAPA PUN.
DO: PRAKTIK PENGAMANAN TEKNOLOGI YANG BAIK.
Tidak ada yang ingin mempunyai hubungan yang buruk dengan seseorang, apalagi dengan teman sendiri. Namun hal ini tetap mungkin terjadi. Berbagi sandi, walaupun dengan sahabat yang sudah sangat dekat, dapat meningkatkan risiko penyalahgunaan akun di kemudian hari, yang tentu saja akan merugikan diri sendiri. Maka jaga baik-baik sandi kita, tidak perlu dibagikan kepada orang lain. Jika ada laporan akses tidak dikenal di akun kita,  segera tindaklanjuti. Agar akun online yang kita buat untuk tujuan menguntungkan, tidak justru berujung pada kerugian.
DON’TS: PERCAYA SEMUA YANG KITA BACA ATAU LIHAT.
DO: LIHAT INFORMASI MELALUI PENDEKATAN REALISTIS.
Ketika kita mengakses halaman Instagram misalnya, kita akan melihat foto-foto teman kita atau para public figure dengan senyum terbaik, pose terbaik dan tulisan yang sangat bijak dan inspiratif. Namun, apakah dalam keseharian kondisi mereka selalu baik? Tentu tidak. Orang-orang sangat berhati-hati dalam menciptakan persona online mereka. Maka, ketika seseorang beranggapan bahwa apa yang orang-orang unggah di sosial media mereka adalah diri mereka secara utuh, bukan tidak mungkin seseorang itu akan terjebak dalam angan-angan untuk menjadi mereka. Akhirnya, ia tidak bersyukur dengan keadaannya yang sekarang. Padahal, siapa sih yang mempunyai hidup sempurna?
DON’TS: MENGUNAKAN INFORMASI DI MEDIA ONLINE ATAU MEDIA SOSIAL SEBAGAI SUMBER INFORMASI SATU-SATUNYA.
DO: BERTANYA ATAU MENCARI INFORMASI LANGSUNG PADA AHLINYA.
Kelebihan internet adalah, kita dapat mendapatkan informasi tentang hampir semua hal. Kelemahannya adalah tidak semua informasi itu bermanfaat atau akurat. Menggunakan internet sebagai satu-satunya sumber informasi dapat menyebabkan beberapa pilihan yang kita ambil justru keliru. Maka, jika kita memiliki pertanyaan atau tidak yakin tentang sesuatu, mintalah bantuan orang dewasa atau profesional. Contoh yang sering terjadi, seseorang merasa badannya kurang sehat. Alih-alih pergi ke dokter, ia justru mencari tahu apa penyakitnya melalui media online, kemudian ia melakukan pengobatan mandiri pada penyakitnya itu. Ini tentu tindakan yang tidak bisa dibenarkan. Karena jika seseorang itu salah menganalisis penyakitnya, justru akan terjadi hal yang fatal dan merugikan dirinya sendiri.
DON’TS: KECANDUAN TEKNOLOGI.
DO: MENGGUNAKAN TEKNOLOGI SEWAJARNYA.
Coba ingat, berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk gadget kita? Termasuk ponsel, tablet, komputer, dan game. Apakah kita pernah merasa, “Aku nggak bisa kemana-mana tanpa bawa HP”. Atau, “Aku nggak bisa kalo lima menit aja nggak ngecek whatsapp”. Atau, “Aku ngerasa ada yang kurang kalo sehari aja nggak bikin story.” Bahkan ada yang bilang, “Aku akan frustasi kalo nggak punya paket data internet.”
Apakah kita juga merasakan hal yang sama? Jika iya, maka kita harus berhati-hati, dan segera mengendalikan penggunaan gadget kita. Kita harus menyadari bahwa walaupun sangat bermanfaat, internet bukanlah hal utama dalam hidup kita. Walaupun sosial media membantu kita untuk terus terhubung dengan teman dan saudara, namun kita tetap hidup di dunia nyata, bukan di dunia maya. Jangan sampai kita sibuk menjalin hubungan dengan orang yang jauh dengan kita, namun kita melupakan orang-orang yang ada di hadapan kita. Jangan sampai kita sibuk mencari berita atau mendengarkan cerita orang melalui media sosial, namun kita lupa menyelesaikan masalah yang ada di dekat kita.
Mulailah menggunakan teknologi dengan cerdas. Hubungi ahli terapi atau konselor jika kesulitan memutuskan ketergantungan dari teknologi. Sekian, semoga bermanfaat. (rm)
🌐 Sumber: goodtherapy(dot)org
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 19 September 2018
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
27 notes · View notes
salihaofc · 6 years ago
Text
Yang Perlu Kita Pahami dari "Self-harm"
🖍 Pernahkan kita menonton film atau adegan di teve, tentang seseorang yang melukai dirinya sendiri? Ketika melihat adegan tersebut, apa kira-kira yang terpikir oleh kita tentang alasan mereka melukai dirinya sendiri? Sebagai bentuk protes? Depresi? Atau, sekadar sok-sokan berani agar terlihat jagoan?
🖍 Ternyata, perbuatan menyakiti diri sendiri yang biasa disebut self-harm ini erat kaitannya dengan kondisi kejiwaan seseorang. Ia tidak bisa dianggap remeh, dan harus segera diantisipasi.
Apa itu Self-harm?
🖍 Self-harm atau perbuatan menyakiti diri, menggambarkan perilaku seseorang yang menyebabkan kerusakan pada dirinya sendiri, biasanya sebagai cara untuk membantu mengatasi pikiran dan perasaan yang sulit atau menyedihkan. Bentuk self-harm yang paling sering dilakukan antara lain menggunakan pisau (menyayat kulit, dll), menggunakan api (membakar kulit, rambut, dll) overdosis yang tidak mematikan, dan lain-lain. Ada juga perilaku yang terliat sepele, namun sebenarnya sudah mengarah pada self-harm, misalnya menggigiti kuku sampai berdarah, dll.
🖍 Pada dasarnya, setiap perilaku yang menyebabkan kerusakan atau cedera pada seseorang sebagai cara untuk mengatasi emosi yang sulit, dapat dimasukkan dalam kategori self-harm
Mengapa orang melakukan Self-harm?
🖍 Setiap orang memiliki alasan berbeda yang menyebabkan mereka merasakan kekhawatiran yang berlebihan serta stres. Beberapa orang dapat mengatasi masalah ini dengan berbicara kepada teman dan keluarga, sementara yang lain mungkin merasa kesulitan ini adalah masalah yang luar biasa. Ketika seseorang tidak mengekspresikan emosi dan berbicara tentang hal-hal yang membuatnya tertekan, marah atau kesal, tekanan bisa menumpuk dan menjadi tak tertahankan. Beberapa akhirnya melampiaskan tekanan ini pada diri mereka sendiri dan menggunakan tubuh mereka sebagai media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang tidak dapat mereka katakan kepada orang lain.
Meruntuhkan Mitos
🖍 Ada banyak mitos tentang self-harm. Ini tidak mengherankan, mitos dan kesalahpahaman sering muncul ketika masalah seperti self-harm ini kurang dipahami. Beberapa mitos tentang self-harm antara lain:
MITOS: Self-harm adalah upaya untuk mencari perhatian (caper).
Salah satu stereotip yang paling umum adalah bahwa self-harm merupakan cara ‘mencari perhatian’. Ini adalah anggapan yang tidak tepat. Banyak orang yang menyakiti diri sendiri, tidak menceritakan kepada siapa pun tentang apa yang telah mereka derita untuk waktu yang lama.
MITOS: Self-harm adalah tindakan yang didasari mistis (misalnya untuk tumbal ilmu hitam).
Self-harm juga telah distereotipkan sebagai bagian dari ritual-ritual ilmu hitam. Meskipun ada beberapa penelitian yang menunjukkan ada hubungan antara keduanya, namun tidak semua tindakan self-harm berhubungan dengan ilmu hitam. Maka, ketika kita bertemu dengan orang yang melakukan tindakan itu, kita tidak boleh langsung berkesimpulan, “Wah, dia seperti itu karena disuruh dukun” atau “Wah dia kayak gitu, jangan-jangan lagi nyari persugihan.”
MITOS: Orang yang melakukan self-harm karena menikmati ‘siksaan’nya.
Banyak orang menganggap bahwa orang yang menyakiti diri sendiri karena merasa menikmati rasa sakit atau risiko yang terkait dengan perilaku tersebut. Padahal, tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa orang yang melakukan self-harm, merasakan sakit yang berbeda dari orang lain. Perilaku self-harm menyebabkan luka yang sangat sakit. Bagi beberapa orang, merasa tertekan karena masalah-masalah yang sedang diderita telah membuat mereka mati rasa dan mereka ingin merasakan apa pun untuk mengingatkan mereka bahwa mereka masih hidup, bahkan jika itu menyakitkan. Beberapa yang lain menggambarkan rasa sakit ini sebagai hukuman.
MITOS: Self-halm adalah bentuk usaha bunuh diri.
Self-harm terkadang dipandang sebagai upaya bunuh diri oleh orang-orang yang tidak memahaminya. Padahal bagi pelakunya, self-harm adalah tentang mencoba mengatasi perasaan dan situasi yang sulit. Beberapa orang menggambarkannya adalah cara untuk tetap hidup dan bertahan dari kesulitan-kesulitan ini.
🖍 Demikian pembahasan tentang self-harm. Jika kita mengindikasi teman atau kerabat melakukan tindakan yang melukai diri sendiri (walaupun sepele), segera ingatkan dia. Dampingi, dan sarankan agar ia menemui petugas kesehatan agar bisa membantu mengatasi masalahnya. Semoga bermanfaat. (rm)
📚: mentalhealth(dot)org
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner, 8 Agustus 2018
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
15 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
🎓 BEDA PSIKOLOG, PSIKIATER DAN KONSELOR 🎓
Assalamuaikum. Bertemu lagi dengan #psycorner. Tentu moms and dads pernah mendengar istilah psikolog, psikiater, atau konselor. Nah, jika membutuhkan bantuan untuk berkonsultasi, siapakah yang harus kita datangi?
Ketiganya sering dianggap sama. Benar, baik psikolog, psikiater maupun konselor, ketiganya berfokus untuk membantu seseorang dalam mengatasi permasalahan yang dialami dalam hidupnya. Akan tetapi, cara kerja dan pendekatannya dalam mengatasi masalah itu berbeda-beda.
👥 PSIKOLOG – bergelar M.Psi/Psi. (psikolog)
Psikolog ialah orang yang telah menempuh program Master dalam bidang tertentu dari psikologi profesi (klinis, pendidikan, industri-organisasi) – kecuali untuk para lulusan psikologi S1 yang lulus masih dengan gelar “dra. atau drs.” (karena dalam program S1, mereka sudah mendapat bekal yang setara dengan program S2 masa kini).
Asumsi dasar yang menjadi landasan kerja psikolog adalah bahwa setiap manusia memiliki kapasitas untuk berpikir dan menentukan apa yang terbaik bagi dirinya, sehingga peran psikolog adalah merefleksikan, memberikan pandangan, membuka wawasan, juga mengarahkan klien untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Tidak ada obat-obatan yang dipakai selain kata-kata.
Di samping itu, psikolog juga berkompeten untuk melakukan dan menginterpretasikan berbagai macam tes psikologi, seperti tes IQ, tes minat bakat, tes kepribadian untuk membuat profil klinis, serta tes lainnya. Tes tersebut bisa dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk memberikan gambaran psikologis tentang klien atau sekadar sebagai referensi untuk pihak ketiga (misal: syarat mengikuti Ujian Nasional, syarat masuk ke sekolah atau perguruan tinggi, syarat mendaftar jadi Caleg, dsb.).
👥 PSIKIATER – bergelar dr. dan Sp.KJ (Spesialis Kesehatan Jiwa)
Psikiater adalah seorang dokter yang melanjutkan studi dalam bidang Psikiatri, sehingga mendapat gelar Spesialis dalam bidang Kesehatan Jiwa. Berbeda dengan psikolog, psikiater lebih berfokus pada perubahan-perubahan biologis atau fisiologis yang terjadi dalam diri individu, yang menyebabkan atau disebabkan oleh masalah yang dihadapi individu tersebut.
Sebagai contoh, seseorang yang sedang depresi perlu diberikan obat-obatan anti depresan untuk mengimbangi kadar neurotransmiter serotonin yang menjadi tidak seimbang, sebagai reaksi tubuh akibat kondisi depresi tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa asumsi dasar yang menjadi landasan kerja seorang psikiater ialah bahwa masalah kejiwaan manusia disebabkan atau menyebabkan ketidakseimbangan fungsi-fungsi fisiologis (neurotransmiter, hormon, dsb.). Oleh karenanya, seorang psikiater dapat menggunakan obat-obatan untuk membantu seseorang mengatasi masalah kejiwaannya – walaupun tidak harus selalu menggunakan obat-obatan. Beberapa psikiater juga berkompeten untuk memberikan tes-tes psikologi tertentu, seperti MMPI dan berbagai tes neuropsikologi untuk melihat keberfungsian syaraf serta anomali atau adaptabilitas seseorang dalam masyarakatnya.
👥 KONSELOR – bergelar M.K. / M.A. in counseling/Kons.
Gelar konselor bisa diperoleh dari program Pendidikan (S.Pd./M.Pd. yang melanjutkan spesialisasi dalam bidang Konselor), atau dari program Teologi.
Pendekatan seorang konselor mirip dengan psikolog. Hanya saja, fokus kerja seorang konselor ialah kepada individu yang normal bermasalah. Normal bermasalah berarti mereka yang sebenarnya memiliki masalah dan tantangan dalam hidup, namun tidak sampai menyebabkannya mengalami gangguan jiwa yang serius, seperti: skizofrenia, depresi dengan gejala psikotik, atau gangguan-gangguan ekstrim lainnya.
Oleh sebab itu, pendekatan seorang konselor ialah bahwa setiap manusia memiliki kapasitas penuh untuk menentukan hidupnya ke arah yang positif dan konstruktif, sehingga peran konselor ialah menjadi seorang teman, mentor, dan pendengar yang baik bagi individu tersebut.
Bedanya dengan psikologi, seorang konselor tidak dibekali kompetensi yang mendalam untuk menangani seseorang dengan gangguan kejiwaan yang serius. Di Indonesia, program konselor seolah-olah disisipkan dalam bidang psikologi, sehingga seorang psikolog juga dapat berperan sebagai seorang konselor ketika menangani manusia yang normal bermasalah.
Walau demikian, sebetulnya pasti akan ada perbedaan cara penangangan antara psikolog dan konselor mengingat penekanan dalam proses belajarnya pun berbeda. Ada beberapa tes psikologi (namun tidak semua tes psikologi) yang juga dapat dilakukan oleh seorang konselor yang sudah mendapatkan pelatihan di bidang itu.
PSIKOLOG, PSIKIATER, dan KONSELOR sebenarnya sangat perlu bekerja sama dalam menangani klien agar dapat membantu menyelesaikan masalahnya secara utuh dan holistik.
Ketika seseorang mengalami gangguan tidur, misalnya, perlu datang ke siapakah? Jawabannya, jika gangguan tidur itu sangat serius sehingga ia menjadi sulit berkonsentrasi dan berbicara, maka terapi obat-obatan sangat diperlukan terlebih dahulu sehingga ia perlu berkonsultasi dengan psikiater. Setelah terapi obat efektif, maka tubuh dan pikirannya sudah siap untuk ‘diajak berbicara dan berpikir’ tentang masalah yang dialaminya. Dalam hal ini, ia dapat berkonsultasi baik kepada psikolog maupun konselor.
Seorang praktisi yang profesional tentu akan merujuk pasien atau klien yang datang ketika dirasa bahwa kebutuhan utamanya ialah kepada seorang psikolog, psikiater, atau konselor.
Yang jelas, tidak ada yang lebih hebat atau lebih pintar daripada yang lain; segalanya hanya tergantung pada kompetensi apa yang lebih diperlukan dalam menangani masalah kejiwaan tersebut.
Sekian materi hari ini, semoga bermanfaat. (rm)
🌐 Sumber: experiencing-life(dot)com
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 25 April 2018
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
24 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
Tujuh Fakta tentang Kesehatan Mental
Fakta 1
Sekitar 20% anak-anak dan remaja di dunia memiliki gangguan mental.
Sekitar setengah dari gangguan mental dimulai sebelum usia empat belas tahun. Jenis gangguan serupa dilaporkan terjadi di seluruh penjuru dunia. Gangguan neuropsikiatri adalah salah satu penyebab utama kecacatan di seluruh dunia pada orang muda. Wilayah di dunia dengan persentase penduduk di bawah usia sembilan belas tahun yang tinggi, memiliki tingkat kesehatan mental yang rendah.
Fakta 2
Gangguan mental dan penyalahgunaan obat-obatan adalah penyebab utama kecacatan di seluruh dunia. Sekitar 23% penyebab kecacatan adalah gangguan mental dan penyalahgunaan obat-obatan.
Fakta 3
Di seluruh dunia, ada lebih dari 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun, dan bunuh diri adalah penyebab kematian kedua pada anak usia 15-29 tahun setelah kecelakaan. Ada indikasi bahwa setiap satu orang dewasa yang meninggal karena bunuh diri ada lebih dari 20 lainnya yang juga mencoba bunuh diri.
75% kasus bunuh diri terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Gangguan mental dan penggunaan alkohol berkontribusi pada banyak kasus bunuh diri di seluruh dunia. Identifikasi dini dan manajemen yang efektif adalah kunci untuk memastikan bahwa orang-orang menerima perawatan yang mereka butuhkan.
Fakta 4
Perang dan bencana berdampak besar pada kesehatan mental dan kesejahteraan psikososial. Tingkat gangguan jiwa ini cenderung meningkat dua kali setelah keadaan darurat.
Fakta 5
Gangguan mental meningkatkan risiko terserang penyakit fisik seperti HIV, penyakit kardiovaskular, diabetes, begitu pula sebaliknya.
Fakta 6
Stigma dan diskriminasi membuat pasien dan keluarganya enggan mencari pertolongan. Kesalahpahaman dan stigma seputar kesehatan mental semakin meluas. Meskipun ada perawatan yang efektif untuk gangguan mental, ada kepercayaan bahwa mereka tidak dapat diobati. Stigma ini dapat menyebabkan penyalahgunaan, penolakan dan isolasi. Dalam masyarakat kita, penderita gangguan jiwa lebih banyak yang dirawat di rumah, bahkan dikurung di pengasingan daripada di rumah sakit atau tempat rehabilitasi.
Fakta 7
Pelanggaran hak asasi manusia penyandang cacat mental dan psikososial masih banyak terjadi di berbagai negara. Ini termasuk diskriminasi fisik, pengasingan, dan tidak diakomidirnya kebutuhan dasar dan privasi pasien gangguan mental. Beberapa negara memiliki kerangka hukum yang cukup melindungi hak-hak orang-orang dengan gangguan mental sedangkan sebagian besar masih belum memilikinya. (nyv)
📚 Sumber: who(dot)int
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 14 Maret 2018
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
10 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
TAHAPAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN #1
Halo moms and dads. Berjumpa lagi dengan #psycorner. Kali ini kita akan membahas tentang tahap perkembangan kepribadian manusia.
Meskipun sebenarnya kepribadian seseorang relatif konstan, namun dalam kenyataannya, perubahan kepribadian dapat dan mungkin terjadi, terutama dipengaruhi oleh faktor lingkungan dari pada faktor fisik.
Seorang pakar psikologi bernama Erikson merumuskan tahapan perkembangan kepribadian yaitu:
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi ia tidak mau mempercayai orang yang dianggap asing. Oleh karena itu kadang-kadang kita melihat bayi menangis bila digendong oleh orang yang tidak dikenalnya. Ia bukan saja tidak percaya kepada orang-orang yang asing tetapi juga kepada benda asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Bayi seringkali menangis ketika menghadapi sesuatu yang asing bagi dirinya
Masa kanak-kanak awal (early childhood) ditandai adanya kecenderungan autonomy – shame, doubt. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah bisa melakukan beberapa hal sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, dan lain-lain. Dia juga telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya. Pada masa ini, orang tua haruslah selalu mendorong anak agar tidak ragu, dan hindari melakukan hal-hal yang sekiranya akan membuat ia ditertawakan.
Masa pra sekolah (Preschool Age) ditandai adanya kecenderungan initiative–guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan yang membuatnya terdorong melakukan beberapa kegiatan. Namun karena kemampuan anak masih terbatas, adakalanya dia mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau berbuat. Maka, orang tua harus senantiasa mendorong anak agar tidak jera jika ternyata yang dia lakukan belum berhasil. Orang tua juga tidak boleh memarahi anak ketika perintah yang ia berikan tidak berhasil dilakukan anak.
Masa Sekolah (School Age) ditandai adanya kecenderungan industry–inferiority. Sebagai kelanjutan dari perkembangan tahap sebelumnya, pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini jika tidak disikapi dengan baik oleh lingkungannya, dapat menyebabkan anak merasa rendah diri.
Setelah usia anak-anak, tahapan perkembangan kepribadian selanjutnya adalah remaja hingga tua. Tahapan ini inshaAllah akan kita bahas dalam #psycorner edisi selanjutnya. Semoga bermanfaat. (rm) 🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸 Kami masih menanti infak terbaik teman-teman untuk Palestina. Info lebih lanjut silahkan buka http://supermomwannabee.tumblr.com/post/169242009777/peduli-palestina-assalamualaykum-duka atau hubungi CP kami di +6285725105272 🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸 🌐 Sumber: belajarpsikologi(dot)com
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 08 Januari 2018 ☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
44 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
Sleep Diary📝
Assalamualaikum. Moms and dads mengawali pekan pertama di bulan Februari, yuk kita simak artikel #psycorner kita hari ini dengan tema Sleep Diary
Di antara moms and dads semua, adakah yang sedang mengalami masalah tidur? Misalnya tidak bisa tidur sampai larut, tiba-tiba terjaga di malam hari, bangun lebih awal dari yang diinginkan, susah berkonsentrasi di siang hari, merasa lemas, selalu kurang tidur dan lain-lain?
Jika kualitas tidur kita terasa tidak baik, mungkin saja kita memang memiliki gangguan tidur. Maka, kita harus segera mencari akar penyebab masalah tidur malam kita.
Berbicara dengan psikolog atau psikiater di rumah sakit tentang kesulitan tidur kita sangat penting, dalam rangka mengobservasi penyebab gangguan tidur kita. Kemungkinan besar, mereka akan meminta untuk mengisi jurnal tidur atau sleep diary setidaknya selama dua minggu sehingga mereka dapat mengetahui faktor penyebab kita mengalami gangguan tidur, dan dapat memberikan penanganan yang tepat atas gangguan tidur kita tadi.
Apa itu Sleep Diary?
Sleep diary adalah catatan tentang pola tidur dan kebiasaan pasien yang sangat membantu psikolog atau psikiater untuk membuat diagnosis gangguan tidur dan menentukan tindakan atau penanganan yang harus ditentukan. Selama dua minggu, pasien mencatat informasi seperti:
Pukul berapa pasien tidur
Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk tertidur (sejak bersiap tidur hingga benar-benar tidur)
Jam berapa pasien meninggalkan tempat tidur di pagi hari
Jumlah waktu pasien terbangun di malam hari
Tingkat kesegaran badan setelah tidur
Apa yang mungkin mengganggu tidur pasien (masalah pernapasan, gerakan kaki, insomnia, dll)
Jumlah minuman berkafein yang dikonsumsi sepanjang hari
Jumlah minuman beralkohol yang dikonsumsi sepanjang hari
Obat diminum siang hari
Olahraga yang dilakukan sepanjang hari
Kegiatan dilakukan dalam waktu satu jam dari tempat tidur
Mengapa Harus Mengisi Seep Diary?
Memberi gambaran yang lebih akurat tentang pola dan kebiasaan tidur kita. Sebagian besar masalah tidur kebanyakan berasal dari kebiasaan tidurnya tidak baik. Minum terlalu banyak kafein setelah jam makan siang, minum alkohol secara teratur sebelum tidur, atau kebersihan tempat tidur yang buruk pada umumnya dapat membuat kita tidak tidur nyenyak. Namun, sebagian besar pasien mengira bahwa faktor-faktor di atas bukanlah menyebab mereka tidak bisa tidur. Sehingga, ketika berkonsultasi kepada psikolog atau psikiater, mereka tidak memberi informasi yang akurat. Dengan mengisi sleep diary, para ahli yang menangani kita akan mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat.
Kita akan lebih peduli dengan aktivitas tidur kita. Dalam mengisi sleep diary, kita akan mulai memikirkan pentingnya tidur yang sehat pada hidup kita dan lebih rajin dalam melakukan hal-hal yang membuat kita dapat tidur nyenyak. Dengan melihat pola dan kebiasaan tidur, kita akan lebih pilih-pilih dengan aktivitas sebulum tidur misalnya minum beberapa minuman berkafein sebelum tidur dan beralih ke teh chamomile, jus ceri tart, atau susu almond, yang membantu meningkatkan tidur. Atau kita akhirnya menemukan bahwa hari-hari kita melakukan aktivitas fisik atau berolahraga, maka pada malam harinya kita bisa tidur lebih nyenyak. Maka, kita akan mulai melakukan aktivitas ini secara lebih teratur agar tidur kita lebih berkualitas
Kita dapat memantau keefektifan perawatan yang kita jalani. Jika ternyata kita harus mendapat perawatan medis atas gangguan tidur kita, sleep diary ini akan sangat membantu kita untuk memantau apakah perawatan yang kita jalani memberikan hasil positif. Misalnya, psikolog atau psikiater kita mendiagnosis bahwa kita menderita sleep apnea dan mereka pun akan memberi perawatan selama beberapa minggu sesuai dengan diagonosis tersebut. Jika selama perawatan ternyata tidak ada kemajuan, akan sangat mungkin dilakukan observasi ulang untuk menemukan diagnosis yang lebih tepat.
Walaupun sleep diary ini biasanya disarankan oleh psikolog dan psikiater, namun tidak ada salahnya kita mengobservasi aktivitas tidur kita secara mandiri, sebelum berkonsultasi kepada mereka. Bentuk dari sleep diary pun sangat ringkas dan banyak tersedia di internet yang bisa kita unduh secara gratis. Demikian materi kita hari ini, semoga bermanfaat. (rm)
📚 Sumber:
- alaskasleep(dot)com
- mentalhealth(dot)org(dot)uk
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 05 Februari 2018
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
17 notes · View notes
salihaofc · 6 years ago
Text
KATARSIS
😃 Assalamualaikum. Masih dalam suasana Iduladha, Supermom’s Note tetap hadir menyapa. Kali ini, #psycorner akan membahas satu tema yang dekat dengan diri kita, yaitu katarsis.
☘ Pernahkan moms and dads mengalami sesuatu yang membuat marah, sedih, atau emosi yang meletup-letup, kemudian merasa lega setelah menulis, curhat sambil nangis-nangis, atau teriak-teriak di pinggir pantai? Nah, itulah yang disebut katarsis.
☘ Katarsis atau katharsis, (dari bahasa Yunani: κάθαρσις) pertama kali diungkapkan oleh para filsuf Yunani, yang merujuk pada upaya "pembersihan" atau "penyucian" diri, pembaruan rohani dan pelepasan diri dari ketegangan. Secara lengkap, katarsis adalah suatu metode terapi dimana pasien diminta untuk mengingat kembali dan melepaskan emosi yang tidak menyenangkan, ketegangan dan ketidakbahagiaannya dengan tujuan untuk melepaskan dari penderitaan emosional/gangguan mental. Terapi katarsis ini dikenalkan oleh Josef Breuer dan kemudian dikembangkan oleh Sigmund Freud.
☘ Proses katarsis ini sangat penting bagi orang-orang yang sedang menghadapi masalah-masalah emosional. Ketika menghadapi masalah-masalah emosional yang menyedihkan, mengecewakan, menjengkelkan, seringkali seseorang tidak mau mengungkapkannya kepada orang lain. Mereka lebih suka memendam atau berusaha untuk melupakannya. Padahal, ketika suatu masalah semakin dipendam dan diusahakan untuk dilupakan, justru akan menimbulkan berbagai macam ganguan fisik dan psikologis seperti depresi, kecemasan dan berbagai bentuk penyakit psikologis.
Bentuk-Bentuk Katarsis
☘ Setiap orang melakukan penyaluran emosi dengan cara yang berbeda-beda. Semua bentuk itu diperbolehkan asal baik dan aman. Misalnya, menulis diary, menggambar, bernyanyi, dan lain-lain. Beberapa orang yang merasa mempunyai masalah berat dan menurutnya adalah sebuah ‘aib’, cenderung menahan diri untuk menceritakan masalahnya kepada orang lain. Maka, aktivitas ini dapat membantu untuk menyalurkan emosi secara jujur, tanpa takut rahasianya diketahui orang lain. Bisa juga dengan melakukan kegiatan yang “tidak terlihat” sebagai penyaluran emosi, namun sebenarnya merupakan bentuk katarsis yang baik, misalnya makan, jalan-jalan, tidur, dan lain-lain.
☘ Lalu, seperti apa katarsis yang buruk? Katarsis yang buruk adalah katarsis yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Misalnya mengamuk pada orang yang membuatnya marah, mengeluarkan kata kasar atau yang menyakiti lawan bicara, melakukan hal yang membahayakan diri misalnya naik motor kebut-kebutan, naik ke atas genting yang tidak aman, dan lain-lain. Jika teman atau saudara kita melakukan katarsis yang buruk ini, maka tugas kita untuk mengajaknya mengganti metode katarsis agar lebih aman dan tidak merugikan orang lain.
☘ Sebagai seorang muslim, shalat dan mengaji bisa menjadi katarsis yang sangat baik. Ketika shalat, kita mengadukan masalah kepada yang Maha Penyayang, memohon untuk dikuatkan dan dimaafkan kesalahannya. Karena penguasa tunggal alam semesta ini adalah Allah, maka tidak ada yang bisa meringankan masalah kita selain Allah.
☘ Sekian pembahasan kali ini, semoga bermanfaat. (rm)
🌐 Sumber: konselingindonesia(dot)com
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 22.08.2018
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
22 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
AKTIVITAS FISIK DAN KESEHATAN MENTAL
⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔
Kapan anakku siap sekolah? Haruskah sudah bisa baca tulis? Haruskah di usia 7 tahun?
Yuk ikutan diskusinya di BIAS#9 bersama Founder Family Psychology Center (FPCIndonesia) dengan cara ketik BIAS_Nama_No.WA_menikah/belum kirim ke +6281554341699. Cuma buat 30 orang lho! Buruan 😉
⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔⛔
Ada banyak alasan mengapa aktivitas fisik baik untuk tubuh kita, di antaranya kita akan memiliki jantung yang sehat dan membantu memperbaiki sendi serta tulang. Tetapi, apakah moms and dads tahu bahwa aktivitas fisik juga bermanfaat untuk kesehatan mental?
Kita perlu mengubah cara kita memandang aktivitas fisik. Menjadi aktif tidak harus berarti berolahraga atau pergi ke gym. Secara sederhana, aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang menggunakan otot dan mengeluarkan energi, misalnya berolah raga, melakukan aktivitas rumah tangga, naik turun tangga, bermain-lain, dan lain-lain.
Apa manfaat aktivitas fisik terhadap kesehatan mental?
Meningkatkan suasana hati (mood): Aktivitas fisik telah terbukti memiliki dampak positif pada suasana hati kita. Ada banyak penelitian yang mengamati aktivitas fisik pada berbagai tingkat intensitas dan dampaknya pada suasana hati orang-orang. Secara keseluruhan, penelitian telah menemukan bahwa latihan aerobik intensitas rendah -selama 30-35 menit, 3-5 hari seminggu, selama 10-12 minggu- paling baik meningkatkan suasana hati positif (misalnya antusiasme, kewaspadaan).
Meringankan stres: Ketika menghadapi suatu masalah, terkadang seseorang merasa stres. Tanda-tanda fisik yang paling umum dari stres adalah berkeringat, kehilangan nafsu makan, dan mengalami masalah tidur. Gejala-gejala seperti ini dipicu oleh derasnya hormon-hormon stres dalam tubuh. Latihan fisik secara efektif dapat menghilangkan stres. Penelitian pada orang dewasa yang bekerja telah menemukan bahwa individu yang sangat aktif cenderung memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang kurang aktif.
Berdampak pada harga diri kita: Aktivitas fisik tidak hanya memiliki dampak positif pada kesehatan fisik kita, tetapi juga dapat meningkatkan harga diri kita. Harga diri adalah bagaimana perasaan kita tentang diri kita sendiri dan bagaimana kita memandang harga diri kita. Ini adalah indikator kunci dari kesehatan mental kita dan kemampuan kita untuk mengatasi stressor kehidupan.
Terapi pada depresi dan kecemasan: Aktivitas fisik dapat menjadi terapi alternatif dalam pengobatan gejala depresi. Aktivitas tersebut dapat digunakan sebagai perawatan yang berdiri sendiri atau dalam kombinasi dengan pemakaian obat maupun terapi psikologis. Sebagai terapi alternatif, ia memiliki efek samping yang kecil, dapat dilakukan di mana saja, dan mempunyai berbagai variasi aktivitas.
Berdasarkan rekomendasi para ahli, orang dewasa harus melakukan aktivitas fisik yang intensif selama 2,5 jam selama seminggu atau setara dengan 30 menit lima kali seminggu. Pada awalnya, memang terlihat berat. Namun, hal pertama yang harus kita lakukan adalah, LAKUKAN.
Mungkin kita akan sedikit memaksa tubuh hingga merasa kelelahan. Namun setelah terbiasa, aktivitas ini akan terasa ringan. Ingat, aktivitas fisik tidak selalu berbentuk olah raga. Jika kita merasa berat untuk berolah raga, kita bisa melakukan aktivitas lain misalnya berkebun, berjalan kaki atau bersepeda, melakukan aktivitas rumah tangga misalnya mengepel, mencuci baju, bermain kuda-kudaan atau kejar-kejaran dengan buah hati dan lain-lain.
Sekian materi kali ini, semoga bermanfaat. (rm)
Sumber: mentalhealth(dot)org(dot)uk
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 28 Maret 2018
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
12 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
PERILAKU BUNUH DIRI
Assalamualaikum moms and dads. #psycorner pindah "jam tayang" pada hari Senin lho. Hari ini, kita akan membahas tema yang belakangan kembali marak. Masih ingat baru-baru ini, seorang artis Korea ditemukan meninggal karena bunuh diri? Sebagian orang mungkin tidak peduli dengan fenomena ini. Namun ternyata, tindakan bunuh diri bukanlah hal yang sederhana dan bisa diremehkan. Berdasarkan data dari WHO, lebih dari 800 ribu orang di seluruh dunia meninggal akibat bunuh diri setiap tahunnya. Bahkan mereka menyebutkan, ada 1 dari setiap 20 orang dewasa yang mencoba untuk bunuh diri. Di Indonesia sendiri, WHO memperkirakan ada 10 ribu orang yang meninggal akibat bunuh diri pada tahun 2012. Data ini meningkat dua kali lipat dari tahun 2010. Yang lebih memprihatinkan, bunuh diri adalah penyebab kematian nomor dua dari kelompok usia 15-19 tahun. Dan faktanya, bunuh diri ini dapat terjadi pada siapa saja. Maka, ketika menemukan teman atau kerabat yang memperlihatkan gejala di bawah ini, kita perlu waspada dan segera mengambil tindakan 1. Merasakan depresi, kesedihan dan murung yang berkepanjangan. Ia mengalami putus asa yang mendalam tentang masa depan. Ia selalu berpikir bahwa masa depannya akan selalu suram, dan ia merasa tidak mampu memperbaikinya. 2. Baru saja mengalami masa kritis atau kejadian traumatis dalam hidupnya. Krisis dalam kehidupan dapat memicu usaha bunuh diri, misalnya kematian orang yang dicintai atau hewan piaraan, perceraian atau putus hubungan, diagnosis penyakit berat, kehilangan pekerjaan, atau masalah keuangan yang serius. 3. Mengalami masalah tidur yang sulit diperbaiki. 4. Tiba-tiba tenang. Seseorang yang tiba-tiba menjadi tenang dan terlihat stabil setelah masa depresi yang berat atau kemurungan yang panjang bisa menjadi tanda bahwa orang tersebut telah membuat keputusan untuk mengakhiri hidupnya.
5. Tiba-tiba menarik diri dari lingkungan sosial dan aktivitasnya. 6. Melakukan perubahan kepribadian dan/atau penampilan 7. Melakukan hal yang berbahaya atau membahayakan diri sendiri. Misalnya, mengemudi dengan sembrono, dll. 9. Membuat persiapan. Seringkali, seseorang yang berpikiran untuk bunuh diri akan melakukan persiapan yang kadang tidak disadari orang lain. Misalnya mengunjungi teman dan anggota keluarga, membagi-bagi harta milik pribadinya, membuat surat wasiat, membersihkan kamar atau rumahnya, dll. 9. Mengancam bunuh diri. 50% sampai 75% dari mereka yang mempertimbangkan bunuh diri akan memberi sebuah tanda peringatan. Namun, tidak semua orang yang berpikir untuk bunuh diri akan mengatakannya, dan tidak semua orang yang mengancam akan menindak bunuh diri akan menindaklanjutinya. *Setiap ancaman bunuh diri harus ditanggapi dengan serius.* Dapatkah Bunuh Diri Dicegah? Bunuh diri bukanlah penyakit jiwa. Namun besar kemungkinan bahwa ia dilatarbelakangi oleh penderitaan yang panjang atas penyakit jiwa yang ia derita. Ia biasanya bukanlah tindakan yang tiba-tiba muncul dan tiba-tiba dilakukan. Namun ia telah dipikirkan dalam waktu yang panjang, dan seringkali itu adalah “pilihan terakhir” yang dianggap pelaku dapat mengakhiri penderitaannya. Bunuh diri tidak bisa dicegah dengan pasti, namun risikonya dapat dikurangi jika dilakukan tindakan yang tepat. Penelitian menunjukkan bahwa cara terbaik untuk mencegah bunuh diri adalah waspada terhadap tanda-tanda depresi dan gangguan mental yang dialami, mengenali tanda peringatan untuk bunuh diri, dan melakukan intervensi sebelum orang tersebut melakukan upaya merusak diri. Apa yang harus dilakukan jika merasakan tanda-tanda teman atau kerabat memperlihatkan tanda-tanda ingin bunuh diri? - Jangan takut untuk bertanya apakah dia sedang depresi atau berpikir untuk bunuh diri. - Tanyakan apakah dia sudah berkonsultasi pada terapis atau minum obat. - Alih-alih mencoba menginterogasi tentang penyebab ia bunuh diri, beritahu dan yakinkan dia bahwa depresi bersifat sementara dan dapat diobati. - Dalam beberapa kasus, orang tersebut hanya perlu tahu bahwa seseorang peduli dan sedang mencari kesempatan untuk membicarakan perasaannya. Maka, lakukan tindakan yang meyakinkan dirinya bahwa ia dipedulikan orang orang lain. Seperti yang kita tahu, dalam agama Islam, bunuh diri adalah dosa besar dan merupakan perbuatan yang sangat dilarang. Maka, ketika kita tahu siapa pun memperlihatkan gelagat keinginan untuk bunuh diri atau sedang melakukan usaha bunuh diri, kita harus berusaha untuk mencegahnya. Dampingi ia agar mau terus berobat dan dekatkan pada aktivitas ibadah. Sekian, semoga bermanfaat (rm) 🌐 Sumber: webmd(dot)com 🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 25 Desember 2017 🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄 ☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
25 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
Impulsive Buying
Pernahkah kita melihat seseorang yang masuk ke sebuah department store tanpa tujuan dan tiba-tiba keluar dengan barang belanjaan yang banyak? Atau, kita sendiri pernah mengalami itu? Itulah yang disebut impulsive buying (pembelian impulsif).
Impulsive buying adalah sebuah keputusan tidak terencana untuk membeli produk atau jasa. Keputusan membeli terjadi secara tiba-tiba dan seketika langsung melakukan pembelian.
Hal-hal apa saja  yang memotivasi secara psikologis seseorang melakukan impulsive buying?Berikut ini tiga motivasi seseorang melakukan impulsive buying:
1. Senang atau Gemar Berbelanja (Shopaholic)
Shopaholic adalah kegilaan seseorang pada kegiatan berbelanja. Biasanya hal ini terjadi karena alasan “balas dendam”. Banyak kejadian seorang shopaholic merasa masa kecilnya tidak dapat dipenuhi kebutuhannya, ketika telah tumbuh dewasa, kerja dan memiliki cukup pendapatan mereka merasa saatnya membeli barang-barang yang dulu tidak bisa dibeli.
2. Tombol “Sayang” atau “Takut Rugi”
Otak dasar manusia adalah otak yang sifatnya konservatif dan mencari aman (loss aversion switch). Ketika melihat suatu barang yang sedang diskon dan pesan itu masuk ke dalam otak kita, seketika pesan tersebut membuat “tombol takut rugi” kita aktif dan langsung membeli barang tersebut. Contohnya, ketika kita melihat sebuah iklan di televisi tentang produk properti dan mengatakan investasi di perusahaan propertinya bisa mendapatkan return yang luar biasa? Nah pesan-pesan ini biasanya dapat membuat switch takut rugi kita menjadi on dan tiba-tiba membeli properti tersebut.
3. Pengetahuan dan Perencanaan yang Kurang
Masih banyak orang yang berpikiran hidup itu mengalir saja, tidak perlu rencana, tidak perlu pengaturan, sedikit disiplin jadi tidak masalah membeli barang ini sekarang. Ide dasar yang ada di otak adalah POKOKNYA SAYA HARI INI SENANG. Pemikiran-pemikiran seperti ini yang menyebabkan seseorang melakuan impulsive buying. Tanpa tujuan yang jelas seseorang hanya akan berpikir jangka pendek dan akan cenderung bersikap konsumtif.
Faktor internal penyebab Impulsive Buying
Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan, ditemukan bahwa keadaan emosi seseorang dapat mempengaruhi impulsive buying. Individu dengan keadaan emosi yang tidak stabil, akan memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perilaku impulsive buying. Hal ini dilakukan individu sebagai upaya untuk mengurangi mood atau perasaan negatif karena kegagalan akan sesuatu atau untuk membuat diri merasa lebih baik. Karena biasanya, perasaan gembira akan didapat setelah melakukan impulsive buying, walau terkadang perasaan itu tidak bertahan lama.
Faktor internal yang juga mempengaruhi impulsive buying adalah demografi individu yaitu jenis kelamin dan usia. Pria cenderung membeli barang yang nyaman dan berperan penting yang menggambarkan aktivitas dan kebebasan mereka. Sedangkan perempuan cenderung membeli barang simbolik dan barang yang cenderung menggambarkan diri mereka yang terkait dengan penampilan dan aspek emosional diri.
Perilaku impulsive buying lebih sering ditemukan pada individu-individu yang berusia muda. Para ahli berpendapat bahwa orang-orang muda lebih mungkin untuk menjadi pelopor dalam mengadopsi gaya hidup modern. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mengontrol ekspresi emosional yang dimiliki orang muda. Orang yang lebih tua akan cenderung lebih mampu mengendalikan ekspresi emosional dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Selain itu, rasionalitas dan kemampuan untuk menahan keinginan berbelanja meningkat seiring pertambahan usia.
Pada dasarnya, impulsive buying adalah kebiasaan yang tidak sehat baik bagi kondisi diri maupun bagi keuangan kita. Apalagi, ketika kita mengetahui bahwa impulsive buying yang kita lakukan adalah “pelampiasan” dari stres atau mood negatif. Maka sebaiknya, kita memilih untuk menyalurkan emosi negatif kita pada aktivitas yang lebih sehat dan lebih bermanfaat. Sekian, semoga bermanfaat..
Sumber:
- finansialku(dot)com
- Wicaksana, B. Y. 2017. Hubungan antara Stres Akademik dan Kecenderungan Impulsive Buying pada Mahasiswa. USD. Yogyakarta.
🌷SUPERMOM’s NOTE🌷
Edisi #psycorner 29 November 2017
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/
☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/
☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/
☘ WhatsApp: +6281904714215
☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
31 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
VERBAL ABUSE DI RUMAH
Assalamualaikum. Halo moms and dads. Tahukan kita bahwa tanpa kita sadari, kita pernah melakukan kekerasan verbal kepada anak, dan masih kita lakukan karena kita tidak mengetahui bahwa hal itu tidak tepat. Secara umum, Terry E. Lawson, psikiater internasional yang merumuskan definisi tentang kekerasan terhadap anak, menyebut ada empat macam kekerasan (abuse), yaitu physical abuse, sexual abuse, emotional abuse, dan verbal abuse. Kali ini, kita akan membahas tentang verbal abuse atau kekerasan verbal. Kekerasan verbal terjadi ketika orang tua mengetahui anaknya meminta perhatian, namun (secara sengaja atau tidak sengaja) menyuruh anak untuk diam atau jangan menangis. Jika si anak mulai berbicara, orang tua terus-menerus menggunakan kekerasan verbal seperti, “Diam kamu”, “Kamu cerewet”, dsb. Anak akan mengingat semua kekerasan verbal jika semua itu dilakukan berulang-ulang. Tanda-tanda Kekerasan Verbal Tanda-tanda kekerasan verbal yang sering dialami anak antara lain: 1. Orang tua mengeluarkan perkataan yang merendahkan anak atau salah satu identitas si anak. Misalnya, "Memang dia mau main sama kamu? Kamu kan hitam." Walaupun bercanda hal ini dapat menghancurkan kepercayaan diri sang anak. 2. Orang tua membuat komentar negatif, mengejek atau menghina pemikiran, sikap dan pendapat sang anak. Seorang anak, sangat wajar ketika pemikirannya belum matang. Namun terkadang orang tua justru menertawakan dan secara otomatis menolak pendapat si anak tanpa menjelaskan, kenapa pendapatnya tidak tepat. 3. Orang tua membahas dengan panjang lebar hal yang menjadi kegagalan atau kekurangan anak hingga akhirnya si anak menyerah semata agar tidak mendengar komentar sinis dari orang tua. Misalnya sang anak menyampaikan keinginan untuk dibelikan mainan baru. Orang tua langsung merespon, "Kamu di sekolah aja tidak masuk sepuluh besar, kok minta mainan dst.." 4. Orang tua mengeluarkan kata-kata yang mengandung ancaman. Misalnya, "Kalo nggak mandi nanti mama cubit". Termasuk menakut-nakuti dengan cerita hantu atau yang lainnya, dapat dikategorikan kekerasan verbal pada anak. 5. Orang tua secara fisik menyudutkan anak, misalnya membuat sang anak terduduk, atau mepet ke dinding, sehingga tidak bisa beranjak saat orang tua mengeluarkan omelan. Kekerasan verbal biasanya tidak berdampak secara fisik kepada anak, tetapi dapat merusak anak beberapa tahun kedepan. Menurut Soetjiningsih (ahli psikologi), kekerasan verbal yang dilakukan orang tua menimbulkan luka lebih dalam pada kehidupan dan perasaan anak melebihi perkosaan. Menurut penelitian, dampak-dampak psikologis akibat kekerasan verbal pada anak antara lain: Anak menjadi tidak peka dengan perasaan orang lain, menganggu perkembangan, anak menjadi agresif, gangguan emosi, hubungan sosial terganggu, kepribadian sosiopat atau Antisocial Personality Disosder, menciptakan lingkaran setan dalam keluarga, bahkan bunuh diri. Dr. Dan Siegel seorang ahli psikologi menyebutkan setidaknya ada empat cara praktis yang dapat kita lakukan agar kita tidak kelepasan melakukan kekerasan verbal, apabila sedang menghadapi situasi yang sulit saat menemani anak. 1. Berusaha untuk tidak menyakiti anak Ketika sedang menghadapi situasi sulit dengan anak, berusahalah untuk menahan diri untuk tidak berkata kasar dengan menutup mulut. Letakkan kedua tangan kita di belakang untuk menghindari melakukan kekerasan fisik seperti memukul atau mencubit anak. 2. Menjauh dari anak sejenak Beri waktu sejenak pada diri kita untuk ‘bernapas’. Caranya dengan meninggalkan atau menghindari anak kita sebentar sampai kita merasa lebih tenang. Beri penjelasan kepada anak agar ia tidak merasa diacuhkan bahwa kita sedang membutuhkan waktu untuk menyendiri untuk beberapa saat dan akan kembali lagi ketika sudah tenang. 3. Bergerak! Ketika kita sedang meluangkan waktu untuk menyendiri, mulailah mengatur nafas dengan perlahan dan bergeraklah! Penelitian menunjukkan apabila kita bergerak atau melakukan relaksasi, hal itu akan berdampak pada perubahan emosi kita. Contoh sederhananya adalah, ketika kita tersenyum, maka kita akan merasakan lebih senang. Apabila kita mengambil napas panjang dan mengeluarkannya perlahan, kita akan merasa lebih tenang. Bisa juga dengan melompat-lompat, menari atau apapun, asalkan kita bisa merasa lebih nyaman dan lega. 4. Segera perbaiki situasi dengan anak kita Saat kita sudah tenang, segeralah kembali kepada anak kita dengan menerima sepenuhnya kejadian sebelumnya. Apabila hal yang tidak diinginkan sudah terlanjur terjadi, segeralah meminta maaf dengan anak kita dan sampaikan penyesalan atas apa yang sudah kita lakukan. Lalu, mulailah memahami emosi dan kondisi yang dialami anak, agar baik kita ataupun anak kita kembali pada kondisi emosi yang lebih stabil. Dengan begitu, hubungan antara kita dan anak kita bisa kembali baik. Sekian, semoga bermanfaat. (rm) 📚 Sumber: - psychoshare(dot)com - lifetimejourney(dot)me - haisobat(dot)id *🌷SUPERMOM's NOTE🌷* Edisi #psycorner 04 Oktober 2017 🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄 ☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
53 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
KESEHATAN MENTAL
Pada tanggal 10 Oktober kemarin, dunia memperingati Hari Kesehatan Mental atau World Mental Health Day. Di Indonesia, masalah kesehatan mental memang masih belum terlalu diperhatikan. Padahal, kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Keduanya harus dirawat agar kita dapat menjalani hidup dengan seimbang. WHO mendefinisikan kesehatan mental sebagai keadaan dimana individu merasa sejahtera. Kesehatan mental yang baik ditandai dengan: • Kemampuan individu mengetahui potensinya dan memaksimalkan potensi tersebut, • Kemampuan individu mengatasi situasi menekan yang dihadapinya, • Kemampuan individu untuk bekerja secara produktif dan bermanfaat di tempat kerja, keluarga, komunitas, dan diantara teman. Dalam hidup, kita pasti memiliki masa-masa dimana kita merasa tertekan, sedih, atau takut. Seringkali perasaan itu hilang sejalan dengan selesainya permasalahan yang kita hadapi. Namun terkadang perasaan itu justru berkembang menjadi masalah yang lebih serius. Maka, tidak ada salahnya jika kita mengunjungi psikolog untuk membantu menyelesaikan masalah kita. Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa harus pergi ke psikolog jika bisa menceritakan masalah yang kita hadapi kepada orang terdekat? Memang tak ada salahnya curhat dengan orang terdekat. Namun, psikolog bisa membantu kita lebih cepat dan efektif. Psikolog sudah terlatih dan berpengalaman. Melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan, mereka telah dibekali kemampuan menggali akar masalah berdasarkan cerita kita. Mereka juga dapat memberikan masukan kepada kita, bagaimana mekanisme terbaik untuk menghadapi masalah. Di samping itu, psikolog adalah sosok yang netral. Berbeda dengan anggota keluarga atau pasangan. Orang terdekat mungkin akan memberi saran yang kurang tepat pada kita, karena mereka biasanya sudah punya gambaran atau harapan akan sosok ideal kita, padahal belum tentu tepat. Ada pandangan keliru dalam masyarakat bahwa hanya “orang gila” saja yang harus ke psikolog. Padahal, siapa saja boleh dan perlu melakukan konsultasi psikologi demi menjaga kesehatan mentalnya. Anggap saja seperti periksa kesehatan ke dokter atau ikut imunisasi supaya kebal terhadap penyakit. Apalagi, ketika kita mengalami tanda-tanda di bawah ini, ada baiknya kita untuk segera cari bantuan psikolog terpercaya. 1. Masalah kita sudah sangat mengganggu Misalnya kita merasa sangat putus asa, cemas berlebihan, susah tidur, kehilangan nafsu makan atau justru ingin makan terus, sakit kepala dan sakit perut tanpa penyebab yang jelas, serta menarik diri dari orang-orang di sekitar kita. Gejala ini harus segera dikonsultasikan apalagi kalau reaksi ini sudah berlangsung lebih dari dua minggu. 2. Kita sudah melakukan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah, tapi tak berhasil Kita mungkin sudah mengusahakan banyak cara untuk menyelesaikan masalah. Misalnya berlibur, beribadah, atau bicara dengan orang terdekat. Sayangnya cara-cara tersebut belum berhasil memperbaiki kondisi kita. Kita butuh mekanisme lain untuk menghadapi situasi ini. Caranya yaitu berkonsultasi dengan psikolog. Ingat, minta bantuan psikolog bukan berarti kita lemah atau gila. Justru artinya kita mau dan mampu merawat diri sendiri.   3. Keluarga atau sahabat mulai lelah dengan keluhan kita Awalnya mungkin orang terdekat kita selalu ada dan mendukung. Namun, lama-lama mereka menjauh atau menghindari topik pembicaraan tentang masalah kita. Berarti orang terdekat kita sudah kewalahan dan tidak sanggup lagi mengatasi berbagai keluhan kita. Ini wajar karena memang tidak semua orang dibekali dengan ilmu kesehatan mental yang memadai. 4. Kita mulai mencari pelarian yang tidak sehat Misalnya kecanduan rokok, alkohol, obat-obatan, pornografi, atau bahkan judi. Atau kita tidak bisa menahan dorongan belanja gila-gilaan. Candu memang bisa jadi bentuk pelarian dari masalah kita meski barang sejenak. Sebelum tambah parah, segera cari jasa konsultasi psikologi yang bereputasi baik. 5. Kita pernah atau baru saja mengalami kejadian traumatis Gangguan psikologis biasanya muncul akibat kejadian traumatis seperti kehilangan sosok tercinta, perceraian, kehilangan pekerjaan, bencana alam, didiagnosis dengan penyakit tertentu, kekerasan seksual, kekerasan pada anak, atau kekerasan dalam rumah tangga. Ada banyak cara untuk menjaga kesehatan mental kita. Misalnya, selalu berfikir positif, menerima dan menghargai diri sendiri, menjaga hubungan baik dengan siapapun, aktif dalam kegiatan yang disukai, menerapkan gaya hidup sehat, dan terbuka dengan orang lain ketika ada masalah. Dalam islam sendiri, kita tentu mengenal istilah "obat hati" yang terdiri dari lima hal, dapat menjadi penawar hati kita yang sakit. Sekian, semoga bermanfaat. (rm) 📚Sumber: psikologikita(dot)com hellosehat(dot)com SUPERMOM's NOTE Edisi #psycorner 18 Oktober 2017 🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄 ☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6281904714215 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
31 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
😣ANXIETY DISORDERS PADA ANAK😣
Setiap anak pasti pernah mengalami ketakutan, kekhawatiran atau kecemasan sebagai bagian dari perkembangan yang normal. Misalnya anak dibawah usia satu tahun, wajar jika merasa cemas ketika berpisah dari orang tuanya. Rasa cemas dikatakan wajar apabila berlangsung singkat, dan akan hilang seiring berlalunya peristiwa yang memicu terjadinya kecemasan tersebut. Misalnya, setelah ujian, anak tidak lagi merasa cemas. Kecemasan juga normal terjadi ketika individu mampu mengatasinya dengan cara positif. Misalnya jika cemas mendapatkan nilai jelek, ia akan mengatasinya dengan giat belajar. Apabila objek yang menjadi sumber kecemasan telah berlalu atau bahkan sebenarnya tidak ada, tapi kecemasan tetap dirasakan, hal tersebut termasuk dalam kecemasan yang tidak wajar. Dalam dunia psikologi hal ini disebut anxiety disorders. Kecemasan juga dinilai berlebihan ketika individu menunjukkan reaksi negatif terhadap perasaannya itu. Gejala-gejala kecemasan dapat dilihat melalui tiga hal, yaitu: fisik, misalnya meningkatnya jumlah keringat, mual atau diare. Secara kognitif, misalnya ketakutan akan disakiti atau terluka, gelisah atau panik. Sedangkan secara tingkah laku misalnya menangis atau berteriak, menggigit kuku, menarik-narik rambut dan sebagainya. ❓Penyebab Timbulnya Kecemasan Berbagai teori mengungkapkan penyebab timbulnya kecemasan pada anak-anak, seperti faktor neurobiologis, faktor genetik, dan sebagainya. ❓Ibu yang diliputi kecemasan saat mengandung, akan melahirkan anak-anak yang cenderung pencemas. Tapi pada prakteknya, faktor keluargalah yang paling sering menjadi penyebab rentannya anak-anak mengalami kecemasan. Dimulai dari proses pembentukan attachment yang tidak baik pada anak dibawah usia dua tahun, misalnya anak ditelantarkan atau diperlakukan secara kasar, ia akan mengembangkan sikap insecure terhadap lingkungan sekitarnya. Begitu pula dengan sikap orangtua yang terlalu melindungi atau terlalu mengendalikan anak, semakin besar peluang munculnya gangguan kecemasan pada anak-anak tersebut. ⛔Akibat Gangguan Kecemasan Anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan menunjukkan berbagai bentuk manifestasi kecemasan yaitu: 🔻 Gagap (stuttering disorder). 🔻 Menjadi sangat pendiam (selective mutism). 🔻 Fobia terhadap suatu objek, atau peristiwa tertentu. 🔻 Obsesi-kompulsi: Obsesi adalah pikiran yang timbul secara terus menerus, sulit dikendalikan, dan tidak diharapkan. Sedang kompulsif adalah perilaku berulang dan sengaja dilakukan sebagai bentuk respon dari obsesi yang muncul. Misalnya, seorang anak yang cemas dirinya terkena penyakit akan mencuci tangan secara berulang-ulang dalam frekuensi semakin meningkat secara berkala setiap harinya. ♻Mengantisipasi Gangguan Kecemasan Agar gangguan kecemasan pada anak tidak berkembang menjadi buruk, orangtua harus dapat mengenali gejala yang tampak pada perilaku negatif anak. Setelahnya akan lebih baik jika mengonsultasikannya pada psikolog anak sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat, disesuaikan dengan kebutuhan anak. Selain sesi-sesi konseling, akan dilakukan terapi yang pastinya disesuaikan dengan kebutuhan si anak. Semakin kecil usia anak, semakin besar peran orangtua dalam menentukan keberhasilan terapi. ♻ Peran keluarga juga sangat penting sebagai basis utama tumbuh kembang anak. Orangtua perlu memperhatikan kualitas interaksi dengan anak, juga memberikan rasa aman kepada anak dan memahami kebutuhan anak sesuai dengan usia perkembangannya. Sekian, semoga bermanfaat. (rm) ✳ Sumber: - futuready(dot)com - kidsdale-pedulianakusiadini 🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 23 Agustus 2017 🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄 ☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6285725105272 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
19 notes · View notes
salihaofc · 7 years ago
Text
💼Stres Kerja #2 (end)💼
😃 Halo moms and dads. Dalam materi kali ini kita akan membahas tentang dampak stres kerja dan cara mengatasinya. Cekidots 😉 🎈Stres kerja dapat memberi dampak positif maupun negatif bagi karyawan. Dampak positifnya adalah, stres ini diharapkan akan memacu karyawan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan bersemangat sebaik-baiknya. Namun jika stres tidak mampu diatasi, akan menimbulkan dampak yang justru merugikan karyawan. 🎈Berikut ini beberapa dampak dan akibat yang ditimbulkan dari stres kerja: 1. Subjektif, berupa kekhawatiran atau ketakutan, apatis, rasa bosan, frustrasi, kehilangan kendali emosi, penghargaan diri yang rendah, gugup, kesepian. 2. Perilaku, berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol dan obat-obatan, makan atau merokok secara berlebihan, perilaku impulsif, tertawa gugup. 3. Kognitif, berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang masuk akal, daya konsentrasi rendah, sangat sensitif terhadap kritik. 4. Fisiologis, berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut jantung dan tekanan darah meningkat, mulut kering, bola mata melebar, selalu merasa panas atau dingin. 5. Organisasi, berupa angka absensi, omset, produktivitas rendah, terasing dari mitra kerja, komitmen organisasi dan loyalitas berkurang. 🎈Jika saat ini kita merasakan beberapa dari hal tersebut, ada cara yang dapat kita lakukan untuk mengurangi stres dan mengubah situasi pekerjaan menjadi lebih baik.
1. Melakukan Kegiatan yang Mengurangi Ketegangan Cara yang efektif untuk mengurangi stres di tempat kerja adalah tetap bekerja namun dengan mengurangi ketegangan. Pertama, kita dapat mencari bantuan dari dokter atau psikolog untuk berkonsultasi tentang gejala yang kita alami. Kita juga dapat melibatkan diri dalam kegiatan santai seperti yoga, dzikir, berdoa, atau apapun yang kita dapat benar-benar menikmatinya, seperti berolahraga, berjumpa dengan sahabat, membaca buku, menonton film atau berkebun.
2. Menyelesaikan Masalah Menentukan sumber stres dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah hal pokok yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan stres. Misalnya apabila kita sedang merasakan stres tentang suatu proyek maka pertimbangkan sesuatu yang dapat membantu untuk memperjelas ruang lingkup dan tugas yang diperlukan. Jika itu adalah konflik dengan rekan kerja maka jangan menghindar, dan segera melakukan "perdamaian" dengan rekan tersebut. Berbicara dengan atasan juga merupakan langkah baik untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
3. Selalu bersyukur Dalam setiap momen hidup kita, pasti ada hal yang dapat kita syukuri, meski kadang hal itu luput dari perhatian kita. Misalnya, walaupun pekerjaan kita menggunung, namun kita memiliki rekan kerja yang sangat kooperatif. Bayangkan jika pekerjaan kita banyak dan rekan kita tidak bisa diajak bekerja sama. Pasti pekerjaan kita terasa semakin berat.
4. Bergaul dengan Orang yang Positif Banyak tempat kerja memiliki “rantai geng”, yang beranggotakan rekan kerja yang selalu stres dan banyak mengeluh. Sebaiknya bergaullah dengan orang-orang yang mendukung, santai dan menyenangkan berada di sekitar mereka. Jika kita bergaul dengan orang-orang yang selalu bersemangat, kita pun akan mendapat dukungan moral untuk terus bersemangat. 🎈Sekian materi #psycorner hari ini, semoga Bermanfaat. (rm) 📚Sumber: kajianpustaka(dot)com biropsikologi(dot)info 🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀 Segera daftar untuk bergabung dalam BIncang Asik ala Supermom Wannabe #4 dengan tema "Melindungi Buah Hati dari Bahaya Pedofilia." Caranya, ketik BIAS_Nama_No Wa_Menikah/belum Kirim ke no +6285602140960 (Devi) 👥 Only 30 seats 💰 20.000 🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀🌀
🌷SUPERMOM's NOTE🌷 Edisi #psycorner 20 September 2017 🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄 ☘ Email : [email protected] ☘ Fanpage FB : https://web.facebook.com/supermomwannabefanpage/ ☘ Twitter : https://twitter.com/supermom_w ☘ Instagram : https://www.instagram.com/supermom_w/ ☘ Tumblr : http://supermomwannabee.tumblr.com/ ☘ WhatsApp: +6285725105272 ☘ Line: @qxb9368f (use @) Link: http://line.me/ti/p/%40qxb9368f
6 notes · View notes