Tumgik
#nufair
niakurniatiginting · 1 year
Text
Walaupun Besok baru lebaran, Saya Ucapin duluan ya “تقبل الله منا ومنكم “
“Taqabbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian).
Maafin Ana ya teman2 🥹🥹
Perlu diketahui bahwa telah terdapat berbagai riwayat dari beberapa sahabat radhiyallahu ‘anhum bahwa mereka biasa mengucapkan selamat di hari raya di antara mereka dengan ucapan “Taqobbalallahu minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).
فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن .
Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berjumpa dengan hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan, “Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).” Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan
Imam Ahmad rahimahullah berkata,
وَلَا بَأْسَ أَنْ يَقُولَ الرَّجُل لِلرَّجُلِ يَوْمَ الْعِيدِ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك
“Tidak mengapa (artinya: boleh-boleh saja) satu sama lain di hari raya ‘ied mengucapkan: Taqobbalallahu minna wa minka.”
#iduladha #lebaran #takbiran
3 notes · View notes
Text
DI ANTARA YANG DIUCAPKAN PADA HARI RAYA Dari Jabir bin Nufair rahimahullah dia ...
DI ANTARA YANG DIUCAPKAN PADA HARI RAYA Dari Jabir bin Nufair rahimahullah dia berkata, ﻛﺎﻥ ﺃﺻﺤﺎﺏ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺇﺫا اﻟﺘﻘﻮا ﻳﻮﻡ اﻟﻌﻴﺪ ﻳﻘﻮﻝ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﻟﺒﻌﺾ Dahulu para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika berjumpa pada hari raya, sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain, ﺗَﻘَﺒّﻞَ اﻟﻠﻪُ ﻣِﻨَّﺎ ﻭَﻣِﻨْﻚَ TAQABBALALLAHU MINNAA WA MINKA “Semoga Allah menerima amal kami…
0 notes
alhidayatkarpet · 5 months
Link
Beliau ditanya, “Apa khusyu’ kemunafikan itu?”. Abu Darda’ menjawab, “Bila fisik (penampilan lahir) terlihat khusyu’, sedangkan hatinya tidak khusyu’”.
0 notes
donshafi911 · 6 months
Text
PERKONGSIAN 1 HARI 1 HADIS
PERKONGSIAN 1 HARI 1 HADIS Ucapan Apabila Bertemu Di Hari Raya  فعن جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن . Daripada Jubair bin Nufair, ia berkata bahawa jika para sahabat Rasulullah SAW berjumpa dengan hari Aidil…
View On WordPress
0 notes
andikarmdnnn · 6 months
Text
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H
Taqobbalallahu minna wa minkum (Semoga Allah menerima amal ibadah kami dan amal ibadah kalian semua). “Dari Jubair bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah SAW berjumpa dengan hari ‘ied, satu sama lain saling mengucapkan, taqobbalallahu minna wa minkum.” (Kitab Fathul Bari‘ oleh Ibnu Hajar Al Asqalani) Selamat hari raya Idul Fitri 1445 H, mohon maaf lahir dan batin, semoga…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sunanannasai · 11 months
Text
Sunan an Nasa’i: The Book of Fasting, Book 22, Hadith 2360
It was narrate from Jubair bin Nufair that 'Aishah said:
"The Messenger of Allah used to be keen to fast on Mondays and Thursday."
0 notes
destinkurniawati · 1 year
Text
Ramadhan 1444 H : Day 9
Kisah Abu Darda’ : Sang Ahli Hikmah
Ketika pasukan Muslim berjalan di atas permukaan bumi dengan riuh gemuruh kemenangan, ada seorang filosof ahli hikmah tinggal di Madinah, ialah Abu Darda’, seorang pedagang Madinah yang sukses, yang telah menghabiskan separuh umurnya untuk berdagang baru kemudian masuk Islam. Ia adalah manusia yang menemukan jiwa yang penuh kehidupan saat menyendiri dan merenung, beranjak ke dalam mihrab hikmahnya, serta memberikan seluruh hidupnya untuk mencari hakikat dan keyakinan. Sehingga iman dan hikmah telah menyatu dalam laki-laki yang selalu bertobat ini. Suatu hari, ibunda Abu Darda’ ditanya tentang amal apakah yang paling disukai Abu Darda’ maka sang ibu menjawab, “Tafakur dan i’tibar (mengambil pelajaran)”. Ia selalu sibuk membina hati demi mengasah dan menjernihkannya hingga hatinya menjadi cermin jernih yang memantulkan hikmah, kebenaran, dan kebaikan yang membuat Abu Darda’ menjadi seorang guru yang agung dan ahli hikmah.
“Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang -orang yang mempunyai wawasan.” (QS. Al-Hasyr:2)
Abu Darda’ selalu mendorong saudara-saudaranya untuk bertafakur. Ia berkata, “Berpikir satu jam lebih baik daripada ibadah satu malam.”
Setelah masuk Islam ,Abu Darda’ ingin menggabungkan perdagangan dengan ibadah, tetapi tidak berhasil. Karena itu, ia tinggalkan perdagangan dan memusatkan diri untuk beribadah. Andai ia menghendaki ibadah sekedar sebagai perintah yang harus ditunaikan atau larangan yang mesti ditinggalkan, ia tentu bisa menggabungkannya. dengan perdagangan dan pekerjaan-pekerjaan. Tapi, memang tidak sedikit pedagang yang saleh dan banyak orang saleh yang menajdi pedagang. Banyak di antara sahabat Rasulullah yang tidak lalai untuk beribadah karena berdagang dan jual beli. Bahkan, mereka bekerja keras untuk mengembangkan perdagangan dan meningkatkan kekayaan untuk digunakan dalam mengabdi urusan Islam.
Namun, jalan mereka tidak meremehkan jalan Abu Darda’, sedangkan jalan Abu Darda’ juga tidak meremehkan mereka. Kedua-duanya dimudahkan untuk melakukan tujuan penciptaanya. 
Orang-orang yang berbahagia adalah mereka yang menerima dan mendengarkan Abu Darda’ dengan baik-baik. Abu Darda’ sangat terpengaruh hingga merasuk ke dalam jiwanya oleh ayat-ayat Al-Qur’an yang mencegah untuk : “Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitung. Ia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya.” (QS. Al-Humazah: 2-3)
Abu Darda’ juga sangat terpengaruh oleh sabda Rasulullah s.a.w : “Sedikit tapi cukupi itu lebih baik daripada yang banyak, tapi melalaikan.”
Karena itu, Abu Darda’ meratapi orang-orang yang tertawan untuk ambisi kekayaan dunia. Ia berdoa, “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari terpecah belahnya hati.” Kemudian ditanya : “Apakah terpecah-belahnya hati itu wahai Abu Darda’?” Ia menjawab, “Jika aku memiliki harta di setiap lembah.” Bagi Abu Darda’, harta tidak lain hanyalah sarana untuk mencapai kehidupan yang kanaah dan sedang. Karena itu, manusia harus mengambilnya dari yang halal, bukan dengan rakus dan serakah.
Dalam pandangan Abu Darda’, dunia dan segala isinya hanyalah sesuatu yang dipinjamkan. Ketika Siprus ditaklukan dan harta-harta rampasan perang yang banyak diusung ke Madinah, mereka melihat Abu Darda’ justru menangis. Dengan keheranan, mereka mendekati Abu Darda’ untuk bertanya. Orang yang mendekati Abu Darda’ itu adalah Jubair ibn Nufair. Ia bertanya, “Wahai Abu Darda’, mengapa engkau menangis pada hari ketika Allah memberi kemuliaan terhadap Islam dan para pemeluknya ?” Dengan hikmah dan pemahaman yang sangat dalam, Abu Darda’ menjawab, “Celakalah engkau wahai Jubair. Betapa hina makhluk itu di sisi Allah ketika mereka tinggalkan perintah-Nya. Ketika ia menjadi umat yang kuat dan menang serta memiliki kekuasaan, ia tinggalkan perintah Allah hingga menjadi seperti yang kau lihat.” Begitulah Abu Darda’ menjelaskan kepudaran yang begitu cepat dialami oleh para pasukan mulim di negeri-negeri yang ditaklukan. 
Menurut Abu Darda’, kebahagiaan hakiki adalah jika engkau menguasai dunia, bukan dikuasai dunia. Jika keinginan manusia dalam kehidupan ini berhenti dalam batas-batas kanaah dan sedang (tengah-tengah); mereka pun memahami hakikat dunia sebagai jembatan yang digunakan untuk menyebrang menuju rumah kediaman abadi. Abu Darda’ mengatakan, “kebahagiaan itu bukanlah jika engkau memiliki banyak harta dan anak yang banyak, melainkan kebaikan adalah jika engkau memiliki banyak kearifan dan ilmu sehingga mampu berlomba-lomba dengan manusia dalam beribadah kepada Allah s.w.t”. Begitulah Abu Darda’, hikmahnya begitu mantap, perasaanya begitu wara’, dan logikanya begitu lurus dan benar. Bagi Abu Darda’ ibadah bukanlah sekedar rutinitas ritual, melainkan upaya mencari kebaikan dan mendapat Rahmat. 
Abu Darda’ mengatakan, “Carilah kebaikan sepanjang hayatmu!.” Sang ahli hikmah yang selalu waspada terhadap tipuan ibadah itu selalu mengingatkan manusia terhadap tipuan tersebut. Tipuan ini adalah tipuan yang sering menjebak mereka yang lemah iman, tetapi merasakan kenikmatan dalam ibadah. Pada akhirnya, mereka meremehkan orang lain dan membanggakan diri sendiri. Satu biji zarrah kebaikan dari orang yang takwa dan yakin adalah lebih beart dan lebih mulia dibandingkan dengan ibadah sebesar gunung dari orang yang tertipu.”
Ia juga mengatakan, “Janganlah membebankan kepada manusia yang sebenarnya tidak dibebankan kepada mereka! Janganlah menghisab manusia mendahului Tuhan mereka!”. Ini mengingatkan kita untuk tidak perlu menilai ibadah orang lain dan merendahkan ibadah orang lain.
Jika ini merupakan salah satu sisi ibadah menurut abu Darda’, sisi lainnya adalah ilmu dan makrifat (pengetahuan yang diperoleh melalui akal). Abu Darda’ sangat mengagungkan ilmu. Ia mengatakan, “Tidaklah salah seorang dari kalian menjadi orang yang bertakwa sebelum menjadi orang yang berilmu. Ia tidak akan menjadi indah dengan ilmu sebelum mengamalkannya.” Ilmu bagi Abu Darda’ adalah pemahaman dan laku; makrifat, jalan, pikiran, dan kehidupan.  Orang yang mengajar dan orang yang belajar itu memiliki keutamaan, kedudukan, dan pahala yang sama. Ilmu dalam hikmah Abu Darda’ itu tidak terlepas dari amal. Ia mengatakan, “Sesuatu yang paling aku takutkan atas diriku adalah jika pada hari Kiamat nanti aku ditanya di depan semua makhluk: ‘Wahai ‘Uwaimir, apakah engkau tahu ?’ Aku pun menjawab: ‘Ya’. Selanjutnya aku ditanya lagi : ‘Jika demikian, lantas apa yang kau amalkan dari pengetahuanmu itu’?”
Dari kisah Abu Darda dapat kita ambil pelajarannya antara lain untuk mengambil hikmah atau pelajaran dari apa-apa yang terjadi baik mengambil hikmah dari cerita seperti ini atau dari kehidupan sehari-hari. Merenungi dan berkontemplasi. Abu Darda’ juga mengajarkan kita untuk tidak menilai ibadah dan tidak pula merendahkan ibadah orang lain, karena hanya Allah yang paling tahu niat dan kesungguhan seseorang dalam beribadah. Selain itu, juga saling menghormati tentang jalan hidup yang dipilih. Seperti misalnya Abu Darda’ yang meninggalkan berdagang untuk fokus beribadah sedangkan muslim yang lain bisa melakukan keduanya, karena setiap orang memiliki kemampuan, prioritas, dan juga cara pandang yang berbeda. Asalkan tidak larut dalam bekerja dan jadi melalaikan ibadah atau merasa tidak punya waktu karena kerjaanya ribet. Namun jika ada yang melenceng, ingatkanlah dengan cara yang baik, bukan dengan cara menghakimi. Bahkan menurutku, mencontohkan adalah salah satu cara menasihati. 
Dari Abu Darda’ kita juga belajar bahwa dunia adalah tempat persinggahan dan sama sekali tidak boleh terikat dengannya (dunia). Seperti misalnya kita belajar dari Kaum Muslimin dalam perang Siprus, setelah menang ikatan iman mereka dan hubungan mereka dengan Allah justru melemah. Jadi intinya kalau dapet rezeki yang lebih baik, dapat kerjaan lebih baik, atau sukses meraih impian-impiannya dsb tidak membuat kita menjadi lalai dalam beribadah. Ini juga sama kayak yang dijelasin Yasmin Mogahed dalam buku Reclaim Your Heart, bahwa kita tidak boleh terlalu terikat dengan hal-hal yang sifatnya dunia : ya semuanya, ya harta, ya keluarga, ya pasangan, ya anak, ya jabatan dsb karena semua itu hanyalah titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil. Jadi jangan sampai hati kita terlalu terikat dengan itu. Walaupun ya susah banget sih sebagai manusya biasa yah huhu
Abu Darda’ juga sangat mengagungkan ilmu. Penting banget harus tahu ilmunya dulu sebelum mengamalkan, dan jika sudah tahu ilmunya penting untuk diamalkan. Karena ilmu pun akan dipertanggung jawabkan nanti. Abu Darda’ menasihati kita untuk terus belajar sepanjang hayat agar hati dan otak kita ternutrisi sehingga kita bisa melihat kehidupan dalam kecamata hikmah, yang membuat jiwa kita semakin kaya. 
Katanya, setiap orang adalah guru, setiap tempat adalah sekolah, karena selama hidup kita belajar.
Sumber : Khalid, Muhammad.(2016).Biografi 60 Sahabat Rasulullah.Jakarta: Qisthi Press
Rumahku Surgaku, 31 Maret 2023
0 notes
path2blessing · 2 years
Text
It was narrated from Jubair bin Nufair (RA) that a man asked Aishah (RA) about fasting and she said:
"The Messenger of Allah (SAW) used to fast all of Shaban, and he made sure to fast on Mondays and Thursdays."
(Sunan an-Nasa'i 2186, Book 22, Hadith 97)
0 notes
arunikata · 2 years
Text
Challenge #OneDayOneHadits #RamadhanKareem #Ramadhan1443H
.
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Hatim bin Maimun; Telah menceritakan kepada kami Ibnu Mahdi dari Mu'awiyah bin Shalih dari 'Abdur Rahman bin Jubair bin Nufair dari Bapaknya dari An Nawwas bin Mis'an Al Anshari dia berkata; "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang arti kebajikan dan dosa. Sabda beliau: "Kebajikan itu ialah budi pekerti yang baik. Sedangkan dosa ialah perbuatan atau tindakan yang menyesakkan dada, dan engkau sendiri benci jika perbuatanmu itu diketahui orang lain."(H.R Muslim)
2 notes · View notes
muhib-rhm · 4 years
Text
Fasting in The Month of Shaban It was narrated from Jubair bin Nufair that a man asked Aishah about fasting and she said: "The Messenger of Allah used to fast all of Shaban, and he made sure to fast on Mondays and Thursdays."
 [Sunan an-Nasa’i 2186]
9 notes · View notes
ynx1 · 4 years
Text
‎It was narrated from Jubair bin Nufair that a man asked Aishah رضي الله عنه about fasting and she said:
‎"The Messenger of Allah used to fast all of Shaban, and he made sure to fast on Mondays and Thursdays."
‎[Sunan an-Nasa’i | 2186 | Grade: Sahih]
4 notes · View notes
dailyhadeeth · 4 years
Text
Dua.
Quran
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ
And when My servants ask you, [O Muhammad], concerning Me – indeed I am near. I respond to the invocation of the supplicant when he calls upon Me. So let them respond to Me [by obedience] and believe in Me that they may be [rightly] guided.
[Surah Al-Baqarah 186]
Hadith عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ، أَنَّ عُبَادَةَ بْنَ الصَّامِتِ، حَدَّثَهُمْ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ
‏ مَا عَلَى الأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلاَّ آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنَ السُّوءِ مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِمَأْثَمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ ‏”‏ ‏.‏ فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ إِذًا نُكْثِرَ ‏.‏ قَالَ ‏”‏ اللَّهُ أَكْثَرُ ‏”‏ ‏ رواه الترمذي ٣٥٧٣ وقال هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ غَرِيبٌ مِنْ هَذَا الْوَجْهِ
‏ ‏‏ Jubair bin Nufair narrated that `Ubadah bin As-Samit narrated to them that, the Messenger of Allah (ﷺ) said:
“There is not a Muslim upon the earth who calls upon Allah with any supplication, except that Allah grants it to him, or he turns away from him the like of it in evil; as long as he does not supplicate for something sinful, or the severing of the ties of kinship.”
So a man from the people said: “What if we should increase (in it)”
He (ﷺ) said: “(With) Allah is more.” Jami` at-Tirmidhi 3573
11 notes · View notes
sahihmuslim · 4 years
Text
Sahih Muslim, The Book of Prayer - Funerals, Book 11, Hadith 109
Jubair b. Nufair says:
I heard it from 'Auf b. Malik that the Prophet (ﷺ) said prayer on the dead body, and I remembered his prayer:" O Allah! forgive him, have mercy upon him, give him peace and absolve him. Receive him with honour and make his grave spacious; wash him with water, snow and hail. Cleanse him from faults as Thou wouldst cleanse a white garment from impurity. Requite him with an abode more excellent than his abode, with a family better than his family, and with a mate better than his mate. Admit him to the Garden, and protect him from the torment of the grave and the torment of the Fire." ('Auf bin Malik) said: I earnestly desired that I were this dead body.
Sahih Muslim, The Book of Prayer - Funerals, Book 11, Hadith 109
1 note · View note
myshowerbuddy-blog · 7 years
Video
instagram
Portland Oregon @gonumotion #nufair #thatsawrap #gonumotion #oregon #portland #teamSB #equipmentexcellence #seattlebound (at Portland, Oregon)
0 notes
sunanannasai · 11 months
Text
Sunan an Nasa’i: The Book of Fasting, Book 22, Hadith 2356
It was narrated from Jubair bin Nufair that 'Aishah said:
"The Messenger of Allah used to fast all of Shaban."
1 note · View note
jami-attirmidhi · 2 years
Text
JAMI’at-TIRMIDHI: The Book on Fasting: Hadith 1615
Abu Dharr narrated:
"We fasted with the Prophet, so he did not pray (the night prayer) with us until seven (nights) of the month remained. Then he (pbuh) led us in prayer until a third of the night had gone, then he did not lead us in prayer on the sixth. Then he led us in prayer on the fifth until half of the night had gone. We said to him: 'O Messenger of Allah! Wouldn't you lead us in prayer for the remainder of the night?' He said: 'Indeed, whoever stands (praying) with the Imam until he finished, then it is recorded for him that he prayed the whole night.; Then he did not lead us in prayer until three (nights) of the month remained. Then he led us in prayer on the third and he called his family and his women to pray with us until we feared missing the Falah" I (Jubair bin Nufair) said to him: "What is the Falah" He said: "The Suhur."
Reference : Jami` at-Tirmidhi 806
In-book reference : Book 8, Hadith 125
English translation : Vol. 2, Book 3, Hadith 806
1 note · View note