#kopiayah
Explore tagged Tumblr posts
Text
(Bukan) Sebuah Filosofi Kopi
Sebagai (mantan) penyuka kopi, wajar, wajar sekali ya kalau aku tidak bisa membedakan rasa kopi. Tidak hafal perbedaan campuran kopi. Tidak tahu cara pengolahan kopi. Dan tidak ingat kopi apa yang ada di mejaku, karena kebanyakan hasil dari coba-coba. Aku sedikit beruntung, ketika kedai kopi mulai marak ada di sekelilingku, eh malah akunya yang tidak bisa menerima kopi. Entah, awal mulanya dari mana, tapi selalu ada reaksi penolakan dari tubuhku. Ah mungkin memang aku disuruh hemat, tidak boleh boros untuk secangkir kopi yang harganya bisa buat 2 kali makan di warteg bahari. Dulu saat masih bisa, aku suka ikutan cicip kopi buatan papaku. Setiap sore sepulang bekerja, beliau sendiri yang suka meracik racikannya. Katanya kalau mama yang buat rasanya akan begitu-begitu saja. Walaupun kedai kopi sudah banyak bermunculan, papa tetap tidak suka jajan kopi di luar. Beliau lebih memilih membeli bubuk kopi asli, kemudian bereksperimen sesuai keinginannya, menciptakan kopi yang belum tentu enak rasanya. Xixi Pernah suatu hari aku bertanya kenapa tidak pernah membeli kopi di luar dan beliau menjawab dengan jawaban yang gombal sekali, "Nikmatnya kopi itu ada pada percakapan disela tegukannya, kalau di kedai kopi mungkin papa neguknya sendirian, kalau di rumah kan pasti ada temannya." Katanya. 'Halah bilang saja memang karena gak punya uang untuk minum kopi di luar.' jawabku dalam hati. Kami pun tertawa bersama. Tapi ya begitu, kopi memang paling bisa dijadikan bahan permisalan kisah cinta. Seperti kopi tubruk misalnya, sebagian hilang, sebagian tertinggal. . Kayak siapa? Kayak kamu bukan? Wkwkwk. Selasa, 14 Januari 2020
2 notes
·
View notes