#lalu miranda
Explore tagged Tumblr posts
Text
Dreaming about you
aku benci harus bermimpi tentang mu miRanDa
bagaimana bisa mereka merasuki mimpi ku dan membuat onar
jumat aku bermimpi sisi Dimana kamu sabar menghadapi ku dan aku memblokir mu yang sebenarnya didunia nyata kamu yang aku paksa untuk memblokir ku Dan melihat eksperi mu membuat aku merasa bersalah
seninnya aku beRmimpi lagi kalau kau sebegitu benci nya dengan ku yang harus ikut membenci mu dan seperti terbawa masa lalu di kampung halaman yg mana kamu kerja disana sekaRang.
sekarang aku di bdg untuk kerja sesaat dan melihat IDN mu di foto bandung seRaya berfikir, mungkin kah kau sedang menyindirku
aku Rasa kau masih punya energi untuk membenci ku
dan aku tau itu
0 notes
Text
SABTU. 02 /03 / 2024
Hari ini aku bangun subuh, semangat sekali mau misa harian ama Suyung. di jam 5 aku sudah bangun dan membangunkan suyung di rumah 18, awalnya dia bilang: Gapapa hari ini aku spesialin kita nggak misa dulu...
Namun karena aku ingin sekali misa (semangat bingiits), akhirnya Suyung mengiyakan untuk mandi dan bersiap-siap. Hari ini jadi hari pertama kami misa di Gereja Sanmare-Bintaro. Gerejanya bagus, bersih, dan besar. Seseneng itu akhirnya misa harian sama suyung ❤️
Setelah misa, kamipun sarapan ke tuku BP Bintaro lalu pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ternyata Bunda sudah menyiapkan sarapan dan akhirnya kamipun makan lagi sembari mengobrol dengan Bunda. Disini Bunda menanyakan pada kami berdua apakah sudah serius dan ingin melangkah ke jenjang selanjutnya, yaitu Pernikahan.
WAW WEW WOW CEPAT SEKALEEE... baru juga jadian minggu lalu wkwk....
Dan Bonipun menjawab kalau dia memang ada niatan untuk serius, dan ingin menikah di tahun depan. Namun kata Bunda: tahun ini aja..
DHUANG DHENG DHOORRRR
yak! akhirnya perbincangan itu menjadi buah pikiran buat si Suyung.
Setelah selesai sarapan dan ngobrol, kamipun duduk santai di rumah 18 (kalau kata Suyung ini namanya rumah nongkrong hahaha). Kamipun bermain kartu tentang pasangan disini. Pertanyaan-pertanyaan di kartunya bagus dan bener-bener sesuai nanyanya dengan pengalaman masing-masing kami. Setelah selesai main kartu pertanyaan, kamipun menonton youtube, namun tiba-tiba saja kantuk menyerang. Akhirnya kamipun masing-masing memutuskan untuk bobo sore. HAHAHA.
Selesai bobo sore, akupun membangunkan si Suyung dan mengajak dia untuk melihat rooftop. Di rooftop inilah, kami mengobrol dari santai sampai bahasan yang agak berat. Disini aku mengutarakan bahwa aku sebenernya sempet sedih karena tidak bisa menikah secara kristen di Gereja HKBP. Namun pada akhirnya, aku tidak ragu. Yakin bahwa ini sudah berkat dari Tuhan. Kamupun memeluk aku dan mendaratkan ciuman di pipiku untuk pertama kalinya.. UUUU SENANGNYA AKU ❤️❤️
Terima Kasih ya Suyungku...
Saat mengobrol, ternyata Bunda mengintip dari rumah sebelah dan menyuruh untuk cepat-cepat bersiap karena Bunda ingin mengajak makan malam ke luar.
Akhirnya kami menyudahi perbincangan kami, bersiap-siap, dan pergi ke Mall Bintaro Exchange untuk makan malam. Disanapun Bunda mengobrol banyak dengan Boni. Setelah selesai makan malam, kami beli Sour Sally lalu kembali ke rumah. Sesampainya di rumah, aku -Boni - dan Miranda menonton film Society of Snow di Netflix dan kemudian kami beristirahat. alias TURU.
Sekian untuk hari ini...
semuanya indah dan menyenangkan...
Puji Tuhan ❤️🙏🏻
0 notes
Text
kopi
Melbourne, 2024.
Adarian tidak terlalu mencintai kopi.
Suara jeritan yang berlangsung dengan cara melengking selama tiga puluh detik penuh tanpa jeda itu berasal dari Naomi, yang kebetulan, sedang membuka laptopnya dan menatap laman gosip selebriti sepenuh hati.
Adarian terkesiap dari kubikelnya lima detik kemudian, karena suara bernada tinggi yang dikeluarkan dengan segenap kekuatan dalam itu berhasil membuyarkan lamunannya. Ia sempat berseru kecil soal novel tiga ratus halaman yang sebentar lagi selesai diedit, tinggal membuat laporan kecil, dan gagal begitu ide yang keluar menguap perlahan.
“Ada apa?” Pertanyaan itu datang Miranda, si gadis bertubuh jangkung dengan rambut semerah anggur mengintip dari balik kubikelnya, menatap Adarian dengan pandangan bertanya. “Masih sepagi ini sudah berisik saja.”
“Sepertinya baru saja dapat berita buruk soal Tom Hardin, atau semacamnya?” Itu adalah suara lembut dari Sebastian yang sedang menyeruput kopinya sambil menatap layar komputernya sendiri. “Tom Hardin baru saja berkencan.”
Suara ‘oh’ yang keluar kemudian, sebagai respon yang tidak seharusnya mengagetkan, itu datang seperti paduan suara, dan mau tidak mau, Adarian tersenyum dibuatnya.
Mungkin senyum yang kecil dan tipis itu datang dengan tulus setelah sekian lama memasang senyum selebar mungkin agar tidak ditanya yang macam-macam oleh orang asing. Khususnya ketika berada di negeri orang yang jelas-jelas berbeda dengan budaya negerimu sendiri, tapi Adarian bersyukur Melbourne tidak benar-benar membiarkan orang-orang di sekitarnya peduli atau tidak peduli. Ada yang namanya batasan yang dihormati, walaupun kebebasan masih dijunjung tinggi, dan yang demikian terasa seperti ruang kecil untuk bernapas dari kekacauan kecil yang ada di belahan dunianya yang lain. Itu lebih menguntungkan untuk dirinya kendati rasa sepi tak urung mengetuk relung hati.
Lagipula, menjadi editor novel lepas tidak terlalu buruk ketika dirinya mendapatkan rekan kerja dengan berbagai cerita menarik dan unik, terkadang berada di luar nalar, hidupnya tidak pernah lebih baik dari ini.
Jadi, begitu Adarian memutuskan untuk berdiri dan menutup laptopnya, dan Miranda ikut menatapnya, sedang Naomi tampak buru-buru menutup layar untuk berdiri dan membungkukkan badan, ia tidak bisa meminta lebih. Yang begini saja sudah cukup, lebih cukup daripada mendengarkan pertengkaran tidak menyenangkan dan tatapan kasihan dari orang-orang setiap dia keluar dari pintu rumah menuju kampus.
Sebenarnya, ada banyak hal yang mengganggu pikirannya selama bertahun-tahun setelah akhirnya Mama dan Papa bicara; membicarakan perceraian dan hak asuh adik-adiknya, begitu ia menginjakkan kaki di negeri orang sendirian, tanpa ada siapapun yang menemani. Lucunya lagi, hak asuh kedua adiknya kini berada di tangannya, walaupun ia tidak benar-benar menghadiri persidangan merepotkan seperti itu karena memutuskan untuk melanjutkan studinya di negeri kangguru ini. Dan walaupun Cecil dan Damian Wiracaka sudah cukup besar untuk paham bahwa mereka harus mengurus diri mereka sendiri sejak memasuki sekolah menengah pertama beberapa tahun yang lalu, Adarian tidak akan pernah sampai hati untuk menelantarkan mereka, dengan memberikan segepok uang di rekening sebagai caranya menebus kesalahan karena berani kabur dari masalah keluarga yang ada.
Itu bukan kabur juga, sih. Toh, Adarian melakukannya karena harus menafkahi kedua adiknya yang sudah bisa mengurus rumah sendirian tanpa orang dewasa, hanya ada paman yang sudah bersumpah untuk menjaga mereka agar Adarian fokus mengejar mimpinya di sini. Yang lebih lucu lagi, sebetulnya Adarian tidak memiliki mimpi tertentu, namun bekerja sebagai editor novel secara lepas dan sisanya dipakai untuk menjadi seorang barista hingga malam menjemput adalah dua hal yang paling cukup untuk membuatnya berhenti memikirkan masalah yang sudah ada. Setidaknya mencari nafkah bisa menjadi alasan yang masuk akal, karena kabur dari masalah adalah hal yang tidak bisa dimaafkan, terlebih menjadi sebuah alasan yang biasa diremehkan.
“Maaf.” Suara sayu Papa yang sudah kuyu dan kurus sejak proses persidangan berlangsung sebenarnya nyaris membuat pertahanan Adarian runtuh, walau ia baru melihatnya lewat layar panggilan video. Ada setumpuk penyesalan dan perasaan bersalah yang bercokol dalam dadanya ketika mata yang biasanya memandang penuh percaya diri serta angkara itu kini berubah menjadi mata tanpa warna yang solid. Hidup memang bisa berubah sewaktu-waktu, dan bisa jadi sangat ekstrem, Adarian menyadarinya. “Maafin Papa, Kak.”
Adarian tidak menemukan jawaban yang tepat untuk dikeluarkan pada saat itu, padahal itu adalah ucapan maaf paling tulus yang tak pernah dia dengar selama nyaris seperempat abad hidupnya, dan ketika semuanya sudah hancur berantakan, ucapan krusial semacam itu baru dikeluarkan. Jadi, daripada mengeluarkan komentar yang tidak tepat dan sungguh terlambat, lalu menghancurkan apa yang sudah dia lakukan demi menyelamatkan kedua adiknya dari rumah yang berantakan, ia memutuskan untuk diam menatap Papa lurus-lurus dan tersenyum lembut.
Sedangkan ibunya adalah masalah lain. Entah karena terluka atau karena tanpa sengaja Adarian merusak reputasi yang dibangunnya sejak ia masih kecil, Mama tidak mengatakan apapun, bahkan menatap saja tidak mau. Namun, ia paham. Merasa bersalah itu sesuatu yang kompleks, dan memohon maaf lewat kata ketika kau merasa bersalah jauh lebih susah daripada mencuci piring setiap akhir pekan. Dan lagi-lagi, Adarian harus memaklumi orang dewasa dan keegoisan mereka.
Makanya, berada di sini, jauh dari banyak stigma tentang anak sulung yang seharusnya menurut pada orang tua dan cemerlang, atau bisik-bisik tidak menyenangkan karena perselingkuhan ibunya atau ayahnya yang tidak jarang memakai kekerasan dengan alasan mendidik anak-anak, adalah satu dari sekian alasannya bersyukur bisa menjalani hidup dengan baik. Sebab dia pun, sama seperti orang lain, orang dewasa yang lain, butuh waktu dari berbagai macam pelik yang ada.
Bagian favoritnya dari meniti karir yang bebas di negeri orang adalah sebuah kafe tidak jauh dari kantor penerbitannya, di mana ia bebas berkreasi dengan semua resep kopi yang ada, bahkan Kang Ridwan tidak akan banyak protes ketika ia menambahkan karamel di gelas Americanonya, dan aroma kopi yang biasanya menyatu dengan kudapan manis favoritnya tidak pernah jauh dari indra penciuman. Menyenangkan, kan?
Ia tidak perlu pusing-pusing menghitung catatan keuangan yang sudah dijadikan acuan, atau menghitung pajak yang ada, hidupnya hanya tinggal mengubah daya imajinasi jadi ladang uang dan orang lain merasa puas dengan apa yang dikerjakannya. Semua orang jelas mendapatkan keuntungan, dan cara bertahan hidup yang demikianlah yang mampu membantunya mengirimkan sejumlah uang setiap minggu kepada adik-adiknya, yang kini berhasil sekolah di sekolah yang dulu didambakannya, tanpa perlu repot-repot menyenangkan hati orang lain dan tidak mendapatkan apapun.
“Ian.”
Apron cokelat yang melekat di tubuh Adarian tampak kontras dengan baju kaus putihnya yang hari ini tampak baru, seperti baru diambil dari deretan baju di mall, yah, walau sebetulnya Adarian memang baru mengambilnya dari binatu. Terasa nyaman walaupun bahannya lebih mirip bahan lap piring di apartemennya, tapi setidaknya mereka memiliki bordiran berupa logo dan nama toko keemasan yang cantik.
Kepalanya mendongak, bersamaan dengan helain rambut yang menyapu angin, dan senyumnya mencuat lagi. Ridwan menatapnya setelah memanggil sambil menggenggam setumpuk brosur di tangan. “Kang, aya naon ieu teh?”
“Oh.” Ridwan, lelaki yang lebih tua dua tahun darinya dengan pakaian formal dan rambut yang disisir rapi, menyerahkan sebuah brosur. “Mau ada acara hari ini.”
“Dadakan pisan?” Adarian membaca selembaran brosur yang diberikan, membaca jam dan tanggalnya, tepat hari ini di jam shiftnya. “Wedding anniversarry?”
Dan begitulah bagaimana harinya berjalan di kafe. Acara dadakan yang selalu datang tanpa peringatan dan membuat Adarian harus mempersiapkan diri agar tidak kewalahan. Ditemani oleh satu rekannya yang bertugas untuk memastikan tempat ini bersih dan stok biji kopinya masih ada dan bagus, sekaligus memastikan biji kopi robusta dan arabica yang ada tidak tertukar. Juga kegiatan mengkalibrasi kopi, menentukan ukuran kopi yang pas, susu, karamel, dan menyajikannya dengan cara yang cermat juga cantik di saat yang sama. Hidupnya sungguh teramat menyenangkan, tanpa perlu memikirkan orang lain dan masalahnya, jauh dari terlalu banyak mata yang bisa saja melihat, serta tidak perlu bertemu dengan tetangga yang senang sekali bergunjing dan ikut campur masalah keluarga tanpa benar-benar membantu
Yang membuatnya lebih seru adalah acara yang ada, yang mau tak mau membuatnya menghadapi banyak pelanggan dengan keunikannya sendiri-sendiri.
Bukankah malam ini jadi sangat menarik?
0 notes
Text
Mengenal Kristal Healing Untuk Terapi Alternatif Berbagai Penyakit
BALIPORTALNEWS.COM, DENPASAR – Ketika Pesohor Dunia seperti Victoria Beckham, Miranda Kerr, hingga Katy Perry, menggunakan batu kristal untuk membantu proses penyembuhan diri (self healing) hingga ‘jimat’ keberuntungan, lantas bagaimana eksistensi kristal, khususnya sebagai bagian dari proses penyembuhan? Haikal Pratama, Kristal Healer asal Kalimantan yang tinggal di Perumahan Graha Adi blok B-4 jalan Tegal Dukuh Utara IX Penamparan, Denpasar Barat menjelaskan, popularitas metode kristal healing tidak saja populer di masa lalu, namun di dalam masyarakat modern penggunaan kristal untuk terapi kesembuhan masih dilakukan. "Ini terlihat dari trend masyarakat untuk menggunakan kristal untuk mengobati berbagai jenis penyakit dan masalah kesehatan. Konsep dasar di balik kristal healing adalah bahwa setiap kristal memiliki getaran atau energi yang unik, yang dapat digunakan untuk merangsang proses penyembuhan dalam tubuh manusia," jelasnya. Kristal healing adalah suatu bentuk terapi alternatif yang melibatkan penggunaan kristal dan batu untuk mengobati berbagai jenis penyakit dan masalah kesehatan. Konsep dasar di balik kristal healing adalah bahwa setiap kristal memiliki getaran atau energi yang unik, yang dapat digunakan untuk merangsang proses penyembuhan dalam tubuh manusia. Seperti apa proses penyembuhannya? Pemilik akun tiktok @haikal.prt ini menjelaskan selama sesi kristal healing, seorang terapis akan menempatkan kristal pada atau di sekitar tubuh klien untuk membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan menghilangkan blok energi yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan fisik atau emosional. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang kuat yang mendukung efektivitas kristal healing, namun diakui Haikal metode kristal healing ini sudah banyak dipraktekkan, tidak saja oleh praktisi Healer, namun juga pada rumah sakit-rumah sakit melalui poliklinik komplementer. "Karena terapi dengan menggunakan kristal ini dipercaya bisa membantu meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan," ungkap pemilik akun Instagram @haikal.pratama ini. Kristal jenis apa saja yang bisa digunakan untuk pengobatan? Haikal menyebutkan ada banyak jenis kristal yang bisa digunakan. Namun ada beberapa yang populer, seperti, Ametis, kristal ini dianggap memiliki sifat penenang dan dapat membantu mengurangi stres serta kecemasan. Selanjutnya adalah kristal turmalin, yang dikenal sebagai ‘pelindung alami’ ini mampu membantu melindungi dari radiasi elektromagnetik yang merugikan. Lapis lazuli adalah kristal biru yang indah ini dipercaya dapat membantu meningkatkan kemampuan komunikasi dan mempromosikan pemulihan emosional dan Rose quartz, si kristal pink yang cantik ini dianggap dapat membantu membangun cinta diri, meningkatkan kasih sayang, dan membantu dalam hubungan romantik. "Namun demikian, efektivitas penggunaan kristal dalam penyembuhan tergantung pada individu dan kondisi kesehatannya. Selalu konsultasikan dengan profesional kesehatan sebelum menggunakan kristal untuk tujuan penyembuhan apa pun," tambahnya.(tis/bpn) Read the full article
#HaikalPratama#Jepang#Kalimanatan#kekuatanhidup#KristalHealing#Penamparan#PengobatanAlternatif#Reiki
0 notes
Text
Nasib Pilu Briptu Lasminto Kru Helikopter Jatuh, Baru Menikah 7 Bulan Lalu di Banyuwangi
Nasib Pilu Briptu Lasminto Kru Helikopter Jatuh, Baru Menikah 7 Bulan Lalu di Banyuwangi
Banyuwangi, Jawa Timur- Salah satu korban helikopter Baharkam Polri yang hilang kontak di Bangka Belitung, ternyata pengantin baru. Dia adalah Briptu Moch. Lasminto, kopilot pesawat nahas itu. Polisi ini baru tujuh bulan menikahi gadis asal Banyuwangi, Jawa Timur, Miranda (26). Keluarga di Kelurahan Karangrejo, Banyuwangi berharap korban bisa ditemukan selamat. Meski, sekarang belum diketahui…
View On WordPress
#helikopter hilang kontak#helikopter jatuh di babel#helikopter polri hilang kontak#helikopter polri jatuh korban
0 notes
Text
Being 28 in pics
Semakin dekat dengan the big 3-0, mari embrace my final years of being in my 20s.
Hari ini diawali dengan ingin menjadikan hari ini lebih produktif dibandingkan dengan hari-hari Minggu biasanya. Haha. Bangun jam 8-an pagi, lalu jam 9 pergi ke Borma Dago untuk belanja Maizena pesenan mama. Seperti biasa selalu tertarik untuk beli hal-hal baru, dan tadi nemu Yakult warna biru less sugar, jadi aku beli deh. Nggak lupa beli bleach Miranda yang ingin aku pake untuk memutihkan kembali sol-sol sepatuku yang sudah mulai menguning. Karena 30ml ternyata banyak banget jadilah sekalian aja nge-bleach 4 sepatu. Hasilnya tidak mengecewakan hehe:
Jam 12 siang berangkat ke Siliwangi untuk jemput aki-nini, lalu kami berlima (aku, mama, bapa, aki, nini) pergi ke PvJ untuk makan di Justus. Leika udah mulai kerja di Jakarta dan Arka seperti biasa lagi melanglangbuana. Makan tenderloin steak entree yang kok kayaknya agak mengecil. Tapi tetap enak. White mushroom sauce + balsamic salad + wedges will never go wrong:
Terus dari PvJ minta mampir dulu ke Periplus Setiabud karena biar sekalian aja - mumpung ulang tahun lagi ada diskon 15% dan minta mama beliin buku aja untuk kado:
Milih bukunya juga agak yaudah bismillah wg - semoga seru deh. Ingin jadi kembali lebih rajin membaca seperti diriku yang dulu. Huhu. Makin tua entah kenapa attention span makin buruk dan makin susah ngeberesin baca buku :< Ini Crying at H Mart sama Quran versi translasi-nya Oxford aja gak beres-beres aku baca. Terus karena kemarin abis nonton video-nya Joram van Kleveren, aku minta minjem buku Muhammad-nya Martin Lings sama Karen Armstrong supaya bisa aku baca sekalian.
Abis itu pas nyampe lagi di rumah akhirnya aku nge-dye atasanku yang warna putih nya putih banget udah kayak baju seragam sekolah. Gak suka. Nonton video youtube aja how to dye clothes with tea leaves. Hasil before afternya kayak gini, pasti luntur sih tapi semoga nanti akan berakhir menjadi warna broken white yang cakep:
Abis nulis ini mau ngecat rambut sama beresin The Nakano Thrift Shop - baru beres seperlima jadi belum tau akan seru atau ngga, tapi lumayan lah a break from Murakami’s weird (but somehow comforting) plot.
Makin tua makin mencari contentment aja di hal-hal kecil yang mundane. Today was perfect.
19 notes
·
View notes
Text
pertengahan desember 2021 kemarin tiba2 kucing kecil dateng ke rumah, bulunya mirip sama Pingu, Anya, Ubul, dan Ilza..
baru pertama liat ko saya merasa ada ikatan batin sama kucing ini ya? umur dia kayanya baru sebulan kurang. kecil, kurus, lucu, dan bulunya tipis tp panjang2..
akhirnya krn dia tak bertuan kami anggap dia sbg peliharaan kami..! setelah itu saya tau bahwa dia kucing yg aktif, lincah, lucu, dan jg nakal..! hahaha, dan kita namain dia Sarbin.. alias Sarbina Cereal! soalnya mulutnya putih dan kepalanya hitam. kaya abis makan cereal deh..
dia berkelakuan banget..! suka gigit2in jari saya kalau saya lg tiduran dan main laptop, terus dia suka sama pergerakan..! pada saat itu dia suka sama pergerakan tangan yg spondan dan mengagetkan..! pasti bakalan dia lahap itu tangan wkwkwkwk
waktu berjalan. semakin sayang rasa saya sama si sarbin ini, sampai setiap kali dia keluar dan dibawa main sama anak2 tetangga saya bawaannya emosi aja, takut dia kenapa2.
diumurnya yg ke 2 bulan, tepatnya bulan januari akhir - maret awal. ketahuan deh dia adalah the "starry cat" dia suka banget merhatiin org2 rumah. pandangan dia benar2 tajam dan kepo gitu deh.. lucu banget! saya paling gakuat untuk nahan ga bercanda sama dia kalau tingkahnya sudah begitu..
hari2 berjalan dengan damai dan sangat indah bersamanya..
btw, sarbin punya tatapan yg mirip sama acha.. kalau acha tatapan tulus kalau sarbin tatapan kepo dan penuh tanda tanya!!!
ini anak bener2 bosenan, udh tiap 2minggu sekali ganti makanan basah, makanan kering kaga mau.. benar2 menguras kantong aja yah kamu sarbin..! tapi gapapa kan saya sayang kucing saya hehe
tp sayang dia ternyata kucing introvert! dia penyendiri dan tiap kali dia mau berteman pasti kucing2 lainnya akan hisses dan menjauh, kasian sarbin hahaha!
sampai suatu saat akhir desember 2021 lalu dia bisa berteman sama León.. dan tepat pada tanggal 19 Maret 2022 pada pukul 04.25 WIB, Sarbin Cereal akhirnya menyusul sahabatnya León (Leona Dewi) dan juga om Moris Amanda (Miranda), pangsya menghembuskan nafas terakhirnya.
saya masih shock dg kepergiannya.. saya tau saya ga akan pernah bisa melihat betapa lucu, lincah, aktif, unik, dan nakalnya dia.
saya ga akan pernah bisa main polisi maling lg sama dia
saya ga akan pernah marah lg kalau dia mulai gigit2in dan nyakar2in saya
saya ga akan pernah bisa elus2 bulunya yg lembut juga nyium dia dan aromnya yg khas ilernya
dan saya ga akan pernah memaafkan diri saya dg apa yg telah terjadi.
selamat jalan sarbin, kita bakal berjumpa lagi kan di lain waktu..?
2 notes
·
View notes
Text
A BLESSING IN DISGUISE
MAHESA
Arloji menunjukkan waktu sudah pukul empat lebih dua puluh lima menit. Kakinya menancap gas sedikit lebih dalam, guna melajukan kendaraan roda empatnya lebih cepat. Genggamannya mencengkram stir mobil sembari memainkan kedua jari telunjuknya—mengetuk-ngetuk sesuai tempo pada lagu yang menemani perjalanannya.
Asal mula sang Tuan tampak tergesa-gesa tidak lain ialah karena ia sudah melewati janji waktu temunya dengan seseorang. Bukan sekedar minum kopi apalagi rapat perihal kerjaan, namun ajakan mendadak seorang wanita untuk pergi ke suatu tempat. Kata hati, memang sedikit aneh kejadian ini. Belum lah ia begitu akrab dengan sang Nona, namun ajakannya sudah ia anggukan dengan begitu mudahnya. Bahkan, ia rela mengosongkan jadwal hingga besok.
Siapa tahu akan jadi akrab setelah melewati beberapa waktu bersama.
iMessage | Kalena Harris
✓ Saya sudah di depan rumah Kalena.
KALENA
Niat hati ingin mengajak temannya untuk rehat sejenak. Namun yang didapat saat ini, ia sedang merutuki dirinya. Sebab ketidaktelitiannya dalam berkirim pesan. Alhasil sang nona menjadi kebingungan sendiri.
Tepat di dering kedua ponselnya berdering, dengan mata yang masih diselimuti kantuk Kalena menekan tombol hijau bergambar telepon. Menerima telepon dengan suara serak khas orang baru saja terbangun.
“Hah?? Iyaa. Langsung aja ke rumah. Gue masih ngantuk.”
“Kalau udah sampai, ada bibi di bawah.”
Ada keanehan suara yang ia dengar. Pasalnya, teman akrab dan juga teman kuliahnya; Mahendra, mempunyai suara yang agak lembut. Tidak berat seperti pria yang ia telfon barusan. Hingga sebuah ketukan di pintu kamarnya terdengar. Bi Ima, asisten rumah tangganya, mengetuk pintu kamar Kalena guna membangunkannya dari tidur siangnya.
“Non Kalena, temannya udah sampai.”
“Siapa, Bi? Mahendra 'kan? suruh masuk aja dulu.”
“Bukan, non. Mahesa namanya. Orangnya tinggi gitu. Beda sama temannya non yang namanya Mahendra.”
Bak dilempar sebuah bom waktu, Kalena yang saat itu masih mengumpulkan nyawanya langsung berdiri kaget. Pasalnya sejak kapan Mahesa bisa ada di depan rumahnya. Langsung saja Kalena memeriksa riwayat pesan dan telepon di ponselnya.
MAHESA
Sopan santun, selayaknya yang diajarkan Miranda kepada Mahesa. Tungkainya menggiring raga Mahesa mendekati pagar cantik berwarna hitam. Rumah sederhana tampak berdiri kokoh dibaliknya. Mengulas senyum dan menyembul sapa hangat kala seorang wanita paruh baya mendekati Mahesa.
“Ada apa, ya?”
“Selamat sore, saya Mahesa. Saya sudah ada janji dengan Kalena.”
Tampak tergurat kerutan pada dahi wanita dihadapannya. Yah, tidak heran, ini pertama kali Mahesa menghampiri kediaman tersebut.
“Saya temannya Kalena, kok.”
Menekankan, supaya tidak dicap sebagai orang asing dan aneh.
“Oh yaa, yuk, duduk dulu di dalam.”
Dengan nuansa pakaian sederhana; hanya berbalut kaos putih dan celana jeans, Mahesa mengekori kemanapun wanita itu pijakan kaki, hingga tiba di kursi yang terletak di teras.
“Saya tunggu disini saja.”
“Oh iya, nanti saya panggilin Kalenanya dulu, ya. Mau minum apa?”
“Tidak usah, terima kasih.”
KALENA
Selesai membersihkan diri dan mengganti bajunya menjadi lebih layak, dengan sedikit langkah hati-hati Kalena mengintip keberadaan Mahesa. Memang betul, perawakan serta postur tinggi tubuhnya tidak sama dengan Mahendra. Kakinya sedikit bergetar antara malu dan merasa tidak enak, sebab menghubungi orang yang salah. Dengan nama yang hampir mirip, membuat Kalena kurang memperhatikannya dengan seksama.
Tungkainya melangkah dengan pelan dan hati-hati. Bibirnya ia gigit, hingga gertakan akibat giginya bisa terdengar. Beruntung Mahesa membelakangi tangga rumahnya. Menghampiri sang pria dengan perasaan yang tidak enak serta senyum kikuknya mengawali sambutan Kalena saat Mahesa tengah terduduk di ruang tamunya.
“E... Halo, Mas. Sudah lama sampainya?”
Gadis itu mencoba membuka pembicaraannya kepada tuan yang ada di hadapannya.
MAHESA
Satu menit, dua menit, tiga menit, beberapa menit kemudian, sosok yang dinanti datang. Berusaha melampirkan senyum terbaiknya, sebelum tubuh ia putar menghadap sang Nona dengan mata sedikit sembab.
“Belum, Kalena.”
Suasana yang diprediksi Mahesa berbanding terbalik dengan kenyataannya. Semula, terbesit bahwa kedatangannya akan membawa kegembiraan tersendiri bagu Kalena, namun, sang Nona justru tersenyum kikuk. Hingga hening menyelimuti keduanya.
“Ada barang yang bisa saya bantu bawakan?” Cakapnya guna memecah hening.
“Untuk penginapan santai saja, saya sudah bilang ke salah seorang kawan, kok.”
Mungkinkah Mahesa yang bersemangat sendiri? Namun, jika melihat kejadian beberapa saat lalu, harusnya Kalenalah yang lebih bersemangat.
KALENA
Dengan tatapan sedikit kikuk, Kalena lebih dulu mempersilahkan Mahesa untuk minum terlebih dahulu. Tidak enak jika membiarkan tamu untuk mengajak bicara terlalu lama. Ia yang menghubungi Mahesa terlebih dahulu, disela Mahesa tengah sibuk dengan segala perintilan pekerjaannya. Perutnya seakan ditusuk berbagai jarum. Kepanikan menyelimuti perasaannya. Merasa tak enak dan bersalah sebab ketidaktelitian Kalena.
Hawa di ruang tamunya menjadi panas. Padahal suhu di ruangan sana bisa dipastikan selalu sejuk, berkat pendingin ruangan. Beberapa menit keduanya terdiam hingga akhirnya Kalena berhasil membuka bibirnya untuk bicara terus terang.
“Jadi begini, Mas. Sebelumnya saya mohon maaf sekali. Niat ingin menghubungi teman yang bernama Mahendra, namun ternyata salah kirim chat dan malah terkirim ke Mas Mahesa. Karena kontaknya atas bawah. Dan itu juga, bukannya lebih dulu memastikan, justru malah saya langsung tertidur.”
Jujur sebenarnya selain diselimuti rasa takut, Kalena juga merasa tidak enak hati sebab Mahesa telah jauh-jauh hingga sampai berada di kediamannya.
Tertunduk lemas, ia merasa Mahesa akan kecewa dengan penjelasannya.
MAHESA
Seolah kebahagian runtuh, Mahesa diam seribu bahasa. Senyum yang semula ia usahakan terukir pada wajahnya, perlahan luntur lantaran mendengar cakap Kalena.
“Ah, ya,”
Melirik ke arah sembarang, berusaha mencari kalimat yang tepat untuk berpamitan. Bagaimanapun, Kalena mengharap kan Mahendra yang datang, bukan Mahesa.
“Kalau gitu, saya pulang dulu ya?”
Tuturnya sembari menyesap air yang disediakan asisten rumah tangga tadi.
KALENA
Sekali lagi, Kalena terus merutuki dirinya. Dalam hati, ia benar-benar tidak tau harus bicara apa lagi kepada Mahesa. Diliputi kebingungan, ia tidak tau harus melakukan hal apa lagi supaya Mahesa tidak merasa kecewa. Suntuk menyelimuti keadaan emosinya akhir-akhir ini. Sampai akhirnya ia berpikir sejenak untuk merehatkan diri, guna mendapatkan semangat baru dalam bekerja.
Berusaha untuk berpikir jernih sejenak, sebuah helaan lembut dari napasnya terdengar. Dengan rasa tak enak hati; apalagi Mahesa sudah mengosongkan waktunya, akhirnya Kalena mencoba menahan Mahesa.
“Tunggu. Mas ngga usah pulang. Berhubung karena salah saya sendiri, jadi...”
Sedikit menggantungkan pertanyaannya. Ia mengelus tengkuk belakangnya yang tidak gatal.
“Jadi.. Ya sudah, saya temani Mas untuk berlibur. Saya pun juga sebetulnya butuh istirahat sejenak dari ibukota.”
Raut wajah yang diselimuti berbagai macam pikiran kalutnya, kini perlahan melihat sang pria yang ada di hadapannya.
3 notes
·
View notes
Photo
UDG DIGI Headphone Bag by @lalu_miranda @udgargentina
#UDG#udggear#deejay#producer#djlife#UDG On The Road#UDG ReGram#udgargentina#udg latam#lalu miranda#lara miranda
0 notes
Text
Miranda
in my dream:
aku melihat wanita sedang memotong kayu tetapi dia dengan santai tidak khawatir, dan akhirnya benar aku tau dia membuat tanggannya berdarah dan hampir terpotong dia di tolong banyak orang.
dan aku pergi bertemu dengan orang yang skripsinya tidak selesai dan dia dalam tahap komitmen untuk selesai, hingga tanpa sadar kalau aku menemaninya itu di ikuti miranda 2 orang itu menghilang menyisakan aku dan miranda.
perbincangan awkward terjadi
cenayang: jadi bagaimana? miranda: bagaimana yg gimana? cenayang: kondisi sekarang gmna? miranda: jangan menanya kabar orang yang kita tidak ingin dengar, kau bisa lihat di diriku sendiri cenayang: ... aku ingin cerita masa lalu sebelum mereka kembali miRanda: ...
dan datanglah pengunjung lain di warung kecil pinggir jalan itu sehingga membuat pembicaraan berakhir
sadar dan kemudian aku tidak menemukan miranda lagi karena 2 orang skripsi itu pergi bersama miranda
aku tau satu lah kalau kita ber4 itu satu provinsi 2 pasang orang dari kota sama 2 girls same city 2 boys same city
aku hanya ingin tau satu hal tentang perempuan yg santai dan akhirnya tangannnya hampir terluka karena terpotong
0 notes
Text
Sunday, Feb 25th 2024
Berhubung sudah janjian mau Gereja Katedral hari ini, akupun bangun pagi di jam 6 dan bersiap-siap... hihihi.. sampe2 Bunda nanya: Mau kemana kamu pagi-pagi? kerja?
dan aku jawab: Ngga.. mau Gereja sama Boni...
wkwkwk...
Bundapun terheran-heran lalu menanyakan: Boni siapa? yang Katolik? emang udah gmana dia? jam berapa Gerejanya?
terus aku jawab semua dan bertanya lagi: Bun, kalau Boni mau ke rumah hari ini boleh ngga?
jawab Bunda: Ya, kalau dia mau serius sih pasti dia mau kesini.. kalau mau kesini sebelum jam 2 ya.. Bunda Bapak mau Gereja Hang Lekiu jam 4..
OKE BHAIQ KARENA SUDAH DAPAT RESTU, Akhirnya aku berangkat jemput Boni di hotel.. Sebelum jemput aku whatsapp dan telepon-telepon dia, namun nampaknya sang pria terlelap sangat.. sampai2 nada dering tak satupun terdengar...
akhirnya aku buatkan bekal roti dengan nutella, bawain minum, dan berangkat menjemput Boni...
Sesampainya di hotel, aku naik ke kamar Boni dan mengetok-ngetok.. eh benar saja, dia masi bobo.. wkwkkw akhirnya dia bukain pintu dengan muka bantal.. wkwk lucukk..
Bonipun bergegas mandi, siap-siap dan kamipun berangkat menuju Gereja Katedral...
Sesampainya di Gereja Katedral, ternyata masih penuh karena yang ibadah sebelumnya belum pulang.. Sehingga kami menunggu sejenak di parkiran pinggir jalan sembari memakan sarapan dan mengobrol...
Setelah parkiran mulai lowong, kamipun parkir ke dalam Gereja dan berfoto-foto di depannya.. Thanks to Bapak Pengarah Parkir yang baik hati mau motoin kami berdua.. hihhiihi ❤️❤️❤️
Puji Tuhan bisa Gereja bareng.... ❤️❤️❤️ Sebelum ibadah, Bonipun doa rosario juga.. huaaa :") BEST!
Setelah selesai Misa, kamipun kembali ke mobil dan memutuskan untuk pergi makan siang soto kudus... sebelum berangkat, tiba-tiba saja Boni bilang: I Love you...
WAAWWWW... DAKU TERKHAGETT :") baru ketemu dua hari, udah i love you aja kamyuuuu...
aku hanya dapat membalas dengan: thank youu..
wkwkwk masi kaget shocked... wkwkk
kemudian kamipun berjalan menuju restauran, namun karena jam sudah menunjukkan hampir setengah dua dan Bunda meminta untuk makan di rumah saja karena ada babi panggang, hahaha, akhirnya kami cancel makan ke tempat soto dan pulang ke rumah...
Sepanjang perjalanan, Boni yang akan segera bertemu orang tuaku nampak tegaang .. terdiam.. berusaha mengobrol namun hatinya tak tenang,... ahahhaa.. aku berusaha menenangkan namun tetap saja Ia tegang... apalagi ketika sudah mendekati rumah...
Sesampainya di rumah, Miranda dan Apri menyambut kami berdua.. Aku dan Bonipun menyalami mereka berdua seraya mengucapkan selamat hari minggu...
kemudian Aku mendapati Bapak sedang menonton televisi, dan Boni mendapati Bunda yang baru saja keluar kamar, dan langsung menyalam Bunda dengan mengatakan: Selamat Hari Minggu...
AZEGHH AZEGHHH WKWKKWKWKWKW
Setelah itu, Bapak dan Bonipun berbincang seraya aku mempersiapkan makan siang bersama dengan Bunda... Bapak menanyakan tentang marga Malau, tentang kerjaan.. Puji Tuhan Boni bisa menjawab semuanya dengan baik.. ihiwww...
Setelah itu merekapun mempersilahkan kami berdua makan dan kamipun menyantap makanan dengan sangat lahap karena sudah lapar sekali, wkwk dan juga lahap karena lauknya babi panggang,,. hahhahaha BEST....
Ketegangan belum usai untuk Boni, karena setelah makan, aku memotongkan buat sunkist untuknya dan dilanjutkan dengan mengobrol di ruang tamu rumah sebelah... Disana sudah ada Bunda, Bapak, Miranda, dan Apri yang sepertinya menanti-nantikan kami untuk segera selesai makan siang.. wkwkkw...
Kamipun berbincang,.. Mulai dari Gereja, Agama, Politik, IKN, dan lain-lain sampai akhirnya sudah waktunya untuk Bapak, Bunda, Miranda, dan Apri pergi ke Gereja... Setelah mereka berangkat ke Gereja, akupun mengobrol dengan Boni sebentar dan disini kami memutuskan untuk DELETE BAMBEL dengan alasan sudah menemukan satu sama lain. YAYY~
sampai akhirnya tiba juga waktu kami untuk berpisah karena Boni harus kembali ke Bandung untuk bekerja... hiks sedih...
Akupun mengantarkan Boni ke cititrans travel dan Iapun berangkat kembali ke Bandung.. hxhxhxh aku menungguinya sampai travelnya berangkat.. hxhxhxhx sediiih,,, nggak pengen pisah.. huhuhu
di jalan, Boni bilang kangen... karena parfum aku nempel di bajunya dia.. hihihihi aku jg kangen 😚😚😚😚😚😚😚😚
Sesampainya di rumah, aku menanyai Bapak dan Bunda tentang Boni...
Bapak berkata: Ya saya lihat di awal anaknya baik dan sopan ya...
Bunda bernyanyi: "Oke gass... Oke gas..."
😂😂😂😂😂😂😂
Puji Tuhan.... hari Minggu ini berjalan lancar.. direstui Tuhan semua yang direncanakan... dan dapet respon positif juga...
Terima Kasih Tuhan...
Terima Kasih, Boni ❤️❤️
XOXO
0 notes
Text
Obrolan Sampah
Bismillahirrahmanirrahiim..
YAY! Monologsenja is back!!!
Alhamdulillah akhirnya, tumblr bisa diakses lagi. Semoga bisa aktif nulis lagi yay!
Nah! Di pertengahan bulan Januari 2019 ini gue mau cerita sesuatu yang sangat seru. Jadi. insyaAllah tahun 2019 ini gue akan berusaha untuk hidup lebih hijau dan minim sampah. Mungkin udah pernah ada postingan di instagram gue tentang salah satu cara gue untuk memulai hidup minim sampah. Yup! Tentang beli jus pake tumbler itu, lho!
Nah, kali ini, eh hari ini (19 January 2019) gue ikut satu acara tentang resolusi hijau ini yang dibuat oleh @ruangimaji.project.
Gue tau acara ini dari postingannya Nadia (she is my goodfriend) di salah satu grup angkatan. Nah temanya itu tentang ngomongin sampah. Pas banget sama gue yang di akhir tahun 2018 tuh udah mulai mikirin masa depan (ciee, tumben bener) dan gue mulai dengan menggunakan sampah plastic sekali pakai kayak plastik kiloan yang biasa buat bungkus cilok Pocin nan enak namun bermicin itu, atau basreng favorit stasiun pocin, atau jus siomay bandung di Perdep yang khas itu (lah jadi jajanan semua XD) ya. Gue mulai mengurangi ini banget, lah. Makanya di akhir tahun itu gue terbilang jarang jajan luaran gitu (padahal bilang aja ga ada duit L ) karena lagi berusaha diet plastic gitulah.
Oke balik ke acaranya, jadi pembicaranya itu ada empat, yakni, Yuri Romero, Andhini Miranda, Ikbal Alex, dan Adi Asmawan. Nah, mas Yuri ini ternyata (baru tau) salah satu penggiat lingkungan di Indonesia padahal asalnya dari KUBA! Wahgelaseh, ini orang luar aja peduli sama lingkungan tanah air gue T_T. tapi istrinya beliah katanya orang Indonesia. Wkwkw. Nah yang kedua mba Dini, doi seorang ibu rumah tangga yang menurut dia masih road to zero waste lifestyle. Nanti kita bahas cerita-cerita mereka. Yang ketiga ada mas Ikbal, salah satu anggota dari Kertabumi Foundation, dan yang terakhir ada mas Adi, yang ternyata pendiri BULK STORE PERTAMA DI JAKARTA!!! Wahgelaseh, gue pas tau dari Nadia kalo mas Adi ini punya bulkstore tuh langsung kek… “DEMI APA DEMI APA DEMI APA GUE JUGA PENGEN BANGUN BULK STOOOREEE!!!!”
Hahaha. Oke gue mulai bahas cerita-cerita mereka ya.
Nah, presentasi mas Yuri ini diawali dengan gambar bumi di sisi kiri dan foto BANTARGEBANG! Owh! Gue pernah baca wa-story nya Nadia kalo dia pernah ikut ekspedisi Bantargebang dan… yea… nah jadi mas Yuri ini menceritakan kalo saat ini tuh pengolahan sampah di Jakarta udah gak punya tempat lagi. Makanya sampah-sampah tuh udah mulai ditumpuk sampe menjulang, bisa-bisa tingginya ngalahin Krakatau lha. Nah katanya, sekarang, di Jakarta, everyday, ada 500 truk sampah yang setor sampah warga Jakarta ke Bantargebang. Oh, lalu sampah orang Bogor di buang ke mana? L terus mas Yuri ngasih foto-foto keadaan orang-orang di Bantargebang yang kondisinya UDAH PASTI beda banget sama kehidupan gue yang tinggal di kampong CItayam apalagi sama yang komplek rumahnya tingkat 9!! Sedih sih T_ T but I don’t know what I have to to!
Dalam presentasinya mas Yuri ngasih sebuah potongan yang tulisannya RESOURCES->ECONOMY->WASTE. Ketika lo ngambil sumber daya alam dari, yea, sesuatu yang hijau, terus lo jadikan itu kebutuhan ekonomi (gimana bahasanya ya), dan sampahnya lo buang lagi ke tempat yang hijau (?) sayangnya perputaran itu gak bisa berlaku kalo WASTE-nya dijadiin RESOURCES lagi. L jadi, ya kalo udah jadi sampah, mau gimana lagi? Apa yang harus kita lakuin?
Opening dari mas Yuri tuh sungguh menusuk-nusuk hati ya, guys. Perih banget hati gue saat itu L kenapa gue baru dipertemukan dengan orang-orang ini, dengan pemikiran-pemikiran seperti ini? L penyesalan memang selalu datang terakhir.
Yang kedua presentasi oleh mba Dini. Wah, seru nih kayaknya. Ohiya, btw di awal gue gak tau background mereka masing-masing dari mana ya, tapi selama obrolan “sampah”” hari ini tuh gue jadi tau siapa yang bisa gue hubungi kalo nanti gue mau melakukan sesuatu. Nah, mba DIni ini mulai bercerita di awal 2012 pas anak pertamanya mau lahiran. Doi searching di mesin pencari tentang popok-popok gitu lah, karena bentar lagi lahiran dan lagi beli peralatan-peralatan bayi gitu.
Selama pencariannya mba DIni tentang popok ini, doi menemukan fakta bahwa 1 bayi yang lahir itu diperkirakan memakai popok dalam sebulan itu 90 popok. Coba dikaliin 12. Bentar, bentar gue itung dulu. 90x12= 1080. 1080 POPOK 1 BAYI PER TAHUN. WAHGELASEH! Gue langsung bengong ketika menemukan fakta itu. Secara di rumah gue punya 3 sekarang 4 ponakan yang semuanya itu dari BAYE PAKE POPOK SEKALI PAKEE!!!!!! Sampe berapa tahun coba. Astaghfirullah, beneran gue kaget bener tjoy. Walaupun dua dari 4 ponakan gue udah gak pake popok tapi mereka kayaknya pake popok itu sampe 2 tahun. 4320 POPOK SEKALI PAKAI YANG UDAH EMAK-BAPAKNYA BOCILS ITU SUMBANGIN KE TPA T_____________T
Guys, ini kenyataan yang pahit. Sungguh. Nah belum cukup terbelakak, mba DIni kembali bercerita. Pokoknya dari tahun 2012 itu dia berhenti pake popok sekali pakai dan beralih ke popok kain, tapi plastic-plastik yang lain masih suka doi pake (katanya sebelum insaf, wkwkw) nah kemudian tahun-tahun berikutnya tuh mba Dini bikin prakarya dari barang-barang bekas lah, yang sasarannya ke ibu-ibu tapi gagal, terus sasarannya ke anak-anak juga gagal XD akhirnya ke EO lah, lalu gagal juga. Wkwkwkw.
Nah katanya di awal 2017 (eh apa pertengahan 2016 gitu) mba DIni pindah ke rumahnya sendiri (jadi sebelumnya dia tinggal sama orang tuanya) dan ketika pindah dia baru sadar barang-barangnya tuh banyak banget. Dan mulai lah di tahun itu dia mengurangi barang-barang yang menurutnya kurang penting dan jarang dipakai. Nah asik juga nih caranya mba DIni, doi tuh nolak-nolakin barang gratisan dari mana pun. Kwkwkw, canggih bet dah. Padahal gue mah liat minuman botol di Hyper yang ada hadiah tempat makannya langsung gue embat. Dan ternyata numpuk di rumah.
Presentasi mba dini di akhiri dengan capaian-capaian road to zero waste lifestylenya dengan daftar di bawah ini:
1. Nolak plastic sekali pakai
2. Nolak barang gratis
3. Beralih ke pembalut kain
4. Berenti belanja online
5. Berenti go food
6. Konsumsi makanan secara cermat
7. Ngurangin belanja
8. Mengompos
9. Berenti buang sampah ke TPA
10. Recycle-less
DAEBAK! Kudu dicontoh ini. Nah salah satu lifestyle-nya mba Dini ini juga maksudnya buat ngasih mindset ke anaknya kalo kita bisa sadar sampah dari kecil. Wah ini mah kudu banget diapllikasiin sama bocils di rumah gue.
Yang ketiga, dari mas Ikbal yang suka dicariin Nuraini XD gue tau lebih banyak backgroundnya mas Ikbal dan timnya dari instagram. Gue langsung paham bahwa backgroundnya itu pengolahan sampah buat di daur ulang. Kalo gue yang bikin daur ulang mah kata Emak malah jadi lebih nyampah XD hahaha. Udah ada 10 sampah yang bisa didaur ulang sama Kertabumi. DAEBAK, lah! Walaupun presentasinya gak lama tapi asik!
Nah yang terakhir ada mas Adi. Doi gak bikin presentasi Cuma cerita-cerita gitu. Jadi awalnya dia bikin bulkstore itu karena mau berenti kerja (kantoran) dan akhirnya bikin Saruga (cari aja di instagram). Beliau cerita-cerita gimana ketemu ibu-ibu yang nanya, “warung sini ama toko sebelah murah yang mana?” wkwkwk. Terus dari cerita-ceritanya tuh, buat gue jadi bikin mindset, “yaudahlah, lo belanja ke pasara, coba di list apa yang mau dibeli dan kebutuhannya berapa, jangan beli banyak-banyak lah,”. Perilaku over consumption tuh emang belum jadi kesadaran di masyarakat kita. Makanya kenapa ngambil nasi di kondangan meuni loba. Tapi ga diabisin. Atau ditraktir temen mesennya banyak tapi gak diabisin. Kan jadi pengen gue abisin aja orangnya. Hahaha
Di akhir presentasi, mas Yuri kembali ngambil mic buat nge-trigger peserta. Mas Yuri nanya ke masing-masing pembicara. Pertanyaannya adalah, “dengan aksimu ini, can u save the planet?”
Mas Ikbal jawab nggak, tapi ragu-ragu
Mba Dini jawab iya, tapi pake tambahan, that she need friends and peoples
Mas Adi jawab nggak, ragu-ragu juga.
That’s the point! Gue setuju dengan pernyataan mba Dini. Ketika gue mulai minim plastic di rumah, tuh susah ngejalanin sendiri. Tapi pelan-pelan gue ngajak emak, ngajak kakak, ngajak siapa pun yang mindsetnya masih bisa gue kasih tau pelan-pelan. Mas Yuri nambahin, “ya. Kita ga bisa melindungi planet ini, kalau sendirian. Coba kalau kita mulai berpegangan tangan dengan ilmu basic kita (gue lupa istilahnya) misalnya saya dari antropologi dan pendidikan lingkungan hidup, kita bisa mulai satu-satu dari situ. Nanti beralih ke cabang ilmu yang lain,”
Nah ini juga setuju banget sih! Gue malah jadi mikirin edukasi lingkungan di sekolah tempat gue ngajar yang notabene masih gak sadar masalah lingkungan hedeh.
Mas yuri nambahin, “ oke. Jangan berpikir buat besok dulu deh. Pikirin dulu apa yang terbaik buat hari ini. Kalau kita udah bisa menanam kesadaran hari ini, pasti besok-besoknya juga bakal sadar,”
Closing dari mas Yuri tuh agak nancep yha haha. Tinggal dari kitanya, mau jadi orang yang sadar apa nggak? Wkwkw.
Nah itu cerita gue hari ini dateng obrolan “sampah” di Ruang Imaji. Mon maap kalo bahasanya acakadut. Ceritanya juga motong-motong gak jelas (hadeh kudu belajar dan baca sastra lagi). Semoga ada hikmah yang klean ambil yha.
Semoga gue bisa melanjutkan perjuangan hari ini bareng teman-teman yang tadi datang ataupun yang di luar sana untuk mengurangi dan memperlama umur plastic di bumi ini.
Makanya ketika malaikat nanya sama Allah tentang manusia yang merusak bumi. Maka akan gue pilih untuk menolak pernyataan malaikat (kalo bisa) bahwa gue bukan salah satu perusak bumi Allah.
Ruang kamar, 19 Januari 2019. 20:30
2 notes
·
View notes
Text
Winter
Sudah 2 weeks from my last post! Omo. Buruk banget kayanya record postingan tumblr tahun ini tidak akan sebanyak tahun lalu karena… sangat payah time management Asri. After the very long post of Indonesia recap, I haven’t managed to sit down properly lagi untuk menulis dan menumpahkan pikiran ataupun perasaan. Bahkan yang katanya waktu itu mau nulis thought about pendidikan pun belum kesampaian…!? Huft.
Hari ini ku juga sangat tidak produktif. It has been like this this whole week HELP. I (planned) to start work on Monday this week with the hope that I overcame jetlag already etc., but Monday’s weather was just the worst so I took time to take work slowly and did wfh. Selasa ke office, di office 30.18 ada member baru sekarang! Yaitu Bram, a Dutch. Sejak ada dia, w jadi banyak ngobrol dan mayan tidak fokus kerja (lah nyalahin orang). Rabu wfh lagi. Dan hari ini di office lagi.
Walaupun hari ini juga jujur nggak ngapa-ngapain sih, kayanya kemarin Selasa lebih produktif. Hari ini baru selesai nyelesaiin laporan studi S3 dosen UI doang (I missed the briefing today this morning). Untung Mas Twin baik hati dan tidak sombong, jadi pas kutanya tadi ngapain aja beliau langsung ngasih link buat diisi. YAAMPUN ngomongin UI jadi mengingatkanku how the rest of my vacation time went. Intinya jadinya mayan sibuk ngurusin bikin surat sehat in my last week in Indo.
Hari Jumat ke RSUI, terus tes tuh sampe kira-kira Jumatan. Mulainya dari jam 9 pagi. Terus Senin result sudah keluar Alhamdulillah. Semoga selesai deh ya nih si SK-nya. Dah cape dan lelah banget soalnya.
Terus kemarin balik ke Ox jujur JUJUR ASLI sangat membuat ku ga mau lagi naik pesawat long haul flight. My body can’t take it anymore aja sih. Duduk di pesawat 7h 50m dengan postponement 1 JAM SEBELUM TAKE-OFF TAPI UDAH DISURUH DUDUK DI DALAM PESAWAT??! Capek banget asli. Itu baru halfway perjalanan. Setelah itu di Doha sempat duduk di boarding room sih for 45(?)-ish minutes terus lanjut lagi 8h30m. Sampe LHR pun masih nungguin bagasi, lalu nungguin bis Oxford. Di bis masih 1,5 jam lagi. Gila sih. Kalau disuruh lagi buat PP Ox-Pasarminggu dibayarinpun sepertinya ku ga akan mau.
Oh terus ku di pesawat nonton vivo (yang sangat bagus! Karena I LOVE LIN-MANUEL MIRANDA) dan kemudian menangis dong di akhir HUHU sangat crybaby (in which later I found out karena lagi pms juga makanya super-emosional dan cengeng). Makanan pesawat banyak yang ga w habisin karena ya banyak aja sih itu dalam 18 jam kayanya ditawarin makan berat 3x which were A LOT.
Apa lagi ya… udah sih. Palingan sama jadi menyadari banget how precious my Ox life is sampai hari Selasa (which is 6 days after I arrived here) terus habis itu ya tersadar lagi aja also how boring my Ox life is. Sampe Selasa terasa fun karena: Jumatnya diajak makan pho sama Bu Yani, malemnya dateng foto-foto graduationnya Gita. Terus Sabtu lunch di Gloucester Green market sama Shiv dan Hanif dilanjut ke Ashmolean ngobrol sama Hanif. Minggu ke London ketemu Nadia, Kevin, Aurora, Mbak Nufis, dan teman-teman di London juga. Senin istirahat (my introvert self needs a break) dan kemudian Selasa ketemu Joost, Adewunmi, Xiangdong, Laz, Mas Felix, Hanif, Shiv, Oliv, Bram, dan orang-orang dept (including Stuart, David Colby, Max). Intinya senang aja tersadar lagi kalau: oh hidupku ga cuma di Indo aja ya tapi di Ox apparently ku juga punya banyak teman kok. Tentu saja tidak lupa overflowing love from Kalina and Arthur, dan kemudian sempat ketemu janjian sama Aisha dan Mba Michele juga ngambil barang.
Selasa malam temannya Kalina, Ana, main ke rumah dan Kalina masakin lamb chop sangat enak, dilanjut nonton Encanto. Ku juga tersadar bahwa apparently I love people (?) just in the right kadar. Kemarin malam juga catch up sama Diny di heavenly dessert kami mendiskusikan if sexual preference is something born you were born with or is it something you get from along how you build your life experience (nature vs nurture lah ya). Ini mayan seru tapi mayan pusing juga mikirinnya.
Tadi pagi hari ini berhasil mengirim paketnya Muthi buat profnya di Jerman, lalu beli pads di Boots, dan mampir ke HMV beli glass mug baru (karena mug di rumah dipecahin Kalina kemarin yang BT21). Tadi siang lunch sama Oliv di Linacre, ketemu sama teman-temannya Oliv cohort DTP dia.
Sekarang kayanya mau pulang karena udah capek banget dan mau mampir ke Boots dulu juga buat beli eyelash curler No7 (sangat penting Non), karena si Shu Uemura udah discontinued and it’s FREAKING expensive anyway (£20 for an eyelash curler??). Dan juga beli soymilk karena di rumah habis. Nanti malam dinner kayanya mau masak aja(?). Apa males ya. Kayanya beli ready-meal aja deh tinggal di pop-up di oven. Mampir ke M&S dulu berarti. (This whole paragraph is just me talking to myself as usual).
But yes. Get ready tumblr people! I am back! And I am so gonna flooding this dashboard with rants and stuff karena my depressing cold winter time is COMING!
Yours truly,
Asri in 30.18
17:00 pm 10/11/2022
1 note
·
View note
Text
Peran Ibu
Aku beri gambaran sedikit mengenai kehidupan saat ini.
MENJALANI KEHIDUPAN
MENGALAMI QUARTER CRISIS OF LIFE
(bukan sebutan yang aku suka untuk diriku, baca “Menjadi orang lain memang sulit”)
MEMPERBAIKI DIRI
MEMILIKI KETURUNAN
MENGINGINKAN KETURUNAN LEBIH BAIK DARI GENERASI KITA
Semenjak gadget membuat tanganku pegal, aku belajar beralih memfokuskan diri pada buku. Belum banyak yang dibaca. Mengubah kebiasaan membaca hanya sampai pertengahan buku, tidak suka membaca, bukan hal yang mudah.
Ada satu buku berjudul ”Cahaya Rumah Kita” karya Miranda Risang Ayu yang baru seperempat buku aku baca, tapi sesuai sekali dengan pemikiranku saat ini.
Dulu aku adalah orang yang mengejar karirku, menjadi Direktur, Menteri, Diplomat adalah cita-citaku. Tapi tidak untuk beberapa tahun ke belakang.
Satu hal yang ingin aku lakukan untuk kehidupanku ke depan adalah, mengabdi pada keluargaku.
Peran wanita sebagai seorang istri dan ibu sangatlah besar.
Seorang ibu akan membentuk karakter pada anaknya kelak.
Jika aku harus berkarya, itu adalah nomer dua setelah keluargaku, pengabdian utama dalam hidupku. Karya adalah pembuktian eksistensiku sebagai manusia, pemenuhan bahwa aku juga ingin bermanfaat bagi orang lain. Bukan untuk mengambil banyak waktuku dalam karirku terhadap keluargaku.
Sebagai seorang istri, aku harus mematuhi dan mengabdi kepada suami, sang pemilik dan pujaan hati. Ini memang sesuai cita-citaku dulu “Aku akan mengabdi dan melakukan apapun untuknya kelak”. Mencari ridho dan surga-Nya bersama. Bersyukur dengan apa yang dimilikinya, jika ini pun berkaitan dengan penghasilan. Meskipun, kehalalan menjadi satu poin yang aku utamakan saat ini. Kebaikan kehidupan akan berpengaruh terhadap anak dan keluargaku kelak dari penghasilan yang diperoleh pemilik hati ini nanti.
Sebagai seorang ibu, pelukan, kasih sayang, tidak perlu menekan, menjadi prinsip utama yang harus dijalani.
Aku akan membiarkan anakku menjadi orang yang dia mau, menemukan jati diri yang benar-benar diinginkannya, menjadi diri sendiri, yakin akan kemampuan sendiri, dan percaya diri. Itu akan menjadi poin yang aku upayakan. Untuk hal batasan dan koridor-koridor kehidupan tentu akan tetap disampaikan sebagai orang tua, tapi gaya berkomunikasi akan sangat aku perhatikan untuk tumbuh kembangnya.
Aku tidak ingin menampilkan pertengkaranku dengan sang pujaan hati nanti di hadapan anak-anak.
Dan yang terpenting dan terakhir, poin akan Kebesaran dan Anugerah Sang Pencipta yang telah diberikan kepada kita akan menjadi pondasi utama perilakunya. Agama, mental, dan akhlak akan menjadi dasar yang lebih ditanamkan dibandingkan keharusan menjadi apa di kemudian hari dalam hal dunianya.
Jika sekarang aku terlihat lebih tertutup dengan hijabku itu karena aku sadar akan kesalahan-kesalahanku di masa lalu, aku hanya ingin memperbaiki diri. Jika dulu aku ambisi dan perfeksionis terhadap duniaku, sekarang aku ingin ambisius terhadap Tuhanku, Allah SWT yang mungkin juga ini akan berefek pada keturunanku.
Dek, akhlakmu adalah kebaikan untukmu. Berlakulah baik. Jadilah orang yang selalu menanamkan kebaikan pada dasar jiwamu. Tidak pedulikan dunia luar yang mungkin tidak sesuai keinginanmu, jadikanlah dunia luar itu sebagai tempat kebaikanmu bekerja.
Giving without expecting a reply.
1 note
·
View note
Text
'Saya pukul dia sampai mati' - Enggan rujuk kembali, lelaki bunuh bekas isteri dan 2 orang anaknya
Seorang janda bersama dua orang anak perempuannya ditemui mati di kediamannya pada jam 5.20 petang Sabtu lalu, di Bengkulu, Indonesia.
Mangsa, Hasnatul Laili, 35, bekerja sebagai penjual pisang, dan dua orang anaknya, Melan Miranda, 16, dan Cika Ramadani, 10, ditemui dalam keadaan sudah tidak bernyawa oleh keluarganya sendiri yang tinggal tidak jauh dari rumah mangsa.
Polis berjaya menahan suspek, Jamhari Muslim, yang merupakan bekas suami mangsa pada Isnin, ketika suspek keluar dari sebuah hotel di Kota Manna, untuk melarikan diri ke lokasi lain.
Suspek mengakui dia sememangnya sudah berniat membunuh bekas isterinya. Namun ketika kejadian itu berlaku, anak sulungnya telah menyaksi perbuatan suspek. Bimbang perbuatannya diketahui, suspek kemudian membunuh dua orang anaknya itu.
"Memang saya sudah merancang mahu membunuh dia. Tetapi anak ternampak saya membunuh bekas isteri, lalu saya pukul mereka dan kemudian dicekik menggunakan kabel sehingga mati," katanya.
Jamhari mengakui dia bertindak demikian kerana berang dengan mangsa yang menolak ajakannya untuk rujuk semula.
"Dia tidak mahu diajak rujuk kembali. Saya kesal lalu saya pukul dia sampai mati," katanya.
Selepas melakukan pembunuhan itu, suspek sempat melarikan barang-barang berharga milik mangsa seperti cincin, gelang dan satu unit telefon bimbit sebelum melarikan diri menggunakan kereta mangsa.
youtube
from The Reporter http://bit.ly/2M8nBfJ via IFTTT from Cerita Terkini Sensasi Dan Tepat http://bit.ly/2H8ALdE via IFTTT
1 note
·
View note
Text
3 Tahun di Ruangguru
“Halo, selamat datang! Nama kamu siapa? Boleh isi presensi di sini yaa!”, ujarku kepada salah satu peserta program Ruangguru Digitalbootcamp Paket C di acara pembukaan program di Bandung. Ia datang hampir telat, sekitar lima menit sebelum acara dimulai. Sebelumnya, ia berjalan pelan dan diantar oleh satu orang saudaranya. Karena acara akan dimulai, aku instruksikan agar masuk ke ruangan lebih cepat. Tak diiraukan, dia tetap berjalan dengan fasenya.
* * * Hari itu adalah pertemuan pertama para peserta program setelah sebelumnya banyak berinteraksi di grup WhatsApp. Sebagai salah satu penanggung jawab yang berinteraksi langsung dengan siswa di masa perkenalan awal, aku selalu menunggu-nunggu momen pertemuan ini. Biasanya sebelum pertemuan, aku mencoba mengingat-ngingat nama peserta program; yang kritis, yang banyak bertanya, yang aktif, yang ceria, yang suka bercanda, dan bahkan yang sering diam saja tidak merespon. Aku dan tim lalu menyapa mereka di meja pendaftaran saat mengisi presensi, “Halo Susi Yulianti, hmmmm ini yang kemarin ribut di grup yaa bingung mau pakai baju apa hari ini?”. “Hahahhah, loh kakak kok tau, ih, kakak yang di grup yaa?”, jawab Susi. Kami menjawab dengan tertawa kecil dan dilanjutkan dengan obrolan santai dengan para peserta. Selain Susi, ada beberapa nama yang kami hafal betul di luar kepala. Termasuk satu nama di daftar presensi yang belum juga datang. Ilham namanya. Sedikit bertanya-tanya kenapa Ilham belum juga datang karena Ilham adalah salah satu peserta yang paling rajin dan kritis di grup. Kalau ada hal-hal atau sedikit keributan di grup, Ilham selalu tanggap menjadi penengah, lalu memberikan ide ke tim Ruangguru dengan sigap. Di konfirmasi kehadiran awal, dia bilang akan datang. 15 menit, 10 menit, sampai 5 menit sebelum acara dimulai, Ilham belum juga datang.
Dari kejauhan, tampak 2 orang hadir menuju meja pendaftaran. Aku minta untuk berjalan lebih cepat agar bisa tepat waktu sebelum acara dimulai. Saat sampai di meja pendaftaran, aku instruksikan keduanya untuk langsung mengisi presensi. “Maaf, Kak, aku bukan peserta, ini saudaranya, cuma nganter aja”. “Oh, iya. Baik, berarti yang ini yaa pesertanya?”, sambil menunjuk satu orang yang diantarnya. “Halo, salam kenal, silakan diisi yaa di sini,” balasku. Dia tersenyum dan langsung mengisi presensi. Dia ambil pulpen dan meraba kertas dengan jarinya tanpa arah. Saudaranya, yang terus mendampingi, membisikkan sesuatu dan mengarahkan jarinya ke satu sisi kertas untuk ditandatangani. Dia lalu tanda tangan tepat di kolom nama Ilham. Iya, dia Ilham. Peserta yang kami tunggu-tunggu kehadirannya, ternyata seorang tuna netra. Tidak seperti Susi yang langsung kami ajak bercanda, aku memilih untuk masuk ke ruangan dan menyeka air mata. Ada rasa haru sekaligus kagum. Interaksi dengan Ilham selama ini layaknya interaksi peserta seperti biasa. Penuh semangat dan antusias — padahal di balik itu semua, Ilham mengikuti semua rangkaian program dengan keterbatasan yang ada. Kata Bu Miranda, Kepala Sekolah, Ilham kehilangan penglihatannya secara parsial. (Bersambung...)
1 note
·
View note