#myeloperoxidase
Explore tagged Tumblr posts
drifting-knightjar · 1 year ago
Text
can somebody make a firefox extension that just. removes all images from the webpage. sometimes i'm curious about a gross topic, but i hesitate to look it up because i know i'll have to look at gross pictures.
0 notes
moleculardepot · 1 month ago
Text
Leucocyte Myeloperoxidase from Human Sputum
Leucocyte Myeloperoxidase from Human Sputum Catalog number: B2019075 Lot number: Batch Dependent Expiration Date: Batch dependent Amount: 0.5 mg Molecular Weight or Concentration: N/A Supplied as: Powder Applications: a molecular tool for various biochemical applications Storage: 2-8°C Keywords: Leucocyte Myeloperoxidase, Human Sputum Grade: Biotechnology grade. All products are highly pure. All…
0 notes
ainews · 2 months ago
Text
Pus is a mixture of dead and living bacteria, dead and damaged cells, cell debris, and mucus that is typically found in an infection. While pus may be highly unpleasant to look at and feel, it also has a distinct flavor.
The flavor of pus is thought to be the result of substances released by bacteria such as proteases, lipases, and amylases. These substances break down proteins, fats, and carbohydrates in the pus, causing a sour or acrid taste.
Pus also contains amino acids, including histidine, which could contribute to its more savory flavor. Histidine is found in a variety of foods, including meat, fish, and shellfish.
Aside from the amino acids and enzymes produced by bacteria, pus may also contain remnants of exfoliated dead skin cells, which can add to its more savory flavor.
In addition to its flavorful components, pus also contains a number of antimicrobial substances, such as lactoferrin, myeloperoxidase, and secretory IgA, that can give it a bitter or unpleasant taste.
Pus can also be salty due to the presence of electrolytes from damaged cells leaking their contents into the pus.
Despite the unappealing squeamishness associated with the thought of consuming pus, numerous traditional cultures and cuisines incorporate pus-containing dishes into their diets. This could be a result of the unique and flavorful taste of pus and the fact that infections are a common occurrence in the environment.
While there may be some strange culinary uses for pus, it’s important to remember that consuming pus can be dangerous as it could result in infection, so it’s best to leave it to the professionals.
0 notes
toto7788officialsite · 2 months ago
Text
7 Obat Termahal Sejagat, Ada yang Tembus Rp60 Miliar!
Tumblr media
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah menghasilkan obat-obatan yang tidak hanya inovatif, tetapi juga sangat mahal. Biaya tinggi ini sering kali disebabkan oleh proses penelitian yang panjang, pengembangan yang rumit, dan biaya produksi yang signifikan. Beberapa obat bahkan menembus harga ratusan ribu hingga miliaran rupiah. Berikut adalah tujuh obat termahal di dunia yang mencengangkan, dengan beberapa di antaranya mencapai harga di atas Rp60 miliar.
1. Zolgensma (Nusinersena)
Zolgensma adalah obat yang digunakan untuk mengobati spinal muscular atrophy (SMA), penyakit genetik yang mempengaruhi saraf dan otot. Obat ini dirancang untuk memberikan terapi gen dengan cara mengisi gen SMN1 yang hilang atau tidak berfungsi pada pasien. Zolgensma diproduksi oleh Novartis dan menjadi salah satu obat termahal di dunia, dengan harga sekitar USD 2.125.000 atau sekitar Rp32 miliar per dosis.
Proses pengembangan Zolgensma memakan waktu lebih dari satu dekade dan melibatkan riset yang mendalam. Harga tinggi obat ini dipengaruhi oleh kompleksitas produksi dan pentingnya terapi yang diberikan bagi pasien SMA, di mana pengobatan dini dapat mencegah perkembangan penyakit yang parah.
2. Luxturna (Voretigene Neparvovec)
Luxturna adalah obat terapi gen yang digunakan untuk mengobati penyakit mata genetik yang menyebabkan kebutaan, seperti retinitis pigmentosa. Obat ini juga memerlukan prosedur injeksi ke dalam mata dan dikembangkan oleh Spark Therapeutics. Harganya diperkirakan sekitar USD 850.000 atau sekitar Rp12,8 miliar per pasien.
Luxturna bekerja dengan mengantarkan salinan gen yang berfungsi ke sel-sel retina, memberikan harapan baru bagi pasien yang sebelumnya tidak memiliki pilihan pengobatan. Meskipun harga tinggi, efektivitas Luxturna dalam memperbaiki penglihatan pasien sangat signifikan, sehingga banyak yang menganggapnya sebagai investasi berharga dalam kesehatan mata.
3. Actimmune (Interferon gamma-1b)
Actimmune adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit langka seperti osteopetrosis dan chronic granulomatous disease (CGD). Obat ini bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Harga Actimmune bisa mencapai USD 500.000 atau sekitar Rp7,5 miliar per tahun.
Meskipun harga tersebut terlihat tinggi, bagi pasien dengan penyakit langka yang memerlukan perawatan khusus, biaya ini dapat dianggap wajar jika dibandingkan dengan potensi kualitas hidup yang diperoleh. Keberhasilan Actimmune dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh telah membantu banyak pasien dalam menghadapi tantangan penyakit langka.
4. Haffner's Syndrome (Myeloperoxidase deficiency)
Obat yang digunakan untuk mengobati Haffner's Syndrome, sebuah kondisi genetik langka, juga termasuk dalam daftar obat termahal. Biaya perawatan tahunan untuk pasien dengan Haffner's Syndrome bisa mencapai USD 450.000 atau sekitar Rp6,7 miliar.
Penyakit ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi enzim myeloperoxidase, yang berfungsi dalam memerangi infeksi. Pasien yang mengalami kondisi ini sangat rentan terhadap infeksi serius, sehingga memerlukan pengobatan yang intensif dan teratur.
5. Soliris (Eculizumab)
Soliris adalah obat yang digunakan untuk mengobati dua penyakit autoimun langka: paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH) dan atypical hemolytic uremic syndrome (aHUS). Dikenal sebagai salah satu obat termahal di dunia, harganya mencapai USD 500.000 atau sekitar Rp7,5 miliar per tahun.
Soliris bekerja dengan menghambat sistem kekebalan tubuh yang berlebihan, sehingga mengurangi risiko komplikasi dari penyakit ini. Meskipun biaya tinggi, Soliris menawarkan harapan bagi pasien yang menderita penyakit autoimun langka yang dapat berakibat fatal.
6. Kymriah (Tisagenlecleucel)
Kymriah adalah terapi sel CAR-T yang digunakan untuk mengobati kanker darah, seperti leukemia limfoblastik akut. Proses pembuatan Kymriah melibatkan pengambilan sel-sel darah pasien, kemudian memodifikasinya di laboratorium untuk meningkatkan kemampuan melawan kanker. Harganya mencapai USD 373.000 atau sekitar Rp5,5 miliar.
Terapi ini memberikan harapan baru bagi pasien kanker yang tidak merespons pengobatan lain. Meskipun biayanya tinggi, keberhasilan Kymriah dalam menyelamatkan nyawa pasien membuatnya sangat berharga.
7. Danyelza (Naxitamab)
Danyelza adalah obat terbaru yang digunakan untuk mengobati neuroblastoma, jenis kanker yang umum terjadi pada anak-anak. Dengan harga sekitar USD 1.200.000 atau sekitar Rp18 miliar, Danyelza menawarkan solusi inovatif dalam pengobatan kanker pada anak.
Obat ini bekerja dengan menargetkan sel-sel kanker dan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawannya. Meskipun harganya sangat tinggi, potensi Danyelza untuk meningkatkan harapan hidup pasien kanker anak sangat signifikan.
Faktor Penyebab Tingginya Harga Obat
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya harga obat-obatan ini antara lain:
Biaya Riset dan Pengembangan: Proses pengembangan obat memerlukan investasi yang sangat besar dalam penelitian dan pengujian klinis. Seringkali, hanya sedikit obat yang berhasil memasuki pasar setelah melewati tahap penelitian yang panjang.
Regulasi yang Ketat: Persetujuan dari badan regulasi seperti FDA memerlukan standar keamanan dan efektivitas yang tinggi. Hal ini membuat biaya produksi meningkat.
Pasar Terbatas: Beberapa obat hanya tersedia untuk penyakit langka yang mempengaruhi sedikit pasien. Dengan basis pasien yang kecil, harga obat harus cukup tinggi untuk menutupi biaya produksi dan pengembangan.
Inovasi Teknologi: Obat yang menggunakan teknologi canggih, seperti terapi gen atau terapi sel, biasanya memiliki biaya produksi yang lebih tinggi, sehingga mempengaruhi harga jual.
Kesimpulan
Obat-obatan termahal di dunia mencerminkan kemajuan luar biasa dalam bidang medis, tetapi juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam hal aksesibilitas dan biaya. Meskipun biaya tinggi dapat menyebabkan kekhawatiran di kalangan pasien dan penyedia layanan kesehatan, efektivitas dan inovasi yang ditawarkan oleh obat-obatan ini memberikan harapan baru bagi mereka yang menderita penyakit serius dan langka.
Penting bagi pemerintah, perusahaan farmasi, dan pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja sama dalam menciptakan sistem kesehatan yang berkelanjutan dan terjangkau, sehingga semua pasien dapat memperoleh akses kepada pengobatan yang mereka butuhkan tanpa terbebani oleh biaya yang sangat tinggi. Diskusi mengenai harga obat dan regulasi yang ada harus terus dilakukan untuk memastikan bahwa kemajuan dalam penelitian dan pengembangan obat tidak hanya bermanfaat bagi segelintir orang, tetapi dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
0 notes
databridge90 · 10 months ago
Text
0 notes
epigen-papers · 1 year ago
Text
Myeloperoxidase Alters Lung Cancer Cell Function to Benefit Their Survival
Pubmed: http://dlvr.it/SvDwNz
0 notes
rnomics · 2 years ago
Text
Biosensors, Vol. 13, Pages 662: A Ratiometric Fluorescent Probe for Hypochlorite and Lipid Droplets to Monitor Oxidative Stress
Mitochondria are valuable subcellular organelles and play crucial roles in redox signaling in living cells. Substantial evidence proved that mitochondria are one of the critical sources of reactive oxygen species (ROS), and overproduction of ROS accompanies redox imbalance and cell immunity. Among ROS, hydrogen peroxide (H2O2) is the foremost redox regulator, which reacts with chloride ions in the presence of myeloperoxidase (MPO) to generate another biogenic redox molecule, hypochlorous acid (HOCl). These highly reactive ROS are the primary cause of damage to DNA (deoxyribonucleic acid), #RNA (ribonucleic acid), and proteins, leading to various neuronal diseases and cell death. Cellular damage, related cell death, and oxidative stress are also associated with lysosomes which act as recycling units in the cytoplasm. Hence, simultaneous monitoring of multiple organelles using simple molecular probes is an exciting area of research that is yet to be explored. Significant evidence also suggests that oxidative stress induces the accumulation of lipid droplets in cells. Hence, monitoring redox biomolecules in mitochondria and lipid droplets in cells may give a new insight into cell damage, leading to cell death and related disease progressions. Herein, we developed simple hemicyanine-based small molecular probes with a boronic acid trigger. A fluorescent probe AB that could efficiently detect mitochondrial ROS, especially HOCl, and viscosity simultaneously. When the AB probe released phenylboronic acid after reacting with ROS, the product AB–OH exhibited ratiometric emissions depending on excitation. This AB–OH nicely translocates to lysosomes and efficiently monitors the lysosomal lipid droplets. Photoluminescence and confocal fluorescence imaging analysis suggest that AB and corresponding AB–OH molecules are potential chemical probes for studying oxidative stress. https://www.mdpi.com/2079-6374/13/6/662?utm_source=dlvr.it&utm_medium=tumblr
0 notes
deinheilpraktiker · 2 years ago
Text
Überblick über die Rolle von Neutrophilen bei systemischen Autoimmun- und autoinflammatorischen Erkrankungen In einem aktuellen Nature Reviews Immunologie In einer Zeitschriftenstudie bewerten Forscher die Rolle von extrazellulären Neutrophilenfallen (NETs) bei systemischen Autoimmun- und autoinflammatorischen Erkrankungen. Lernen: Extrazelluläre Neutrophilenfallen bei systemischen Autoimmun- und autoinflammatorischen Erkrankungen. Bildquelle: Luca9257 / Shutterstock.com Hintergrund Neuere Forschungen haben gezeigt, dass Neutrophile, insbesondere NETs, ​​die bei Aktivieru... #Adenosin #Adenosin_Deaminase_Mangel #Akne #Antikörper #Apoptose #Arginin #Arthritis #Autoimmunerkrankung #Autoimmunität #B_Zelle #Behinderung #BLUT #Blutgefäße #Chemikalien #Citrullin #DNA #EIWEISS #Entzündung #Ex_vivo #Forschung #Gefäßsystem #Gen #Genexpression #Haut #Herz #Histone #Immunologie #Immunsystem #Interferon #Interleukin #Intrazellulär #Kinder #Lunge #Lupus #Lupus_erythematodes #Mutation #Myeloperoxidase #Nekrose #Neutrophile #Peptide #Pyoderma_Gangraenosum #Rezeptor #Rheumatoide_Arthritis #Stoffwechsel #Syndrom #Systemische_Autoimmunerkrankung #Systemischer_Lupus_erythematodes #tumor #Tumornekrosefaktor #Vaskulitis #Zelle #Zelltod #Zytokine
0 notes
nishitaga-eye-clinic · 2 years ago
Photo
Tumblr media
おはようございます 1月24日(火) #西多賀眼科医院 午前9:00〜12:00 午後14:30〜17:00 ⁡ 【医師国家試験】 来月4日から医師国家試験が行われます。 一緒に眼科のお勉強をいたしましょう! 医学生の皆さん、頑張ってください。 ⁡ 2021-D41 44 歳の女性。咳嗽と血痰を主訴に来院した。2か月前から左頰部痛、両耳痛、難聴および鼻出血が出現するようになった。その後、難聴は悪化し、 4日前から咳 嗽および血痰が出現したため受診した。意識は清明。体温 37.7℃。脈拍 84/分、整。血圧 132/68mmHg。呼吸数 18/分。SpO295 %room air。左眼瞼下垂と左眼球突出を認める。左眼球結膜には充血と浮腫を認める。瞳孔の大きさや対光反射に異常を認めない。眼球運動は保たれているが左方視で複視��認める。両側鼓膜に発赤と腫脹を認める。鼻根部は軽度陥凹し、同部に圧痛を認める。鼻中隔孔を認める。心音に異常を認めない。右胸部背側下部の呼吸音の減弱を認める。腹部は平坦、軟で、肝・脾を触知しない。表在リンパ節を触知しない。尿所見:蛋白袷、 潜血袷、沈渣に赤血球 20〜29/HPF、赤血球円柱を認める。血液所見:赤血球468万、Hb13.9 g/dL、Ht42 %、白血球 10,100桿状核好中球30%、分葉核好中球 45%、好酸球1%、好塩基球1%、単球 6%、リンパ球17%、血小板 41万。血液生化学所見:総蛋白 6.7g/dL、アルブミン2.8g/dL、AST11 U/L、ALT7 U/L、LD173 U/L基準 120〜245、ALP217 U/L基準 115〜359、γ-GT14 U/L 基準〜50、CK42 U/L基準 30〜140、尿素窒素18mg/dL、クレアチニン0.7mg/dL、Na137 mEq/L、K3.6mEq/L、Cl97 mEq/L。CRP21 mg/dL。眼 窩・ 副鼻腔単純 CTの冠状断像別冊No.12��及び胸部単純CT別冊No.12Bを別に 示す。 最も考えられるのはどれか。 ⁡ a 肺 癌 b 悪性リンパ腫 c サルコイドーシス d 播種性真菌感染症 e 多発血管炎性肉芽腫症(Wegener肉芽腫症) ⁡ ↓ ⁡ ↓ ⁡ ↓ ⁡ ↓ ⁡ 【正解】 e 多発血管炎性肉芽腫症(Wegener肉芽腫症) ⁡ 【診断】 多発血管炎性肉芽腫症(Wegener肉芽腫症) ⁡ 【解説】ウェゲナー肉芽種症という、全身疾患があります。 原因不明で、上気道(鼻やのど)と肺と腎臓に炎症を起こす病気です。 ⁡ ANCAとは抗好中球細胞質抗体(antineutrophil cytoplasmic antibody)の略で、 白血球の1種、好中球内の顆粒に対する抗体です。 このANCAが関係して血管に炎症を起こす病気をANCA関連血管炎といい、3種類あります。 ①顕微鏡的多発血管炎 ②多発血管炎性肉芽腫症(以前の名称は、ウェゲナー肉芽腫症) ③好酸球性多発血管炎性肉芽腫症(以前の名称はチャーグ・シュトラウス症候群) この違いひとつずつ詳しく解説すると大変ですので、簡単に言うとANCAの種類と炎症を起こす血管の太さが違います。 ⁡ ANCAは蛍光染色パターンからP(perinuclear)-ANCAとC(cytoplasmic)-ANCAに分類されます。 P-ANCAはmyeloperoxidase(MPO)を、 C-ANCAはproteinase3(PR3)を主に抗原としています。 要するに P-ANCA = MPO-ANCA C-ANCA = PR3-ANCA なのです。 こんなややこしいことがありますでしょうか! 普通PR3-ANCAがP-ANCAだと思いませんか?!! ⁡ ようやく本題です。 多発血管炎性肉芽腫症(ウェゲナー肉芽腫症)はC-ANCA(PR3-ANCA)によって、上気道(鼻やのど)と肺と腎臓に炎症を起こす病気です。 ⁡ 鼻に炎症を起こし、鼻が低くつぶれたような形になります。 これを鞍鼻(あんび)といってWegener肉芽腫症の人に特徴的な所見です。 肺炎を引き起こしX線やCTで結節影を認めます。 急速進行性糸球体腎炎を引き起こし、むくみや高血圧、尿の泡立ちを認めます。 ⁡ 目の血管にも炎症を起こし充血します。 これはただの充血ではありません。 結膜の奥、眼球を構成する強膜の炎症(強膜炎)です。 重症例では壊死性強膜炎となり失明する場合もあります。 また網膜や視神経の血管に炎症を起こすと視力も下がってきますので注意が必要です。 ⁡ 昔は難治性の疾患でしたが、現在は採血にてこの病気が早期に判明し治療を始めた場合は寛解(病気が落ち着いた状態)まで持っていくことができるようになってきました。 ⁡ かなりの長文をお読みくださり、ありがとうございます。 一緒に眼科のお勉強をいたしましょう! ⁡ #医師国家試験 #医学生 #医学部 #眼科 #仙台 #白内障 #結膜炎 #緑内障 #ドライアイ #眼鏡 #メガネ #コンタクトレンズ #眼瞼下垂 #太白区 #鈎取 #西多賀 #長町 #八木山 #秋保 #秋保温泉 #日帰り手術 #白内障手術 #誕生日 #今日は何の日 (西多賀眼科医院) https://www.instagram.com/p/Cnxfb1uSOPr/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
moleculardepot · 2 months ago
Text
Polyclonal Antibody to Human Myeloperoxidase
Polyclonal Antibody to Human Myeloperoxidase Catalog number: B2018825 Lot number: Batch Dependent Expiration Date: Batch dependent Amount: 0.25 mL Molecular Weight or Concentration: N/A Supplied as: Powder Applications: a molecular tool for various biochemical applications Storage: 2-8°C Keywords: Polyclonal Antibody to Human Myeloperoxidase Grade: Biotechnology grade. All products are highly…
0 notes
giulliadella · 1 year ago
Text
Honestly, you might be onto something here. Myeloperoxidase is one of the first enzymes that to-be-neutrophils promyelocytes produce. It’s one of the components of azure granules, which are first granules that neutrophils get. Monocytes, and consequentially, macrophages also have this enzyme, but in far lower concentration than neutrophils. This could explain why macrophages are white, but not AS pale as neutrophils. Also, no other granulocyte has this enzyme which could be the reason why basophils , eosinophils and mast cells don’t have super pale complexion.
However, IRL, this enzyme is green. It has heme ion and it’s the reason why your snot is greenish in color during infections. So, maybe it’s not that. But it’s a cool theory!
I GOT IT. I KNOW WHY THE WHITE BLOOD CELLS ARE PASTY WHITE BOYS.
It was right in front of us all along.
Tumblr media
They contain a chemical that’s also in bleach. Bleach makes things white…
They literally are bleached.
12 notes · View notes
toto7788officialsite · 2 months ago
Text
7 Obat Termahal Sejagat, Ada yang Tembus Rp60 Miliar!
Tumblr media
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah menghasilkan obat-obatan yang tidak hanya inovatif, tetapi juga sangat mahal. Biaya tinggi ini sering kali disebabkan oleh proses penelitian yang panjang, pengembangan yang rumit, dan biaya produksi yang signifikan. Beberapa obat bahkan menembus harga ratusan ribu hingga miliaran rupiah. Berikut adalah tujuh obat termahal di dunia yang mencengangkan, dengan beberapa di antaranya mencapai harga di atas Rp60 miliar.
1. Zolgensma (Nusinersena)
Zolgensma adalah obat yang digunakan untuk mengobati spinal muscular atrophy (SMA), penyakit genetik yang mempengaruhi saraf dan otot. Obat ini dirancang untuk memberikan terapi gen dengan cara mengisi gen SMN1 yang hilang atau tidak berfungsi pada pasien. Zolgensma diproduksi oleh Novartis dan menjadi salah satu obat termahal di dunia, dengan harga sekitar USD 2.125.000 atau sekitar Rp32 miliar per dosis.
Proses pengembangan Zolgensma memakan waktu lebih dari satu dekade dan melibatkan riset yang mendalam. Harga tinggi obat ini dipengaruhi oleh kompleksitas produksi dan pentingnya terapi yang diberikan bagi pasien SMA, di mana pengobatan dini dapat mencegah perkembangan penyakit yang parah.
2. Luxturna (Voretigene Neparvovec)
Luxturna adalah obat terapi gen yang digunakan untuk mengobati penyakit mata genetik yang menyebabkan kebutaan, seperti retinitis pigmentosa. Obat ini juga memerlukan prosedur injeksi ke dalam mata dan dikembangkan oleh Spark Therapeutics. Harganya diperkirakan sekitar USD 850.000 atau sekitar Rp12,8 miliar per pasien.
Luxturna bekerja dengan mengantarkan salinan gen yang berfungsi ke sel-sel retina, memberikan harapan baru bagi pasien yang sebelumnya tidak memiliki pilihan pengobatan. Meskipun harga tinggi, efektivitas Luxturna dalam memperbaiki penglihatan pasien sangat signifikan, sehingga banyak yang menganggapnya sebagai investasi berharga dalam kesehatan mata.
3. Actimmune (Interferon gamma-1b)
Actimmune adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit langka seperti osteopetrosis dan chronic granulomatous disease (CGD). Obat ini bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi. Harga Actimmune bisa mencapai USD 500.000 atau sekitar Rp7,5 miliar per tahun.
Meskipun harga tersebut terlihat tinggi, bagi pasien dengan penyakit langka yang memerlukan perawatan khusus, biaya ini dapat dianggap wajar jika dibandingkan dengan potensi kualitas hidup yang diperoleh. Keberhasilan Actimmune dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh telah membantu banyak pasien dalam menghadapi tantangan penyakit langka.
4. Haffner's Syndrome (Myeloperoxidase deficiency)
Obat yang digunakan untuk mengobati Haffner's Syndrome, sebuah kondisi genetik langka, juga termasuk dalam daftar obat termahal. Biaya perawatan tahunan untuk pasien dengan Haffner's Syndrome bisa mencapai USD 450.000 atau sekitar Rp6,7 miliar.
Penyakit ini mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi enzim myeloperoxidase, yang berfungsi dalam memerangi infeksi. Pasien yang mengalami kondisi ini sangat rentan terhadap infeksi serius, sehingga memerlukan pengobatan yang intensif dan teratur.
5. Soliris (Eculizumab)
Soliris adalah obat yang digunakan untuk mengobati dua penyakit autoimun langka: paroxysmal nocturnal hemoglobinuria (PNH) dan atypical hemolytic uremic syndrome (aHUS). Dikenal sebagai salah satu obat termahal di dunia, harganya mencapai USD 500.000 atau sekitar Rp7,5 miliar per tahun.
Soliris bekerja dengan menghambat sistem kekebalan tubuh yang berlebihan, sehingga mengurangi risiko komplikasi dari penyakit ini. Meskipun biaya tinggi, Soliris menawarkan harapan bagi pasien yang menderita penyakit autoimun langka yang dapat berakibat fatal.
6. Kymriah (Tisagenlecleucel)
Kymriah adalah terapi sel CAR-T yang digunakan untuk mengobati kanker darah, seperti leukemia limfoblastik akut. Proses pembuatan Kymriah melibatkan pengambilan sel-sel darah pasien, kemudian memodifikasinya di laboratorium untuk meningkatkan kemampuan melawan kanker. Harganya mencapai USD 373.000 atau sekitar Rp5,5 miliar.
Terapi ini memberikan harapan baru bagi pasien kanker yang tidak merespons pengobatan lain. Meskipun biayanya tinggi, keberhasilan Kymriah dalam menyelamatkan nyawa pasien membuatnya sangat berharga.
7. Danyelza (Naxitamab)
Danyelza adalah obat terbaru yang digunakan untuk mengobati neuroblastoma, jenis kanker yang umum terjadi pada anak-anak. Dengan harga sekitar USD 1.200.000 atau sekitar Rp18 miliar, Danyelza menawarkan solusi inovatif dalam pengobatan kanker pada anak.
Obat ini bekerja dengan menargetkan sel-sel kanker dan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawannya. Meskipun harganya sangat tinggi, potensi Danyelza untuk meningkatkan harapan hidup pasien kanker anak sangat signifikan.
Faktor Penyebab Tingginya Harga Obat
Beberapa faktor yang menyebabkan tingginya harga obat-obatan ini antara lain:
Biaya Riset dan Pengembangan: Proses pengembangan obat memerlukan investasi yang sangat besar dalam penelitian dan pengujian klinis. Seringkali, hanya sedikit obat yang berhasil memasuki pasar setelah melewati tahap penelitian yang panjang.
Regulasi yang Ketat: Persetujuan dari badan regulasi seperti FDA memerlukan standar keamanan dan efektivitas yang tinggi. Hal ini membuat biaya produksi meningkat.
Pasar Terbatas: Beberapa obat hanya tersedia untuk penyakit langka yang mempengaruhi sedikit pasien. Dengan basis pasien yang kecil, harga obat harus cukup tinggi untuk menutupi biaya produksi dan pengembangan.
Inovasi Teknologi: Obat yang menggunakan teknologi canggih, seperti terapi gen atau terapi sel, biasanya memiliki biaya produksi yang lebih tinggi, sehingga mempengaruhi harga jual.
Kesimpulan
Obat-obatan termahal di dunia mencerminkan kemajuan luar biasa dalam bidang medis, tetapi juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam hal aksesibilitas dan biaya. Meskipun biaya tinggi dapat menyebabkan kekhawatiran di kalangan pasien dan penyedia layanan kesehatan, efektivitas dan inovasi yang ditawarkan oleh obat-obatan ini memberikan harapan baru bagi mereka yang menderita penyakit serius dan langka.
Penting bagi pemerintah, perusahaan farmasi, dan pemangku kepentingan lainnya untuk bekerja sama dalam menciptakan sistem kesehatan yang berkelanjutan dan terjangkau, sehingga semua pasien dapat memperoleh akses kepada pengobatan yang mereka butuhkan tanpa terbebani oleh biaya yang sangat tinggi. Diskusi mengenai harga obat dan regulasi yang ada harus terus dilakukan untuk memastikan bahwa kemajuan dalam penelitian dan pengembangan obat tidak hanya bermanfaat bagi segelintir orang, tetapi dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat.
0 notes
mcatmemoranda · 4 years ago
Text
Reviewing Questions:
Atelectasis pulls to the side of atelectasis, which one of the pulm fellows taught me. I answered a question that had a CXR that looked like pleural effusion, but it wasn't. It was atelectasis--actually, it was more than atelectasis, it was a collapsed lung. Collapsed alveoli will pull everything to the side of atelectasis, so you will see tracheal deviation to that side and hyperdensity the looks like pleural effusion on the ipsilateral side. Obstruction of the right main bronchus can cause lung collapse on the right. Pleural effusions push structures to the opposite side.
Pancreatitis can cause ARDS because the inflammation from pancreatitis activates neutrophils in the alveoli. Anything that causes inflammation in the alveoli-> ARDS. The neutrophils release cytokines that enhance inflammation, then you get hyaline membranes that inhibit gas exchange.
Exposure to asbestos-> asbestosis. Asbestosis can lead to mesothelioma, which is cancer of the mesothelial cells of the parietal pleural. But bronchogenic carcinoma is much likelier to occur than mesothelioma. I remember learning that in school and I think it was stressed in one of Dr. Plummer's lectures. But I still fell for the mesothelioma trap answer in this question. -_- Basically, asbestos exposure leads to pleural plaques, especially along the lower lung where the lung and diaphragm meet. Asbestosis is actually fibrosis of the lower lungs with asbestos bodies. Bronchogenic carcinoma is the most common cancer associated with asbestos, but mesothelioma is more specific for exposure to asbestos.
In sarcoidosis, you have noncaseating granulomas. Activated macrophages make 1,25-dihydroxyvitamin D-> increased absorption of calcium from the intestines-> hypercalcemia. Not only in sarcoidosis, but also in other granulomatous diseases, the activated macrophages for some reason have 1-aplha-hydroxylase, which they use to convert 25-hydroxyvitamin D to 1,25-dihydroxyvitamin D. Sarcoidosis also causes increased levels of ACE.
The theory is that idiopathic pulmonary fibrosis (IPF) is due to damage followed by abnormal healing. You get fibrosis, normal lung areas, interstitial inflammation, and honeycombing in the periphery of the lungs on imaging. Histo shows loss of type I pneumocytes and hyperplastic type II pneumocytes. So I think of it as the type II pneumocytes trying, but failing, to regenerate type I pneumocytes. It's common in people with a history of smoking. So constant injury and abnormal healing are thought to be the cause.
Adenocarcinoma is the most common lung cancer. It showed a slide and I thought the pt had either small cell or squamous carcinoma since she had a history of smoking. But you need to know what adenocarcinoma looks like histologically. It's adenocarcinoma, so it's glandular cells that you see on hitstology (adeno- = glandular).
Fever, cough, diarrhea, confusion = legionella pneumophila. It causes hyponatremia. Sputum stain will show neutrophils, but no bacteria on gram stain. It contaminates water, so look for history of being in a nursing home or going on a cruise. Culture it on Buffered Charcoal Yeast Extract (BCYE) or do a legionella urine antigen test to diagnose. Pontiac fever is acute; Legionnaires' disease is more common. Both are caused by legionella pneumophila.
Cavitary lesions (e.g., those that result from TB infection or emphysema) can be colonized by aspergillus fumigatus. Colonizing aspergillus-> aspergilloma (fungus ball). Invasive pulmonary aspergillosis occurs in immunocompromised pts and pts with neutropenia. Pts with asthma can have an allergic reaction to it--Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA). It's a mold whose hyphae branch at 45 degress angles!
A "brassy" cough (whatever that means) = laryngotracheobronchitis (croup), which is caused by parainfluenza virus.
Histoplasmosis appears in yeast form at body temperature; it repilcates in macrophages and travels in the lymphatic system; can cause hepatomegaly in immunocompromised pts. You can see all the yeasts inside a macrophage on light microscopy. It will grow hyphae on Sabouraud agar. Histoplasma capsulatum is associated with spelunking (exploring caves), where there is contaminated guano (bat droppings) and bird droppings. Occurs is the Ohio and Mississippi River Valleys. Dx with urine antigen or biopsy that shows the yeasts in macrophages.
Whooping cough (pertussis) can occur in adults who don't get vaccines updated. It's due to bordetella pertussis, a gram negative coccobacillus. Cough lasting more than 2 weeks and post-tussive emesis (vomiting after coughing) are signs of pertussis. It has a catarrhal phase (normal viral URI symptoms), paroxysmal phase (severe coughing with whoop or post-tussive emesis), and convalescent phase (cough improves).
Community acquired pneumonia (CAP) is usually caused by streptococcus pneumoniae. Neutrophils make myeloperoxidase, which accounts for the greenish color of the sputum in bacterial infections. Myeloperoxidase is a blue-green molecule that comes from the granules in neutrophils. It catalyzes the reaction that converts chloride and hydrogen peroxide into hypochlorous acid (bleach) in the respiratory burst.
From Wikipedia:
Myeloperoxidase (MPO) is a peroxidase enzyme that in humans is encoded by the MPO gene on chromosome 17.[5] MPO is most abundantly expressed in neutrophil granulocytes (a subtype of white blood cells), and produces hypohalous acids to carry out their antimicrobial activity.[5][6] It is a lysosomal protein stored in azurophilic granules of the neutrophil and released into the extracellular space during degranulation.[7] Neutrophil myeloperoxidase has a heme pigment, which causes its green color in secretions rich in neutrophils, such as pus and some forms of mucus. The green color contributed to its outdated name verdoperoxidase.
At high elevation, the oxygen content of the air is lower. So your blood will have less O2, thus cardiac output would increase in an attempt to get more oxygen to the tissues. Due to less O2 in the air, you would also get hypoxic vasoconstriction in the lungs, which would lead to increased pulmonary arterial resistance. Plasma volume also apparently goes down. So you hyperventilate, which leads to respiratory alkalosis. The kidneys respond by increasing HCO3- excretion. Hypoxemia also suppresses aldosterone which leads to diuresis and volume loss-> decreased plasma volume. Hypoxia-> Hypoxia Inducing Factor (HIF)-> increased erythropoietin.
Succinylcholine is a nicotinic ACh receptor agonist at the motor end plate. It causes depolarization until the end plate becomes desensitized and paralysis occurs. SUX is metabolized by pseudocholinesterase. Deficiency in pseudocholinesterase occurs in those with a genetic polymorphism (BCHE gene), so it takes longer for these pts to be able to breathe on their own again after receiving SUX. These pts also have prolonged effects from mivacurium and cocaine.
Neutrophil elastase is released not only by neutrophils, but also by macrophages. Didn't know that.
Varenicline (Chantix) is a partial agonist of the nicotinic ACh receptor (specifically the alpha 4 beta 2 nicotinic Ach receptor). It decreases cravings for tobacco and makes smoking less pleasurable.
Cromolyn prevents mast cell degranulation and can work for exercise-induced asthma or other acute asthma attacks. It doesn't work as well as inhaled corticosteroids.
The normal A-a gradient is 4 to 15 mmHg.
2 notes · View notes
didanawisgi · 7 years ago
Link
Abstract
Myeloperoxidase (MPO) is the most toxic enzyme found in the azurophilic granules of neutrophils. MPO utilizes H2O2 to generate hypochlorous acid (HClO) and other reactive moieties, which kill pathogens during infections. In contrast, in the setting of sterile inflammation, MPO and MPO-derived oxidants are thought to be pathogenic, promoting inflammation and causing tissue damage. In contrast, evidence also exists that MPO can limit the extent of immune responses. Elevated MPO levels and activity are observed in a number of autoimmune diseases including in the central nervous system (CNS) of multiple sclerosis (MS) and the joints of rheumatoid arthritis (RA) patients. A pathogenic role for MPO in driving autoimmune inflammation was demonstrated using mouse models. Mechanisms whereby MPO is thought to contribute to disease pathogenesis include tuning of adaptive immune responses and/or the induction of vascular permeability.
3 notes · View notes
cncpathlabs · 2 years ago
Link
Avail best offer on Myeloperoxidase test home collection Near Me from CNC Pathlab at the affordable Myeloperoxidase test In Delhi, Myeloperoxidase test Cost Price in Delhi
0 notes
thescienceofequus · 4 years ago
Text
TheHorse.com | 12 August, 2020
...
Richardson’s team compared the effects of firocoxib (a COX-2-selective NSAID) and phenylbutazone (a nonselective NSAID) on gastric ulceration in adult horses. They used fecal myeloperoxidase (MPO, a protein released during acute inflammation) as a marker of lower GI tract injury.
They randomly assigned 10 adult horses to one of each of the treatment groups (firocoxib administered at 0.1 mg/kg once a day or phenylbutazone administered at 4.4 mg/kg once a day) and five horses to a control group that received a placebo treatment. The team administered treatments for 10 days and collected fecal samples on Days 0, 10, and 20. They also scoped the horses for gastric ulcers on Days 0 and 10.
In looking at the results, horses in both treatment groups had significantly higher squamous gastric ulceration scores (in the upper region of the stomach) than the horses in the control group at Day 10. Similarly, both treatments resulted in significantly more ulcers in the glandular (bottom) portion of the stomach than in controls. However, said Richardson, on Day 10 horses receiving phenylbutazone had significantly more severe glandular ulcers than the horses given firocoxib.
She also noted that fecal MPO increased with both treatments but was only statistically significant in the horses given phenylbutazone. Because MPO is derived from neutrophils, the type of white blood cell involved in NSAID-induced intestinal injury in other species, these results suggest that GI disease caused by administration of NSAIDs is neutrophil-driven in the horse, said Richardson.
So while both phenylbutazone and firocoxib induced GI inflammation and injury, glandular ulcers were more severe and fecal MPO levels greater in the horses receiving phenylbutazone. These results suggest that firocoxib’s effects were less severe, said Richardson.
Please follow the link above for the full article which contains additional information on NSAIDs.
36 notes · View notes