#patofisiologi
Explore tagged Tumblr posts
Text
TERPERCAYA, wa 0813-3449-1967, Pemeriksaan Fisik Pada Bayi Klinik Habibah Krian
Klik https://wa.me/6281334491967, Pemeriksaan Fisik Jantung Normal Klinik Habibah Krian, Pemeriksaan Kesadaran Pasien Klinik Habibah Krembung, Pemeriksaan Laboratorium Pasien Ckd Klinik Habibah Krembung, Pemeriksaan Fisik Lengkap Klinik Habibah Krembung, Pemeriksaan Pasien Terdekat Klinik HabibahAlamat lengkap kamiJl. Raya Cangkring, RT.07/RW.02, Cangkring, Kec. Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61275(Sebelah Barat Arah Masjid At-Taqwa)Fast respont : 0318856706#pemeriksaanfisikabdomenpdf, #pemeriksaanfisikanak, #pemeriksaanfisikapasaja, #pemeriksaan fisik anemia, #pemeriksaanfisikasma, #asesmenawalpemeriksaanpasien, #alatpemeriksaanpasien, #fkuibeberkanhasilpemeriksaansampelpasien, #hepatitisakut'misterius'
#tatalaksana Efusi Pleura#diagnosis Efusi Pleura pdf#diagnosis banding Efusi Pleura#prognosis Efusi Pleura#patofisiologi Efusi Pleura pdf#LP Efusi#klasifikasi Efusi Pleura#Efusi Pleura menurut who terbaru
0 notes
Text
Refleksi 0307
Di fase dikit - dikit mrebes mili, buka reels ngembeng. Tapi hanya terjadi saat gue di kosan, sendirian, ga ada manusia lain. Kalau ada manusia lain sih masih dikuat-kuatin. Eh tapi kemarin pernah sih di kampus nangis aja gitu. Gegara bahas spoileran film (gue yang spoiler sih) grandma (film thailand itu).
Apakah ini yang dinamakan kesepian? Bisa jadi. Apakah ini yang dinamakan terlalu empati? Entahlah.
Sabtu kemarin dapat kesempatan jengukin keluarga temen kantor di RS. Beliau sendirian, bapaknya cuci darah, ibunya di rawat di ICU (sebelahan sama unit HD). Beliau juga yang gendong bapaknya ke mobil, nemenin selama HD. Satu minggu dua kali. Ga ada saudara, ga ada kerabat yang nemenin.
Gue? Ga merasa punya hak untuk bilang "Sabar ya" atau "Yang kuat ya". Karena keknya semua kalimat itu terdengar basi untuk beliau. Jadi cuma bisa meluk aja yang lama. Berusaha ngasih energi gue yang keserap banyak selama ngobrol di unit HD. Gue cuma berdoa, semua sakit ayah ibunya diangkat. Ga tau logikanya gimana, ilmu kedokteran cabang mana, patofisiologi macam apa yang masuk akal untuk itu semua. Gue cuma berharap semua sakitnya mereka diangkat.
Gue jadi bertekad besok kalau jadi orang tua harus sehat. Atau at least sekarang pas masih single harus berusaha jaga diri dan jaga kesehatan. Memang, sakit itu di luar kendali manusia. Memang, ga ada yang berharap untuk sakit. Orang yang sering olahraga juga bisa kena serangan jantung. Wallahu alam. Tapi kalau masih dalam jeda untuk boleh dan bisa berusaha, ya ada baiknya diusahakan saja dulu.
Siang tadi cek hasil review proposal di akun. Dan gak lolos review administrasi. Padahal ini satu-satunya proposal yang dikerjain dengan sepenuh hati, bacain metodenya bener - bener, ngerapihinnya beneran (Selama submit proposal di sim****b yak). Emang usaha manusia itu tidak selalu sejalan dengan hasil, Kata BuWina.
Kalau gue sih "Ya emang ga level PDP sih, kudu naik level. Soalnya uji klinis dan variabelnya banyak banget nget nget. wkwkw. Semoga next time bisa dapat funding yang sepadan dengan niat baiknya dan usahanya. Aamiin"
Tapi sedih juga, perkara style dapus ga cucok jadinya ga lolos seleksi (menangis dalam hati). Akan aku ingat rasa sakit hati ini dan bersiap sambil memperbaiki diri, agar ketika kesempatan muncul tidak akan aku lewatkan (ala - ala nasehatnya Mr Takeda kepada Hinata Shoyo yang ga bisa tanding lawan Kamomedai karena demam T___T).
2 notes
·
View notes
Text
Gracias a la vida (A journal entry written on October 12 2023)
Hari ini kegiatan saya adalah menemani salah satu konsulen obgyn saya di poli. Beliau salah satu dokter obgyn yang bekerja dalam bidang fertilitas. Pasien-pasien yang datang ke beliau umumnya mencakup mereka-mereka yang baru mau punya anak.
Di akhir hari kami, ada 1 pasien yang datang dengan diagnosis preeklampsia berat. Pasien ini sudah pernah hamil 3x sebelum anak yang ini, tapi ketiga anaknya meninggal dalam rahim pada usia kehamilan lanjut.
Setelah poli saya sempat bertanya ke konsulen saya terkait dengan kaitan antara intrauterine fetal death (IUFD) dan preeklampsia. Kurang lebih takeaway-nya seperti ini:
Salah satu teori terbaru di balik patofisiologi preeklampsia adalah yang disebut teori DNA-mismatch. Secara singkat, pada pasien preeklampsia, diduga bahwa DNA ibu dan ayah tidak ‘cocok’ secara genetik, jadi janin (yang 1/2nya dibentuk dari DNA ayahnya) dianggap asing dan 'ditolak' oleh tubuh. Singkat cerita, akibat mismatch ini terjadilah vasokonstriksi luas pada tubuh ibu, yang menyebabkan tekanan darah meningkat, modifikasi villi korialis yang tidak sempurna, disfungsi endotelial yang berujung pada produksi radical oxygen species (ROS) yang berlebih dan pada akhirnya, perfusi fetomaternal yang berkurang beserta dengan disfungsi organ yang berat.
Intinya: Ibu dan Ayah harus saaangat amat cocok agar anaknya bisa sekedar berada di bumi ini.
Kecocokannya bukan hanya secara fisik, melainkan secara anatomis (kondisi genitalia eksterna maupun interna yang memungkinkan terjadinya penetrasi yang berujung pada fertilisasi dan inseminasi), secara histologis (adanya modifikasi vili korialis hingga ke lapisan terdalam endometrium), dan secara fisiologis (adanya jumlah telur dan jumlah/bentuk/kecepatan sperma yang adekuat agar telur dapat terbuahi, adanya kondisi rahim yang dibuat sempurna oleh hormon estrogen dan progesteron sehingga bisa disinggahi seorang janin).
Bahkan sekarang, teori terbaru menyatakan bahwa kecocokan setingkat seluler belum cukup untuk menjadikan suatu janin viable. Agar suatu janin bisa dikatakan kompatibel dengan yang namanya 'kehidupan', kecocokan antara ayah dan ibu harus sampai ke titik genetik.
This is the physiology of love, the invisible dance that occurs prior to every life. Oh how beautiful it is that every little thing is a thing in itself.
0 notes
Photo
Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan Panduan Penting untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kesehatan Penulis: Muralitharan Nair Hal: 600 pages Penerbit: BUMI MEDIKA Ukuran: 17,6 x 25 cm, HVS 70 gr, cover ac 260 gr Cetakan: ke - 1 - tahun 2015 Edition: ISBN: 978-602-70454-6-0 Original Harga Rp286.500 diskon 20% Rp229.200 Sinopsis Buku Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan disusun secara khusus untuk mahasiswa keparawatan dan kesehatan, memberikan panduan pendahuluan patofisiologi yang mudah dipahami, jelas, tepat, dan komprehensif. Buku ini dihadirkan dengan pendekatan visual yang kuat, memberikan penjelasan anatomi tubuh manusia yang tepat dan efek penyakit atau sakit terhadap fisiologi tubuh. Untuk mendukung proses pembelajaran, buku ini mencakup tujuan pembelajaran, uji pengetahuan, kata kunci, daftar istilah, dan studi kasus, serta didukung oleh aktivitas dan latihan lebih lanjut. #patofisiologi #bukukedokteran #bukubanjarmasin #kesehatan #bukumurah #kedokteran #bukukedokteranmurah #dokter #jualbukukedokteran #bukupatofisiologi #mahasiswakedokteran #keperawatan #bukukedokteranbanjarmasin #medicalbookshop #banjarbaru #bukukalsel #bukubanjarbaru #kedokteranulm #bukudokter #bukumurahsamarinda #balikpapan #bukubalikpapan #palangkaraya #tokobukupalangkaraya #bukudoktergigi #ulm #unlambanjarbaru #jualbukubanjarbaru #kaltim #kaltara https://www.instagram.com/p/CCkljw4pGBz/?igshid=1nfiu6ttyz7lt
#patofisiologi#bukukedokteran#bukubanjarmasin#kesehatan#bukumurah#kedokteran#bukukedokteranmurah#dokter#jualbukukedokteran#bukupatofisiologi#mahasiswakedokteran#keperawatan#bukukedokteranbanjarmasin#medicalbookshop#banjarbaru#bukukalsel#bukubanjarbaru#kedokteranulm#bukudokter#bukumurahsamarinda#balikpapan#bukubalikpapan#palangkaraya#tokobukupalangkaraya#bukudoktergigi#ulm#unlambanjarbaru#jualbukubanjarbaru#kaltim#kaltara
0 notes
Text
EKSLUSIF, Call 0878-7604-0136, Disleksia Remaja Bunda Lucy
Klik https://wa.me/087876040136, Cara Mengatasi Disleksia Pada Anak,Disleksia Pada Usia Dini,Disleksia Pada Anak Sd,Mengatasi Disleksia Pada Anak,Menangani Disleksia Pada Anak
Bunda Lucy Trauma Center PTB Duren Sawit Blok D3/1 Klender Jakarta Timur (Dekat Sekolahan SDIT Arrahma)
disleksiashow #disleksiastudent #disleksiatölyeleri #disleksiatips #disleksiatölye #disleksiavantajimiz #disleksiavcılar #disleksiavrupa #disleksiavatajimiz #disleksiavsaspeger
#Kategori Anak Disleksia#Patofisiologi Disleksia#Disleksia Kanan Kiri#Faktor Penyebab Disleksia#Biaya Terapi Disleksia#Sekolah Anak Disleksia#Terapi Untuk Anak Disleksia#Disleksia Pada Balita
0 notes
Text
TERBUKTI SEMBUH, CALL 0822-3300-0047 Obat Kanker Yang Termasuk Golongan Pirimidin Analog
KLIK https://wa.me/6282233000047, Herpes+Nyeri+Sekali, Salep Untuk Penyakit Kulit Dap, Obat Karurawit Di Apotek, Penyakit Dompo, Mitos Rarawit
Agarillus Drop
Herbal yang bermanfaat untuk nutrisi kecerdasan otak, mencegah penunaan dini, anti alzheimer (pikun), mengobati sakit persendian, meningkatkan stamina pria dewasa, baik untuk kesehatan gigi dan mulut, disarankan bagi ibu hamil dan menyusui, mengatasi penyakit degeneratif dan kronis.
Melayani konsultasi GRATIS
CV. Mutiara Berlian Jl.Ahmad Yani 267 Kelurahan Manahan Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, Jawa Tengah
( Sebelah Barat Terminal Tirtonadi Solo )
G-Maps CV. Mutiara Berlian ( https://g.page/agarillusherbal?share )
Konsultasi GRATIS : 0856-4020-0020
Kunjungi Website di https://www.mutiaraberlian.id
#obatjerawatuntukkulitsensitif #obatjerawatuntukbumil #obatjerawatuntukkulitberminyak #obatjerawatviral #obatjerawatverile #obatjerawatv #obatjerawatvegetarian #obatjerawatvulgaris #obatjerawatwayang #obatjerawatwanita
#sembuh dari melanoma#7 gejala kanker melanoma#obat melanoma kuku#pengalaman melanoma#patofisiologi melanoma#gambar kanker melanoma#pemeriksaan pada penyakit melanoma#apakah melanoma terasa sakit
0 notes
Photo
GILIRAN KAMU YANG MEMBUKTIKANNYA, Call 0812-1921-6781, Ketika Lambung Kumat
KLIK https://wa.me/6281219216781,Ciri Lambung Kumat, Asam Lambung Kumat Menjelang Haid, Ketika Lambung Kumat, Asam Lambung Kumat Ciri, Asam Lambung Kumat Jantung Berdebar
Pusatnya Madukula Resmi Perumahan Dramaga Regency 2 Blok I No.5, Cihideung Udik, Ciampea, Bogor Konsultasi & Pemesanan 24 Jam : 0812-1921-6781
#atasimaag #atasimaagakut #atasimaagkronis #atasimaagalami #atasimaagh #asamlambungpadaanak #asamlambungpergi #asamlambungpenyap #asamlambungyogyakarta #asamlambungzaidulakbar
0 notes
Text
Pembiasan
Dalam mempelajari banyak hal, sebenarnya kita sudah dituntun untuk memahaminya pelan-pelan. Seperti saat SD dulu, kita diajari berhitung satu tambah satu, menggunakan poro gapit dan pipolondo, baru akhirnya belajar tentang peluang, integral, dan diferensial. Pun sama, sebelum kita bahas jauh tentang patofisiologi dari terjadinya suatu penyakit, dulu kita diajari tentang hal-hal sederhana seperti macan adalah karnivora atau pembiasan cahaya pada kasus pensil yang dicelupkan di kolam.
Salah satu kemudian yang akhirnya jadi pembahasan di kelas saat itu adalah, kalau mau nembak ikan, maka jangan diincar ekornya, tapi kepalanya. Jaga-jaga kalau pembiasan katanya. Walaupun sampai sekarang belum pernah praktik nembak ikan, tapi kita tetap belajar bahwa pembiasan itu tetaplah benar, pensilnya tetap lurus walau kadang kita melihatnya bengkok.
Dan sering terjadi juga kita dapati pembiasan seperti itu dalam hidup kita sehari-hari, bagaimana perilaku orang tua yang kadang dulu kita anggap protektif, selalu mencemaskan banyak hal, atau seolah tidak percaya padahal sebenarnya itu bentuk kasih sayang mereka. Kadang pula kita dapati orang terdekat kita terasa begitu menyebalkan, tingkah laku mereka terasa begitu konyol dan kekanakan, padahal hal itu semata-mata karena mereka ingin menunjukkan cinta yang tulus dan terdalam.
Kadangkala kita perlu menutup mata, mencoba berpikir jernih, dalam memaknai dan melihat apa-apa yang terjadi di sekitar kita. Jangan-jangan, ada pembiasan bahasa cinta di sana, jangan-jangan kita sendiri yang tak bisa menangkap pesan indahnya.
Atau sebaliknya, jangan-jangan selama ini, kita salah dalam membahasakan cinta kita.
56 notes
·
View notes
Text
PELAYANAN MUDAH , wa 0813-3449-1967, Pemeriksaan Sistem Pernapasan Klinik Habibah Krian
Klik https://wa.me/6281334491967, Pemeriksaan Pasien Lansia Klinik Habibah, Pemeriksaan Pasien Malaria Klinik Habibah, Pemeriksaan Fisik Oksigenasi Klinik Habibah, Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil Klinik Habibah, Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan Klinik HabibahAlamat lengkap kamiJl. Raya Cangkring, RT.07/RW.02, Cangkring, Kec. Krembung, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61275(Sebelah Barat Arah Masjid At-Taqwa)Fast respont : 0318856706#pemeriksaandarahtentanghemostasisadalah, #untukpasien, #pemeriksaanabipadapasiendm, #pemeriksaanfisik padapasienasma, #pemeriksaanfisikpadapasienhiv/aids, #pemeriksaanfisikpadapasienapendisitis, #pemeriksaanpasientbc, #pemeriksaanfisikbayibarulahir, #pemeriksaanfisikbayibarulahirheadtotoe
#tatalaksana Efusi Pleura#diagnosis Efusi Pleura pdf#diagnosis banding Efusi Pleura#prognosis Efusi Pleura#patofisiologi Efusi Pleura pdf#LP Efusi#klasifikasi Efusi Pleura#Efusi Pleura menurut who terbaru
0 notes
Text
Diare adalah [Definisi, Klasifikasi, Patofisologi, Etiologi, Gejala, Terapi]
DIARE
Definisi
Diare adalah adalah kondisi di mana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali per hari) serta perubahan dalam isi (lebih dari 200 gram per hari) dan konsistensi (feses cair). Pada definisi ini jelas menyebutkan frekuensi diare terjadi lebih dari 3 kali dalam sehari. (Smeltzer,2002).
Diare juga merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (WHO,1980).
Definisi diare yang diberikan oleh Depkes RI (2003) adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar (BAB) lebih banyak dari biasanya (lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari).
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun (Ummuauliya. 2008).
Beberapa definisi yang telah disebutkan di atas, menjelaskan definisi diare berdasarkan konsistensi dan bentuk tinja (feses) yang melembek dengan atau tanpa menunjuk pada frekuensi diarenya. Bahkan definisi diare yang diberikan WHO secara spesifik juga menyebutkan diare dengan feses yang berwarna hijau, bercampur lendir dan atau darah. Dengan demikian, secara umum berdasarkan beberapa definisi diare dapat disebutkan bahwa diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang sering melebihi keadaan biasanya dengan konsistensi tinja yang melembek sampai cair dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.
Klasifikasi
Klasifikasi diare ada beberapa macam. Berdasarkan waktu, diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronik. Berdasarkan manifestasi klinis, diare akut dibagi menjadi disentri, kolera dan diare akut (bukan disentri maupun kolera). Sedangkan, diare kronik dibagi menjadi diare persisten dan diare kronik.
1. Diare akut
Diare akut yaitu diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, berhenti secara cepat atau maksimal berlangsung sampai 2 minggu, namun dapat pula menetap dan melanjut menjadi diare kronis. Hal ini dapat terjadi pada semua umur dan bila menyerang bayi biasanya disebut gastroenteritis infantil. Penyebab tersering pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.
Setiap diare akut yang disertai darah dan atau lender dianggap disentri yang disebabkan oleh shigelosis sampai terbukti lain. Sedangkan kolera, memiliki manifestasi klinis antara lain diare profus seperti cucian air beras, berbau khas seperti “bayklin/sperma”, umur anak lebih dari 3 tahun dan ada KLB dimana penyebaran pertama pada orang dewasa kemudian baru pada anak. Sedangkan kasus yang bukan disentri dan kolera dikelompokkan kedalam diare akut.
2. Diare kronis
Diare kronis yaitu diare yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Sedangkan berdasarkan ada tidaknya infeksi, dibagi diare spesifik dan non spesifik. Diare spesifik adalah diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit. Diare yang disebabkan oleh makanan disebut diare non spesifik. Berdasarkan organ yang terkena, diare dapat diklasifikasikan menjadi diare infeksi enteral dan parenteral.
Diare persisten lebih ditujukan untuk diare akut yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen infeksi. Sedangkan, diare kronik lebih ditujukan untuk diare yang memiliki manifestasi klinis hilang-timbul, sering berulang atau diare akut dengan gejala yang ringan yang melanjut lebih dari 14 hari, umumnya disebabkan oleh agen non infeksi.
Patofisiologi
1. Diare adalah ketidakseimbangan antara absorpsi air dan sekresi air atau elektrolit. Pada keadaan normal, absorpsi air dan elektrolit lebih besar di bandingkan ekskresi.
2. Empat mekanisme yang menyebabkan ketidakseimbangan dan elektrolit, adalah :
3. Perubahan transfor aktif yang berakibat pada pengurangan absorpsi sodium (Na) dan peningkatan sekresi klorida
4. Perubahan motilitasnsaluran pencernaan.
5. Peningkatan osmolaritas luminal saluran pencernaan
6. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan
7. Diare sekretori dapat terjadi jika dalam saluran pencernaan terdapat zat-zat sejenis vasoaktif peptide intestinal atau toksin bakteri yang meningkatkan sekresi atau menghambat absorbs air atau elektrolit dalam jumlah yang besar.
8. Adanya gangguan absorpsi suatu zat dalam intestinal yang menyebabkan diare osmotic
9. Inflamasi di usus halus yang menyebabkan diare eksudatif dan terjadi sekresi mucus, protein atau darah dalam usus halus.
10. Adanya infeksi baik non invesif atau invasive. Pada non invasive (enterotoksigenik) toksin yang diproduksi akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak termasuk mukosa. Pada diare invasive, diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulcerasi dan menyebabkan sekretorik eksudatif. Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan keruakan berupa ulkus yag besar ( hystolitica), kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit da zat makanan (G. lambria).
11. Obat antimikroba dapat merubah flora normal dalam saluran pencernaan, sedangkan obat lain seperti laksatif dapat meningkatkan motilitas saluran pencernaan.
Etiologi
1. Infeksi virus ( rotavirus adenovirus )
Bakteri ( Shigella, Salmonella, E.coli, Vibrio )
Parasit ( protozoa, E. Histolytica, Balantidium coli )
Cacing perut ( Ascariasis, Tichuris, Stongyloides dan jamur Candida )
2. Malabsorbsi : karbohidrat ( intoleransi laktosa), lemak atau protein
3. Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Immunodefisiensi
5. Psikologis, rasa takut dan cemas
Penyebab tidak langsung
1. Hygiene dan sanitasi
2. Perilaku masyarakat
3. Lingkugan hidup, rumah, iklim
4. Kasus infeksi yang tinggi
5. Kekurangan enzim
6. Pendidikan dan sosio ekonomi
7. Pengaruh psikis, terkejut, ketakutan
Manifestasi Klinik dan Diagnosis
1.
1. Diare dibagi menjadi dua, diare akut dan kronik
2. Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri parasit maupun virus. Penderita diare akut sering mengeluh flatulen, malaise, nyeri lambung, diikuti berat adan turun, anoreksia, dan lemah.
3. Diare yang menyebabkan kekurangan cairan akan menyebabkan pasien merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, tugor kulit menurun, hipotensi, takikardi, dan suara menjadi serak. Gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi pernapasan menjadi lebih cepat dan dalam.
4. Komplikasi, dehidrasi merupakan akibat yang paling utama dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak. Berdasarkan derajatnya dibagi menjadi 3, yaitu dehidrasi ringan (bila kehilangan cairan mencapai 5% berat badan), dehidrasi sedang (bila kehilangan cairan antara 5-10% berat badan), dan dehidrasi berat (jika kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan).
Diagnosis
Dibuat dengan menemukan telur di dalam tinja. Pemeriksaan penting dalam tinja ialah terhadap parasit dan telur cacing. Sama pentingnya dalam keadaan tertentu adalah tes terhadap darah samar. Secara makroskopik, warna tinja dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, kelainan dalam saluran usus dan oleh obat-obatan yang diberikan. Adanya lendir berarti rangsangan atau radang dinding usus. Jika lendir tersebut berada di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin usus besar; jika bercampur baur dengan tinja mungkin sekali usus kecil. Adanya darah dapat menjadi petunjuk lokasi perdarahan. Makin proksimal terjadinya perdarahan, darah bercampur dengan tinja sehingga makin hitam warnanya. Merah muda biasanya oleh perdarahan yang segar di bagian distal. Pada pemeriksaan mikroskopik, usaha mencari protozoa dan cacing merupakan maksud terpenting (Gandasoebrata, 2007).
Terapi Diare
1. Tujuan Terapi
Mencegah gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam basa. Memberikan terapi simtomatik, menghilangkan penyebab diare dan mengatasi gangguan karena diare.
2. Terapi Non-Farmakologi
1. Pemberian edukasi sebagai langkah pencegahan, meliputi :
Higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.
Mengkonsumsi makanan yang sehat.
Menghindari makanan yang merangsang peristaltik usus, seperti makanan padat, pedas, produk susu dan makanan berserat.
Imunisasi
Pemberian vaksin seperti : Salmonella typhi vaccine, Shigella vaccine, V. cholera vaccine, Rotavirus vaccine seperti : live oral vaccine (RotaTeq™) produksi Merck digunakan untuk anak-anak dan GSK’s Rotarix™.
1. Penambahan suplemen zinc pada anak-anak.
untuk mengurangi tingkat keparahan dan durasi diare. Suplemen zinc dapat mengurangi produksi tinja dan pengurangan pengeluran tinja. Pada dosis 20 mg/5 mL sirup yang mengandung zinc atau 20 mg pada tablet yang mengandung zinc sulfas, glukonat atau asetat.
Untuk mencegah berulangnya episode diare.
Pada studi menunjukkan bahwa 10-20 mg (anak-anak) dan 10 mg (bayi < 6 bulan) pemberian zinc per hari selama 10-14 hari akan mengurangi berulangnya episode diare 2-3 bulan setelah pemberian regimen terapi zinc diberikan.
1. Penambahan vitamin A pada bayi dan anak untuk pencegahan diare karena infeksi dan paparan HIV.
Rekomendasi dosis :
Bayi dan anak usia 6 bulan sampai 5 tahun (100.000 IU untuk usia 6-12 bulan dan 200.000 IU untuk usia > 12 bulan) diberikan setiap 6 bulan.
3. Terapi Farmakologi
1. Terapi kausal misalnya penyebabnya adalah bakteri maka diberi obat antibiotik.
2. Terapi simptomatis
Zat – zat penekan peristaltik misalnya : atropin, belladonnae ekstrak,difenoksilat, loperamid.
Adstringensia ( menciutkan selaput lendir usus ), misalnya : garam – garam bismuth dan alluminium tanin.
Adsorbensia ( menyerap zat – zat beracun ), misalnya : carbo adsorben ( norit ), zat – zat lendir yang menutupi selaput lendir usus dan luka – lukanya dengan suatu lapisan pelindung seperti kaolin, pektin.
1 note
·
View note
Text
Bumiku adalah bumi-mu
Setelah hampir 6 bulan pandemi ini turun ke bumi, angkanya melambung mengejutkan, menggemparkan. Merenggut nyawa manusia tanpa ampun. Duapuluh kali lipat lebih mematikan dari wabah dunia takterlupakan, ebola. Membuat virus mengerikan seperti SARS terlihat belum apa-apa jumlah korbannya dibanding wabah yang sekarang berhasil mengambil alih perhatian seluruh umat dunia. Bagaimana tidak, warga bumi yang terkonfirmasi positif sampai detik ini menurut WHO-organisasi kesehatan dunia melebihi satu juta manusia. Dan nyawa yang telah hilang akibat pandemi ini, lewat dari seratus ribu jiwa!
Kalian butuh waktu lebih dari 24 jam sehari jika ingin membahas penyakit, gejala, faktor resiko, patofisiologi pandemi maupun obat untuk menanganinya. Bahkan sampai sekarang, tangan dan kepala seluruh ilmuwan di dunia belum mampu mendapatkan jawaban tentang vaksin paling efektif yang dapat mengobati wabah paling terkenal, kita sebut covid19. Banyak pertanyaan, usaha, dan tekad yang belum terlaksana demi satu buah jenis makhluk kecil tak terlihat, tapi merepotkan ciptaan tuhan paling pintar sejagat.
Jangan pernah salahkan siapa siapa atas apa yang sedang terjadi. Bumi sedang bergejolak, ia tak mampu lagi menampung manusia manusia yang tak peduli dengan apa yang telah atau tidak dilakukannya. Siapa bilang tidak ada sama sekali faktor x yang menjadi penyebab dari musibah ini. Tangan tangan manusia yang senang bermaksiat, hati dan pikiran yang selalu menunda taubat, bahkan badan serta jiwa yang selalu malas untuk sekedar menjalankan kewajiban dan taat. Apalagi alasan Allah untuk tidak menegur hambanya?
Kawan, kita perlu menggeser kacamata dan melihat lebih luas. Tak jarang hal hal yang terlihat kecil dan sederhana, sebenarnya memberikan dampak dan berpengaruh besar bagi orang sekitar. Perlu bersabar untuk tetap tinggal di rumah, keluar sebentar sesuai keperluan. Setelah ini, jangan sampai terdengar lagi kalimat kalimat mengeluh, ucapan kesal dan tuntutan, kapan ini akan berakhir? Biarlah semua berjalan dan bekerja pada porsinya. Tak hanya kau yang ingin didengar keluh kesahnya, tak hanya kita yang berharap dan berdoa. Tolong jangan tambah masalah dunia, dengan memberontak tak ingin ikut serta. Apa susahnya, di rumah saja.
Bukan menjadi alasan, tidak pergi kekampus idaman membuat kita berhenti belajar. Tak bisa jadi acuan, diam di rumah berarti alfa dari bacaan dan pekerjaan. Pembatasan jarak dengan orang lain bukanlah pembatasan untuk menggali dan mengembangkan potensi diri. Banyak hal yang bisa kita lakukan kawan! Setiap hal yang terjadi pasti terselip hikmah dan pemahaman. Tinggal kita saja yang perlu sadar dan manfaatkan.
Tulisan ini dibuat untuk manusia. penulis dan teman-temannya. Tak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok lusa. kamu yang sedang membaca, semoga selalu sehat dan bahagia. dunia sedang berduka, alam semesta gerah menuntut hak nya. wahai bumi-ku. Lekaslah sembuh. Karena bumiku adalah bumi-mu, bumi kita bersama.
4 notes
·
View notes
Photo
Patofisiologi Leukemia Pada Anak Leukemia merupakan jenis penyakit kanker darah yang sering ditemukan pada anak-anak. Selengkapnya: https://cadobalog.blogspot.com/2020/06/patofisiologi-leukemia-pada-anak.html #leukemia #kankerdarah #literatur #referensi #blog #blogs #blogspot #blogger #blogging #penulis #author #cadobalog #catatandodolbuatblog #catatandodolbuatngeblog https://www.instagram.com/p/CBAJDqmgasx/?igshid=trcd4lkspucr
#leukemia#kankerdarah#literatur#referensi#blog#blogs#blogspot#blogger#blogging#penulis#author#cadobalog#catatandodolbuatblog#catatandodolbuatngeblog
1 note
·
View note
Text
Radang Paru-Paru atau Pneumonia
Radang paru-paru atau pneumonia adalah kondisi inflamasi pada paru—utamanya memengaruhi kantung-kantung udara mikroskopik yang dikenal sebagai alveolus. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan lebih jarang mikroorganisme lainnya, obat-obatan tertentu, dan kondisi lain seperti penyakit autoimun. Gejala khasnya meliputi batuk, nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas.…
View On WordPress
0 notes
Text
Apa itu Rinitis Alergi?
Apa itu Rinitis Alergi?
Rinitis alergi merupakan penyakit peradangan yang disebabkan oleh kelainan sistem imun, dimana penderita mengalami hidung tersumbat, pilek, bersin, dan gatal pada bagian nasal akibat reaksi immunoglobulin E (IgE) yang terjadi di lapisan mukosa hidung.
Beberapa hal menyebabkan seseorang berisiko tinggi mengalami rinitis alergi, diantaranya adalah riwayat keluarga penyakit atopik, meningkatnya…
View On WordPress
0 notes
Text
Sama saja
Banyak pertanyaan yang aku dapat terutama mendekati hari pernikahan, kaya begini,
"Kenapa engga sama dokter lagi?" dan pasti teman temanku yang bersuami atau calon pasangan bukan dokter mengalami hal yang sama.
Pertanyaan selanjutnya,
"Gimana rasanya?"
------------------
Banyak yang beranggapan, nikah satu profesi itu memudahkan. Bisa saling ngerti, engga banyak nuntut, lebih nyambung kalau diskusi. Katanya gitu.
Tapi menurut kaum istri dengan suami bukan dokter, menikah dengan dokter bisa jadi membosankan. Obrolan akan seputar itu itu aja. Tentang pasien pasien dan lingkungan seputar patofisiologi dll. Dan yang terberat bakalan sama sama sibuk.
-----------
Tapi menurutku itu akan sama aja tergantung dengan siapa kita menjalaninya.
Belum tentu dengan sesama dokter akan membosankan, karena jadi dokter berarti "long life learning", yang berarti bakal ada aja hal asyik yang bisa dibahas, atau sekedar menceritakan kekesalan dan kelelahan bekerja di rumah sakit. Ya, sesederhana itu, tapi pasti membahagiakan,kan?
Pun belum tentu menikah dengan "bukan dokter" menjadikan obrolan tidak nyambung. Kita bisa saling berbagi, bercerita, tanpa batas. Membagi keahlian masing-masing. Seperti saat ada hal hal yang berbau teknis di rumah, itu bagian suamiku. Tapi saat ada yang sakit di rumah, tentu itu jadi bagianku.
--------
"Gimana tadi kerjanya?" tanyanya.
"Udah engga usah bahas di rumah sakit ah." Jawabku. Lalu berpelukan. Hehehe karena akan panjang dan rumit menjelaskannya. Lebih baik "happy" lagi di rumah. Setidaknya karena suamiku bukan dokter, saat di rumah aku akan merasa menjadi orang lain, lupa peranku di rumah sakit.
-------------
Salah satu dari banyak hal yang harus kusyukuri adalah memiliki suami yang "mengerti". Setidaknya karena kita saling kenal sejak belum jadi apa apa yang sebenarnya sekarangpun belum jadi apa apa, kami mulai dari nol. Ia begitu paham bagaimana jungkir balik aku bisa sampai di tahap ini yang akupun nyaris menyerah. Ia takan membiarkanku berhenti begitu saja.
----------jadi,sama saja.
15 agustus 2019
4 notes
·
View notes
Text
Ikterus dan Bilirubin
Departemen/SMF Radiologi Tahun 2019 Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar Ainiyah Fairus Rohmatul Hidayati Ningsih Atina Hasanah Patofisiologi Heme yang berasal dari hemoglobin (70%-80%) dan hemoprotein lain dipecah dalam mikrosom RES (terutama di lien dan hepar) menghasilkan biliverdin yang kemudian dikatalisa menjadi bilirubin tak terkonjugasi (unconjugated) yang tidak larut dalam air. Bilirubin tak terkonjugasi yang diproduksi diluar hepar dapat di angkut oleh darah dengan bantuan albumin. Sesampainya di hepar bilirubin tak terkonjugasi masuk kedalam sel hepar melalui carrier-mediated membrane transport. Dalam endoplasmic reticulum sel hepar, bilirubin di konjugasi dengan asam glukoronat sehingga mejadi hidrofilik (conjugated bilirubin). Bilirubin yang hidrofilik tersebut kemudian di ekskresikan ke kanalikuli yang kemudian bersatu dengan bilirubin dari kanalikuli yang lain mengalir ke saluran empedu lebih besar dan akhirnya di ekskresi ke duodenum. Dalam usus bilirubin tersebut oleh bakteri usus di unkonjugasi kemudian mengalami reduksi oleh bakteri usus mejadi urobilinogen. Antara 80-90% urobilinogen atau urobilin (teroksidasi), sedangkan sekitar 10-20% terabsorbsi secara pasif, kemudian di transportasi lewat vena porta, dan di uptake serta diekskresi kembali oleh hepar (entero-hepatic cycle). Sebagian kecil dari urobilinogen (8 hari (pada NCB) atau >14 hari (pada NKB) Gejala dan tanda klinis Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala: 1. Dehidrasi * Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah) 2. Pucat * Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular. 3. Trauma lahir * Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya. 4. Pletorik (penumpukan darah) * Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK 5. Letargik dan gejala sepsis lainnya 6. Petekiae (bintik merah di kulit) * Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis 7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) * Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati 8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa) 9. Omfalitis (peradangan umbilikus) 10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid) 11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus) 12. Feses dempul disertai urin warna coklat * Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi. Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala: Dehidrasi o Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah) Pucat o Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular. Trauma lahir o Bruising, sefalhematom (peradarahn kepala), perdarahan tertutup lainnya. Pletorik (penumpukan darah) o Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat, bayi KMK Letargik dan gejala sepsis lainnya Petekiae (bintik merah di kulit) o Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) o Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa) Omfalitis (peradangan umbilikus) Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid) Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus) Feses dempul disertai urin warna coklat o Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi. Manifestasi ikterus Jaundice merupakan manifestasi yang sering pada gangguan traktus biliaris, dan evaluasi serta manajemen pasien jaundice merupakan permasalahan yang sering dihadapi oleh ahli bedah. Serum bilirubin normal berkisar antara 0,5 – 1,3 mg/dL; ketika levelnya meluas menjadi 2,0 mg/dL, pewarnaan jaringan bilirubin menjadi terlihat secara klinis sebagai jaundice. Sebagai tambahan, adanya bilirubin terkonjugasi pada urin merupakan satu dari perubahan awal yang terlihat pada tubuh pasien. Bilirubin merupakan produk pemecahan hemoglobin normal yang dihasilkan dari sel darah merah tua oleh sistem retikuloendotelial. Bilirubin tak terkonjugasi yang tidak larut ditransportasikan ke hati terikat dengan albumin. Bilirubin ditransportasikan melewati membran sinusoid hepatosit kedalam sitoplasma. Enzim uridine diphosphate–glucuronyl transferase mengkonjugasikan bilirubin tak-terkonjugasi yang tidak larut dengan asam glukoronat untuk membentuk bentuk terkonjugasi yang larut-air, bilirubin monoglucuronide dan bilirubin diglucuronide. Bilirubin terkonjugasi kemudian secara aktif disekresikan kedalam kanalikulus empedu. Pada ileum terminal dan kolon, bilirubin dirubah menjadi urobilinogen, 10-20% direabsorbsi kedalam sirkulasi portal. Urobilinogen ini diekskresikan kembali kedalam empedu atau diekskresikan oleh ginjal didalam urin. Anatomi Sistem Hepatobilier Pengetahuan yang akurat akan anatomi hati dan traktus biliaris, dan hubungannya dengan pembuluh darah penting untuk kinerja pembedahan hepatobilier karena biasanya terdapat variasi anatomi yang luas. Deskripsi anatomi klasik pada traktus biliaris hanya muncul pada 58% populasi. Hepar, kandung empedu, dan percabangan bilier muncul dari tunas ventral (divertikulum hepatikum) dari bagian paling kaudal foregut diawal minggu keempat kehidupan. Bagian ini terbagi menjadi dua bagian sebagaimana bagian tersebut tumbuh diantara lapisan mesenterik ventral: bagian kranial lebih besar (pars hepatika) merupakan asal mula hati/hepar, dan bagian kaudal yang lebih kecil (pars sistika) meluas membentuk kandung empedu, tangkainya menjadi duktus sistikus. Hubungan awal antara divertikulum hepatikum dan penyempitan foregut, nantinya membentuk duktus biliaris. Sebagai akibat perubahan posisi duodenum, jalan masuk duktus biliaris berada disekitar aspek dorsal duodenum. Sistem biliaris secara luas dibagi menjadi dua komponen, jalur intra-hepatik dan ekstra-hepatik. Unit sekresi hati (hepatosit dan sel epitel bilier, termasuk kelenjar peribilier), kanalikuli empedu, duktulus empedu (kanal Hearing), dan duktus biliaris intrahepatik membentuk saluran intrahepatik dimana duktus biliaris ekstrahepatik (kanan dan kiri), duktus hepatikus komunis, duktus sistikus, kandung empedu, dan duktus biliaris komunis merupakan komponen ekstrahepatik percabangan biliaris. Duktus sistikus dan hepatikus komunis bergabung membentuk duktus biliaris. Duktus biliaris komunis kira-kira panjangnya 8-10 cm dan diameter 0,4-0,8 cm. Duktus biliaris dapat dibagi menjadi tiga segmen anatomi: supraduodenal, retroduodenal, dan intrapankreatik. Duktus biliaris komunis kemudian memasuki dinding medial duodenum, mengalir secara tangensial melalui lapisan submukosa 1-2 cm, dan memotong papila mayor pada bagian kedua duodenum. Bagian distal duktus dikelilingi oleh otot polos yang membentuk sfingter Oddi. Duktus biliaris komunis dapat masuk ke duodenum secara langsung (25%) atau bergabung bersama duktus pankreatikus (75%) untuk membentuk kanal biasa, yang disebut ampula Vater. Traktus biliaris dialiri vaskular kompleks pembuluh darah disebut pleksus vaskular peribilier. Pembuluh aferen pleksus ini berasal dari cabang arteri hepatika, dan pleksus ini mengalir kedalam sistem vena porta atau langsung kedalam sinusoid hepatikum. Metabolisme Normal Bilirubin Bilirubin berasal dari hasil pemecahan hemoglobin oleh sel retikuloendotelial, cincin heme setelah dibebaskan dari besi dan globin diubah menjadi biliverdin yang berwarna hijau. Biliverdin berubah menjadi bilirubin yang berwarna kuning. Bilirubin ini dikombinasikan dengan albumin membentuk kompleks protein-pigmen dan ditransportasikan ke dalam sel hati. Bentuk bilirubin ini sebagai bilirubin yang belum dikonjugasi atau bilirubin indirek berdasar reaksi diazo dari Van den Berg, tidak larut dalam air dan tidak dikeluarkan melalui urin. Didalam sel inti hati albumin dipisahkan, bilirubin dikonjugasikan dengan asam glukoronik yang larut dalam air dan dikeluarkan ke saluran empedu. Pada reaksi diazo Van den Berg memberikan reaksi langsung sehingga disebut bilirubin direk. Bilirubin indirek yang berlebihan akibat pemecahan sel darah merah yang terlalu banyak, kekurangmampuan sel hati untuk melakukan konjugasi akibat penyakit hati, terjadinya refluks bilirubin direk dari saluran empedu ke dalam darah karena adanya hambatan aliran empedu menyebabkan tingginya kadar bilirubin didalam darah. Keadaan ini disebut hiperbilirubinemia dengan manifestasi klinis berupa ikterus. Klasifikasi Gambar 3 berisi daftar skema bagi klasifikasi umum jaundice: pre-hepatik, hepatik dan post-hepatik. Jaundice obstruktif selalu ditunjuk sebagai post-hepatik sejak defeknya terletak pada jalur metabolisme bilirubin melewati hepatosit. Bentuk lain jaundice ditunjuk sebagai jaundice non-obstruktif. Bentuk ini akibat defek hepatosit (jaundice hepatik) atau sebuah kondisi pre-hepatik. Gejala kuning pada yang dikenal sebagai ikterus dibagi 3 golongan berdasarkan penyebab kuningnya tersebut. (1) Ikterus hemolitik, ikterus yang timbul karena meningkatnya penghancuran sel darah merah. Misal pada keadaan infeksi (sepsis), ketidak cocokan gol darah ibu dengan golongan darah bayi, bayi yang baru lahir (ikterus fisiologik) dsb. (2) Ikterus parenkimatosa, ikterus yang terjadi akibat kerusakan atau peradangan jaringan hati, misal pada penyakit hepatitis. (3) Ikterus obstruktif, ikterus yang timbul akibat adanya bendungan yang mengganggu aliran empedu. Misal pada tumor, kelainan bawaan (atresia bilier), batu pada kandung empedu dsb. Hiperbilirubinemia sendiri dikelompokkan dalam dua bentuk berdasarkan penyebabnya yaitu hiperbilirubinemia retensi yang disebabkan oleh produksi yang berlebih (bilirubin indirek meningkat) dan hiperbilirubinemia regurgitasi yang disebabkan refluks bilirubin kedalam darah karena adanya obstruksi bilier (bilirubin direknya juga meningkat dan produksi sterkobilinogen menurun). Hiperbilirubinemia retensi dapat terjadi pada kasus-kasus haemolisis berat dan gangguan konjugasi. Hati mempunyai kapasitas mengkonjugasikan dan mengekskresikan lebih dari 3000 mg bilirubin perharinya sedangkan produksi normal bilirubin hanya 300 mg perhari. Hal ini menunjukkan kapasitas hati yang sangat besar dimana bila pemecahan heme meningkat, hati masih akan mampu meningkatkan konjugasi dan ekskresi bilirubin larut. Akan tetapi lisisnya eritrosit secara massive misalnya anemia hemolitik pada kasus sickle cell anemia ataupun malaria akan menyebabkan produksi bilirubin lebih cepat dari kemampuan hati mengkonjugasinya sehingga akan terdapat peningkatan bilirubin tak larut didalam darah (indirek). Peninggian kadar bilirubin tak larut dalam darah tidak terdeteksi didalam urine sehingga disebut juga dengan ikterus acholuria. Pada neonatus terutama yang lahir premature peningkatan bilirubin tak larut terjadi biasanya fisiologis dan sementara, dikarenakan haemolisis cepat dalam proses penggantian hemoglobin fetal ke hemoglobin dewasa dan juga oleh karena hepar belum matur, dimana aktivitas glukoronosiltransferase masih rendah. Jika ada dugaan ikterus hemolitik perlu dipastikan dengan pemeriksaan kadar bilirubin total, bilirubin indirek, darah rutin, serologi virus hepatitis. Apabila peningkatan bilirubin tak larut ini melampaui kemampuan albumin mengikat kuat, bilirubin akan berdiffusi ke basal ganglia pada otak dan menyebabkan ensephalopaty toksik yang disebut sebagai kern ikterus (ikterus neonatorum pathologis yang ditandai peningkatan bilirubin direk dan pemecahan eritrosit). Beberapa kelainan penyebab hiperbilirubinemia retensi diantaranya seperti Syndroma Crigler Najjar I yang merupakan gangguan konjugasi karena glukoronil transferase tidak aktif, diturunkan secara autosomal resesif, merupakan kasus yang jarang, dimana didapati konsentrasi bilirubin mencapai lebih dari 20 mg/dl. Syndroma Crigler Najjar II, merupakan kasus yang lebih ringan dari tipe I, karena kerusakan pada isoform glukoronil transferase II, didapati bilirubin monoglukoronida terdapat dalam getah empedu. Syndroma Gilbert, terjadi karena haemolisis bersama dengan penurunan uptake bilirubin oleh hepatosit dan penurunan aktivitas enzym konjugasi dan diturunkan secara autosomal dominan. Hiperbilirubinemia regurgitasi paling sering terjadi karena terdapatnya obstruksi saluran empedu, misalnya karena tumor caput pankreas (ditandai Couvisier’s Law), batu, proses peradangan dan sikatrik. Sumbatan pada duktus hepatikus dan duktus koledokus akan menghalangi masuknya bilirubin keusus dan peninggian konsentrasinya pada hati menyebabkan refluks bilirubin larut ke vena hepatika dan pembuluh limfe. Bentuknya yang larut menyebabkan bilirubin ini dapat terdeteksi dalam urine dan disebut sebagai ikterus choluria. Karena terjadinya akibat sumbatan pada saluran empedu disebut juga sebagai ikterus kolestatik. Pada kasus ini didapatkan peningkatan bilirubin direk, bilirubin indirek, zat yang larut dalam empedu serta batu empedu. Jadi pada ikterus obstruktif ini perlu dibuktikan dengan pemeriksaan kadar bilirubin serum, bilirubin urin, urobilin urin, USG, alkali fosfatase. Beberapa kelainan lain yang menyebabkan hiperbilirubinemia regurgitasi adalah Syndroma Dubin Johnson, diturunkan secara autosomal resesif, terjadi karena adanya defek pada sekresi bilirubin terkonjugasi dan estrogen ke sistem empedu yang penyebab pastinya belum diketahui. Syndroma Rotor, terjadi karena adanya defek pada transport anion an organik termasuk bilirubin, dengan gambaran histologi hati normal, penyebab pastinya juga belum dapat diketahui. Hiperbilirubinemia toksik adalah gangguan fungsi hati karena toksin seperti chloroform, arsfenamin, asetaminofen, carbon tetrachlorida, virus, jamur dan juga akibat cirhosis. Kelainan ini sering terjadi bersama dengan terdapatnya obstruksi. Gangguan konjugasi muncul besama dengan gangguan ekskresi bilirubin dan menyebabkan peningkatan kedua jenis bilirubin baik yang larut maupun yang tidak larut. Terapi phenobarbital dapat menginduksi proses konjugasi dan ekskresi bilirubin dan menjadi preparat yang menolong pada kasus ikterik neonatus tapi tidak pada sindroma Crigler najjar.
3 notes
·
View notes