#malam kontemplasi
Explore tagged Tumblr posts
Text
"Ketidaksempatan kita menghadiri majelis ilmu adalah salah satu tanda kita dijauhkan dari keberkahan, ditelantarkan oleh Allah sehingga kita terjebak pada rutinitas yang tidak ada manfaatnya"
Ust. Agus Fadilla Sandi
Ngga sengaja baca tulisan itu di buku catatan waktu pembekalan pengabdian. Waktu itu masih kurang relate dan banyak bertanya, kayak....
"Masa iya di pengabdian nanti bisa jauh dari majelis ilmu ?"
"Masa iya rutinitas waktu pengabdian bisa kurang bermanfaat ?"
"Masa iya nanti di pengabdian bisa merasa kurang berkah ? Kan kita mengajarkan Qur'an, pasti ngga akan ditelantarkan Allah kayak gitu lah". Dan sederet pertanyaan serupa lainnya.
Awal masa pengabdian, mungkin aku masih merasa shock dengan rutinitas yang baru. Karena biasanya cukup dengan ngurus diri sendiri, cukup fokus dengan target target yang dibuat, ngga perlu mikir urusan orang lain, eh tiba tiba di waktu yang sama harus disibukkan dengan berbagai peran yang menuntut aku buat fokus ke banyak hal sekaligus, ngurusin masalah anak orang, sibuk memenuhi tanggungjawab dan lain sebagainya. Intensitas murojaah Al Qur'an sendiri sangat jauh jauh berkurang, dan sayangnya aku selalu membenarkan dengan bilang ke diri sendiri "gapapa deh, mungkin sekarang masih adabtasi sama rutinitas baru, mungkin nanti kalo udh terbiasa sama rutinitas bakal bisa manage waktu dengan baik sendirinya" . Setiap kali melewatkan waktu yang harusnya untuk belajar atau meng upgrade diri, mirisnya diri ini selalu justru membela diri dengan alasan yang sama.
Sekarang setelah terhitung 7 bulan menjalani masa pengabdian baru tahu dan ngeh maksud dari kata kata tersebut. Ternyata kata "berkah" itu tidak sesimpel selama ada kebaikan pasti ada keberkahan. Sama sekali engga. Karena nyatanya yang baik belum tentu berkah. Mengajarkan Al Qur'an itu baik, tapi jika tidak ikhlas justru itu akan mengurangi nilai keberkahan di dalamnya, atau bahkan bisa membuat keberkahan di dalamnya betul-betul sirna. Waktu pengabdian kalau dilihat dari kasat mata, mungkin memang penuh dengan manfaat karena melayani dan membantu urusan orang lain. Tapi kalau tidak ada keberkahan yang menyelimutinya pasti hanya rasa lelah yang berbekas. Jadi baik saja tidak cukup, tapi harus berkah !
Kalau bukan karena Dia yang memberi petunjuk, mungkin waktu pengabdian ini justru menjadi "zona nyaman" yang akhirnya membuat terjebak dengan kenyamanan dan tidak bisa berkembang. Kalau bukan karena Dia yang menggerakkan hati untuk mengikuti majelis ilmu baik secara online maupun offline, mungkin hati ini sudah gersang sebab keringnya iman.
Yaa Rabb, jangan pernah telantarkan hamba sendirian. Jangan biarkan hamba tersesat dan keluar dari koridor syariat Mu. Augerahilah keberkahan yang berlimpah dalam segala urusan hamba. Berikan hamba ketenangan hati dan keistiqomahan untuk selalu bagus dalam beribadah kepada Mu. Sungguh, bagaimanapun perlakuan semesta kepadaku, aku tak peduli asal semua terjadi bukan karena murka Mu kepadaku.
3 notes
·
View notes
Text
Kesengsaraan semacam apa?
Dan kenapa aku juga meneguk walau sepertinya bukan itu sebabnya.
Tak selalu tegukan yang kulakukan.
tadi khamr itu aku sruput seperti kopi.
Disana aku bertanya kenapa aku juga ikut begini?
dan disini, Tak mau aku melihati untuk siapa yang "salah" disini,
pertama pikirku apa yang bisa ku nikmati dari ini?
Apa itu kenikmatan, pelarian?
Sedang aku sadar aku tak akan pernah bisa terhindar dariMu.
Tapi kenapa aku semacam tutup mata?
Layaknya burung unta yang mencari rasa aman.
Pertanyaanku kedua, aman dari apa?
Saat kutahu ini salah, kenapa ini juga masih aku lakukan?
Apakah dunia ini sekedar percobaan?
Ah usai sudah kalau begini, "Kau akan marah padaku?"
walau saat ku ketik kalimat tanyaku itu, aku, tubuhku bergidik.
pasti Tak akan mampu aku menerimanya.
Tapi yang aku lebih takut jika Kau tak menengokku,
menontonku, menjadikan aku tokoh utama dalam hidup yang Kau hadirkan padaku.
Kuyakin bagaimanapun bentuk diriku di jalan cerita dariMu.
Segala Puji Hanya PadaMu.
tondo, 12 des 23 04:13 wita, dipublish tumblr dari respon puisi yang ada di reel IG
1 note
·
View note
Text
Semelelahkan apapun hari ini. Setidak mengerti dengan apapun yang terjadi. Biarlah malam menjadikan dirimu apa adanya dan berserah diri seutuhnya.
Kamu telah berjuang hari ini, sekecil apapun progresmu siang tadi. Dirimu tetaplah hambaNya yang lemah dan tanpa daya.
Jika esok keberhasilan dan kebahagiaan menghampirimu, tetaplah sadar semua itu dariNya.
0 notes
Text
adakah kasih di dalam jantung dan nafasnya?
️️️️
️️️️
sepertinya Tuhan paling tahu caranya untuk menyantuni aku dalam kebinasaan yang setiap kali mampir percuma. bulan yang merekah dengan sinar paling sempurna pun hanya mampu termangu-mangu menatapku seorang diri dari balik jendela. kicauan burung gereja berbisik-bisik renik mencibirku dalam bahasa mereka. anak-anak semut merah lalu dan lalang membawa gula merah dari dapurku, mereka menggaruk kepala sembari menatapku yang hanya membisu dikecup kontemplasi.
️️️️
sepotong bibirku, sepasang rungu, sepasang tangan, dan sebuah jantung yang masih berdegub tidak mampu menampung nyeri nanar yang menjalar ria di pelupuk mataku. detik waktu yang berdetak menjadi saksi bisu. setiap prosa dan mantra dalam doa dilangitkan, tidak ada malam yang terlewati, tidak ada menit yang kubiarkan. selalu saja, kontemplasi ini memagut aku dengan legit, menggerayangi aku dari kaki hingga kepala, menyiratkan jelas bahwa memang aku tidak patut untuk meriah di bulan oktober nanti.
️️️️
oktober nanti, aku tidak akan meriah, bahkan untuk dikenang. aku sudah mati, dengan segala perayaan-perayaan yang pernah kurayakan seorang diri seraya menanti sebuah kembang bakung untuk menafsirkan filantropi melalui bahasa alam. sejatinya, aku sudah mati.
️️️️
tentu saja, air mata tidak pernah berhenti keluar. seolah-olah mereka berlomba-lomba untuk segera jatuh dan membasahi bajuku. seolah-olah memang saatnya mereka berlari dan membawa kabar kematian atas kebahagiaanku yang direnggut kontemplasi. tidak jarang, aku menyuratkan cinta melalui renyah tawa, atau barangkali melalui surat kabar singkat, atau saja, mungkin, melalui prosa yang ditembangkan ke langit, sampai kepada Tuhan.
️️️️
"agaknya sulit sekali berterus terang bahwa aku senang melihatnya bernafas di bawah langit yang sama, meskipun tidak ada satupun surat kabar darinya."
️️️️
ya memang seperti itulah adanya. aku selalu mati dalam kontemplasi, dan berharap bahwa setidaknya langit turun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang aku tembangkan dari sepasang tangan ini.
"aku harap, angin dan hujan membawakan berita itu kepadamu. berita bahwa aku senang melihatmu dari jauh."
️️️️
premis-premis yang tipis, namun memang begitulah adanya.
11 notes
·
View notes
Text
Cerita Kepada Nona¹
Tahu tidak Nona? Kemarin malam Bulan menemuiku dengan wajah benderangnya yang anggun. Ia mengetuk jendela, menyelinap masuk ke ruang tamuku, duduk di sofa dan bercerita banyak hal. Ia bercerita tentang begitu banyak syukur yang terpanjatkan padanya berapa hari terakhir. Ada yang mengucap syukur karena masih disempatkan memotret senyuman dari orang-orang terkasih mereka dengan kedua matanya. Ada juga yang bersyukur karena di usia mereka yang hampir senja masih diberi kesehatan dan kewarasan, untuk meramu tawa dan bahagia orang-orang terkasih mereka. Bahkan beberapa dari mereka menangis haru sebab masih diberi waktu untuk merenungi kegagalan-kegagalan mereka yang telah lalu. Saya mungkin satu di antara manusia-manusia yang bulan maksud dalam ceritanya. Karena yah, seperti yang kau tahu Nona. Di usia yang hampir seperempat abad ini, ada begitu banyak hal yang mesti saya renungi kembali. Maka, kontemplasi menjadi rutinitas yang datang tanpa diundang akhir-akhir ini. Ia begitu nyaman berlabuh di kepala saya. Mengajak saya berlayar ke alam pikiran yang tak terbatas, yang selalu ada cakrawala di depan pelayaran-pelayaran kami¹.
Kau tahu Nona? Dalam banyak hal saya merasa gagal, dan dalam beberapa hal, saya pikir usaha saya semestinya bisa lebih maksimal. Dari semua hal itu, salah satu penyebabnya ternyata adalah ketidakkonsistenan saya ketika menjalani suatu proses. Selama ini saya selalu merasa bisa melakukan apapun selagi saya ingin melakukannya. Memang tidak salah sebetulnya Nona. Hanya saja, yang lebih penting dari melakukan suatu hal—yang baik tentunya— adalah tentang seberapa mampu kita tetap melakukannya dalam kurun waktu yang panjang². Karena, keniscayaan dari hidup adalah perubahan, dan orang-orang hebat adalah mereka yang bisa tetap merawat kebaikan-kebaikan kecil setiap harinya. Sudah dulu ya Nona, terima kasih berkenan mendengar.
Catatan Kaki:
¹Cerpen "Tukang Pos dalam Amplop" karya Seno Gumira Ajidarma
²Atomic Habits Karya James clear
3 notes
·
View notes
Text
Iedul Fitri
Ramadhan menjadi hari penyucian sekaligus pengisian kembali energi spiritual yang terkikis dan mulai membusuk. Hari-hari itu menjadi tempat kontemplasi terbaik, namun tidak untuk semua orang, hanya bagi mereka diantara orang-orang yang khusus.
Namun Ramdhan yang begitu istimewa itu, dengan kediaman hari-harinya, gairah masyarakatnya serta kesibukan² khas dari setiap orang, tidak akan sempurna tanpa Iedul Fitri.
Dikalangan kita, Iedul Fitri disambut gembira dengan budaya "mudik". Sebuah tradisi untuk kembali ke kampung halaman, berkumpul, mengenang masa lalu dan menikmati kedamaian setelah berjibaku dengan kehidupan kota yang sesak.
Mudik mungkin gambaran Ruhani kita yang penuh, berdebu, berpolusi dan berisik. Akibatnya seringkali kita kehilangan kesadaran untuk berlaku seperti manusia. Kerapkali kehilangan empati dan kasih sayang. Penuh amarah dan kebencian.
Ruhani kita yang keruh membuat kita sulit menikmati hidup. Akibatnya kita dilanda gelisah, kekhawatiran yang berlebih juga penderitaan yang tak pernah selesai. Kerinduan pada kampung yang damai itu seperti kerinduan pada fitrah kita yang suci.
Di dalam bathin kita terdapat cahaya yang menerangi seluruh indera kita agar dapat melakukan kebaikan, sekaligus cinta pada sesuatu yang baik dan benar. Namun seringkali cahaya itu tertutup oleh dosa dan maksiat. Betapapun tertutup nya cahaya itu, panggilan untuk kembali selalu terdengar, namun tak semua kita menghiraukannya.
Begitulah Iedul Fitri, ramadhan adalah perjalanan mudik, dan fitrah adalah kampung halaman. Selama kurang lebih 30 hari kita berada dalam perjalanan. Tidak semua orang berhasil selamat sampai tujuan; ada yang gagal dalam perjalanan, ada yang sampai namun babak belur atau tidak membawa oleh-oleh sama sekali, dan ada pula yang berhasil sampai dengan selamat dan membawa oleh-oleh kebahagiaan.
Fitri adalah kesucian. Allah menjanjikan mereka yang sukses dalam ramadhan akan menjadi manusia yang suci (taqwa).
Semoga ramadhan ini, berhasil mengantarkan kita pada rumah bathin kita, dan dapat menjadikan kita manusia yang jernih, tidak dikuasai oleh kebencian dan syahwat yang merusak.
Akhirnya ramadhan telah berlalu, ia menjauh sejauh-jauhnya, tidak akan kembali, dan tak akan mungkin diulang. Jika kita masih gagal dalam ramadhan ini, mari kita berdoa agar dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya. Berdoa dengan penuh penyesalan, semoga itu menjadikan kita manusia yang lebih baik dari hari ini sampai ramadhan berikutnya.
Ramadhan Karim.. kau pergi sambil tersenyum, kepergianmu seindah hilal yang nampak di malam ini, 1 Syawal 1445 H.
Taqabbalallahu Minna wa minkum taqabbalya kariim.
.
.
@nidzomizzuddien
#ramadhan#Iedulfitri#eid ul fitr#suci#mudik#cinta#ego#kenangan#perpisahan#self#waktu#hidup#takdir#sajakrindu#tumblr milestone
6 notes
·
View notes
Text
In Silence
Ketika keadaan yang menuntun untuk penuh pengharapan, pada saat yang sama nikmat selalu menjadi penyeimbang.
Aku percaya, semua yang kita langitkan doa-doa dalam keheningan di sepertiga malam selalu penuh pengharapan, pengampunan, dan rasa syukur.
Melewatkan momen keheningan di sepertiga malam satu kali saja di bulan ramadhan rasanya hari-hari terasa sangat bising.
Kontemplasi sepertiga malam bagiku menjadi ritual jeda sejenak dari hal-hal yaang bising dipikiran ataupun lingkungan. Sebising apapun, kita harus mengambil jeda dalam keheningan.
2 notes
·
View notes
Text
Kontemplasi Malam.
Ada seseorang yg entah.. Apakah bisa aku sebut rumah? Dia sangat baik, tp saking baik nya sampai aku tak bisa melihat apa yang sedang dia tuju demi mengikuti apa yg menjadi tujuan ku.
Aku hanya ingin tahu, apa rencana kedepan mu? Apa visi misi mu? Ah.. Terlalu berat sepertinya utk kamu fikirkan.
------
Yaudah lah gausah di bingungin.. Mikir nanti gimana nanti gimana, nanti jadi apa ga, klo jadi gmn klo ga gmn, yg sampe saat ini perasaan masih nanonano sm beliau. Yakin gayakin masih jadi kebingungan.
Ahh perempuan.. Ngapain si bingung. Kan udah janji.. Gausah dibawa perasaan, gausah dibawa ke hati. Nanti juga seleksi alam sendiri.
Ikhtiar mu sudah benar, perbaiki diri.. Untuk dapet cinta nya Allah. Klo Allah udh cinta pasti Dia akan ngasih apa yg baik buat kamu.. Gamungkin bgt kan Allah mendzolimi org yg dicinta.
Misal, kasih org yg salah.. Yg begini begitu.. Ditengah maraknya berita yang.... 🥺 Naudzubillah smg terhindar dari marabahaya yg semakin menjadi2 dan banyak. YaAllah lindungi aku.. Beri selalu petunjuk kpd ku. Aku ikut mau mu saja..
Aku ikhlas, insyaAllah ridho dg jalan hidup yg kau pilihkan.. Tp sbg hamba, izinkan aku memohonkan banyak pengharapan krn tak ada siapapun lg yg bisa mengabulkan selain engkau.
Pulihkan jiwa ku, pulihkan kepercayaan diri ku, pulihkan potensi ku, penuhi tangki cinta ku agar aku bisa banyak menebar manfaat dan kebaikan ke sekitar. Perbaiki komunikasi2 ku yg salah.. Yg apa2 mendem, gerieng sendiri, prasangka sendiri dsb. Tolong yaAllah..
Beri aku kekuatan, ketenangan dan cinta dari Mu.
- Malam, Half of Year (15 Juni) 23.43
11 notes
·
View notes
Text
Kontemplasi: Berbangga Diri sampai Lupa Diri
Melihat fenomena sekarang, bagaimana kita begitu mudah berbangga-bangga atas apa yang ada di tangan. Yang tak jarang, rasa bangga itu membuat lupa akan kodrat kita sebagai ciptaan. Sampai mudah menganggap rendah orang lain dan tak jarang menghinakan. Membuat diri ini takut dengan apa yang ternyata tersimpan di hati setiap insan.
Sedang Al-Quran sudah menceritakan, bahwa Qarun binasa bukan karena harta yang dikumpulkannya, melainkan sebab keangkuhan atas harta yang dititipkan kepadanya.
"Aku mendapatkan harta ini karena ilmu yang ada padaku," katanya
Fir'aun binasa bukan karena kekuasaannya, melainkan kekeliruannya mengaku tuhan atas kuasa yang dititipkan di tangannya.
"Akulah tuhanmu yang paling tinggi," katanya
Padahal Allah sudah mengingatkan dan melarang hambaNya untuk tidak berbangga diri.
"Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri."
Jadi, kalau dipikir-pikir kembali, sebenarnya apa sih yang harus dibanggakan? Apa yang harus disombongkan? Sedanf kita sadar bahwa semua ini hanya titipan dan sebuah jalan.
Segala yang Allah anugrahkan, baik harta, kedudukan/kekuasaan, anak keturunan, adalah jalan yang sepatutnya digunakan sebaik-baiknya demi mencari pahala akhirat tanpa melupakan bagian di dunia. Allah sudah aturkan sedemikian rupa untuk kita, bahkan peredaran matahari dan bulan, diatur pembagian waktunya demi kepentingan hambaNya.
Malam untuk beristirahat dari dunia, siang untuk mencari sebagian karuniaNya. Lagi-lagi semua itu untuk agar kita bersyukur. Bukan membanggakan diri.
Sayangnya, diri sering lupa. Sering lalai dengan segala peringatan dariNya. Sementara usia terus dipangkas oleh waktu yang berjalan sesuai kehendakNya.
Wahai diri, kapan kau akan mengerti? Semua ini sungguh akan diperhitungkan nanti.
Batusangkar, 17122023
2 notes
·
View notes
Text
Teruslah bergulir, selalu lahir
Seperti fajar, yang selalu mendaur hangat tenangnya dhuha. Seperti malam, yang selalu menyulam teduh damainya gulita. Teruslah bergulir, pemahaman-pemahaman baru semoga terupaya selalu lahir.
"Kok kayak enak terus sih kamu Pus, doanya selalu dikabulin sama Allaah?!"
(Duh, deg!) Dulu, berkali-kali pertanyaan sebaliknya justru deras berputar-putar di kepala. Pertanyaan yang justru jawabannya kini malah pertanyaan kembali. Ya, pertanyaan di atas merupakan balasan untuk pertanyaan lama yang pernah ada. Dan nota tanya yang saat ini, kadang muncul sayup-sayup terdengar, entah dari mana asalnya. Untuk menjawabnya pun, butuh kontemplasi yang tak sebentar. Entah menghabiskan berapa banyak putaran edar siang malam, hingga akhirnya bisa memetik sekecil hikmah yang terserak. Lucu yaa bagaimana Allaah dengan mudah membolak-balik keadaan.
Ratusan gelap malam yang lalu, pertanyaan pertama mulanya muncul, "Kenapa sih Allaah nda pernah ngabulin doaku? Kapan yaa, Allaah jawab doa-doaku? Kok gini terus sih?!"
Dan dua pertanyaan di atas, ternyata sungguh memiliki jawaban yang sama. Ini semua adalah tentang lahirnya pemaknaan baru nan utuh, tentang doa yang selalu dirasa dijawab olehNya. Mungkin terdengar indah mendayu dan membuat haru. Walau nyatanya, "tidak", "bukan", dan "lain kali" juga merupakan jawaban dariNya atas doa-doa yang telah dilangitkan sejak lama. Awalnya memang terasa menghentak, membuat sesak, dan penyangkalan di sana-sini ikut menyeruak, namun lagi-lagi karena kasih sayang dan rahmatNya, semua rasa tak nyaman itu bisa melebur hanyut terbawa sapuan angin yang melahirkan senyum penuh nanar. Setiap doa itu, satu per satu, pasti Allaah jawab, akan Ia balas, dengan takdir yang sedemikian indahnya. Dan jika belum bertemu dengan indahnya, maka titik takdir dan diri kita masih berjalan menuju satu titik temu yang sama, sebentar lagi bersua, sebentar lagi bersatu, demi menggenapkan keindahan yang padu.
Sungguh, butuh waktu dalam hitungan tahun pula pemahaman ini akhirnya bisa tertuliskan.
Karena atas setiap balasan doa dariNya, tak ada apapun yang dapat diambil, selain kebaikan dan hikmah yang bertaburan. Karena atas setiap tengadah tangan dan isak lirih hambaNya, Allaah malu bila tak menjawabnya. Karena pada yang luput kita panjatkan dalam doa saja, Allaah selalu beri sempurna tanpa jeda, lantas pada yang selalu kita minta padaNya, bersiaplah menerima penuh suka cita 🤍
Lalu pada akhirnya, atas setiap ketetapan yang diberikanNya pada kita, jawaban diri kita-lah yang harusnya berkhidmat "sami'na wa atho'na", dengan sayap keimanan, syukur dan sabar.
Allah Maha Adil tak pernah lalim. Allaah Ar-Rahim tak pernah dzalim. Allaah Maha Baik, cintaNya selalu mengalir.
13 notes
·
View notes
Text
NARASI NOVEMBER
Dari garis lintang dirgantara barat, semburat jingga berpadu gradasi karya semesta yang tak pernah mengecewakan aksa.
Azura temaram, perlahan meredup menjadi gelapnya malam. Memanggil pemilik tahta bumantara malam.
Dikala obsidian memandang, kontemplasi lintang benderang berteman melodi alam beserta khas petrikornya. Membawa diri kembali bermuara pada memoriam.
Pada kali pertama hati berjumpa dengan sirius diantara ribuan gemintang malam.
Sang sirius berpendar dengan sejuta enigma dan misteri.
Membuat isi hati terus berkonferensi.
Mempertanyakan dan kemudian berkontemplasi pada hipotesisnya sendiri.
Hingga merangkai sebuah renjana dengan untaian diksi rahasia, menumbuhkan harsa dan dama tiada henti.
Renjana yang hanya berotasi mencipta repetisi dalam sanubari.
Dan siapa sangka, jikalau renjana terus merangkai diri, mencipta medium teruntuk altair dan vega.
Berharap kelak ada simpul merah terikat diantaranya.
Dua antitesis Tuhan yang dipertemukan entah karena kesengajaan atau memang semesta yang merencakan.
Namun, tak ada yang dapat dilakukan selain terus melangitkan tangan-tangan yang senantiasa merengkuh asa yang terpatri, karenanya ia akan selalu abadi.
Berharap kelak mencipta prosa indah tanpa anomali.
Sebuah kisah dalam ketaatan dan ridho Sang Maha Cinta, pemilik hati.
-inspired by someone
14 notes
·
View notes
Text
tak perlu kau terus gelisah,
apa yang telah dan akan hilang darimu bukan sesuatu yang hanya untuk ditangisi
apa yang telah dan akan datang padamu, tiada yang mampu kau kumpukan semuanya bahkan seterusnya
iya, walau kau mungkin tak selemah aku 😅
bukankah kau juga bertambah dengan kehilanganmu? walau juga ntah itu apa
dengan sadar dan tak sadar pula, ada yang berkurang darimu saat kau menerima sesuatu
0 notes
Text
REVIEW BUKU FIKSI
Judul : Malam yang Terik
Penulis : Gita Nadia
Cetakan pertama, september 2020
Penerbit : Langitlangit Creative
Jumlah halaman : 85 halaman
Tema : kontemplasi diri
Poin of View : Orang pertama / "aku"
..................................................
Premis :
Seorang ibu rumah tangga yang bekerja sebagai peneliti ingin berkomentar tentang perasaan yang dialaminya serta keadaan sosial dan lingkungannya, tetapi dia tahu bahwa hidup itu saling terikat antara satu orang dengan yang lain sehingga perlu menggunakan media lain untuk menuangkan segara perasaan dan emosinya.
..................................................
Gaya Bahasa :
Bahasa yang digunakan ringan dan sangat dekat dengan keseharian pembaca.
..................................................
Ritme :
Ritme dalam tulisan ini cenderung lambat. Karna satiap sub-bab, penulis menulisakan secara rinci dan mencoba untuk mendalami setiap masalah dan emosi
..................................................
Plot :
Karya mbk gita ini, rasa rasanya memakai alur "pergi untuk kembali". Kenapa bisa demikian ?
Karena melihat dari arti plot pergi untuk kembali itu sendiri yaitu penulis melakukan kontemplasi diri, di awali dengan dirinya sendiri. Hal ini tertuang dalam bab pertama yaitu "KITA". Tulisan pada bab ini lebih di tujukan ke diri sendiri. Bagaimana pembaca seolah olah menyelami dirinya sendiri.
Kemudian di lanjutkan dengan bab "MEREKA", dimana bab ini menggambarkan sang penulis mengekploitasi keadaan sekitar. Di bab ini lebih banyak bercerita tentang orang lain di luar diri pembaca maupun penulis.
Dan bab terakhir "MUARA" yaitu berisi kesimpulan kesimpulan dari tahap menyelami diri sendiri dan ekploitasi keadaan sosial sekitar.
..................................................
Ulasan singkat :
Buku ini merupakan kumpulan tulisan pribadi penulis yang menceritakan keresahan, kesedihan, kesenangan, serta emosi emosi dari perasaan manusia.
Buku ini sangat sesuai dengan kehidupan akhir akhir ini meksipun buku ini diterbitkan pada tahun 2020.
Dibuku ini, semua perasaan, prasangka, pemikiran, sifat sifat manusia, kondisi sosial, tertuaang dibuku ini
..................................................
@kurniawangunadi @careerclass @bentangpustaka-blog
..................................................
8 notes
·
View notes
Text
Tepat hari raya idul adha tahun 2023 ini.
Pada malam hari menjelang idul adha.
Malam ini juga saya tuliskan beberapa kalimat yang menggambarkan kehidupan setelah 2 peran tersemat dalam diri saya. Saya sebagai istri dan ibu.
Tepat 5 Februari 2022, saya memiliki sematan istri. Yang saya pikirkan saat memutuskan hal itu adalah semoga jalan itu yang terbaik untuk dapat banyak kebaikan.
Tepat 25 februari 2023, saya memiliki sematan ibu. Yang saya pikirkan saat itu maha baiknya Allah memberikan saya kesempatan untuk bertemu dengan putra yang saya kandung hingga 9 bulan lamanya.
Sekarang 29 Juni 2023. Artinya, sudah hampir 1 tahun lebih saya berperan sebagai istri. Dan baru 4 bulan saya berperan sebagai ibu.
Terima kasih ya Allah. Engkau anugerahkan kesempatan kepada saya atas peran tersebut bisa tersemat. Walau sepanjang perjalanan sangat banyak Lika likunya.
Saat takbir terus berkumandang, perayaan idul adha yang semakin dekat. Saya hanya minta. Berikan saya keikhlasan dan kesabaran yang luas atas kedua peran tersebut. Karena begitu banyak ujian yang datang. Berikan saya banyak kesiapan, kekuatan melewatinya.
Ya Allah, saya belum sesempurna Siti hajar yang sangat taat pada nabi Ibrahim. Saya belum sehebat Siti hajar dalam mendidik anaknya Ismail untuk bisa taat kepadaMu.
Tapi tiap kali saya mendengarkan kisahnya, hanya tetes air mata yang teramat deras bak kontemplasi diri terhadap keluarga kecilku.
Ya Allah, memang keikhlasanku masih menjadi pekerjaan yang terus diremedial, pengorbananku terhadap keluarga masih terhitung pamrih. Tapi ya Allah, saat menuliskan ini derai air mata semoga menjadi titik ketulusan bahwa saya adalah seorang hamba yang sangat butuh kuasaMu. KekuatanMu. PetunjukMu.
Bimbing saya ya Allah atas segala skenario kehidupan yang sudah di ACC oleh mu. Semua sudah atas izinMu. Semua sudah engkau khendaki.
Tabahkan, kuatkan, sabarkan, ikhlaskan segala perasaan berat di hati ini.
Ingatkan saya ya Allah, jangan engkau biarkan saya tersesat. Berikan saya petunjuk dan hidayah. Karena ini adalah dunia dan muara terakhirnya adalah akhirat. Bersebab saya masih di dunia, bimbinglah saya untuk bisa sampai ke akhirat dengan akhir yang baik.
4 notes
·
View notes
Text
Memaknai hal kecil menjadi besar
Setiap nganterin ke Rumah Sakit entah hanya untuk ke dokter atau checkup bulanan bahkan nemenin yang opname selalu ada kejadian kejadian yang bikin tercengang akan kehidupan sampai ngerasa memaknai hidup ga serumit yang kukira
Atau kalau bantu ibu belanja, entah itu di warung klontonh atau pasar tradisional sampai ke supermarket. Tidak semua yang dibutuhkah ada dalam satu tempat, banyak tempat lainjya yang harus dikunjungi untuk memenuhi kebutuhan
Yang paling berasa sih di perjalanan-perjalanan panjangku yang dilakukan seorang diri, entah itu pakai motor atau mobil tiap momen selalu bikin aku lebih mindful dalam menjalani hidup, makanya selalu memilih jalur paling jauh kalau ke suatu tempat atau pulang ke rumah mau nantinya macet atau engga yaa gapapa
Suasana syahdu di malam hari saat hujan, dulu ini menjadi waktu paling bagus untuk memaknai hidup atau ngobrol demgan diri sendiri, semakin dewasa semakin banyak kegiatan yang kulakukan jadi semakin banyak waktu-waktu untuk melakukan kontemplasi ini, tapi lebih ke pengennya di rumah aku bener bener istirahat aja jadi curi waktu di tengah kesibukan orang dewasa menjadi jalan ninjaku.
Ditulis di Ramadhan ke 23,
Bandung, 15 April 2023
2 notes
·
View notes
Text
Sebuah kontemplasi dari cerita hari ini (2/2)
Siangnya, temanku memberi tahu kalau kertas HVS dan plastik laminating di kantor habis. Aku langsung menghubungi kontak tempat fotokopi andalanku.
Yang kumaksud dengan fotokopi andalan adalah tempat fotokopi yang terdekat dari kantor dan pelayanannya yang ramah.
Aku selalu menghubungi tempat ini tiap kali butuh beli peralatan. Namun sayangnya, kami sering sekali tidak 'berjodoh'.
Sama halnya dengan hari ini.
Aku coba menghubungi melalui pesan chat dan menelponnya sebanyak 3x untuk menanyakan kesediaan barang. Karna tidak ada jawaban juga, akhirnya aku menghubungi tempat fotokopi lainnya. Hingga ujungnya, tidak jadi membeli di tempat andalanku ini.
Kejadian ini tidak hanya terjadi sekali, dua kali. Baik yang sifatnya secara langsung ku kunjungi atau melalui telpon, sama saja, kami tidak berjodoh. Mereka baru menjawab pesan beberapa lama setelahnya, dengan alasan tidak buka, baru melihat pesan ataupun hari ini karna sedang berbelanja.
Kejadian ini serupa dengan keinginanku untuk diantar oleh bapak gojek yang kuceritakan sebelumnya.
Ada niat besar yang diusahakan secara terus menerus, tapi entah mengapa hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Setelah berulang kali mengalaminya, aku jadi tersadar bahwa seperti inilah yang namanya takdir.
Kalau Allah belum atau tidak mengizinkan, ya maka tidak akan terjadi. Mau sekuat apapun kita mencoba, kalau Allah bilang belum saatnya, maka belum Allah berikan.
Dan terkadang ketika kita tidak sedang mengusahakannya, Allah izinkan takdir itu terjadi. Kejutan yang menyenangkan.
Seperti cerita yang ku alami dengan bapak gojek. Allah mengizinkannya terjadi pada waktu yang terbaik. Ketika sedang di kondisi mendesak, namun juga bukan di kondisi yang ideal (hujan lebat). Rasa keterhimpitan itu memberi nilai tambah pada pengalaman ini. Allah menjadikan bapak gojek tersebut sebagai perantara solusi yang kubutuhkan.
Tak hanya itu, pengalaman tersebut menjadikan hari ini menjadi lebih special.
Oh ternyata bisa juga ya diantar oleh si bapak
Dan yang terpenting, pengalaman tersebut membuatku bisa memahami maksud dari kejadian yang ku alami hal ini
Kejadian bis yang tidak bisa jalan, bukan dimaksudkan untuk menyelamatkanku dari hujan. Namun, untuk memberiku pelajaran langsung mengenai takdir.
Aku jadi teringat tweetku di malam Jum'at. Tweet reply yang menanyakan apakah ada orang lain yang juga merasa bingung dengan keputusan yang mereka ambil setelah istikharah
Aku juga teringat, pagi ini aku langsung membuka twitter, berharap ada yang sharing pengalamannya melalui tweetku atau setidaknya memberi tanggapan. Tapi nihil, tidak ada yang membalasnya.
Ternyata, Allah sendirilah yang ingin menunjukkannya kepadaku. Melalui rangkaian pengalaman yang ku alami hari ini.
Kejadian bis yang tidak bisa jalan dapat dikatakan sebagai kondisi yang ku alami. Ketika itu pilihannya ada 2, sama seperti kejadian pagi ini:
1. Menunggu dengan sabar solusi dari petugas
2. Turun bis dan mencari cara lain
Ketika turun dari bis, proses perencanaan dan berpikirku belum lengkap. Jika dilambangkan dengan huruf, anggap saja masih sampai tahap X. Itulah mengapa ketika sudah menyebrang, baru terpikir olehku mengenai apakah kartuku akan terblokir.
Sedangkan, ternyata bersamaan dengan itu, para petugas sedang menyiapkan solusinya. Solusi dengan perencanaan dan berpikir yang lebih sesuai dengan sistem yang ada. Dimana ternyata untuk kondisiku, solusi inilah yang lebih tepat. Karna sudah dipersiapkan segalanya dari A-Z.
Terpikir olehku, bahwa ini saja masih contoh yang manusia andil di dalamnya. Bagaimana kalau Allah?
Yang Maha Segalanya?
Seluruh kuasa ada di tangan-Nya. Lalu mengapa perlu takut dengan pilihan-Nya? Perencanaan Allah itu yang terbaik, dan tidak pernah mencelakakan makhluk-Nya
Petugas memang belum menginfokan apa-apa. Tapi tidak lama setelahnya, mereka langsung melakukan solusi dalam bentuk nyata.
Hal tersebut menyadarkanku bahwa apa yang belum terlihat sekarang, bukan berarti hal tersebut tidak terjadi. Bukan berarti Allah tidak sedang mempersiapkan sesuatu yang terbaik untuk kita.
Tetap berada di dalam bis adalah sesuatu yang menakutkan. Takut membuat telat, takut kehilangan banyak waktu, dan takut menyesal tidak mengambil cara lain.
Kondisi yang sama menakutkannya dengan berada dalam ketidakpastian. Namun ternyata kondisi tersebut tidak selamanya buruk. Bisa jadi inilah jalan yang Allah mau untuk kita tempuh. Jalan untuk mempersiapkan diri dan berlatih memanjangkan sabar.
Sesuatu yang kita inginkan, tentu tidak bisa diraih secara instan. Perlu banyak proses yang secara langsung melatih diri untuk bersabar. Sabar dalam berusaha, sabar dalam mengelola diri dan sabar dalam menjemput takdir. Pupuki terus rasa sabar itu dengan tawakal, berprasangka baik dan ikhtiar.
Allah ingin membuatnya menjadi special. Jadi, yang sabar ya. Sabar yang aktif. Man Shabara Zhafira. Siapa yang bersabar dia akan beruntung.
(24/02/23)
2 notes
·
View notes