#nyamuk penyebab DBD
Explore tagged Tumblr posts
Text
Waspada! Kemenkes Ungkap Jumlah Kasus DBD Tembus 76 Ribu Sepanjang Tahun 2024
BANTEN – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah kasus DBD yang tercatat hingga minggu ke-16 tahun 2024, yakni mencapai 76.132 orang. Angka ini mengalami peningkatan cukup tinggi setelah sebelumnya pada 26 Maret 2024 jumlah kasus mencapai 53.131 orang. Bukan hanya itu, berdasarkan keterangan Kepala Biro Komunikasi…
View On WordPress
0 notes
Text
0822-8230-7707 Pest Control Harga Murah Palembang, Pest Control Murah Palembang
Local Pest 0822-8230-7707 Pest Control Harga Murah di Palembang, Pest Control Murah di Palembang
Peran Hama dalam Menyebarkan Penyakit yang Sering Diabaikan
Hama bukan hanya sekadar gangguan yang merusak properti atau mengotori rumah, tetapi mereka juga bisa menjadi ancaman serius bagi kesehatan manusia. Beberapa hama berperan sebagai pembawa berbagai penyakit yang sering kali tidak kita sadari. Mengenali peran hama dalam penyebaran penyakit adalah langkah penting untuk melindungi keluarga dari ancaman tersembunyi ini.
Tikus: Pembawa Leptospirosis dan Salmonella
Tikus adalah hama yang sering ditemukan di rumah, terutama di daerah perkotaan. Tikus dapat membawa penyakit yang berbahaya, seperti leptospirosis, yang dapat menular melalui air kencing tikus yang mencemari air atau makanan. Selain itu, tikus juga sering membawa bakteri salmonella, yang dapat menyebabkan keracunan makanan bila terpapar pada bahan makanan.
Nyamuk: Ancaman Penyakit Serius
Nyamuk adalah salah satu hama yang paling dikenal sebagai pembawa penyakit. Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti dikenal sebagai vektor utama penyebaran demam berdarah (DBD). Selain itu, beberapa jenis nyamuk juga dapat membawa penyakit malaria dan chikungunya. Nyamuk berkembang biak di air tergenang, sehingga sangat penting untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menghilangkan sumber air yang tidak dibutuhkan.
Kecoa: Pembawa Bakteri Berbahaya
Kecoa sering dianggap hama yang kotor karena mereka sering berada di tempat-tempat yang lembap dan gelap, seperti saluran pembuangan dan dapur. Kecoa dapat menyebarkan bakteri penyebab penyakit seperti diare, disentri, dan infeksi saluran pencernaan lainnya. Mereka meninggalkan bakteri ini di permukaan tempat makanan disimpan, yang kemudian masuk ke tubuh manusia saat makanan dikonsumsi.
Kutu dan Kutu Busuk: Penyebar Penyakit Kulit
Kutu, terutama yang sering menyerang hewan peliharaan, bisa menyebarkan penyakit seperti Lyme disease pada manusia. Kutu busuk juga menjadi masalah di beberapa rumah, menyebabkan gigitan yang gatal dan bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang.
Pencegahan Penyebaran Penyakit oleh Hama
Langkah terbaik untuk mencegah penyebaran penyakit oleh hama adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan. Pastikan rumah selalu bersih, makanan tersimpan dengan aman, dan tidak ada tempat bagi hama untuk berkembang biak. Jasa pest control profesional seperti Local Pest juga dapat membantu dalam pencegahan dan pembasmian hama secara efektif.
Dengan memahami peran hama dalam menyebarkan penyakit, Anda bisa lebih waspada dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi kesehatan keluarga.
Telp/WA: 082282307707
IG: antirayap_lokal.an
FB: Local Pest
anti rayap lemari palembang, jasa basmi tikus rumah palembang, jasa semprot kutu kucing palembang, jasa pembasmi hama tikus palembang, jasa fogging nyamuk palembang, pest control jasa pembasmi tikus palembang, anti rayap tanah palembang, cairan anti rayap palembang, pest control nyamuk palembang, obat anti rayap bangunan palembang, anti rayap semprot palembang, biaya fogging nyamuk palembang
0 notes
Text
Jangan anggap remeh DBD
#SalamSehat#WargiMajalengka
Triwulan pertama tahun 2024 kasus DBD di Jawa Barat melonjak dibanding tahun 2023 ( @dinkesjabar Mei, 2024). Walaupun musim hujan sudah mulai mereda, 🧐 eits tapi jangan salah wargi, musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau justru nyamuk semakin mengganas karena kenaikan suhu membuat nyamuk semakin ideal untuk berkembang biak.
Yuk, bersama benahi dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang mendarah daging 🤗 Wargi tahu kan? bahwa penyebab DBD adalah nyamuk pembawa virus yang menularkan melalui gigitan dan menghisap darah korbannya.
Jadilah pahlawan jumantik (juru pemantau jentik) mandiri di rumah. Periksa setiap penjuru dan pekarangan rumah jangan sampai ada genangan air, sampah, atau apapun itu yang membuat lingkungan menjadi kotor dan membuat air menggenang. Jangan lupa juga, kuras rutin bak mandi, kalau perlu peliharalah ikan kecil pemakan jentik di bak mandi.
#Jumantik#DBD#DinkesMajalengka#3mplus#cegahDBD
0 notes
Link
Demam berdarah dengue (DBD) saat musim penghujan disebabkan gigitan nyamuk Aedes Agypti. Nyamul ini menggigit pada siang pagi hingga sore.
0 notes
Text
Perangkat Desa Dangin Puri Klod Giatkan Jumpa Berlian Antisipasi Banjir dan DBD
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Sebagai upaya menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, Seluruh Perangkat Desa Dangin Puri Klod dan masyarakat setempat melaksanakan Jumat Pagi Bersih Lingkungan (Jumpa Berlian) di sekitar Jalan Jayagiri 1 serta di Depan Kantor Desa Dangin Puti Klod, Jumat (1/12/2023) pagi. Giat Jumpa Berlian ini merupakan program rutin yang dilaksanakan Perangkat Desa Dangin Puri Klod setiap hari Jumat setiap minggunya dengan membersihkan lingkungan sekitar. Perbekel Dangin Puri Klod, I Made Sada dihubungi secara terpisah lewat telepon mengatakan, kegiatan Jumpa Berlian di wilayahnya kali ini berfokus pada antisipasi banjir seperti membersihkan saluran air dari sisa sampah organik maupun anorganik yang masih tercecer dan melakukan 3M plus yakni menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti penyebab demam berdarah. "Melalui kegiatan rutin Jumpa Berlian ini kami berharap semakin memacu kesadaran masyarakat untuk menjaga dan merawat lingkungan sekitar. Sehingga menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di desa Dangin Puri Kelod," ujarnya.(bpn) Read the full article
0 notes
Text
Peduli Kesehatan Napi, Rutan Pasangkayu Fogging Blok Hunian
Pasangkayu - Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Pasangkayu Kantor Wilayh Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Barat melakukan fogging kamar hunian dan lingkungan kantor sebagai upaya pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Kegiatan fogging dilakukan dengan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Pasangkayu, Sabtu (08/04).
Kegiatan ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pasangkayu dengan sasaran area blok, kamar hunian, dan saluran air yang menjadi habitat berkembang biaknya nyamuk. Kegiatan fogging ini dilakukan sebagai deteksi dini terhadap wabah penyakit menular, khususnya DBD. Apalagi, di saat musim hujan seperti sekarang banyak ditemukan genangan air yang menjadi media nyamuk bertelur.
Kepala Rutan Pasangkayu, Aris Supriyadi berharap dengan adanya kegiatan fogging ini sebagai tindakan antisipasi dan upaya mencegah penyebaran DBD di lingkungan Rutan Pasangkayu. Selain itu, pihaknya melakukan langkah-langkah responsif, seperti optimalisasi layanan poliklinik dengan memberikan sosialisasi hidup bersih di blok hunian, pembagian vitamin daya tahan tubuh, dan pemeriksaan kesehatan.
”Diimbau juga kepada seluruh warga binaan pemasyarakatan untuk selalu menjaga kebersihan kamar, blok hunian dan selokan untuk mencegah munculnya sarang nyamuk penyebab demam berdarah," kata Aris.
Hal ini sejalan dengan arahan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sulawesi Barat, Parlindungan agar lapas/rutan yang ada di Kanwil Kemenkumham Sulbar untuk terus meningkatkan pelayanan kesehatan kepada warga binaan.
#@ditjenpas#@DITJEN_PAS#@Ditjen Pemasyarakatan#@NewsKemenkumham#@rutanpasangkayu#KanwilSulbar#KumhamSulbar#KanwilKemenkumhamSulbar#KumhamPasti#KemenkumhamSemakinPasti#KamiPasti#RutanPasangkayu#Rupaska#RutanKelasIIBPasangkayu
0 notes
Text
Pemanfaatan Bakteri Wolbachia
SERIAL SCIENCE - EPISODE 02
Bagaimana pendayagunaan dari bakteri Wolbachia? Lalu apa bentuk pendayagunaan-nya? Emang apa sih hebatnya bakteri yang satu ini? Sebenarnya bakteri woolbachia itu apa? Hmm, menarik nih untuk dicari tahu.
Bakteri wolbachia:
Pada tahun 1924 bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Marshall Hertig dan S. Burt Wolbach pada nyamuk Cullex pipiens, dan pada tahun 1936 bakteri ini dinamai Wolbachia pipientis. Jadi, kita dapat mengetahui nama lengkap dari bakteri ini adalah Wolbcahia pipientis.
Seorang pakar entomologi dan Kesehatan veteriner, dan juga kadiv. Parasitology dan entomologi Kesehatan di IPB Bogor, Prof drh. Upik Kesumawati Hadi., MS., Ph.D. mengatakan wolbachia adalah bakteri gram negative yang berbentuk batang dan berhabitat di dalam sel yang menginfeksi berbagai hewan invertebrata atau tanpa tulang belakang, terutama pada berbagai jenis anthropoda dan serangga. Wolbachia ini merupakan salah satu jenis pathogen yang menginfeksi sistem reproduksi serangga. Bagi yang belum tahu, pathogen adalah mikroorganisme parasite yang meyebabkan penyakit pada inangnya.
Pendayagunaan Wolbachia: Mengendalikan Penyebaran Penyakit DBD (demam berdarah dengue):
Setelah kita berkenalan dengan Wolbachia, lantas bagaimana bentuk pendayagunaan dari bakteri satu ini? Ternyata oh ternyata, Wolbachia ini dimanfaatkan untuk mengendalikan penyebaran penyakit menular mematikan yakni demam berdarah dengue (DBD). Hah? Emang bisa? Bisa dong, jadi begini…
Dalam laman situs resmi World Mosquito Program menyebutkan bahwa Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat pada 60% spesies serangga, termasuk di beberapa jenis nyamuk. Namun Wolbachia ini tidak terdapat pada jenis nyamuk Aedes aegypti, spesies utama yang bertanggung jawab atas penularan virus ke manusia seperti dengue, zika, cikungunya, dan yellow fever (demam kuning). Wolbachia ini termasuk aman bagi manusia.
The New England Journal of Medicine juga menegaskan hal yang sama dalam jurnalnya yang berjudul Efficacy of Wolbachia-infected Mosquito Deployments for the Control of Dengue yang diterbitkan pada juni 2021, jurnal tersebut mengatakan bahwa bakteri Wolbachia ini menginfeksi berbagai jenis serangga, akan tetapi tidak terjadi pada nyamuk Aedes aegypti.
Seperti yang sudah dimention sebelumnya, bakteri Wolbachia ini didayagunakan untuk mengendalikan penyebaran virus dengue penyebab demam berdarah yang dibawa oleh inangnya yaitu si Nyamuk Aedes aegypti. Lalu bagaimana mekanismenya?
Nyamuk Aedes aegypti ini pada awalnya sudah terinfeksi virus dengue/demam berdarah, lalu gigitan nyamuk ini kepada manusia yang membuat virus DBD tertular ke manusia sebagai inangnya yang baru dan menyebabkan penyakit demam berdarah yang dapat berujung kematian. Nah, disinilah peran para saintis untuk berupaya mengatasinya. Begini caranya…
Jadi, bakteri Wolbachia dimasukkan ke dalam telur-telur Nyamuk dengan cara menyuntikkannya. Sebelum dimasukkan, di dalam telur nyamuk kan sudah terinfeksi virus dengue, setelah Wolbachia dimasukkan, terjadilah pertempuran epic antara bakteri Wolbachia vs virus dengue. Wolbachia ini bukan bakteri kaleng-kaleng, kalau diibaratkan dengan dunia manusia bakteri Wolbachia sebagai pasukan sultan Al-Fatih dan virus dengue sebagai pasukan konstantinopel. Yups, sudah dapat ditebak, epic battle ini dimenangkan oleh bakteri Wolbachia.
Setelah itu, virus dengue pun menjadi tunduk dan jinak kepada bakteri Wolbachia, sehingga menghentikan proses replikasi dari virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Akibatnya virus DBD tidak dapat ditularkan kepada manusia. Bakteri Wolbachia ini damage-nya luar biasa karena dapat menganggu sistem reproduksi nyamuk dan dapat diturunkan ke generasi nyamuk selanjutnya. Begini skemanya:
Ada tiga skema penurunan bakteri Wolbachia ke generasi berikutnya:
Pertama, Jika nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan tidak ber-wolbachia, maka telur yang dihasilkan seluruhnya akan ber-wolbachia.
Kedua, Jika nyamuk betina tidak ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan ber-wolbachia, maka telur yang dihasilkan akan mati atau tidak menetas.
Ketiga, Jika nyamuk nyamuk betina ber-wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang ber-wolbachia juga, maka telur yang dihasilkan seluruhnya akan ber-wolbachia.
Seperti itulah skema Wolbachia yang diturunkan ke generasi nyamuk selanjutnya. Sehingga, dengan kata lain bakteri Wolbachia akan ada dalam setiap generasi nyamuk. Menurut Prof drh. Upik Kesumawati Hadi., MS., Ph.D. dalam tulisannya yang berjudul “Wolbachia pipientis, bakteri pada serangga”, Keuntungan lain dari pola penyebaran Wolbachia antar generasi ini adalah semakin lama masa hidup nyamuk yang terinfeksi Wolbachia, maka semakin besar kemungkinan infeksi/penularan Wolbachia ke seluruh populasi nyamuk dalam jangka waktu yang singkat.
Di Indonesia, pada tahun 2014 nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia pertama kali dilepas-sebarkan di Daerah Istimewa Yogyakarta, kota berpenduduk padat dengan pravelensi wabah DBD yang tinggi. Pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia ini dirintis oleh Eliminate Dengue Project (EDP) yang pimpin oleh Prof. Adi Utarini. Prof. Adi Utarini yang juga Guru Besar di UGM ini adalah salah satu ilmuwan wanita kebanggan Indonesia yang masuk daftar “Nature’s 10: Ten People Who Helped Shape Science in 2020” atau mudahnya yang masuk daftar 10 ilmuwan berpengaruh di dunia 2020. Wow, aku pun nge-fan sama Prof Adi Utarini ini, hihi. Okay, lanjut. Tujuan dari pelepasan nyamuk ber-wolbachia ini adalah untuk membangun Wolbachia di populasi nyamuk local, dengan tujuan jangka panjang untuk mengurangi penularan penyakit yang dibawa nyamuk. Pada situs resmi WMP - World Mosquito Program, disebutkan pada Agustus 2020, World Mosquito Progam (WMP) mengumumkan hasil yang sangat menjanjikan dari program EDP ini yakni Prof. Adi Utarini dan timnya berhasil mengurangi kasus demam berdarah yang mana hasilnya menunjukkan penurunan sebesar 77% dalam kejadian demam berdarah di beberapa kota besar di Indonesia yang diobati dengan Wolbachia.
Akhirnya, sebuah perjalanan panjang ya untuk menemukan solusi dari wabah endemic penyakit demam berdarah. Terima kasih yang tak terhingga kepada para ilmuwan yang terlibat.
Jadi begitulah peran bakteri Wolbachia dalam pemanfaatanya untuk memberantas penyakit berbahaya demam berdarah.
Diolah dari berbagai sumber:
Situs laman resmi dan youtube official: Wolrd Mosquito Program
Tulisan yang berjudul “Wolbachia pipientis, Bakteri Pada Serangga” oleh Upik Kesumawati Hadi, PS Parasitologi dan entomologi Kesehatan Sekolah Pascasarjana IPB Bogor. http://upikke.staff.ipb.ac.id.
A. Utarini, C. Indriani, R.A. Ahmad, Dkk. (2020). Efficacy of Wolbachia-Infected Mosquito Deployments for the Control of Dengue. The New England Journal of Medicine, 384(23), 2117-2186. DOI: 10.1056/NEJMoa2030243
Wolbachia sebagai alternatif pengendalian vector nyamuk Aedes sp. Oleh Lusiyana N. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. JKKI, Vol. 6, No. 3, 2014.
1 note
·
View note
Text
Rencana Penyebaran Jutaan Telur Nyamuk Wolbachia Tuai Penolakan
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Rencana pelepasan 200 juta telur nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia di Denpasar, Bali, yang dijadwalkan Senin (13/11/2023) menimbulkan banyak penolakan. Pasalnya, program itu dianggap akan menimbulkan wabah yang menakutkan dan ganggu pariwisata. Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia) bahkan menolak tegas implementasi Metode Wolbachia di Bali yang akan melepaskan sekitar 200 juta telur nyamuk Wolbachia dengan alasan menekan penyebaran nyamuk Aedes Aegypti penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). "Saya dengar dua hari lalu berita di media yang menyebutkan akan disebarkan dua ratus juta nyamuk Wolbachia di Denpasar dan Singaraja. Ini bikin cemas dan sangat mengkhawatirkan. Apalagi keresahan itu juga dirasakan oleh komunitas “Save Bali from The Mosquitos” merupakan group lokal dan nasional, dan “Bali Solidarity” merupakan group relawan orang asing yang concern dan antusias melakukan penolakan terhadap program Wolbachia karena di balik itu telah berdampak (buruk, red) di Srilanka dan Colombia," ungkap Humas Puskor Hindunesia, I Dewa Putu Sudarsana didampingi Juru Bicara Gladiator Bangsa, Prof Richard Claproth di Denpasar, Senin (6/11/2023). Ironisnya lagi dikabarkan di Negara Sri Lanka justru menimbulkan 61 ribu kasus dengue baru pascaprogram penyebaran telur nyamuk yang massif itu diterapkan. Adanya kegagalan metode Wolbachia di beberapa negara itulah yang memotivasi dirinya untuk bergabung dalam program yang terdiri dari para expert (pakar, ahli). "Di sana kami mengenal Profesor Richard, Profesor Suryadarma, ada Profesor Yuda. Nah di sini kami mengetahui informasi akurat tentang rekayasa genetika," sebut Sudarsana. Di sisi lain pihaknya menjelaskan, Puskor Hindunesia mendahulukan kearifan lokal dengan membangkitkan local genius di tatanan daerah masing-masing. "Nah Bali memiliki hal itu melalui upacara secara niskala (alam spiritual, red), melabuh gentuh, nangluk merana (tolak bala, red). Dan, guru wisesa (pemerintah) kita punya 3 M, menguras, menutup, dan mengubur dalam menekan penyebaran nyamuk DBD yang sudah kita lakoni. Ini sebuah motivasi, diberikan tanggung jawab kepada orang Bali, yang tinggal di Bali, bagaimana menjaga alam Bali secara simultan. Di satu sisi sekarang pemerintah diberikan nyamuk Wolbachia yang katanya untuk menghindari kita dari DBD. Ini kan irrasional alias tidak masuk akal," tuturnya.(aar/bpn) Read the full article
0 notes
Text
Dukung Optimalisasi Pencegahan Penyebaran DBD, Pemkot Denpasar Akan Tebar Telur Nyamuk Wolbachia di Desa Pemecutan Klod
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR - Pemerintah Kota Denpasar bersama Save the Children Indonesia akan merilis Mosquito Release Container (MRC) yang berisi 500 telur nyamuk Aedes Aegypti yang terpapar bakteri Wolbachia. Penyebaran tersebut akan menyasar 501 titik di kawaan Desa Pemecutan Kelod yang direncanakan pada 18 September 2023 mendatang. "Nanti dalam 23 hari telur akan menjadi larva, pupa, dan ketika menjadi nyamuk dia akan terbang sendiri dan berasimilasi. Jadi, kami menaruh 1 MRC di 501 rumah," papar Senior Project Manager Save the Children Indonesia untuk World Mosquito Program Man Magilan di Denpasar, Selasa (12/9/2023). Lebih lanjut dijelaskan, Wolbachia merupakan bakteri yang terdapat dalam tubuh serangga. Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti, penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). "Nyamuk aedes aegypti yang membawa wolbachia dan kawin dengan nyamuk aedes aegypti yang tidak mengandung wolbachia akan melumpuhkan virus dengue sehingga tidak akan menular ke manusia. Alhasil, penularan DBD bisa ditekan," ujarnya. Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan, Pemkot Denpasar mendukung pelaksanaan penyebaran nyamuk Wolbachia sebagai upaya untuk penurunan kasus DBD di Kota Denpasar. Penyebaran nyamuk Wolbachia akan dilakukan secara masif pada November 2023 sampai April 2024. Penyebaran nyamuk tersebut akan dilakukan setiap pekan. Dikatakannya, Pemkot Denpasar akan mensosialisasikan penggunaan nyamuk wolbachia di 24 desa. Lokasi tersebut dipilih berdasarkan jumlah kepadatan penduduk, sanitasi masyarakat di wilayah tersebut, hingga indikator perkembangan nyamuk aedes aegypti. "Titik-titik desa yang akan dilakukan penyebaran nyamuk wolbachia mungkin dominan ada di Denpasar Barat, Denpasar Selatan, dan sebagian di Denpasar Timur serta Denpasar Utara," katanya. Menurut Jaya Negara, hadirnya metode nyamuk wolbachia ini sebagai salah satu pelengkap dalam upaya Pemkot Denpasar dalam menangani kasus DBD. "Dimana, apabila metode wolbachia efektif, Pemkot Denpasar akan mengurangi fogging. Namun, program lain seperti Juru Pemantau Jentik (Jumantik) tetap ada," ujarnya.(bpn) Read the full article
#BaliPortalNews#DBD#Denpasar#DesaPemecutanKlod#PemkotDenpasar#PencegahanPenyebaranDBD#TelurNyamukWolbachia
0 notes