Tumgik
#pemimpin negara
retorikadyf · 1 year
Text
Katanya Kader Dakwah Kok Mastatho'tum Diri Saja Rendah ?
Mastatho'tum kita itu terlalu rendah terlalu banyak keluh kesah dan keputusasaan dalam fikriyah dan jasmaniah padahal dalam perjuangan dakwah dan menebarkan kebermanfaatan Mastatho'tumnya itu saat ruh di ujung kerongkongan.
Mana yang katanya pengen bermanfaat? Mana yang katanya ingin memperjuangkan dakwah islam wabil khusus dalam politik islam? Kita adalah kader dakwah jangan cengeng, jangan baperan hadapi persoalan apapun dengan tauhid dan niat yang kuat karena kita sengaja di persulit agar kita terbentuk, sengaja kita diberikan rasa berat dan capek agar kita menjadi umat yang tangguh dan dirindukan oleh Rasulullah.
Siapa lagi yang akan meneruskan perjuangan Rasulullah dalam berdakwah kalo bukan kita? Seberapa sulit Rasulullah membangun peradaban dari politik dan negara kecil yastrib menjadi negara besar islamiyah tetapi kita tidak mau berjuang dalam politik dan kebermanfaatan umat, bayangkan dengan satu kebijakan politik mampu menghancurkan khilafah ustmani dan peradaban islamiyah. Mari teruskan warisan langkah dakwah dan kebermanfaatan , mari berlelah lillah di jalan Allah dan Rasulullah
Didi Yusup
7 Juni 2023
21.27 WIB RS PUSRI
6 notes · View notes
hatutannews · 7 months
Text
13 Pemimpin Negara Ucapkan Selamat ke Prabowo Termasuk Ramos Horta
Hatutan.com, (21 Februari 2024), Dili–Hingga Rabu,  21 Februari 2024,  Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto  telah menerima ucapan selamat dari 13 pemimpin negara, termasuk Presiden Timor Leste, José Ramos Horta. Continue reading 13 Pemimpin Negara Ucapkan Selamat ke Prabowo Termasuk Ramos Horta
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 8 months
Text
Tok! Kredit Fiktif BJB Cabang Labuan Rugikan Negara Rp10,4 Miliar
PANDEGLANG – Hasil perhitungan negara yang dilakukan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Banten terhadap kasus kredit fiktif di Bank BJB Cabang Labuan bernilai fantastis. Dari perhitungan itu, negara dirugikan sekitar Rp10,4 miliar. Kanit Tipidkor Satreskrim Polres Pandeglang, Ipda Jefri Martahi mengatakan, hasil perhitungan negara yang dilakukan oleh BPKP Provinsi Banten baru…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
dinisuciyanti · 7 months
Text
Berbesar hati
Berbesar hati lah, dengan apa yang sudah tampak di depan mata. Jangan denial. Negara ini, dan sebagian besar masyarakat nya, memang belum siap dengan pemimpin yang bisa berpikir dan baik budi pekertinya.
"Yang penting perut dulu, beras lagi mahal". Iya, makan makan makan. Mari menyaksikan negara dihancurkan secara berkelanjutan dalam 10-20 tahun ke depan oleh satu keluarga yang dipandang polos namun berjiwa firaun.
Enaknya hijrah ke negara mana gaes....
14 Februari 2024
137 notes · View notes
kaktus-tajam · 8 months
Text
Baca linimasa akhir-akhir ini aku teringat seorang Ibu bidan yang enggan keluar di jam kerja untuk sekadar ‘cari hiburan’ dan makan-makan.
Kok ga ikutan pergi, Bu?
Wah dok, saya ngga enak hati, rasanya jadi korupsi waktu. Saya di poli aja nyicil kerjaan lain.
Sebagai ASN beliau sehati-hati itu dalam menggunakan jam kerjanya. MasyaAllah menampar aku sekali.
Aku membatin: Masih ada ya model orang-orang berintegritas demikian, di saat arus sekitarnya mungkin berbuat sebaliknya.
Allah seakan mengingatkan aku kisah ini..
Suatu ketika, khalifah kaum Muslimin di zaman itu harus menyelesaikan tugas di ruang kerjanya hingga larut malam. Tiba-tiba, putranya mengetuk pintu ruangan dan meminta izin masuk. Ia pun mempersilakannya untuk mendekat.
“Ada apa putraku datang ke sini? Apa untuk urusan keluarga kita atau negara?”
“Urusan keluarga, Ayah”
Kontan saja sang pemimpin meniup lampu penerang di atas mejanya, sehingga seisi ruangan gelap gulita.
“Mengapa Ayah melakukan ini?” tanya putranya itu keheranan.
“Anakku, lampu itu ayah pakai untuk bekerja sebagai pejabat negara. Minta untuk menghidupkan lampu itu dibeli dengan uang negara, sedangkan engkau datang ke sini akan membahas urusan keluarga kita,” ujarnya.
Siapa beliau? Beliau adalah khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Ya Allah karuniakan pemimpin amanah dan adil untuk ummat ini.
Dan untuk ibu bidan.. terima kasih. Semoga Allah jaga ya Bu, semoga istiqamah. Sehat-sehat sekeluarga. Aamiin.
-h.a.
128 notes · View notes
beningtirta · 8 months
Text
Kenegarawanan dan kedewasaan calon pemimpin terlihat dari etikanya menghargai lawan (bicara). Debat capres 7 Januari membuka mata saya bahwa Prabowo bukan orang yang siap memimpin negara dan tidak menunjukkan sinyal jiwa diplomatis bernegosiasi. Debat cawapres 21 Januari mempertontonkan Gibran yang belum matang. So, good bye paslon 02! Bye calon legislatif partai-partai pendukung 02.
41 notes · View notes
sundayneverdie · 8 months
Text
Pilihan Politik
Banyak ulama besar yang secara terang-terangan mengumumkan pilihan politiknya (dalam menentukan calon presiden), menentukan pemimpin negara.
Terus saya dan istri ngobrol; kami yang bukan siapa-siapa, masa iya hanya diam saja. Mendem tidak menyuarakan pilihan politik. Tidak berani menyatakan keberpihakan. :(
Kalau orang diam & acuh seperti kami teramat banyak. Akankah negeri ini semakin maju? Akankah negeri ini mendapatkan pemimpin terbaiknya?
Kami terus berdiskusi, di dalam rumah. Berminggu-minggu tidak menemukan titik temu.
Akhirnya, untuk kali pertama dalam hidup saya (3 kali pilpres) saya tidak golput lagi. Dan untuk kali pertama saya mempublikasikan di media sosial keberpihakan saya pada salah satu calon presiden.
Kami sadar, kami bukan siapa-siapa. Dengan mempublikasikan pilihan capres, juga tidak berpengaruh apapun.
Namun, setidaknya orang-orang di lingkaran kami tau bahwa kami punya pilihan. Kami berani berpihak dan kami tidak asal memilih calon presiden.
Kami punya alasan dan kami tidak akan memaksakan kepada siapapun untuk "sama". Kami hormati pilihan teman, kami apresiasi pilihan saudara.
Bagi saya pribadi
Cukup berpihak! Tidak perlu saling menjelekkan.
-aasholah-
29 notes · View notes
nonaabuabu · 8 months
Text
Pandangan Politik dari Rakyat Biasa
Zaman mahasiswa, kayaknya adalah masa di mana aku paling melek sama politik. Selain karena status mahasiswa, obrolan yang pasti memasukkan politik, aku juga punya ketertarikan tersendiri. Apalagi pernah jadi korban politik kampus. Padahal aku bukan aktivis, dan bukan mahasiswa yang suka bersuara juga. Mungkin kalau bukan karena itu, aku udah jadi aktivis kali. Tapi yang terjadi lain, sehingga bagi aku masa itu cukup untuk melihat seberapa nggak menyenangkan politik itu bahkan masih di tingkat mahasiswa.
Saking skeptisnya, aku sampai percaya teori ini, siapapun yang jadi pemimpin negeri ini, dia pasti dikendalikan oleh yang punya kuasa. Kuasa di sini nggak mengacu kepada elit global ya apalagi Tuhan, tapi suatu sistem yang terstruktur untuk menguasai negeri ini.
Tahun 2014 dan 2019, aku nggak memilih karena waktu itu juga aku menganut, nggak memilih adalah bentuk pilihan. Secara ringkas aku nggak melihat kalau pak Jokowi sudah cukup layak jadi presiden di tahun 2014, apalagi sebelum mencalonkan diri sebagai presiden aku ingat meski samar ia mengadakan kunjungan ke Undip, dan bilang nggak akan mencalonkan diri sebagai presiden.
Tahun ini kontestasinya beda, begitu banyak euforia yang rasanya nggak cuma hitam dan putih. Jadi sekali lagi aku terpanggil untuk melihat politik dari aku yang sudah bukan mahasiswa lagi. Omong-omong dulu aku beranggapan mahasiswa adalah orang yang paling bebas kepentingan dalam politik sehingga punya penilaian paling objektif dan rasional, tapi makin kesini anggapan itu mulai bergeser. Apalagi melihat fenomena yang terbaru, mahasiswa almet merah yang menangis untuk salah satu capres (menangis kan bagian emosi bukan nalar) dan memilih karena kesan yang nggak memberikan kesan.
Ketiga paslon sekarang ini awalnya nggak ada yang cukup banyak aku soroti, kecuali apa yang dihidangkan media tanpa dicari. Tapi memang karena aku kuliah di Semarang dan sempat kerja di sana (2013-2019) aku punya pengamatan yang lebih panjang terhadap pak Ganjar dibanding yang lain. Apalagi di awal-awal kepemimpinan beliau jadi gubernur, ya meski sejak lulus akhirnya blas stres mikirin pasca kampus, mana lagi mengkonsumsi berita politik.
Pak Anies yang menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan di zaman aku kuliah nggak memberikan peran signifikan karena saat itu universitas ada di bawah kemenristekdikti yang menterinya kebetulan rektor terpilih Undip pak Nasir, jadi secara otomatis nggak cuma aku mungkin juga teman-temanku di kampus, lebih banyak ngomongin pak Nasir daripada pak Anies. Pula aku bukan rakyat Jakarta yang dulu nggak pernah berniat ke Jakarta, ya semacam urusan kalian lah itu pemilihan gubernur, kami mah ya penonton.
Sedangkan pak Prabowo, nggak akan aku denial kalau beliau aku blacklist sebagai pilihan di tahun 2014 dan 2019 karena cerita 1998. Apalagi di tahun itu aku nggak pernah membaca kiprah politik beliau di pemerintahan (kecuali ketua partai yang bagi aku nggak dihitung sebagai peran dalam pemerintahan) untuk bisa dijadikan acuan akan bagaimana beliau memimpin Indonesia. Karir teranyar beliau untuk negara ini dicopot di tahun 1998 karena pelanggaran HAM. Makanya pas 2019 beliau dipilih jadi Menhan, aku bingung karena kalau dalam pemahaman aku sebagai orang awam, dari tahun 1998-2019 artinya udah ada 21 tahun beliau nggak bekerja untuk pertahanan negara. Kalau aku jadi bos dalam suatu usaha yang membutuhkan pengalaman, jelas aku nggak akan memilih seseorang yang sudah vakum 21 tahun. Jadi pada akhirnya kolaborasi 2019 waktu itu dalam pandangan awamku ini adalah bentuk monopoli kekuasaan.
Bayangin aja waktu itu, eksekutif (presiden) dan legislatif (ketua DPR) udah dari partai yang sama, eh ada oposisi diajak kolaborasi, mau lagi. Ya apa kabar demokrasi?
Sekarang pas beliau mencalonkan diri lagi, aku udah pasti nggak akan pilih beliau, apalagi pas cawapres yang dia gandeng datang dari pelanggaran etik. Nggak cukup di situ, beliau juga tampil dengan kontradiktif, di satu sisi joget gemoy di sisi lain ngatain. Dibilang tegas nggak pas dibilang bersahabat lebih jauh. Semakin kuat nih AsalBukan02.
Untuk menentukan pak Anies atau pak Ganjar, aku maraton nonton debat. Jujur aja aku nggak nonton pas live. Jadi testimoni orang-orang dulu, warganet unek-unek dulu, baru aku nonton. Jadi cukup mengherankan bagi aku kenapa banyak orang menilai pak Anies terlalu manis mulutnya, padahal sebagai calon pemimpin negara, retorika beliau itu adalah standar.
Debat pertama, aku merasa pak Ganjar lebih kontekstual, seandainya aku cuma nonton debat pertama, mungkin aku bakal pilih pak Ganjar.
Tapi akhirnya kan aku harus melihat lain, visi misi, jejak peran, jejak digital, siapa yang mengusung bahkan pendukungnya bagaimana dan siapa juga harus jadi pertimbangan.
Itu kenapa akhirnya aku memilih pak Anies.
Dari banyak berita, atau sikut-sikutan orang pak Anies adalah yang paling adem menanggapi setiap peristiwa. Kalau dalam bahasa sehari-hariku beliau yang paling pintar manajemen emosi. Buat aku itu poin penting, kalau mau ngikutin bahasa gen Z, kan nggak mungkin kita dipimipin presiden tantrum.
Testimoni pak Anies semakin diperkuat sama warga DKI yang sebenarnya mereka lebih pengen pak Anies jadi gubernur aja. Apalagi ditambah bukti kerja nyata. Itu memberikan validasi bahwa kepemimpinan pak Anies itu baik, sampai mereka nggak rela bagi-bagi.
Puncaknya adalah, gerakan warga di media sosial, yang nggak dibayar apa-apa tapi seikhlas itu mendukung pak Anies demi perubahan. Fenomena pak Anies membuktikan bahwa masih banyak rakyat yang nggak bisa dibeli dengan uang. Mereka memilih dengan kesadaran.
Ini warna baru dalam dunia politik yang aku lihat, di mana banyak sekali partisipan pendukung pak Anies yang serela itu mengocek kantungnya sendiri di saat kita tahu bersama, sebelum ini banyak pilihan orang yang bisa dibeli dengan amplop yang isinya tak seberapa. Ya meski dengar-dengar sekarang banyak influencer dan artis yang dibayar mahal untuk dibeli nuraninya.
Belum lagi konsep desak Anies, itu adalah dialog nyata rakyat, tempat aspirasi masyarakat. Beliau keliling dari satu kota ke kota lain, menjawab pertanyaan tanpa mempertanyakan kemampuan berpikir si penanya.
Aku tahu, kita nggak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi di sana. Tapi seandainya pun ada plot twist yang dihidangkan di masa depan, setidaknya kita nggak memilih tanpa berpikir dengan matang. Dan ini adalah narasi yang juga sering aku dengar dari pemilih pak Anies lain.
Aku berani katakan, aku pilih pak Anies dengan komposisi visi misi, jejak kepemimpinan (pengalaman), jejak digital (sikap), pendidikan (intelektual dan bahasa), strategi kampanye, juga sikap dan solidaritas pendukungnya.
Dan aku rasa kamu juga harus memiliki pertimbangan ini setidaknya tiga dari ini untuk memilih, mana yang menurutmu layak. Kalau masih nggak ada yang menurutmu paling layak, singkirkan aja yang nggak layak. Kalau ketiganya masih nggak layak, ya wassalam.
03 Februari 2023.
20 notes · View notes
hanamaulida · 1 year
Text
Tumblr media
Beberapa hari lalu, viral video dari stand up comedian Bintang Emon tentang penggunaan dana stunting. Videonya simpel, cuma dialog si Bintang dengan seorang yang diperankan menjadi staf di pemerintahan daerah.
Sambil menonton, sambil scrolling komentar netizen. Nemu komen ini dan langsung pengen ketawa yang keras. Karena relate banget! Yang menghambat pembangunan di daerah, tentunya dengan tidak menihilkan faktor lain, ya pemerintah daerahnya itu sendiri.
Akar masalahnya menurut saya adalah KKN. Politik dinasti. Atau 3D (duit, dekat, dulur). Ini berimbas pada posisi-posisi penting yang tidak ditempati oleh orang yang tepat dengan kompetensi yang tidak sesuai jabatan.
Sungguh nggak habis pikir sama tata kelola pemerintahan yang seperti ini. Bisa-bisanya orang yang nggak paham apapun terkait satu bidang, diberikan tanggungjawab yang besar di bidang itu. Dihormati atas APAPUN keputusan yang beliau ambil, padahal tidak berdasarkan proses proper.
Nggak usahlah terlalu kompeten/militan di bidangnya. Minimal, pejabat-pejabat eselon itu punya kompetensi leadership dan manajemen deh. Biar bisa mengelola sumberdaya dan mengambil keputusan yang tepat. Minimaaaal...
Namun yang saya amati, mindset para pelaksana kebijakan ini pada umumnya masih tertinggal di zaman kolonial. Berstatus sebagai pelayan publik, tapi orientasinya ingin dilayani. Bahkan haus penghormatan. Visi tinggi untuk membangun negeri ibarat angin lalu saja. Sekali didengar, kemudian dilupakan. Yang penting datang ke kantor, menghabiskan waktu (dan anggaran), lalu pulang. Kalau ada anggaran jalan, kalau tidak ada ya duduk-duduk saja di ruangan. Budaya yang seperti ini nggak bisa dipungkiri juga tumbuh subur karena tolak ukur kinerja yang dilihat berdasarkan penyerapan anggaran. Bukannya output atau outcome.
Sejauh ini, solusi paling strategis menurut saya pribadi adalah daerah dipimimpin oleh sosok yang tepat. Punya integritas dan kompetensi. Yang di bawah-bawah insyaallah akan selalu taat pada atasan. Akan mengerahkan upaya sekeras-kerasnya jika itu perintah dari pimpinan.
Akhir kata...
Saya nggak mau marah-marah lagi kayak awal masuk kerja. Karena saya sadar itu nggak baik untuk kesehatan saya, dan nggak ada manfaatnya juga. Tapi saya bertekad menjadi PNS sebaik yang saya mampu. Dan mengajak anak-anak muda yang punya idealisme untuk jangan ragu bergabung menjadi abdi negara. Agar di masa depan, jabatan-jabatan penting diisi oleh insan berkualitas.
Tak lupa, selalu berdoa semoga masyarakat dianugerahi pemimpin yang punya niat baik untuk membangun negeri.... Karena ketika pemimpin suatu daerah itu bagus, ripple effectnya bakal kemana-mana.
61 notes · View notes
galeritumbang · 30 days
Text
Tumblr media
Dari kemarin ditanyain sama beberapa rekan kerja, "mba, njenengan jurusannya PAI kan? itu loh mbok daftar CPNS.. kemenag lagi buka pendaftaran besar²an loh. dicoba mba, siapa tau jadi jalannya njenengan". Respon spontan yg bisa ku berikan hanya sebatas "eeee.. iya bu, saya jurusannya PAI murni. tapi saya sama sekali belum pernah ikut tes² kayak gitu. lagi pula yg dibutuhin juga cuma 1 dari masing² daerah, bakal kalah sama kekuatan orang dalamnya sih. saya juga ga mau ninggalin ibuk, kalau pun harus merantau biarlah adek saya yg merantau. dia kan laki² jadi lebih berhak kerja yg jauh dari rumah".
Padahal sebenernya, selain alasan karena emang ga mau dan ga bisa ninggalin ibuk karena sakit.. aku sendiri pun sebenernya emang ga berminat kerja di bawah pemerintah. Rasanya, hati nurani kok ga akan pernah sejalan dgn berbagai aturan² dari pemerintah yg seringnya menyusahkan dan menyesatkan jalan rakyat. Jadi, sampe hari ini rasanya kok masih ga berminat dgn profesi sebagai ASN di Indonesia yg pemimpin negaranya serakah dan ga mikir akhirat gitu.
Semoga rezekiku nanti Allah hadirkan laki² yg menjadi teman hidupku memiliki profesi yg menyenangkan, tidak terikat dgn pemerintah, bermanfaat dan penuh berkah. Ya Allah, ridhoilah dan lancarkanlah jalan, dan limpahkanlah rezeki kami yg barokah sebagai guru honorer di pedesaan ini. Semoga Allah senantiasa memberikan makna cukup dan meningkatkan rasa syukur bagi kami semua. Aamiin🤍✨
Semoga negara Indonesia Allah jaga dari tangan² pemimpin yg serakah demi kepentingannya sendiri.
Jogja, 22 Agustus 2024 | 23.41
7 notes · View notes
adestraayubs · 11 months
Text
Umatnya Rasulullah
Bismillah. Salah satu hal yang saya sangat syukuri adalah memiliki kesempatan mengenyam dunia perkuliahan. Ekosistem perkuliahan menyajikan rantai kehidupan yang panjang, sepanjang itu lah menyimpan warna-warni atau beraneka hal, mulai dari asal daerah, anggapan status sosial, pemikiran, ilmu, program dan kesempatan belajar.
Saya pribadi, atas izin Allah memperoleh kesempatan banyak hal, sebagimana hari ini salah satunya adalah internship ke Jepang. Selama proses persiapan bahasa, keberangkatan, dan setiba nya di Jepang membuka banyak hal, banyak dinamika, yang menjadi penambah rasa syukur dan motivasi beramal, bahkan menjadi pemimpin berskala dunia.
Cerita ini akan saya peringkas, hingga pada babak keberangkatan. Saya sangat tertarik mengamati berbagai ras manusia. Sejak di Bandara Soekarno Hatta, pikiran sudah melompat-melompat, membayangkan berbagai imperium raksasa di belakangnya. Imperium-imperium yang memang masih eksis atau setidaknya tinggal nama, benar-benar mewarnai pikiran saya.
Saya teringat, bagaimana kisah para nabi atau perjuangan para Sahabat, saat melihat orang-orang Arab atau keturunannya. Bagaimana menembus debu dan membangun peradaban dari tanah Arab. Lalu pikiran saya loncat kepada menuju Dinasti Mughal, saat bertemu dengan orang-orang atau keturunan India, hingga menyerempet kepada penguasa kerajaan Hindu di sana, bahkan sampai terbesit beberapa tokoh lama seperti Ghandi hingga era sekarang Satya Nadella, Sundar Pihcai, atau seorang pejuang Anand Kumar dengan kisah heroiknya membangun pendidikan India, dan perasaan takjub lainnya.
Ketakjuban saya langsung loncat kembali terbayangkan bagaimana bisa China bisa sehebat seperti sekarang ini. Saat berpapasan dengan orang China, selalu terpikirkan hal itu. China adalah negara yang tengah menuju adidaya. Contoh sederhananya berikut, tentu sudah tidak asing bukan dengan istilah OBOR (One Belt One Road) China. Keberanian China memasang proyek raksasa ini disebabkan karena sejarah panjang negeri China dalam mewarnai peradaban dunia, serta kebesaran China dalam membangun jalur sutra perdagangan kunonya. Dahsyatnya bayangan ini masih banyak lagi, sebab Allah izinkan mengetahui ras-ras lainnya, masyaAllah, kuasa Allah atas segalanya.
Semua ras dan berbagai orang yang saya temui menambah rasa syukur saya menjadi bagian umatnya Rasulullah. Sebab mereka-mereka juga adalah umat manusia yang sebenarnya umatnya Rasul juga. Rasulullah diutus untuk seluruh umat manusia. Bahwa begini lah potret umatnya Rasulullah.
Maka kepada kita yang telah dianugrahkan keimanan, semaikanlah serbuk-serbuk benih keimanan, karena kita tidak tahu siapa dulu yang akan tumbuh menjadi seorang yang beriman dari sekian orang yang kita temui. Pandanglah dengan gagah dan anggun karena kita adalah penerus duta-duta Rasulullah, dalam bersandang, bertutur, berpijak, senyum.
Kita dan mereka adalah umatnya Rasulullah. Allah meninggikan derajat bukan karena ras atau suku, melainkan tingkat ketaqwaan. Niatkanlah jiwa besar ini selalu dalam diri kita, berupa menjadi duta-duta risalah Rasulullah yang akan kita bawa kemana pun dan sentuhkah kepada siapa pun, sebab siapa pun berhak menerima serbuk benih keimanan tersebut. Sebagaimana tujuan rialah Rasulullah untuk seluruh umat manusia, umat manusia adalah umatnya Rasulullah.
#CeritaAwakPerahu #Cerita1
19 notes · View notes
hatutannews · 1 year
Text
Xanana dan 26 Pemimpin Negara Lainnya akan Hadiri KTT ASEAN 2023 di Jakarta
Hatutan.com, (24 Agustus 2023), Dili- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN atau ASEAN Summit ke-43 di Jakarta akan dihadiri oleh 26 negara, yakni 10 negara anggota ASEAN termasuk Timor Leste dan beberapa negara undangan lain. Continue reading Untitled
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
bantennewscoid-blog · 8 months
Text
Soal Kasus Kredit Fiktif di Kantor Cabang Labuan, BJB Bungkam
PANDEGLANG – Pihak PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (bjb) Tbk enggan berkomentar soal kasus dugaan kredit fiktif di Bank BJB Cabang Labuan, Pandeglang. Sebagai bentuk hak jawab, BantenNews.co.id berusaha meminta komentar Widi Hartoto selaku Pemimpin Divisi Corporate Secretary dan Sonny Permana selaku Humas Bank bjb melalui via WhatsApp yang dikirim sekitar pukul 11.21 WIB. Di…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
megadputra · 24 days
Text
Menurut UU Nomor 34 Tahun 2004 Tentang TNI Pasal 39, tertulis bahwa prajurit dilarang terlibat dalam kegiatan politik praktis. Apa itu politik praktis? Masih di UU yang sama, di bagian Penjelasan, tertulis sebagai berikut,
Tumblr media
Yup. Tertulis cukup jelas. Duh, kalo yang pengetahuannya minim kaya saya nih macam mana lah?
Mari mencari sumber lain.
Ada banyak pengertian tentang politik praktis. Salah satunya seperti yang dikutip dari www.hukumonline.com, pengertian dari Prajurit TNI dilarang terlibat dalam politik praktis adalah,
Tumblr media
Lalu, bagaimana jika keputusan politik tersebut justru melanggar undang-undang dan konstitusi yang berlaku? Atau yang paling sederhana dipahami, menguntungkan segelintir pihak dan merugikan sebagian besar rakyat Indonesia? Apa yang harus dilakukan oleh Prajurit TNI?
Jika berpedoman dengan UU Nomor 34 Tahun 2004, tentu yang dilakukan oleh Prajurit TNI adalah tetap mematuhi keputusan presiden. Tidak berkomentar, apalagi menolak.
Opsi lainnya? Ada pernyataan dari Al Araf, Ketua Centra Creative yang dikutip di Kompas sebagai berikut.
Tumblr media
Opsi lainnya adalah tidak diikuti. Namun, untuk menjalankan opsi kedua ini, tentu tidak sembarangan. Opsi ini membutuhkan pemahaman terhadap keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut adalah keputusan yang sesuai dengan undang-undang dan konstitusi, maka laksanakan. Jika keputusan tersebut melanggar undang-undang dan konstitusi? Cek kembali. Apakah benar hal tersebut terjadi? JIka sudah yakin, maka silakan untuk mengambil sikap.
Tentu tidak ada yang mau dirugikan, bukan?
"Sehingga TNI harus berpijak pada kebijakan Negara karena semua yang dilakukan Negara itu adalah untuk kepentingan rakyat" Joko Widodo, 2016
Semoga para pemimpin Indonesia senantiasa diberikan kejernihan berpikir dan ketajaman nurani dalam mengambil setiap keputusan.
2 notes · View notes
jurnalweli · 30 days
Text
Peringatan Darurat
instagram
Aku di sini hanyalah seorang ibu biasa yang sebenarnya tidak begitu melek terhadap politik. Sesekali dan sekilas saja mengikuti berita perpolitikan dan biasanya yang diikuti berita besar yang viral. Tapi, bersyukurnya aku menikah dengan suami yang erat dengan berita, yang obrolan dan kecondongan kita ternyata banyak bedanya cukup menguntungkan buatku. Lebih-lebih ia mau menjelaskan dengan sabar setiap kejadian dan menjawab pertanyaan-pertanyan polosku. Seperti yang terjadi baru-baru ini di akhir Agustus. Tiba-tiba di suatu pagi ia mengutarakan dan mengekspresikan kemarahannya terhadap beberapa hal yang terjadi terkait perpolitikan negeri kita ini. Aku yang melihat dan mendengarnya sebenarnya cenderung tidak peduli. Masuk telinga kanan, keluar lewat telinga kiri. Begitulah kiranya. Barulah setelah melihat kondisinya langsung di media sosial karena banyak yang membagikan info dan keresahan tersebut akhirnya memancing rasa ingin tahuku. Aku yang praktis ini karena berita di luar sana cukup beragam dan sulit kupahami akhirnya meminta penjelasan kepada suamiku. Dijelaskannya dengan sabar dan pelan-pelan. Diawali dengan kalimat, "Jadi kita perlu samakan persepsi dari awal yaa..." Lalu ia menceritakan kronologi dari awal yang ternyata tidak kuketahui juga.
Ia menjelaskan dari KIM, KIM+, perubahan putusan MK sampai pada dianulir oleh DPR. Iya, 21 Agustus lalu, tiba-tiba saja ada perubahan UU terkait pilkada. Kita sebenarnya bingung terhadap batasan setiap lembaga dalam merubah UU. Manakah yang lebih tinggi kewenangannya. Tapi, itu bisa pelan-pelan dicari, semoga beneran dicari hehe. Selain itu, memang begitu banyak followersku yang membagikan banyak hal terkait yang akhirnya membuatku melek terhadap apa yang terjadi. Meski di lain sisi banyak hal yang kupertanyakan karena begitu rumitnya, lucu dan mudahnya negara ini diotak-atik. Selalu terbersit, "Sekuat apa si sosok Bapak Presiden dari Solo ini? Setakut apa mereka-mereka terhadap Bapak ini sampai sebegitu takluk?". Entahlah. Banyak pertanyaan. Terlepas dari itu, banyak kejadian menggemaskan di era kepemimpinan si Bapak ini. Ya salah satunya semudah itu mengubah UU demi kepentingan pribadi.
Ah, gemas sekali rasanya. Padahal Agustus adalah bulan kemerdekaan negara ini, 17 lalu baru dilaksanakan upacara bendera. Di tanggal tersebut juga tentu sekaligus mengenang perjuangan orang-orang terdahulu demi Indonesia merdeka. Tapi rasanya saat ini Indonesia masih jauh dari merdeka. Miris lihatnya. Sampai-sampai tak habis pikir, "Si Bapak ini beneran ngga punya rasa takut ya? Jabatan ini bukan sekedar jabatan yang akan lepas begitu saja setelah selesai. Tapi ada pertanggungjawabannya. Bukankah di awal juga sudah berikrar di bawah Al Quran. Sampai-sampai ngga habis pikir gimana nanti jika Bapak ini meninggal sedangkan di masanya banyak sekali kegaduhan banyak sekali yang dirugikan demi kepentingan pribadi. Rakyat ini tidak sedikit. Yang turun demo juga masih sebagian. Yang nuntut terhadap perbuatannya masih banyak. Ah. Kenapa pula aku berpikir begini."
Ya Allah tolonglah negara ini, jauhkanlah dari pemimpin yang dholim dan tidak amanah.
2 notes · View notes
ameliazahara · 11 months
Text
Berurusan urusan kerjaan sama orang yang sholatnya ga bener aja susahnya minta ampun. Gimana kalau kasusnya sama pemimpin negara (yang muslim) yang tidak sholat?🥹
*tidak bermaksud menjustifikasi, hanya sekedar berandai.
9 notes · View notes