#prosaliris
Explore tagged Tumblr posts
gramabiru · 13 days ago
Text
Tumblr media
Aku duduk dalam senyap, tetapi pikiranku riuh.
Seolah ada seribu suara yang bersahutan, masing-masing mengajukan tafsir mereka tentang cinta.
Akal menuntut logika, mengurai sebab akibat, menimbang untung rugi.
Namun hati, dengan keyakinan butanya, memilih untuk merasa tanpa bertanya.
Cinta, kata mereka, harus masuk akal.
Tapi sejak kapan cinta tunduk pada perhitungan?
Sejak kapan ia bisa dipadatkan dalam rumus atau ditakar dalam bilangan?
Cinta adalah absurditas yang justru menjadikannya nyata.
Aku ingin memahaminya, membungkusnya dalam definisi yang rapi.
Namun semakin kupikirkan, semakin samar ia menjelma.
Seperti gema dalam ruang kosong, ia hanya bertambah bising tanpa pernah menemukan bentuknya.
Mungkin kebisingan ini adalah takdir.
Bahwa cinta bukan untuk dipahami, tetapi untuk dijalani.
Bahwa akal dan hati akan selalu bertengkar,
Dan aku, dalam diamku, hanya bisa mendengarkan.
6 notes · View notes
megadiantara-blog · 6 years ago
Text
Kita Hanya Sebentar
Kata kita hanya sebentar.
Justru karena kesementaraan itulah, suatu saat kita pasti berpisah.
Lalu menemui perjumpaan lagi. Di tempat dan keadaan yang lebih baik, semoga begitu.
Dan tentu butuh berulang kali hidup dan mati agar waktu mampu menerka seberapa besar rindu diantara kau dan aku, yang ia selalu coba intip di sorot mata kita yang sebentar.
Kita hanya sebentar. 
2 notes · View notes
derifirman · 3 years ago
Text
Bulan Bandung, bulan saha?
Anteng deudeuh neuteup Bandung, kabeneran bulan keur meujeuhna manceran. Sinarna ku éndah nyaangan nu kapoékan. Angin tiis lirih keukeuh maturan kuring sorangan neuteup maneuh kanu euweuh. Bulan caang nyaksian sakapeung kawas nu nyeukseukan. Majar kuring teu baé hanjat tina kateudayaan, tina kapeurih nu teu baé diubaran. Bulan caang henteu jadi pangbangbrang, kalah anteng nyeungseurikeun, ngéngéra majar caangna lain rék ngahaneutan tapi rék niiskeun sina tiiseun haté kuring nu majar moal unggah tina katunggaraan. Atuh ari bulan anu mangprung di Bandung téh anu saha? Sabab kuring mah kanu caang henteu ngaboga-boga.
1 note · View note
nenjkv · 7 years ago
Text
Hujan
Hujan menemuiku di saat kau berlalu. Hujan selalu menceritakan kepadaku tentangmu, membuat telinga ini kembali mendengarkan segala janji manis dari bibirmu yang pernah kau ungkapkan di saat-saat yang telah berlalu. Hujan, membuat mata ini seakan menatap wajahmu walau hanya sebatas sketsa di balik bulir-bulir hujan yang  jatuh ke Bumi; yang kutatap dari balik jendela di dalam ruang rindu yang hanya menyakiti hati. Aku tahu kau telah berlalu, namun merindukanmu adalah caraku menghargai rasa cinta yang pernah kita rasakan berdua pada jejak-jejak waktu dan ribuan kenangan yang pernah kita lalui bersama. Bagiku, kau adalah masa lalu yang pernah kuperjuangkan setengah mati. Aku tahu, tak segala cinta yang datang bisa mencapai puncak kebahagiaan. Namun, aku juga tahu dengan saling memperjuangkan mungkin segalanya tidak berakhir dengan percuma. Tetapi, kau malah membiarkanku sendiri memperjungkan, membiarkan diriku sendiri yang menanggung rindu, membiarkan aku sendiri yang mencintai sementara kau, malah mencintaiku dengan setengah dan terus saja mengejar yang menurutmu lebih baik dengan matamu.
Johanz Kabes Valkason I Rabu 11 Juli 2018
3 notes · View notes
nurainihim · 5 years ago
Photo
Tumblr media
[ M E N U N G G U ] . Setiap orang pasti pernah menunggu. Entah dalam hal remeh temeh ataupun untuk hal yang begitu penting. Terkadang menunggu menjadi hal yang teramat berat, meski selisihnya hanya sepenggal tarikan napas. . Sebab itulah kami menuliskannya. Kala itu, menunggu pernah menjadi fase terberat. Entah menunggu panggilan kerja, menunggu dosen, menunggu hujan reda, bahkan dalam menunggu dia. Buku ini adalah project kami berdua, saya @hestiindahmifta dan rekan saya @anggunmelatis yang kami kerjakan sejak beberapa tahun yang lalu setelah kami lulus S-1. Kemudian kami disibukkan dengan karier dan melanjutkan studi dengan sedikit demi sedikit kami mengayuh melanjutkan project ini. Sampai akhirnya, setelah kami sama-sama menggenap, kami putuskan untuk berbagi lewat bunga rampai ini. #kesaksiansemesta #kumpulanprosa #prosaliris #sajak #ourbook #ourstory #ourproject (di Surakarta) https://www.instagram.com/p/B70n5AElz39_MHwGSkaHHRt243gKNglMB1ENsA0/?igshid=17wnefbuuuu18
0 notes
my-jejak-langkah · 8 years ago
Photo
Tumblr media
. *Apakah Kau* . . Apakah kau? Kau yang bahkan mendengar tentangmupun aku tak pernah. Kau nama asing yang dikenalkan orangtuaku. Aku merasa seperti ada di zaman Siti Nurbaya. Hanya saja kali ini lebih baik karena bukan pria seperti Datuk Maringgi yang kutemui. Tapi mungkin bukan kau. Karena kau telah berharap lebih tentangku, terpengaruh cerita orangtuaku. Jelas saja orangtua akan menyebut-nyebut kebaikan anaknya. Aku hanya takut saat kau tak menemukan semua itu padaku dan kau pergi begitu saja. Lalu apakah kau? . . Apakah kau? Kau yang telah mengenalku lama, menaruh perhatian padaku, bahkan pernah mengungkapkan rasa. Tapi mungkin bukan kau. Karena kau bahkan tak berani untuk sekedar mengulangi penyataan itu lebih serius. Aku mengerti, mungkin kau tak ingin aku menaruh harap. Aku juga mengerti, mungkin kau belum siap melabuhkan hati. Tapi kenapa kau selalu hadir begitu tiba-tiba. Bahkan saat aku mulai lupa, kau menampakkan dirimu lagi. Lalu apakah kau? . . Apakah kau? Kau yang mungkin saja dekat tapi tak pernah saling menyadari. Kau dan aku sama-sama tak pernah berpikir akan menjalin hubungan. Namun dengan izinNya, menggerakkan alam membuat kita bertemu. Sama-sama berpasrah pada roda takdir. Sama-sama melakukan usaha terbaik bukan untuk siapa-siapa, tapi untukNya. Untuk Dia, Sang pemilik hati. Lalu apakah kau? . Makassar, 3 April 2017 . . #prosaliris #belajarmenulis
1 note · View note
antikarafalesia · 8 years ago
Photo
Tumblr media
📷 taken by #aaraa . Membabat aksara . Aku membiarkanmu menikmati senja, di ujung dunia dengan batas pandang. Tanganmu masih saja menggenggamku erat tak pernah lepas walau sedetik. Matamu bahkan enggan menatap siluet sunset yang tajam, hingga terlihat begitu jelas peraduan bola matamu tepat di wajahku. Jingga adalah warna romantis yang pernah kita miliki, bersandiwara dalam lakon impian masing-masing. Lantas menjauh untuk saling menguatkan. Semua berawal saat kisah kita tak lagi indah, terbongkar bersama jalannya waktu. Aku hanya sebatas anak manis yang kamu sukai dalam diam, lalu aku pemerhati sejati yang siap menatap matamu saat marah. Bukankah hati itu terikat sejak kita saling bersama. Menjelma aksara dalam bait puisi yang tercipta. Aku dan kamu bahkan tak tahu menamainya dengan apa. Bertengkar bukan menjadi hobi, tapi suatu kewajiban rutin yang harus kita lakoni. Mengalah adalah kewajibanmu, lantas aku hanya berhak berkuasa atas apa yang kamu inginkan. Terkadang, tak cukup bagiku untuk sekedar membuatmu mengalah, karena ada yang menarik saat tanganmu mulai menari di atas secarik kertas. Aksara arab mulai berjatuhan, musim semi tiba saat kau menulis. Semua akan terhenti lantas kamu pergi ke ujung belahan dunia, yang kita sebut sebagai syurga, sedang aku terbahak melihatmu kalah. Bertahun lamanya, tak kulihat tatapan matamu. Kita bahkan tak saling bersapa dalam gelombang suara. Aku bangkit melupakanmu, namun hatimu tetap kokoh menanti yang tak pasti. Kuanggap kisah ini telah usai, terbang bersama angin yang telah membawaku pulang. Lantas sesekali kita bertemu hanya untuk saling sapa, tanpa tahu apa rasa. Tersenyum hanya sebagai kewajiban, bahkan hatiku tak lagi sama. Ada dia yang lebih menggetarkan jiwaku. Dunia bukanlah milik kita, saat kita memilih pergi, maka akan ada saatnya kita ditinggal pergi. Skenario Tuhan selalu indah, datang di waktu dan tempat yang tepat bersama dengan seseorang yang tepat. Jika dalam hidup, kamu selalu menanti, maka suatu saat bungamu akan merekah pada waktunya...... (Lanjutannya, besok di posting di blog aaraa ya... ) #prosa #prosaliris #odop #onedayonepost #writer #write #penulislampung #penulisabal #aaraa (at Metro Pusat, Kota Metro)
0 notes
dwiardyprasadhana · 10 years ago
Photo
Tumblr media
'SEBUAH KOTA DI DALAM KEPALA'
Sunyi selalu berhasil mengantarkanku kesebuah kota di dalam kepala. Gugusan gedung rencana, nyala harapan yang menyala serupa cahaya lampu di kota tua; terang, kadang redup sesukanya.
Hening selalu menjadi penunjuk jalan menuju kota itu. Mengunjungi jejak masa lalu yang kelabu, menziarahi jalan hijrah dahulu menuju benderang. Menyambangi mulut lorong masa depan, engkau di sana semisal bayang-bayang.
Aku, tak pernah benar-benar kesepian. Selalu ada mereka yang lalu lalang di kota itu. Beberapa diantaranya menyebalkan, namun menunjuki aku menuju jalan kesabaran. Sebagian yang lain menyenangkan yang memberi nilai sebuah kebersamaan. Yang menyuguhkan ketenangan memberitahu berharganya sebuah pertemuan. Dan kau, tak ada diantara mereka, engkau tersembunyi dari kota. Kau ada di sana, pada malam yang melarutkan kantuk, engkau juga sibuk menjelajah kota di kepalamu sendiri, lalu aku kembali memeluk hangat tubuh sendiri.
Di dalam kepala-ku, kota itu keramaian tanpa bunyi. Sunyi yang tak pernah sepi. Tempat segala kepastian yang Tuhan rahasiakan dan riuh ramai kota itu ialah bisingnya dugaan dan keinginan. Dan lirih do’a dini hari yang kembali membawaku pulang.
Apa nama kota di dalam kepalamu, Nona ? Apakah serupa kota tua yang menakutkan atau kota konflik yang menggelisahkan ? Semoga engkau tahu jalan pulang.
© dwiardyprasadhana 28/02/15 Rantau Kasai (Riau) Di Malam Yang Hujan.
7 notes · View notes
nenjkv · 7 years ago
Text
Pergilah Jika Itu Maumu
Setelah sekian lama, aku baru menyadari. Bahwa, selama ini aku begitu mencintai dirimu yang masih terus memikirkan dia yang telah berlalu bagimu. Setelah sekian lama, aku baru menyadari, bahwa aku tengah begitu mencintai seseorang yang hanya setengah saja dalam hal mencintaiku. Kau bukanlah yang terbaik, bukan yang pantas diperjuangkan, bukan yang pantas dicintai tanpa setengah-setengah. Setelah sekian lama, rasa yang kumiliki kini berubah menjadi luka. Luka, yang masih kurawat hingga kini. Luka, yang membuatku selalu bersembunyi di balik senyum yang hanya pura-pura karena aku hanya ingin terlihat tegar. Andai saja hati ini bisa bicara, mungkin dia akan beteriak mengeluh kepada perilakumu mencintaimu yang hanya menggores hati. Pergilah jika itu inginmu, biar kau tak lagi terus merakit luka untukku, biar kau bahagia dengan pilihanmu sendiri. Aku lelah menanggung segala perih selama mencintaimu, aku lelah terus disakiti tanpa sebab. Maafkan fisikku yang mungkin tak begitu sempurna di matamu. Maafkan caraku menyayangmu, yang mungkin menurutmu biasa-biasa saja. Tetapi, satu hal yang seharusnya kau sadari, dalam diam dan kesederhaanku mencintaimu, ada rasa takut kehilangan yang begitu besar terhadapmu. Pergilah dengan dia yang lebih benar-benar sempurna bagimu. Kupikir selama kau mencintaiku adalah karena ingin saling melengkapi, namun aku salah.
JOHANZ KABES VALKASON I Kamis 12 Juli 2018
3 notes · View notes
derifirman · 6 years ago
Text
Purnama
20 April 2019, purnama nyampak di langit biru kulawu. Kawas nu mawa kila-kila bakal datang hiji tangara ngeunaan nu lawas sirna. Purnama caang dipulas tresna mabrak nyaah dina jandela pasrah, ngagupayan tina sela-sela karémpan. Peuting ieu enung, sirung kanyaah renung narembongan deui ngalangkang tina laras waas anu ngajentréng lantaran angin talatah niup lalaunan haréwos nu matak bagja. Ngan hanjakalna purnama datang sakolebatan, lir ngabukbak jalan anyar, jalan caang narawangan pikeun nyiar pamustungan.
Balé mangut, keur meujeuhna migandrung liwung.
0 notes
my-jejak-langkah · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Jangan dibaca. Ntar baper... *Membenci Cinta* Kapan terakhir kali aku jatuh cinta padamu? Akupun sudah tak ingat lagi, tepatnya tak ingin mengingatnya. Terlalu banyak duka dan luka kau tinggalkan. Sudah terlalu sering aku terbuai perhatianmu, namun tak sedikitpun kau hiraukan rasaku. Sudah terlalu banyak memar di sisi hatiku, namun kau tetap tak peduli. Kau pergi seolah aku baik-baik saja. Aku membencimu. Aku benci saat harus menerima bahwa kau hadir lagi, di kala aku benar-benar sudah mulai melupakan namamu. Nama yang dulu sempat bertengger indah dalam kerangkeng hatiku. Nama yang dengan mendengarnya aku seperti terbang melayang sampai lapis ketujuh langit. Nama yang bagai sihir abrakadabra bagi deritaku. Nama yang.... Ah sudahlah, namamu dulu begitu bernyawa. Tapi tidak sekarang. Namamu bahkan tak lebih dari seonnggok huruf tak bermakna walau terangkai di indah kata. Tidakkah kau tahu telah banyak hari kulalui dengan membunuh segala harap bersamamu? Tahukah kau telah banyak masa kulewati dengan mencoba mencintai nama lain selain namamu? Kau harus tau betapa sulitnya aku. Karena namamu begitu lekat. Selekat tancapan paku pada bilah kayu. Walau sudah berhasil kucabut tetap saja bekasnya tak hilang. Itu semua karenamu. Aku membencimu. Kini, biarlah aku bebas lepas. Jika kau tak benar peduli padaku, janganlah menampakkan namamu barang sejenak saja. Sudah cukup segala siksaan ini untukku. Biarkan aku damai dengan sepiku. Kecuali jika kau datang dan menjadikanku labuhan terakhirmu. Akan kupikirkan untuk tidak membencimu cinta... #prosaliris #kelas7harijagobikinpuisi
0 notes
antikarafalesia · 8 years ago
Text
Pernah
Pernah Kita adalah sebatas pernah Pernah berjumpa dalam mimpi, lantas memberanikan diri atas pertemuan. Pada bait yang kuberi nama harap, dia tak lagi dapat terungkap. Hanya sebatas angan dengan kata pernah. Sebab dunia bukan milik kita, lakon atas kehidupan Dia-lah yang mencipta. Kita hanya sebatas pernah. Tinggal pada suatu masa, dimana ada bait aksara yang menjelma, menjadi kita yang pernah. Seandainya rembulan datang pada malam yang kukenal syahdu, sayangnya bintang tak lagi dapat bersama. Maka pada malam yang rumit dia menjelma kata pernah. Pernah bersama namun tidak selamanya. Pada alunan melodi, bait yang kuingat adalah kenangan. Kenangan atas masa yang pernah kita harapakan. Kata pernah menjadi rumit saat jiwa tak lagi sadar. Di sana ada mimpi, yang tak akan menjadi nyata, lalu hanya akan sebatas pernah. Jika bulan dan bintang terlihat mesra malam ini, maka kita hanya akan mengatakan kata pernah. Serupa pernah terjadi meski dalam mimpi yang rumit. Benang ikatan pun menjadi sangat rumit, warna merah terlihat cantik meski pipih lalu kandas. Hanya sebatas pernah, tangan kita saling berjabat lalu lambaiannya terlihat jelas. Maka kita sepakat, menjelma kata pernah adalah kisah kita. #pernah #write #writer #prolis #prosaliris #justword #odop #aaraa
0 notes
dwiardyprasadhana · 10 years ago
Photo
Tumblr media
'Jangan Keliru Mengikat Tali, Jangan Keliru Menambat Hati'
Percuma mencari-cari obat untuk luka-luka lama yang tertambat di dermaga lautan hidup yang sudah terlanjur di lalui rasa airnya telah terasa tawar. Air laut asin bukan !? tunjukkan.
Kayuh saja perahumu Mengarungi lautan yang airnya benar-benar asin tidak samar-samar tidak tawar bersiaplah terbakar panas matahari saat berlayar kelak setelah kulitmu melepuh perih, baru kau sadari untuk menepi.
Jika sudah begitu, sandarkan saja perahumu, ikat dengan tali sekuat hati. Namun, jangan keliru menambat hati. Sambil menanti- nanti kau sembuh dari perih.
Barangkali dulu sekali di dermaga yang telah kau singgahi kau keliru menambatkn tali. Atau, bisa jadi angin yang menghembus layarmu ke sana ke mari. Lautan memang begitu, berat di takhlukkan. Luasnya saja tak terkira, badai samuderanya menerjang tak terduga.
Lelah kau nanti mengukur luasnya Letih kau nanti menyelami ke dalamannya. Remuk kau nanti dihempas badainya.
Siapkan saja dirimu, kuatkan perahumu, kembang layarnya, mulailah lagi.
Jika kelak ingin menepi, menepilah tepat di dermaga dan jangan keliru mengikat tali, jangan keliru menambat hati.
Sekalipun perahumu tak sekuat besi. Jika ikatanmu pasti dan kau tak keliru menambatkn hati, kelak di dermaga itu perahumu semakin kokoh untuk mengarungi, jangankan lautan, kelak samudera yang ganas pun bukan hal sulit untuk kau lalui.
Tak ada yang sia-sia. Selamat berlayar, semua jerih payah kelak terbayar…..
Sumut 13/10/14 © Dwi Ardy Prasadhana.
2 notes · View notes
dwiardyprasadhana · 11 years ago
Text
" Aku Malu "
Tuhan, aku malu pada hujan yang patuh pada titahMu. Ia bersedia jatuh membuat bumi basah bahagia… Tuhan, aku malu pada angin yang arah hembusannya selalu menurut apa kataMu. Tanpa bertanya, mengapa harus mengarah ke selatan ? Utara ? Atau arah mana saja yang Engkau mau. Tuhan, aku malu padaMu. Aku yang tak sepenuhnya patuh, aku yang tak seutuhnya teguh atas perintahMu… Tuhan, Kau Maha Baik kan ?! Maha Pengampun kan ?! Walau begitu aku tetap malu menjadi benalu, menjadi benalu yang tak mau terima atas ketetapanMu, yang ragu atas jaminanMu, lantas menggerutu tak tahu malu.
Tuhan, hujan dan angin membuatku malu, namun dari sana aku belajar untuk takluk pada ketetepanMu. Pada jaminanMu, bahwa tawakal itu sepenuh hati bukan berserah separuh hati.
5 notes · View notes