#mendidik peradaban pendidikan
Explore tagged Tumblr posts
Text
Cerdas Tidak Cukup
Sudah sering kita dengar bahwa orang tua (terlebih ibu) adalah madrasah pertama bagi anak. Dengan dalih itu juga, banyak yg menganggap bahwa orang tua selayaknya memiliki kecerdasan dan menempuh jenjang pendidikan hingga level tertinggi sebagai bekal mendidik anak. Sayangnya, kampanye itu berhenti sampai dua hal ini : cerdas dan berpendidikan tinggi.
Padahal, betapa banyak orang tua yang cerdas dan berpendidikan tinggi, tetapi qadarullah sang anak justru menunjukkan sifat sebaliknya. Di sisi lain, banyak juga ulama dan tokoh besar peradaban yang hadir dari orang tua yang secara kecerdasan dan tingkat pendidikan biasa saja.
Selain tentu sangat berhubungan dgn ketetapan Allah (baca : diluar kuasa manusia), mengandalkan kecerdasan dan pendidikan tinggi dalam menjalani peran sebagai orang tua tidaklah cukup. Terlebih kecerdasan memang bukan faktor penentu keberhasilan pendidikan.
Keduanya perlu dilengkapi dgn kesungguhan u/ hanya mencari nafkah halal thayyiban, menggumuli amal shaleh dan akhlak mulia, serta "tirakat" sepanjang hayat. Terlebih seorang anak memang cenderung akan mengikuti apa yang ia lihat dalam keseharian, dibandingkan pelajaran yang orang tua sampaikan.
Pertanyaannya: apakah pendidikan (bahkan di level tertinggi) hari ini mampu menghadirkan lulusan yg memiliki kriteria di atas?
Wallahua'lam.
23 notes
·
View notes
Text
Pentingnya Pendidikan
Disclaimer dulu. Tulisan ini bukan dari ahlinya. Juga bukan ingin menggurui atau menasehati. Sepenuhnya hanya ingin mengurai benang kusut di kepala.
Jadi, beberapa waktu lalu sering berseliweran di media sosial pembahasan tentang pendidikan terutama bagi perempuan. Banyak yang menyatakan pendidikan itu penting bagi perempuan sebab dialah tonggak peradaban yang akan melahirkan dan mendidik pemimpin dan pembawa perubahan.
Ya, aku setuju. Amanah berat yang dipikul perempuan membuat kami, pemilik tanggung jawab itu, jadi harus punya kesiapan.
Banyak juga yang berpendapat pentingnya pendidikan secara umum (bagi perempuan dan laki-laki) adalah agar menjadi jalan meniti karir atau pekerjaan yang lebih baik. Aku setuju.
Pro dan kontra dari pernyataan itu tentu ada. Banyak. Aku tidak akan menceritakannya di sini. Hanya saja yang akhirnya mengganggu pikiranku adalah kenyataan bahwa tidak semua perempuan mendapat amanah menjadi ibu, bukan? Banyak yang menjadi lulusan terbaik akhirnya tidak bekerja di bidang serupa, bukan?
Lantas, sebenarnya kenapa pendidikan itu penting?
Di titik ini aku kemudian ingat nasehat Ustaz Adi Hidayat. Pendidikan itu penting agar kita berilmu, dan dengan berilmu kita bisa beribadah dengan lebih baik.
Ibadah di sini bukan sebatas pada ibadah ritual tetapi juga dalam kehidupan sosial. Berumahtangga, mendidik anak, bekerja yang diniatkan untuk ibadah, semua butuh ilmu. Jika kita tidak mengenyam pendidikan, lalu dari mana kita akan belajar?
Jika tidak belajar, bagaimana kita akan bisa beribadah dengan maksimal? Ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan tuntunan.
Akhirnya aku sadar, pendidikan bukan untuk memperkaya diri tetapi membuat kita lebih menghambakan diri, kepada Allah pemilik ilmu di langit dan bumi.
13 notes
·
View notes
Text
Perempuan Tanpa Mahkota
Mahkota Perempuan itu tidak terletak di kepala yang menjadi Sumber gagasan, kecerdasaan, dan kecemerlangannya berpikir.
Tidak pula terletak pada pundak, yang seluruh beban harus di tangggung, pundak yang semakin hari semakin berat dengan beban-beban hidup.
Tidak pula terletak pada tangan lembut yang selalu membantu atau bahkan tangan yang selalu bekerja keras untuk bertahan dengan kerasnya dunia.
Tidak pula terletah di kaki jenjang yang selalu melangkah dengan lemah menjemput asa masa depan.
Mahkota Perempuan itu terletak pada rasa MALU.
Kecerdasaannya di peroleh dari pendidikan formal dan non formal. Lemah lembutnya Perempuan di dapat dari rasa welas asih yang lebih dominan di dalam otaknya. Pundak kuat dan kaki jenjang lugasnya dalam melangkah terbentuk oleh keadaan. Tapi rasa MALU perempuan terlihat dari sikap dan tindakannya.
Jangan jatuhkan Mahkota kalian wahai perempuan. Jadilah terdidik untuk mendidik, Jadi lah Wanita yang punya rasa Malu diakhir jaman ini.
Rasa Malu saat nilai diri kita direndahkan, bukan malah kalian yang membawa nilai itu turun jatuh ke dasaran, tindakan yang tidak mencerminkan norma Masyarakat, pakaian kalian yang terlihat ketat, mulut kalian yang tidak bisa dijaga, tingkah laku kalian yang layaknya manusia tak beradab adalah salah satu penyebab kenapa MAHKOTA kalian sering dilecehkan.
Berteriak Kesetaraan gender, berteriak Emansipasi wanita, berteriak Mahluk yang paling indah, berteriak Mahluk yang harus dilindungi dan di sayang, meminta di prioritaskan, tetapi kalian lah yang menjatuhkan Harga kalian kedasaran.
Semoga akan lebih banyak wanita paham bahwa harga diri mereka terletak pada rasa MALU nya.
PS : Tulisan ini saya buat karena saya Perempuan dan Tulisan ini lahir karena keresahan tentang hancurnya sumber peradaban kedepan jika sosok yang menjadi peradaban itu sendiri menghancurkan dirinya. Untuk Kita semua yang mengaku perempuan jangan berhenti bertumbuh, jangan berhenti belajar, jangan takut untuk Berpendidikan tinggi, karena disitulah wadah untuk mengisi kepala kita agar tetap berfikir sehat.
_SALAM SAYANG_
Minggu Dini Hari 02.26 WIB 13/08/2023
11 notes
·
View notes
Text
Menjadi Pembangun Peradaban
Aku pernah ngobrol dengan seorang ustadzah di tempat aku belajar, beliau bercerita bahwa anak beliau semuanya homeschooling, lebih tepatnya dia yang mengajar langsung anak-anaknya di rumah. Mulai dari tahfidz, tadabbur qur’an, dan hal-hal dasar pengetahuan umum. Anaknya sempat dimasukkan ke sekolah dasar ke tingkat kelas 3 di dekat rumah, tetapi karena terbiasa menghafal qur’an, hadist, dan ilmu Al-Qur’an lainnya, anak tersebut kurang nyaman dan tetap lebih memilih untuk belajar dari rumah bersama ibunya.
Selain itu, begitu juga dengan salah satu ummi yang aku kenal disebuah pengajian. Anaknya diajarkan mulai dari rumah, dan beliau sendiri yang mendidiknya. Kata beliau, ia khawatir anaknya terpengaruh dengan pergaulan anak-anak sekarang yang kurang baik. Bukan berarti dia tidak mengizinkan anaknya bersosial, tetapi memilih pertemanan terbaik untuk anaknya. Salah satunya adalah ia sering mengajak anaknya pengajian atau berdakwah.
Mbak Dewi Nur Aisyah. Kalian tahu dia? Beliau adalah perempuan masa kini yang menjadi role model bagiku. Salah satunya aku pernah membaca tulisan beliau tentang mendidik anak pertamanya, belum lagi ia sembari kuliah, dan juga ada tanggungjawabnya sebagai seorang istri. MasyaAllah.
Setelah aku perhatikan dan mendengarkan berbagai kisah orang-orang, ternyata pendidikan anak itu emang sangat penting dimulai dari ibunya. Ya benar, ibu adalah madrasatul ula yakni sekolah pertama bagi anak-anaknya. Disamping dari homeschooling atau tidaknya, menurutku ya tetap saja pendidikan dari orang tua lah yang utama. Tidak ujuk langsung diserahkan seluruhnya menjadi tanggungjawab sekolah. Anak nakal, yang disalahkan adalah guru. Anak tidak paham pelajaran, yang disalahkan adalah kurikulum sekolah, dan sebagainya. Bukan begitu.
Kita semua adalah calon orang tua. Mungkin kita punya prinsip atau cara berbeda-beda bagaimana mendidik anak nanti.
Kita semua akan menjadi pembangun peradaban nantinya.
Sekarang pilihan kita adalah, ingin membangun peradaban yang bagaimana ?
4 notes
·
View notes
Text
Perempuan tapi bukan Perempuan
Belakangan, kita sering mendapati fenomena-fenomena masyarakat yang seakan hidup hanya untuk mencari kesenangan, popularitas, ngikut trend, hidup mewah, kecantikan, ketampanan, teman gaul, percintaan, dan hal duniawi lainnya.
Jujur, fenomena yang paling banyak saya jumpai baik di dunia maya maupun dunia nyata yaitu pada masalah hati dan rupa yang hanya menyisakan sesak teramat.
Masalah hati disini yakni masalah galau, cinta, nikah, cinta dalam diam, hubungan tanpa status, kakak adek-an, komitmen dan segudang masalah lainnya, sedangkan masalah rupa tentunya berpacu pada keinginan agar fisik atau tampang memenuhi standar kecantikan massal demi eksistensi dan pengakuan sekitar. Mirisnya kedua hal ini paling sering digaungkan oleh makhluk yang jenisnya perempuan.
Mengapa miris? Karena seolah-olah hidup ini hanya tentang masalah percintaan dan kecantikan fisik saja.
Pertanyaannya, mau sampai kapan kita berputar-putar di ranah itu? Apakah hidup hanya bermakna sebatas percintaan dan pola rupa?
Salah satu cara untuk mengetahui level seseorang yaitu melihat dari apa yang ia bicarakan, jika perempuan hanya terus-terusan berbicara soal cinta, galau, sedih, putus otomatis levelnya hanya sampai disitu saja, berbeda dengan perempuan yang berbicara tentang peradaban, perubahan, pergerakan, pendidikan, kemanusiaan.
Perempuan-perempuan inilah yang telah selesai dengan perkara dirinya. Dimana perkara keummatan lebih besar dalam dirinya dibanding masalah remeh temeh yang sifatnya kesenangan pribadi. Bagaimana bisa kita menyelesaikan masalah peradaban jika masalah diri sendiri saja belum selesai?
Masyarakat kian kehilangan gambaran akan peran besar seorang perempuan dalam merangkai kesuksesan dan kemajuan kolektif masyarakat dan peradabannya. Alhasil peran sejati seorang perempuan yang begitu mulia bahkan hanya dianggap remeh dan biasa saja.
Padahal Sang Khalik menciptakan perempuan dengan kodrat sebagai perantara lahirnya manusia di bumi, bukan hanya melahirkan tetapi mendidik juga, sungguh tugas yang tidak ringan. Namun malah disepelekan oleh kebanyakan perempuan karena tidak mengetahui hakikat sebenarnya dia diciptakan.
“Al-Ummu madrasatul ula, iza adadtaha adadta syaban thayyibal araq”.
Artinya: Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.
Bagaimana bisa lahir generasi berkualitas, cemerlang, cahaya peradaban dan nyala bagi semesta jika madrasahnya tidak berkualitas? Bagaimana bisa lahir generasi peduli ummat jika madrasahnya saja minim akan kesadaran kemanusiaan, pendidikan, perubahan dan pergerakan.
Mendidik anak disini tidak diartikan perempuan harus terus dirumah menjaga anak, tidak bekerja dan lain sebagainya. Tetapi mengasuh dan mendidik anak diartikan sebagai wajibnya perhatian kepada anak harus tercurah.
Perempuan boleh memilih kesempatan bekerja asalkan pekerjaan itu di 'butuh' kan. Dibutuhkan untuk dirinya atau pekerjaan itu yang menbutuhkan kehadirannya. Dan tentu disini perempuan tetap harus memelihara kehormatan, jangan sampai dia membuat pelanggaran atas agama dan budaya.
Jangan sampai peradaban yang semakin maju membuat perempuan terlelap akan hingar-bingar kesenangan.
Sebuah pesan dan harapan, bahwa ada yang mesti segera kita benahi dan sadari perannya sebelum nanti semakin 'diwarnai' oleh tangan-tangan yang tidak sedikitpun menginginkan kebaikan pada bangkit dan sadarnya perempuan atas kiprahnya.
Bila benar pesan ini dimaknai, pastilah kita tidak rela waktu dan usia kita habis terbuang oleh sesuatu yang bahkan tidak lebih bernilai ketimbang apa yang telah Allah jaminkan ke hamba-Nya.
--------------------
Kutipan dari senior LISAN;
Selama lelaki masih memandang rendah perempuan,
Selama perempuan masih nyaman bersolek,
Selama perempuan masih takut kulitnya tersengat matahari,
Maka selama itu pula kampus akan tetap dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Kita merindukan perempuan yang tidak hanya berkawan dengan cermin, gincu, dan bedak.
Kita merindukan perempuan yang tidak hanya berbicara tentang gosip dan perasaan.
Kita menantikan perempuan yang berani berbicara tentang perubahan dan perlawanan,
Kita menantikan perempuan yang berani mengambil peran sebagai tiang dalam gerakan (@fauzimaddukkelleng)
------------------
13 notes
·
View notes
Text
STKIP PGRI Nganjuk: Membangun Generasi Pendidik yang Unggul
Pendidikan adalah salah satu pilar penting dalam membangun peradaban. Dalam konteks ini, STKIP PGRI Nganjuk muncul sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi yang berkomitmen untuk mencetak generasi pendidik yang unggul dan berkualitas. Terletak di Jalan AR Saleh No 21, Kelurahan Kauman, Kecamatan/Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, kampus ini tidak hanya memiliki sejarah panjang, tetapi juga visi yang jelas dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
Visi dan Misi
Visi STKIP PGRI Nganjuk adalah unggul dalam pengembangan sekolah tinggi untuk menghasilkan lulusan yang terampil dalam mendidik, profesional, dan berkarakter. Untuk mencapai visi ini, kampus ini berusaha untuk memberikan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga membentuk karakter dan etika para mahasiswa. Dengan demikian, lulusan dari STKIP PGRI Nganjuk diharapkan mampu menjadi pendidik yang tidak hanya cakap, tetapi juga memiliki integritas yang tinggi.
Program Studi yang Menawarkan Kualitas
STKIP PGRI Nganjuk menawarkan lima program studi (prodi) jenjang sarjana strata satu (S-1), yaitu:
· S-1 PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan)
· S-1 Pendidikan Ekonomi
· S-1 Pendidikan Matematika
· S-1 Pendidikan Bahasa Inggris
· S-1 Pendidikan IPA
Setiap prodi dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di era modern. Dengan kurikulum yang selalu diperbarui dan relevan, mahasiswa akan memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan pasar kerja.
Fasilitas Pendukung Perkuliahan yang Lengkap
Salah satu keunggulan STKIP PGRI Nganjuk adalah fasilitas pendukung perkuliahan yang lengkap. Ruang kelas yang nyaman, laboratorium yang memadai, serta perpustakaan dengan koleksi buku dan referensi yang lengkap merupakan beberapa contoh fasilitas yang disediakan untuk mendukung proses belajar mengajar. Selain itu, adanya ruang diskusi dan ruang praktik juga memungkinkan mahasiswa untuk melakukan berbagai aktivitas yang bermanfaat dalam pembelajaran.
Lokasi Strategis dan Mudah Diakses
Kampus ini terletak di pusat kota, menjadikannya mudah diakses dari berbagai penjuru. Lokasi yang strategis ini sangat menguntungkan bagi mahasiswa yang ingin menjalani kehidupan kampus yang dinamis tanpa terbebani oleh masalah transportasi. Kehadiran fasilitas umum yang mendukung juga menjadi nilai tambah tersendiri bagi para mahasiswa.
Beasiswa KIP untuk Mahasiswa Berprestasi
Memastikan pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan adalah salah satu komitmen STKIP PGRI Nganjuk. Oleh karena itu, kampus ini menyediakan beasiswa KIP (Kartu Indonesia Pintar) yang diperuntukkan bagi mahasiswa berprestasi namun memiliki keterbatasan finansial. Dengan adanya beasiswa ini, lebih banyak siswa dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa khawatir tentang biaya.
Aktivitas Mahasiswa yang Beragam
Di STKIP PGRI Nganjuk, mahasiswa didorong untuk terlibat dalam berbagai aktivitas yang dapat mendukung pengembangan diri. Terdapat banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menawarkan berbagai kegiatan, mulai dari seni, olahraga, hingga kepemimpinan. Program-program seperti seminar dan workshop juga rutin diadakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di luar kurikulum formal.
Pojok Statistik: Akses Data yang Terpercaya
STKIP PGRI Nganjuk memiliki Pojok Statistik yang merupakan hasil kerja sama dengan BPS Nganjuk. Fasilitas ini memungkinkan mahasiswa dan masyarakat untuk mengakses data statistik yang dibutuhkan dalam berbagai penelitian. Dengan adanya Pojok Statistik, mahasiswa dapat memperdalam analisis data dan meningkatkan kualitas penelitian yang dilakukan.
Komitmen Terhadap Tri Dharma Perguruan Tinggi
Sebagai lembaga pendidikan tinggi, STKIP PGRI Nganjuk mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Melalui pengabdian masyarakat, mahasiswa secara periodik dikirim untuk terjun langsung ke masyarakat, memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi. Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga menjadi pengalaman berharga bagi mahasiswa.
Peluang Karir yang Menjanjikan
Lulusan dari STKIP PGRI Nganjuk memiliki prospek karir yang cerah. Sebagai lembaga yang fokus pada pendidikan, kampus ini mencetak guru-guru yang siap untuk mengisi posisi di berbagai jenjang pendidikan. Lulusan tidak hanya dapat berkarir di sekolah-sekolah negeri dan swasta, tetapi juga memiliki peluang untuk terjun ke dunia pendidikan non-formal, lembaga pemerintahan, atau bahkan menjadi konsultan pendidikan.
Penelitian yang Berkualitas dan Berdampak
Di STKIP PGRI Nganjuk, penelitian tidak hanya menjadi kegiatan sampingan, tetapi merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Mahasiswa didorong untuk melakukan penelitian yang bermutu, yang dapat berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Hasil-hasil penelitian ini sering kali dipublikasikan dan diseminasi kepada masyarakat, memberikan dampak positif yang lebih luas.
Keterlibatan dalam Masyarakat
Keterlibatan dalam masyarakat merupakan salah satu nilai yang dijunjung tinggi di STKIP PGRI Nganjuk. Mahasiswa diajak untuk aktif dalam kegiatan sosial, seperti bakti sosial dan program-program pemberdayaan masyarakat. Dengan berkontribusi kepada masyarakat, mahasiswa tidak hanya belajar untuk menjadi pendidik yang baik, tetapi juga mengembangkan rasa empati dan kepedulian sosial.
Kesimpulan
STKIP PGRI Nganjuk merupakan lembaga pendidikan yang memiliki komitmen tinggi dalam membangun generasi pendidik yang unggul. Dengan berbagai program studi yang berkualitas, fasilitas pendukung yang lengkap, dan komitmen terhadap pengabdian masyarakat, kampus ini siap mencetak pendidik-pendidik yang profesional dan berkarakter. Bagi calon mahasiswa yang memiliki cita-cita untuk menjadi pendidik, STKIP PGRI Nganjuk adalah pilihan yang tepat untuk menggapai masa depan yang gemilang.
0 notes
Text
Menko PM sebut pesantren harus jadi pionir pendidikan antikekerasan
Oleh sebab itu, Hari Santri Nasional harus dikukuhkan juga sebagai hari antikekerasan terhadap apa pun
Jakarta (ANTARA) -Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar menyebut bahwa pesantren harus menjadi pionir atau pelopor pendidikan yang mengedepankan antikekerasan kepada peserta didik, sehingga pembangunan peradaban yang mencerdaskan bisa terwujud.Ia membeberkan, para ulama dan pemimpin pesantren terdahulu telah memberikan segalanya untuk bangsa negara, khususnya dalam mendidik anak bangsa menjadi pemimpin Indonesia, sehingga tauladan yang ditunjukkan oleh para pendahulu harus menjadi contoh untuk membangun pendidikan ke depan.
"Hari ini terjadi yang namanya ancaman darurat kekerasan di lembaga pendidikan, semua harus jujur mengakui, bukan hanya pesantren tetapi semua pendidikan yang berbasis asrama, pendidikan umum berbasis agama semua mengalami darurat kekerasan jadi semua harus menghadapinya," kata Muhaimin usai menghadiri peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2024 di Pondok Pesantren (Ponpes) Mahasina Darul Quran Wal Hadits, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa pagi.
Lebih lanjut dia membeberkan, semua pihak harus bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan itu khususnya pesantren.
Sebab, kekerasan terhadap perempuan, anak, seksual, dan sosial sangat merugikan bangsa.
Link Brita : Klik di sini
Cobain main di Situs 𝐌𝟏𝐓𝐎𝐓𝐎 Gacor nya Viral banget Member baru wajib 𝐖𝐃
0 notes
Text
STKIP PGRI Nganjuk: Membangun Generasi Pendidik yang Unggul
Pendidikan adalah salah satu pilar penting dalam membangun peradaban. Dalam konteks ini, STKIP PGRI Nganjuk muncul sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi yang berkomitmen untuk mencetak generasi pendidik yang unggul dan berkualitas. Terletak di Jalan AR Saleh No 21, Kelurahan Kauman, Kecamatan/Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, kampus ini tidak hanya memiliki sejarah panjang, tetapi juga visi yang jelas dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Visi dan Misi Visi STKIP PGRI Nganjuk adalah unggul dalam pengembangan sekolah tinggi untuk menghasilkan lulusan yang terampil dalam mendidik, profesional, dan berkarakter. Untuk mencapai visi ini, kampus ini berusaha untuk memberikan pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga membentuk karakter dan etika para mahasiswa. Dengan demikian, lulusan dari STKIP PGRI Nganjuk diharapkan mampu menjadi pendidik yang tidak hanya cakap, tetapi juga memiliki integritas yang tinggi. Program Studi yang Menawarkan Kualitas STKIP PGRI Nganjuk menawarkan lima program studi (prodi) jenjang sarjana strata satu (S-1), yaitu: · S-1 PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) · S-1 Pendidikan Ekonomi · S-1 Pendidikan Matematika · S-1 Pendidikan Bahasa Inggris · S-1 Pendidikan IPA Setiap prodi dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di era modern. Dengan kurikulum yang selalu diperbarui dan relevan, mahasiswa akan memperoleh pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan pasar kerja. Fasilitas Pendukung Perkuliahan yang Lengkap Salah satu keunggulan STKIP PGRI Nganjuk adalah fasilitas pendukung perkuliahan yang lengkap. Ruang kelas yang nyaman, laboratorium yang memadai, serta perpustakaan dengan koleksi buku dan referensi yang lengkap merupakan beberapa contoh fasilitas yang disediakan untuk mendukung proses belajar mengajar. Selain itu, adanya ruang diskusi dan ruang praktik juga memungkinkan mahasiswa untuk melakukan berbagai aktivitas yang bermanfaat dalam pembelajaran. Lokasi Strategis dan Mudah Diakses Kampus ini terletak di pusat kota, menjadikannya mudah diakses dari berbagai penjuru. Lokasi yang strategis ini sangat menguntungkan bagi mahasiswa yang ingin menjalani kehidupan kampus yang dinamis tanpa terbebani oleh masalah transportasi. Kehadiran fasilitas umum yang mendukung juga menjadi nilai tambah tersendiri bagi para mahasiswa. Beasiswa KIP untuk Mahasiswa Berprestasi Memastikan pendidikan dapat diakses oleh semua kalangan adalah salah satu komitmen STKIP PGRI Nganjuk. Oleh karena itu, kampus ini menyediakan beasiswa KIP (Kartu Indonesia Pintar) yang diperuntukkan bagi mahasiswa berprestasi namun memiliki keterbatasan finansial. Dengan adanya beasiswa ini, lebih banyak siswa dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tanpa khawatir tentang biaya. Aktivitas Mahasiswa yang Beragam Di STKIP PGRI Nganjuk, mahasiswa didorong untuk terlibat dalam berbagai aktivitas yang dapat mendukung pengembangan diri. Terdapat banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang menawarkan berbagai kegiatan, mulai dari seni, olahraga, hingga kepemimpinan. Program-program seperti seminar dan workshop juga rutin diadakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mahasiswa di luar kurikulum formal. Pojok Statistik: Akses Data yang Terpercaya STKIP PGRI Nganjuk memiliki Pojok Statistik yang merupakan hasil kerja sama dengan BPS Nganjuk. Fasilitas ini memungkinkan mahasiswa dan masyarakat untuk mengakses data statistik yang dibutuhkan dalam berbagai penelitian. Dengan adanya Pojok Statistik, mahasiswa dapat memperdalam analisis data dan meningkatkan kualitas penelitian yang dilakukan.
0 notes
Text
Bapak dan Ibu
dan Bapak
dan alas kaki
dan penitipan yang tertutup itu
dan Bapak
dan kucing
dan malam yang dingin itu
dan Bapak
dan pojok meja
dan ruang kelas yang berisi itu
dan Bapak
serta Ibu
negri Gingseng, Matahari Terbit, generasi, pendidikan,
memahami, mengerti, mengarahkan
mendidik
peradaban
dalam pena dan kertas putih mereka itu
Jl. Taman Citarum,
29 Agustus 2024
0 notes
Text
*Kunci menjadi orang besar*
Oleh : Moch Jamaludin
Sebelum membahas itu perkenankanlah saya untuk sedikit bercerita.
Suatu ketika seorang kyai bertanya kepada para santri nya "menurut kalian, siapakah yang di maksud orang besar itu ?" Tanya Kyai.
Kemudian para santri itu menjawab dengan bermacam macam jawaban, ada yang menjawab bahwa orang besar itu adalah seorang raja, presiden, gubernur,pejabat, dan berbagai macam jawaban lain nya..
Tak lama kemudian kyai itu berucap dan sambil tersenyum "MasyaaAllah, sungguh betul jawaban kalian , tapi tahukah apa yang dimaksud orang besar menurut ku ? , seketika para santri terdiam dan menantikan penjelasan dari kyai yang Sholeh itu .
Tak lama kemudian kyai itu berkata "kalau kalian ingin tau siapakah orang besar itu, maka coba kalian pergi ke perkampungan terpencil dan coba kunjungi ke mushola mushola kecil, lihatlah disana ada sosok ustadz/guru yang mengajari ngaji anak anak kampung di sana walaupun hanya sekedar mengajarkan huruf Hijaiyah, mengajari ibadah ibadah Fardu ain lainya tanpa mengharap di bayar dan digaji. Lihatlah ketulusan mereka dalam mendidik, lihatlah perjuangan mereka dalam mendidik, Mereka faham bahwa sebaik baiknya amal jariyah itu adalah memberikan ilmu kepada orang lain khususnya pada generasi anak anak.
dan kalian harus tahu, banyak dari anak anak disana yang menjadi orang Sholeh dan orang hebat di masa depan.
Seketika para santri sontak terdiam mendengar penjelasan dari sang kyai itu.
Dengan demikian terkadang kita berfikir bahwa yang di maksud orang besar itu adalah orang yang mempunyai kedudukan tinggi di dunia, memiliki popularitas,memiliki jabatan, memiliki harta yang berlimpah, padahal ternyata masih banyak orang besar yang ada di sekitar kita yang terkadang kita kurang memperhatikan mereka, bahkan terkadang kita meremehkan mereka.
Padahal mereka adalah orang yang terkenal di langit.
Maka Al Faqir ini bisa menyimpulkan bahwa definisi orang besar itu adalah orang yang tulus dan ikhlas dalam menebar kebaikan dan kemanfaatan di tengah manusia tanpa mengharapkan balasan dan apresiasi dalam bentuk apapun.
Jika keikhlasan itu kita implementasikan kedalam dunia pendidikan maka akan melahirkan generasi yang Sholeh dan unggul dan menciptakan peradaban yang gemilang.
terkadang pondok pesantren atau sekolah dan sarana pendidikan lain nya yang megah dan mewah, tenaga pendidik yang memadai terkadang tidak bisa menjadi jaminan menjadikan generasi kita menjadi generasi yang Sholeh dan unggul apabila tidak melibatkan keikhlasan dan ketulusan dalam proses mendidiknya.
Dan tidak menutup kemungkinan bahwa mushola yang kecil dan sederhana itu walaupun terbuat dari kayu yang di selimuti dengan bilik bilik bambu ataupun sarana pendidikan lain nya yang serba kekurangan tenyata mampu menjadi tempat dimana orang orang Sholeh dan hebat itu sedang di bentuk dan di siapkan.
Untuk itu menjadi orang besar tidak selalu harus menjadi orang yang paling mentereng di tengah manusia, cukup kita berbuat baik dalam bentuk apapun khususnya menjadi tenaga pendidik dan hiasilah proses kebaikan itu dengan cahaya keikhlasan dan ketulusan.
Memang sulit untuk melakukan itu, tapi apa salah nya jika kita belajar untuk ikhlas dan tulus ?
Tentu dalam setiap berbuat kebaikan rasanya sulit untuk 100 persen ikhlas apalagi di zaman ini, zaman dimana orang orang berlomba lomba dalam hal dunia dan haus akan apresiasi dan validasi.
Namun demikian, paling tidak kita selalu belajar ikhlas dan tulus, karena rasa ingin belajar itu adalah bentuk hidayah yang mahal dari Allah SWT dan jangan sampai kita menyia nyiakan hidayah itu.
Wallahu alam
Kuningan, 18 Mei 2024
1 note
·
View note
Text
Pentingnya Pendidikan Untuk Masa Depan
Sesungguhnya pembelajaran itu bisa kita perolah dimana saja serta kapan saja. Oleh karenaitu, kita selaku manusia hendaknya ingin menyadari perihal tersebut. Pembelajaran sangat berakibat besar untuk pengaruh pertumbuhan masa depan. Tidak cuma buat diri sendiri, apalagi bisa pula mempengaruhi untuk bangsa serta Negeri Repubik Indonesia. Pembelajaran itu terdapat bertabiat resmi, non resmi serta informal. ada pula contohnya bertabiat resmi ialah: SD, SMP, SMA, Akademi Besar. serta pembelajaran non resmi Ialah dengan metode menjajaki kursus ataupun tutorial belajar serta lain sebaginya. bagaimanapun metode kita menempuh pembelajaran tersebut, asal kita ingin sungguh- sungguh dalam menjalaninya hingga, sangat berakibat besar untuk masa depan diri sendiri ataupun orang lain. Sehingga dengan pembelajaran orang hendak sanggup buat menata masa depanya dengan bijaksana, serta bisa berfikir lebih kritis dalam membongkar sesuatu permasalahan yang terjalin didalam kehidupannya. dengan kita paham tentang pembelajaran, hingga kita hendak sanggup buat menolong pemerintah buat menghasilkan sesuatu lapangan pekerjaan sehingga tidak banyak pengangguran yang terdapat di Indonesia. begitu banyak perihal berarti yang didapat dari kita mengenali arti berartinya pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, hendaknya kita mulai menyadari betapa berartinya pembelajaran tersebut untuk kelangsungan masa depan kita. serta kita selaku manusia terpelajar hendaknya ingin menguasai betul perihal tersebut. ada pula penafsiran, guna, serta berbagai– berbagai pembelajaran itu sendiri
Pembelajaran dapat jadi bahan pendidikan yang ialah sumber ilmu pengetahuan. Dikutip dari KBBI, postingan mempunyai arti berbentuk karya tulis yang terbuat secara lengkap. Tujuan pembuatannya ialah buat pengaruhi, mendidik, meyakinkan, memberitahu serta menghibur pembacanya.
Postingan ialah suatu esai yang sesungguhnya lengkap dengan Panjang tertentu yang terbuat buat diterbitkan lewat koran, majalah, buletin serta lain- lain. Tujuannya buat menyajikan ide- ide serta kenyataan yang dapat mendidik, meyakinkan serta menghibur.
Contoh Postingan Pembelajaran serta Ciri yang Baik 1. Contoh Postingan Pendidikan
Judul: Pembelajaran Kepribadian buat Membangun Peradaban Bangsa Pembelajaran ialah perihal yang dikira berarti di dunia, sebab dunia perlu hendak orang- orang yang berpendidikan supaya dapat membangun Negeri yang maju. tidak hanya itu, kepribadian pula sangat diutamakan sebab orang- orang pada era ini tidak cuma memandang betapa besar Pembelajaran maupun gelar yang telah dia raih, melainkan pula pada kepribadian dari individu tiap orang.
Proses Pembelajaran di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya dibanding psikomotoriknya, masih banyak guru- guru di tiap sekolah yang cuma asal mengajar saja supaya nampak formalitasnya, tanpa mengarahkan gimana etika- etika yang baik yang wajib dicoba.
Banyak pilar kepribadian yang wajib kita tanamkan kepada kanak- kanak penerus bangsa, antara lain merupakan kejujuran. Kejujuran ialah perihal yang sangat awal wajib kita tanamkan pada diri maupun kanak- kanak penerus bangsa sebab kejujuran merupakan benteng dari seluruhnya, demikian pula terdapat pilar kepribadian tentang keadilan sebab semacam yang bus akita amati banyak sekali ketidakadilan spesialnya di Negeri ini. tidak hanya itu wajib ditanamkan pula pilar kepribadian semacam rasa hormat. Hormat kepada siapapun itu, contohnya adik kelas mempunyai rasa hormat kepada kakak kelasnya, serta kakak kelasnya pula mencintai adik- adik kelasnya, begitu pula dengan sahabat seangkatan rasa silih menghargai terdapat dalam diri tiap murid- murid supaya terciptanya dunia Pembelajaran yang tidak ramai hendak tawuran.
Saat ini mulai banyak sekolah- sekolah di Indonesia mengarahkan Pembelajaran kepribadian jadi mata pelajaran spesial di sekolah tersebut. Mereka diajarkan gimana metode bertabiat kepada orang tua, guru- guru ataupun area tempat hidup.
Mudah- mudahan dengan diterapkan Pembelajaran kepribadian di sekolah seluruh kemampuan kecerdasan kanak- kanak hendak dilandasi oleh kepribadian yang dapat bawa mereka jadi orang- orang yang diharapkan selaku penerus bangsa. Walaupun mendidik kepribadian tidak semudah membalikan telapak tangan, oleh sebab itu ajarkanlah kepada anak bangsa Pembelajaran kepribadian semenjak dikala ini.
Pembelajaran merupakan perihal yang sangat dikira berarti di dunia, sebab dunia perlu hendak orang- orang yang berpendidikan supaya bisa membangun Negeri yang maju. Tetapi tidak hanya itu kepribadian juga sangat diutamakan sebab orang- orang pada era ini tidak cuma memandang pada betapa besar pembelajaran maupun gelar yang sudah dia raih, melainkan pula pada kepribadian dari individu dari tiap orang.
Proses pembelajaran di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya dibanding psikomotoriknya, masih banyak guru- guru di tiap sekolah yang cuma asal mengajar saja supaya nampak formalitasnya, tanpa mengarahkan gimana etika- etika yang baik yang wajib dicoba.
Di dalam novel tentang Kecerdasan Ganda( Multiple Intelligences), Daniel Goleman menjelaskan
kepada kita kalau kecerdasan emosional serta sosial dalam kehidupan dibutuhkan 80%, sedangkan kecerdasan intelektual cumalah 20% saja. Dalam perihal inilah hingga pembelajaran kepribadian dibutuhkan buat membangun kehidupan yang lebih baik serta beradab, bukan kehidupan yang malah dipadati dengan sikap biadab. Hingga terpikirlah oleh para cerdik pandai tentang apa yang diketahui dengan pembelajaran kepribadian( character education).
Banyak pilarkarakter yang wajib kita tanamkan kepada anak– anak penerus bangsa, antara lain merupakan kejujuran, yah kejujuran merupakan perihal yang sangat awal wajib kita tanamkan pada diri kita ataupun anak– anak penerus bangsa sebab kejujuran merupakan benteng dari seluruhnya, Demikian pula terdapat pilarkarakter tentang keadilan, karena
semacam yang bisa kita amati banyak sekali ketidakadilan spesialnya di Negeri ini. Tidak hanya itu wajib ditanamkan pula pilarkarakter semacam rasa hormat. Hormat kepada siapapun itu, contohnya adik kelas memiliki rasa hormat kepada kakak kelasnya, serta kakak kelasnya juga mencintai adik– adik kelasnya, begitu pula dengan sahabat seangkatan rasa silih menghargai wajib terdapat dalam diri tiap murid–
murid supaya terciptanya dunia pembelajaran yang tidak ramai hendak tawuran.
Saat ini mulai banyak sekolah– sekolah di Indonesia yang mengarahkan pembelajaran karakter
jadi mata pelajaran spesial di sekolah tersebut. Mereka diajarkan gimana metode bertabiat terhadap orang tua, guru–guru maupun area tempat hidup.
Gampang– mudahan dengan diterapkannnya pembelajaran kepribadian di sekolah seluruh kemampuan kecerdasan anak–anak hendak dilandisi oleh kepribadian– kepribadian yang bisa bawa mereka jadi orang– orang yang diharapkan selaku penerus bangsa. Leluasa dari korupsi, ketidakadilan serta yang lain. Serta kian jadi bangsa yang berpegang teguh kepada kepribadian yang kokoh serta beradab. Meski mendidik kepribadian tidak semudah membalikan telapak tangan, oleh sebab itu ajarkanlah kepada anak bangsa pembelajaran kepribadian semenjak dikala ini.
1 note
·
View note
Text
Puisi Esai Karya Denny JA ke 28 Melihat Karya Terpilih dari Perspektif Profesional
Dalam perayaan ulang tahun ke28 Denny JA, banyak karya terpilih yang dihadirkan dari berbagai perspektif profesional. Acara ini tidak hanya menjadi ajang perayaan, tetapi juga kesempatan untuk melihat dan mengapresiasi karyakarya yang telah dipilih oleh para profesional di bidangnya masingmasing. Dalam artikel ini, kami akan membahas beberapa karya terpilih yang menonjol dan memberikan pandangan profesional tentang setiap karya. 1. Karya Terpilih dari Bidang Sastra Dalam kategori sastra, ada beberapa karya yang berhasil menarik perhatian para profesional. Salah satu contohnya adalah Puisi Esai "Aroma Peradaban" karya Denny ja sendiri. Puisi Esai ini menawarkan sudut pandang yang unik tentang peradaban manusia dan bagaimana aromanya dapat mempengaruhi budaya dan perilaku. Dalam karya ini, Denny JA berhasil menggabungkan pengetahuan dan pengalamannya sebagai seorang sastrawan dengan latar belakang profesionalnya sebagai konsultan komunikasi publik. 2. Karya Terpilih dari Bidang Politik Dalam kategori politik, karya terpilih yang menonjol adalah Puisi Esai "Pemilu Ajaib: Melampaui Logika Politik" yang ditulis oleh Denny ja. Puisi Esai ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang proses politik di Indonesia dan bagaimana pemilu menjadi ajang yang kompleks dan unik. Dalam karya ini, Denny JA menggunakan pendekatan profesionalnya sebagai konsultan politik untuk memberikan wawasan yang mendalam kepada pembaca. 3. Karya Terpilih dari Bidang Pendidikan Dalam bidang pendidikan, salah satu karya terpilih yang menarik perhatian adalah Puisi Esai "Mendidik Anak: Perspektif Orang Tua dan Guru" yang ditulis oleh Denny JA. Puisi Esai ini menawarkan pandangan profesional tentang pendidikan anak dari perspektif orang tua dan guru. Dalam karya ini, Denny JA menggabungkan pengetahuan dan pengalamannya sebagai seorang ayah dengan latar belakang profesionalnya sebagai konsultan pendidikan. 4. Karya Terpilih dari Bidang Bisnis Dalam kategori bisnis, ada beberapa karya terpilih yang menjadi sorotan. Salah satunya adalah Puisi Esai "Strategi Pemasaran: Membangun Brand yang Kuat" yang ditulis oleh Denny JA. Puisi Esai ini memberikan panduan praktis tentang bagaimana membangun merek yang kuat dan sukses dalam bisnis. Dalam karya ini, Denny JA menggunakan pengalaman dan pengetahuannya sebagai seorang konsultan bisnis untuk memberikan wawasan yang berharga kepada para pembaca. 5. Karya Terpilih dari Bidang Seni Dalam bidang seni, ada beberapa karya terpilih yang mencuri perhatian. Salah satunya adalah pameran seni lukis "Ekspresi Warna" yang dipamerkan dalam perayaan Denny JA ke 28. Pameran ini menampilkan karyakarya seni lukis yang menunjukkan keahlian dan bakat seniman dalam mengungkapkan emosi dan pemikiran melalui warna dan bentuk. Dalam karyakarya ini, para seniman berhasil menggambarkan keindahan dan keunikan dari perspektif profesional mereka dalam seni rupa. Kesimpulan Perayaan ulang tahun ke28 Denny JA tidak hanya menjadi ajang perayaan semata, tetapi juga kesempatan untuk melihat karyakarya terpilih dari perspektif profesional. Dalam bidang sastra, politik, pendidikan, bisnis, dan seni, karyakarya terpilih ini menunjukkan keahlian dan pemikiran mendalam dari Denny JA dan profesional lainnya. Melalui sudut pandang mereka, karyakarya ini menawarkan wawasan yang berharga kepada para pembaca dan menginspirasi mereka untuk melihat dunia dari perspektif yang lebih luas dan profesional. Cek Selengkapnya: Denny JA ke 28: Melihat Karya Terpilih dari Perspektif Profesional
0 notes
Text
Bhrisco Jordy, Penyuluh Pelita dari Pulau Mansinam
BALIPORTALNEWS.COM, PAPUA - Di antara suara desiran angin dan ombak laut terdengar alunan indah ukulele yang dimainkan oleh seorang lelaki mengiringi perjalanan sebuah kapal kecil berwarna biru yang sedang berlayar dengan tenang di lautan lepas. Sembari menyanyi bersama, sesekali gelak tawa muncul dari kapal sewaan yang ditumpangi oleh sekelompok remaja yang dengan mantap menyeberangi lautan menuju salah satu pulau terluar di timur Indonesia. Anak-anak muda yang berlayar dengan penuh antusias di tengah teriknya matahari itu adalah para relawan yang tergabung dalam komunitas Papua Future Project. Mereka memiliki misi untuk memangkas buta huruf anak-anak di pelosok Papua Barat, Pulau Mansinam termasuk di dalamnya. Terletak sekitar enam kilometer dari Kabupaten Manokwari, pulau Mansinam memiliki pesona alam perbukitan, pantai, hingga pemandangan alam bawah laut yang masih sangat alami dan menawan. Selain panorama alamnya yang indah, Pulau Mansinam juga menjadi tempat wisata yang terkenal akan nilai historis dan adat istiadatnya yang masih kental. Namun, di balik segala kekayaan alam dan sejarah yang ada di Pulau Mansinam terdapat isu ketimpangan pendidikan yang diterima oleh anak-anak di pulau berpenduduk tidak lebih dari 800 jiwa ini. Adalah Bhrisco Jordy Dudi Padatu, seorang pemuda penggagas komunitas anak muda berbasis proyek bernama Papua Future Project yang memiliki fokus untuk mengenalkan literasi dan memberikan bimbingan belajar kepada anak-anak Papua yang belum menguasai pelajaran dasar di wilayah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar). “Pendidikan merupakan suatu hal fundamental yang berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui Papua Future Project, kami ingin memberikan kesempatan yang sama kepada anak-anak dalam mengakses pendidikan dan menurunkan angka buta huruf di masyarakat adat yang ada di Papua Barat demi memajukan peradaban Papua ke depannya,” ujar lelaki yang akrab disapa Jordy ini. Diinisiasi pada tahun 2020, Papua Future Project secara konsisten tidak hanya mengajarkan anak-anak berhitung, membaca, dan menulis, tetapi juga memberikan pendidikan kesehatan, lingkungan, pengembangan diri, hingga dampak perubahan iklim. Seluruh pembelajaran dibalut dalam kurikulum kontekstual dengan memberikan materi yang dekat dengan keseharian mereka dan mengintegrasikan nilai adat sekitar sambil bermain bersama agar pelajaran yang diberikan tidak terasa membebani anak-anak di sana. Mengusung motto ‘Every Child Matters’, Jordy melalui Papua Future Project ingin menghadirkan akses pendidikan dan kesehatan untuk anak-anak di Papua secara inklusif melalui program bimbingan belajar yang diadakan seminggu sekali secara sukarela tanpa bayaran apapun. Tidak hanya berfokus di Pulau Mansinam, Jordy dan rekan-rekannya juga mulai menjangkau sejumlah wilayah terpencil lainnya di Papua untuk membangun literasi di kampung-kampung dengan mendirikan pojok baca dan menggencarkan program donasi buku. Hingga saat ini, sudah ada 13 kampung dan 700 anak yang merasakan dampak positif dari program Papua Future Project di Provinsi Papua Barat dan Papua Barat Daya dengan melibatkan 250 relawan dan pemuda dari seluruh Indonesia untuk bergabung, baik secara langsung maupun daring. Berbagai kontribusi nyata untuk masyarakat tersebut akhirnya berhasil membawa pemuda yang mendapat panggilan hati untuk mendidik sejak duduk di bangku SMA ini terpilih sebagai penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2022 Bidang Pendidikan dari Astra. Ke depannya, Jordy ingin menjadikan Papua Future Project sebagai wadah bagi anak-anak muda Papua yang ingin ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan untuk mendapatkan pelatihan secara profesional tentang pengembangan komunitas, kurikulum, dan advocacy. Sehingga, kelak mereka dapat turut membantu anak-anak di daerah mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan inklusif. Semangat Astra dalam mengapresiasi anak bangsa yang berkontribusi untuk hari ini dan masa depan Indonesia sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa dan mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia.(bpn) Read the full article
0 notes
Text
[Mendidik]
Sisa-sisa idealisme yang tumbuh dan berkembang di kampus masih tersisa hingga sekarang. Rasanya jauh sekali dari kenyataan, banyak hal bertentangan antara idealisme dan real di lapangan. Termasuk dalam hal pekerjaan.
Saat di bangku sekolah, menjadi guru masuk ke dalam daftar impian yang tidak diinginkan, sangat tidak boleh terealisasi. Ternyata Tuhan menunjukkan jalan sebaliknya, kuliah di kampus pendidikan dan belajar sebagai calon pendidik. Awalnya gusar sekali, rasanya seperti salah masuk kandang. Hari demi hari dilewati, bertemu dosen dan mendapat kuliah dari mereka, bertemu senior dan mendapat inspirasi dari mereka, perlahan mengubah stigma tentang guru dari sudut pandang yang berbeda. Seolah menjadi guru adalah panggilan jiwa sehingga harus siap sedia dengan segala resiko di dalamnya.
Guru menjadi salah satu tombak terbentuknya peradaban. Guru dengan segala beban di kepala dan pundaknya, yang dididik adalah manusia dengan kepribadian yang berbeda, ego yang berbeda, dan wujud yang berbeda. Mendidik banyak anak di dalam satu kelas dengan pola pikir berbeda yang sudah dibentuk oleh keluarganya. Ada keluarga yang support dan bersama dengan guru mendidik anaknya, ada juga keluarga yang menyerahkan sepenuhnya kewajiban mendidik kepada sekolah, ada juga malah yang tidak perduli dengan keduanya.
Waktu terus berjalan, peradaban semakin berkembang, teknologi sudah menjadi kebutuhan, manusia juga ikut berubah tingkah serta isi kepalanya. Banyak yang membandingkan bagaimana seorang guru di masa lalu dan sekarang, banyak juga yang membandingkan bagaimana siswa memperlakukan guru di masa lalu dan sekarang. Menurutku, guru adalah profesi yang tidak pernah berjeda, tidak ada istirahat di dalamnya. Saat pulang dari sekolah, angan di jalan ingin meluruskan kaki dan menarik nafas lega, kenyataannya sesampai di rumah guru tetap sedia dengan gawainya mendapat laporan tentang aneka tingkah anak didiknya yang membuat guru mengelus dada. Rasanya setelah mengajar, angan di kepala ingin bersantai, meregangkan badan, mengistirahatkan pikiran, kenyataannya guru tetap bekerja mendidik siswa ketika di rumah.
Setelah beberapa tahun menjalani profesi sebagai pendidik, ada banyak sekali kekhawatiran yang berkecamuk di kepala. Tentang mendidik siswa, bagaimana agar peserta didik dapat menyerap ilmu yang diberikan, bagaimana guru memberikan contoh yang baik, bagaimana harusnya guru memberikan kesan baik dari setiap aspek pada dirinya, tuturnya, sikapnya, bagaimana cara ia berbicara. Menjadi guru rasanya seperti perantara Tuhan agar siswa bisa belajar untuk mencapai impiannya. Menjadi guru rasanya seperti lentera yang harusnya menerangi jalan siswanya yang berada dalam jalan gelap. Menjadi guru rasanya harus memiliki kesabaran setebal lempeng bumi, tidak semua anak dan keluarganya menghargai dan menyadari posisi serta batasannya.
Sebenarnya masih banyak lagi yang curahan hati yang ingin disampaikan terkait mendidik. Teman sejawat yang berprofesi yang sama juga pasti merasakan.
Challenge writing Career Class 5 hari ini merupakan rangkuman kekhawatiran, keresahan, ketakutan di 5 tahun terakhir hidupku. Tulisan kelima yang sebenarnya masih tersisa banyak kekhawatiran dan curahan yang ingin disampaikan. Tapi semoga jadi pembelajaran, menjadi guru sesuai dengan tugas dan perannya, dan menjadi anak didik yang mendahulukan adab serta menghargai menghargai gurunya.
#5CC #5CC5 #bentangpustaka #writingcareerclass
1 note
·
View note
Text
Jepang dan Paradigma Pendidikan
Aku mencintai Jepang sejak pertama kali mengenal dunia membaca pada masa sekolah menengah. Ketika membaca sudah bisa kumasukkan dalam jawaban pada kolom hobi yang kupunya. Komik Naruto menghantarkanku pada kekaguman yang besar. Menyadari bidang pendidikan yang kuambil saat kuliah dan bagaimana performa Jepang dalam dunia pendidikan membuat kecintaanku makin melambung. Di masa kuliah kuhabiskan waktu lebih banyak membaca tentang negara sakura itu. Beberapa kali kuberanikan diri mendaftar seleksi untuk bisa melanjutkan pendidikan di negara Asia dengan nilai PISA tertinggi kala itu. Gagal. Aku tahu diri soal kemampuanku menembus seleksi luar negeri.
Sebagai seorang lulusan dari universitas yang mencantumkan dengan jelas kata pendidikan pada namanya, sungguh kekaguman pada Jepang adalah hal biasa. Kuingat jelas pada suatu kelas pagi, dosenku datang untuk membandingkan buku pelajaran sekolah dasar dari Jepang yang ia punya setelah pulang dari kunjungannya. Tentu buku itu dibandingkan dengan buku pelajaran milik sekolah dasar di negara sendiri. Tak ada yang tak kagum. Semua mahasiswa terpesona. Bukan sekadar perbandingan negara maju dan negara berkembang. Ada banyak citra pendidikan yang nampak dari wujud dua buku pagi itu. Kurasa teman sekelasku juga ikut mencintai Jepang mulai pagi itu.
Ada masa di mana sebagai lulusan pendidikan hadir rasa ragu dan khawatir untuk menjadi seorang guru. Bukan pada kemampuanku. Aku tau aku bisa. Sebab aku memang dicetak menjadi guru dalam sistem kurikulum yang kuterima semasa kuliah. Rasa-rasanya ada yang menganjal dalam hatiku di masa itu. Saat sebelum kesadaran dan pemahaman tentang mendidik hadir.
“Ah, Nov, jadi guru di pelosok itu bukan hanya mendidik murid. Kita juga harus sabar merubah budaya negatif yang sudah melekat di sekolah dan lingkungannya,” tutur temanku. Seorang guru yang lolos program mengajar di Sumba, sebuah program nasional untuk guru yang siap mengabdi ke pelosok negeri. (hai Mbak Ika!)
Dalam kisah yang selalu kuingat, bagaimana pendidikan di pelosok memang jauh dari kata tersentuh. Alih-alih setara, perbedaan mencolok adalah kata yang tepat untuk citra keadaan pendidikan di negeri sendiri. Hari-hari semakin menyelimutiku untuk tidak masuk dalam ranah pendidikan.
Bukan beberapa kisah yang kuterima ada banyak kisah lainnya soal ketidakmerataan pendidikan yang membuatku bungkam. Sekadar berkomentar soal sistem pendidikan saja tak ingin. Idealisme dan realita menjadi jembatan paling besar keenggananku untuk menjadi guru, kala itu. Aku terus berada dalam paradigma yang kubangun sendiri. Hingga Jepang masih menjadi primadona dalam pikiranku. Satu-satunya negara dengan sistem pendidikan terbaik dalam presepsiku.
Saat menyadari dan membuka sudut pandang, aku tau ada yang harus kuubah. Tidak ada guna membanding-bandingkan. Sesama manusia saja akan lelah jika terus memasang padangan pada manusia lainnya. Maka, jika kuteruskan memandang satu negara sebagai satu-satunya standar terbaik, rasanya mengambil alih kuasa diri pada peran di dunia pendidikan akan nol besar.
Lambat laun, aku berdamai. Membuka presepsiku, bahwa ilmu yang kudapat harus kupertanggungjawabkan. Dalam perjalanan bertumbuh aku tahu bahwa menjadi guru bukan persoal sistem pendidikan yang tak merata. Tentang peranku di dalam kelas. Tentang aku dan murid yang kuberi ilmu baru. Pengajaran di dalam proses belajar sudah cukup menjadi kontribusi dalam perubahan sistem pendidikan itu sendiri. Sesederhana ilmu yang guru ajarkan pada murid akan menjadi pembaharuan ilmu pada mereka dan peradaban yang akan datang. Dulu kuanggap klise persoal estafet ilmu itu. Setelah yakin menjadi guru, itu semua bukan omong kosong. Aku mengingat jelas semua tutur muridku yang didapatnya dari nasehatku, tak semua tapi itu sungguh diingatnya. Semesta mendidik tak harus berotasi pada sistem besarnya, langkah pengajaran yang baik dalam kelas juga bisa perubahnya meski hanya setitik.
Pada sistem pendidikan Jepang aku masih memandangnya, entah berkesempatan atau tidak, aku ingin melihatnya langsung! Salam pada senior yang mengirimi poto saat bersandang ke Jepang, sekertaris jendral yang handal (Mas Huda)!
1 note
·
View note
Text
Setelah dewasa, akhirnya memahami secara lebih dalam tentang 'menikah melahirkan peradaban'.
Pernikahan terbentuk dari 2 manusia dengan latar yang berbeda, masa lalu yang berbeda, pribadi yang berbeda, dan banyak hal berbeda lainnya.
Kita akhirnya bersama dengan membawa bekal pendidikan iman, akhlak, dan ilmu dari peran orang tua masing-masing. Ketika kita bersama, maka kita membentuk keluarga baru. Dimana aku akan membawa kebaikkan-kebaikkan yang telah diajarkan oleh keluargaku. Dan kamu pun sebaliknya. Hingga kita menggabungkan dan memilih kebaikkan-kebaikkan apa yang akan terus kita lanjutkan, serta kekurangan apa yang jangan kita lanjutkan.
Kemudian, ketika memiliki anak, kita tentu membawa pengalaman bagaimana ibu-ibu kita mendidik dan membesarkan, serta mengisi kekurangan-kekurangan tersebut dengan ilmu-ilmu baru yang kita sebut dengan ikhtiar untuk menyempurnakan pendidikan anak versi 'kita'.
Anak dan keluarga kita pada akhirnya menjadi 'produk' kita. Menjadi identitas bagi keluarga baru kita. Kita memiliki warna baru yang disebut dengan peradaban.
0 notes