#mereka bilang saya monyet
Explore tagged Tumblr posts
selamat-linting · 11 months ago
Text
indo lit rant under the cut
the thing about sastra wangi as a genre is that it really is just another way to shoehorn all of literature written by women in the same box. they argue its not just the women pen name but its because the feminist undertones and the tendency to straddle the line between cheap shock value and meaningful exploration when it comes to writing about female sexuality.
tapi ya, youre a clown if youre putting saman and catatan hati seorang istri in the same genre. memang ada tema-tema keperempuanan tapi kesamaannya itu aja! hell you can even argue catatan hati is actually somewhat anti feminist with its religious perspective on gender and marriage. chapter (aku lupa klo gasalah di buku ke empat kah ke tiga ini?) dimana si nadia ini interview seorang laki-laki soal urusan poligami itu bener-bener masuk ke ranah "yah laki memang gitu mau di gimanain lagi orang udah dari sana nya". itu bukan feminis njir. but like, thats not a discourse i want to get into right now. but this brings me to my next point, that a lot of the religious romance books shoehorned into the sastra wangi ghetto is not sexual at all. paling parah ya, itu ada adegan si protagonis di lepas hijabnya pelan-pelan sama suaminya habis nikah. rambutnya keliatan, di elus, terus si mba nya di kecup di kepala, baru mereka solat zuhur. the end. horny darimana??????
even the so called "shockingly sexual" sastra wangi books aren't that horny? like, they do talk about sex, but i dont feel like its self indulgent the way sastra wangi is framed by some literary critics. it doesnt seem like the author actually enjoyed the bits of smut theyre writing. take for example, cerpen mereka bilang saya monyet (not the movie!), the sex are only implied and mentioned, and is a way for the characters to degrade themselves. the protagonist is dehumanized as she is looked down upon even though they fucked with her just like the others, she's just self aware about it. you can even say its prude-ish? compare this with a whole lot of books written by men where the sexual undertones in their plots serves more of a gratituous eye candy for the author.
and finally, there are great books that is technically in line with sastra wangi's original definition but since its written by a man, they didnt label it as sastra wangi. another example im bringing in is tuhan izinkan aku jadi pelacur. they discuss religion, sex and gender almost like a brilliant fusion of the smutty social realism side and religious romance side of sastra wangi put together. but its just labeled as a plain ol' social critique book. im pretty sure a lot of feminist sastra wangi novels and cerpen are all poignant social critique on their own right. why are they cloistered one with the religious romances and bodice ripper novels?
4 notes · View notes
djazzsawiji · 1 month ago
Text
Perlunya Sinkronisasi Cipta Rasa Karsa
Aku teliti rasaku hari ini. Aku ingin berbagi tiga cerita sebagai introspeksiku.
Cerita 1
Dipagi hari, seperti biasa, aku jalan-jalan di depan rumah sambil meditasi. Kucing komplek sudah ngendon di depan rumah untuk minta jatah makan. Ada si kuning kecil (Kuncil) yang lucu dan gendut karena dia sering minta makan di banyak tempat. Sembari duduk menikmati matahari pagi, Kuncil gelendotan ke badanku minta di elus merajuk minta belas kasihan agar aku memberinya makan.
Tumblr media
Tak lama, aku luluh dengan rajukannya. Aku beri kuncil dan sekawanannya makan Nasi pindang. Si kuncil karena tak sabar, dia loncat dan nyakar telapak tanganku, seakan protes agar aku bergegas menurunkan kresek berisi makanan itu.
Otomatis aku teriak "aduh", lalu ku keplak (pukul) kepalanya sebagai pemberitahuan pada si kucing, "Jangan Nyakar Aku! BE A GOOD MANNER!" Dia sepertinya tidak peduli dan tetep mengeong tidak sabar.
Cerita 2
Sizuka kucing yang aku pelihara di rumah. Sizuka ini menurutku kucing yang paling mirip denganku. Dia punya love language yang berbeda dengan kucing-kucing lainnya. Dia tidak suka aku gendong, tidak suka aku peluk dan tidak suka aku elus yang terlalu intens. Selayaknya kucing pada umumnya, dimana sebagian besar dari mereka punya love languange physical touch, receiving gift dan word of affirmation. Kucing-kucingku dulu kayak Cepot, Nenet sangat suka di gendong, dielus, suka kalau aku bilang.. kucingku sayang.. kucingku lucu, pinter.. dan jelas mereka juga suka makanan enak.
Kalau aku amati, love language Sizuka adalah act of service dan qualitime. Dia sangat suka aku suapin makan. Dia bisa tidak makan malam kalau aku lagi capek dan ketiduran. Uniknya lagi, jika lagi aku suapin dia.. kadang suka di ceng²in sama ibuku.. contohnya kalimat seperti ini, "ya ampunnn udah gedhe minta disuapin". Jika dengar seperti itu, dia akan langsung menghentikan makannya. Gengsi-nya tinggi dan tidak suka kalau aku paksa.
Selain itu, Sizuka bisa sangat BT dan marah kalau aku tinggal keluar kota lebih dari 1 hari. Dia tipe kucing yang suka sekali ikut aku ke kamar mandi/kemana-mana walau jaga jarak. Uniknya lagi, jika ada kucing komplek yang nongkrong di depan rumah, Sizuka biasanya datang ke aku sambil ngomel ngeong-ngeong seakan-akan mengatakan.. "woi Acici bantuin aku.. itu kucing depan udah kelewatan masuk wilayahku!" Jika aku usir mereka, sizuka selalu bereaksi senang, tidak murung lagi.
Dari sizuka maupun kuncil, ataupun kucing komplek yg selalu minta makan dirumahku.. aku jadi refleksi.
Sejatinya kucing komplek yang selalu minta makan itu sebenarnya menunjukkan sifat ke-rakus-an yang selalu merasa kurang. Meski aku dicakar dan memarahi.. energi marah yang aku radiasi ke mereka adalah marah yang diliputi energi kasih agar mereka tidak terlalu rakus dan melukaiku. Cakaran maupun omongan nyinyir tetangga yang tidak enak karena halaman mereka jadi banyak kotoran kucing, tidak membuatku menghentikan rasa kasihku untuk membuat mereka tetap bisa makan dan bertahan hidup.
Caraku meredam tetangga yang merasa kucing berak di depan rumahnya adalah gegara kami memberi makan kucing liar, bisa saya redam dengan memberi mereka makan tidak terlalu sering. Ketidaknyamanan tetangga tetap aku hormati dan berprilaku bijak dengan tidak hanya memihak kucing yang butuh makan.
Begitupun juga refleksiku dengan Sizuka. Sifatnya yang mirip Macan yaitu Soliter (hewan yang hidup sendiri, tidak berkelompok), Gengsi dan tidak peduli dengan kucing lain sejatinya juga tidak cukup baik.
Cerita 3
Melihat sifat-sifat kebinatangan tadi, aku juga teringat pada cerita kawanku yang baru saja dari alas purwo. Disana masih banyak kera. Kawanku bercerita bahwa monyet-monyet disana suka mencuri makanan. Karena kita harus mengamankan makanan, maka otomatis para mahasiswa memakai mode bertahan hidup dengan membawa tongkat dan menakut-takuti monyet agar tidak mendekat. Suatu ketika sepertinya mereka tidak sengaja melukai anak monyet. Di hari berikutnya ada kejadian mahasiswa yang terkilir kakinya karena dikejar sekawanan monyet. Primata adalah makhluk yang berkoloni. Entah bagaimana komunikasi para monyet ini, agaknya ibu si anak monyet tidak terima dengan ulah mahasiswa yang melukai anaknya, sehingga mungkin si ibu memberitahu kawan-kawannya untuk balas dendam secara keroyokan.
Tumblr media
Cerita koloni primata ini sebenarnya sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, orang cenderung hidup berkelompok dan cari dukungan orang lain yang memiliki tujuan yang sama. Lalu otak reptil mode bertahan hidup akan otomatis aktif dengan cari bolo untuk membenci dan balas dendam.
Dari 3 cerita diatas.. Kuncil, Sizuka maupun Kera membuatku berfikir.. aku tidak bisa hidup seperti macan, primata, atau hidup rakus untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Meskipun kita tahu makrokosmos dengan segala makhluknya mempunyai sifat-sifat seperti itu, lalu mengapa aku tidak bisa bersikap penuh kasih seperti sikapku pada kuncil? Dimana ketika aku mengetahui manusia mempunyai keunikan-keunikan, seharusnya aku bisa lebih tua dan bijak dalam menanggapi setiap mereka.
Kita harus hidup layaknya manungsa (manunggaling rasa). Manungsa yang berbudi harus lebih Hidup dengan penuh rasa syukur dan penuh kasih (rahman raahim). Semua yang terjadi dalam hidup, semua ujian hidup sejatinya adalah proses pembayaran karma. Yang terjadi pada hidup kita saat ini adalah refleksi kebutuhan kita untuk semakin bertumbuh dan berkesadaran.
Kejadian yang terjadi dalam hidup sejatinya adalah sebuah skenario agar kita berproses menjadi lebih baik dalam berfikir (cipta), merasa (rasa), dan bertindak (karsa).
Sinkronisasi cipta, rasa, karsa adalah pelajaran seumur hidup yang harus kita pelajari setiap waktu. Salah satu caranya adalah dengan teknik Neng (Meneng), Ning (Wening), Nung (Hanung), Nang (Wenang)!
Diam hening hati dan pikiran, biarkan cahaya Tuhan masuk dalam hati agar legawa sehingga dapat menang dari diri kita sendiri
Saya mohon ampunanmu ya Gusti Allah atas semua keluh kesah dan kesalahan berfikir ataupun bertindak ini. Bantu aku ya Allah agar lebih bisa menjadi hambaMu yang semakin berselimut energi kasih sayang sehingga cahaya, cinta dan energiMu dapat menerangi tubuh dan relung jiwaku. Amiin ya rabbal 'alamiin.
ASw
2 Oktober 2024
1 note · View note
kebonbelakang · 5 months ago
Text
aku masih terjatuh dengan masa lalu.
aku yang tidak lagi muda, masih terjerumus dengan masa laluku. ini tentang cinta monyet yang masih memiliki ruang. aku menyembunyikannya dari banyak orang tentang siapa-siapa dia yang ceritanya masih ku simpan.
dia memang bukan hanya seorang, karena ini cinta monyet kita berhak jatuh kepada siapapun kan. tapi masalahnya dia dia ini masih memiliki ruang dibagian cintaku.
aku mencoba menguburnya, sayangnya seperti sia sia. mereka terus kembali membayangiku. apa kabarnya? bagaimana hidupnya? apakah mereka sudah menemukan cintanya?
ini sepertinya menjadi patah hati terbesar, aku diam menyimpan rasaku. yang sebelumnya ingin sekali aku ungkapkan bodo amatlah dengan jawabannya. tapi aku takut.
dikeheningan hubungan, akuu tiba memberi pernyataan yang entah merusak hidupnya. disisi lain aku ingin melapangkan hatiku, aku ingin menerima cinta yang sesungguhnya.
bersyukurnya kalau salah satu mereka, tapi semua itu tidak ada jaminan terlebih bagiku yang mudah menyerah.
sejujurnya, aku bingung. aku tidak begitu mengenal dan mengetahui kehidupannya. haruskah aku hapus saja perasaan ini. tapi aku hanya bisa berjuang dalam diam. walau aku tau aku salah diam tanpa usaha adalah sia sia.
tapi aku tidak memiliki keberanian itu. memulai untuk mengakhiri.
kalau bisa aku bilang ke dia, aku cuman mau bilang " mas, taaruf yuk sama saya"
yaa Allah, izinkan keberanian itu datang.
0 notes
bastianblog · 1 year ago
Text
Melihat Dunia Melalui Lensa Denny JA: Cerita tentang Keberhasilan dan Keberuntungan yang Memikat Hati Pembaca
Dalam industri sastra Indonesia, nama Denny JA telah menjadi ikon yang tak terelakkan. Melalui karyakarya briliannya, Denny JA berhasil memikat hati pembaca dengan menghadirkan dunia yang menarik dan penuh keberhasilan serta keberuntungan yang menginspirasi banyak orang. Mari kita melihat lebih dekat tentang kehidupan dan karyakarya dari Denny JA yang secara konsisten menarik perhatian pembaca di seluruh Indonesia. Denny ja, yang memiliki nama asli Abdul Djalil As’ad, lahir pada tanggal 9 Januari 1950 di Jakarta. Sejak kecil, Denny JA telah menunjukkan minat yang kuat dalam berbagai bidang ilmu, termasuk sastra. Pada usia yang masih muda, ia mulai menulis puisi dan cerpen yang penuh dengan imajinasi dan daya tarik yang luar biasa. Kesuksesan Denny ja sebagai penulis dimulai dengan karyakarya puisi dan cerpennya yang terbit dalam majalahmajalah sastra terkemuka di Indonesia. Pada tahun 1978, ia menerbitkan Puisi Esai puisi pertamanya yang berjudul "Mata yang Enak Dipandang" yang langsung mendapat sambutan hangat dari pembaca. Denny JA berhasil menggambarkan kehidupan seharihari dengan katakata yang sederhana namun penuh makna, dan hal ini membuat karyanya sangat mudah dipahami dan dinikmati oleh pembaca. Namun, keberhasilan Denny JA sebagai penulis tidak berhenti di situ. Ia juga dikenal sebagai penulis Puisi Esai yang sangat produktif. Puisi EsaiPuisi Esai Puisi Esainya yang terkenal seperti "Matahari yang Terbit Dari Timur", "Mereka Bilang, Saya Monyet!", dan "Kisahkisah Miftahul Jannah" telah menginspirasi jutaan pembaca di seluruh Indonesia. Dalam Puisi EsaiPuisi Esainya, Denny JA mampu menghadirkan ceritacerita yang penuh keberhasilan dan keberuntungan, yang menggugah emosi dan membawa pembaca ke dalam dunia yang sama sekali baru. Setiap Puisi Esai Denny JA memiliki gaya penulisan yang unik, di mana ia mampu menggabungkan narasi yang menarik dengan karakterkarakter yang kuat dan mendalam. Ia tidak hanya mengisahkan kisahkisah inspiratif, tetapi juga menggambarkan konflik internal karakterkarakternya yang membuat pembaca merasa terhubung secara emosional. Keberhasilan ini membuat Denny JA menjadi salah satu penulis paling dicintai di Indonesia. Tidak hanya sukses sebagai penulis, Denny JA juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan politik. Ia percaya bahwa melalui tulisannya dan aksinya, ia dapat memberikan pengaruh positif bagi masyarakat Indonesia. Denny JA sering memberikan ceramah dan seminar di berbagai universitas dan lembaga pendidikan, berbagi pengalaman dan pengetahuannya kepada generasi muda yang membutuhkan inspirasi. Keberuntungan juga selalu berpihak pada Denny JA. Ia telah menerima berbagai penghargaan bergengsi, termasuk Penghargaan Sastra Pusat Bahasa pada tahun 2010 dan Anugerah Seni dari Pemerintah Indonesia pada tahun 2017. Prestasiprestasi ini mengukuhkan posisinya sebagai salah satu penulis terbaik Indonesia dan menginspirasi banyak penulis muda untuk mengikuti jejaknya. Melihat dunia melalui lensa Denny JA adalah pengalaman yang luar biasa. Dalam setiap karyanya, ia mampu menciptakan ceritacerita yang memikat hati pembaca dengan keberhasilan dan keberuntungan yang luar biasa. Denny JA bukan hanya seorang penulis, tetapi juga seorang pemimpin dan inspirator bagi banyak orang di Indonesia. Karyakarya Denny JA akan terus hidup dalam hati dan pikiran pembaca, memberikan inspirasi dan harapan akan keberhasilan dan keberuntungan yang dapat mereka gapai.
Cek Selengkapnya: Melihat Dunia Melalui Lensa Denny JA: Cerita tentang Keberhasilan dan Keberuntungan yang Memikat Hati Pembaca
0 notes
fierautami · 1 year ago
Text
Mengapa Denny JA adalah Sosok yang Harus Diketahui dalam Dunia Sastra Indonesia
Sastra Indonesia adalah bagian yang tak terpisahkan dari budaya kita yang kaya dan beragam. Di antara para penulis yang telah mengukir namanya dalam dunia sastra Indonesia, Denny JA adalah sosok yang tidak bisa diabaikan. Denny JA, atau lengkapnya Denny Januar Ali, adalah seorang penulis, sastrawan, dan tokoh publik yang telah memberikan kontribusi yang luar biasa dalam pengembangan sastra Indonesia. Denny ja lahir pada tanggal 9 Januari 1956 di Pekanbaru, Riau. Sejak usia dini, minatnya terhadap sastra sudah tampak jelas. Ia mulai menulis puisi sejak masih duduk di bangku SMA dan terus melanjutkannya hingga sekarang. Karyakaryanya mencerminkan pengalaman hidupnya, pandangan filosofisnya, serta kecintaannya terhadap Indonesia. Salah satu karya terkenal Denny ja yang patut diperhatikan adalah Puisi Esai "Bumi Manusia" yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1980. Puisi Esai ini adalah bagian pertama dari Tetralogi Buru yang terdiri dari empat Puisi Esai. Dalam Puisi Esai ini, Denny JA menggambarkan kehidupan di masa penjajahan Belanda dengan sudut pandang yang kaya akan emosi dan nuansa sejarah. Kepiawaian Denny JA dalam menghadirkan karakterkarakter yang kompleks dan konflik yang mendalam membuat Puisi Esai ini menjadi salah satu karya sastra terbaik dalam sejarah sastra Indonesia. Selain menjadi penulis Puisi Esai, Denny JA juga dikenal sebagai seorang penyair yang puitis. Kumpulan puisipuisinya yang indah dan mengesankan telah diterbitkan dalam beberapa Puisi Esai, seperti "Menyusu Gurita" dan "Ruang Puisi". Dalam puisipuisinya, Denny JA mampu menggambarkan perasaan dan pikiran dengan katakata yang mengalir indah dan penuh makna. Ia juga sering menggunakan bahasabahasa dalam puisinya yang sarat akan simbolisme, menjadikan puisinya mampu menyentuh dan menginspirasi pembaca. Selain itu, Denny JA juga aktif dalam dunia teater. Ia sering menulis naskahnaskah teater yang menggugah dan berani, mengangkat isuisu sosial yang relevan dalam masyarakat kita. Beberapa karya teaternya yang terkenal antara lain "Perempuan Bukan Nama Jahanam" dan "Mereka Bilang Saya Monyet!". Denny JA berusaha untuk memperluas pengaruhnya sebagai seorang sastrawan dengan mengeksplorasi berbagai bentuk seni dan memperkenalkan teater sebagai salah satu bentuk sastra yang dapat menggerakkan emosi dan pikiran. Tak hanya di dunia sastra, Denny JA juga dikenal sebagai seorang tokoh publik yang peduli akan permasalahan sosial di Indonesia. Ia aktif dalam berbagai gerakan sosial dan menjadi pembicara dalam seminarseminar yang membahas topiktopik penting. Melalui tulisantulisannya dan pidatopidatonya, Denny JA mengajak masyarakat untuk berpikir kritis, menghargai keberagaman, dan memperjuangkan keadilan. Pengaruh Denny JA dalam dunia sastra Indonesia sangat besar. Karyakaryanya telah mempengaruhi banyak penulis muda dan menjadi inspirasi bagi mereka dalam mengeksplorasi potensi kreatif mereka sendiri. Ia juga telah mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi, seperti Penghargaan Achmad Bakrie dalam Bidang Kebudayaan dan Kesenian pada tahun 2013. Mengenal dan memahami Denny JA adalah langkah penting dalam mengapresiasi sastra Indonesia. Karyakaryanya yang luar biasa dan kontribusinya dalam dunia sastra, teater, dan gerakan sosial menjadikannya sosok yang harus diketahui oleh setiap penikmat sastra Indonesia.
Cek Selengkapnya: Mengapa Denny JA adalah Sosok yang Harus Diketahui dalam Dunia Sastra Indonesia
0 notes
siffaa01 · 1 year ago
Text
Menggali Pemikiran dan Kreativitas Denny JA dalam Sastra Modern
Dalam dunia sastra modern Indonesia, nama Denny JA tak asing lagi. Ia dikenal sebagai seorang penulis, penyair, dan budayawan yang penuh dengan pemikiran dan kreativitas yang luar biasa. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan pengalaman yang luas, Denny JA telah berhasil menghasilkan karyakarya sastra yang memukau dan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan sastra Indonesia. Dalam proses menggali pemikiran dan kreativitasnya, Denny ja seringkali menggabungkan berbagai unsur budaya, sejarah, dan kehidupan seharihari dalam karyakaryanya. Ia memiliki kemampuan luar biasa dalam mengobservasi dan menganalisis fenomena sosial yang terjadi di sekitarnya. Kemampuan ini membuatnya mampu menghasilkan karyakarya sastra yang kaya akan makna dan relevan dengan zaman. Salah satu karya sastra terkenal Denny ja adalah Puisi Esai "Mereka Bilang, Saya Monyet!". Puisi Esai ini menghadirkan cerita yang menggugah dan membuat pembaca terbawa suasana. Dalam Puisi Esai tersebut, Denny JA mengangkat isuisu sosial yang kompleks seperti ras, identitas, dan perbedaan. Ia mengajak pembaca untuk melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda dan mempertanyakan stereotip yang ada dalam masyarakat. Selain Puisi Esai, Denny JA juga dikenal sebagai seorang penyair. Puisipuisinya seringkali menggambarkan keindahan alam dan perjalanan hidup manusia. Dalam puisipuisinya, ia mampu menyampaikan perasaan dan emosi dengan gaya bahasa yang indah dan mendalam. Puisipuisi Denny JA sering kali menjadi sumber inspirasi bagi banyak pembaca dan penyair lainnya. Tak hanya sebagai penulis, Denny JA juga aktif dalam menginisiasi berbagai kegiatan budaya dan sastra. Ia seringkali mengadakan diskusi, lokakarya, dan festival sastra untuk memperkenalkan dan memperluas wawasan budaya kepada masyarakat. Melalui kegiatan ini, Denny JA berusaha menginspirasi dan mendukung generasi muda untuk menciptakan karyakarya sastra yang berkualitas dan bernilai. Pemikiran dan kreativitas Denny JA juga tercermin dalam kegiatan teater yang ia ciptakan. Ia seringkali menggabungkan elemenelemen teater tradisional dengan konsepkonsep modern dalam pementasanpementasannya. Dengan begitu, ia berhasil menciptakan pertunjukanpertunjukan yang unik dan menarik perhatian penonton. Melalui teater, Denny JA berusaha mengajak orangorang untuk melihat kehidupan mereka dengan cara yang berbeda dan mendorong mereka untuk berpikir lebih dalam. Keberhasilan Denny JA dalam menggali pemikiran dan kreativitasnya tak terlepas dari dedikasinya dalam mengembangkan diri. Ia terus berusaha untuk belajar dan menjelajahi berbagai bidang pengetahuan dan seni. Ia seringkali berdiskusi dengan para intelektual dan seniman lainnya untuk bertukar pikiran dan mengasah pemahamannya. Semangatnya yang terus berkobar dan tekadnya untuk terus berkarya membuatnya menjadi sosok yang inspiratif bagi banyak orang. Denny JA adalah contoh nyata bahwa sastra adalah bentuk ekspresi yang kuat dan mampu menginspirasi banyak orang. Melalui pemikiran dan kreativitasnya, ia telah berhasil menciptakan karyakarya yang tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran berharga bagi pembaca dan penonton. Pemikiran dan kreativitas Denny JA adalah harta karun budaya Indonesia yang patut kita gali dan hargai. Dalam dunia sastra modern Indonesia, nama Denny JA telah menjadi ikon yang menginspirasi banyak orang. Ia membuktikan bahwa dengan pemikiran yang kuat dan kreativitas yang tak terbatas, setiap individu dapat menciptakan karya yang tak terlupakan.
Cek Selengkapnya: Menggali Pemikiran dan Kreativitas Denny JA dalam Sastra Modern
0 notes
reniaryanima · 1 year ago
Text
Mengungkap Kebenaran: Denny JA dan Kehadiran Luka Kerusuhan 98 dalam Sastra Modern
Pengantar: Dalam dunia sastra modern Indonesia, banyak penulis yang mencoba mengangkat isu-isu sosial yang relevan dan kontroversial. Salah satu isu yang sering menjadi fokus adalah luka yang diakibatkan oleh kerusuhan tahun 1998. Dalam artikel ini, kita akan membahas peran Denny JA dalam menceritakan luka-luka tersebut melalui karyanya dalam sastra modern. I. Kehadiran Luka Kerusuhan 98 dalam Sastra Modern A. Pengenalan luka kerusuhan 98 dan dampaknya bagi masyarakat Indonesia B. Peran sastra dalam mengungkap kebenaran dan menyuarakan penderitaan korban II. Denny ja: Biografi dan Kiprahnya dalam Dunia Sastra A. Profil singkat tentang Denny JA B. Karya-karya Denny JA yang mengangkat isu-isu sosial dan politik C. Pendekatan sastra yang digunakan oleh Denny JA dalam menggambarkan luka kerusuhan 98 III. Analisis Karya-karya Denny ja yang Mengangkat Luka Kerusuhan 98 A. "Rumah Tanpa Jendela" 1. Sinopsis dan alur cerita 2. Tema utama dan pesan yang ingin disampaikan 3. Penggunaan gaya bahasa dan teknik sastra dalam menggambarkan luka kerusuhan 98 B. "Mereka Bilang, Saya Monyet!" 1. Sinopsis dan alur cerita 2. Tema utama dan pesan yang ingin disampaikan 3. Penggunaan gaya bahasa dan teknik sastra dalam menggambarkan luka kerusuhan 98 C. "Kisah Orang-orang Bodoh" 1. Sinopsis dan alur cerita 2. Tema utama dan pesan yang ingin disampaikan 3. Penggunaan gaya bahasa dan teknik sastra dalam menggambarkan luka kerusuhan 98 IV. Dampak Karya-karya Denny JA dalam Sastra Modern Indonesia A. Respon masyarakat terhadap karya-karya Denny JA B. Pengakuan internasional atas kehebatan karya-karya Denny JA C. Peran Denny JA dalam menggerakkan kesadaran sosial dan politik di Indonesia Kesimpulan: Dalam artikel ini, kita telah membahas kehadiran luka kerusuhan 98 dalam sastra modern Indonesia dan peran Denny JA dalam mengungkap kebenaran melalui karyanya. Melalui karya-karya seperti "Rumah Tanpa Jendela", "Mereka Bilang, Saya Monyet!", dan "Kisah Orang-orang Bodoh", Denny JA telah berhasil menggambarkan luka-luka yang diakibatkan oleh kerusuhan tersebut dengan menggunakan gaya bahasa dan teknik sastra yang kuat. Denny JA juga telah berhasil menciptakan dampak positif dalam dunia sastra modern Indonesia dengan membangkitkan kesadaran sosial dan politik melalui karyanya.
Cek Selengkapnya: Mengungkap Kebenaran: Denny JA dan Kehadiran Luka Kerusuhan 98 dalam Sastra Modern
0 notes
windahwin · 1 year ago
Text
Denny JA Mengungkap Keindahan dan Pahitnya Luka Kerusuhan 98 dalam Karya Sastra
Dalam dunia sastra Indonesia, terdapat banyak penulis yang mampu menggambarkan keindahan dan pahitnya luka dari peristiwa bersejarah. Salah satu penulis yang mampu mengungkapkan hal tersebut adalah Denny JA. Dalam karya-karyanya, Denny JA berhasil menggambarkan kehidupan dan perjuangan masyarakat Indonesia saat menghadapi Kerusuhan 98. Artikel ini akan mengulas mengenai keindahan dan pahitnya luka Kerusuhan 98 yang diungkapkan oleh Denny JA dalam karya sastranya. Denny JA adalah seorang penulis yang terkenal dengan karyanya yang bernuansa sosial dan politik. Salah satu karya terkenalnya adalah "Mereka Bilang, Saya Monyet!" yang menceritakan kisah seorang aktivis mahasiswa yang terlibat dalam peristiwa Kerusuhan 98. Melalui karya sastra ini, Denny JA berhasil menggambarkan keindahan dan pahitnya luka yang dialami oleh tokoh utamanya, Rianti. Dalam karya sastranya, Denny ja menggunakan gaya bahasa yang kuat dan mampu membuat pembaca merasakan kehidupan yang dialami oleh tokoh-tokohnya. Ia menggambarkan dengan detail situasi politik pada saat itu, ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat, serta perjuangan para aktivis dalam memperjuangkan keadilan dan demokrasi. Ketika membaca karya-karyanya, pembaca dapat merasakan emosi dan perasaan yang dihadapi oleh tokoh utama, seolah-olah mereka ikut terlibat dalam peristiwa tersebut. Salah satu hal yang menarik dari karya Denny ja adalah cara ia menggambarkan keindahan dalam kehidupan sehari-hari meskipun di tengah keadaan yang sulit. Ia mampu menyoroti sisi-sisi positif dari masyarakat Indonesia yang tetap bertahan dan berjuang dalam menghadapi luka yang mendalam. Melalui karya-karyanya, Denny JA mengajak pembaca untuk melihat sisi keindahan dan harapan di tengah situasi yang penuh dengan ketidakpastian dan ketidakadilan. Namun, di balik keindahan tersebut, Denny JA juga tidak lupa mengungkapkan pahitnya luka yang dialami oleh masyarakat Indonesia saat itu. Ia menggambarkan dengan jelas ketidakadilan yang terjadi, kekerasan yang dialami oleh para aktivis, serta ketakutan dan trauma yang dirasakan oleh masyarakat. Denny JA mampu menggambarkan dengan detail penderitaan yang mereka alami, membuat pembaca terenyuh dan merasakan kepedihan yang mereka rasakan. Dalam karya-karyanya, Denny JA juga menggunakan teknik penceritaan yang menarik, seperti penggunaan sudut pandang orang pertama dan penggabungan antara narasi dan dialog. Hal ini membuat pembaca lebih terlibat dalam cerita dan dapat merasakan emosi yang ada dalam setiap adegan. Ia juga menggunakan gaya bahasa yang sederhana namun mengena, sehingga membuat pembaca lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan. Dalam kesimpulannya, karya-karya Denny JA mampu mengungkapkan keindahan dan pahitnya luka Kerusuhan 98 dengan baik melalui karya sastra. Ia berhasil menggambarkan situasi politik yang sulit, ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat, serta perjuangan para aktivis dalam memperjuangkan keadilan dan demokrasi. Dengan gaya bahasa yang kuat dan teknik penceritaan yang menarik, Denny JA berhasil membuat pembaca merasakan emosi dan perasaan yang dialami oleh tokoh-tokohnya. Melalui karya-karyanya, ia mengajak pembaca untuk melihat sisi keindahan dan harapan di tengah situasi yang sulit, namun juga tidak lupa mengungkapkan pahitnya luka yang dialami oleh masyarakat Indonesia. Denny JA adalah salah satu penulis yang mampu menggambarkan secara mendalam dan memukau tentang peristiwa bersejarah dalam karya sastra Indonesia.
Cek Selengkapnya: Denny JA: Mengungkap Keindahan dan Pahitnya Luka Kerusuhan 98 dalam Karya Sastra
0 notes
parasetan · 3 years ago
Text
SAYA BERANI TUKAR APA PUN.
Tumblr media
Saya ini pastinya sudah di sumpahi Eros.
Tiap datang ke sekolah, itu jejaka pada bercerita. Soal pergumulan hebat mereka dengan kekasih masing-masing. Tiap harinya juga mereka datang dengan kisah baru yang mengebu pingin di ceritakan, sampai saya pikir otak mereka hanya tahu caranya menyetubuhi perempuan.
Namun tak lantas itu buat saya jadi yang paling suci seantero kelas, toh saya juga jarang absen jadi pendengar setia (dengan catatan tanpa ikut setor cerita). Sebab saya masih serupa perjaka yang baru sekali mengencani anak perempuan dulu semasa SMP.
Bukannya tak pernah mereka desak saya untuk cari kekasih. Katanya, itu wajahmu kelewat tampan, perempuan pasti bakal mengantre untuk duduk diatasnya. Anjing, saya dibuat tersedak mendengarnya.
Tapi barangkali kegiatan mading lebih menarik buat saya ketimbang ikuti ucapan tak berbobot muda-muda itu, walau benar kata mereka, tiada hari tanpa satu dua perempuan menghampiri untuk sekedar basa-basi. Mulai dari yang namanya kurang beken sampai primadona kelas sebelah. Bah, sudah begitu saja saya jadi musuh kebanyakan lelaki.
Bukan, bukannya saya senang melajang. Tapi murni memang tiada yang sanggup menarik mata.
Maka beginilah jadinya nanti; saya beranjak dewasa tanpa sempat cicipi rusaknya masa muda. Eros memang senang buat saya nelangsa. Tapi barangkali dia sudah lelah dengar serentet permintaan juga sumpah saya sebab tak kunjung dapat perempuan atau lelaki buat dikencani, maka satu ketika Eros lempar dua anak panahnya. Satu menancap di hati saya, sedang satu lagi mendarat sempurna di seorang lanang.
Sejenak saya kira dia ini semacam peranakan Dewi Aphrodite, saya sedikit kena tipu oleh durja rupawannya yang entah lah, manis? Tampan? Maruk sekali bisa punya keduanya.
Saya ini kurang bernyali, maka bukannya menghampiri perkenalkan nama dengan gagah berani, saya lebih memilih buat mengagumi dia dari balik kaca jendela. Bagaimana bulu mata lentik itu sesekali bergerak turun naik, bagaimana kulit porselennya diterpa terik namun tidak juga gosong, atau gerakan jemarinya yang lihai menari diatas secarik kertas. Memang lah tindak-tanduk saya ini agak menyeramkan dan ketara pengecut, namun demi apapun, saya telah dibuat jatuh cinta.
Lalu saya tahu nama dia, yang sudah buat saya jadi pujangga kepayang cinta monyet saban hari, Rawikara namanya.
Berbekal keberanian yang cetek (juga paksaan dari kawan-kawan), saya hampiri Rawikara, memperkenalkan diri dengan tak tahu malu sebagai Jan Ekaraj.
Bah, rasanya, seperti dibuat terbang waktu tangan halus dia balas menjabat tangan saya yang sedikit lengket dan berkeringat sehabis tempel menempel poster lomba. Semakin saja saya yakin dia ini pastinya bukan manusia. Boleh jadi demigod atau apa lah, saya juga tidak tahu makhluk macam apa yang bisa menghisap habis kewarasan orang disekitarnya.
Setelah perkenalan canggung yang tak lebih dari sekedar tukar nama itu saya rasa sekolah jadi lebih mirip taman bunga. Memang lah saya agak hiperbola, tapi kamu mesti tahu rasanya jatuh cinta supaya mengerti. Dalam satu kedipan mata semua terpaku buat Rawikara seorang. Sulit buat saya tulis sajak dan cerita tanpa kepikiran dia, seolah apa-apa yang saya laku sebelum ini buyar begitu saja, seperti saya datang ke dunia buat memuja Rawikara semata.
Satu waktu saya kepikiran buat beranjak dewasa dengan dia. Menikah, pindah ke sisi nusantara yang jauh dari hiruk-pikuk kota, lalu menua sampai dikuburkan di satu liang yang sama. Namun mendadak saya jadi gundah gulana, belum tentu Rawikara bakalan terima saya jadi kekasih, sudah saja saya bermimpi jadi suaminya. Sialan, saya kepikiran semua ini cuma karena dilempar satu senyum manis.
Saya tiada kira bakalan jadi sedekat ini dengan Rawikara, yang semula hanya bisa saya kagumi dari jendela kelasnya. Nampak Eros betulan memaksa saya buat semakin jatuh, tanpa tahu dia bakalan senang atau memandang saya dengan roman wajah jijik kalau sampai tahu saya punya rasa sama dia.
Maka datang masa saya sudah rela tukar segalanya, (yang saya maksud ini pertemanan juga waktu kami bersama) hanya untuk pengakuan kurang dari lima menit. Tak apa lah semisal dia tak mau lagi berkawan atau jeleknya sampai pindah kota cuma karena pengakuan saya, sebab hati tak sanggup lagi tampung perasaan yang terlanjur tumpah ruah ini. Dengan berlagak berani saya hadapi dia, bilang lantang-lantang kalau saya cinta dan kepingin habiskan masa muda, tidak, sampai tua nanti bersamanya seorang.
Memang kedengarannya agak menggelikan, tapi setidaknya itu berhasil buat saya miliki hati Rawikara sepenuhnya.
3 notes · View notes
farauzanotes · 5 years ago
Text
Fiksi Mini : Dua Monyet dan Jeruk Bali
Disuatu hutan belantara, hiduplah dua ekor monyet betina yang bersahabat. Monyet itu bernama Monar dan Monis. Mereka sering bercerita, bercanda, dan tertawa bersama disana. Mereka tinggal bersebelahan dengan hanya dibatasi oleh pagar bambu yang mereka buat berdua dibantu bersama Hari, sang raja hutan. 
Ada banyak tanaman berupa buah-buahan yang menghiasai masing-masing rumah mereka. Di rumah Monar ada buah pisang, strawberry, apel, dan tomat. Sedangkan di rumah Monis ada buah semangka, labu, mangga, juga jeruk bali. Selain menghiasi rumah mereka, buah-buahan itu biasa dimakan pada saat musim panen tiba.
Suatu hari yang cerah, Monis bangun pagi dengan wajah penuh semangat karena hari ini merupakan hari yang ia tunggu-tunggu, yaitu hari musim panen. Ia keluar rumah dengan membawa keranjang bambu dengan hati yang riang gembira. Namun sayangnya, hari indahnya itu tidak berlangsung lama, tiba-tiba hilang semenjak melihat Monar sedang mengupas buah yang sangat ia kenal, yaitu buah jeruk bali.
Monis langsung menghampiri Monar kemudian ia langsung membentaknya, “Monar ini kan buahku, kenapa kamu ambil dan kamu kupas?” Ucap Monis sambal menarik buah jeruk bali dan berusaha memasukannya kedalam keranjang bambu.
Monar menjawab, “Tidak ini milikku, buah ini tergeletak didepan rumahku, rumah kita kan terpisah pagar itu!” Jawab Monar sambil menunjuk pagar yang mereka buat bersama.
“Tapi kan buah ini kan berasal dari pohonku, kamu malah seenaknya mengupas tanpa seizinku!” Sahut Monis dengan nada yang tinggi.
“Tidak ini jelas milikku karena ada di wilayahku!” Jawab Monar dengan nada yang tinggi pula.
Tarik menarik buah jeruk bali pun terjadi. Monar dan Monis tidak mau melepaskan cengkramannya.
“Aaaaaargh… lepaskan ini punyaku!” Teriak kencang Monis.
“Tidaaaakk… ini milkku, aku yang menemukannya!” Sahut Monar dengan kencang pula.
Semakin lama, cengkraman mereka semakin kuat hingga membuat buah jeruk bali itu terbelah dan hancur. Tubuh mereka terhempas ke belakang. Buah-buahan yang awalnya akan dipanen kini tak bersisa, hancur tertindih tumbuh mereka. Melihat buah-buahan mereka hancur, Monar dan Monis bertambah kesal dan marah. Kemudian mereka sama-sama maju dan akan melanjutkan perkelahian.
Tak lama kemudian terdengar suara, “Rrrroooaaarrr!”
Mendengar suara itu, Monar dan Monis terdiam karena Hari yang raja hutan datang.
“Ada apa ini? Kenapa buah-buahan ini rusak dan berantakan? Monar, Monis coba ceritakan!” Tanya Hari dengan nada berwibawa sambil melihat sekeliling.
Monar dan Monis hanya diam mematung dan menunduk. Mereka tak berani bersuara.
“Ayo bicara tidak apa-apa!” Ucap Hari dengan nada lembut.
Mereka masih tidak ada yang berbicara.
“Baik kalau begitu, Ayo Monis kamu yang duluan bicara!” Ucap Hari sambil tersenyum.
Mendengar namanya disebut, dengan malu-malu Monis menceritakannya bahwa buah jeruk bali yang mereka perebutkan adalah miliknya, berasal dari pohon yang ia pelihara.
“Apakah itu benar Monar?” Tanya Hari sambal melirik Monar.
Monar menggangguk, kemudian ia menyatakan bahwa buah jeruk itu tergeletak di depan rumahnya, di wilayahnya. Dengan begitu ia merasa jeruk bali itu miliknya.
“Oh jadi seperti itu ya masalahnya. Baik sekarang saya tanya. Monis dari jeruk bali itu apa yang ingin kamu ambil?” Tanya Hari dengan santun.
“Aku ingin buahnya untuk ku makan!” Jawab Monis.
“Kalau kamu Monar?” Tanya Hari pada Monar.
“Aku ingin ambil kulitnya untuk membuat mobil-mobilan!” Jawab Monar dengan spontan.
Kemudian Monar dan Monis saling bertatapan. Tatapan kebingungan. Ternyata yang mereka inginkan itu berbeda dan sebenarnya mereka bisa saling berbagi, tanpa berkelahi, tanpa ada yang merugi.
“Tapi kenapa kamu tidak bilang Monar?” Heran Monis.
“Ya kamu tiba-tiba datang membentakku!” Kesal Monar.
“Tuh ternyata yang kalian inginkan berbeda. Jadi, sebenarnya tak usah berkelahi kan? Hingga membuat pagar dan tanaman disini rusak!” Ucap Hari sambil tersenyum.
Monar dan Monis menunduk dan mengakui kesalahannya.
“Jadi jangan mudah menyalahkan ya Monar, Monis! Sebelum kalian tahu apa masalahnya dan apa yang sebenarnya kalian inginkan. Ayo sekarang kalian saling minta maaf!” Ucap Hari dengan bijak.
“Maafkan aku ya karena membentakmu, Monar!” Ucap Monis.
“Iya maafkan aku juga ya Monis!” Jawab Monar sambil memeluk Monis.
Akhirnya mereka berdua saling memaafkan dan kembali bersahabat.
Pesan Moral: Terkadang kita bertengkar memperebutkan hal yang sama, namun sejatinya berkeinginan berbeda dan bisa saling dibagi. Ego dan nafsu saja yang membuat tak mau saling bicara dan saling mengeri. Mari mendahulukan ketenangan dan diskusi untuk kehidupan yang lebih damai.
Jakarta, 11 Agustus 2018 | Ditulis Dalam Rangka Lomba
3 notes · View notes
ihatehumaninthisworld · 6 years ago
Text
Wanita dengan kedewasaan yang melebihi umurnya (Part 1)
2012
Let’s go back to 2013, masa dimana katanya salah satu masa paling indah terjadi di dalam hidupku. Ya, masa putih abu alias SMA. Terlalu banyak momen indah disini .. tentang matematika, persahabatan hingga cinta pertama yang tak akan pernah terlupakan~ xixixixixixi
SMA bagiku adalah salah satu masa terpenting di hidupku. Dipertemukan dengan banyak orang yang hebat dan orang yang menunggu waktunya untuk menjadi hebat saat itu. Hehehehehe dan aku menemukanmu di sana .. di kelas X9. Kelas paling pojok deket pohon kersen besar dan kamar mandi laki-laki beraroma segar. Sebelum kita masuk ke cerita intinya, mari kita simak dulu ceritaku saat SMP. So here’s the story ..
Tak seperti anak-anak lain, zaman SMP-ku sangatlah ortodoks. Aku belum diperbolehkan memiliki handphone oleh orang tuaku. Ketika teman-temanku yang lain sudah saling mengirim pesan via sms dan bermain facebook via telepon genggamnya, aku disana masih jajan jamur crispy yang kalau pas dimakan saosnya suka ucrat-acret kana seragam. Begitulah .. tapi Alhamdulillah aku tak sampai merengek untuk meminta agar dibelikan handphone karena aku tau di umur segitu aku lebih baik belajar daripada melakukan hal sia-sia takut dimarahi ayahku yang sangat galak itu. Huehehehehe peace pak prim~
Yups karena belum memiliki handphone maka dapat dipastikan tak pernah ada cinta-cintaan di zaman SMP-ku. Ngoahahaha mana saya paham dulu sama hal begituan, dulu kalau jam istirahat aja ibuku masih suka datang ke kelas buat ngasih uang jajan alias woy masih anak mama banget aku tuuu. Pokoknya dulu sampai sekarang aku tuh lucu banget, nggemesin kata teman-temanku. Makanya muncul lah panggilan “ Icad “, jadi panggilan itu disematkan padaku karena aku dulu keimutannya oversize gitu~ Huehuehuehue-hu-hu-hu-hu-hueeeekkkkk *muntah darah. Hooo iya, dulu aku hanya sebatas tau dengan wanita bergingsul ini, dia anak kelas sebelahku tapi sorry dulu kau belum memikat hati~ Ngahahahahaha
2013
Setelah lulus dari SMP, aku tak bingung lagi untuk menentukan SMA mana yang akan aku pilih sebagai tempatku melanjutkan studi. Yaaa gimana ga bingung wong di kota Rancaekek SMA Negerinya cuman 1 yaitu SMA Negeri 1 Rancaekek. Iya SMA itu, yang dikelilingi oleh sumber kehidupan alias sawah. Hahaha.
Sebagai siswa yang sudah resmi menjadi bagian dari SMAN 1 Rancaekek (selanjutnya disingkat SMAR), aku harus mengikuti rangkaian MOPD, aku lupa singkatannya yang jelas itu adalah masa orientasinya SMAR. Setelah mengikuti masa MOPD selama kurang lebih seminggu akhirnya tibalah saat penempatan kelas. Pagi hari itu setelah upacara, anak kelas X tetap berkumpul di lapangan upacara .. menunggu pemberitahuan dari sekolah tentang kelas mana yang akan kita tempati. Aku menunggu cukup lama hingga tersisa hanya sekitar 40 orang di lapangan. Ternyata eh ternyata memang 40 orang terakhir yang berada di lapangan itu digelutkan untuk dicari pemenangnya adalah 40 siswa yang akan menempati kelas dengan digit angka terakhir alias kelas paling pojok yaitu X9. Yosh! Aku sudah sangat siap untuk menjajal kehidupan baruku sebagai “ Siswa SMA “.
Cinta Monyet
Selama kelas X jujur aku tak pernah punya pikiran untuk menjalin hubungan kisah kasih dengan seseorang, dulu aduuuh aku sedang cinta-cintanya dengan permainan League of Legends .. aku ga punya waktu selain untuk bermain game itu dengan sahabatku, Willy. Tapi waktu berkata lain, makin lama kok tanpa sadar terjadi hal yang baru aku rasakan pertama kalinya dalam hidup. Yeah, I found my first love. *muntah darah dan berak
Aku adalah orang yang cukup jahil dari dulu. Bercandaan coret-coretan Tip-X ke teman yang tangannya lagi di meja, juga iseng-iseng suka hina-hinain kamu. Ehe. Aku gak pernah tuh ada niatan kaya “ Wah ini perempuan cantik banget, deketin ah “ ga pernah asli ga pernah. Semua mengalir begitu saja~ Jadi dulu tuh ya gitu, aku kenal dengan dirinya dan semua hal terjadi secara alami. Pokoknya dulu, aku sering bercandain orang itu, hina-hinain orang itu karena dia pendek kurang tinggi dan melakukan pembullyan-pembullyan lainnya. Dulu zaman SMA pasti kalian pernah denger kalimat gini “ Hati-hati ah awalnya benci lama-lama jadi cinta “ dan semua teman-temanku bilang itu pada kami berdua.
*Aku lagi hina-hinaan sama dia
Aku : “ Heh pendek, udah pendek idup lagi “
Dia : “ Daripada kamu, tinggi tapi ngangenin suka ngehina orang “
*Suddenly Maulina Cahyaningsih appears
Maulina : “ Ehem awas ah awalnya benci eh nanti lama-lama jadi suka~ “
Aku & Dia : “ GAK MUNGKIN LAH! “
Maulina : “ Tuhkan ngomongnya aja barengan berarti kalian jodoh~ “
Aku & Dia : “ HIH AMIT-AMIT “
Aku : “ Apasih ngikutin mulu “
Dia : “ Kamu kali yang ngikutin “
Hahahaha begitulah, hal itu terjadi secara repetitive hingga akhirnya “ Gak mungkin” pun berubah menjadi hal yang sangat “ Mungkin “. Deg. Aku merasakan sesuatu yang berbeda saat itu.
“ Apa ini yang dinamakan suka sama seseorang ? “ tanyaku dalam hati
Ketika aku sudah sadar bahwa aku menyukainya, aku tak langsung mengatakannya. Tidak dong, mana mau saya mengakui bahwa aku mulai menyukai musuh terbesarku. Aku masih melakukan aktingku sebagus mungkin, aku masih berpura-pura membencinya dan masih menghinanya terus menerus.
Tiba-tiba ide liar muncul terbesit di dalam pikiranku. “ Kenapa ga aku hina juga via sms ya ? “ kata pikiranku yang sedang membohongi diri sendiri bahwa aku mulai menyukai dia. Suatu hari kesempatan itu datang, kami berada di sekelompok yang sama.
Aku : “ AH APASIH MALES BANGET HARUS SEKELOMPOK SAMA KAMU “ *padahal seneng hehe
Dia : “ DIH SIAPA JUGA YANG MAU, KALAU GA SAMA BU GURU DIBAGIIN KELOMPOKNYA MAH MALES BANGET HARUS SEKELOMPOK SAMA ORANG JAHAT “ *uhuk padahal dia seneng juga
Aku : “ YAUDAH SINIIN NOMOR HAPE KAMU, NANTI KALAU AKU BINGUNG NGERJAIN TUGASNYA AKU GAMPANG NANYA KE KAMUNYA “ *melancarkan modus
Dia : “ NIH “
Fufufufufufufufu akhirnya aku mendapatkan nomornya. Akhirnya kuberanikan mengirim pesan padanya eh ternyata malah jadi candu dan keterusan deh. Ohiyaaa dulu awalnya kartu aku telkokom dan dia Indosol. Perbedaan provider ternyata cukup membuat hartaku terkuras, telkokom mana ada gratisan. Akhirnya for the first time in forever aku melakukan hal bucin pertamaku .. Aku ganti kartuku menjadi Indosol demi bisa balas-balasan pesan dengannya hingga malam hari. Hahahahahaha~
Pertemuan Tak Sengaja
Sebulan sekali, ayahku sering melakukan I’tikaf selama 3 hari di masjid-masjid sekitar desa. Aku yang sudah SMA pertama kalinya diajak untuk I’tikaf bareng dengan ayahku. Disana aku bertemu dengan teman-teman ayahku baik yang sudah aku kenal sebelumnya maupun yang belum aku kenal. Aku yang belum mengetahui banyak tentang program-program I’tikaf hanya bisa mengikuti saja. Salah satu program ketika I’tikaf adalah menghafal do’a-do’a. Aku yang masih muda itu dengan mudahnya hanya dengan beberapa kali pengulangan langsung hafal. Berbeda dengan bapak-bapak yang sudah berumur, mungkin agak sulit karena mudah lupa. Tiba-tiba seorang bapak-bapak menghampiriku, namanya adalah Pak Hani.
Pak Hani : “ Aa teh anaknya Pak Prim? Siapa namanya? “
Aku : “ Iya pak, nama saya Irsyad “
Pak Hani : “ Hebat ya Irsyad, cepet menghapalnya .. bapak mah baru bentar juga udah lupa hahaha “
Aku : “ Iya pak aku emang hebat hehe“
Pak Hani : “ Irsyad teh sekolahnya dimana ? “
Irsyad “ di SMAR pak “
Pak Hani : “ Kelas berapa ? “
Irsyad : “ Baru masuk pak kelas 10 “
Pak Hani : “ Oh atuh tau anak bapak meureun ? “
Irsyad : “ Siapa pak ? “
Pak Hani : “ Vania Zhafirah, kenal gak ? “
Irsyad : “ Eh-eh-eh kok “ *dalam hati
Irsyad : “ Oh i-i-i-iya pak kenal, kita sekelas hehe “
Pak Hani : “ Oh sekelas ? haha meni kebetulan ya “
Irsyad : “ Iya pak hehe “
Pertemuan pertamaku dengan ayahnya, begitu menyenangkan .. Orangnya baik, murah senyum, satu-satunya bapak-bapak yang mengajak aku ngobrol setiap hari ketika I’tikaf. Do’a ku selalu menyertaimu pak.
“ Syad, kok kamu jadi soleh ? “ Tanya ayahku yang kaget melihat anaknya solat tahajud
Setiap hari, sepertinya menjadi agenda rutinku untuk terus mengiriminya pesan. Aku tak seperti Dilan yang bisa dengan banyak cara mendekati Milea. Aku hanya menggunakan satu cara selama setahun itu aku mengiriminya pesan.
“ Van. Besok ada PR apa? “
Aku selalu menanyakan itu setiap harinya. Bukan, bukan aku tak tahu besok ada PR apa. Aku bahkan mengiriminya pesan itu setelah aku menyelesaikan PR-ku. Aku menanyakan itu yaaa karena aku mau chattingan dengan dia tapi aku bingung bagaimana memulainya. Jadi yaa aku berpura-pura untuk tidak tahu~ Huehehehe tapi dasar emang kadang bego aja aku the. Pernah suatu hari ..
Icad : “ Van besok ada PR apa ya? “
Vania: “ Hah ? besok kan minggu Irsyad “
Icad : “ E-e-e-eh maksudnya aku cuma mau sms-an dengan kamu gajadi deh hehe aku lupa “
Vania : “ Ih dasar pelupa :p “
Lalu kita pun jadi sms-an deh sampai besoknya~ Hahahaha
Kita sering saling mengajak ke dalam kebaikan, engga deng aku yang sering diajaknya mah. Dulu aku dan dia pernah menghitung berapa lama aku solat tasbih.
Icad : “ Aku solat ya “
Vania : “ Oke aku hitung “
*Setelah solat
Icad : “ Udah, berapa lama aku solat ? “
Vania : “ 20 menit, cukup sebentar daripada perkiraan aku “
Hahahaha Vania emang dari dulu udah sholehah banget. Dulu sampai sekarang dia sering puasa senin-kamis dan solat tahajud dan aku pernah memintanya untuk mengajakku dan membangunkanku untuk melakukan hal-hal yang dia lakukan juga. Masyaallah, pokoknya sms-an dengan Vania bisa membawa diriku menjadi sholeh~ Hahaha
Aku cukup istiqomah melakukan hal-hal itu karena Vania juga istiqomah mengajak aku. Hingga suatu hari ketika aku sedang solat tahajud, ayahku lalu ibuku bergantian melewati kamarku dan melihat aku sedang solat tahajud. Keesokan harinya ketika aku solat tahajud, mereka melihatku lagi. Terus hingga beberapa hari mereka melihat aku solat tahajud dan sedang santap sahur. Melihat perubahan perilaku anaknya, ayahku tiba-tiba bertanya.
Ayah : “ Syad, naha tumben ayeuna mah solat tahajud sama shaum wae rajin ? “
Icad : “ Iya, diajak sama Vania yah “ dengan polosnya jujur
Ayah : “ Hah? Siapa Vania teh? “
Icad : “ Itu loh yah anaknya Pak Hani “
Ayah : “ Oooohhh yang itu hehehehe “
Sebenernya dipikir-pikir sebel juga sih, seorang ayah mengunderestimate anaknya tapi dipikir-pikir lagi bener juga sih dulu yaelah tong boro tahajud, subuh ge kudu dibanjur heula sugan supaya bangun teh~ Hahahahaha
Kabar Duka
Hari itu hari sabtu, kupandangi seiisi kelas tapi aku tak bisa menemukan dirinya. “ Kemana ya dia? Tumben ga ngabarin “ pikirku yang mulai merasa candu mendapatkan kabarnya. Tiba-tiba ada kabar dari guru bahwa Ayah dari Vania tadi pagi telah meninggal dunia. Deg. Aku gak pernah menyangka. “ Loh loh loh bukannya minggu lalu masih ketemu aku di masjid “ pikirku kebingungan, tapi yaaa umur tak pernah ada yang tahu. Manusia memang harus dan pasti akan pergi dari dunia ini.
Setelah mendapatkan kabar duka itu, kami sekelas berinisiatif meminta izin ke wali kelas untuk tak mengikuti kegiatan pramuka dan akan ngalayad ke rumah duka. Untungnya, wali kelas mengizinkannya. Kami pun sekelas berangkat setelah solat dzuhur di sekolah. Kami pun sampai di rumahnya. Para wanita langsung menghampiri dan memeluknya. Aku pun sebenarnya ingin tapi kan gaboleh. Hehehehehe. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh ketika dia sedang mengobrol dengan kawan-kawannya dan …. Gila! Aku kagum banget asli. Dia terlihat sangat tegar walaupun sedang dalam keadaan berduka. Pertama kalinya aku melihat yang seperti itu .. wanita dengan hati setegar karang, dengan wajah semanis kacang dan pipi sebesar bacang. Hahahaha. Jadi, aku hanya bisa melihatnya dari jauh saat itu sambil berharap dia akan menghampiriku sehingga aku bisa setidaknya memberikan semangat padanya. Huft .. tapi ternyata dia tetap disana dan aku tetap diam sambil sesekali dicengcengin sama teman-teman. Setelah dirasa cukup, kami semua berencana untuk pulang tapi Deyan ternyata punya ide lain. Katanya lebih baik kita berziarah dulu ke makam agar supaya bisa berdo’a langsung di sana. Kami semuapun setuju. Semua keluar dari rumahnya hendak mengambil motor. Aku menghampiri motorku, menaikinya, menyalakan kontak motorku dan mencari kawanku yang tadi berangkat denganku, Deyan. “ CAAADD URANG JEUNG SI IRVAN “ tiba-tiba Deyan berteriak karena jarak kami yang cukup jauh. “ OH TERUS URANG JEUNG SAHA ATUH? “ balasku dengan suara yang kencang juga. “ ITUUUU MANEH BARENG JEUNG NU KEUR MAKE SAPATU CAAD “ teriak Deyan sambil melaju dengan motor Irvan. “ Hah? Yang pake sepatu? Siapa? Eh .. “ pikirku sambil mencari orang yang Deyan sebutkan dan kaget karena ternyata yang pake sepatu adalah Jamil Vania. Waduuuu perasaanku campur aduk, satu sisi bahagia karena for the first time gitu akan membonceng pujaan hati whwhwh tapi di sisi lain aku sudah mulai bingung .. aduh nanti ngobrol apa ya, nanti aku harus kaya gimana ya suaranya, apakah nanti lebih baik aku tanya sama dia “ Kamu suka makan kadal ga? “ waaaah bingung. Saat Vania masih berkutat dengan sepatunya, aku yang masih diliputi kebingungan ini mengangkat kepala dan melihat … teman-temanku yang belum berangkat sedang melihatku dengan tawa di wajahnya. “ Uhuk ngebonceng siapa tuh “ kata maulina, diiringi dengan tawa anak-anak yang lain. Sepertinya mereka memang sudah tahu sejak lama kalau aku menyimpan rasa padanya. Saat mereka masih tertawa, kulihat Vania masih belum siap sehingga dengan sigap ku angkatkan dua jempolku pada teman-temanku. “ Nuhun, kalian terbaik “ aku tertawa kecil dan itu memancing tawa mereka semakin kencang sehingga Vania sadar ada yang tak beres antara aku dan teman-temanku. “ Ih ada apa kok ketawa-ketawa “ kata Vania dengan rasa penasaran. “ Engga, ayo naik “ ajak ku. She talked a lot about her father, her sadness but still .. she never blamed Allah for everything that she’s got. She knew, everything that she’s got is her destiny. She taught me a lot about Ikhlas. She was so talkative in that time and I was there just drove my bike and .. adore her.
7 Hari
7 hari setelah hari itu, Vania dan keluarganya mengadakan tahlilan. Beberapa teman kelas mulai mengajak di grup BlackBerry Messenger. Lima orang laki-laki konfirmasi bisa hadir kesana termasuk aku. Ayah dan Ibuku juga memberitahuku bahwa hari itu adalah 7 harian-nya. Aku pun berangkat bersama dengan orang tuaku kesana. Sesampainya disana ternyata teman-teman ayahku juga sudah ada disana, saat aku masuk ke rumahnya. Sial. Hawanya mulai gak enak. Teman-teman ayahku ini orangnya jahil banget. Haduuuu bismillah deh. “ Assalamualaikum “ ucapku sambil masuk ke dalam rumah Vania. “ Waalaikumsalam, aduh den Irsyad ada acara apa ya kesini ? “ ucap om andri sambil siap-siap untuk tertawa. Mereka sedang membangun set up untuk akhirnya nanti mematahkannya dengan punchline. “ Iya ini om tahlilan “ ucapku dengan jantung yang berdebar semakin kencang. “ Ehem, mau tahlilan atau mau … apel sama Vania ya ? “ Ucap om Dedi yang langsung diiringi oleh tawa semuanya. Yaaaa, aku tau ini pasti ulah ayahku yang memberi tahu hal ini pada mereka.
Aku pun duduk di tempat yang sudah disediakan, membaca surat yaasin dan sebagainya. Setelah semuanya selesai, aku dan teman-teman berencana untuk mengobrol di luar saja karena di dalam semuanya bapak-bapak & ibu-ibu juga di dalam gerah banget dikarenakan banyak sekali orang. Aku pun jalan menuju pintu dan harus melewati teman-teman ayahku. “ Mau kemana cad? Meni rusuh atuh “ ucap om Dedi memotong jalanku. “ Hehe di luar aja om mau ngobrol, disini gerah “ balasku sambil memegang bajuku tanda kegerahan. “ Ah gerah karena pengap atau gerah karena ada neng Vaniaaaa yaaaa “ ucap om Dedi dan lagi .. diiringi tawa teman-teman ayahku. Aku pun langsung saja melewati mereka karena sudah tanggung malu banget. Ah, sial malu banget.
Aku dan teman-temanku pun mengobrol di luar. Tak lama, acara tahlilan nya pun selesai. Ku lihat kedua orang tuaku keluar dari rumah. Melambaikan tangan ke arahku, tanda pamit untuk pulang duluan. “ Iyaaa nanti Irsyad pulang sama temen bu “ ucapku dengan sedikit berteriak. Saat orangtuaku hendak berjalan ke arah motornya .. Vania dan Maulina baru keluar dari rumah Vania. Tiba-tiba Ibuku memeluknya, entah berbicara apa tapi nampaknya Ibuku berusaha untuk memberikan semangat dan sedikit menghiburnya. “ Neng yang sabar ya “ ucap ibuku sambil memeluknya. “ Emmm ibu maaf, aku bukan Vania .. aku temennya “ ucap Maulina yang sedari tadi dipeluk oleh ibuku. Suasana yang harusnya haru pun menjadi penuh tawa. Semua tertawa melihat kesalahan ibuku. Ibuku pun langsung memeluk Vania, tapi sudah tak ada haru di dalamnya .. yang ada hanyalah tawa karena malu salah peluk orang. Hahahaha.
Setelah tawa yang cukup lama, ibuku melepas pelukannya. Melambaikan lagi tangannya padaku, “ Ibu pulang ya “ teriak ibuku. Belum sempat ku membalas teriakan ibuku, temanku langsung menyambar. “ BUUUU, INI IRSYAD SUKA CENAH SAMA VANIA .. KAWINKEUN BU KAWINKEUUUN “ teriak temanku sambil tertawa. “ ENYA ENGKE MUN SAKOLA NA GEUS BERES “ timpal ibuku sambil bercanda. Semua tertawa, hanya aku yang tidak. Aku? Meng-aamiin-kan do’a ibuku. Huehehehehehehehe~
PENSI
Masa-masa kelas X akan berakhir, seperti semua sekolah .. Sekolahku juga mengadakan pentas seni. Kelas kami dari jauh-jauh hari sudah banyak berlatih dan menyediakan perlengkapan yang dibutuhkan. Sebelum kita lanjut membahas pensi mari kita flashback sedikit tentang apa yang terjadi padaku dan dirinya sebelum hari itu.
Aku dan Vania yang saling cinta monyet ini nampaknya membuat hal-hal sederhana menjadi sangat rumit, rumit sekali. Kita sangatlah amateur dalam hal ini. Dulu mungkin kita menganggap masalah ini sangatlah besar tetapi sekarang kalau kita ngobrol dan membahas ini pasti kalimat “ Nahasih baheula meni kieu “ akan keluar dari mulut kami. Jadi gini, masalah yang terjadi pada kami adalah kita sepertinya sudah saling tahu perasaan kami masing-masing meski tak pernah ada kata suka terucap. Hal ini membuat kami merasakan hal yang baru dan nampaknya waktu itu kami belum siap dengan hal baru itu. Kami jadi canggung jika bertemu, padahal tiap hari bertemu. Lucu memang. Rasa canggung itu akhirnya membuat jarak pada kami, kami yang biasanya bercanda ejek-ejekan tiba-tiba tak bisa melakukannya lagi. Tiap bertemu .. hati akan menjadi deg-degan, lidah menjadi kelu. Ngoahahahaha. Akhirnya kami pun selama beberapa hari tak pernah bertegur sapa. Aneh gak sih? Aneh ya wkwk. Selama beberapa hari tak bertegur sapa itu, aku merasakan cemburu. Cemburu pada sikapnya terhadap orang lain, dimana dia bisa tetap bisa bersikap biasa dengan orang lain sedangkan denganku aduuuuh kakunya kaya orang mau presentasi proposal skripsi depan tiga dosen. Wkwkwkwk. Aku pun marah padanya, aku memutuskan tak akan mengiriminya pesan selama beberapa hari. “ Biar mati sekalian kamu dimakan rindu “ kataku setelah merencanakan hal itu. Eh tapi dasar, aku yang berucap eh aku yang kalah .. iya aku yang tak bisa komitmen pada rencanaku. Rasanya gak kuat banget anjay. Akhirnya hari ke 3 aku memutuskan untuk kembali mengiriminya pesan. Hilih cowo labil~.
Setelah cukup lama berbasa-basi di SMS, aku pun mengutarakan keresahanku.
“ Van .. aku teh sebenernya bingung. Kok sikapmu beda sih ke aku dan ke temen-temen “
“ Oh iya? Iya sih soalnya kamu gitu “
“ Lah kamu yang gitu “
Ternyata kita saling merasa gitu padahal kita tuh ga gitu~ Hahahaha
Lanjut ke pentas seni, jadi percakapan itu terjadi semalam sebelum hari-H Pensi. Pagi-paginya kelas kami melakukan penampilan di lapangan. Penampilan kami sangat memuaskan mengingat kami mempersiapkannya dari jauh-jauh hari. Drama yang kami buat sukses mengocok perut seluruh warga SMAN 1 Rancaekek. Senang rasanya tapi masih ada sesuatu yang mmengganjal. Setelah Pensi, nampaknya aku masih agak canggung. Jadi aku memutuskan untuk melewati dia saja yang dari tadi setelah pensi diam bersama teman-teman yang lain di koridor kelas. Aku berjalan melewatinya, hendak menonton Pensi yang ada di lapangan depan.
“ Cad, mau kemana? “ ucap dia memotong langkahku
“ Nonton pensi “
“ Ikut “
“ A-a-ayo “
Kami pun berjalan ke lapangan depan. Kami memilih duduk di bangku paling belakang. Melihat pentas seni yang ternyata tak lebih seru dari perasaanku saat itu. Waduuuh sebenernya kalau gak malu, aku ingin teriak-teriak waktu itu. Betapa senangnya bisa mengobrol berdua dengannya, tapi aku terpaksa harus tampak so cool karena kalau aku teriak-teriak dapat dipastikan hari esok dia tak akan mau lagi mengobrol denganku. Hoahahaha~
Kami menonton pensi cukup lama, yang berarti aku mengobrol dengannya cukup lama. Tak terasa kami sudah diam berada disana selama kurang lebih dua jam. Benar, kalau sedang jatuh cinta waktu pun terasa sekejap, dunia seakan milik berdua dan cuaca mendung saat itupun bahkan tak bisa membuatku mengeluh. Pensi selesai sekitar pukul 3 sore. Kami berjalan kembali ke kelas kita untuk mengambil kantong yang sedari tadi kita tinggal di dalam kelas. Ternyata anak-anak kelas sudah pulang duluan, hanya tersisa aku, Vania dan Willy, sahabatku. Kami bertiga mengambil kantong kita dan bergegas menuju parkiran motor tapi belum juga kami menaiki motor tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Hujan turun begitu derasnya, seakan memaksa aku dan Vania untuk tak cepat-cepat pulang dan menikmati momen-momen yang jarang terjadi ini. Kami bertigapun mengobrol sambil menunggu hujan reda. Waktu sudah menunjukan pukul setengah lima sore namun langit belum menunjukan tanda akan segera mereda. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang saja menembus hujan. Aku menaiki motorku dan Willy menaiki motornya.
“ Aku naik motor siapa ya? “ tanya Vania
“ Bebas van “ ucapku yang sebenarnya ngadu’a tarik supaya dia menaiki motorku saja
“ Oh yaudah aku naik motor Willy aja “ ucap nya
Vania menaiki motornya Willy. Willy nampaknya paham perasaanku saat tau Vania lebih memilih menaiki motornya daripada motorku. Willy menatapku, wajahnya seakan berbicara “ Hampura bro “. Aku pun menatapnya balik dan tersenyum. Kami mulai menyalakan motor kami. Baru saja kami mau berangkat eh tiba-tiba Vania turun dari motornya Willy.
“ Eh aku sama kamu aja ketang cad “ ucapnya sambil menaiki motorku
1 note · View note
egirliter · 2 years ago
Text
Saya takut di masa depan manusia ‘dipaksa’ hidup terkungkung
“I wanna live outside, live outside, live out of this…”
lirik sebuah lagu dari album baru Enter Shikari berjudul Live Outside ini benar-benar membuat saya merinding. Rou (songwriter, procuder of Enter Shikari) berhasil membuat saya paranoid dengan society kita kini.
Tak usah jauh-jauh, lihat saja anak balita kini asik dengan apa? Dulu mungkin anak-anak seusia mereka asik bermain dengan bocah lainnya, bercanda, tertawa, atau berlari-larian. Namun kini sejak kehadiran berbagai kemudahan akses informasi pula teknologi mereka terbiasa hidup dicekoki ‘papan bercahaya’. Sudah lama saya ingin menumpahkan kekecewaan saya ketika saya tanyai beberapa orang tua yang lebih mementingkan ‘kepraktisan’ menangani anak mereka dengan membelikan anka-anak mereka gadget.
Belum lagi kini muncul beberapa profesi baru yang dianggap memberikan cukup banyak uang(juga dianggap lebih menjanjikan keuntungannya). Youtuber? Instagram Celebrities? Vlogger? Tidak asing bukan dengan beberapa istilah yang saya sebutkan tadi. Lalu beberapa selebriti yang tadinya meniru ala kebaratan tidak mengekspos anak mereka ke media. Malah kini sejak dini mereka berlomba-lomba pertontonkan anak mereka ke kahalayak ramai bak pertunjukan topeng monyet.
Maaf untuk yang satu itu, saya tidak melihat perbedaan yang berarti dari orang tua yang berlomba-lomba mengabadikan anak mereka di kancah popularitas lucu si anak. Nyatanya si anak bahkan sampai dibayar oleh pemilik aplikasi tersebut setiap unggahan. Sama bukan dengan pertunjukan topeng monyet yang memperagakan ‘si monyet’ untuk berlanggak-lenggok mempertontonkan kebolehannya meniru manusia, demi urusan perut bapak pawang.
Si anak berhasil dieksploitasi dua kali, kenapa dua kali, mari kita lihat. Pertama si anak yang ‘seharusnya’ di masa bermain berhasil terarah menjadi konsumsi publik, si anak dituntut harus terlihat rupawan, lalu yang pasti harus siap sedia terlihat sebagai figur idola dimana si anak ini harus terlihat sesempurna mungkin(you know they suffer). Mungkin kalian akan bilang, “biarlah jadi selebriti juga kaya ema/bapaknya”, mempersiapkan dan mengarahkan seorang anak sejak dini tidak ada salahnya, namun memberi tanggung jawab si anak menjaga reputasi nya itu yang saya sesalkan. Berapa diantara kita yang bisa menjaga reputasi sebagai anak baik-baik sampai kini?
Ngomongin reputasi itu juga tidak lepas dari cara publik menilai, berapa banyak dari kalian yang berhasil membuat publik terkesan setiap saat? It’s nonsense if you admit it! Terus hubungan nya apa? YA psikologi si anak lah, harus berapa Marshanda lagi yang mengalami depresi berat dan jadi bahan olok-olok saat beliau menumpahkan kekesalannya pada publik?
Kedua si anak menjadi pribadi yang terfokus hanya pada eksistensinya di dunia sosial net, bayangkan berapa banyak anak yang tidak akan lagi peduli pada hal-hal konvensional? Ini diperkuat dengan munculnya anak yang dengan bangga bercita-cita sebagai youtuber. Salahkah? Si anak tidak salah, yang bertanggung jawab dengan semua kekacauan ini adalah media yang sudah di kapitalisasi dan sebuah propaganda cara berpikir(saya cukupkan ini di sini, karena akan melancong kemana-mana). Sederhananya mereka lupa berinteraksi secara langsung, mereka lupa keluar rumah bermaind dengan teman sebayanya.
Saya ambil contoh dari sepupu saya yang ngerasa paling hits itu. Setiap saat layar berpendar itu tidak bisa dipisahkan dari keseharian perempuan ini. ‘scroll’ adalah aktifitas fisik terbanyak yang dilakukan, entah berapa banyak kiriman yang sudah mendapat tanda sayang darinya. Namun ironinya, kamar nya sangat berantakan, pekerjaan rumah dikerjakan ibunya seorang diri bak pembantu, dan setiap permintaan tolong untuk membantu bersih-bersih rumah diabaikannya dengan jawaban “NG-KOSEK!”.
Adiksi pada layar benderang sudah menjadi wabah endemik yang anehnya diabaikan, namun society lebih fokus pada penangan pecandu narkoba yang semena-mena dan mengintimidasi. Kalo kita lihat dari program tayangan glorifikasi pelayan masyarakat yang hipokrit itu, mereka pun semena-mena menangani pecandu kenikmatan seks. Harapan saya negara ini segera punya komisi penanggulangan pecandu sesegera mungkin.(Amin ya Allah)
Adiksi layar benderang menyebabkan seseorang merasa hidupnya hanya berkutat pada isu-isu yang sedang booming dari Line today dan kiriman yang sedang panas-panasnya di beranda sosial media mereka. Mereka lupa mengurus diri(mandi pun malas), mencari kerja hanya dari satu grup loker lokal yang jarang update, namun yang kerennya mereka jadi lebih rajin membaca….. membaca caption dan judul gosip, berita yang sedang naik, atau informasi destinasi wisata yang lagi kondang. Lalu apa yang mereka lakukan? Beberapa yang berduit berhasi mewujudkan angan-angannya, menghabiskan tabungan yang tadinya dipergunakan untuk rencana mewujudkan masa depan tertunda demi impian sesaat.
Lalu rasa takut itu datang ketika hubungan interaksi antara generasi tua dan muda terputus oleh kemudahan teknologi. Apakah saya marah dengan mereka yang terkungkung ini? Tidak, saya yakin buakn cuma sya yg mengkhawatirkan masa depan suram generasi dini ini, maka saya yakin masih ada harapan untuk mencerahkan mereka lebih cerah dari pengaruh setan layar benderang.
Saya tidak pandai memeberi solusi(lebih baik ngaku deh), namun sudah saatnya kita sadar mengurangi penggunaan papan bercahaya untuk hal-hal yang tidak penting adalah investasi menuju masa depan yang lebih baik, karena berhasil-setidaknya-tidak membuang-buang waktu untuk hal yang tidak perlu.
Tidak ada salahnya juga membiasakan diri keluar rumah, sekedar jalan-jalan sehat. Karena hal ini tidak bisa dilakukan di negara china yang industrialis dan alamnya tidak seramah kita(syukuri itu!).
Akhir kata tulisan random-yg melenceng kemana-mana-saya cukupkan dulu, saya hanya mencoba menyalurkan pikiran saya yang rumit dan saya tidak dapat mengutarakannya sebaik yang kalian minta.
Terima kasih mau membaca sampai sini. xoxo
0 notes
kaoskakitanjungjaya · 3 years ago
Text
Sejak awal alur Wano One Piece, sudah terasa kalau konflik dengan Kaido seperti terinspirasi dari legenda Momotaro.
Mau gimana juga, ini adalah kisah dari seorang pemuda dengan nama Momo (Momonosuke di One Piece) yang berangkat melawan iblis di Onigashima. Di kisah legenda Momotaro pun pulau para oni namanya Onigashima.
Nah hingga bab 1025, peran karakter-karakter One Piece sudah mulai terlihat jelas. Ini perbandingan karakter One Piece dengan legenda Momotaro!
1. Momonosuke mewakili peran Momotaro
mangaplus.shueisha.co.jp/One Piece
Momonosuke terasa seharusnya memegang peran Momotaro di alur Wano ini.
Salah satu faktornya adalah namanya sama-sama "Momo" dengan Momotaro.
Awalnya, Momo terasa tidak bisa berbuat banyak. Tapi sekarang dia sudah dibuat jadi dewasa dengan kekuatan Shinobu.
Ini membuat Momo bisa jadi naga yang besar, tidak lagi kecil seperti sebelumnya. Tubuh manusia Momo pun bisa jadi lebih kuat dari sebelumnya.
Meski Luffy adalah tukang pukul utama, saya penasaran apakah transformasi ini akan membantu dia memberi pukulan penutup menghadapi Kaido.
Baca Juga: One Piece 1025 Perlihatkan Teknik Bertahan Keren dari Yamato
2. Luffy mewakili peran monyet
Berbagai sumber
Nama Luffy jelas-jelas Monkey D. Luffy.
Sudah begitu, di SBS One Piece volume 20 pun Oda bilang hewan yang mirip Luffy ya monyet.
Di legenda Momotaro, Momotaro melawan para oni ditemani monyet, burung pegar, dan anjing.
Uniknya, Luffy yang mewakili peran monyet justru lebih terasa sebagai tokoh utama di alur Wano ini.
Selain itu patut diperhitungkan juga kalau dulu nama samaran Luffy di Wano adalah Luffytaro. Jadi nama Momotaro seakan dibagi antara Momo dan Luffy.
3. Yamato mewakili peran anjing
mangaplus.shueisha.co.jp/One Piece
Sebenarnya, ada banyak karakter bertema anjing di alur Wano ini.
Ada Komainu yang membantu Tama. Ada pula Inuarashi yang berperan besar, mulai dari memimpin Mink, melawan Kaido, dan sekarang berduel lawan Jack.
Tapi saya rasa karakter yang paling mewakili anjing di legenda Momotaro bisa jadi adalah Yamato si pemakan Inu Inu no Mi, Model: Ooguchi no Makami.
Soalnya di bab 1025, Yamato terlibat melawan Kaido dan tampaknya bakal bisa berperan lebih besar menjatuhkan sang Yonko ketimbang Inuarashi.
4. Marco sepertinya yang mewakili peran burung pegar
cbr.com
Untuk saat ini, yang paling terasa mewakili peran burung pegar adalah Marco.
Soalnya memang dia yang memakan buah jenis Tori Tori. Dia juga cukup berperan menahan King dan Queen hingga tiba saatnya Zoro dan Sanji bisa menggantikan.
Ada juga teori kalau Zoro dan Sanji sebenarnya mewakili peran burung pegar karena mereka disebut sebagai sayap Luffy.
Mengenai siapa peran burung sejati, sepertinya akan kita saksikan jawaban finalnya begitu ada salah satu tokoh ini yang bisa naik menghadapi Kaido.
5. O-Tama mewakili peran kibi dango
funimation.com/One Piece
Di legenda Momotaro, Momo membawa kibi dango yang kemudian dia berikan ke monyet, burung pegar, dan anjing. Mereka lalu mengikutinya.
Kibi dango adalah kekuatan dari Tama.
Kalau di One Piece, kibi dango dengan sukses mengubah banyak anak buah Kaido jadi pengikut Tama yang membantu aliansi samurai.
6. Kaido dan anak buahnya adalah oni
Toei Animation/One Piece
Dengan tanduk di kepalanya, dan markasnya jelas-jelas di pulau bernama Onigashima, jelas si Kaido adalah oni bila peran karakter-karakter ini dibandingkan dengan legenda Momotaro.
Ini berarti ya harusnya Kaido sudah ditakdirkan akan kalah oleh kelompok Momotaro.
Tentu saja, kemenangan ini gak akan bisa diraih dengan mudah. Saat ini aliansi samurai dengan Topi Jerami mulai unggul, namun kalau Kaido selaku big boss belum kalah, mereka ya belum bisa dibilang memenangkan konflik ini.
Itu perbandingan karakter One Piece dengan legenda Momotaro. Gimana menurut kamu? Sampaikan di kolom komentar!
0 notes
zoyaamirin · 3 years ago
Photo
Tumblr media
#Respost @djenarmaesaayu #Repost @movreview "Setelah sukses menggarap beberapa film yang mengangkat isu sosial, seperti Mereka Bilang Saya Monyet! (2007), SAIA (2008), Nay (2015), hUSh (2016) dan If This is My Story (2018), @djenarmaesaayu kembali duduk di kursi sutradara dengan membawakan satu film pendek terbarunya berjudul TRIS. Menggaet aktor ternama seperti @officialpilarez, @christinehakimofficial, dan @cornelions, filmnya akan mengangkat tema gaslighting dan masalah kesehatan mental lainnya dalam cakupan keluarga. Reza Rahadian akan berperan sebagai Tristan, sang pemeran utama. Cornelio Sunny akan berperan sebagai Gio dan Christine Hakim tentunya akan berperan sebagai ibu mereka. Sebagai informasi, film ini menjadi film pertama yang disutradarai Djenar, namun tak ditulis oleh dirinya sendiri. Topik yang ditulis oleh @aggidilimanto ini diajukan kepada produser eksekutif @helengumanti dan @themage.id, lalu diwujudkan oleh Djenar Maesa Ayu sendiri menjadi film pendek. FYI, Gaslighting merujuk kepada salah satu bentuk penyiksaan secara psikologi (psikologis) yang terjadi dalam hubungan interpersonal, di mana penyiksa melemahkan rasa percaya diri korban dengan membuat mereka mempertanyakan ingatan, sudut pandang, atau kewarasan mereka. (dilansir dari Wikipedia) @tris_shortmovie pastinya akan tayang segera di tempat menonton favorit kita semua, belum diketahui apakah hanya tayang di Youtube atau platform streaming tertentu. Mari kita tunggu saja kehadiran filmnya yang bisa meningkatkan kesadaran kita tentang kesehatan mental. Siapa yang gak sabar melihat performa mereka semua di film pendek ini? Komen di bawah doong dan tag temanmu juga biar tahu bahwa adanya film ini yak!" #Tris #MOV_news #MOV_Tris (at Jakarta, Indonesia) https://www.instagram.com/p/CQ5cfAVhlJn/?utm_medium=tumblr
0 notes
fenanmuhammad · 4 years ago
Text
Menjadi Diri Sendiri Seperti Bagaimana Tuhan Telah Menciptakan Kita
Tumblr media
Oke, saya tergelitik untuk mengambil laptop dalam ransel dan menuliskanya. Seperti biasanya ketika ada hal menarik yang terlintas di benak, saya selalu tak sabar untuk menuangkanya dalam tulisan. Ini berangkat dari keresahan saya dan setelah melalui banyak perenungan, membaca, mendengarkan, melihat, serta mengalami sendiri berbagai proses empiris setiap episode dalam hidup. Orang banyak yang bilang, mereka ingin jadi ini, ingin jadi itu. Ada yang ingin jadi dokter, ada yang ingin jadi pilot, banker, pengusaha, PNS, atau apalah itu tanpa alasan filosofis yang mendalam. Semua itu biasanya dilandasi oleh motif ekonomi. Semata-mata hanya mengejar uang, tanpa memikirkan pertimbangan terhadap hal-hal filosofis yang lebih mendalam. Ya tidak apa-apa, saya tidak menyalahkan karena memang realitanya manusia Indonesia jaman sekarang mayoritas belum memahami tentang hal demikian. Tapi sebagai manusia yang Tuhan anugrahi kemampuan untuk berpikir secara kritis dan mendalam, saya merasa eman-eman bila diri ini bertindak dan berpikir mengikuti kebanyak arus tersebut.
Kita sebagai manusia seharusnya tidak semata mata menjadikan harta dan uang sebagai pertimbangan tertinggi dalam hidup. Kita seyogyanya tahu dan benar-benar paham tentang jati diri kita. Tuhan ini sebetulnya bikin gue buat jadi apa sih? Seharusnya kita paham tentang maksud Tuhan menciptakan kita ini mau jadi apa. Misal contohynya, Tuhan menciptakan burung, pasti ada fungsinya kan untuk ekosistem. Atau Tuhan menciptakan lebah, kan lebah fungsinya banyak ya. Untuk penyerbukan bunga, menghasilkan madu dan wax yang bermanfaat. Nah manusia Indonesia jaman sekarang kebanyakan tidak tahu dia itu diciptakan sebagai apa, dan fungsinya apa. Padahal kan tiap individu ini memiliki keunikan masing-masing. Tipa orang itu beda-beda. Privilegenya beda-beda, bakatnya pun beda-beda. Tapi sekarang manusia tidak tahu bakat, potensi, keunikan, dan privilege yang telah diberikan oleh Tuhan untuknya sebenarnya apa. Mereka jarang berpikir demikian dan hanya mengikuti arus mayoritas saja.
Alhasil ketika dewasa mereka hanya bekerja mencari uang. Dan kemudian merasa jenuh dan bosan hingga burnout akibat pekerjaanya. Itu karena mereka salah server. Salah sarver antara bakatnya dan pekerjaanya gak nyambung. Ya konslet lah. Hal ini diatasi dengan liburan dan refreshing untuk mengurai kepenatan yang mereka buat sendiri.
Tuhan kan sudah menciptakan kita di dunia dengan bekal berupa privilege dimana masing-masing orang beda dan memiliki keunikan tersendiri. Privilege ini bisa keluarga yang kaya, bisnis orang tua, circle yang bagus, atau bakat seni maupun IQ yang tinggi. Tapi jangan salah, privilege tidak hanya yang terlihat positif saja. Yang mungkin terlihat negatif pun bisa jadi merupakan privilege yang luar biasa. Misalnya lahir di keluarga sandwich generation, keluarga miskin di desa, wajah pas pasan, dan IQ pas pasan. Kelihatanya kurang baik bukan? Tapi bisa saja disamping dia memiliki privilege demikian, Tuhan mendampinginya dengan menitipkan previlege lain berupa sikap kerja keras, ulet, pantang menyerah, circle kekeluargaan yang bagus, bakat di bidang seni, ESQ yang sangat baik, rasa percaya diri hingga banyak hal lain. Saya berkali-kali berjumpa dengan orang sukses yang latar belakang masa kecilnya “terlihat kurang bagus” tapi mereka bisa memanfaatkan sisi lain dari privilegenya dan sukses dengan itu.
Maka jangan banding-bandingkan dirimu dengan orang lain. Karena potensinya beda, privilege nya beda, bakatnya beda, keunikanya beda. Temukanlah jatidirimu sendiri. Temukanlah keunikan, bakat, kekurangan, dan kelebihanmu sendiri sebagaimana yang telah Tuhan ciptakan. Karena ikan sangat pandai untuk berenang tapi sangat bodoh untuk memanjat. Suruhlah juga monyet untuk berenang, maka ia juga akan terlihat bodoh. Ikan akan terlihat bodoh untuk memanjat dan monyet juga bodoh untuk berenang. Suruhlah ikan untuk berenang dan monyet untuk memanjat, maka mereka akan menunjukkan kehebatannya masing-masing. Begitulah manusia, ada kelebihan, bakat, keunikan masing-masing di bidangnya dan juga memiliki kekurangan pada sisi lain. Sukseslah sesuai bakat, potensi, dan keunikan diri sendiri, dan berbahagialah dengan itu.
.
Sendangadi, Sleman Yogyakarta
7/02/2021
0 notes
uratkadal · 7 years ago
Text
“This is about you”
Part four (004)
Kambing hitam__
Suatu ketika pernah ada orang datang padaku dan bertanya. “Kakak kenapa? Sepertinya bahagia sekali hari ini?” aku pegang kepala anak itu dan menjawab. “Lihatlah wanita yang berdiri disana!” diapun melihat kearah yang kutunjuk lalu mengerutkan dahi “hah!! Wanita jelek yang itu kak?” diapun pergi begitu saja. Apa kalian masih sama sepikiran dengan anak kecil itu? Cinta bukanlah hal yang dapat kalian nikmati hanya karena postur tubuh besarnya toket dan kecantikannya. But love is can’t explain with everything.
Kita kalang kabut lari kocar kacir bisa gue lihat si peler onta tekencing dicelana disana. Trus si hidung besar lari gak tahu arah tabrak sana tabrak sini. Hahaa sementara gue? Gue lari alakadarnya aja sambil megang erat tangan Erna sambil sesekali mata gue dan matanya saling pandang trus lepas dan pandang lagi. Gue tahu yang dia pikirkan apa “ni cwok tampan dan sangat menggoda ihhh saya suka saya suka” gue sama Erna berjalan sesekali. Karena kita udah lihat Tukang patroli sekolah udah gak ngejar.
“Kamu tahu kalo disekolah kita setiap siangnya ada patroli ngamanin yang beginian??”
Lah kamfrett gue nanya gitu dia cuma manggut-manggut doang. Lah ya gusti agung Ernaaa kenapa gak bilang dari awal coba. Gue udah keringatan eui.!
“Truss kenapa gak bilang tadi? Biar kita pulang aja.?”
“Bilang apaan aku gak bisa ngomong dekat sama cowok. Suka grogi.”
“Hadehh lah ini lo ngomong. Udah ilang groginya gara-gara kita lari-larian?”
“Emmm ehehee”
Emang lagi-lagi apes gue kalau ketemu ni cewe. Dan gue harus terima itu. Biar gimanapun berlari sambil megang tangan cewe ini adalah pertama kalinya buat gue. Dan sampai sekarang tangannya masih gue pegang.
“Gatel ihh badanku fir. Gara-gara nyamuk.” dengan tingkahnya yang lucu unyu-unyu dia berkata seperti itu. Bikin gue makin gemesz lihatnya.
“Yaa digaruk lah Erna!!”
“Gimana caranya?”
“Lah, kamu ini pinter banget sih. Garuk aja gak bisa. Mau aku ajarin gimana cara garuk-garuk ala monyet? Ni gini nihh”
“Gimana garuknya toh tanganku kamu pegang”
Duarr meledaklah gue disitu karena gak tahu lagi harus berbuat apa saking malunya. Kalau gue lepas tangannya terus minta maaf. Itu udah basi dan gak gantle. Jadiii…
“Ehehee maaf yah aku pegang tangan kamu soalnya takut kamu jatuh. Kan kita tadi lari.”
“Truss apa sekarang kita lagi lari?”
Dasar taiik. Gue kena lagi. Gak bisa ngeles sementara tangan dia tetap gak gue lepas.
“Ya sudah aku aja yang garukin. Dimana yang gatel?”
“Emm mmm jang..”
Belum sempat dia merampung kata-katanya sudah gue pegang pipinya. Dia menatap dalam ke arah gue. Seperti melarang namun sudah terjadi. Dia cuma grasak-grusuk karena gatal dan geli karena sesekali gue kelitikin lehernya.
“Ihh kamu apaan sih geli taoo”
Gue cuma cengengesan sambil terus pegang-pegang pipinya dan gue cubit sesekali pipi tembemnya.
“Kamu curi-curi kesempatan yaa?”
“Nyuri itu haram. Jadi aku minta aja. Aku minta yaa Ka Erna”
“Dasar kamu ih. Oh yaa temen kamu tadi mana?”
Masha Allah gue baru ingat. Sekarang udah pukul 14:14. Gue ditinggal go home oleh mereka. Artinya gue bakal pulang sendirian ini. Nasib nasib..
“Mungkin sudah pulang. Kan udah jam 2 lewat ini”
.
===
.
Setelah puas dengan apa yang terjadi siang itu kamipun mengakhirinya dengan pulang kerumah masing-masing. Erna ke arah barat dan gue ke arah timur.
Tak lupa sebelum gue mengayuh sepeda meminta maaf padanya atas tragedi kamfret barusan.
Selang 10 menit kemudian gue baru sampai area rumah gue dengan khas bau tai kambing tai sapi itu. Ini kalo jadi iklan produk bakalan mantap. Namanya tiktak rasa tai sapi panggang haahahaa. Biasanya 5-7 menit gue sampai. Tapi karena capek jadi gue pelan aja ngayuh sepedanya. Dari kejauhan sini sudah kelihatan dua kambing hitam disana.
“Woii kambing! Tega lu ninggalin gue. Gue di uber-uber sama guru tadi sampe ngumpet dibelakang rumah bule kantin”
“Bhahahakk SOKORR!! lagian siapa yg tega kamfret? Lu tuh yg tega. Gara-gara ada cewe jadi lupa sama kita berdua”
“Sorry bung, tadi gue kepepet. Gue khilaf. Btw mau kemana lu pada?”
“Biasa nongkrong di post RT sambil maenin anak kambing.”
“Ahhh apaan main anak kambing. Paling-paling lu maling gu anak kambing. Sekalian aja emaknya lu embat.!”
“Yeee jangan ngomong yang egak-egak lu! Cepet mau ikut gak?”
“Gue belum ganti baju ama ngasih peliaraan gue nih. Nanti sore aja gue join.”
“Owalah ngomonglu. Emang lu punya peliaraan?”
“Nih, denger peliaraan gue udah demo minta makan.”
“Bangsatt itu cacing kermi PELERR!!!! Dasar cacingan”
Gue ngakak puas sambil ngayuh sepeda dengan kecepatan penuh 100km/jam. Gue gak dengar lagi kata-kata biadab temen gue barusan..
Sampai dirumah gue langsung rebah dan ambil ponsel. Sudah ada 5 pesan yang masuk di ponsel. Gue pikir gue adalah orang penting. Makanya sampai dikirim pesan sebanyak itu oleh orang yang sama “OPERATOR”.
Tanpa gue read langsung gue hapus karena isinya gue pasti tahu. Peringatan bahwa kartu gue masa tenggang sama pulsa yang udah sakaratul maut.
.
===
.
16:45..
“DAN COBA KAU TANYA SELURUH ALAM. APA YANG KAU TANYA KAN KU LAKUKAN” Ponsel gue teriak dengan lagu dari band hijau daun keras banget volumennya full. Gue langsung kaget untung gak stroke.
“Hallo, dengan siapa dimana ya? Passwordnya jangan lupa.”
“Password password mata lo soek. Dimana lu nyet? Ikut gak kita mau maen bola nih.”
“Kagak sob. Gue lagi kerja bantuin bapak gue nih nyukurin jembutnya.”
“Bhahahak dasar anjing lo kamfret!! Itu liur basi lo ngalir. Gue tau lo tidur jam segini. Udah yok ah join nyari keringat.! Kita tunggu di lapangan biasa.”
Gue langsung ganti baju dan minum air putih langsung go otw lapangan belakang gereja tempat biasa gue main petak umpet, lempar sendal sama ini main bola. Sampai dilapangan gue langsung masuk dan gabung tanpa banyak bacot. Setelah bola gue dapat, gue gocek sendirian sebelum kemudian gue shoot dan bolanya masuk parit..
Air paritnya muncrat dan kena baju seseorang yang melintas disana.
“Astaga! Gue kek kenal tu orang. Cewek! Toketnya kempes! Kaki nya kek kaki burung onta… Ya Tuhan Tariii..!!!!”
..bersambung#
9 notes · View notes