Tumgik
#lahwun
gaulislam · 1 year
Text
Kapan Game Over?
gaulislam edisi 812/tahun ke-16 (25 Syawal 1444 H/ 15 Mei 2023) Banyak alasan mengapa remaja suka main game, termasuk game online. Bahkan ada yang sampe kecanduan. Ini parah, sih. Alasan paling umum mengapa mereka suka bermain game, adalah untuk hiburan dan bisa menghilangkan stres. Namun, pernah juga sih saya tanya langsung ke remaja yang doyan main game, “apa betul bermain game bisa…
Tumblr media
View On WordPress
2 notes · View notes
lightup0nlight · 8 months
Text
Tumblr media
A beneficial gem that my teacher taught.
🌺 Allah subhanahu wa ta'ala says: ❛Know that {al-hayat ad-dunya | the worldly life} is but {la’ibun} and {lahwun}, {zinatun} and {tafaakhurun} among you, and {takaatsurun} in respect of wealth and children…❜ 【Surah al-Hadid 57:20】
In this aayah, Allah gives us the definition of al-hayat ad-dunya with 5 words:
🔹 La’ibun — engaging in idle activity with no purpose 🔹 Lahwun — becoming diverted and neglectful 🔹 Zinatun — pomp / to beautify 🔹 Tafaakhurun — self-glorification 🔹 Takaatsurun — to surpass in quantity
Notice that all of these words do not refer to something physical, to an actual object or item, but rather the characteristic or lifestyle to that effect. Meaning:
🔸 A person’s lifestyle that constantly engages in unmeaningful activities is al-hayat ad-dunya.
🔸 A person’s lifestyle that neglects the obligations that are due upon him is al-hayat ad-dunya.
🔸 A person’s lifestyle that is all about vain and pomp is al-hayat ad-dunya.
🔸 A person’s lifestyle that boasts and glorifies oneself is al-hayat ad-dunya.
🔸 A person’s lifestyle that revolves around rivalry in terms of wealth and children is al-hayat ad-dunya.
Al-hayat ad-dunya, in a nutshell, is a lifestyle that is purely oriented to this temporary realm we call dunya. My teacher said: Kehidupan yang berorientasi keKINIan dan keDISInian. A lifestyle where a person chases after the glitters of this dunya at the cost of being eternally bankrupt in the hereafter.
So al-hayat ad-dunya is not literally wealth, lots of cars, lands, mansions, etc. But rather, it refers to our behaviour towards these things. The tools for la’ibun, lahwun, zinatun, tafaakhurun, takaatsurun are all neutral. Wealth is not haraam. Prestige, status, beauty, etc are not haraam. In fact, our Deen advocates us to work with ihsaan, to be successful, and to wear nice! What is actually important is how we utilise these blessings of Allah, and we will be judged on those actions.
So if that game preoccupies us so much that we start to delay our salaah,
if our friends or social gatherings constantly make us neglect our obligations towards our family,
if we keep posting those contents on social media, while we ourselves know fully well that the intention is to show off to others,
— then we have to fix this. This lifestyle needs fixing asap. Because Allah warns us in the same aayah:
🌺 ❛ And al-hayat ad-dunya is only a deceiving enjoyment.❜ 【Surah al-Hadid 57:20】
Don’t allow this lifestyle to deceive us from our true purpose as servants of Allah. Don’t chase the temporary present at the cost of our eternal akhirah. We ask Allah to make us believers who are akhirah-oriented, and whom He is pleased with.
Your sister in Deen, Aida Msr ©
8 notes · View notes
sabaryangindah · 1 year
Text
RENANG OLAHRAGA SUNNAH DAN PALING AMAN SECARA MEDIS
Rasulullah bersabda,
"Setiap hal yang tidak ada dzikir kepada Allaah adalah lahwun (kesia-siaan) dan permainan belaka, kecuali empat: candaan suami kepada istrinya, seorang lelaki yang melatih kudanya, latihan memanah, dan mengajarkan renang." (HR. An-Nasai, dinilai shahih oleh Al-Albani)
Secara medis dan kesehatan, berenang adalah olahraga yang paling aman dan bermanfaat karena melibatkan semua sendi-sendi, otot ikut bergerak, badan ikut menekuk, kepala mendongak. Gerakan yang dikeluarkan juga minimalis, tidak ada tabrakan dan gerakan yang terlalu kasar dan keras, sehingga sangat aman untuk dipraktekkan.
9 notes · View notes
ahlulhikmah · 5 months
Text
Musik dalam Fikih: Lafaz, Ta’rif, Ishtilah, Sejarsh dan Hukumnua
Hukum Musik dan Sejarah Permusikan
Akhir-akhir ini, ramai terjadi perbincangan kepada salah satu Ustadz kondang, menyatakan ada surat musik (Asy-Syu’ara) di dalam Al-Qur’an. Lantas apa itu musik? Bagaimana yang dimaksud dengan music, apakah irama nya, lantunannya, atau semua unsur di dalam music itu disebut musik? Oleh karena itu mari kita bahas dari definisi musik sendiri.
Perlu kita ketahui dalam Bahasa Arab terdapat beberapa lafadz untuk memaknai musik, yaitu: Al-Gina’u, Al-Musiqa, Al-Ma’azif. Sebelum lebih jauh, kita cari tahu definisi musik dari berbagai mu’jam:
Definisi Musik
Musiqa berasal dari lafadz Yunani mutlak atas seni musik atas alat musik. (Mu’jam Al-Wasith)
Musiqa bermakna seni yang disandarkan kepada komposisi musik, penulisannya, lagunya, mendendangkannya yaitu jenis-jenis yang beragam. (Mu’jam Al-Gani)
Musiqa secara Istilah: Ilmu mengetahui keadaan nada, irama, tatacara penulisan lagu dan terdapat alatnya. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah, Juz.38, Hlm.168)
Ilmu musik merupakan ilmu yang mengkaji tentang asal suatu nada dari aspek penulisannya atau bertentangannya dan keadaan zaman yang menengahi diantaranya untuk mengetahui tatacara menulis lagu. (Ibid).
Definsi Gina’un
Gina’un dikasrahkan huruf ghain, secara bahasa: As-Shaut (Suara), yaitu gembira, menyanyi dengan ucapan yang berirama dan selainnya dan menjadi bersahabat dengan musik. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Juz.38, Hlm.168)
Secara Istilah: dimutlakkan gina’ atas mengangkat suara dengan sya’ir dan hal-hal yang mendekatinya berupa Rijiz (Sya’ir dengan bahasa rijiz) atas jenis yang khusus.
Definisi Ma’azif
Secara Bahasa:”Alat Hiburan/ Alat Musik.” Salah satunya adalah Mi’zaf. Ma’azif adalah: Alat hiburan yang dipukul. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Juz.38, Hlm.167)
Lafadz yang berkaitan dengan Ma’azif:
Ada beberapa lafadz yang berkaitan dengan Ma’azif, yaitu: Lahwun, Musiqa, dan Gina’un. Adapun Musiqa dan Gina’ sudah dijelaskan diatas, maka penulis tinggal menjelaskan makna lahwun.
Definisi Lahwun
Secara Bahasa: Sesuatu yang engkau mainkan dan menyibukkanmu berupa hawa / kesukaan dan alat musik, dan sejenisnya. Al-Fayyumi menukil pendapat At-Turtusy yang berpendapat: Asal dari Lahwun adalah menyenangkan/menghibur diri dengan hal-hal yang tidak menghendaki hikmah. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Juz.38, Hlm.167)
Hukum Taklifi
Hukum Taklifi merupakan hukum yang dibebankan kepada seorang hamba. Maka bagaimana hukum taklifi tentang Ma’azif?
Hukum Ma’azif terbagi menjadi empat:
1. Haram
Haram Ma’azif mencakup zat nya, senar, suling, lagu, kecapi, tambur (sejenis gitar), rebab, dan yang semisalnya. Sebagaimana diriwayatkan dari Ali Ra bahwa Rasulullah Saw bersabda:”Jika ummatku mengerjakan lima belas perkara maka bencana pasti akan menimpa mereka: mengambil para wanita penyanyi dan alat-alat musik. Hr. Tirmidzi 2136 (Dhaif) begitupula hadiss yang diriwayatkan dari Abu Umamah Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla mengutusku sebagai rahmat dan petunjuk untuk seluruh alam, ia memerintahkanku melenyapkan seruling, gambus, rebana yaitu Al-Barabit dan Ma’azif.
2. Makruh
Diantara Ma’azif yang makruh seperti rebana yang dipukul oleh laki-laki menurut Hanafiyyah dan Hanabilah.
3. Mubah
Gendang yang tidak melalaikan seperti gendang untuk perang / kafilah. Ini menurut sebagian Fuqaha Hanafiyah, Malikiyyah, dan Syafi’iyyah.
4. Mandub / Mustahab
Ma’azif bisa menjadi Mandub / Mustahab ketika pernikahan untuk I’lannya menurut sebagian Fuqaha. Pada selain nikah, pada sesuatu yang menambah kebahagiaan pada kadar tertentu menurut sebagian lain. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Juz.38, Hlm.169)
Illat Tahrim (Alasan Pengharaman) ‌‌عِلَّةُ تَحْرِيمِ بَعْضِ الْمَعَازِفِ:
٦ - نَصَّ بَعْضُ الْفُقَهَاءِ عَلَى أَنَّ مَا حَرُمَ مِنَ الْمَعَازِفِ وَآلَاتِ اللَّهْوِ لَمْ يَحْرُمْ لَعَيْنِهِ وَإِنَّمَا لِعِلَّةٍ أُخْرَى:
فَقَال ابْنُ عَابِدِينَ: آلَةُ اللَّهْوِ لَيْسَتْ مُحَرَّمَةً لَعَيْنِهَا بَل لِقَصْدِ اللَّهْوِ مِنْهَا، إِمَّا مِنْ سَامِعِهَا أَوْ مِنَ الْمُشْتَغِل بِهَا، أَلَا تَرَى أَنَّ ضَرْبَ تِلْكَ الآْلَةِ حَل تَارَةً وَحَرُمَ أُخْرَى بِاخْتِلَافِ النِّيَّةِ؟
Sebagian Ahli Fikih bernash bahwa pengharaman Ma’azif dan Alat-alat lahwun tidak haram karena zatnya, melainkan karea illat (sebab) lain:
Ibnu ‘Abidin berpendapat: Alat Lahwun (Bersenang-senang/ Kesukaan) itu tidak haram karena zatnya, melainkan maksud dari Lahwun tersebut, berupa karena mendengarnya, atau karena menyinbukkan diri dengannya. Maka engkau jangan memandang bahwa dengan memukul alat itu terkadang halal dan haram di sisi lain, sesuai dengan niatnya.
Al-Haskafi Rahimahullah berpendapat: oleh karena itu, haram itu tatkala memukul naubah dengan berbangga. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Juz.38, Hlm.169)
Al-Gina’ dan Ma’azif
١٩ - الْغِنَاءُ إِِمَّا أَنْ يَقْتَرِنَ بِآلَةِ مُحَرَّمَةٍ مِنْ آلَاتِ الْعَزْفِ أَوْ لَا يَقْتَرِنَ بِهَا، فَإِِِنْ لَمْ يَقْتَرِنْ بِأَيِّ آلَةٍ فَقَدِ اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِي حُكْمِهِ عَلَى تَفْصِيلٍ سَبَقَ فِي مُصْطَلَحِ (اسْتِمَاعٌ ف ١٦ - ٢٢) .
وَإِِِنِ اقْتَرَنَ الْغِنَاءُ بِآلَةِ مُحَرَّمَةٍ مِنْ آلَاتِ الْعَزْفِ، فَقَدْ ذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ وَجُمْهُورُ الشَّافِعِيَّةِ إِلَى حُرْمَتِهِ.
وَذَهَبَ بَعْضُ فُقَهَاءِ الشَّافِعِيَّةِ إِلَى حُرْمَةِ آلَةِ الْعَزْفِ وَبَقَاءِ الْغِنَاءِ عَلَى الْكَرَاهَةِ (١) .
Al-Gina’ (Lagu) adakalanya bergabung dengan Alat-alat haram seperti azfun (alat musik bersenar) atau tidak bergabung dengannya. Maka jika lagu tidak bergabung dengan alat-alat maka telah terjadi perbedaan pendapat pada hukumnya.
Maka jika bergabung dengan alat-alat yang diharamkan seperti Azf, maka Hanafiyyah, Malikiyyah, Hanabilah, dan Jumhur Syafi’iyyah untuk mengharamkannya. Sebagian Ahli Fikih berpendapat haram alat musiknya saja, sementara lagu (tanpa alat musik) itu tetap namun makruh. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Juz.38, Hlm.178)
Hukum Mendengarkan Lagu
ذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ إلَى أَنَّ اسْتِمَاعَ الْغِنَاءِ يَكُونُ مُحَرَّمًا فِي الْحَالَاتِ التَّالِيَةِ:
أ - إِذَا صَاحَبَهُ مُنْكَرٌ.
ب - إِذَا خُشِيَ أَنْ يُؤَدِّيَ إِلَى فِتْنَةٍ كَتَعَلُّقٍ بِامْرَأَةٍ، أَوْ بِأَمْرَدَ، أَوْ هَيَجَانِ شَهْوَةٍ مُؤَدِّيَةٍ إِلَى الزِّنَى.
ج - إِنْ كَانَ يُؤَدِّي إِلَى تَرْكِ وَاجِبٍ دِينِيٍّ كَالصَّلَاةِ، أَوْ دُنْيَوِيٍّ كَأَدَاءِ عَمَلِهِ الْوَاجِبِ عَلَيْهِ، أَمَّا إِذَا أَدَّى إِلَى تَرْكِ الْمَنْدُوبَاتِ فَيَكُونُ مَكْرُوهًا. كَقِيَامِ اللَّيْل، وَالدُّعَاءِ فِي الأَْسْحَارِ وَنَحْوِ ذَلِكَ.
Jumhur Fuqaha (Ahli Fiqih) berpendapat bahwa mendengarkan lagu dapat menjadi haram pada keadaan berikut:
1. Jika penyanyi nya munkar (jahat/keji)
2. Jika khawatir melakukan itu mengarahkan kepada fitnah seperti berhubungan/ berkaitan dengan perempuan, pemuda, atau mengobarkan syahwat yang mengarahkan kepada zina.
3. Jika mengarahkan untuk meninggalkan kewajiban agama seperti salat, atau duniawi seperti mengerjakan pekerjaan yang wajib baginya. Adapun jika mengarahkan meninggalkan yang mandub (sunnah) maka menjadi makruh seperti Qiyamul Lail, Berdo’a di waktu Ashar, dll. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Jilid.4, Hlm.90).
Hukum Mendengarkan Musik
Sesungguhnya sesuatu yang halal dilakukan dari bermusik, maka halal mendengarkannya. Dan sesuatu yang haram melakukanya, maka haram mendengarkannya. Karena haram bermusik, bukan karena zatnya, melainkan alat untuk memperdengarkannya. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Jilid.4, Hlm.90).
Hukum Mendengarkan Ma’azif
- ذَهَبَ الْفُقَهَاءُ إِلَى أَنَّ الاِسْتِمَاعَ إِلَى الْمَعَازِفِ الْمُحَرَّمَةِ حَرَامٌ، وَالْجُلُوسُ فِي مَجْلِسِهَا حَرَامٌ، قَال مَالِكٌ: أَرَى أَنْ يَقُومَ الرَّجُل مِنَ الْمَجْلِسِ الَّذِي يُضْرَبُ فِيهِ الْكَبَرُ وَالْمِزْمَارُ أَوْ غَيْرُ ذَلِكَ مِنَ اللَّهْوِ (٢). بَل إِنَّ بَعْضَ الْفُقَهَاءِ نَصَّ عَلَى أَنَّ مَنْ يَسْتَمِعُ الْمَعَازِفَ الْمُحَرَّمَةَ فَاسِقٌ، قَال ابْنُ الْقَيِّمِ: الْعُودُ وَالطُّنْبُورُ وَسَائِرُ الْمَلَاهِي حَرَامٌ، وَمُسْتَمِعُهَا فَاسِقٌ (٢)
Ahli Fikih berpendapat bahwa mendengar ma’azif yang diharamkan itu haram, duduk dalam majelisnya haram. Imam Malik Rahimahullah berkata: aku memandang seorang laki-laki berdiri dalam suatu majelis yang dipukul di dalamnya kebanggaan dan seruling atau selain itu berupa kelalaian. Akan tetapi sesungguhnya sebagian Fukaha lain bernash bahwa yang mendengarkan ma’azif yang diharamkan itu fasik. Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berpendapat: Al-A’ud, Tunbul dan seluruh yang melalaikan itu haram, termasuk mendengarkannya juga haram. (Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyyah, Juz.38, Hlm.178).
Sebetulnya masih banyak perincian lain tentang jenis alat musik apa saja yang benar- benar diharamkan di dalam Mausu’ah Fiqhiyyah Kuwaitiyah, namun pembahasan itu jika dibahas dalam artikel ini tidak akan cukup karena pembahasan itu kurang lebih menghabiskan sekitar 40 halamanan.
Adapun urutan hukum yang kami rincikan tentang musik, adalah sebagai berikut:
1. Haram Mutlak
Kelompok yang mengharamkan musik secara mutlak adalah orang-orang yang berpegang teguh kepada hadis, dan pendapat ulama-ulama yang mengharamkan alat-alat musik, memainkan, dan mendengarkan.
2. Haram Alat
Kelompok ini adalah sekelompok orang yang mengharamkan alat-alat musik saja, namun membiiarkan lagu nya. Maka beberapa diantara salah satu kelompok ada yang menghilangkan backssound / instrument music dari suatu lagu dan hanya membiarkan vokalnya saja.
3. Halal dan Mubah
Sekelompok lain berpendapat bahwa musik itu mubah bahkan pada beberapa hal dikategorikan mandub (sunnah). Adapun alasan pembolehan music diantara lain sebagai berikut:
A. Illat/ pengharaman musik itu disebabkan karena melailaikan, melalaikan dari perkara yang diwajibkan agama, mendekati hal-hal yang dilarang agama. Maka jika hal itu tidak terjadi, kita dapat mengotrol maka hukum musik tetap dibolehkan. Sebagaimana suatu fiqih:
الحكم يدور مع علته و سببه وجوبا وعدما
Hukum itu berlaku menurut ada atau tidak ada illat dan sebabnya.
Karena illat pengharaman musik (ma’azif) itu tidak terjadi, maka tetap boleh mendengarkan musik.
B. Hadis-hadis yang dijadikan pegangan untuk mengharamkan musik itu derajatnya dha’if dan dha’iful Isnad menurut Lidwa Pusaka salah satu software pencari matan hadis. Maka tidak bisa dijadikan hujjah untuk mengharamkan musik.
Pandangan Muhammadiyah
Dalam Buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Jilid 3, Hlm.164, berkaitan dengan Seni Suara dan Seni Pertunjukkan / Tari, Majelis Tarjih dan Tajdid telah meninjau dari segi asas umum ajaran agama, tari, nyanyi, dan musik termasuk kategori Mu’amalah Duniawiyah yang asasnya adalah segala sesuatu itu pada dasarnya boleh sampai ada dalil yang melarang:
الأصل فى المعاملة الإباحة حتى يدل الدليل على التحؤيم.
Atas dasar itu, maka menari, menyanyi, dan memainkan alat musik pada dasarnya mubah. Larangan timbul karena suatu yang lain, misalnya dilakukan dengan cara dan tujuan yang tidak dibenarkan agama. (Himpunan Putusan Tarjih, MTT Tarjih, Jilid 3, Hlm.164).
Semoga bermanfaat
https://www.facebook.com/share/p/hLbxc1ZcRS5VaU1t/?mibextid=oFDknk
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
0 notes
atun286 · 10 months
Text
Allah SWT Gives Us the Definition of Al-Hayat Ad-Dunya: A Warning Against a Deceptive Lifestyle
Allah SWT Gives Us the Definition of Al-Hayat Ad-Dunya: A Warning Against a Deceptive Lifestyle https://mustansarjavaid.medium.com/allah-swt-gives-us-the-definition-of-al-hayat-ad-dunya-a-warning-against-a-deceptive-lifestyle-c0fb52c132eb
0 notes
aksarahat1 · 1 year
Text
"Wa mal hayatat dunya illa la'ibun wa lahwun, dunia adalah sandiwara dan senda gurau. Belajar menikmati alurnya, tawa atau air mata bukankah pemanis dalam sebuah drama? Wa laddarul akhiratu khairun lilladzina yattakun, dan sesungguhnya kampung akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa. Ya, bukankah selain tempat drama dunia adalah persinggahan dan perjalanan kembali menuju kampung halaman? Ilaihi roji'un? Afala tak kilun? Coba benar-benar kau renungi, bagaimana menariknya narasi takdir. Masing-masing kita adalah pemeran utama sekaligus pemeran sampingan, pelangkap atau malah antagonis dalam narasi lainnya. Mahakarya dari Sang Maha. Nikmatilah, syukurilah, mengertilah, sandarkanlah, kembalilah!" Pesannya pagi itu
1 note · View note
kbanews · 1 year
Text
Memaknai Keberkahan Ramadhan (Seri 7)
Satu hal yang pasti adalah bahwa dunia ini begitu sangat kuat dalam tipuan (ghuruur). Pada sisi lain dunia ini dirasakan sebagai keindahan (ziinah) dan kesenangan (mataa’) yang melupakan (lahwun). Realitanya kemudian mayoritas manusia menjadi lupa jika dunia hanyalah kesenangan yang sedikit (mataa’un qaliilun) dan sangat terbatas (ilaa hiin). Dahsyatnya tipu daya dunia menjadikan banyak manusia…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
Text
“Know that the worldly life [al-hayat ad-dunya] is but [la’ibun] and [lahwun], [zinatun] and [tafaakhurun] among you, and [takaatsurun] in respect of wealth and children.”
- The Holy Quran - [Al-Hadid 57:20]
Almighty Allah gives us the definition of al-hayat ad-dunya. Look at the 5 key words mentioned in the ayah and the meaning of their root words:
La’ibun - engaging in idle activity without meaning or purpose
Lahwun - becoming diverted and neglectful
Zinatun - pomp / to beautify
Tafaakhurun - self-glorification
Takaatsurun - to surpass in quantity
Notice that all of the keywords do not refer to something physical, but the characteristic/ lifestyle to that effect:
A person’s lifestyle that constantly engages in unmeaningful activities is al-hayat ad-dunya.
A person’s lifestyle that neglects one’s obligations that are due upon him is al-hayat ad-dunya.
A person’s lifestyle that is all about vain and pomp is al-hayat ad-dunya.
A person’s lifestyle that boasts and self-glorifies oneself is al-hayat ad-dunya.
A person’s lifestyle that revolves around rivalry in terms of wealth and children is al-hayat ad-dunya.
Al-hayat ad-dunya is, in a nutshell: a lifestyle that is purely oriented to the now, to the present.
You live a wealthy lifestyle in the present at the cost of being bankrupt in the Hereafter. You chase after people’s praises and admiration at the cost of being forgotten and tormented in the Hereafter. You want to be super successful in each and every aspect in your life, even if it means sacrificing everything in the Hereafter.
Al-hayat ad-dunya is not wealth, lots of cars and mansions, etc rather our behavior towards these things. The tools for la’ibun, lahwun, zinatun, tafaakhurun, takaatsurun are all neutral. Your wealth is not haram. Your status is not haram. Your beauty is not haram. In fact, our Deen advocates us to work hard, to be successful, to wear nice! What is important is our behaviour/lifestyle towards these things that will determine whether we’re sinning or not. And Allah Almighty warns us at the end of the ayah:
“And al-hayat ad-dunya is only a deceiving enjoyment.” - The Holy Quran - [Surah Al-Hadid 57:20]
If that game preoccupies most of your time, leave it. If that friend/gathering constantly makes you neglect your obligations to the Deen and family, leave. It’s difficult, I know. But we need to look at our daily routine, interactions and the intentions behind them all.
Don’t chase the present at the cost of the Hereafter.
67 notes · View notes
rest-in-being · 4 years
Text
THIS WORLD OF TESTS
Allah ‘azza wa jalla says in the Holy Quran :
“I’lamū innamā l-hayātu l-dunyā la‘ibun wa-lahwun wa-zīnatun wa-tafākhurun baynakum wa-takāthurun fī l-amwāli wa-l-awlād” (Qur’ān 57:20)
“Know that the life of this world is only a play, amusement, luxury, mutual boasting, and a competition in accumulating wealth and in children.”
The life of this world is to multiply and increase in numbers and gain possession, and amongst yourselves to see oneself higher than others and to be proud of your children. That is nothing. All that is just a test which will go away suddenly. Nothing of any of it will remain.
Most people in this world want to spend this life without any sadness or any troubles. Many come and say, “We have such and such problem, but if this problem is solved, we will be okay.” That is not how this world is. This life is a place of trials and tribulations. The world is not paradise, and it is only in Paradise that everything will be beautiful, comfortable, at peace and tranquilly. And where there will not be any sadness, or problems, or things to worry about. No envy, none of these bad characteristics. That place is Paradise. Paradise is not in this world. It is not on earth.
On earth, Allah ﷻ gives everybody a test. Even the most powerful man, or the wealthiest man in the world, has problems. The most beautiful person also has troubles. There is a test for everything.
When you say you are done and saved from one problem, don’t think that everything will be okay from now on. Instead of that problem, there is another one that will come, another test will come. So you need to be patient with what you are being tested with. This is what people should know. You should say at least this problem is going away, but when this goes away, another one will certainly come. And again there will be a test, whether it is a small, little test or a big test.
Surely, as long as one lives in the world, something that will disturb him will happen. In every way this is the case for everybody, not just for some people. Some people think that it is just a test for themselves. [No,] all humanity faces this.
Allah ‘azza wa jalla created people for tests and for tests to occur, and then in the Hereafter there will be a judgement. That is the place of judgement, and it will be either good or bad for us. For everything that we have done here, for everything we have suffered, we will be recompensed. Allah ﷻ will question us regarding them. Allah ﷻ will reward us for even the smallest things. The smallest thing we suffer from will become a gain.
The Holy Prophet ﷺ says that for the one with iman, “Even if a needle pierces [his skin], he will be recompensed for it in the hereafter. It will not go to waste.” But unbelievers, people who do not believe, suffer in vain, and there will be even more torment in the Hereafter. So it is necessary to be patient, the end of patience is peace, and its reward is without accounting. Only Allah ﷻ knows how much reward He ﷻ will give to those who are patient. So may Allah ﷻ help us. May Allah ﷻ give us strength for these tests.
As long as we have strong faith, everything will be easy.
-Mawlana Shaykh Muhammad Adil Ar Rabbani QaddassAllahunSirrahu
8 notes · View notes
nakindonesia · 5 years
Video
instagram
Pelajaran dari Surat At-Takaatsur . Surat ini dimulai dengan apa yang dilakukan oleh “At-Takaatsur” terhadap kita. Mereka melalaikanmu . Apa hal-hal yang melalaikan kita? Na’iim… nikmat yang Allah berikan kepada kita, menjadi sesuatu yang melalaikan kita . أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ . "Alhaa" akar katanya adalah "Lahwun", yang secara harfiah berarti hiburan . Dalam surat lain Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan, . اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ . “Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanya permainan dan hiburan semata.." (QS. Al-Hadid: 20) . Ini adalah salah satu arti yang dipahami dari kata “lahwun“. Arti lainnya, ketika bertemu kata “ilhaa“ adalah “untuk dialihkan/telah dialihkan (dilalaikan)”. Untuk ditarik/menjauh dari sesuatu . Dalam kata tersebut sudah memiliki pesan bahwa sesuatu yang mengalihkan itu tidak lebih penting dari apa yang kau teralihkan darinya . Jangan biarkan nikmat yang Allah berikan menjauhkan/mengalihkan dari mengingat Allah. Kita akan ditanyai satu per satu tentang nikmat yang kita terima . ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ . "Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu)." (At-Takaatsur: 8) . Makna lain dari “Na’iim” karena ada huruf “ya” di situ adalah nikmat yang terus-menerus. Kau membuka keran dan air langsung mengalir. Kau membuka mata dan kau bisa melihat. Kau tidak perlu mencari semacam aplikasi untuk bisa melihat. Mereka sudah disediakan sehingga kau dapat memakainya kapan saja. Jadi kau akan ditanya tentang nikmat-nikmat semacam ini . Dalam kaitannya dengan “na’iim” bagi orang yang beriman, ada sebuah pendapat lain yaitu, itu juga berarti kedatangan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Itu juga termasuk Al-Qur’an. Itu juga termasuk kebenaran. Bukankah itu adalah nikmat yang paling besar di dunia ini? . Apa yang sudah kau lakukan dengan nikmat itu? . #noumanalikhan #noumanalikhanindonesia #nakindonesia https://www.instagram.com/p/B7RzVaInmCm/?igshid=lerv8d9iip09
17 notes · View notes
kabirvv · 2 years
Text
“Know that the worldly life [al-hayat ad-dunya] is but
[la’ibun] and [lahwun], [zinatun] and [tafaakhurun] among you,
and [takaatsurun] in respect of wealth and children…”
[Al-Hadid 57:20]
Allah SWT gives us the definition of [al-hayat ad-dunya]. Look at the 5 key words mentioned in the ayah and the meaning of their root words:
[La’ibun] = engaging in idle activity without meaning or purpose
[Lahwun] = becoming diverted and neglectful
[Zinatun] = pomp / to beautify
[Tafaakhurun] = self-glorification
[Takaatsurun] = to surpass in quantity.
Notice that all of the keywords do not refer to something physical, but the characteristic / lifestyle to that effect:
A person’s lifestyle that constantly engages in unmeaningful activities is al-hayat ad-dunya.
A person’s lifestyle that neglects one’s obligations that are due upon him is al-hayat ad-dunya.
A person’s lifestyle that is all about vain and pomp is al-hayat ad-dunya.
A person’s lifestyle that boasts and self-glorifies oneself is al-hayat ad-dunya.
A person’s lifestyle that revolves around rivalry in terms of wealth and children is al-hayat ad-dunya.
Al-hayat ad-dunya is, in a nutshell:
a lifestyle that is purely oriented to the now, to the present.
You live a wealthy lifestyle in the present at the cost of being bankrupt in the Hereafter. You chase after people’s praises and admiration at the cost of being forgotten and tormented in the Hereafter. You want to be super successful in each and every aspect in your life, even if it means sacrificing everything in the Hereafter.
Al-hayat ad-dunya is not wealth, lots of cars and mansions, etc rather our behavior towards these things. The tools for la’ibun, lahwun, zinatun, tafaakhurun, takaatsurun are all neutral. Your wealth is not haram. Your status is not haram. Your beauty is not haram. In fact, our Deen advocates us to work hard, to be successful, to wear nice! What is important is our behaviour / lifestyle towards these things that will determine whether we’re sinning or not. And Allah SWT warns us at the end of the ayah:
“…And al-hayat ad-dunya is only a deceiving enjoyment.”
[Al-Hadid 57:20]
If that game preoccupies most of your time, leave it. If that friend / gathering constantly makes you neglect your obligations to the Deen and family, leave. It’s difficult, I know. But we need to look at our daily routine, interactions and the intentions behind them all.
Don’t chase the present at the cost of the Hereafter.
1 note · View note
syam1974 · 2 years
Photo
Tumblr media
sunnahstori { ﷽ } - 📝 RENANG OLAHRAGA SUNNAH DAN PALING AMAN SECARA MEDIS Olahraga renang merupakan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kesimpulan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahuanhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, كُلُّ شَئْ ٍلَيْسَ فِيْهِ ذِكْرُ اللهِ فَهُوَ لَهْوٌ وَلَعِبٌ إِلاَّ أَرْبَعٌ مُلاَعَبَةُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَتَأْدِيْبُ الرَّجُلِ فَرَسَهُ وَمَشْيُهُ بَيْنَ الْغَرْضَيْنِ وَتَعْلِيْمُ الرَّجُلِ السِّبَاحَةَ “Setiap hal yang tidak ada dzikir kepada Allah adalah lahwun (kesia-siaan) dan permainan belaka, kecuali empat: candaan suami kepada istrinya, seorang lelaki yang melatih kudanya, latihan memanah, dan mengajarkan renang.” (HR. An-Nasai, dinilai shahih oleh Al-Albani) Secara medis dan kesehatan, berenang juga adalah olahraga yang paling aman dan bermanfaat karena melibatkan semua sendi-sendi, berbeda dengan olahraga lain semisal bersepeda yang bergerak hanya bagian kaki saja dan apabila terlalu berlebihan tanpa pemanasan berpotensi cedera. Adapun berenang hampir semua sendi dan otot ikut bergerak, badan ikut menekuk, kepala mendongak, dan semua sendi bergerak. Gerakan yang dikeluarkan juga minimalis, tidak ada tabrakan dan gerakan yang terlalu kasar dan keras, sehingga sangat aman untuk dipraktekkan. - 🌐 Referensi : https://muslimafiyah.com/renang-olahraga-sunnah-dan-paling-aman-secara-medis.html ♻️ Free Save, Repost & Share _____________________________ 📲 Follow Us : @sunnahstori @live_withsunnah بَارَكَ اللهُ فِيْكُم وجَزَا كُمُ الله خَيْرًاكَثِيْرًا 🌿🍁🌿🍁🌿🍁🌿 #renang #berenang #olahraga #olahragasunnah #sehat #hidupsehat #medis #sunnahstori #manhajsalaf #manhajsalafusshalih #dakwahsunnah #dakwahvisual #dakwahmanhajsalaf #dakwahvidgram #dakwahmedia #posterdakwah #posterdigital #postersunnah #posterdakwahsunnah #muslim #muslimindonesia #kreator #kontenkreator #kreatormuslim #kontenkreatormuslim #kontenkreatormuslimindonesia view all comments (di Palangkaraya) https://www.instagram.com/p/ChboolyhSFo/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
anakbebek · 2 years
Text
Tumblr media
BELAGU
Hari-hari ini kita menjumpai beberapa kasus di beranda-beranda TV, media sosial, dan koran-koran, betapa pamer kekayaan atau yang eksis disebut (Crazy Rich) menjadi sebuah trend baru di medio 22 ini, kita tentu tidak lupa kejadian yang menggemparkan beberapa pekan lalu, yang menyeret nama-nama kondang seperti Indra Kenz dan Doni Salmanan yang kini meringkuk di penjara akibat Penipuan berkedok trading binary option.
Sebelum ditangkap, keduanya memang senter terdengar dan menjadi pusat perhatian dikalangan milenial, sebab postingan-postingannya di media sosial selalu memamerkan barang-barang mewah, seperti mobil, tas, dan rumah yang megah.
Kemudian saya teringat pesan Nabi : “Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan akan menimpa diri kalian. Akan tetapi, aku kahwatir jika dunia ini dibentangkan untuk kalian sebagaimana ia dibentangkan untuk orang-orang sebelum kalian sehingga kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba, dan akhirnya kalian hancur sebagaimana mereka hancur.” (Hadits riwayat Muslim (2961) dan al-Bukhari (6425), dan Ibnu Abi ad-Dunya dalam kitab tentang Zuhud hal. 73)
Kemudian di Surah Luqman : 18. Allah SWT berfirman : “Janganlah memalingkan wajahmu dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi ini dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.”
Saya mengutip sebuah dialog dakwah antara Prof. Qurais Shihab dan Ust. Das’ad Latif di sebuah platform Youtube milik Najwa Shihab, Prof Qurais berkata bahwa Kehidupan dunia itu seperti (laibun) permainan, mirip bayi yang melakukan kegiatan tanpa ada tujuan.
Kalau dia sudah besar sedikit atau remaja (lahwun) Senda gurau, melakukan kegiatan yang mengabaikan sesuatu yang lebih penting. Kemudian (Ziinatun) hiasan, kecantikan, kemewahan, sehingga ketika sudah besar dan berumah tangga dia berbangga dengan harta dan anak-anaknya. Dikuatkan dengan sumber di (QS. Al An’am: 32).
Ini semua kehidupan orang-orang yang tidak dihiasi oleh iman, dan digambarkan seperti bunga yang mekar, kemudian layu dan menguning. Oleh karena itu Ibnu Khaldun berkata : “Lebih berbahaya kekayaan daripada kemiskinan”.
Sidoarjo, 10 April 2022
0 notes
anxiousasy · 3 years
Text
Lahwun wa la'ibun. Ok. So why bother stressing out too much. Chill. Ok. Chill
1 note · View note
slaveofallaah · 6 years
Text
Quote from the Holy Quran, Al-Ankaboot (29:64) وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ Wama hathihi alhayatu alddunya illa lahwun walaAAibun wainna alddara alakhirata lahiya alhayawanu law kanoo yaAAlamoona And this worldly life is not but diversion and amusement. And indeed, the home of the Hereafter - that is the [eternal] life, if only they knew. -- http://get.muslimpro.com
1 note · View note
ricanovi · 3 years
Text
Dunia yang melelahkan dan melalaikan. Padahal hanya "permainan dan senda gurau" (la'ibun wa lahwun).
0 notes