#pengarang Puisi
Explore tagged Tumblr posts
Text
#pengarang#penulis#poetry#quotes#literature#poem#puisi#writers on tumblr#aestheticquotes#vintage#poems on tumblr#poets on tumblr#i wrote this#i miss you#about you#text#pretty things#cute things#book writing#books & libraries#writers#aesthetic poetry#authors#writerscommunity#dark academia#penyair
2 notes
·
View notes
Text
"Naik Delman"
Sebuah puisi boleh diinterpretasi berbeda, tergantung dengan pisau apa seorang mengupas atau mengulitinya.
Beberapa bulan lalu, di perjalanan di atas motor tiba-tiba terpikir lagu "Naik Delman" ini. Betapa pintarnya pengarang lagu ini, bisa menciptakan lagu yang bisa dipakai di 2024 dengan tepat.
Kita bahas yuk. Usahakan agak jauh dari tukang bakso dulu ya.
Pada hari Minggu, ku turut ayah ke kota.
Dari sekian banyak hari, yang disebut adalah hari Minggu. Dari sini tergambar kan, siapa yang turut ayahnya ke "kota" di hari Minggu?
Di kalimat itu bukan "ikut" tapi "turut", bisa jadi sebenarnya "turuti". Jadi sebenarnya dia tidak ingin ke kota, tapi disuruh ayahnya buat ke kota akhirnya nurut-nurut aja.
Naik Delman Istimewa
Di antara begitu banyak transportasi kota, yang disebutkan adalah delman. Kata "delman" ini rasanya sedikit mirip dengan kata "dalem" atau bakunya "dalam" yang bisa jadi penulis ingin menyebutkan bahwa sosok aku ini pergi ke kota naik orang dalam yang istimewa. Istimewa kan ya?
Ku duduk di muka, ku duduk samping pak kusir yang sedang bekerja
Coba pahami kalimat ini. Si aku pergi ke kota karena turut ayahnya, lalu di kota dia naik delman. Delman itu di bagian muka hanya bisa diisi 2 orang, jika sosok aku duduk di muka dan disampingnya ada pak kusir yang saat itu sedang bekerja (untuk ayahnya) maka di mana ayahnya? Yap! Jelas ayahnya ada di belakang mereka berdua. Eh..
Mengendali kuda
Terdengan familiar bukan?
Supaya baik jalannya
Pak kusir mengendalikan "kuda" supaya jalannya baik. Bisa jadi kuda itu kuda hitam.
Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk
Seakan tidak ada yang salah dengan kata-kata tuk tik tak tik tuk ini. Tapi jika kamu lanjutkan sampai akhir. "Tak tik tuk - suara...." tambahkan huruf U-A-UN di sana. Jadilah "Utak-atik untuk - suara..."
Hmmm.. utak-atik suara?
Suara apa?
Suara sepatu kuda
8 notes
·
View notes
Text
Meresensi dengan Hati by: Hanin R. Pramestie
Halo semua, pada kesmepatan yang membahagiakan ini kita dapat bersua melalui tatap maya, bagaimana kabarnya teman-teman semua. Semoga baik dan senantiasa berbahagia~
Meresensi dengan hati adalah tajuk yang akan kita bahas pada tatap maya kali ini, langsung aja yuk!
Meresensi merupakan kata kerja yang menyatakan suatu hal dari tindakan yakni resensi, So. apa sih resensi itu?
Resensi adalah cara seseorang dalam mengulas atau menilai serta memberikan pendapat tentang suatu karya seperti buku, film atau yang lainnya.
Penulis resensi atau peresensi adalah seseorang yang memberikan gambaran, penilaian dan pertimbangan mengenai kelebihan atau kekurangan dari suatu karya misalnya buku, film, puisi yang ingin dibeli atau dibacanya. Dan pada akhirnya apakah karya tersebut bisa layak dibaca atau tidak.
Pada kehidupan sehari-hari resensi memiliki 3 fungsi loh:
Fungsi informatif, yakni menginformasikan keberadaan buku atau film tertentu sehingga sebagai pembaca atau penonton kita jadi tertarik untuk tahu lebih lanjut.
Fungsi komersial, yakni mempromosikan produk baru untuk kepentingan komersial (keuntungan materi), biasanya fungsi komersial ini diperuntukkan untuk penulis, editor, maupun penerbit. Tertarik? ayo mulai berkarya dari sekarang
Fungsi akademik, yakni interaksi antara penulis buku, penerjemah, editor, dan peresensi dalam membentuk wacana keilmuan serta berbagai pengalaman dan sudut pandang tentang topik tertentu yang dijadikan fokus resensi. Dari sini nih ada semacam talkshow atau bedah buku, hmm semakin menarik bukan
Meresensi juga perlu tahu tahapnya loh, tentunya kita gaboleh lupa sama urut-urutan yang tepat, lalu gimana sih urutan yang tepat itu?
Judul Resensi
Judul haruslah ada jika ingin meresensi karya orang lain. Judul resensi dibuat menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan. Jadi sebisa mungkin ketika kita buat judul harus mencakup isi cerita yaa bestie!
2. Identitas (buku, film, lukisan atau yang lainnya)
Identitas tuh luas banget lho, biasanya mencakup judul, nama pengarang, penerbit, tahun terbit, tebal buku (berapa halaman), harga buku (jika ada) dan lain sebagainya.
3. Pendahuluan
Pada bagian ini, peresensi berusaha memperkenalkan pengarang, latar belakangnya, dan tujuan penulis membuat atau menulis karya itu. Bisa juga membicarakan karya-karya dari pengarang, keunikan pengarang, maupun kesan terhadap karyanya yang akan diresensi.
4. Isi Resensi
Isi resensi mencakup 3 hal penting loh yaitu Sinopsis (untuk buku fiksi), Rumusan kerangka buku (untuk buku non fiksi), Keunggulan buku, dan Kelemahan buku.
5. Penutup
Pada bagian penutup berisi simpulan tentang apa saja yang dimiliki sebuah karya tersebut dan saran atau pertanyaan bahwa buku itu penting untuk siapa dan mengapa.
Wah Ilmuku bertambah nih!
Saatnya belajar membuat penilaian (kalimat kelebihan dan kelemahan)
Perhatikan contoh berikut yaa!
kalimat kelebihan:
Buku ini menarik karena alur cerita disampaikan secara runtut sehingga mudah dipahami
Alur cerita film “Keluarga Cemara” ini membuat para penonton penasaran.
Novel ini menarik karena karakter tokoh digambarkan dengan sangat baik dan detail.
Sudut pandang pengarang dalam film “Bumi Manusia” bagus karena sejalan dengan novelnya.
kalimat kekurangan:
Buku berjudul “Bumi” karya Tere Liye memiliki alur cerita yang terlalu rumit untuk dipahami.
Lukisan karya Affandi menggambarkan imajinasi yang sulit dipahami oleh khalayak umum.
Durasi film “Bumi Manusia” terlalu lama sehingga penonton bosan.
Bahasa dalam Novel “Siti Nurbaya” sulit dipahami karena menggunakan bahasa daerah.
Jadi, ayo coba membuat kalimat kelebihan dan kelemahan.
sampai kita bisa meresensi dengan hati
Tetap semangat, sampai bertemu di tatap maya selanjutnya, have a good day!
2 notes
·
View notes
Text
Tentang Mikha yang Mungkin Selalu Terlewatkan.
Mikha seorang introvert dengan zodiak Virgo yang selalu mendapatkan lebel galak oleh orang-orang yang menemuinya. Ia telah melewati omong kosong dari iklan yang menyatakan tumbuh dewasa itu enak, kan? atau lebih tepatnya ia telah berlebelkan legal (22+). Ia sangat menikmati karya-karya dari CIX dan One Ok Rock, ia juga menikmati karya-karya sastra, seperti puisi, cerita pendek, dan novel. Pengarang buku yang paling ia sukai adalah Boy Candra, dan saat ini ia sedang fokus pada satu buku, yaitu Namaku Alam karya Laila S. Chudori.
- Sisi lain dari Mikha.
- Tempat yang pernah ia kunjungi.
0 notes
Text
Dari Kartini hingga Kini, Bertungkus Lumus di Jalan Literasi
Jam tujuh pagi tanda bel berbunyi masih beberapa menit lagi di madrasah tempat saya mengajar sejak lima tahun lalu. Di lapangan, anak-anak OSIS dengan sigap menghamparkan terpal plastik agar bisa diduduki oleh siswa-siswa yang lain.
Di bagian depan, dekat tiang bendera, tiga orang guru bahasa Indonesia telah bersiap. Bu Lia, Bu Fifit, dan Bu Susi. Mereka akan memandu kegiatan pembiasaan yang sudah kami rutinkan. Kami menyebutnya sebagai "Serasi". Akronim dari Selasa Literasi. Sebuah acara sederhana dimana seluruh siswa diwajibkan membawa buku bacaan non pelajaran.
Lalu, seorang guru bahasa Indonesia meminta secara bergilir, dua sampai tiga siswa, untuk mengikhtisarkan hasil bacaan dari buku yang dibawanya di depan seluruh siswa. Terkadang, guna memantik motivasi siswa agar berani maju ke depan, ada hadiah kecil-kecilan yang disediakan oleh guru. Misalnya cokelat, alat tulis dan semacamnya.
Tak jarang juga diselingi pertanyaan trivia ihwal buku dan kesusastraan di akhir pembiasaan. Ada yang antusias mendengarkan, beberapa cuek saja, satu dua orang sibuk dengan telepon genggamnya. Tak apa. Oh, ya. Di akhir semester, setiap siswa mesti meresensi satu buku fiksi atau non fiksi dan kemudian dikumpulkan kepada guru bahasa Indonesia. Yang dianggap terbaik ada hadiahnya.
Barangkali aksi kami hanyalah setitik usaha menghidupkan gerakan literasi yang sudah dikampanyekan oleh pemerintah sejak lama, dan juga mengajarkan kepada siswa kemampuan membaca tingkat lanjut agar mereka sedikit demi sedikit bisa memahami sesuatu yang sederhana hingga kompleks.
Mungkin, apa yang kami praktikkan masih jauh apa yang diimpikan oleh Kang Maman Suherman, aktivis literasi dan perbukuan. Di sebuah reels Instagram, Kang Maman mengatakan bahwa literasi itu bukan hanya bisa membaca dan menulis, karena buta huruf di Indonesia tinggal sedikit lagi. Yang menjadi titik tekan apakah setelah membaca itu siswa bisa menuliskan apa yang ia baca, dan selanjutnya apakah siswa bisa mempraktikkan apa yg telah ia tuliskan.
Literasi itu, lanjut Kang Maman, sejatinya adalah mencerahkan, memperkaya wawasan, dan memberdayakan. Kang Maman optimis bahwa literasi masyarakat Indonesia akan meningkat sesuai apa yang kita harapkan.
Tak mudah mencapai tujuan literasi seperti apa yang dipersyaratkan oleh Kang Maman, akan tetapi dengan usaha dan kreativitas yang dilakukan oleh organisasi, komunitas atau individu yang terlibat dalam kegiatan literasi, bukan tak mungkin kita bisa menggapainya.
***
Menjadi bangsa yang melek huruf dari arti luas memang tak bisa diraih secara instan. Pelan tapi pasti kita sedang melangkah ke arah itu. Mari kita tengok sejarah perkara literasi yang disuntikkan perlahan, kurang lebih sejak seratusan tahun lalu.
Permulaan awal abad ke dua puluh adalah "angin segar" bagi kaum pribumi. Walaupun tetap saja secara de facto pemerintah kolonial Belanda masih mencengkeram wilayah Nusantara.
Sejumlah politisi di negeri Belanda menggagas apa yang disebut sebagai Politik Etis, yang bertumpu pada tiga hal, yakni edukasi, irigasi, dan transmigrasi. Hal ini dilakukan sebagai upaya balas budi atas "kebaikan" yang telah dilakukan oleh penduduk Hindia Belanda selama ratusan tahun.
Di awal fajar abad ke dua puluh, muncul seorang perempuan yang berkemajuan melampaui zaman bernama Kartini. Ia mendobrak kebiasaan dan tradisi-tradisi yang berlaku pada masa itu dengan harapan bisa meningkatkan derajat perempuan. Ia memilih berjuang dengan tulisan, yang di kemudian hari pikiran-pikirannya itu menginspirasi perempuan bahwa mereka bisa menjadi apapun sepanjang mempunyai kemampuan.
Pramoedya Ananta Toer dalam Panggil Aku Kartini Saja bertungkus lumus menulis sepak terjang Kartini. Menurut Pram bahwa Kartini dikenal orang justru karena statusnya sebagai pengarang melalui karangan-karangannya, baik dalam bentuk surat, catatan harian, puisi, maupun prosanya. Kartini sebagai seorang pengarang perempuan, pada waktu itu memang belum terlalu lumrah untuk diketahui oleh khalayak ramai.
Pernah suatu ketika, menurut Pramoedya, ia menulis tentang antropologi perkawinan yang terjadi di kalangan pembesar pribumi yang bahannya diambil sewaktu adiknya Kardinah kawin pada tahun 1903. Sebuah majalah di terbitan Nederland berkali- kali meminta izin untuk menerbitkannya, tetapi Kartini menolak. Redaksi majalah tersebut kembali mendesak, sekiranya Kartini tak setuju namanya dicantumkan, nama itu boleh dibuang. Kartini tetap menolak, dengan alasan biar dibuang nama itu, orang akan tetap tahu siapa penulisnya. Dan menurut Pram, alasan itu memang tepat, karena waktu
itu terlalu sedikit orang Indonesia yang bisa menulis dalam bahasa Belanda, lebih sedikit lagi yang karangannya sampai bisa diumumkan.
Namun, hal yang menjadi bagian penting dari kepengarangan Kartini adalah surat-menyurat. Surat-menyurat inilah yang kemudian dihimpun oleh Mr. J.H. Abendanon, pada waktu itu bekas Direktur Departemen Pengajaran dan Ibadat Hindia Belanda, dan diterbitkannya dengan judul Door Duisternis tot Licht atau Indonesianya, yang dikenal selama ini: Habis Gelap Terbitlah Terang.
Bersamaan itu pula mulai timbul kesadaran kebangsaan, barangkali efek samping Politik Etis yang menyengat pada bangsawan pribumi, yang kemudian oleh Abdul Rivai disebut bahwa saat ini tak hanya bangsawan usul tetapi juga telah hadir bangsawan pikiran. R.E Elson dalam bukunya The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan menyebut nama Raden Mas Tirtoadisuryo yang sangat yakin dengan kekuatan pendidikan barat dan gagasan baru, serta pentingnya pers dalam menyebarkan keduanya.
Tirtoadisuryo sendiri sudah mendirikan koran pribumi pertama pada tahun 1903 dan terkenal karena mendirikan koran mingguan Medan Priyayi di Bandung pada 1907. Penulis masyhur cum kandidat Nobel Sastra, Pramoedya Ananta, Toer tak ragu lagi menyebutnya sebagai Sang Pemula. Peran Tirtoadisuryo dengan media cetaknya menginjeksi para pembacanya perihal munculnya rasa kebangsaan sebagai kaum pribumi yang ditindas oleh kaum kolonial.
Dalam Tanah Air Bahasa: Seratus Jejak Pers Indonesia, kebijakan Redaksi Medan Prijaji yang diambil Tirto adalah dengan memberi kelonggaran kepada pembacanya menulis apa saja dan mengadukan hak-haknya yang dicurangi. Kalau ada surat-surat seperti itu, tugas Tirto memberi komentar. Itu artinya, pada masanya, Tirto memperlakukan Medan Prijaji betul-betul sebagai pengawal pendapat umum. Sepak terjang Tirto itu kemudian membuat sosok Tirto dalam kurun yang sama menjadi manusia berbahaya bagi pemerintahan kolonial lantaran ia telah mengubah cara berkeluh kesah publik dengan cara paling modern, yakni lewat koran.
Setahun setelah terbitnya Medan Priyayi, pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan Komisi Bacaan Rakyat yang menjadi cikal bakal Balai Pustaka, sebuah institusi yang berdiri di Batavia sejak 15 Agustus 1908. Balai Pustaka, tulis P Swantoro, dalam Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu merupakan salah satu
lembaga kebanggaan pemerintah Hindia Belanda karena dinilai berhasil menerbitkan dan menyebarluaskan buku-buku bacaan di Masyarakat Hindia Belanda.
Terlepas ada motif politik atau tidak dalam memilih dan memilah mana bacaan yang boleh dan tidak boleh, Balai Pustaka barangkali telah berjasa menyuburkan minat membaca masyarakat pada waktu itu. Keberadaan Balai Pustaka, tulis Yudi Latif dalam Intelegensia Muslim dan Kuasa, berperan penting dalam penyediaan bacaan yang murah bagi khalayak umum di Hindia.
Roman-roman seperti Atheis, Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat dan lain-lain menjadi bacaan populer yang dinikmati oleh kaum pribumi saat itu. Pengarang-pengarangnya dalam sejarah kesusasteraan Indonesia bahkan dikenal sebagai Angkatan Balai Pustaka seperti Marah Rusli, Merari Siregar, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar dan lain sebagainya.
Selain menerbitkan buku-buku, masih menurut P Swantoro, Balai Pustaka menerbitkan majalah Pandji Poestaka, juga mengeluarkan mingguan berbahasa Sunda, Parahiangan, dan majalah berbahasa Jawa, Kejawen. Di samping itu ada lagi produk Balai Pustaka yang tak kalah populer dibandingkan ketiga berkala tersebut yakni Volksalmanak, Almanak Rakyat yang terbit setahun sekali dalam tiga bahasa: Melayu, Jawa, Sunda. Setiap edisi bertiras seratus ribu eksemplar, tebal sekitar 300 halaman. Lumrah jika terbitan Balai Pustaka menggunakan bahasa Melayu, Jawa, dan Sunda, karena secara demografis banyak yang menjadi penuturnya.
Tak bisa dipungkiri, keberadaan Balai Pustaka sebagai lembaga yang memproduksi bacaan rakyat sedikit banyaknya telah menumbuhkan minat baca pada kaum pribumi, terutama pada mereka yang mengenyam pendidikan masa kolonial imbas dari politik etis. Hasil-hasil bacaan itu, pada sisi lain, menggemakan apa yang disebut kesadaran kebangsaan yang tertanam kepada sejumlah bangsawan-bangsawan fikiran hasil sekolahan. Sebutlah misalnya Tan Malaka yang menulis traktat Menuju Indonesia Merdeka atau Sukarno yang menulis pledoi Indonesia Menggugat yang dibacakan di pengadilan Bandung.
Musim semi cara-cara baru mengalahkan kolonialisme Belanda selain-meminjam istilah Ben Anderson-kapitalisme cetak, juga memunculkan organisasi-organisasi politik dan massa. Inilah salah satu strategi menghadapi kolonialisme versi abad kedua puluh. Muhammadiyah adalah salah satunya.
Organisasi massa Islam yang berdiri pada tahun 1912 oleh KH Ahmad Dahlan ini tergolong pionir setelah Sarekat Dagang Islam yang bersalin rupa menjadi Sarekat Islam. Muhammadiyah awalnya hanya beroperasi di Yogyakarta dan kemudian Jawa. Lambat laun mulai menjangkau ke seluruh Hindia Belanda.
Untuk menjaga dan mengembangkan persyarikatan Muhammadiyah, secara cerdas dan visioner Kiai Dahlan merintis bahwa dakwah tak hanya omongan belaka yang sifatnya terbatas, namun mesti diimbangi dengan dakwah bil qalam atau melalui pena yang bisa menjangkau segmentasi umat yang lebih luas.
Tak lama sejak pendirian Muhammadiyah, ormas Islam ini kemudian merintis pendirian majalah Suara Muhammadiyah, yang menurut temuan sejarawan Kuntowijoyo bahwa majalah Suara Muhammadiyah tertua yang bisa ditemukan secara fisik di perpustakaan Universitas Leiden Belanda adalah nomor 2 tahun ke-I tahun 1915 M/1333 H.
Menurut Sejarah Seabad Suara Muhammadiyah Jilid 1 (1915-1963), penemuan Kuntowijoyo itu mengubah pandangan tentang jejak Suara Muhammadiyah untuk seterusnya. Diakui bahwa Suara Muhammadiyah mulai lahir pada Januari 1915. Sejak edisi 1990, tahun 1915 inilah yang dipakai sebagai patokan dalam menentukan kelahiran majalah ini dan umurnya kemudian.
Muhammadiyah sebagai organisasi yang sejak awalnya ingin memajukan Islam secara modern dan berkemajuan, meyakini bahwa suasana zaman pada waktu itu oleh Kiai Dahlan jauh tertinggal oleh kaum penjajah. Umat Islam mengalami inferior dan tidak percaya diri menegaskan identitas keislamannya.
KH Ahmad Dahlan mendidik umat dengan sedikit pendekatan yang bisa jadi tak “umum”, melalui sekolah, amal usaha kesehatan, dan bacaan-bacaan keislaman yang di produksi oleh Taman Pustaka Muhammadiyah agar umat Islam tak ketinggalan zaman dan juga wawasan.
Mengutip dari mpi.muhammadiyah.or.id, H.M Mokhtar, ketua bagian Taman Pustaka Muhammadiyah menyampaikan dengan tegas di depan KH Ahmad Dahlan bahwa “Hoofd Bestuur Muhammadiyah Bahagian Taman Pustaka akan bersungguh- sungguh berusaha menyiarkan agama Islam yang secara Muhammadiyah kepada umum, yaitu dengan selebaran cuma-cuma, atau dengan Majalah bulanan berkala, atau tengah bulanan baik yang dengan cuma cuma maupun dengan berlengganan; dan dengan buku
agama Islam baik yang prodeo tanpa beli, maupun dijual yang sedapat mungkin dengan harga murah.
Dan majalah-majalah dan buku-buku selebaran yang diterbitkan oleh Taman Pustaka, harus yang mengandung pelajaran dan pendidikan Islam, ditulis dengan tulisan dan bahasa yang dimengerti oleh yang dimaksud. Bahagian Taman Pustaka hendak membangun dan membina gedung Taman Pustaka untuk umum, dimana-mana tempat dipandang perlu. Taman Pembacaan itu tidak hanya menyediakan buku-buku yang mengandung pelajaran Islam saja, tetapi juga disediakan buku-buku yang berfaedah dengan membawa ilmu pengetahuan yang berguna bagi kemajuan masyarakat bangsa dan negara yang tidak bertentangan kepada agama terutama agama Islam.”
Inilah bentuk sumbangan kreativitas literasi Muhammadiyah yang turut andil dalam menyadarkan umat dan juga masyarakat. Bahkan, lanjut Sejarah Seabad Suara Muhammadiyah Jilid 1 (1915-1963), di paruh pertama dekade 1930-an, umpamanya, ada beberapa majalah yang diterbitkan oleh organisasi maupun warga Muhammadiyah. Seperti majalah Moetiara, Wali Songo (dengan kantor administrasi di Muhammadiyah Cabang Wates), Pemimpin Moeballigh (dengam kantor administrasi di Kepandaian 13, Palembang), Sentosa (Konsul Bengkulu), dan Menara Koedoes (Bagian Taman Pustaka Cabang Kudus). Tak ketinggalan majalah bulanan bertajuk Pantjaran Amal yang diterbitkan oleh Muhammadiyah Cabang Betawi Bagian Tabligh.
Kombinasi antara kerja-kerja organisasi politik, ormas berbasis agama, dan tulisan-tulisan yang menyadarkan bahwa kolonialisme harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, membawa Indonesia ke dalam- meminjam istilah Bung Karno-jembatan emas bernama kemerdekaan. Walaupun hanya sedikit yang baru bisa membaca dan menulis di awal kemerdekaan, tak menyurutkan Bung Karno dan Bung Hatta pantang mundur ke belakang.
Sejumlah penulis dan sastrawan Angkatan 45 justru memanfaatkan momentum ini untuk mengobarkan semangat perlawanan. Penyair Chairil Anwar hadir lewat “Karawang Bekasi”, “Diponegoro”, dan “Siap Sedia”. Idrus menyodorkan Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma dalam merekam kisah-kisah revolusi yang mungkin saja terjadi kekonyolan di sana sini. Kepengarangan Pramoedya Ananta Toer juga diawali sejak masa revolusi.
Ia pernah menyerahkan naskah Sepoeloeh Kepala NICA dan kemudian hilang di tangan penerbit Balingka. Suasana kemerdekaan dan liku-likunya ia rekam dalam Di Tepi Kali Bekasi. Namun yang kemudian membawa namanya melambung tinggi adalah ketika Tetralogi Buru edisi pertama terbit oleh Penerbit Hasta Mitra. Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca dibaca secara sembunyi-sembunyi oleh para aktivias mahasiswa pada saat itu.
Barangkali ada semacam rasa tak lengkap kalau aktivis tak membaca karya Pram. Zaman kemudian berubah, beberapa waktu lalu, saat Kemendikbud merilis Sastra Masuk Kurikulum, Bumi Manusia masuk ke dalam buku yang direkomendasikan untuk dibaca.
***
Mungkin tak terbayangkan bahwa kita akan mengalami revolusi digital yang begitu rupa pada saat ini. Internet di Indonesia yang mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an mulai mulai mereduksi relung-relung kehidupan bahkan yang paling subtil sekalipun.
Jarak dan waktu tak menjadi soal yang berarti. Surat elektronik menggantikan surat dalam bentuk lembaran kertas yang mesti dikirim oleh pos atau kurir. Paket data internet membawa aplikasi apapun guna mempermudah apa yang kita inginkan.
Menulis yang dulu misalnya harus lewat media konvensional macam buku, majalah, dan koran, seolah menjadi ketinggalan zaman. Tergantikan dengan blog, medium, platform media sosial yang menyediakan fitur "note", hingga aplikasi menulis yang mempermudah orang untuk berkarya.
Banyak sekali penulis-penulis yang lahir akibat kecanggihan revolusi internet. Raditya Dika, seorang penulis, youtuber kondang, dan pendiri stand up comedy di Indonesia mengawali karirnya dengan menulis cerita-cerita lucu di blog. Lalu dibukukan dan sebagian diangkat ke layar lebar.
Agustinus Wibowo, penulis cum penjelajah menuliskan pengalaman mengeksplorasi tempat-tempat di seluruh dunia mulanya dari halaman-halaman internet dan kemudian diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dengan judul Selimut Debu, Garis Batas, Titik Nol, Jalan Panjang untuk Pulang menjadi buku-buku laris. Harus diakui bahwa penulis-penulis generasi mutakhir memengaruhi begitu banyak orang yang ingin berkarier pada jalur yang sama walaupun tentu saja akan memberikan hasil berbeda.
Paling terkini adalah ketika Martin Suryajaya yang dikenal sebagai dosen, penulis filsafat, novelis dan juga kritikus sastra memanfaatkan kecanggihan Artificial Intelligence (AI). Ia, pada tahun 2023 meluncurkan buku yang bertajuk Penyair sebagai Mesin.
Dari froyonian.com disebutkan bahwa buku itu membuka mata pembaca soal perkembangan dunia sastra dari kacamata AI. Buku yang disusun 2,5 bulan tersebut dibalut dengan ilustrasi penyair legendaris Chairil Anwar dengan beberapa bab yang salah satunya membahas eksperimen Martin dalam mengumpulkan korpus puisi-puisi Indonesia dan melatih mesin AI untuk melihat bagaimana teknologi ini bisa membuat karya serupa. Kecerdasan artifisial apakah menjadi “ancaman” atau berkah di segala bidang kehidupan, itu semua bergantung pada kita sebagai manusia di belakang kemudi AI.
Dari perjalanan literasi bangsa yang sudah dikemukakan di atas, setidaknya kita bisa melihat adanya tonggak-tonggak pembentukan, lalu perkembangan, dan kemudian merespon konteks zaman yang terus menerus berubah. Tujuannya tak lain adalah memberikan pencerahan, memperkaya wawasan, memberdayakan lalu menggerakkan. Menghidupkan literasi mungkin seperti melangkah di jalan sunyi, namun percayalah, majunya peradaban sebuah bangsa dimulai oleh segelintir orang yang bersikeras mengajarkan huruf, angka, dan juga aksara.
0 notes
Text
It Starts with a Death - #4. Memulai
Satria melirik sejenak ke arah Harsya yang baru saja menghabiskan roti bakar isi gulanya. “Udah?”
“Hmmm,” Harsya mengangguk dengan mulut masih sibuk mengunyah sembari membawa piring dan gelas kopinya ke wastafel dapur.
Samar-samar dari luar terdengar lantunan ayat Al Quran dari pelantang masjid jelang adzan Subuh beradu dengan suara aliran air dari wastafel.
Menjadi satu-satunya penghuni di rumah ini sejak Harsya pergi, Satria biasa memulai aktivitasnya pada jam 7 pagi dengan bersih-bersih, sarapan, mandi, lalu berkutat dengan pekerjaannya di toko.
Atau, tak jarang ia harus bepergian entah bertemu supplier, penerbit, pengarang, ataupun penyelenggara acara yang ingin menghelat hajatan mereka di toko milik Satria -- yang tak jauh-jauh dari peluncuran dan diskusi buku atau pembacaan puisi.
Keputusan yang Satria buat dan sepakati bersama Harsya tadi malam yang berujung kepada dirinya kini bangun lebih pagi, sudah rapi sebelum Subuh, dan siap pergi selama beberapa hari.
Demi menemui Ayah -- atau apapun yang tersisa darinya.
“Udah ngopi lo, Sat?” suara Harsya membuyarkan lamunan Satria. “Sat?”
“Eh, sori. Udah, Sya. Mo berangkat sekarang?”
“Well… kalo lo udah siap sih ayo,” Harsya menatapnya dari tempat ia berdiri.
Kata orang-orang, sangat mudah menebak bahwa Satria dan Harsya adalah sepasang saudara walau wajah mereka tidak betul-betul identik layaknya salin-tempel.
Tarikan wajah mereka berdua yang serupa-lah yang dengan mudah menjadi petunjuk pertalian Satria dan Harsya; garis rahang tegas, dan iris mata coklat tua yang sama-sama ekspresif tak peduli betapa berbedanya watak kedua pemiliknya.
Wajah khas anak lelaki keluarga Wismoyo; jejak-jejak yang Ayah dan Ibu titipkan ke mereka sampai hari ini.
Dua anak lelaki yang tidak berbicara satu sama lain kecuali hal-hal penting, termasuk pada Subuh ini ketika mereka memasukkan tas mereka ke jok belakang mobil Satria.
“Titip rumah ya, Pak,” kata Satria saat berpamitan ke satpam kompleks. “Saya mau ke luar kota beberapa hari.”
“Oke, Mas. Sendiri?” tanya satpam yang berjaga di pos, matanya mengarah ke Harsya di kursi penumpang yang hanya mengangguk sopan.
“Adek saya,” jawab Satria singkat. “Duluan.”
***
“Nyalain radio aja, Sya, kalo mau,” kata Satria saat mobil mereka memasuki gerbang tol. “Atau tidur kalo masih ngantuk,”
“Hmm,” Harsya hanya menggumam. “Nanti mau di mana kita gantian nyetir?”
“Gampang lah, ntar kalo capek kita melipir istirahat di mana gitu,” Satria melirik sejenak adiknya. “Udah bisa nyetir lo emang?”
“Udah dari jaman kuliah. Diajarin temen.”
“SIM berarti ada?”
“Yep. Mobilnya yang belom ada,”
“Lah trus selama ini lo nyetir mobil siapa?”
“Mobil kantor. Itu juga nggak tiap hari.”
“I see.”
Hening kembali menyelimuti kendaraan Satria. Jelang fajar begini, jalan tol sudah mulai padat dengan kendaraan orang-orang yang enggan berkutat dengan kemacetan sehingga rela keluar rumah sebelum matahari terbit.
Satria yakin, telat 20 menit saja dari rumah, mereka pasti sudah terjebak macet.
“Sat,”
“Hmm?” tangan Satria yang sudah akan menyalakan radio berhenti.
“Lo nggak apa-apa ninggalin toko lo berapa hari gitu?”
“Nggak masalah. Udah pernah juga gue tinggal-tinggal,”
“Karyawan lo berapa sih?”
“Dua anak store, satu sekuriti, sama gue,”
“Gue sering tuh baca toko lo jadi tempat event-event gitu. Kayaknya anak kantor gue pernah ngeliput di sana,”
“Siapa? Kali gue inget,”
Harsya menyebut sebuah nama yang Satria tidak ingat pernah mendengarnya atau tidak. “Liputan acara paling ya, bukan liput tempat gue,”
“Iya. Launching buku puisi apa gimana gitu,” Harsya berdehem. “Untung yang ngisi di tempat lo bukan orang problematik,”
“Misalnya?”
“Ya itu lah, yang kasusnya rame udah dari taun lalu,” Satria ingat siapa yang Harsya maksud, walau tidak ada nama yang disebut. “Tapi tempat lo screening gitu nggak sih kalo ada yang mau nyewa buat acara?”
“More or less,” jawab Satria. “Gue juga nggak mau ada masalah, Sya. Kalo ternyata diskusinya terlalu kontroversial, walaupun menarik sekalipun, pasti tempat gue juga yang kena. Gue bukan siapa-siapa untuk lolos gitu aja.”
“Yeah…” gumam Harsya lagi, sebelum mengalihkan pandangan ke luar.
“Lo sendiri gimana, Sya?” tanya Satria. “Kantor lo tau lo ke mana?”
Harsya menghela napas, teringat percakapannya dengan Bang Irwan semalam. “Tau kok,” gumamnya.
Bang Irwan sempat berniat untuk melayat, bahkan mengajukan bantuan untuk Harsya, yang tentu saja ia tolak secara halus.
“Take your time, ya, Harsya. Kabarin kalo ada apa-apa,” ucapan Bang Irwan masih terngiang di telinganya, tanpa tahu bahwa yang Harsya inginkan adalah semua ini segera berakhir.
Perjalanan ini, pertemuannya dengan Satria, sampai apapun tentang Ayah yang menunggunya 10 jam dari Jakarta.
Dengan begitu Harsya bisa kembali ke dirinya yang sebelum telepon dari Satria; yang tinggal sendirian dan tenggelam dalam pekerjaan, serta tak banyak buka mulut soal keluarga atau latar belakangnya.
Karena memang apapun soal Ayah atau masa lalunya lebih baik dilupakan, setidaknya begitu hemat Harsya selama ini.
“Lagi nggak ada tugas urgent?” Harsya nyaris mendengus saat mendengar pertanyaan Satria.
Seandainya saja Satria tahu. “Ada liputan gitu, cuma ya sementara dikasih ke yang lain,” jawabnya, teringat penugasan yang seharusnya ia lakukan hari ini.
Bahkan di dalam kematiannya, Ayah masih sempat mendistraksi Harsya dari hal yang ingin ia lakukan.
Harsya merapatkan jaket dan menurunkan sandaran kursinya. “Sat, gue lanjut tidur dikit ya. Bangunin aja kalo mau gantian.”
Ia langsung memejamkan mata tanpa mendengar jawaban ‘ya’ pelan dari bibir Satria.
1 note
·
View note
Text
Iyeu puisi aya dina buku Kandjutkundang, Prosa jeung Puisi Sunda Sabada Perang, karangan Wing Kardjo.
.
Buku: Kandjutkundang, Prosa jeung Puisi Sunda Sabada Perang
Terbit: 1963
Pengarang: Wing Kardjo.
.
𝘚𝘶𝘯𝘥𝘢𝘋𝘪𝘨𝘪, 𝘰𝘯𝘦-𝘴𝘵𝘰𝘱 𝘥𝘪𝘨𝘪𝘵𝘢𝘭 𝘴𝘦𝘳𝘷𝘪𝘤𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘚𝘶𝘯𝘥𝘢𝘯𝘦𝘴𝘦 𝘭𝘪𝘵𝘦𝘳𝘢𝘵𝘶𝘳𝘦.
SundaDigi, layanan panyungsian digital literatur Sunda.
.
#sundadigi #sunda #kebudayaansunda #unpad #pdpbs #pustakajaya #aplikasikesundaan #kamusbahasasunda #bahasasunda
0 notes
Text
Denny JA Membuka Pintu Menuju Dunia Baru Melalui Lukisan Teknologi AI di International MLF
Pengarang terkenal dan motivator Indonesia, Denny JA, telah dikenal karena karya-karyanya di bidang sastra dan motivasi. Namun, baru-baru ini, ia menunjukkan bakatnya dalam seni lukis dengan teknologi AI di kegiatan International Machine Learning Festival (MLF).
Dengan memulai karirnya sebagai seorang penulis dan orator, Denny ja telah menulis sejumlah Puisi Esai yang berhasil menjadi bestseller. Tak hanya itu, ia juga sering diundang ke berbagai acara untuk memberikan motivasi dan inspirasi bagi masyarakat Indonesia.
Namun, dalam kegiatan MLF kali ini, Denny ja menunjukkan bakat barunya dalam seni lukis. Ia menciptakan dua lukisan dengan bantuan teknologi AI, yaitu "Terbang Tinggi" dan "Ombak Besar".
Dengan menggunakan teknologi AI, Denny JA dapat menciptakan lukisan dengan warna dan detail yang menakjubkan. Ia mengaku bahwa teknologi AI memudahkan dirinya untuk menciptakan karya dengan lebih cepat dan efisien.
Menurut Denny JA, seni lukis dengan teknologi AI bukan hanya sekedar menciptakan karya yang indah, namun juga membuka pintu menuju dunia baru. Ia melihat potensi teknologi AI dalam membantu manusia menciptakan karya yang lebih kompleks dan realistis.
Denny JA juga menambahkan bahwa seni lukis dengan teknologi AI dapat menjadi inspirasi bagi para seniman untuk menciptakan karya yang lebih baik. "Kita selalu belajar dari karya-karya sebelumnya, dan teknologi AI dapat menjadi sumber inspirasi baru bagi kami sebagai seniman," katanya.
Karya-karya Denny JA dalam kegiatan MLF juga menarik perhatian para pengunjung. Banyak yang terkesima dengan keindahan lukisannya serta teknologi AI yang digunakan. Beberapa pengunjung bahkan tertarik untuk belajar lebih lanjut tentang seni lukis dengan teknologi AI setelah melihat karya-karya Denny JA.
Dalam kesempatan ini, Denny JA juga menyampaikan pesan untuk masyarakat Indonesia tentang pentingnya belajar teknologi AI. Ia menekankan bahwa teknologi AI adalah masa depan yang tidak bisa dihindari, dan kita harus belajar untuk memanfaatkannya dengan bijak.
"Teknologi AI bisa digunakan dalam berbagai bidang, termasuk seni. Jadi, mari kita belajar tentang teknologi AI dan memanfaatkannya untuk kemajuan Indonesia," katanya.
Melalui karya-karya dalam kegiatan MLF ini, Denny JA telah membuka pintu menuju dunia baru untuk seni lukis Indonesia. Dengan teknologi AI sebagai alat bantu, ia dapat menciptakan karya yang indah dan kompleks serta memberikan inspirasi bagi seniman-seniman Indonesia yang lain.
Ini adalah bukti bahwa teknologi AI bukan hanya untuk dunia bisnis dan teknologi, namun juga dapat memberikan dampak positif bagi dunia seni. Denny JA telah memberikan teladan bagi para seniman untuk menciptakan karya yang indah dan terdepan dengan bantuan teknologi AI.
Cek Selengkapnya: Denny JA Membuka Pintu Menuju Dunia Baru Melalui Lukisan Teknologi AI di International MLF
0 notes
Text
Denny JA dan Film De Gaulle: Menggugah Semangat Melalui Kekuatan Kata
Dalam dunia seni dan budaya, kata-kata memiliki kekuatan yang luar biasa. Mereka dapat menginspirasi, menggerakkan emosi, dan menggugah semangat kita. Tak heran jika pengarang dan pembicara publik ternama seperti Denny ja menggunakan kekuatan kata untuk memberikan pesan yang berarti kepada masyarakat. Salah satu karya seni yang baru-baru ini menggugah semangat adalah film "De Gaulle", yang mengisahkan perjuangan Charles de Gaulle dalam memimpin Prancis selama Perang Dunia II. Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana Denny JA dan film "De Gaulle" mampu menggugah semangat melalui kekuatan kata-kata mereka. Denny ja, yang juga dikenal sebagai penyair dan intelektual Indonesia, telah lama menggunakan kata-kata sebagai alat untuk menginspirasi orang-orang. Dalam puisi-puisinya yang terkenal, Denny JA menggambarkan kehidupan manusia, perjuangan, dan makna kehidupan dengan cara yang menggugah emosi dan pikiran pembacanya. Ia menggunakan bahasa yang sederhana namun penuh dengan makna mendalam, sehingga kata-kata yang ia tulis dapat diresapi oleh siapa pun yang membacanya. Film "De Gaulle" merupakan karya sinematik yang menceritakan tentang perjuangan Charles de Gaulle dalam memimpin Prancis pada masa sulit selama Perang Dunia II. Dalam film ini, kekuatan kata-kata juga menjadi fokus utama untuk menggugah semangat penonton. Melalui dialog-dialog yang kuat dan menyentuh, penonton dapat merasakan emosi dan semangat kepemimpinan de Gaulle saat ia berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan martabat bangsanya. Film ini memberikan gambaran yang jelas tentang kekuatan kata-kata dalam menginspirasi dan memotivasi individu serta masyarakat secara keseluruhan. Kesamaan antara Denny JA dan film "De Gaulle" terletak pada kemampuan mereka untuk menggunakan kata-kata yang kuat untuk menggugah semangat. Melalui puisi-puisi dan dialog film ini, keduanya mampu membawa penonton dan pembaca pada perjalanan emosional yang mendalam. Kata-kata mereka mampu membangkitkan semangat dan memberikan harapan bagi mereka yang membutuhkannya. Tidak hanya itu, kekuatan kata-kata juga dapat merubah pandangan dan mempengaruhi tindakan seseorang. Melalui kata-kata, Denny JA dan film "De Gaulle" mampu membangun hubungan emosional dengan penonton dan pembaca mereka. Mereka mengajak kita untuk merenung, memahami, dan merasakan apa yang mereka sampaikan. Denny JA melalui puisinya dan film "De Gaulle" melalui dialognya, mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran yang mungkin sulit diungkapkan oleh kata-kata biasa. Dalam dunia yang penuh dengan kecemasan dan tantangan seperti saat ini, kekuatan kata-kata dapat menjadi obat penyembuh bagi jiwa kita. Melalui puisi dan dialog film, Denny JA dan film "De Gaulle" mengajak kita untuk tidak menyerah dan terus berjuang. Denny JA mengingatkan kita akan pentingnya semangat dan harapan dalam menghadapi cobaan hidup, sementara film "De Gaulle" mengajarkan kita tentang kekuatan kepemimpinan yang mampu mengubah nasib suatu bangsa. Dalam kesimpulan, Denny JA dan film "De Gaulle" adalah contoh bagaimana kekuatan kata-kata dapat menggugah semangat dan mempengaruhi pikiran dan tindakan kita. Melalui puisi-puisi dan dialog film ini, mereka mampu menyampaikan pesan-pesan yang mendalam dan menginspirasi kita untuk tetap berjuang.
Cek Selengkapnya: Denny JA dan Film De Gaulle: Menggugah Semangat Melalui Kekuatan Kata
0 notes
Text
Denny JA Terinspirasi oleh Film De Gaulle Menyuarakan Kekuatan Kata yang Menggetarkan Hati
Dalam dunia seni dan budaya, film seringkali menjadi sumber inspirasi yang kuat bagi para seniman dan intelektual. Salah satu film yang baru-baru ini menginspirasi pakar sastra terkenal Indonesia, Denny JA, adalah film "De Gaulle". Dalam film ini, Denny JA menemukan kekuatan kata-kata yang menggetarkan hati, yang kemudian ia mulai terapkan dalam karyanya. Film "De Gaulle" adalah sebuah film drama sejarah yang mengisahkan kehidupan dan perjuangan Charles de Gaulle, seorang tokoh penting dalam sejarah Perancis. Film ini menggambarkan bagaimana De Gaulle berjuang untuk kemerdekaan dan integritas negaranya. Seiring dengan perkembangan cerita, ada momen-momen yang penuh emosi dan kata-kata yang menyentuh hati, yang membuat Denny ja terinspirasi. Dalam wawancara, Denny ja mengungkapkan bahwa film ini membangkitkan semangatnya untuk menyuarakan kekuatan kata-kata dalam karya-karyanya. Ia merasa bahwa kata-kata memiliki kekuatan yang tak terhingga dalam mengubah dunia. Dalam film ini, kata-kata yang diucapkan oleh De Gaulle mampu membangkitkan semangat rakyat dan menginspirasi mereka untuk berjuang lebih keras. Sejak menonton film tersebut, Denny JA mulai memperluas wawasan literernya dengan membaca karya-karya sastra yang memiliki kekuatan kata-kata yang serupa. Ia menyelami karya-karya sastra dari berbagai negara dan periode waktu, mencari inspirasi dari para penulis hebat seperti Shakespeare, Kafka, dan Tolstoy. Dalam prosesnya, ia berusaha memahami bagaimana kata-kata dapat mempengaruhi emosi dan pikiran pembacanya. Denny JA kemudian mulai mengaplikasikan temuan-temuan ini dalam karya-karyanya sendiri. Ia berusaha menyampaikan pesan-pesan yang kuat dan menggetarkan hati melalui tulisannya. Ia menggunakan gaya bahasa yang penuh emosi dan memilih kata-kata dengan cermat untuk membangun suasana yang mendalam. Dalam penggunaan kata-kata ini, Denny JA berharap dapat menginspirasi pembaca dan membuat mereka tergugah untuk bertindak. Salah satu contoh karya Denny JA yang terinspirasi dari film "De Gaulle" adalah puisi esainya yang berjudul "Suara yang Menggetarkan Hati". Dalam puisi esai ini, Denny JA mengisahkan kisah seorang pemimpin perjuangan yang berjuang melawan ketidakadilan dan penindasan. Ia menggunakan kata-kata yang kuat dan penuh semangat untuk menggambarkan perjuangan karakter utamanya, dan sekaligus menggugah pembaca untuk berpikir dan bertindak. Selain itu, Denny JA juga mulai aktif dalam kegiatan publik seperti diskusi dan seminar, di mana ia berbagi pemikirannya tentang kekuatan kata-kata. Ia berbicara tentang pentingnya memahami dan menggunakan kata-kata dengan bijak, sehingga kita dapat menyampaikan pesan dengan lebih efektif dan menginspirasi orang lain. Ia juga mengajak masyarakat untuk membaca dan mengeksplorasi kekuatan kata-kata dalam sastra. Kehadiran Denny JA sebagai seorang pengarang dan intelektual yang terinspirasi oleh film "De Gaulle" telah memberikan dampak positif dalam dunia sastra Indonesia. Karya-karyanya yang menyuarakan kekuatan kata-kata yang menggetarkan hati telah menjadi inspirasi bagi banyak orang, termasuk para penulis muda dan pembaca. Ia membuktikan bahwa kata-kata, ketika digunakan dengan tepat, dapat mengubah dunia dan mendorong perubahan positif. Dalam kesimpulan, film "De Gaulle" telah menginspirasi Denny JA, seorang pakar sastra terkenal Indonesia, untuk menyuarakan kekuatan kata-kata yang menggetarkan hati.Cek Selengkapnya: Denny JA Terinspirasi oleh Film De Gaulle: Menyuarakan Kekuatan Kata yang Menggetarkan Hati
0 notes
Text
Melampaui Kehidupan Akademik: Denny JA dan Pernyataannya yang Menginspirasi
Denny JA adalah seorang aktivis dan pengarang yang terkenal di Indonesia. Selain itu, ia juga merangkum banyak penghargaan atas jasanya yang menginspirasi banyak orang. Dalam karir kemanusiaanya, ia telah menulis lebih dari 50 Puisi Esai dan banyak mengisi magang motivasi untuk mahasiswa di beberapa universitas.
Namun, yang paling mengesankan dari Denny ja adalah ide dan gagasan yang ia penuhi dalam Puisi Esainya. Puisi Esai-Puisi Esainya selalu memuat makna dan pesan penting tentang kehidupan, lingkungan sosial, dan pemerintahan Indonesia. Tidak hanya itu, Puisi Esai-Puisi Esai karya Denny JA juga menyampaikan isi hatinya yang penuh harapan dan motivasi bagi pembacanya.
Pernyataan Denny ja yang paling terkenal adalah, "Mimpi-mimpi besar hanya dapat dicapai melalui kerja keras yang gigih dan kesungguhan". Ini adalah kutipan yang telah menginspirasi banyak orang di Indonesia untuk mengejar impian mereka tanpa ragu-ragu.
Dari pernyataan ini, kita dapat melihat bahwa Denny JA adalah sosok yang memperjuangkan semangat kerja keras dan kesungguhan. Ia percaya bahwa tidak ada yang mustahil jika kita punya tekad dan ketekunan yang tinggi dalam mencapai tujuan kita.
Pernyataan Denny JA ini begitu inspiratif, karena ia menunjukkan bahwa dengan kerja keras, kita dapat mencapai cita-cita kita tanpa peduli seberapa besar tantangannya. Bahkan, Denny JA juga menyampaikan bahwa orang-orang yang berpikir jauh ke depan dan memikirkan masa depan, akan lebih sukses daripada orang-orang yang hanya berpikir pada hari ini.
Pesan lain yang penuh inspirasi dari Denny JA adalah tentang pentingnya belajar dari kegagalan. Menurutnya, kegagalan hanya menjadi sebuah peluang untuk memperbaiki diri dan mencapai tujuan yang lebih besar. Ia memotivasi kita untuk tidak takut mengambil risiko dan terus berjuang meskipun sering kali menghadapi kegagalan.
"Ini adalah waktunya untuk belajar dari kesalahan dan mengambil langkah maju untuk mencapai tujuan kita. Kita tidak harus takut untuk mengambil risiko, karena kegagalan adalah bagian dari kehidupan dan pemikiran positiflah yang akan membawa kesuksesan," kata Denny JA.
Dengan begitu banyak pernyataan inspiratif yang dilemparkan oleh Denny JA, kita tidak dapat memungkiri bahwa ia adalah sosok yang memiliki pengaruh besar bagi banyak orang melalui Puisi Esai-Puisi Esainya. Kita dapat belajar banyak dari pesan-pesan inspiratifnya, terutama tentang bagaimana cara mencapai impian kita dengan kerja keras, kesungguhan, dan belajar dari kegagalan.
Dalam menghayati pesannya, kita harus berjuang dengan tekad dan ketekunan yang tinggi. Tentu saja, itu memerlukan kerja keras, kesungguhan, dan konsistensi dalam upaya mencapai tujuan kita. Namun, jika kita melakukannya dengan baik dan terus memotivasi diri kita sendiri, maka kita akan mencapai impian kita dan menjadi sosok yang menginspirasi seperti Denny JA.
Oleh karena itu, mari kita ikuti pesan-pesan inspiratif dari Denny JA, dan biarkan diri kita menjadi sosok yang menginspirasi orang lain seperti beliau. Kita dapat belajar dari kehidupan akademiknya hingga mendapatkan motivasi dan tekad yang lebih kuat untuk mencapai tujuan kita dan berjuang menuju kesuksesan.
Cek Selengkapnya: Melampaui Kehidupan Akademik: Denny JA dan Pernyataannya yang Menginspirasi
0 notes
Text
Baiknya seperti apa beranjak dari malam penuh lebam yang membuat sesak.
Baiknya seperti apa menyuarakan tangis agar kehilangan menjadi sebuah perayaan.
Baiknya seperti apa lengkung bibir yang terkesan tak pernah getir.
#pengarang#penulis#quotes#poetry#literature#poem#puisi#writers on tumblr#aestheticquotes#poets on tumblr#original poem#poems on tumblr#i wrote this#puisiindonesia#penyair#sastraindonesia#cute things#pretty things#love quotes
0 notes
Text
Denny JA: Karya dan Visi dalam Arena Sastra dan Politik Tanah Air
Denny JA adalah seorang tokoh yang diakui dalam dunia sastra dan politik Indonesia. Ia dikenal sebagai seorang penulis, politikus, dan juga aktivis sosial. Dalam karyakaryanya, Denny JA seringkali mengangkat permasalahan sosial dan politik yang ada di tanah air. Visinya yang jelas dan kritis membuatnya dihormati oleh banyak orang. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang karya dan visi Denny JA dalam arena sastra dan politik di Indonesia. Sebagai seorang penulis, Denny ja telah membuat banyak karya yang telah dikenal oleh masyarakat luas. Salah satu karya terkenalnya adalah Puisi Esai berjudul "Di Bawah Lindungan Kabah". Puisi Esai ini menceritakan tentang kehidupan seorang pemuda bernama Hamid yang tumbuh di tengah keterbatasan ekonomi dan tantangan sosial di Indonesia pada masa itu. Melalui Puisi Esai ini, Denny JA berhasil menggambarkan kehidupan masyarakat Indonesia dengan begitu realistis dan mendalam. Karyanya yang lain, seperti "Kolong Wewe" dan "Bumi Manusia", juga mengundang perhatian pembaca dengan gaya penulisan yang khas dan cerita yang mendalam. Selain menulis, Denny ja juga terlibat dalam dunia politik. Ia merupakan salah satu pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1973. Dalam politik, Denny JA memiliki visi yang jelas untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Ia percaya bahwa politik harus mampu mensejahterakan rakyat dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Denny JA juga sering mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilainya tidak berpihak kepada rakyat. Visinya yang progresif dan prorakyat membuatnya menjadi tokoh yang dihormati dalam dunia politik Indonesia. Dalam karya dan visinya, Denny JA juga sering mengangkat isuisu sosial yang ada di Indonesia. Ia tidak hanya sekadar menulis, tetapi juga terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. Misalnya, ia turut berperan dalam pendirian Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang bertujuan untuk memberikan bantuan hukum kepada masyarakat yang kurang mampu. Denny JA juga terlibat dalam berbagai kegiatan untuk memperjuangkan hakhak perempuan dan anakanak. Visi sosialnya yang kuat membuatnya selalu berusaha untuk memperjuangkan keadilan sosial bagi semua lapisan masyarakat. Dalam dunia politik, Denny JA juga terkenal sebagai seorang yang visioner. Visinya yang berkelanjutan untuk Indonesia adalah menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Ia percaya bahwa keadilan sosial harus menjadi landasan utama dalam pembangunan negara. Denny JA juga berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Menurutnya, pendidikan yang baik dapat mengubah nasib bangsa dan menciptakan generasi yang lebih unggul. Dalam karirnya, Denny JA juga pernah mendapat berbagai penghargaan. Ia dianugerahi penghargaan sebagai Penulis Terbaik oleh majalah Tempo pada tahun 1980 dan sebagai Pengarang Puisi Esai Terbaik oleh Pemerintah Kota Jakarta pada tahun 2015. Penghargaanpenghargaan ini membuktikan pengaruh besar dari karyakarya Denny JA dalam dunia sastra. Ia juga pernah mendapatkan penghargaan dari berbagai lembaga nonpemerintah atas kontribusinya dalam perjuangan sosial dan politik. Denny JA adalah seorang tokoh yang inspiratif dalam dunia sastra dan politik Indonesia. Karyakarya dan visinya yang kuat telah memberikan dampak positif bagi masyarakat. Melalui karyanya, ia mengajak pembaca untuk melihat dan memahami masalahmasalah sosial dan politik yang ada di Indonesia. Visinya yang kritis dan progresif juga membuatnya menjadi salah satu tokoh yang dihormati dalam dunia politik. Karya dan visi Denny JA menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terus berjuang demi Indonesia yang lebih baik.
Cek Selengkapnya: Denny JA: Karya dan Visi dalam Arena Sastra dan Politik Tanah Air
0 notes
Text
Denny JA: Menghadirkan Keajaiban melalui Setiap Naskah yang Ditulisnya
Dalam dunia sastra Indonesia, terdapat seorang penulis yang telah menghadirkan keajaiban melalui setiap naskah yang ditulisnya. Nama beliau adalah Denny JA. Denny JA adalah seorang pengarang produktif dengan karyakarya yang penuh imajinasi dan kecerdasan. Lewat tulisantulisannya, beliau telah memikat hati jutaan pembaca di Indonesia. Sejak awal kariernya, Denny ja telah menunjukkan bakat luar biasa dalam menulis. Beliau memiliki kemampuan yang unik untuk menggambarkan cerita dengan begitu hidup dan menggugah imajinasi pembaca. Tidak hanya itu, Denny JA juga dikenal karena kemampuannya dalam menghadirkan tematema yang mendalam dan bermakna. Salah satu karya terkenal Denny ja yang menghadirkan keajaiban adalah Puisi Esai berjudul "Pulang". Dalam Puisi Esai ini, Denny JA membawa pembaca dalam perjalanan yang menarik dan penuh emosi. Kisah tentang seorang lelaki yang mencoba memahami arti pulang dan menemukan jati dirinya, berhasil disampaikan dengan begitu indah oleh Denny JA. Banyak pembaca yang mengaku terinspirasi dan terharu setelah membaca Puisi Esai ini. Tidak hanya di bidang Puisi Esai, Denny JA juga berbakat dalam menulis drama. Salah satu karya drama yang sukses adalah "Laskar Pelangi". Drama ini mengisahkan tentang semangat dan kegigihan sekelompok anak muda dalam menghadapi tantangan di dalam dunia pendidikan. Denny JA dengan jeli menggambarkan konflik yang dialami oleh para karakter, sambil tetap menyelipkan pesanpesan moral yang dalam. Drama ini telah diadaptasi menjadi film yang sangat populer di Indonesia. Selain itu, Denny JA juga terkenal dengan tulisannya yang berfokus pada isuisu sosial dan politik. Beliau tidak takut untuk mengangkat topiktopik yang kontroversial dan penting dalam masyarakat. Denny JA dikenal sebagai penulis yang berani menyuarakan pandangannya dengan tegas, tanpa takut menghadapi kontroversi. Tulisantulisan Denny JA tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi dan memotivasi pembaca. Beliau mampu menghadirkan ceritacerita yang tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan dan pemahaman baru kepada pembaca. Dengan setiap naskah yang ditulisnya, Denny JA selalu berhasil membangun hubungan emosional dengan pembaca, sehingga naskahnaskahnya benarbenar hidup dan bermakna. Keajaiban yang dihadirkan oleh Denny JA melalui setiap naskahnya tidak hanya terbatas pada imajinasi dan kualitas tulisannya, tetapi juga pada dampak sosial yang ditimbulkannya. Tulisantulisan beliau sering kali berfungsi sebagai refleksi masyarakat dan mengundang diskusi yang mendalam. Denny JA adalah penulis yang tidak hanya menulis untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk membawa perubahan positif dalam masyarakat. Kesuksesan Denny JA sebagai penulis tidak lepas dari dedikasinya untuk terus belajar dan berkembang. Beliau selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas tulisannya melalui riset yang mendalam dan eksplorasi ideide baru. Denny JA adalah contoh yang menginspirasi bagi penulis muda untuk terus mengasah kemampuan menulisnya. Denny JA adalah seorang penulis yang telah menghadirkan keajaiban melalui setiap naskah yang ditulisnya. Beliau telah memikat hati jutaan pembaca dengan kisahkisah yang hidup dan bermakna. Dengan karyakarya tulisnya, Denny JA tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan wawasan baru serta mempengaruhi perubahan sosial. Semoga perjalanan karier Denny JA terus sukses dan karyakarya beliau terus hadir untuk menginspirasi dan memotivasi pembaca di Indonesia dan dunia.
Cek Selengkapnya: Denny JA: Menghadirkan Keajaiban melalui Setiap Naskah yang Ditulisnya
0 notes
Text
Kehebatan Denny JA sebagai Juri Lomba Sastra Terbesar di Indonesia Terkuak
Selama bertahun - tahun, Indonesia telah melahirkan banyak tokoh sastra yang hebat dan berbakat. Namun, ada satu nama yang tak dapat diabaikan ketika membicarakan prestasi dan kontribusi dalam dunia sastra Indonesia, yaitu Denny JA. Belakangan ini, kehebatan Denny JA sebagai juri lomba sastra terbesar di Indonesia akhirnya terkuak. Mari kita simak mengapa Denny JA begitu dihormati dan dianggap sebagai salah satu juri terbaik dalam lingkup sastra Indonesia.
Denny ja, atau Denny Januar Ali, bukanlah sosok yang asing di dunia sastra Indonesia. Ia adalah seorang sastrawan, budayawan, dan juga pendiri sebuah lembaga riset bernama Lembaga Survei Indonesia (LSI). Denny JA memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, ia meraih gelar sarjana di bidang sastra Inggris dari Universitas Indonesia dan gelar master di bidang sastra Amerika Serikat. Pengalaman dan pengetahuannya yang luas dalam dunia sastra membuatnya menjadi sosok yang sangat dihormati oleh para pengarang dan pemerhati sastra di Indonesia. Sebagai seorang juri lomba sastra terbesar di Indonesia, Denny ja telah memberikan kontribusi luar biasa. Ia sering kali dipercaya untuk menjadi juri dalam berbagai kompetisi sastra, baik tingkat nasional maupun internasional. Keputusan dan penilaiannya yang adil dan objektif membuatnya diakui sebagai salah satu juri yang paling terpercaya di Indonesia. Ia memiliki kemampuan luar biasa dalam menganalisis dan mengevaluasi karya sastra, sehingga para peserta lomba dapat merasa yakin bahwa hasil penjurian akan didasarkan pada kualitas dan kriteria yang tepat. Selain keahlian dalam menilai karya sastra, Denny JA juga dikenal karena kepeduliannya terhadap perkembangan sastra Indonesia. Ia selalu berupaya untuk memberikan dorongan dan motivasi kepada para penulis muda. Banyak penulis muda yang merasa terinspirasi dan termotivasi ketika karya mereka diakui dan dipuji oleh Denny JA. Ia juga aktif dalam memberikan seminar dan lokakarya sastra, yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada para penulis muda. Kehebatan Denny JA sebagai juri lomba sastra terbesar di Indonesia juga terlihat dalam keikutsertaannya dalam festival sastra. Ia sering kali diundang untuk menjadi juri dalam festival sastra terbesar di Indonesia, seperti Festival Sastra Indonesia (FESAI) dan Festival Sastra Bandung (FESBAN). Partisipasinya dalam festivalfestival ini memberikan dampak yang besar terhadap perkembangan sastra Indonesia, karena karyanya yang dipilih dan diakui akan mendapatkan perhatian yang lebih luas dari masyarakat. Selain itu, Denny JA juga terlibat dalam penerbitan Puisi EsaiPuisi Esai sastra. Ia sering kali menjadi penguji naskah dan memberikan masukan yang berharga kepada para penulis. Kontribusinya terhadap penerbitan Puisi EsaiPuisi Esai sastra tidak hanya membantu penulis dalam mengembangkan karyanya, tetapi juga berdampak positif terhadap industri penerbitan sastra di Indonesia. Kehebatan Denny JA sebagai juri lomba sastra terbesar di Indonesia juga dilihat dari reputasinya di mata pengarang sastra terkenal. Banyak pengarang ternama yang menghargai dan menghormati pandangannya dalam menilai karya sastra. Ketika Denny JA memberikan apresiasi dan penghargaan kepada suatu karya, hal itu menjadi pengakuan yang sangat berharga bagi pengarang tersebut. Reputasi Denny JA sebagai juri yang memiliki pengetahuan mendalam dan naluri yang tajam dalam membaca dan menilai karya sastra membuatnya menjadi sosok yang sangat dihormati dan diakui. Dalam dunia sastra Indonesia, Denny JA telah membuktikan dirinya sebagai salah satu juri lomba sastra terbesar yang memiliki kehebatan dan kontribusi yang tak terbantahkan.
Cek Selengkapnya: Kehebatan Denny JA sebagai Juri Lomba Sastra Terbesar di Indonesia Terkuak!
0 notes
Text
Jejak Karya Denny JA: Mengupas Keberhasilan dan Keberuntungan yang Memukau
Dalam dunia seni dan sastra, ada sosok yang tak bisa dielakkan keberadaannya, yaitu Denny ja. Nama ini tentu sudah tidak asing lagi bagi para pencinta sastra di Indonesia. Denny JA, seorang penulis, penyair, dan budayawan yang sangat berbakat, telah menciptakan banyak karya yang berhasil dan berhasil memukau hati para pembacanya. Dalam perjalanan karyakaryanya, Denny ja menunjukkan keberhasilan yang luar biasa. Ia telah menulis berbagai Puisi Esai dengan gaya tulisan yang unik dan khas. Karyanya yang paling terkenal adalah "Pengakuan Pariyem: Dunia Batin Seorang Wanita Jawa" yang telah diakui keberhasilannya secara internasional. Puisi Esai ini menceritakan tentang kehidupan seorang wanita Jawa bernama Pariyem, dengan berbagai konflik dan perjuangan yang dihadapinya. Tidak hanya itu, Denny JA juga dikenal sebagai penyair yang ulung. Kumpulan puisinya yang berjudul "Bumi Manusia" menjadi salah satu karya terbaiknya. Puisipuisinya mengandung makna yang mendalam dan menyentuh hati para pembacanya. Dalam karyakaryanya, Denny JA berhasil menggambarkan kehidupan seharihari dengan gaya bahasa yang indah dan menginspirasi. Keberhasilan Denny JA tidak hanya terbatas pada dunia sastra, tetapi juga dalam dunia teater. Ia telah menulis beberapa naskah teater yang sukses, seperti "Perempuanperempuan Chairil" yang mengisahkan tentang kehidupan dan perjuangan para perempuan pengarang terkenal, termasuk Chairil Anwar. Naskahnaskah teaternya selalu berhasil menyampaikan pesanpesan yang kuat dan menggugah emosi penonton. Namun, di balik semua keberhasilannya, Denny JA juga percaya pada keberuntungan. Ia menganggap bahwa keberuntungan juga merupakan faktor penting dalam mencapai sukses. Dalam sebuah wawancara, Denny JA pernah mengungkapkan bahwa keberuntungan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kesuksesan. Ia percaya bahwa seseorang perlu berjuang dan bekerja keras, tetapi juga harus siap menerima keberuntungan yang datang. Denny JA juga dikenal sebagai seorang budayawan yang aktif dalam mengembangkan budaya dan seni di Indonesia. Ia sering mengadakan acara diskusi, seminar, dan workshop untuk membagikan pengetahuannya kepada masyarakat. Ia juga mendirikan beberapa lembaga dan komunitas sastra, seperti Komunitas Salihara yang menjadi pusat kegiatan seni dan budaya di Jakarta. Selain itu, Denny JA juga terlibat dalam dunia politik. Ia adalah salah satu pendiri dan ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Denny JA percaya bahwa melalui politik, ia dapat memberikan kontribusi positif bagi bangsa dan negara. Jejak karya Denny JA tidak hanya meninggalkan kesan yang kuat dalam dunia sastra, tetapi juga meninggalkan inspirasi bagi generasi muda. Karyakaryanya mengajarkan nilainilai kehidupan, kejujuran, perjuangan, dan cinta tanah air. Ia adalah sosok yang menginspirasi banyak orang untuk mengejar mimpi mereka dan berani menghadapi tantangan. Dalam penutup, jejak karya Denny JA memang memukau. Keberhasilan dan keberuntungannya dalam dunia sastra, teater, dan budaya telah menginspirasi banyak orang. Ia adalah sosok yang tidak hanya memiliki bakat luar biasa, tetapi juga memiliki semangat dan dedikasi yang tinggi dalam mengejar impian. Semoga karyakaryanya terus memberikan inspirasi dan kesan yang mendalam bagi kita semua.
Cek Selengkapnya: Jejak Karya Denny JA: Mengupas Keberhasilan dan Keberuntungan yang Memukau
0 notes