#manabukumu
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Perjalanan Hanum dan Rangga untuk mengatahui cerita Islam dan Pelajaran berharga tentang Islam belum berakhir. Di takdirkan untuk berlabuh di Amerika dalam mengerjakan Tugas yang di berikan oleh atasan masing-masing membuat mereka benar-benar terpaut akan Jodoh. Iya Jodoh, takdir Allah indah sekali dengan memberikan mereka tugas dalam tempat yang sama. Cerita ini menurut saya bukan hanya sekedar novel belaka, namun, banyak cerita dan sejarah yang belum saya pahami terkait dengan Amerika, dan sejarah Islam di Amerika.
Bahwa bukan lah Colombus yang menemukan daratan yang di kiranya tak berpenghuni dan beranggapan bahwa ia sedang terdampar di India. Bangsa Melungeon yang merupakan bangsa Muslim adalah salah satu bangsa yang sudah lebih dulu menempati benua yang katanya pertama kali di temukan oleh Colombus. Abraham Lincoln, seorang petinggi di negara Adidaya tersebut merupakan Keturunan terusir dari bangsa Melungeon.
Pengambaran latar belakang yang baik, kemudian alur cerita yang santai, ada kisah romantis yang di tunjukkan oleh Hanum dan Rangga menambah semangat membaca Novel ini. Info yang di berikan terkait dengan Bom Menara Kembar 11 September itu pun di jelaskan secara gamblang. Dalam penjelasan ini tak memihak bahwa apa yang di lakukan Teroris yang mengaku Muslim itu benar, kemudian tak menyalahkan pula korban yang kehilangan saudara, kerabat dan sahabat karena mereka menyudutkan Islam. Bukankah mereka sebagai korban sudah mendapat Informasi yang salah terkait Islam? Terkait Teroris yang katanya “membela Islam”? Terkait otak di balik kejadia mengerikan tersebut yang belum tentu adalah orang Islam yang paham betul Islam? Teriakit otak di balik kejadian ini yang bisa jadi hanya rekayasa untuk menghancurkan Islam?
Ketika membaca novel in, otak saya di buat bermain dengan pertanyaan yang harus terjawabkan dan membuat saya tak berhenti untuk membanca nya. Menikmati sekali setiap bab yang di sajikan. Lompatan Imajinasi Hanum dan Rangga diiringi pula percaya penuh terhadap Allah Swt sang maha Pencipta bahwa suatu saat, kebenaran akan terungkap.
Kurangnya dari novel ini apa yah?
Hmm, mungkin saya tidak bisa terima dengan Ibunda Julia yang merupakan salah satu Tokoh korban dalam kejadian ini. Ibunda Julia, sangat membenci menantu nya yang Seorang Muslim, dan anaknya yang menjadi Mualaf Taat. Jauh sebelum kejadian 11 September tersebut. Pengambaran ��mengerikannya Islam’ begitu nyata jauh sebelum kejadian 11 September, ini yang menyebabkan emosi saya terombang-ambing.
Satu lagi mungkin kekurangannya, ini gak berkaitan dengan Novelnya, namun Film nya. Setelah nonton saya sedikit kecewa, cerita salah satu Tokoh nya tidak sama dengan Novel. Mungkin karena adaptasi dari Novel kali yah, tapi tetep, saya kurang menikmati film layar lebarnya.
Banyak kata-kata yang sudah saya garis bawahi dalam novel ini dan salah satunya adalah
Terkadang kita memang tak adil terhadap hidup kita sendiri. Tatkala tiada pilihan, kita menggerutu. Padahal Tuhan tak memberikan pilihan lain karena telah menunjukkan itulah satu-satunya pilihan terbaik bagi hidup kita.
Sekian resensi dari saya, mudah-mudahan bermanfaat dan lebih semangat untuk membaca.
Happy Reading,
LC
cc @kitasumatera
1 note
·
View note
Photo
Judul novel : Hujan
Pengarang : Darwis Tere Liye
Penerbit : Gramedia
Tahun terbit : Januari 2016
Tebal buku : 320 halaman
“karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya”
“Tidak ada kabar adalah kabar, yaitu kabar tidak ada kabar. Tidak ada kepastian juga adalah kepastian, yaitu kepastian tidak ada kepastian”
“Sesungguhnya bukan melupakan yang jadi masalahnya. Tapi, menerima. Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.”
Tiga kutipan yang amat aku sukai dari buku Hujan, yang baru kemarin selesai aku baca. Untuk kesekian kalinya aku hanyut dalam bacaan yang di tulis oleh Tere Liye. Kali ini aku baru saja membaca buku Hujan. Buku yang baru terbit Januari 2016, sukses membuat aku di awal bertanya-tanya kisah seperti apa yang kali ini di tuliskan oleh Tere Liye.
Hujan mengisahkan seorang gadis bernama Lail yang harus hidup sebatang kara setelah kejadian gempa bumi dan tsunami hebat di tahun 2042. Mengapa judulnya hujan? Dari yang aku baca, Lail sebagai tokoh utama ingin melupakan hujan. Karena semua kenangan Lail terjadi bersamaan dengan turunnya hujan. Lail yang harus menerima kenyataan itu ternyata di pertemukan dengan Soke Bahtera, seseorang yang menjadi amat penting dalam hidupnya setelah itu. Beruntungnya bagi Soke atau Esok, Ibunya masih bisa hidup walaupun dengan kaki yang harus di amputasi. Singkat cerita, setahun setelah kejadian Lail dan Esok harus berpisah. Karena Esok di angkat menjadi anak walikota, yang baru di ketahui setelah sekian lama oleh Lail. Sementara Lail harus tinggal di panti sosial dan tinggal sekamar bersama dengan Maryam.
Lail yang sudah remaja masih belum menyadari bahwa ada suatu perasaan yang istimewa tumbuh dalam hatinya. Lail jatuh cinta kepada Esok bertahun-tahun setelahnya. Sementara Esok yang selama ini selalu menjadi bagian penting dari hidup Lail ternyata memiliki perasaan yang sama. Mereka saling mencintai, namun rasa cinta itu baru diketahui di penghujung cerita dari buku ini. Tere liye sanggup membuat pembaca menarik nafas hampir kecewa karena berpikir Lail dan Esok tidak akan bersama. Kejutan di akhir cerita seperti membayar dari setiap bulir air mata, rasa kecewa pembaca saat menuju lembar-lembar akhir cerita. Mereka menikah, dan memutuskan untuk bersama-sama hidup di bumi.
Selain karena aku menyukai banyak novel-novel karya Tere Liye, aku merasakan bahwa banyak motivasi dari buku ini. Tere Liye berusaha menggambarkan bahwa cinta anak muda tak selamanya membuat kita harus terpuruk, mendayu-dayu merasakan kesedihan berkepanjangan, dan mengahabiskan waktu terus menerus bersama kekasih. Justru di banyak bagian dari buku ini, Tere Liye menceritakan Lail dan Esok yang mampu menguasai hati mereka untuk bisa tetap menjaga kesucian cinta mereka masing-masing. Lail dan Esok memilih untuk memanfaatkan semangat muda mereka untuk produktif mengembangkan diri mereka ((baca bagian ini baper)).
Kelebihan dari novel Hujan, Tere liye membuat alur cerita yang aku sendiri tidak menyangkanya. Berbeda dari beberapa kisah sebelumnya. Bagaimana Tere Liye menggambarakan teknologi di tahun 2042 dan tahun-tahun selanjutnya dengan sangat luar biasa. Memancing imajinasi pembaca untuk jauh berpikir bagaimana bumi di masa depan. Sekaligus sebagai ajang kampanye bahwa bumi semakin lama mengalami pergeseran iklim yang signifikan. Yang sejauh ini belum banyak di sadari oleh orang awam.
Kekurangan dari buku ini apa ya? ~ Aku mungkin sedikit ‘gak tega’ ngebayangin Lail dan Maryam harus menembus hutan melewati jarak sejauh 50 Km. Dan, saat Pre Order buku ini pihak penerbit sedikit sulit untuk di hubungi. Jadi aku tidak mendapatkan yang saat Pre Order, huhu
Keseluruhan kisah ini menjadi energy sendiri buat yang sudah membaca. Buku yang lengkap, mengajarkan tentang persahabatan, cinta, perpisahan, melupakan dan hujan.
cc: @kitasumatera
10 notes
·
View notes
Photo
"Kamu tahu kenapa kita mengenang banyak hal saat hujan turun? Karena kenangan sama seperti hujan. Ketika dia datang, kita tak bisa menghentikannya. Bagaimana kita akan menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga selesai dengan sendirinya." Ada kepedihan kala hujan yang menyisa kenangan bagi Lail, gadis yang menjadi yatim piatu karena peristiwa bencana alam. Takdir tanpa perasaan memilih siapa yang dikehendakinya. Hari dimana ia kehilangan seluruh keluarganya justru merupakan hari dimana ia menemukan seseorang yang penting dalam hidupnya beberapa tahun kemudian. Esok, anak laki-laki genius yang menyelamatkan Lail, teman bersepeda Lail serta orang yang satu-satunya berada disisi Lail saat Lail tak memiliki siapapun lagi. Sama seperti Lail, Esok juga merasa kehilangan. Ia harus merelakan keempat kakaknya saat bencana tersebut tapi setidaknya ia masih beruntung karena ibunya masih selamat. Lail dan Esok hampir selalu bersama sepanjang hari di tenda pengungsian. Hingga akhirnya setahun berlalu sejak bencana besar itu, anak-anak yang tidak memiliki keluarga dipindahkan ke panti sosial, termasuk Lail. Namun ternyata nasib Esok tidak demikian. Ada keluarga yang bersedia mengangkatnya menjadi anak asuh sekaligus menyekolahkannya setinggi mungkin. Mereka harus kembali memulai hidup baru masing-masing. Di panti, Lail bertemu dengan gadis berambut kribo yang baik dan menyenangkan, namanya Maryam. Lail mengarungi berbagai pengalaman dengan Maryam mulai dari mengikuti kursus memasak dan menjadi relawan. Berbeda dengan Lail, Esok ternyata tinggal bersama ibunya, keluarga wali kota dan juga Claudia yang menawan, putri sematawayang wali kota. Lail terkejut ketika mengetahuinya karena Esok belum pernah bercerita sebelumnya. Lail merasa ada yang janggal namun ia masih tak terlalu mempermasalahkan itu. Esok melanjutkan pendidikannya ke Universitas di ibukota. Perpisahan kembali menghampiri dua manusia itu. Namun Esok tetap menyempatkan untuk bertemu Lail setahun sekali, tidak akan cukup memang dibanding 365 hari. Usia mereka semakin bertambah. Lail dan Maryam akhirnya menjadi perawat sedangkan Esok mulai sibuk sebagai ilmuwan muda terkemuka. Permasalahan di kota mereka belum selesai, begitu juga dengan permasalahan hati Lail. "Aku ingin melupakan hujan" Peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Lail terjadi ketika hujan, lalu kenapa Lail ingin melupakan hujan? Ada apa dengan Lail? Mengapa ia bersikeras ingin menghapus semua benang merah dari memorinya? Novel yang dikemas dalam kombinasi science-fiction ini berkisah tentang persahabatan, cinta, perpisahan, hujan dan melupakan. "Barangsiapa yang bisa menerima, maka dia akan melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan." Cc: @kitasumatera
1 note
·
View note
Text
Letters from Turkey
Bercerita tentang seorang Ahmad Faris yang bermukin di Turki saat menjadi mahasiswa doktoral di universitas Ankara. Tulisan perjalanan yang berbeda, tak seperti novel maupun kumpulan cerita biasa karena lebih banyak berisi surat-surat yang dikumpulkan jadi satu. Tulisan perjalanan yang lebih banyak mengajak pembaca untuk berpikir dan menggali inspirasi selama perjalanan dengan memunguti keunikan manusia, budaya dan hikmah serta keindahan kota izmir.
Salah satu kutipan di dalam buku Letter from Turkey, “Kata-kata bukan dikeluarkan, sebab menulis sebenarnya bukan menaburkan. Menulis adalah memungut, memetik, dan menangkap dari apa yang telah kita baca, kita rasakan, dan kita lihat.”
Cc @kitasumatera
5 notes
·
View notes
Text
Kenyataan dalam Dongeng
Idrus mendongengkan kemalangan dalam hampir semua cerpen di buku ini. Dengan setting zaman kedatangan Jepang di Indonesia hingga kemerdekaan Indonesia, buku ini sedikit menggambarkan bagaimana keadaan negeri ini pada periode tersebut. Kemiskinan dan sejarah begitu tajam diceritakan. Membaca buku ini tidak seberat membaca buku sejarah, namun tidak juga seringan membaca buku dongeng, pasalnya buku ini menceritakan keseharian rakyat Indonesia pada waktu itu, bukan menceritakan bagaimana para pemimpin yang berebut kekuasaan dan berbicara tentang politik ataupun menceritakan tragedi-tragedi menyedihkan secara berlebihan. Buku ini akan membawa pembacanya ke tahun-tahun sebelum indonesia merdeka, seolah-olah pembacanya ada disana.
Mereka mengemis meminta sisa makanan orang. Akan tetapi, mereka tidak saja memakan makanan orang, juga makanan anjing sudah sedap pula oleh mereka. (hal. 82)
Jika ada bangkai ayam atau bangkai orang hanyut, tergesa-gesa ia turun ke kali itu, diangkatnya bangkai ke tepian dan … dimakannya. (hal. 83)
Mereka semua pucat. Mereka melakukan onani … untuk menghilangkan lapar. (hal. 83)
Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma akan membuatmu takjub dan merinding, seperti melewati lorong panjang yang gelap dan penuh kejutan. Selamat membaca. @kitasumatera
9 notes
·
View notes
Photo
Judul novel : Jodoh
Pengarang : Fahd Pahdepie
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun terbit : 2015
Tebal buku : 246 halaman
“Apa itu Jodoh? Barangkali imajinasimu tentang jodoh dan belahan jiwa begitu sederhan: di tepi pantai, kau mengandaikan ada orang di seberang sana, yang tengah menunggumu untuk berlayar. Namun di saat yang sama, terkdang kau justru meragu sehingga seringkali hanya bisa menunggu, mendambakan orang yang kau nantikan itu akan lebih dulu merakit sampannya, mengayun dayungnya, dan mengarahkan kompasnya untuk menjemputmu. Tetapi laut, ombak, dan isinya, selaly menjadi misteri yang tak terduga-duga, bukan? Orang yang kau sangka belahan jiwa sering kali hanyalah perantara, atau justru pengalih perhatian dari belahan jiwamu yang sesungguhnya”
Kalimat tersebut merupakan penggalan dari sinopsis buku “Jodoh” karya Fahd Pahdepie, buku yang terbit di akhir 2015 Buku ini merupakan buku kedua setelah Fahd Pahdepie memutuskan mengganti nama penanya, sebelumnya Fahd Djibran.
Buku ini terbit tak lama setelah buku “Rumah Tangga” yang meraup sukses besar dimana-mana. Buku Rumah Tangga terbit saat Fahd masih berkuliah di Melbourne, Australia. Menyusul buku terdahulunya buku jodoh tak kalah apik mengungkap cinta dalam versi yang berbeda. Persahabatan dua insan, sejak kecil bersama hingga mereka tumbuh menjadi dua bagian yang berusaha saling menyakini bahwa mereka telah “berjodoh”. Jika buku Rumah Tangga menjadikan tokoh Fahd dan Rizqa sebagai tokoh utama, kali ini Fahd memilih menjadikan tokoh lain yang dikombinasikan dengan kisah cinta Fahd sendiri.
Alur cerita dikemas sedemikian rupa, mengambil setting di Bandung, Garut dan Jogjakarta. Saat dimana Sena dan Keara kecil, Fahd menggambarkan Bandung sebagai tempat tinggal. Kemudian, saat sekolah lanjutan Fahd menuliskan Garut sebagai tempat tinggalnya. Dan ketika Sena memutuskan untuk melanjutkan kuliah serta sedikit menjaga jarak dari Keara, Fahd menggambarkan Sena yang merantau jauh ke Jogjakarta.
Akhir cerita membuat Aku merasa kaget, karena diluar bayangan Aku bahwa mereka ternyata harus berpisah. Keara meninggal dunia, sebelum sempat mereka menikah. Dan, kemudian Sena menikah dengan orang lain. Dalam banyak bagian di buku Jodoh, Fahd mengutip puisi dari Sapardi Djoko Damono. Hujan di bulan Juni, merupakan pelengkap yang serasi memunculkan romatisme dari setiap penggalannya. Selain itu untuk memanjakan pembacanya, Fahd sengaja menyiapkan bingkisan manis bagi para pembaca. Buku Rumah Tangga Fahd menghadiahi pembaca dengan post card yang dikirim dari Australia. Dan di kesempatan buku Jodoh Fahd memberikan hadiah goody bag yang terdapat qoute yang sudah sedikit di modifikasi.
Namun, menurut Aku amat di sayangkan untuk penggambaran gejolak asmara Sena dan Keara yang berlatar pesantren sedikit kurang nyaman bagi Aku. Karena konotasi pesantren bagi banyak orang merupakan tempat yang sakral dalam hal belajar agama juga pendidikan.
Secara keseluruhan, banyak belajar dari buku ini bahwa seorang yang kita yakini sebagai “Jodoh” belum tentu benar-benar menjadi jodoh kita. Barangkali hanya sebagai perantara menuju jodoh kita yang sesungguhnya.
cc : @kitasumatera
11 notes
·
View notes