#kulikorporat
Explore tagged Tumblr posts
plestermerahjambu · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Arus Balik. . . Hari ini (akhirnya) saya balik Bandung. Antara rela-gak-rela ninggalin rumah dan segala unlimited food dan miyo(?), kembali ke kasta #kulikorporat dan #anakkosan . I had a veerryyy good time alhamdulillah 🤗 dan belum tau jugak kapan mudik lg haha . . 2 minggu lebih liburan, 2 minggu gak buka email, meski bawa lepi ke rumah (itupun sudah dimintain report dr beberapa hari lalu --tp gak kukerjakan karena ku lebih memilih ke rumah simbah dan bude --enaqaja, gaji kaga naek kok suruh kerja libur2. hih.), jadi mari kita tunda nightmare nya sampai esok. . . Halo, Bandung 😊 . #juanda #airport #lounge #lebaran #selesai #ceritamudik (at Juanda International Airport Surabaya)
0 notes
plestermerahjambu · 7 years ago
Conversation
x : kirimkan besok pagi ya.
y : besok kan acara lomba 17an pak.
x : oh yasudah berarti malam ini jam 21.00 ya. (troll)
. . .
0 notes
plestermerahjambu · 7 years ago
Photo
Tumblr media
karena weekend (hanya) berjarak 4 hari. mari mewarnai! 🎨 . . lagi-lagi berada dalam ketidakpastian, padahal dua minggu belakangan 'cukup menyenangkan'. ya sudah, dijalani saja pelan-pelan hingga tiba akhir pekan. #itrhymes #yeay #kulikorporat #lyfe #lovehaterelationship
0 notes
plestermerahjambu · 7 years ago
Quote
apalah arti hari kemerdekaan jika jam segini masih membudak pada korporat; utak-atik excel . . .
Habiba, 2017
0 notes
plestermerahjambu · 8 years ago
Photo
Tumblr media
selamat hari Senin bagi yang menjalankan 😌 . lokasi: 800 km dari kantor #kulikorporat #congkak
0 notes
plestermerahjambu · 8 years ago
Photo
Tumblr media
bau bau lembur . #kulikorporat #meetingdadakan #maythefourthbewithyou #maythe4th
0 notes
plestermerahjambu · 8 years ago
Text
siang --setelah makan siang-- bukanlah waktu yang baik untuk mengadakan rapat.
kenapa?
karena semua pesertanya ngantuk.
....
iya, termasuk saya, tentu saja.
0 notes
plestermerahjambu · 5 years ago
Photo
Tumblr media
aku di awal dekade dan aku di akhir dekade. dari 18 ke 28, banyak yang nggak berubah --nggak termasuk beratbadan wkwk--, aku masih nggak lebih tinggi dari C Gajah, masih hobi ngemil dan bawa makanan ke kelas ke manapun (foto kedua itu pas lagi forum fakultas kyknya), masih suka foto serampangan --gak dipost ajasih--, dan masih berstatus mahasiswa (lagi) 🤣 dari 18 ke 28, masuk elektro, jadi kondakteur, protokoler, skripsi molor, lulus molor, patah hati #eaa , jadi bucin #eaa ,jadi kulikorporat, encok, belajar jalan, ketemu mzpcr, jadi bucin lagi #eaa , sampe akhirnya mzpcr jadi mzbojo, jadi mamak2 sekaligus mahasiswi.. semua "ups and downs" mendewasakan dan membuatku menjadi aku yang saat ini. terima kasih aku, sudah sanggup melalui semuanya. semoga selanjutnya lebih setrong lagi ya 😘 #from2009till2019 https://www.instagram.com/p/B6pbz-ehGQc/?igshid=1ax3blc9xps9j
0 notes
plestermerahjambu · 8 years ago
Text
Untitled
Disclaimer : Tulisan ini hanyalah sebagai catatan perjalanan seorang kulikorporat sepulang kantor, tanpa bermaksud offense pada pihak manapun.
Saya baru saja turun dari angkot ungu dan menyeberang menuju gang kosan ketika seorang ibu yang menggendong anaknya menyapa saya --tepatnya, anaknya yang menyapa saya. Kata sang ibu, anaknya selalu tertarik sama orang yang pakai kacamata. Saya selalu suka bayi --tapi nggak suka anak kecil, jadilah saya sempatkan mengobrol sama si bayi. Hahaha. Perempuan. Kiran namanya. Umurnya genap dua tahun bulan depan. 
Mereka datang dari Padalarang, janjian dengan seorang mahasiswa ITB di Cisitu. Tapi ternyata si mahasiswa masih ada urusan di kampus, jadi ia mengubah lokasi janjian di Simpang Dago. Karena bawa-bawa bayi malam-malam melewati jalan raya utama terdengar berbahaya, akhirnya saya bilang saja, akan lebih dekat jika lewat gang Cisitu Baru, toh janjiannya di Salon M Simpang Dago. Sejalan dengan saya.
Saya masih tertarik dengan si bayi ketika ia menunjuk botol minum di tas saya. Ah, sayangnya sudah tinggal sedikit. Saya lupa ngisi minum sebelum pulang kantor tadi, terburu-buru mengejar bis. Adek bayik tampak haus sekali :( 
Di dekat kosan saya, saya menawarkan untuk mengambilkan minum dari kosan, atau membelikan minum di warung depan situ. Namun sang Ibu menolak, “Nggak usah Teh, habis ini juga makan kok.”
Sekedar basa-basi awalnya, saya bertanya, “Memang mau ke mana bu?” “Mau ke gereja, besok mau dibaptis.” “Ooh begitu...” Such a nice day to pick, membaptis anak sehari sebelum Hari Raya Kenaikan Isa Almasih, pikir saya.
Dan obrolan berlanjut lagi. Tentang kosan, tentang kerjaan.
Sesaat sebelum berpisah, si Ibu tiba-tiba bilang, “Teh, bersyukur ya teh, masih bisa puasa. Saya enggak.” “Maksudnya, Bu?” “Iya, teteh tetap Islam ya, jangan kayak saya, mau aja dikristenkan.” Matanya berkaca-kaca.
Saya mengurungkan niat melangkah ke arah kosan, dan memutuskan untuk mendengarkan sejenak.
Ibu tersebut beragama Islam sejak lahir. Sejak melahirkan dan butuh berobat, juga membiayai kebutuhan bayinya, beliau terjerat banyak hutang. Yang disebutkan ke saya, “Hutang buat melahirkan aja dua juta teh, belum yang lain.” Lama berusaha dan masih belum sanggup menutup semua hutangnya, hingga ditagih banyak pihak sana-sini, akhirnya ada yang membantu: Pihak Gereja. Dengan syarat: ia dan anaknya harus pindah agama. Pihak gereja akan membayarkan hutang-hutangnya, menyediakan tempat tinggal, memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan pendidikan untuk anaknya, selama ia bekerja sepenuhnya untuk melayani gereja.
“Saya juga nyesel Teh rasanya, kalo tau syaratnya harus murtad, tau gitu dulu nggak saya terima..”
“Saya beberapa hari ini lemes banget, ngebayangin kalo saya nggak bisa sholat lagi. Perasaan was-was terus, nggak tenang, rasanya teh sama Allah emang nggak diijinin pindah gitu, rasanya Allah nggak rela saya pindah.. Tapi ya mau gimana, kalo nggak gitu nanti masa depan dia gimana...”
“Saya semaleman nggak tidur.. Tadi malem aja orang udah nagih2 hutang.. Hutang saya di bidan habis ngelahirin jg belum lunas, masih kurang 650ribu, itu yang bakal dibayar sama gereja setelah saya dibaptis besok..”
“Saya bingung Teh, padahal teh dari 2 juta itu, 1,350 nya dibantu dari orang-orang Islam.. Tapi yang lain-lain banyak lagi dari gereja, termasuk masa depan anak saya.. Saya bingung, masa’ saya harus melacur..”
“Saya nggak masalah kalo saya sendiri yang harus pindah, tapi anak saya ini... Saya takut gimana nanti pertanggungjawaban saya sama anak saya ke Allah..”
  Saya malu, nggak bisa bicara banyak, nggak bisa membantu banyak. Bahkan saya lupa tadi ngomong apa aja, terlalu banyak momen tertegun. Nanar. Saya yakin semua perkataan saya tadi pun masih terlalu mentah, tipikal anak ITB idealis terlalu banyak teori belum khatam dunia nyata. Sepet. Mentah. Nggak membantu.
Yang saya ingat, saya ngomong tentang kemapanan hati; tinggal maupun pindah, harus benar-benar mapan dulu, agar nanti-nanti usah disesali. Yang saya ingat, saya ngomong tentang keyakinan, bahwa prinsip ketuhanan semua agama itu tentang yakin, tentang iman, meski dalam balutan nama apapun. Karenanya, semua agama pun mengajarkan pada umatnya bahwa agamanyalah yang paling benar. Karenanya, semua agama pun mengajarkan pada umatnya mengenai hubungan vertikal -keimanan pada Tuhan- dan horizontal -kebaikan pada sesama- yang harus seimbang.
(Catatan tambahan: Saya nggak mau bertanya dengan pertanyaan imbisil menghakimi menyudutkan seperti: ‘Kenapa nggak cari kerja yang mapan’, ‘Kenapa nggak minta bantuan sesama muslim dulu’, ‘Kenapa nggak ke masjid atau guru ngaji’, apalagi ‘Suami Ibu ke mana’.)
Akhirnya Sang Ibu pamit, katanya sudah ditunggu di tempat janjian. Saya pun melangkah kembali ke kosan.
Kembali terngiang kalimat pertama Sang Ibu: “Teh, bersyukur ya Teh, masih bisa puasa. Saya enggak.”
Banyak di sekeliling kita yang nggak bisa bebas melaksanakan ibadah sesuai keyakinan. Jangankan melaksanakan ibadah, memegang keyakinan saja -bisa jadi- juga nggak bebas. Seperti Ibu tadi.
Bersyukurlah, Din.
Kerja di perusahaan yang mewajibkan break tiap adzan, --tapi masih juga sholatnya suka molor~ makan dulu lah, ngelarin report lah,... yang mengadakan kegiatan ngaji tiap pagi sebelum mulai kerja --tapi masih juga absen karena dateng kesiangan... yang mengadakan kajian dhuha seminggu sekali --tapi masih juga sering kabur...
Beberapa hari lagi Ramadhan. Jika masih diijinkan bertemu, bersyukurlah, Din.
1 note · View note
plestermerahjambu · 8 years ago
Text
Telepon Ibuk
Selama jadi anak rantau sejak … *ngitung dulu* … 7,5 tahun yang lalu, saya terbiasa untuk telepon (seringnya ditelepon) Ibuk dan menceritakan semuanya ke Ibuk. Karena nggak tiap hari, –tergantung jadwal kuliah dan latihan angklung dan jadwal ibuk arisan pkk dan rapat dharmawanita–, biasanya sih Ibuk nelpon seminggu dua kali. Satu di hari sekolah di jam lowong, satu di hari Sabtu atau Minggu, untuk membangunkan saya dari hibernasi. Kadang kalo nggak sempet yaa seminggu sekali atau duaminggu sekali.
Nah karena cerita selama seminggu (lebih) itu harus dirapel tanpa bisa diresume, durasi Ibuk menelepon itu rata-rata satu jam, tergantung banyaknya curcol dan gosip 😂😂 (terus ternyata bukan aku doang yg punya kebiasaan ini, seminggu sekali ditelpon Ibuknya selama sejam)
Sayangnya, sejak kemudahan komunikasi melalui jaringan internet, sebut saja WhatsApp, dan sejak Ibuk nggak gaptek amat dan punya HP android, frekuensi telepon mingguan itu jadi berkurang. Jauh. Jauh. Hingga jarang sekali. Ya soalnya apa-apa dishare di wasap grup keluarga. Foto dan cerita dan rincian kegiatan sehari-hari dan semuanya.
Duh, apalagi sejak saya jadi kulikorporat. Berada 13 jam di luar kosan –bahkan lebih– tanpa waktu nganggur yang pasti, lalu sampe kosan udah tepar-rasanya-pengen-langsung-tidur-aja, ketikan jempol dan jepretan foto adalah metode laporan kegiatan harian pada Ibuk (dan begitu juga seisi orang rumah).
Karena ringkas dan cepat, ngabarin info semacam, “Iya tadi nggak sempat sarapan,” atau “Jadwal terapi ke dokternya besok kok,” atau, “Aku kemaren beli pear dan apel mumpung murah,” bisa dilakukan di sela perjalanan dari kubikel ke ruang meeting, atau di angkot dari Sulanjana ke kosan. Menelepon adalah matter of urgency, kayak misal nanya, “Buk lemon sekilo 54ribu kemahalan gak si?” “Buk, jadinya mau baju yg warna maroon apa abuabu? Aku udah di tokonya ini.”
Ya harus mumpuni. Ya harus cukup. Tapi jadinya nggak bisa cerita hal lain yang gak ada hubungannya sama hidup gue (baca: nggosip, ghibah).
*****
Tadi sore, akhirnya saya nelepon Ibuk lagi. Setelah sekian waktu, nelepon ibuk kali ini memang diniatkan untuk Telepon Lama. Rapel cerita. Seperti dulu. Ngeluarin semua uneg-uneg, cerita, ketawa dan nangis, kebahagiaan, kekhawatiran, (sembari diselingi ghibah), pokoknya sampe lega. Itu tekad.
Hasilnya? Total waktu telepon adalah 2.5 jam. DUA SETENGAH JAM. 😂😂😂😂😂 Alhamdulillah lega. (Meski ada satu dua yang belum sempat tersampaikan, tapi minor, ndakpapa menyusul lewat chat.)
Tadi sore, Ibuk adalah kebutuhan. Padahal kemarin malam udah nulis panjang lebar di chat wasap, tp belum tenang juga. Tadi sore, Ibuk adalah kebutuhan. Suara Ibuk adalah “pethidine” buat jiwa saya, yang beberapa minggu belakangan rasanya kayak roller coaster.
Setelah lega, teringat dulu sesering apa telepon ibuk. Rasanya jadi candu :’)
Udah ah. *nggak bisa bikin kata2 penutup soalnya udah mbrabak mili. Kangen Ibuk :’)
1 note · View note
plestermerahjambu · 6 years ago
Photo
Tumblr media
balada kulikorporat congkak fakir waktu luang. kadang lupa, bahwa sedetail apapun rencana makhluk; hari, jam, menit, hingga detiknya pun, tidaklah mutlak. Pada semesta, Sang Pemilik Waktu berkuasa. .... gak nyambung sih, ini foto kapan taun. tapi lagi benerin jam tangan. casio KW-27. iye iye muka ga kobe. ya mau gimana, default tampang bengong eik tuh jutek 😆 https://www.instagram.com/p/BrA-AgogqzC/?utm_source=ig_tumblr_share&igshid=13koo5cu7ksv2
0 notes
plestermerahjambu · 7 years ago
Photo
Tumblr media
di sudut toko ... . . . ada seorang kulikorporat terjebak hujan, dan ia membunuh waktu dengan.... nggarap report.... (at Shafira Sulanjana)
0 notes
plestermerahjambu · 7 years ago
Text
ternyata saya bisa menangis tersedu setelah selama ini membisu entah harus berapa banyak lagi yang harus saya saksikan sekaligus perlahan tak saya hiraukan ternyata manusia benar-benar bisa munafik jikalau kesemua hasrat hanya untuk politik adalah mereka yang tak punya kuasa yang pada akhirnya kehilangan semua -- kulikorporat yang sok tahu ingin berbuat namun selalu ragu
0 notes
plestermerahjambu · 7 years ago
Quote
it's disturbing to know the fact that in this place those who are talented and competent are being eliminated; one by one, leaving those incompetent buffoons do the job.
morning of a kulikorporat .
0 notes
plestermerahjambu · 7 years ago
Text
makhluk jadi-jadian
dinoy lagi menyeramkan. udah macem makhluk jadi-jadian. kadang jadi dinoy, kadang jadi grandong, kadang jadi meggie temannya monika yang nggakbisa berhenti makan. –eh itu bukan kadang ding.
labilitas hormon bulanan tersangkanya. (iya, salahin aja aku terus, salahin! kata dia).
jumat kemarin nangis-nangis gara2 mas pacar salah pesenin makanan; ku pesen yang berkuah (padahal udah spesifik bilang seafood, cumi kuah), dibawain bubur. inisiatif surprise karena saya bilang nggak enak perut –mas pacar yang amat polos dan lugu mengira saya sakit perut karena salah makan, diare, maag, sejenisnya. iya saya gampang menci2 soalnya.
pada hari normal, salah pesan itu responnya biasa aja. pasti biasa aja. yaaa gue gitu. yang penting makan. toh buburnya bubur kesukaan, yang spesial, belinya jauh pulak. kesian.
pada hari yang tidak normal, salah bawain makanan mengubah dinoy jadi . . . . . . werewolf.
* * *
sabtunya marah-marah karena salah jalan. dua kali. bisa-bisanya paksu(pir) salah belok, jadi harus muterin siliwangi lagi. bisa-bisanya kelewatan tempat makannya, jadi harus muter u-turn, lalu muter lagi u-turn.
pada hari normal, kudunya itu biasa aja, toh naik mobil adem ayem, dengerin musik. pada hari yang nggak normal, ditambah macet khas wiken, … penyiar radio aja rasanya pengen gue tabok mesra karena kebanyakan ngoceh. (well hey, it’s his job).
. . . berakhir bahagia sih karena dipakani bakso 3, somay, tahu, gorengan 3, sebotol es teh manis. nah pemirsa, membahagiakan saya itu mudah bukan? -- ujar Ibu Sisca Soewitomo.
* * *
hari minggu kayaknya cukup normal, karena ramai orang dan banyak makanan (BANYAK MAKANAN! told you, a good way to keep my mouth and brain shut bahahaha)
* * *
hari ini… well, who doesnt hate monday. even cats hate monday (they hate every single day they can not control hooman and take over the world sih yaa).
tapi hari ini emang… sungguh, sebuah ujian. pagi-pagi bedak mahal two-way-cake jatuh berhamburan, yang jatuh tentusaja nggak bisa dipake lagi (plz i dont wanna put anything on the floor to ma face even if you say ‘belum lima menit’). dan sisanya, dikiit sekali sisanyaa, . . . YAK. hancur.
apalah artinya bedak padat hancur, sama saja dengan apalah arti aku menunggu bila kamu tak cinta lagi.
tutup bedak padat nggak didesain untuk menjaga biar nggak tumpah –ya maka dari itulah bedaknya padat. ketika sudah jadi bedak tabur…… karirnya sebagai compact powder, juga sekaligus sebagai bedak yg bisa dibawa-bawa … berakhir sudah. harus dirumahkan. bhay.
mahal? 100 plesples. nabung dikit sih, karena belum waktunya beli yang baru. biasa aja kudunya. tapi . . .  tadi pagi.
gue. nangis. kejer.
* * *
lalu ngangkot, lalu kejebak macet. efek beruntun dari kebakaran semalam di sindanglaya. dua jam di jalan. sampe kantor jam 8.57.
pada hari normal, biasa aja gitu, telat dateng, songong, nyapa sana nyapa sini, gapeduli toh ntar di atas jam 5 sore saya masih garap kerjaan.
pada hari nggak normal, entah kenapa rasanya tuh sedih takut kesel kecewa kesel banget tapi ya nggak bisa apa2. apasih. lebay. lalu . . . 
. . . gue nangis.
* * *
fast forward ke jam makan siang. kulikorporat yang telat masuk kantor ini jam 12 lebih masih ngadep layar. lupa waktu. terus tiba2 aja temen2 udah selesai makan.
yang di otak normal : yah gue ditinggal. bae lah, heh elu elu elu sinih! temenin gue makan!
yang di otak ga beres : gue. ditinggal. what…. mereka kok gitu sih. gue salah apa? kenapa gue ditinggal? tadi salah ngomong? kok gue ga diajakin sih? gue salah apa? terus gue harus makan sendiri dong? terus lauknya tinggal dikit… terus kantinnya udah mau bubar… mau tutup... terus…
. . . terus nangis.
* * * * *
ketahuilah, saya juga kadang bingung, “naon sih maneh din, asa teu kudu.” karena toh beberapa saat setelah tangisan dan amarah di atas, saya biasa aja. bener2 biasa aja. ketawa2 lagi. karena toh, sekarang saat menulis ini pun saya mikir, “naon sih maneh din, asa teu kudu.” -_-
tapi sungguh, cewek yang hormonnya labil juga nggak bisa mengatur emosi sesaat yang diatur oleh bagian kecil di otak yang diatur sepenuhnya sama hormon itu. hormonnya labil. efek domino, jadilah emosinya pun labil. cem abege dengan nama alay di fesbuk.
jadi, untuk menutup tulisan ini, sebaiknya saya tambahkan epilogue :
i am deeply sorry for whatever i’ve become when the hormones kick in . really . whatever i’ve become .
sekian dan terima eskrim, dan cadbury blackforest. ritter sport juga nggapapa, asal bukan yang mint. muah!
0 notes
plestermerahjambu · 8 years ago
Video
instagram
*glutukglutukglutukglutuk~ sound effect yang terbayang setiap lihat mesin spreading jalan. lucu, kayak adegan kartun. hari ini nongkrong di cutting lagi. udah pake masker tapi teuteup aja batuk2 tiada henti 😅 ... apakah hari ini akan 'ketinggalan bis' lagi? wkwk menjelang puasa dan lebaran semuanya jadi kuli romusha. karena saya kerja di manufacture yg beroperasi dari jam 6 pagi sampe 10 malem (2 shift), selembur-lemburnya saya teh, kantor ini masih rame pisan. satu, karena emang operator produksi sampe jam 10, dua, karena banyak staf yg lebih lembur lagi 🙄 *terpujilah kalian para kulikorporat teladan yang dateng jam 8 pulang lebih dari jam 5 😇 gue aja dateng jam 8 lebih, jam 9, kemaren jam 10, pulang (sebisa mungkin) tetep jam 5 🙈 ups
0 notes