#kursi roda biasa
Explore tagged Tumblr posts
Text
WA 0811-3791-1115, Distributor Kursi Kantor Biasa Jakarta 
Tumblr media
Distributor Kursi Kantor Biasa Jakarta 
WA 0811-3791-1115, PT Cahaya Mustika Indonesia Kursi Kerja Yang Ergonomis, Kursi Kerja Yang Kuat, Kursi Putar, Kursi Putar Kantor, Kursi Putar Hidrolik
Kami bisa melayani pengiriman ke Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Depok, Bekasi, Bogor, Tangerang dan seluruh Kota di Indonesia
Distributor Kursi Kerja Staff Jakarta
Kami juga Distributor Kursi Putar Murah Di Jakarta , Distributor Kursi Putar Tanpa Lengan Jakarta , Distributor Kursi Putar Murah Jakarta , Distributor Kursi Putar Kerja Jakarta , Distributor Kursi Rapat Putar Jakarta , Distributor Kursi Putar Sandaran Tinggi Jakarta , Distributor Kursi Putar Sandaran Rendah Jakarta , Distributor Kursi Putar Tanpa Sandaran Jakarta , Distributor Kursi Putar Tinggi Jakarta , Distributor Kursi Putar TKDN Jakarta
Kursi kantor merupakan salah satu furniture penting yang harus ada di kantor guna menunjang pekerjaan. Dengan menggunakan kursi kantor yang nyaman dan ergonomis maka seseorang akan lebih optimal dalam melakukan pekerjaannya. Saat ini kursi kantor terdapat banyak model dan type serta dari sisi harga juga bervariasi mulai dari kursi kantor yang murah sampai dengan kursi kantor yang mahal.
Jika Anda sekarang berada di wilayah JABODETABEK dan sedang mencari kursi kantor maka silahkan langsung saja datang ke kantor pemasaran PT Cahaya Mustika Indonesia.
Kursi Kantor Jakarta
PT Cahaya Mustika Indonesia menyediakan berbagai macam kebutuhan furniture kantor seperti:
Kursi Kantor Untuk Staff
Kursi Direktur
Lemari Arsip
Filling Cabinet
Meja Kerja
Mobile File dan lain-lain
Ada beberapa keuntungan jika Anda membeli peralatan kantor di CV Cahaya Mustika
Ada diskon menarik untuk customer
Bisa kirim ke suluruh Indonesia
Produk bermerk dan kualitasnya terjamin
Bisa order melalui E-Katalog
Bisa order melalui Marketplace umum (Shopee dan Tokopedia)
Bisa order melalui Marketplace pemerintahan
Bisa order melalui marketplace sekolah
Ada produk yang sudah ber-TKDN
Buruan order kursi kantor di PT Cahaya Mustika Indonesia dan dapatkan semua benefitnya
PT CAHAYA MUSTIKA INDONESIA Gedung Atria Tower @Sudirman Lt. 23 Jl. Jendral Sudirman Kav. 33A, Karet Tengsin Tanah Abang, Kota Adm. Jakarta Pusat DKI Jakarta 10220
TELP/WA 0811-3791-1115
Link WA: https://wa.me/6281137911115 Link Website : https://www.cahayamustikainternesia.com/ Link Maps: https://maps.app.goo.gl/o8wZo1M31dycFjaAA
0 notes
Text
WA 0811-3791-1115, Jual Kursi Kantor Nyaman Jakarta Utara
Tumblr media
Jual Kursi Kantor Nyaman Jakarta Utara
WA 0811-3791-1115, PT. Cahaya Mustika Internesia menyediakan Kursi Kantor, Kursi Kerja Kantor, Harga Kursi Kerja, Kursi Kerja Minimalis, Kursi Komputer
Kami bisa melayani pengiriman ke Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Depok, Bekasi, Bogor, Tangerang dan seluruh Kota di Indonesia
Jual Kursi Kantor Nyaman Jakarta Utara
Kami juga Distributor Kursi Kantor Jakarta Pusat, Distributor Kursi Kerja Kantor Jakarta Pusat, Distributor Kursi Kerja Jakarta Pusat, Distributor Kursi Kerja Minimalis Jakarta Pusat, Distributor Kursi Komputer Jakarta Pusat, Distributor Kursi Kerja Ergonomis Jakarta Pusat, Distributor Kursi Kerja Putar Jakarta Pusat, Distributor Kursi Kerja Staff Jakarta Pusat, Distributor Kursi Kantor Biasa Jakarta Pusat, Distributor Kursi Kantor Murah Jakarta Pusat
Kursi kantor merupakan salah satu furniture penting yang harus ada di kantor guna menunjang pekerjaan. Dengan menggunakan kursi kantor yang nyaman dan ergonomis maka seseorang akan lebih optimal dalam melakukan pekerjaannya. Saat ini kursi kantor terdapat banyak model dan type serta dari sisi harga juga bervariasi mulai dari kursi kantor yang murah sampai dengan kursi kantor yang mahal.
Jika Anda sekarang berada di wilayah JABODETABEK dan sedang mencari kursi kantor maka silahkan langsung saja datang ke kantor pemasaran PT. Cahaya Mustika Internesia.
PT. Cahaya Mustika Internesia menyediakan berbagai macam kebutuhan furniture kantor seperti:
Kursi Kantor Untuk Staff
Kursi Direktur
Lemari Arsip
Filling Cabinet
Meja Kerja
Mobile File dan lain-lain
Ada beberapa keuntungan jika Anda membeli peralatan kantor di CV Cahaya Mustika
Ada diskon menarik untuk customer
Bisa kirim ke suluruh Indonesia
Produk bermerk dan kualitasnya terjamin
Bisa order melalui E-Katalog
Bisa order melalui Marketplace umum (Shopee dan Tokopedia)
Bisa order melalui Marketplace pemerintahan
Bisa order melalui marketplace sekolah
Ada produk yang sudah ber-TKDN
Buruan order kursi kantor di PT. Cahaya Mustika Internesia dan dapatkan semua benefitnya
PT. Cahaya Mustika Internesia Gedung Atria Tower @Sudirman Lt. 23 Jl. Jendral Sudirman Kav. 33A, Karet Tengsin Tanah Abang, Kota Adm. Jakarta Pusat DKI Jakarta 10220
TELP/WA 0811-3791-1115
Link WA: https://wa.me/6281137911115 Link Maps Jakarta : https://goo.gl/maps/3f8prS634bgtTNARA
0 notes
kaktus-tajam · 4 days ago
Text
There is khair behind everything.
Kukira menjadi dokter itu banyak mengajarkan pasien. Ternyata, justru dokter yang seringkali lebih banyaak belajar dari pasien.
-
Selama 6 bulan terakhir di US sebagai clinical research fellow, alhamdulillah aku berkesempatan bertemu banyak pasien, yang jadi perantara pesan-pesan dari Allah.
2 bulan lalu misalnya: keluarga muslim dari Scotland itu.
Pasien ini seorang anak ini usia belasan tahun, di kursi roda karena spastisitas pada kakinya. Iya, anak ini didiagnosis penyakit langka, ia satu dari lima pasien yang sama di dunia. Ia sering tertawa. Walau mungkin tawanya bagian dari penyakitnya: stereotypical laughter.
Ibunya teduh sekali, dalam hijab putihnya. Ayahnya tampak sederhana, masih muda dan aksennya Scottish-nya begitu kental sehingga sulit dipahami. Haha. Adiknya juga ikut menemani, kalem dan malu-malu duduk di sebelahku sepanjang klinik.
Selepas konsultasi 1,5 jam hari itu, kami saling mengucap salam, beliau memberikan tim kami hadiah cokelat dan kue.
Kami berpisah, keluarga beliau menuju lab untuk sampling darah. Setelah mengurus berkas dan lainnya, aku bersiap ke rehat pekananku: shalat Jum’at, yang biasa diadakan di hall dari dormitory building-nya Harvard Medical School. Letaknya di seberang Boston Children’s.
Hari itu suhu sudah negatif, menjelang musim salju. Aku berjalan dalam dingin, walau alhamdulillah ada matahari! Masih pukul 12 lewat, aku mampir beli makan dulu deh, batinku.
Dan di momen itu lah aku berpapasan dengan keluarga itu lagi.
“Assalamualaikum! Do you want me to help you take the pictures?”
Aku menyapa dan menawarkan untuk mengambil foto mereka sekeluarga yang sedang berfoto di depan gedung kedokteran kami.
“Waalaikumussalam! No worries it’s fine! Thank you.”
Ibunya menjawab dengan senyum dan hangat.
“MashaAllah it is so nice to see you. There is going to be a Jummah prayer here, if you’d like to join.”
“We are heading to the masjid actually, we heard it’s pretty close.”
“Ahh yes, it is walking distance, it’s a beautiful masjid, and with this beautiful weather you should definitely go there.”
Kami akhirnya mengobrol sebentar di courtyard Harvard yang hijauuu dan cantik itu.
Mereka bercerita, mereka dari keluarga Pakistan, walau sudah lama menetap di Inggris.
Aku bercerita lebih detail background-ku dokter dari Indonesia dan sekarang sedang melakukan penelitian tentang kasus-kasus penyakit neurogenetik langka.
“I am always inspired by my patients and their family. You guys are the reason we are doing research.”
“Thank you! Thank you for doing this.”
Tiap keluarga pasien berkata demikian, selalu membuatku merinding. Research di penyakit langka itu kadang sangaaat membuat frustrasi haha, tapi di saat yang bersamaan: sangat mengisi ruang hati. Fulfilling and rewarding.
“InshaAllah, may Allah give you strength and may Allah make it easy.” Aku mendoakan mereka.
Tapi jawaban sang ibu, membuatku berkaca-kaca:
“Aamiin. It’s okay! We believe that there is always khair in everything.”
Deg. Iya ya, selalu ada kebaikan dalam setiap skenario Allah. Beliau mengatakan itu sambil tersenyum lebar dan muka berseri-seri. Bagiku, mereka telah diuji dengan penyakit yang merenggut masa muda anaknya. Telah mengubah hidup keluarga ini, berobat kesana kemari, mencari jawaban hingga 7000 kilometer dari rumah.
"We have eeman, we'll be okay.”
Dan kalian tau apa? Beliau dengan senyumnya berkata:
"The dunya is temporary anyways.”
Kata-kata itu menghujam dalam.
Aku merasa iba pada mereka, padahal mereka sedang menabung banyak amal shalih untuk akhirat mereka. Aku harusnya iba pada diriku sendiri.
Aku merasa kasihan, padahal justruuu Allah sedang meninggikan derajat mereka dengan ujian tersebut. Aku harusnya mengasihani diriku sendiri.
Aku merasa simpati berlebih, padahal Allah hadiahkan mereka sarana penggugur dosa yang terus menerus dengan sakitnya itu. Aku harusnya bersimpati pada diriku sendiri.
Aku tersenyum, malu. Mereka keluarga yang ketaqwaannya begitu terpancar, pesona iman yang menghibur hatiku yang terlalu sering terlena ini.
Kami berpamitan, saling mengucap salam dan doa, dan sang ibu memberi pelukan hangat.
Hari itu aku banyak terdiam, ya Allah, semoga kami bisa menjadi perantara-Mu dalam kesembuhan untuk mereka. Sebagaimana mereka memberi kesembuhan untuk hatiku.
-h.a.
Boston, Desember 2024
63 notes · View notes
kayyishwr · 1 year ago
Text
Memberi Dampak
Seringkali muncul pertanyaan sederhana tapi berat "Apa dampak yang kamu berikan?"
Ya, dampak ini adalah soal pengaruh. Dia tidak perlu terlalu besar atau rumit, sederhana tapi kecil itu sudah luar biasa.
Dampak, sebagaimana saya ikut sebuah pelatihan yang saat itu disampaikan oleh Bang Ivan Ahda, punya makna adanya 'perubahan' dan yang paling penting adalah 'improvment atau peningkatan'
Maka, pertanyaan "apa dampak yang kamu berikan, bermakna, keberadaanmu itu apakah membawa perubahan dan peningkatan atau sebaliknya?"
Mengapa ini penting untuk dibahas? Karena hari ini kita hidup dalam dunia yang penuh glorifikasi berlebihan dan terkadang semu; walaupun tidak semuanya seperti itu.
Orang-orang hanya menghargai jika yang berbicara adalah akun centang biru, yang dilakukan hal-hal besar dan rumit, atau ya yang terlihat keren saja; tapi saat ditelisik lebih dalam, ternyata cuma gimmick tanpa adanya dampak disana
Lebih lanjut soal dampak atau kerennya adalah impact, sebenernya adalah level yang perlu kita definisikan, supaya juga tidak bingung; dampak kita itu mau sampai dimana levelnya, ada macro, micro, sampe meso *klo kepo kita diskusi
Nah, untuk mencapai sebuah dampak, selain level, kita bisa memulai dari cara berfikir (system thinking), dan mungkin ini yang kadang terlewat atau terabaikan; yang penting, yang butuh kelihatan hal-hal besar atau rumit, padahal tadi cukup hal sederhana atau bahkan kecil, tapi mengandung dua hal perubahan dan peningkatan
Ya, soal cara berfikir ini, banyak toolsnya, tapi di pelatihan itu saya diajari dengan menggunakan TOC (Theory of Change) atau juga bisa menggunakan system Iceberg Phenomena *klo kepo juga kita diskusi
Yak, sudah panjang, dan gak lama nulis tema beginian, mungkin kalau nanti ada niat lebih dalam bakal lebih rapih sekaligus ada contoh penerapannya; entah di wordpress atau postingan IG, sekian
Oh ya kalian tau, Syaikh Ahmad Yasin, tokoh dari Palestina yang dibunuh harus dengan Apache padahal beliau hanya seorang kakek tua yang duduk di kursi roda, telah menciptakan impact untuk hari ini; sederhana saja, beliau membina generasi saat itu dengan Al Quran, hanya dengan Al Quran, sederhana dan bahkan disepelekan tapi begitulah dampak, yang terpenting ada perubahan dan peningkatan
Al Fatihah untuk beliau, kita doakan selalu saudara kita di Palestina, from river to the sea, Palestine will be free
Gambar diambil dari Google
Tumblr media
77 notes · View notes
tesyeuxworld · 11 months ago
Text
Orang paling egois di rumah sakit itu orang yang didorong pake kursi roda tapi milih duduk di kursi tunggu biasa 😶 emang kenapa sih kalo duduk anteng aja di kursi roda? Penuh woy tempatnya
3 notes · View notes
inabeewrt · 1 year ago
Text
Tumblr media
PERSAHABATAN
Tempat tinggal seluas 3 x 7 
“Terimakasih banyak tuan, saya bingung harus berbuat apa ke tuan untuk membalas budi ini semua” ucap Sari, “yaa sama sama, tidak masalah sari santai saja” jawab pria ber-jas berkacamata hitam diikuti senyuman yang tulus.
“rekkk ayo reek mlaku mlaku nang tunjungan” suara music di radio
                “wah betul juga, yok sar kita jalan ke tunjungan” ajakkan dari ibu, Sari hanya mengangguk. Sebab sari tidak tahu menahu tentang dunia luar. Walau tempatnya tidak jauh dari gubuknya. Pria berjas dan ibunya membawa sari ke tunjungan untuk melihat betapa indahnya kota Surabaya. Berjalannya mereka di trotoar yang indah sejuknya udara.
“rekkk ayo reek mlaku mlaku nang tunjungan” bunyi sound penyebrangan jalan.
                Dengan kagumnya Sari menatap ke jalan, Gedung Gedung berdiri kokoh. Tempat tempat nongkrong anak muda, hiasan hiasan yang begitu indah. Ada bangku bangku di trotoar, melihat jalan yang lebar ukurannya 3 mobil. Lalu lalangnya mobil, motor, bis. “waah seperti ini” kata Sari yang tidak menyangka bisa melihat ini juga. Menolehlah Sari ke orang dermawan berada disebelah kanannya, lagi lagi dengan tatapan penuh cairan mata yang akhirnya jatuh sebab tak tertampung. Tiada henti hentinya ucapan terimakasih keluar dari mulutnya, karena bingung sudah kehabisan kata kata untuk mengungkapkan rasa syukur. Suara yang terbata bata dengan diiringi isakkan tangisan yang dari tadi ditahan. Pria tersebut membalasnya dengan senyuman.
                Pulanglah mereka bertiga melewati jalan yang berbeda, kali ini si Pria yang membawa kursi roda Sari sambil berbincang kehidupannya selama ini. Saat sampai didepan rumah, Pria Berjas hitam Kembali ke rumah Sari dengan membawa jajanan dan boneka beruang kecil dari mobilnya. “Ini untuk mu Sar” lagi lagi dengan senyuman sederhananya. Begitu gembiranya Sari menerima semua ini yang tidak terduga begitu cepat dalam satu hari.
“rekkk ayo reek mlaku mlaku nang tunjungan” suara vlog dari HPnya Sari
                “sudah sudah tidur, sudah malam. Besok – besok  kita main lagi kesana kalau kamu masih penasaran” “baik bu” jawab Sari. Ibu menggendongnya untuk memindahkannya ketempat tidur.
Kamar Tidur tembok warna putih
                “bim-bim-bim” suara Alarm HP berbunyi pukul 8.00 seperti biasa langsung mematikan Alarm tersebut. Kali ini sorotan mata biru langsung menuju sudut ruangan, ada kursi roda bersandar di tembok dan di atasnya ada boneka teddy bear. “ehh dah bangun anak mamah…” sapa ibunya, Sari membalas senyuman manis.
                Setelah makan, mandi, minum ia ingin sekali menggunakan kursi roda sendirian tanpa bantuan dorongan. Sari pun berlatih dijalanan beraspal yang tiada kendaraan lalu lalang. Mundar mandi roda berputar dengan anyunan tangannya sari ke roda. Tidak butuh waktu lama, Sari berlatih beberapa hari sudah sangat lihai memainkannya. Sari berjalan menggunakan kursi roda bahkan bukan hanya ke depan rumah saja,ia juga sudah sering sekali pergi ke taman.
3 Bulan kemudian……
“hemmm walaupun sekarang punya kursi roda, lama lama bosen juga hanya melihat mereka bermain sedangkan aku berdiam disini” bergumam dalam hatinya. Ia menunduk sambil melihat ke kakinya yang tidak berdaya. Sesekali melirik kedepan melihat anak anak seumurannya yang seru sekali bermain lompat tali. Terdengar suara riang gembiranya mereka bermain, semakin membuat iri.
                “heiii siapa nama kamu ?”
Sari langsung mengarahkan perhatiannya ke kiri dengan mencerminkan wajah bingung alis yang terangkat.
                “hei.. hei.. haloo, ada orang, siapa namamu ?” laki laki berumur 9 tahun menyapa dengan melambaikan tangannya ke depan wajah Sari. Laki laki ini menahan tawa melihat Sari yang mukanya kebingungan dan bengong.  “oh yaa, Sa-Sari” jawabnya. “ohh Sari, kok kamu sedih terlihatnya. Sendirian saja ?” tanya lelaki itu , “iya” “yaudah yuk main bareng sama ku saja. Kita main… ” “loh temanmu yg disana bagaimana ?” Sari memotong pembicaraan, “yang disana? Biarkan saja, disana juga sudah ramai” “btw aku bawa layangan loh, yuk main” sambungnya lelaki itu.
                Lelaki yang tak jauh tingginya dari Sari pun mengambil layangan yang ada di dalam tasnya. Ia meminta Sari untuk memegangkan layangan tersebut untuk di Tarik benangnya oleh lelaki itu. Sett-sett-sett tak lama kemudian layangannya pun terbang tinggi. Sebuah kertas berbentuk segiempat yang melayang layang di udara. Angin yang meniup begitu kencang membuat layangannya semakin terbang tinggi. Sampailah pada posisi layangan dengan angin yang stabil, Sari diberikan benang tersebut untuk memainkannya.
                “kamu sendirian saja sar?” tanya lelaki itu, “iyya” “memang rumahnya dimana?” sambung menanya, “dekat kok, di jalan keputih” . sedang asik asiknya mengobrol, layangannya pun di hampiri oleh layangan milik orang lain, Sari mukanya langsung panik kedua alisnya mendekat, dengan mulut terbuka sedikit. Tangannya masih memegang benang tersebut dengan gemetar. “ehh kenapa Sar?” . Sari langsung melemparkan benang ke lelaki itu. Hap -  Dengan lihainya lelaki itu beradu lawan Bersama layangan orang lain.
Tass…. Suara benang yang terputus.
                Sari murung Kembali, ujung bibir yang menurun dan kepala tertunduk. “maaf yaa..” kata Sari, “gapapa bukan salahmu kok, besok kita main lagi dehh gimana ?” “baiklahh” jawab Sari. Lelaki tersebut menghantarkan pulang Sari hingga depan rumah. “dahh sampai” kata Sari dengan gembiranya, lelaki ini pun membalas dengan tertawa kecil. “oiyaa aku lupa menanyakan namamu, siapa nama kamu ?” tanya Sari
“Namaku Bizar…” jawabnya sembari senyum terlihat gigi putihnya.
Bersambung……..
2 notes · View notes
srabittaa · 2 years ago
Text
Apa yang kita miliki setelah dihadapkan dengan jutaan manusia sholeh dibelahan bumi lain yang berlarian menuju Allah? masih mampukah untuk berbangga diri? sebab kita layaknya sebutir pasir dalam tumpukan bahan bangunan.
Labbaik Allahumma Labbaik, saat itu kalimat ini benar mengandung ribuan haru, setiap manusia yang datang dan pergi menyeru bermunculan dari segala arah, sungguh rasanya seperti mimpi bisa melihat keadaan ini secara langsung setelah sekian lama hanya melihat di layar hp dan tv, tentu masing” kita berharap mendapat kesempatan berkunjung kesini.
Keadaan yang membuat saya begitu terpana terjadi dalam kondisi sai saat semua berjalan dari shafa-marwah-shafa, saat itulah mata saya menyadari bahwa semua manusia terlihat berpakaian putih tanpa disertai benda benda mahal dan bermerek, kita terlihat sama, ya sama sama berdoa, berdzikir, berjalan. Sungguh teman.. kondisi di depan mata kita seperti berteriak mengatakan siapalah kamu dibanding semua orang sholeh yang ada disini. Dia yang tua-muda, laki laki-perempuan, sehat-sakit, asia/afrika /eropa. Apapun, Tak ada yang bisa membedakan semua disini kecuali nilai Taqwa di mata Allah. Hanya kita dan Taqwa.
Dari lantai kedua masjidil haram banyak sekali orang-orang beribadah dengan kursi roda, orangtua dengan tongkat, anak-anak kecil yang berjalan dan di papah, ada yang secara mandiri atau didampingi, kondisi yang menyadarkan hey kamu muslim jangan lemah! muslim kok malas? mau mengeluh dengan apa yang dihadapkan di depan matamu ini?! Kita yang Alhamdulillah hari ini masih muda, sehat, kuat, waktu luang Subhanallah kok ya malas malasan🥹 sungguh sedih, alangkah banyak dosa kita hingga terasa berat beribadah ya Rabb.
Selain syukur, maka sabar. Rasanya di sini butuh stok sabar yang melimpah, dalam hal apa? segala aspek! Wah bisa jadi sih diri kita hari biasa ini memang bukanlah seorang penyabar/ ya ada saja hal yang tanpa sadar menguji sabar.
Selamat berkunjung teman temanku, insya Allah kita sama sama kembali sesegera mungkin🤧🤲🏻
Aamiin aamiin, sejak ini saya belajar betul Allah Maha Kaya, siapa yang tau kesempatan itu datang kepada siapa? karena yakinlah Allah yang Maha Pengasih dan Pemurah🥹👍🏻
6 notes · View notes
kambingwangi · 2 years ago
Text
Buku Mewarnai Aurora
BUKU BERWARNA AURORA
–sebuah cerita pendek dari Clara Ika
BAB 1: Rumah
Kegelisahan terhadap masa depan
"Hanya satu kejadian saja, Ra. Tidak mengubah apapun. Ingat dengan baik situasinya dan siapa yang ingin kamu temui,"
Sudah sejak pagi abang membereskan rumah seperti biasa. Aku juga baru selesai memasak dan menghidangkan sarapan di atas meja makan. Seperti yang sudah disampaikan abang semalam, pagi ini adalah hasil dari diskusi panjang terkait kepergianku. Ya, pekan lalu, bakda pengumuman kelulusan SMA, aku sudah mengatakan keinginanku untuk merantau. Ini adalah ‘tagihan’ kepada bapak atas janjinya kalau aku juara satu paralel. Aku menagihnya.
“Bapak hanya bisa membiayai di universitas negeri,” ucap bapak sambil mengunyah tempe orek tanpa gesa.
Aku melirik ke arah Abang. Ia tampak menunduk takzim sembari menikmati sarapannya.
“Tapi, jurusan yang adek mau ga ada di negeri, Pak. Pun kalo ada, adanya di jawa.” 
“Jangan jauh-jauh, dek. Bapak sudah tua,” Bapak menatapku tajam. Selera makanku sudah hilang. Aku sudah paham, jika bapak berkata A, maka jawabannya adalah A. Mutlak tanpa tapi.
“Nanti adek coba cari beasiswa, Pak. Masih ada waktu seminggu lagi. Kampus incaran adek juga lagi bukaan tes masuk,” aku mencoba menawar. Memasang muka memelas paling apik.
Senggang. Tidak ada komentar. Hanya ada suara air liur yang beradu dengan makanan dari mulut yang gesa.
***
Pagi-pagi sekali, aku sudah ke warnet setelah menyelesaikan urusan domestik rumah. Sedari kecil, aku sudah terbiasa berbagi tugas dengan Abang. Tugasku memasak, memastikan semua orang di rumah tidak kelaparan. Juga mencuci dan menyetrika baju. Memastikan rumah kami bersih. Sementara abang berbelanja kebutuhan rumah, terkadang membantu mencuci piring dan menyapu halaman rumah yang penuh daun kering pohon mangga dan jambu air. Abang juga yang bekerja dan memastikan priok dapur kami mengepul. Kami hanya hidup bertiga. Bapak terpaksa pensiun dini bakda kecelakaan kerja 10 tahun lalu yang membuatnya sekarang harus di kursi roda sepanjang waktu. Bersamaan dengan itu, saat itu, abang baru saja lulus SMP sementara aku kelas dua SD ketika tiba-tiba Wak Dolah, tetangga kami menjemputku di sekolah. Ia bilang padaku untuk jangan menangis. Setibanya di rumah, aku melihat orang-orang memenuhi rumah panggung kami. Bapak sudah dipenuhi perban merah. Selanjutnya, hampir satu bulan lebih aku tidur di rumah sakit bergantian dengan abang menjaga bapak. Selama itu pula, aku ingat benar kulit abang kian melegam. Ia tampak lebih kurus. Beberapa waktu kemudian, baru kutahu abang ikut membantu Wak Dolah berjualan di pasar tak jauh dari rumah kami. Abang tidak melanjutkan sekolahnya.
Ibu? Entahlah. Semenjak kejadian itu ibu menghilang. Aku berulang menanyakan ibu kemana kepada abang, Wak Dolah, Bik Inah, hingga para suster, dokter, dan semuanya. Mereka tidak tahu kemana ibu pergi. Ibu tiba-tiba menghilang begitu saja. 
Aku melanjutkan penelusuran di internet. Fokus mencermati jurusan yang diminati. Desain Komunikasi Visual. Jurusan itu amat menarikku ketika ada kakak-kakak kampus sosialisasi jurusan di sekolah. Seorang kakak menjelaskan jurusan ini begitu menarik. Ia suka menggambar dan jurusan ini sangat mendukungnya untuk menjadi animator. Belum lagi, ia menambahkan prospek kerja dunia kreatif yang semakin menyilaukanku. Aku mengincar kampus negeri di Bandung, juga solo atau jogja yang terkenal dengan kampus seni dan industri kreatifnya. Sejak kecil, aku suka sekali dunia melukis dan ingin masuk TV. Aku tiba di halaman utama website kampus impianku. Membaca dengan seksama syarat dan ketentuan. Selanjutnya aku membayar biaya pendaftaran untuk tes ujian masuk. Sembari ku cermati biaya uang pangkal di jurusan ini. Aku merapal doa kencang, semoga semesta berbaik hati menghadiahiku untuk lulus dengan beasiswa penuh.
Merawat bapak
Waktu melesat bagai pedang. Tidak terasa pengumuman kelulusan tiba. Sejak pagi abang juga sudah repot mencari surat kabar terkait pengumuman ujian masuk universitas negeri. Ya, saat itu selain di halaman website, kita bisa menjumpai hasil pengumuman di surat kabar. Aku merapal doa kencang. Menguatkan diri dan sangat optimis karena beberapa tahun belakang aku sudah sangat bekerja keras menjaga nilaiku stabil dan belajar giat untuk ujian masuk ini. Aku melihat urutan jurusan di surat kabar sembari mencocokkan dengan nomor ujian dan huruf awalan namaku. Aku berbagi tugas dengan bapak di sisi kiri, sementara aku di sisi kanan surat kabar. Aku mencari urutan namaku dengan detak jantung yang kian riuh.
“M…..M….M….Miranti Aurora…..”
Nihil. Namaku tidak ada. Abang juga memastikan aku tidak lulus setelah membuka halaman web pengumuman ujian. Tertulis namaku dan asal sekolahku beserta tulisan berwarna merah menyala, “Anda dinyatakan tidak lulus seleksi,”. Aku tidak pernah gagal dalam ujian apapun. Kegagalan ujian tes kampus ini sungguh menamparku berkali-kali. Aku bergegas berjalan menuju kamar. Duniaku berhenti berputar seketika.
***
“Ra, makan.” Abang mengetuk pintu kamarku kesekian kali.
Aku menyembunyikan diri di balik selimut. Sudah dua hari aku tidak makan. Hampir 50 jam. Selera makanku hilang. Aku melihat masa depanku yang suram. Teman-teman bersorak atas kelulusannya masuk ke kampus impian. Sementara aku? Si Aurora yang terkenal rajin, patuh, selalu juara satu, tapi tidak lulus ujian masuk perguruan tinggi negeri. Aku merasa semua usahaku selama ini sia-sia belaka. Aku gagal. Aku payah.
“Dek? Dunia belum berakhir meskipun kamu gagal ujian masuk perguruan tinggi,” suara abang kembali menggema di depan pintu kamar. Omong kosong! Justru duniaku sudah berakhir saat pengumuman itu keluar. Saat dengan jelas tak kutemui namaku di barisan nama-nama yang lulus di jurusan impianku. Juga ketika teks berwarna merah bertuliskan aku tidak lulus di halaman web itu.
“Makan dulu yuk, dek. Gak lucu loh kalo tiba-tiba ada highlight berita, ‘Ditemukan seonggok mayat perempuan kurus cengkring tidak makan dua hari karena tidak lulus ujian masuk PTN’ yok dek, buka pintunya. Makan dulu. Kamu juga udah dua hari ga keluar kamar, gak mandi, betah gitu? Abang masak belut sambal kesukaanmu loh,” bujuk Abang lagi. Aku membuka pintu kamar. Kulihat abang tersenyum lebar memamerkan barisan giginya yang putih bersih. Sangat kontras dengan kulitnya yang legam pekat. Sedetik kemudian, ia menutup hidungnya. 
“Mandi dekkk!! Ya Tuhan, baunya ngelebihin bau pasar ikan, dek!” Selorohnya. Aku memukul bahu abang dengan gemas. Abang selalu punya cara untuk menghiburku.
***
Meja makan. Hening. Aku melihat bapak lebih banyak diam. Juga Abang. Ia tidak banyak bicara dan terlihat sangat fokus mengunyah belut sambalnya dengan nasi hangat.
“Ra,” perasaanku mulai tidak enak. Jika bapak sudah menyebutku dengan sebutan nama, bukan adek seperti biasa, artinya ada hal penting yang akan disampaikan.
“Kamu kuliahnya di sini saja, ya. Uang pensiun bapak kayaknya cukup buat bantu biaya kamu di sini. Sekalian jaga bapak. Abang kan kerjanya sekarang sudah mulai kadang ke luar kota juga,” Bapak membersihkan tangan di air kobokan lalu menuangkan air hangat ke gelasku.
“Tapi disini gak ada jurusan yang adek pengen, Pak. Adek kan pengennya kuliah jurusan DKV,” aku mencoba menawar. Sesekali melirik abang untuk mendukung argumen.
“Kan masih banyak jurusan lain, Dek. Apa bagusnya DKV? Kuliah gak kuliah kan yang penting nanti bisa kerja.” 
“Adek pengen kerja di TV, Pak. Jadi animator.”
“Kerjaan Kamu gak ngasih duit, Dek. Kerja yang pasti-pasti aja. Cari kerja sekarang sulit. Abangmu aja yang lulus SMA jadi atasan karyawannya yang lulusan S1 tuh,” Bapak menegak air hangat di gelasnya. Kemudian beranjak dari meja makan. Meninggalkanku dan abang dalam diam.
Ingatan akan masa kecil
Sebulan berlalu. Diskusiku dengan ayah buntu. Abang juga tidak bisa membantu banyak karena pekerjaannya yang padat membuatnya semakin jarang di rumah. Sejak Bapak lumpuh, abang secara otomatis menggantikan peran bapak bekerja. Uang santunan dan kecelakaan kerja dari perusahaan bapak tidak membantu banyak. Sejak itu pula bapak diberhentikan kerja dan hanya menggantungkan hidup dari uang pensiunannya untuk kami bertiga.
Aku mengingat dengan baik apa yang dilakukan abang. Tapi hampir setiap pagi kulihat sepeda abang penuh dengan surat kabar. Sepertinya ia menjadi loper koran. Sesekali aku mendatangi abang di toko Wak Dolah. Abang gesit melayani pembeli. Abang terkenal pintar menghitung memang sejak kecil. Bak kalkulator berjalan. Ingatannya pun tajam. Abang juga mudah dan cepat belajar. Ketika anak seusianya baru belajar mengendarai motor, abang sudah bisa mengendarai truk. Aku juga sering dititipi Abang kue bik Inah, tetangga kami, untuk aku edarkan dan jual di sekolah. Untungnya lumayan untuk menyambung hidup dan jajan cilok di sekolahku.
Ibu? Entahlah. Ia sungguh menghilang saat kejadian bapak kecelakaan dan rumah kami penuh sesak dengan orang-orang. Sebetulnya, sejak kecil ibu juga jarang di rumah. Entahlah. Aku tak tahu kerjaan ibu apa. Ibu selalu dijemput dengan mobil panjang, seperti angkot tapi bukan angkot, saban petang. Ibu akan berangkat dengan mobil itu dengan pakaian kerjanya yang selalu berwarna hitam. Aku sering mendengar tetangga kami membicarakan pekerjaan ibu yang tak biasa, katanya. Tapi bapak diam saja. Bapak juga menyuruh kami tidak menggubris omongan orang-orang tentang ibu dan keluarga kami.
Setiap membersihkan kamar bapak dan ibu, aku selalu tertarik menatap meja rias ibu. Membuatku betah duduk diam berlama-lama di hadapannya. Dan ketika dalam hening, sering kudengar kalimat itu menggema dari dalam kaca meja rias itu.
"Hanya satu kejadian saja, Ra. Tidak mengubah apapun. Ingat dengan baik situasinya dan siapa yang ingin kamu temui,"
Bersambung.
2 notes · View notes
septianarf · 8 days ago
Text
Naya's birth story
2 Juli 2024: Kebetulan hari nikahan adikku. bangun pagi, siap-siap buat berangkat ke wedding venue karena nanti akan dirias juga. waktu dirias udah mulai kerasa sakit perut hilang timbul tapi masih jarang. Sejujurnya aku ga yakin ini sakit perut akan lahiran atau gimana ya karena baru pertama merasakan wkwk.. akad jam 10 sakit perutnya udah makin sering, interval 15-20 menit sekali, tapi masih bisa senyum-senyumin tamu. ada kakak sepupu yang dateng, udah anak 2, kebetulan megang perutku trus komen "loh kok lagi kenceng ini? Lagi mules?" Masih bisa senyum-senyum meskipun sambil meringis "hehe iya". Akad alhamdulillah selesai, foto-foto, lanjut resepsi. jam 12 an udah makin ga kondusif, sakit perut udah makin sering, sekarang lebih kenceng di perut sampai pinggang. bapak ibu udah di pelaminan bareng adik dan istrinya. Udah keringetan banget karena nahan sakit sampe ditawarin makan apa aja sama suami rasanya udah ga pengen padahal belum makan proper dari pagi. Disitu udah yakin sih ini beneran mau lahiran karena intervalnya udah tiap 5 menit sekali meskipun durasinya masih sebentar-sebentar. Sempet-sempetnya chat bestie untuk mastiin kapan harus ke RS wkkw dan responnya emg udah harus ke RS saat itu juga. Aku bilang ke suami, trus kita izin ke bapak ibu di pelaminan klo aku mau pulang istirahat aja (aku ga bilang kalau mau ke RS biar semua ga panik dan khawatir, and I didn't wanna ruin my brother's day. All attentions should be on him and his wife). Aku sama suami pulang untuk ambil hospital bag dan ganti baju yang lebih nyaman. Aku ke kamar mandi dan ternyata udah ngeflek. Aku sama suami bergegas ke RS. Jarak ke RS yang kita pilih 1,5 jam :") kata suami, aku di mobil saat itu reaksinya cuman 2, kalau ga merintih kesakitan, ya ketiduran. Kalau aku recall lagi, ternyata memang begitu wkwk.. waktu kontraksi muncul, pikiran rasanya berkecamuk banget. Antara nahan rasa nyeri, istighfar, gimana kalau lahiran di jalan, istighfar lagi, atur nafas, ya Allah kok ga nyampe-nyampe sih, istighfar, ngebut dong mas nyetirnya, istighfar, aku belum siap ya Allah, istighfar, trus memotivasi diri kalau ini ga bakalan mundur dan aku akan segera ketemu anakku. Kalau kontraksi lagi ilang, aku ga ingat apa-apa, kayanya aku emg ketiduran (atau black out ya? Wkwk) karena secape itu, dan akan bangun lagi di kontraksi selanjutnya.
Di teras IGD RS, aku dibawa pake kursi roda sama satpam. Herannya dibawa ke bed triase biasa (mungkin ga keliatan kali ya mau lahiran) sampai aku bilang minta diantar ke PONEK karena saya mau lahiran terus bapaknya baru dorong sambil teriak ke bidan di nurse station. Suami lagi parkirin mobil waktu aku nunggu di IGD PONEK. Ga lama, bidan jaga ttv dan periksa dalam, jam set 4 sore, pembukaan 2. Staff admisi IGD juga kooperatif bgt, langsung nanya nama sama tgl lahir buat didaftarin. Sebenarnya udah ga karuan rasanya karena mulesssssnya udah sering bgt tapi berusaha untuk istighfar dan semangat. Suami akhirnya dateng, trus diminta ke admisi untuk pesen kamar. Aku sendiri lagi di IGD PONEK untuk CTG sama swab antigen. Disitu rasanya terharu bgt, berdua sama anakku yang sebentar lagi lahir. Tiap kontraksi cuman bisa istighfar, miring kiri, atur nafas sama sounding semoga nanti Naya pinter nyari jalan lahirnya :")
Akhirnya 1 jam kemudian dipindah ke VK. Waktu di periksa dalam di VK udah bukan 4. Kontraksi makin nyeri, my procrastinator mind be like is it really happening now, kepikiran apa SC aja ya karena jujur kaya udah ga sanggup. Sekitar maghrib kontraksi nya bener-bener naik signifikan sih aku makin susah memfokuskan pikiran untuk atur nafas karena udah ada dorongan ke bawah. Diingetin sama bidannya untuk jangan ngeden dulu biar ga bengkak jalan lahirnya. Bidan-bidan yang jaga ramah-ramah sih, beberapa bantuin mandu atur nafas, ngasi afirmasi positif dengan nada-nada yg sabar. Disitu usaha mati2an untuk ga ngeden, kadang berhasil, kadang kelepasan gtu kaya los sendiri tanpa disengaja. Ngebantu banget megang tangan suami, sambil memfokuskan pikiran ke atur nafas dadanya biar ga terlalu fokus ngeden di bawah (sekarang kalau aku recall kayanya ini kunci keberhasilannya). Karena saking sering merem aku sampe ga liat2 jam juga. Tiba2 aku ngerasa ada yg mengalir di bawah, aku minta suami manggil bidan untuk cek ini air ketuban atau bukan. Ternyata bloody show, di cek bidan bukaan 8. Aku denger suami bilang "Masya Allah pinter banget istriku" and that really melts my heart :") disitu rasanya makin semangat, sebentar lagi ketemu Naya, bisa liat senyumnya, dan tubuhku didesain oleh Allah sedemikian rupa untuk melahirkan bayi ini. Aku pasti bisa, aku pasti kuat. Di momen itu qadarullah suami juga banyak telpon yang berhubungan sama kerjan. Aku tau itu penting juga jadi beliau juga struggle untuk bagi perhatian (and his right hand of course wkwk mau buat megangin aku atau angkat telp). Aku minta suami untuk pindah posisi ke setelah kananku untuk usap-usap punggung bawahku aja dengan tangan satunya meanwhile aku pegangan railbed. Aku udah bilang ke bidan untuk dipimpin aja ini persalinannya, gapapa gausa nunggu SpOGnya kalau memang sudah crowning. Tapi mereka bilang dokternya sudah dekat dan ini belum waktunya.
Sekitar jam set 8 malem dr. Mita dateng, trus beliau siap-siap sambil bidan-bidan memposisiin bednya agak setengah duduk. Trus dr. Mita periksa, "oh ya dah lengkap ya, ini dipecahin dlu ya bu ketubannya masih utuh" kalau dari kedengerannya kayanya sih banjir dimana-mana wkwkw.. "yuk bu ngeden" ucap dr. Mita. Nah ini yang ditunggu! Dengan penuh semangat langsung ngeden sekuat tenaga. Samar-samar kedengeran suami bilang "ayo yung bisa" trus bidan bidan juga "ayo bu! Ayo bu!" Dan di ngeden kedua, jam 19.45 akhirnya kedengeran suara tangisan bayi. Cuman bisa nangis terharu sambil berulang Kali ngucap syukur alhamdulillah, Masya Allah tabarakallah. Bener-bener gabisa dideskripsiin, seneng, haru, lengkap, cukup, lega, bener-bener surreal..
Kalau inget hari itu rasanya bersyukur dan amazed sendiri. Pun dengan ibuku, karena hari itu beliau dapat cucu dan mantu :") Pengertian skali Naya lahir setelah oom akad nikah. Pinter skali Naya nyari jalan lahirnya. Terimakasih sudah sama-sama berjuang ya, anak baikku 🤍
0 notes
himawariqurrotaaini · 10 days ago
Text
Ka'bah, Orang Tua, dan Anak
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alhamdulillahilladzi bini'matihi tattimush shalihaat.
Mekkah. 26012025.
Padang Arafah siang itu terasa terik, seperti biasa.
👷🏻‍♀️: Hari ini rencananya mau umroh untuk siapa Mas?
🧔🏻‍♂️: Saya untuk ayah, anak saya akan umroh untuk almarhumah Ibunya Mbak.
👷🏻‍♀️: .....
Semoga Allaah mudahkan Mas, paaaasti Allaah mudahkan. Niat ibadah, paaaasti Allaah bantu.
Ini jawaban yang tidak saya duga. Sejak awal ia memang berangkat bertiga anaknya, sesekali melintas di dekat saya, ada saja yang mereka diskusikan. Senang melihatnya.
🧔🏻‍♂️: Mbak, beberapa bulan lalu, saya berkemas lemari lama di rumah, ternyata ada surat yang istri bawa ketika di sini. Doanya tentang kami. Bahkan awalnya saya juga ndak tau Mbak, tanggal pasti keberangkatan umroh kita, ternyata di tanggal lahir almarhumah istri saya.
👷🏻‍♀️: Rencananya Allaah sungguh paaaaling rapi ya Mas. (Ucapan yang alamat sebenarnya adalah untuk diri saya sendiri).
Satu cita-cita yang mestinya saya rahasiakan adalah... ingiiiin sekali bisa membawa anak ke Baitullaah. Cerita banyak hal padanya, termasuk impian-impian yang saya bawa khusus ke Baitullaah.
Sungguh Allaah Maha Pemurah, biidznillaah dimudahkannya harap kita terkabul di sana. Adaaaa saja anak jamaah yang membersamai ibadah saya. Nikmaaaatttt sekali.
Tumblr media
Jika Allaah berkehendak menganugerahkan saya anak perempuan, akan saya ceritakan padanya kisah Sayyidah Fathimah az Zahra yang begitu lembut sekaligus pemberani. Suatu hari Rasulullaah ﷺ sedang melaksanakan shalat di dekat Ka'bah, kaum kafir Quraisy meletakkan kotoran dan isi perut unta di punggung Rasulullaahﷺ yang sedang bersujud. Tak ada muslim yang berani mendekati Rasulullaahﷺ yang tetap bersujud, hingga Juwairiyah bergegas mengabarkan ini kepada Fathimah.
Fathimah kecil segera mendatangi ayahnya. Tak ada takut maupun jijik, diangkatnya kotoran tersebut dan melawan para kafir Quraisy.
Fathimah muda yang pemberani, wanita kecil yang lembut... tapi rahmahnya sungguh besar, nyalinya kuat. Allaah sampaikan kisah ini kepada kita tentu agar berkuat hati kita berharap penuh kepada Allaah untuk bantu mampukan kita meneladani.
Tumblr media
Kita berada di tempat yang sama dengan Fathimah kelak, inshaAllaah. Jadilah lembut, lembut yang memiliki nyali.
Sumber: bincangsyariah
----
Pada anak lelakiku, jika Allaah meridhai kami bertemu...
Tentu akan saya ceritakan kisah Ibunda Hajar, wanita taat pada Allaah, maka iapun menaati suaminya, walau itu berat dan bagai di luar nalar, karena itulah yang Allaah perintahkan. Itulah manisnya iman. JDitinggalkan setelah melahirkan di padang tandus, hanya berdua bayi yang menangis kehausan, jika bukan karena iman, pasti tak akan mampu.
Ibunda Hajar berlari ke sana ke mari, berharap pada bukit Shafa dan Marwah dapat ia temukan pertolongan. Cuaca panas menjadikan fatamorgana seolah air di depan mata padahal tak ada. Hingga Allaah berikan pertolongan pancaran air zamzam yang tidak disangka sebelumnya. Iya Nak, air zamzam yang tak pernah habis itu. Allaah yang ciptakan, sama sebagaimana Allaah menciptakan kita, tak ada yang mustahil dalam kebesaranNya.
Allaah muliakan Hajar yang berjuang dalam ketaatan kepada Allaah bersama Nabi Ismail anaknya, siapapun yang melakukan sa'i, pahala mengalir pada Hajar pula. Maka kita doakan yaaa Nak, seluruh umat muslim berangkat haji dan umroh, agar Allaah pun ridha pahalanya dialirkan kepada kita. Allaah yang al Latiif ini, tak akan meninggalkan kita.
Sumber: rumaysho
Tumblr media
Model foto: Nak Abi, pemuda shaleh yang terpisah dari ibu dan ayahnya, ransel berisi banyak air untuk jamaah yang haus, membersamai saya pada tawaf, kemudian bersama melanjutkan perjalanan bersama Pak Madurip, bahkan membantu mendorong kursi roda jamaah yang tak dikenalinya. Ikhtiar orang tua membawanya ke Baitullaah semoga Allaah ridhai dan hujani barokah.
----
Duduk menatap Maqom Ibrahim dan Hijr Ismail, membuat saya teringat doa yang Nabi Ibrahim panjatkan, hadiah dari salah seorang Bapak yang saya temui pada perjalanan 6 tahun lalu:
Tumblr media
Sampaikanlah walau 1 ayat Nak,
Small things that always matter, also kind words cost nothing.
Nabi Ibrahim AS adalah ayah yang jarang bisa membersamai anaknya, maka semakin yakin ia pada kuasa Allaah yang Maha Menjaga, dengan berbagai macam doa perlindungan yang diabadikan Allaah dalam al Qur'an.
Guru saya bahkan berpesan, berupayalah mohon perlindungan pada orang-orang yang disayang dengan menyebutkan nama Allaah al Hafidz al Muhaimin. Kenali Allaah Nak, itulah sebabnya bahagia, itulah muaranya cinta.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Ka'bah yang sama,
Menjadi saksi anak yang membawa rindu pada Ibu yang sudah berpulang mendahului...
Tumblr media
Menjadi saksi Ibu yang membawa doa berharap kebaikan pada anaknya...
Ka'bah yang sama, menanti kita.
Salam,
ayuprissakartika.
0 notes
dialognanna · 17 days ago
Text
Pobhia
Tumblr media
"Adik....ayok buruan mandi!", seruanku pada si toddler yang sebulan lagi berusia 4 tahun. Senin pagi itu kami akan terbang ke Banjarbaru. Sedari kemarin penyakit lama setiap kali ingin terbang kambuh. Yah aku menyadarinya penyakit itu dinamai "overthinking". Perasaan cemas yang sesuka hatinya muncul setiap aku akan bepergian dengan burung besi. Perasaan ini sudah muncul sejak pertama kali aku menikmati jenis kendaraan yang tarifnya tidak murah. Sekiranya ada pilihan lain, aku tidak ingin memakai jenis kendaraan ini.
Entah mengapa di alam memori bawah sadarku begitu banyak imaji buruk tentang pesawat terbang. Padahal pada kenyataannya saya tidak pernah dan tak akan berharap mengalami kejadian buruk di atas pesawat. Ternyata tanpa sadar, informasi tentang peristiwa kecelakaan pesawat begitu menancap di memoriku. Kemudian kumpulan berita tersebut melekat kuat dan menjadi sebab mengaktifkan hormon di otakku agar bertindak waspada. Imaji-imaji bahaya seolah memerintahkan seluruh perangkat pertahanan dalam diriku aktif. Akibatnya jantung berdebar, punggung tegang, asam lambung meningkat. Serasa seluruh energi dalam tubuhku tersedot untuk terus siaga, "bahaya ada didepan!" perintah dari imaji-imaji itu seolah nyata dan hadir di hadapanku. Aku lemas, seolah tak berdaya dengan apa yang akan terjadi. Hal ini sering aku alami setiap ingin naik pesawat.
Senin pagi, diselimuti perasaan cemas aku dan si toddler tetap berangkat ke bandara. Salah satu yang membuat pikiranku teralihkan adalah sibuk meladeni si toddler dan mengemasi barang hingga selesai check in bagasi. Kami menuju ke ruang tunggu. Kami masih memiliki waktu sekitar 40 menit sebelum boarding. Kubiarkan si toddler bermain perosotan sebentar sembari menanti adzan dzuhur.
Tak lama suara adzan terdengar dari mushallah terdekat. Segera kuperintahkan si toddler berhenti bermain dan mengajaknya ke mushallah. Selesai shalat, kami langsung ke ruang tunggu. Belum lama kami duduk terdengar suara dari speaker memberitahukan penumpang bahwa saatnya untuk boarding. Sebagian besar penumpang yang sedari tadi menanti membentuk barisan, mengantri di depan loket petugas bandara. Kami mendapat fasilitas prioritas karena bawa anak kecil sehingga tanpa harus mengantri seperti yang lainnya. Kami langsung menuju ke pesawat melalui garbarata.
Jantungku mulai beraksi lagi padahal tanpa komando dariku. Aaakh selalu seperti ini saat mulai masuk kabin. Bismillah majareha wamursaha inna robbi laghofuurorrohiim, doa yang sudah berkali-kali aku baca sejak berangkat dari rumah. Seperti biasa, saya selalu pilih kursi dekat jendela. Penerbangan kali ini ternyata posisi kursinya terasa berbeda dari biasanya. Suara mesin lebih terdengar, mungkin posisinya lebih dekat, hentakan roda belakang saat take off juga lebih terasa. Aku menduga sepertinya saya lagi duduk di kursi yang posisinya di atas roda belakang pesawat sisi kanan.
Pesawat sedang take off. Sepengetahuanku 15 menit pertama adalah fase yang paling krusial. Energi terbesar digunakan untuk mengangkat pesawat hingga memiliki daya angkat dari udara. Selama masa krusial ini, aku hanya bisa menutup mata sambil baca doa keselamatan dan dzikir. Alhamdulillah 15 menit pertama terlewati dengan aman. Perlahan degup jantung sedikit berkurang, tapi perasaan dan pikiran tetap dalam zona "siaga".
Si toddler minta diputarkan film. Aku pilihkan film anak. Hanya beberapa menit saja nonton, ia pun tertidur. Padahal aku senang kalau si bayi sering ngajakin ngobrol, atau sedikit caper tapi jangan sampai tantrum. Apa yang ia lakukan membuat pikiran aku teralihkan. Kondisi demikian menguntungkan karena setidaknya mengurangi imaji buruk tentang pesawat hadir di kepalaku. Si bayi sudah tidur, segera kunyalakan layar tv mini di depanku. Memilih film yang durasinya hampir sama dengan lama penerbangan. Pas banget ketemu film drama romantis. Aku cukup terbawa emosi pada adegan film. Hal ini benar-benar membantu saya lebih mampu mengendalikan pikiranku, yang tadinya penuh dengan kecemasan menjadi lebih santai. Alhamdulillah tanpa terasa pesawat pun mulai menurunkan ketinggian secara perlahan, lalu mendarat dengan selamat. Alhamdulillah.
0 notes
horrorbanget · 18 days ago
Text
Kurir
 Greatmeat, setelah dibersihkan beberapa menit akhirnya tulisan di sisi kiri mobil box itu bisa terbaca lagi. Bau menyengat yang sebelumnya seperti memaksa menguras isi perut juga sudah tidak tercium. Sudah hampir setahun Steve bekerja sebagai kurir pengantar daging di perusahaan supplier, yang memasok keperluan puluhan resto berbintang di sebuah kota besar, baru kali ini dia mengalami kejadian seperti itu.
Agaknya dia sedikit beruntung, terlambat sedikit saja mungkin bukan hanya lumpur dan sayuran busuk yang dilemparkan ke mobilnya. Di perjalanan pulang, dia berpapasan dengan sejumlah orang yang mengenakan kostum binatang. Dikiranya sekelompok badut, siapa sangka jika orang-orang itu adalah sekelompok ekstremis vegan.
“Sepertinya kau mengalami hari yang buruk?” sapa Jacob, atasannya. “Entahlah, sekumpulan badut berkostum hewan tadi benar-benar parah! Aku saja yang mungkin sedang sial,” jawab Steve sambil meletakkan ember beserta alat pembersih lalu meregangkan otot punggung. Mendengar itu Jacob hanya tertawa ringan sambil memberikan bungkusan kecil yang disebutnya sebagai bonus.
“Tidak banyak, hanya beberapa ratus gram, tapi itu setara dengan dua bulan gajimu.” Jacob menepuk pundak Steve, sambil memberikan gestur yang meminta Steve agar tetap semangat sambil bertolak menuju ruang kerjanya.
Setelah mengembalikan alat cuci dan yakin tidak melupakan apa pun, Steve bergegas ke parkiran, merogoh kunci motor dari saku celananya dan pulang. Sampai di rumah, dia disambut oleh wajah khawatir milik istrinya yang terduduk di kursi roda. Tidak biasanya Steve pulang terlambat.
“Ada sedikit kekacauan jadi aku harus membereskan beberapa hal sebelum pulang, tidak ada masalah jadi tidak perlu secemas itu.” Steve mencubit pipi istrinya, mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. “Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan makan malam. Suasana hati Jacob sepertinya sedang bagus.”
Sebelum beranjak ke dapur, Steve memamerkan sebungkus daging yang tadi diterimanya. Hanya lima ratus gram dan itu setara dengan dua bulan gajinya, Steve tidak yakin harus merasa senang atau justru sebaliknya.
Baru kali ini dia memasak daging dengan begitu antusias, mulai dari proses marinasi, memanggang sampai tahap plating. Aroma daging tersebut juga benar-benar berbeda dengan daging yang biasa dia beli di swalayan di dekat tempat tinggalnya.
“Kita baru saja menghabiskan dua bulan gajimu seperti itu bukanlah apa-apa,” ucap istrinya dengan nada bercanda.
Besoknya Steve bekerja seperti biasanya, melalui rute yang juga sama seperti hari-hari sebelumnya. Mengingat kejadian kemarin, dia sedikit waspada saat sampai di area yang sama. Benar saja, di seberang jalan sekumpulan orang terlihat sedang memakai kostum binatang. Sayangnya dia tidak sempat melihat bagaimana tanggapan orang-orang itu karena Steve harus fokus mengemudi.
Steve membuka kaca samping lalu mengacungkan jari tengah ke arah mereka. Meski hanya melihat sekilas, dia telah mengenali wajah dari orang-orang itu, karena kebetulan beberapa dari mereka belum mengenakan topeng. Ada beberapa properti seperti spanduk dan lain-lain di dekat mereka, terlihat seperti akan menggelar aksi demonstrasi.
Hari itu dia bisa pulang tepat waktu, tidak ada acara seperti pekerjaan tambahan membersihkan mobil seperti kemarin, begitu juga dengan hari-hari berikutnya.
Suatu hari dia merasa ada sesuatu yang janggal, atasannya bilang jika daging yang saat itu dia bawa dalam keadaan hidup dan meminta Steve untuk sedikit lebih berhati-hati. Dia juga diberikan semacam suntikan dan obat bius untuk berjaga-jaga.
“Mereka ingin daging yang benar-benar segar dan memesan yang seperti ini. Kau cukup mengantarnya ke tempat tujuan seperti biasanya, tidak perlu memusingkan urusan menurunkan muatan, itu urusan mereka,” tegas Jacob.
Steve hanya mengiyakan, meski agak aneh karena Jacob memberikan instruksi seperti saat dia pertama bekerja. Lagi pula, siapa juga yang mau repot-repot mengerjakan sesuatu yang berada di luar tanggung jawabnya. Iya, ada orang-orang seperti itu dan Steve termasuk orang yang terbilang ringan tangan, setidaknya di masa-masa awal dia bekerja.
Beberapa hari berlalu, lagi-lagi dia diminta mengantarkan pesanan serupa. Sayangnya saat itu terjadi sedikit insiden, mobil box yang dibawanya hampir mengalami kecelakaan dengan mobil dari arah berlawanan dan berakhir mengalami benturan dengan pembatas jalan.
“Hmmpphh … mpphh!”
Awalnya Steve mengira jika dia hanya mengalami sedikit masalah pendengaran, tapi suara seperti orang yang mulutnya disumpal itu terus menerus terdengar dari dalam.
Tiba-tiba dia teringat dengan apa yang dikatakan Jacob, bahwa daging yang dia bawa kala itu masih dalam kondisi hidup. Membayangkan apa yang tiba-tiba terlintas di dalam pikirannya membuat Steve frustasi. Sebelum memeriksa isi muatannya, dia membawa mobil ke area yang terbilang sepi.
Jantungnya serasa hampir copot saat dia membuka pintu. Apa yang ada di sana bukan lagi setumpuk kemasan daging dengan berbagai ukuran seperti biasanya, melainkan seorang gadis muda.
“Hmmmpphhh … hmmmpphhh!”
Awalnya Steve berpikiran untuk melepaskannya, tapi hal itu dia urungkan untuk sejenak karena wajah orang di depannya terasa familiar. Tidak salah lagi, itu adalah salah satu dari orang yang mengenakan kostum binatang beberapa hari lalu.
Dia sama sekali tidak menyangka jika tempatnya bekerja justru mendistribusikan sesuatu seperti itu. Steve benar-benar merasa dilema untuk beberapa saat. Jika dia menolong orang di depannya, bukannya tidak mungkin jika nantinya dia justru akan terlibat ke dalam urusan yang merepotkan. Pura-pura tidak tahu, tapi nuraninya masih berada di tempat semestinya.
“Maaf,” ucap Steve dengan nada bersalah lalu menyuntikkan obat bius untuk menenangkan “komoditas” yang dibawanya.
Sayangnya saat kembali ke tempatnya bekerja, dia tidak bisa untuk berpura-pura seolah tidak terjadi apa-apa di depan Jacob selaku atasannya.
“Jadi akhirnya kau tahu sedikit dari wajah asli tempat kita bekerja?” tanya Jacob sambil berbisik tepat di telinganya. “Tidak perlu khawatir, bonus yang kau terima beberapa waktu lalu bukanlah seperti apa yang kau pikirkan. Pulang dan beristirahatlah, aku yakin kau tidak akan seceroboh itu sampai membuat semua ini menjadi rumit!” ancam Jacob.
Sejak saat itu Steve mendapatkan sejumlah tambahan gaji—uang untuk tutup mulut— yang bahkan jauh melebihi gaji pokok miliknya. Dia juga tidak lagi diminta untuk mengantarkan pesanan serupa, setidaknya sampai beberapa bulan. Tepat saat dia sudah sedikit melupakan kejadian traumatis itu, Jacob memberikan obat bius beserta alat suntikan sebelum Steve pergi untuk mengantarkan pesanan seperti biasanya.
Pernah beberapa kali terbesit keinginan untuk resign, tapi dia urungkan karena bisa saja, justru dia akan berakhir menjadi beberapa potong daging segar untuk didistribusikan.
“Ini adalah yang terakhir, sekali ini saja. Terima kasih untuk kerjasamamu selama ini,” ujar Jacob, menjawab gestur protes yang ditunjukkan Steve melalui raut wajahnya.
Tidak ada kendala apa pun dalam pengiriman itu, muatan yang dia bawa juga tampak tenang. Meski frustasi, Steve berusaha untuk tetap tenang sambil memikirkan rencana untuk diam-diam pindah bersama istrinya dari kota tersebut.
Resto berbintang yang bermitra dengan tempatnya bekerja tidak pernah terlihat sama lagi di dalam pandangan Steve, sejak dia mengetahui apa yang sebenarnya dia antar. Dia benar-benar tidak menyangka jika selama setahun terakhir telah tidak terhitung entah berapa kali dirinya keluar masuk di “sarang iblis.”
“Tenanglah, ini adalah yang terakhir,” gumamnya sambil turun dari mobil. “Iya, ini adalah yang terakhir,” ucap seseorang yang entah siapa, tiba-tiba merangkul pundak Steve.
Belum sempat dia melepaskan tangan orang itu dari pundaknya karena merasa risih, lehernya terasa seperti tertusuk jarum dan perlahan dia merasa mengantuk.
0 notes
turisiancom · 29 days ago
Text
TURISIAN.com - Nama Shinta Dec Checawaty disebut-sebut bekal menjadi kandidat kuat calon Ketua Kadin Jawa Barat. Musyawarah Provinsi (Musprov) Kadin Jawa Barat ke-VIII yang dijadwalkan berlangsung pada 15-16 Januari 2025 di Hotel Horison, Kota Bekasi, menjadi panggung penting bagi sosok perempuan ini. Shinta, dikabarkan  mendapat dukungan dari 27 kota dan kabupaten di Jawa Barat untuk menduduki kursi Ketua Kadin Jawa Barat periode 2025-2030. Sementara itu, Ketua Kadin Kota Depok, Miftah Sunandar, mengungkapkan bahwa seluruh pengurus Kadin di Jawa Barat sepakat mendukung Shinta. “Deklarasi dukungan ini sudah disampaikan oleh semua Kadin dari 27 kota/kabupaten. Kami siap memenangkan Ibu Shinta sebagai Ketua Kadin Jawa Barat,” ujar Miftah dengan nada optimis. Miftah menjelaskan, Musprov ke-VIII akan melibatkan total suara dari seluruh wilayah Jawa Barat. Setiap kabupaten/kota memiliki tiga suara, ditambah dua peninjau, serta 13 suara dari anggota luar biasa. Sedangkan, dari tiga kandidat yang mencalonkan diri, dukungan mayoritas tertuju pada Shinta Dec Checawaty. “Kami yakin dengan soliditas ini, Ibu Shinta memiliki peluang besar untuk terpilih,” katanya. Menurut Miftah, Shinta dinilai sebagai figur pemimpin yang ideal. Sosoknya dianggap mampu mengayomi seluruh wilayah di Jawa Barat dan memperkuat sinergi antara Kadin dan pemerintah daerah. BACA JUGA: Dewan Pertimbangan Kadin Jabar Gelar Rapat Koordinasi, Persiapkan Rapimda Kadin Berkarakter “Beliau memiliki potensi dan karakter yang dibutuhkan untuk membawa Kadin Jawa Barat lebih maju,” ujarnya tegas. Dukungan untuk Shinta tak lepas dari soliditas organisasi yang terjaga pasca terpilihnya Anindya Bakrie sebagai Ketua Umum Kadin Indonesia melalui Munaslub pada September 2024. Miftah menegaskan, tidak ada lagi dualisme kepemimpinan di Kadin, baik di tingkat pusat maupun daerah. “Kadin sekarang hanya satu, dipimpin oleh Ketum Anindya Bakrie dan Dewan Pertimbangan Arsjad Rasjid. Semua sudah sesuai AD/ART,” jelasnya. Sementara itu, Shinta Dec Checawaty menyambut dukungan ini dengan penuh rasa tanggung jawab. Ia menegaskan bahwa amanah yang diberikan para pengurus Kadin se-Jawa Barat menjadi modal penting untuk menjalankan roda organisasi yang selaras dengan pemerintah. “Kepercayaan ini adalah amanah besar yang harus saya emban demi kemajuan Kadin Jawa Barat,” tutur Shinta dengan mantap. Musprov ke-VIII ini bukan sekadar agenda rutin, tetapi menjadi momen strategis untuk menentukan arah Kadin Jawa Barat lima tahun ke depan. Di tengah arus dukungan penuh, Shinta Dec Checawaty kini berada di jalur yang diharapkan mampu membawa perubahan signifikan bagi organisasi. Namun, masih ada dua kandidat lagi yang harus dihadapi Shinta. Mereka adalah DR Hj Masrura Ram Idjal (IWAPI) dan Joko Oscar, pengusaha asal Bekasi yang juga aktif di Kadin. ***
0 notes
putriayutitisari · 1 month ago
Text
Kursi Wasit Tenis Lapangan: Pilihan Terbaik untuk Turnamen dari KFI Sport
Tumblr media
Saat menggelar turnamen tenis, salah satu peralatan penting yang sering diabaikan adalah kursi wasit. Namun, kenyamanan dan keamanan wasit sangat berpengaruh terhadap kelancaran jalannya pertandingan. Di sinilah peran kursi wasit dari KFI Sport menjadi krusial. Kursi ini tidak hanya menawarkan desain ergonomis, tetapi juga fitur yang mendukung kinerja wasit selama pertandingan berlangsung.
Mengapa Memilih Kursi Wasit Tenis Lapangan KFI Sport?
Kualitas dan Daya Tahan yang Unggul
KFI Sport dikenal sebagai penyedia peralatan olahraga berkualitas tinggi. Kursi wasit tenis lapangan mereka dibuat dengan material berkualitas seperti fibber dan rangka besi yang memberikan daya tahan luar biasa. Kursi ini dirancang untuk digunakan dalam kondisi cuaca apa pun, baik panas maupun hujan.
Harga Kompetitif dengan Spesifikasi Tinggi
Kursi wasit KFI Sport menawarkan harga yang sangat bersaing di pasar, dengan tetap mempertahankan spesifikasi tinggi. Harga untuk kursi ini sekitar Rp 5.800.000 (harga sewaktu-waktu dapat berubah), dan dengan fitur-fitur yang ditawarkan, ini merupakan investasi yang sangat bijak untuk turnamen profesional.
Teknologi dan Desain Modern dalam Kursi Wasit Tenis KFI Sport
Tumblr media
Desain Ergonomis untuk Kenyamanan Wasit
Wasit memerlukan kursi yang nyaman, mengingat mereka sering harus duduk dalam jangka waktu lama selama pertandingan. Kursi wasit dari KFI Sport dirancang secara ergonomis untuk memberikan dukungan penuh pada punggung dan kaki wasit, sehingga meminimalisir kelelahan.
Kanopi dan Roda yang Memudahkan Penggunaan
Tidak hanya nyaman, kursi ini juga dilengkapi dengan kanopi untuk melindungi wasit dari sinar matahari langsung atau hujan. Adanya roda pada bagian bawah kursi juga membuatnya mudah dipindahkan, sesuai kebutuhan lapangan.
Spesifikasi Kursi Wasit Tenis KFI Sport
Tumblr media
Dimensi dan Material Kursi
Kursi wasit dari KFI Sport memiliki tinggi 1500mm, yang memastikan posisi duduk yang ideal bagi wasit untuk mengawasi jalannya pertandingan dengan baik. Dengan rangka besi berukuran 1 – 1/4 inch, kursi ini sangat stabil dan kuat.
Keunggulan Material Fibber dalam Pembuatan Kursi
Material fibber yang digunakan pada kursi ini memberikan kekuatan ekstra dan ketahanan yang sangat baik. Selain itu, material ini juga cukup ringan sehingga memudahkan proses pemindahan.
Harga Kursi Wasit Tenis Lapangan KFI Sport
Penawaran Harga Terbaik untuk Kursi Wasit
KFI Sport memberikan harga kompetitif sekitar Rp 5.800.000 untuk setiap unit kursi wasit tenis lapangan. Mereka juga menawarkan pembayaran fleksibel, yang memudahkan Anda dalam bertransaksi.
Harga Kursi Wasit Terbaru 2024
Untuk tahun 2024, harga kursi wasit KFI Sport dapat mengalami perubahan tergantung pada beberapa faktor seperti ketersediaan material dan permintaan pasar. Namun, KFI Sport sering memberikan diskon dan penawaran khusus untuk pelanggan setia mereka.
Mengapa Kursi Wasit Penting dalam Turnamen Tenis?
Fungsi Kursi Wasit dalam Pengawasan Pertandingan
Wasit memiliki tugas yang sangat penting dalam menjaga keadilan dan kelancaran jalannya pertandingan. Dengan kursi yang tepat, wasit dapat mengawasi setiap pergerakan pemain dari posisi yang ideal.
Kebutuhan Turnamen Terhadap Peralatan Berkualitas
Turnamen yang profesional tentu membutuhkan peralatan berkualitas. KFI Sport menyadari hal ini dan menyediakan peralatan terbaik yang mendukung berlangsungnya pertandingan secara profesional.
Tips Memilih Kursi Wasit yang Tepat untuk Turnamen Tenis
Tumblr media
Kenyamanan dan Ergonomi
Sebelum membeli kursi wasit, perhatikan kenyamanan. Pilih kursi yang dirancang dengan ergonomi tinggi untuk memastikan wasit dapat bertugas tanpa rasa tidak nyaman.
Kekuatan dan Stabilitas Kursi
Pilih kursi dengan material yang kuat seperti besi atau fibber. Hindari material yang mudah patah atau rapuh karena dapat membahayakan wasit saat bertugas.
Keunggulan Membeli Kursi Wasit Tenis Lapangan dari KFI Sport
Garansi dan Layanan Purna Jual
KFI Sport menawarkan garansi pada setiap pembelian kursi wasit, serta layanan purna jual yang memudahkan pelanggan jika terjadi masalah.
Pengalaman dan Reputasi KFI Sport
KFI Sport memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam menyediakan peralatan olahraga berkualitas tinggi. Dengan reputasi yang solid, banyak turnamen besar yang mempercayai produk mereka.
Kursi Wasit Tenis KFI Sport Terbaru 2024
Inovasi Terbaru dalam Desain Kursi
Kursi wasit terbaru dari KFI Sport untuk tahun 2024 hadir dengan desain yang lebih modern dan fungsional, memadukan teknologi canggih untuk kenyamanan maksimal.
Perbedaan dengan Model Sebelumnya
Model terbaru ini dilengkapi dengan material yang lebih kuat dan desain yang lebih ergonomis, memberikan pengalaman yang lebih baik bagi wasit.
Keamanan dalam Penggunaan Kursi Wasit Tenis
Desain Aman untuk Pengguna
Kursi wasit ini dilengkapi dengan kanopi dan roda, memberikan keamanan lebih saat digunakan di lapangan, serta melindungi wasit dari kondisi cuaca ekstrem.
Stabilitas dan Keamanan Struktur
Dengan rangka besi berkualitas tinggi, kursi ini menawarkan stabilitas yang sangat baik dan sudah diuji ketahanannya untuk memastikan keamanan selama turnamen.
Bagaimana Cara Membeli Kursi Wasit Tenis KFI Sport?
Langkah-langkah Pembelian
Untuk memesan kursi wasit ini, Anda cukup menghubungi KFI Sport melalui WhatsApp di https://wa.me/6281318883437. Proses pemesanan sangat mudah dan cepat.
Pengiriman dan Pemasangan Kursi
KFI Sport juga menawarkan pengiriman tepat waktu dan layanan pemasangan oleh tim profesional mereka, sehingga Anda tidak perlu khawatir tentang proses instalasi.
Kesimpulan
Kursi wasit tenis dari KFI Sport adalah pilihan terbaik untuk turnamen profesional. Dengan desain ergonomis, material berkualitas tinggi, dan fitur-fitur modern, kursi ini menjamin kenyamanan dan keamanan wasit selama pertandingan. Jadi, jika Anda sedang mencari kursi wasit untuk turnamen Anda, KFI Sport adalah jawabannya.
Pertanyaan Umum (FAQ)
Apakah Kursi Wasit KFI Sport Memiliki Garansi? Ya, kursi wasit dari KFI Sport dilengkapi dengan garansi untuk memastikan kualitas dan keandalan produk.
Bagaimana Cara Melakukan Pembelian? Anda dapat memesan kursi ini dengan menghubungi KFI Sport melalui WhatsApp di https://wa.me/6281318883437.
Apakah Kursi Ini Tersedia untuk Pengiriman Internasional? KFI Sport juga melayani pengiriman internasional, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku.
Berapa Lama Proses Pengiriman? Waktu pengiriman bergantung pada lokasi, tetapi KFI Sport berkomitmen untuk mengirimkan produk tepat waktu.
Apakah Tersedia Layanan Custom untuk Kursi Wasit? Ya, KFI Sport menawarkan layanan custom untuk kursi wasit sesuai kebutuhan turnamen Anda.
Call to Action (CTA):
Sudah siap meningkatkan kualitas pertandingan tenis Anda dengan kursi wasit berkualitas dari KFI Sport? Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan harga terbaik dan penawaran menarik di tahun 2024. Pesan sekarang dan nikmati kenyamanan serta performa terbaik di lapangan!
📞 WhatsApp: 081318883437
0 notes
re-ta-ri-ka · 2 months ago
Text
Alhamdulillah ‘ala kulli haal. Rezeki ku memang cukup sebatas membantu orangtua sembari berjualan kecil-kecilan.
Sebesar apapun usahaku kalau Allaah memang tidak menakdirkan aku mendapatkan keinginanku maka sudah pasti itu karena Allaah sedang menyelamatkanku dari kemudharatan.
Allaah menempatkanku pada posisi yang sekarang juga semata-mata pasti karena kebaikannya. Alhamdulillah ‘ala kulli haal.
Dulu sangat tidak ingin menjadi bidan, tetapi Allaah atur langkahku agar kuliah dikebidanan. Walau dengan keinginan yang setengah, tapi aku tak pernah setengah-setengah dalam menempuh pendidikannya.
Aku melempar lamaran kesana kemari tapi kebanyakan harus punya link. Apalah daya, aku terlahir di keluarga yang tidak punya jaringan luas.
Akhirnya aku bekerja di klinik tempat aku praktik dulu. Dua tahun lebih bekerja, dengan gaji perbulan yang masyaAllaah beli satu lipstik wardah pun tak cukup. Lalu aku berjualan online, melakukan home care sejauh kesanggupanku demi menunjukkan bahwa cita-cita ibuku telah menghasilkan buah yang ranum.
Dua tahun berlalu, aku mulai lelah dengan gaji yang seratus ribu per bulan dengan beban kerja yang berat. Aku mengakui itu dihadapan Ayah dan Ibuku. Mereka kaget mengetahui gajiku selama ini hanya segitu. Mereka pun mensupportku untuk mengundurkan diri. Alhamdulillah.
Dua tahun menganggur sambil melempar banyak lamaran tapi qadarullah aku kalah dengan orang dalam. Aku mau mencoba melamar nusantara sehat tapi ku lihat restu ibuku setengah-tengah, dan ternyata aku tidak lolos. Aku kemudian nekad lagi mencari pekerjaan di luar kota dengan biaya simpanan pas-pasan karena seperti biasa Ibuku hanya menangis meneleponku tiap hari untuk pulang. Aku juga tidak diterima disatupun rumah sakit yang ku lamar.
2018, awal tahun setelah diantar oleh kedua sahabatku yang ternyata orang dalam rumah sakit disini, berharap akan dipekerjakan sebagai star RS. Qadarullah lama menanti jawaban, ternyata istri beliau yang malah menghubungi dan menawarkan bekerja di Puskesmas.
MasyaAllaah hampir 4 tahun bekerja dan setahun pertama tidak menerima income, aku tetap bertahan. Dan puskesmas melatih ilmu kebidananku supaya lebih mandiri. Aku mandiri menolong banyak pasien bersalin. Alhamdulillah. Ibuku senang sekali mendengarnya.
Takdir lagi lagi mengujiku. Belum genap setahun bekerja, ibuku jatuh sakit. Padahal dia mensupport ku bertahan dengan pengadaan uang bensinku, obat-obatan dirumah, dll. Hasilnya, gaji yang setahun ku dapat itu aku belikan kursi roda untuk Ibuku. Aku ingat betul waktu itu jumlahnya Rp. 2.500.000. Tapi Ayah mengembalikan 500 nya untuk peganganku. Gaji pertamaku ternyata untuk membelikan dia makanan enak atau membelikan bajunya tapi malah membelikan kursi roda untuknya.
Berapa bulan kemudian Ibuku tersayang meninggalkan kami. Waktu berlalu, akhirnya akupun menikah. Karena honor dan beban kerja serta adaptasi waktu yang banyak tidak sesuainya dengan suami, aku pun resign. Setelah resign ujian kesehatan satu persatu menggerogoti rumah tangga kami. Alhamdulillah ‘ala kulli hall. Ternyata suami yang ku cintai pun meninggalkan kami.
Aku kembali bangkit dengan banyak ketakutan juga kecemasan akan masa depan. Aku berjualan dll. Tahun ini aku berjuang sekeras mungkin, tapi Allaah memang sedang menyiapkan lebih baik untukku.
Bu, kalau boleh aku berbicara padamu. Aku ingin bilang, bolehkah aku menyerah saja menjadi Bidan ? Kau tidak kecewa kan dengan kegagalanku ini ? Cita-citamu sudah sepenuh hati ku wujudkan, sekeras mungkin ku perjuangkan. Aku sungguh tidak pernah main-main memperjuangkannya. Tapi ini kali ke-empat dan aku selalu gagal, Bu. Aku bertahan pun tak akan mencukupi kebutuhanku. Maka izinkan aku menyerah saja. Aku cari jalan lain.
16.12.24
0 notes
mayakumala · 3 months ago
Text
Malam itu semua berjalan seperti biasa. Rutinitas malam minggu yang diisi dengan malas-malasan, hingga sebuah pesan membuat sendi-sendiku melemah.
Kukemas pakaian dengan sembarang, tak berpikir panjang, tak ada persiapan. Isak tangis mengiringi langkahku menuju perjalanan di malam itu.
Perjalanan panjang yang seolah tidak ada ujung, hingga matahari dengan gagah menampakkan dirinya. Kali ini aku ingin menutup mata dengan keindahannya. Ini kali kedua dengan perasaan berbeda. Sesak rasa di dalam dada hingga tak ada kata yg mampu terucap. Roda mobil terus melaju diatas jalan yg makin terang.
Kulangkahkan kaki menyibak keramaian manusia-manusia yg memenuhi kursi di halamah rumah. Rumah yg biasanya sepi, kali ini sangat ramai. Raut muka sendu, suasana hening. Ku masuki ruang tamu yang biasanya tersusun meja kursi. Susana yang sangat berbeda dengan tikar tergelar. Disana tergeletak sebuah benda ditutup kain warna hijau. Semua telah rapi. Aku terduduk di sebelahnya. Meratapi keadaan yang memang tak akan berubah. Kupandangi benda yang sejak dulu membuatku takut.
Suaraku tak lagi keluar, otakku yg biasanya berisik kini sunyi. Aku hanya mematung menatap benda itu. Tak ada kesempatan menyibak kain atau membuka penutupnya. Apa yg kurasakan? Apa yang ku pikirkan? Bahkan aku tak paham perasaan macam apa yg ada saat itu. Aku bangkit membawa diriku yang kosong. Berjalan mengiringi perjalanan terakhirnya. Menyusuri jalan yang pernah ku lewati bersamanya saat kecil. Sekilas teringat saat aku merengek ingin biskuit. Ah sudah lama sekali. Ternyata kenangan semenyesakkan ini.
Perjalanan yang benar² berakhir. Langit cerah di siang itu menjadi saksi. Di atas gundukan tanah bertaburan bunga² yang sudah lepas dari tangkainya satu persatu.
Kali ini tidurmu sudah tak terusik, Ibu 🥀
0 notes