Tumgik
#meninggal karena corona di sumenep
sinergimadura · 4 years
Link
0 notes
d-dpuspitasari · 4 years
Text
Corona change my life
Yap, virus ini pertama dari Wuhan, China di bulan Desember dan booming bulan januari ke februari. Belom sampe Indonesia pas itu, baru bulan maret gitu ada yg terkontaminasi dan sampe sekarang sudah ribuan kasus dan dua ratusan yang meninggal. Beberapa zona merah dan kuning di jatim, kodarullah sumenep dan sampang masih biru. Indonesia awalnya meremehkan, pas ada berita ada yg terinfeksi, panic buying dimana-mana, masker medis ditimbun, handsanitizer sulitnya minta ampun ditemukan di indomaret. Semuanya kacau, orang-orang pada takut keluar rumah. WHO mengeluarkan informasi bahwa masker kain juga bisa meminimalisir terinfeksi meski hanya </> 70%. Social distancing adalah istilah awal, namun diubah menjadi physical distancing, karena lewat hp masih bisa bersosial asyik. Pemberlakuan mengantre, duduk, bicara sejauh 1-2 meter, tak ada jabat tangan dan diganti salam namaste. Benar-benar tak boleh ada kontak fisik dengan orang lain kecuali yang se rumah dan bukan odp apalagi pdp. Sekolah, warung, mall, kereta, bus, apapun yg berlabel 'umum' menjadi sepi. Abang bakso, mie ayam, sate, petugas kebersihan, guru, pns selain polisi, militer, dokter, perawat, ahli gizi, dan petugas medis lain wajib beribadah dan kerja dari rumah atau work from home. Semua mahasiswa bersuara agar UKT dipotong setidaknya 50% atau dialokasikan untuk paket kuota karena mereka harus belajar online sementara orang tua tak ada pemasukan. Bagaimana tidak, wabah ini memang memacetkan dunia pendidikan, sedangkan untuk mahasiswa, kegiatan kuliah baru saja dimulai di bulan februari.
Untuk daerah zona merah, solat tidak boleh di masjid, jumatan pun begitu. Herannya, beberapa orang yang ngeyel yang keluar rumah dan mudik ke kampung halaman padahal sudah diperingatkan lebih baik jangan. Mungkin mereka tidak punya pilihan lain, selain tidak ada uang, hidup jauh dari keluarga untuk beberapa bulan ke depan (katanya sampe mei) juga berarti tidak berpuasa dan berlebaran bareng merupakan hal yang berat bagi beberapa orang. Namun, mereka juga membawa boomerang untuk orang kampung halaman. Kawatir. Sedih. Frustasi. Bosan. Rencana berantakan. Semuanya menjadi pengangguran dalam sekejap.
Pemerintah sudah melakukan yang terbaik, namun aku tak tau skala 'terbaik' mereka sejauh mana. Jadi, warga sipil hanya bisa selalu mendengarkan berita jumlah kasus, odp, pdp, confirm dan meninggal. Menyesakkan? Sangat. Sementara di Wuhan, kondisi mulai stabil dan mereka diperbolehkan melakukan aktivitas luar lagi. Sperti tak ada jera, sumber pertama virus ini, pasar Wuhan. Dibuka kembali, menjual hewan liar lagi. Sungguh. Tak bisa berkata apa-apa.
Semoga semua kembali normal, aku ingin segera melanjutkan apa yang harus kulakukan. Percayakah? Ghirah ini sudah hampir tidak ada untuk meneruskan S2. Mendengarkan keuangan ayah yang sebentar lagi pensiun, sedangkan Rio juga harus kuliah (alhamdulillah dia diterima di polinema, UKTnya 5juta per semester), karen itu aku memikirkan ulang, apakah aku benar ingin kuliah pascasarjana. Apakah aku tidak akan mengecewakan ayah mama yang sudah mengeluarkan uang untukku. Sementara LPDP, mengapa aku sangat minder untuk itu. Sebegitu tak percaya dirinya kah kau Dep? Entahlah.
What am I?
0 notes