#kompetisiblog
Explore tagged Tumblr posts
luluzuhriyah · 2 years ago
Text
Darurat Perokok Anak, Indonesia Harus Bergegas
Tumblr media
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Artinya, sampai seorang anak berusia 18 tahun, Ia masih harus dipenuhi hak dasarnya sebagaimana yang tercantum dalam Konvensi Hak Anak yang dikelompokkan dalam lima klaster oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yaitu, hak sipil dan kebebasan; lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif; kesehatan dasar dan kesejahteraan; pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya; dan perlindungan khusus. Negara memiliki kewajiban untuk turut andil bersama orang tua untuk memenuhi hak-hak dasar anak tersebut. Pekerjaan rumah Indonesia tentang pemenuhan hak dasar anak masih tergolong banyak, bahkan di bidang kesehatan dasar, Indonesia tengah memasuki masa genting: Darurat perokok anak.
Anak-anak sejatinya adalah generasi emas penerus bangsa, pada merekalah Indonesia akan bertumpu di masa depan. Sayangnya, dunia anak-anak tidak selalu cerah dan ceria seperti yang diasosiasikan selama ini oleh para orang dewasa. Banyak ancaman mengintai kepolosan dunia mereka, salah satunya dari industri rokok yang terus berusaha mengamankan konsumennya bahkan sejak mereka masih anak-anak. Indonesia dan rokok memang memiliki sejarah panjang. Mirisnya, kini anak-anak Indonesia yang terus menjadi korbannya. Salah satu hak dasar mereka yang termasuk ke dalam klaster kesehatan dasar dan kesejahteraan, masih jauh dari kata terpenuhi. Buktinya? Indonesia darurat perokok anak, jika tidak bergegas dan tegas menyikapi hal ini, bukan lagi generasi emas yang akan kita tuai, namun menjadi generasi yang harus kita tuntun dengan cemas.
Tercatat dalam Riset Kesehatan Dasar 2013, ditemukan bahwa prevalensi perokok anak  di Indonesia mencapai 7,2%, kemudian meningkat menjadi 9,1% pada 5 tahun berikutnya, yaitu pada Riset Kesehatan Dasar 2018. Sedangkan data terbaru yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) melalui riset Global Adult Tobacco Survey (GATS) menyebutkan bahwa negara kita juga darurat perokok karena 25% rakyat Indonesia adalah perokok. Berdasarkan data tersebut, maka pada 2021 lalu tercatat sebanyak 69.1 juta penduduk Indonesia adalah perokok. Kemudian, jika menggunakan data ini untuk menarik jumlah total perokok anak, maka 9.1% dari 69.1 juta adalah sebanyak 6.288.100, itu adalah jumlah anak-anak Indonesia yang terjerat bujuk rayu industri rokok dan menjadi perokok. Enam juta sekian anak yang seharusnya bisa mendapatkan kehidupan sejahtera dengan kesehatan baik, harus terenggut haknya karena kelalaian negara dalam membendung gempuran industri rokok yang terus mengepung masyarakat Indonesia, juga anak-anaknya. Perlu digarisbawahi, bahwa data yang tertuang di atas adalah data perokok anak 2018, mari berdoa bahwa jumlahnya tidak naik pada tahun 2022 ini.
Jerat Rokok Pada Anak-Anak
Entah dari mana asal-muasalnya, rokok erat dikaitkan dengan budaya Indonesia. Hal ini yang seringnya dijadikan pembenaran oleh para perokok, bahwa mereka merokok karena memang budaya masyarakat Indonesia merokok. Nyatanya merokok hanyalah kebiasaan, bukan kebudayaan Indonesia. Jika ditarik mundur, kebudayaan merokok justru berasal dari suku Indian di benua Amerika yang kemudian menyebar ke seluruh dunia (dikutip dari laman Tobacco Control Support Center). Perokok dewasa tentunya menjadi salah satu faktor yang menjadikan anak-anak terjerat rokok. Anak-anak secara naluriah akan cenderung selalu meniru semua perilaku orang dewasa di sekitarnya. Mengutip hasil penelitian Health Education Research pada tahun 2006, melalui salah satu artikelnya yang meneliti secara kualitatif persepsi merokok anak-anak Indonesia dengan responden anak laki-laki pada kelompok usia 13-17 tahun, menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD), penelitian dengan judul ‘If I don’t smoke, I’m not a real man’—Indonesian teenage boys’ views about smoking (Kalau saya tidak merokok, saya bukan lelaki sejati - Pandangan Remaja Laki-Laki Indonesia tentang Merokok) menemukan bahwa anak-anak mulai merokok karena terbiasa dengan lingkungan mereka. Para anak laki-laki yang berasal dari Jawa Tengah tersebut mengatakan bahwa di rumah, setidaknya salah satu anggota keluarga mereka merokok dan dalam kehidupan sosial mereka sebagian besar teman-teman mereka adalah perokok. Ini cukup menguatkan bahwa perokok dewasa sangat memegang peran penting dalam menjadi perpanjangan tangan industri rokok untuk merekrut konsumen baru, para anak-anak di sekitarnya.
Kemudahan akses terhadap rokok juga menjadi faktor berikutnya yang membuat jerat rokok pada anak semakin mudah. Penelitian dari Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI) pada Juni 2021 memaparkan secara gamblang bahwa akses pembelian rokok di DKI Jakarta yang notabene Ibu Kota Indonesia saja, masih sedemikian mudahnya. Dalam radius 1 km2  ada setidaknya 15 warung eceran rokok di DKI Jakarta. Sementara itu, dalam radius sekitar 100 m dari SMP, SMA/SMK negeri dan swasta di DKI Jakarta, terdapat ratusan warung penjual rokok eceran, 124 warung rokok eceran yang berdekatan dengan SMP dan 236 warung rokok eceran yang berdekatan dengan SMA/SMK. Sungguh sebuah data yang cukup menguatkan bahwa rokok adalah komoditas yang begitu mudah diakses oleh generasi anak-anak kita. Meski rokok adalah produk yang dilabeli untuk usia 18 tahun ke atas, pada praktiknya penjual rokok di warung eceran tidak menjadikannya sebagai sesuatu yang serius. Mereka tetap mau menjual kepada para anak-anak sekolah tersebut. Harga rokok batangan yang murah juga menjadi faktor kemudahan lainnya bagi anak-anak untuk membeli rokok. Dalam penelitian ini juga menyebutkan bahwa warung rokok eceran ini juga menggunakan media promosi di warungnya, seperti poster dan spanduk, yang menjadi daya tarik para konsumen anak-anak untuk membeli rokok di warung mereka. Belum adanya aturan tegas mengenai pengaturan penjualan rokok ini telah menjadi bom waktu yang siap meledak di masa depan bagi generasi yang digadang-gadang akan menjadi generasi emas Indonesia ini. 
Stigma rokok yang beredar di masyarakat juga menjadi jurus industri rokok berikutnya untuk mengikat erat generasi anak-anak Indonesia. Mengutip kembali penelitian Health Education Research pada tahun 2006, ada salah satu pernyataan dari salah satu anak lelaki yang menjadi responden penelitian tersebut bahwa “Jika saya tidak merokok, saya belum jadi lelaki sejati”, ini adalah bukti bahwa merokok masih memiliki stigma dan asosiasi positif di kalangan anak-anak. Bahwa merokok adalah simbol maskulinitas, merokok itu keren. Dari mana pikiran-pikiran tersebut tertanam di otak anak-anak? Tentunya tidak lain dan tidak bukan dari lingkungan yang terus menggempur mereka dengan rokok itu sendiri. Meski sudah dilarang untuk menampilkan wujud rokok pada tiap iklannya, iklan rokok selalu dibuat sedemikian rupa dengan atmosfer yang positif. Meski sudah diberikan peringatan tertulis dan bergambar pada tiap bungkus rokok mengenai bahaya merokok, iklan rokok dengan penggambaran positif di media televisi dan internet masih menang dalam hal penguasaan atensi masyarakat, utamanya anak-anak remaja. Hal ini didukung oleh temuan riset GATS yang menunjukkan adanya peningkatan media promosi rokok melalui internet yang pada 2011 hanya 1,9% saja menjadi 21,4% di tahun 2021. Jika iklan rokok pada media televisi sudah memiliki regulasi yaitu waktu penayangan pada malam hari, pada media internet ini belum ada pengaturan yang jelas sama sekali, menjadikan anak-anak riskan terpapar iklan rokok melalui internet.
Bagi keberlangsungan bangsa Indonesia, darurat perokok anak adalah sungguh suatu tanda bahaya. Sebaliknya, fenomena ini adalah ladang cuan dan keuntungan sebesar-besarnya bagi segelintir orang, para bos industri rokok. Bagaimana tidak? Mereka berhasil mendapatkan konsumen loyal jangka panjang jika berhasil menyasar anak-anak, karena sifat adiksi rokok yang membuat anak-anak susah lepas dari kebiasaan merokok jika sudah terpapar, yang seiring berjalannya waktu akan menjadikan mereka perokok dewasa atau konsumen loyal industri rokok. Bahaya bagi Indonesia jelas terprediksi nyata, sebagaimana yang dikatakan oleh Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi yang dikutip melalui artikel katadata.co.id bahwa target Sustainable Development Goals (SDGs) terkait penurunan prevalensi perokok di Indonesia menjadi 40% akan terancam gagal, dan tentunya bonus demografi yang dicanangkan maju pada 2030 nanti, bisa menjadi momen antiklimaks bagi Indonesia, karena generasi yang adiksi rokok akan menjelma menjadi generasi yang kurang sejahtera secara sosial dan kesehatan. Alih-alih mendapatkan bonus demografi yang berkualitas, Indonesia hanya akan menanggung beban dari rakyat yang sakit dan kurang kompeten karena terjerat rokok ketika masih anak-anak.
Rayuan Baru Rokok Elektrik
Jika biasanya evolusi diidentikkan dengan perubahan makhluk hidup, rupanya industri rokok kini tengah melakukan evolusi untuk produk mereka dengan menghembuskan rayuan baru berbentuk rokok elektrik. Jika rokok konvensional berbahan baku utama tembakau, rokok elektrik ini memiliki sensasi lain karena bahan utamanya adalah likuid mengandung nikotin dengan beragam varian rasa. Akrab disapa vape, rokok elektrik juga mendoktrin pencandunya bahwa mereka bukan perokok. Padahal bahaya dan resikonya tidak jauh lebih ringan dari rokok konvensional. Di kalangan aktivis anti rokok, jenis rokok elektrik dikenal sebagai rokok yang berganti baju, dari bentuk konvensional, menjadi bentuk yang lebih mutakhir yaitu vape. Rokok elektrik dengan aneka rasanya ini juga menjadi polemik tersendiri dan jurus jitu untuk menarik minat anak-anak, karena ada rasa buah-buahan, anak-anak lebih penasaran dan ingin mencoba. Terbukti, saat menghadiri webinar Hari Anak Nasional pada 28 Juli 2022, yang diselenggarakan oleh Lentera Anak dan FCTC Indonesia, ada salah satu pembicara yang membagikan pengalamannya memiliki seorang adik usia SD, menjadi perokok elektrik dan membeli melalui marketplace. Sekali lagi, regulasi yang belum kuat masih menjadi akar masalah kejadian ini. Rokok elektrik memang dilarang untuk diperjualbelikan kepada anak-anak, namun pada prakteknya, masih banyak anak-anak yang bisa mendapatkan akses terhadap rokok elektrik, dengan membeli melalui marketplace dan juga membeli langsung via titip beli kepada orang dewasa.
Rokok elektrik meski tidak mengandung tembakau, sama bahayanya dengan rokok konvensional. Sebagaimana yang disampaikan oleh dr Agus Dwi Susanto, SpP(K), Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) yang dikutip melalui laman kompas.com, mengatakan bahwa meski tidak mengandung tar, rokok elektrik tetap mengandung nikotin dan bahan karsinogen lainnya yang bisa memicu berbagai penyakit seperti iritasi pada paru-paru, gejala pernapasan, bronkitis, asma, PPOK, pneumonia, paru-paru bocor, kanker paru, pneumonitis, dan evali akut yang menyebabkan sesak nafas tiba-tiba. Jika pengonsumsinya adalah anak-anak, bisa dibayangkan bahaya tersebut dua kali lipat resikonya, karena organ anak-anak yang masih pertumbuhan dan belum mencapai fungsi yang maksimal seperti orang dewasa.
Indonesia Harus Bergegas
Ibu pertiwi tengah bersusah hati, menyambut tahun ke 77 kemerdekaannya, ada masalah pelik yang harus bergegas ditelisik. Pemerintah harus segera melakukan tindakan counter attack agar generasi emas kita tidak hilang karena terjerembab jerat rokok. Salah satu langkah nyatanya adalah dengan percepat revisi PP 109/2012 yang sudah selama 2 tahun lebih tertunda, meskipun presiden sudah memberikan mandat melalui Perpres No.18/2020 dan Menko PMK sudah mengirim surat kepada Menteri Kesehatan agar menyelesaikan pembahasannya. Namun pemerintah melalui Kementerian Kesehatan masih belum menyelesaikan dan mengesahkan revisinya.
Lima poin utama yang terus disuarakan para aktivis dan lembaga pada revisi PP tersebut antara lain: 1.) Perluasan peringatan kesehatan bergambar, 2.) Larangan penjualan ketengan, 3.) Larangan iklan terutama di internet dan media luar ruang, promosi, dan sponsor rokok, 4.) Pengaturan rokok elektronik seperti pada rokok konvensional, 5.) Pengawasan dan sanksi. Kelima pokok utama tersebut harus disahkan dalam revisi PP 109/2012 agar bisa dijadikan sebagai kado terindah dirgahayu ke 77 Republik Indonesia kepada generasi penerus bangsa. Nantinya, dengan disahkannya PP dengan tambahan lima poin tersebut, pemerintah telah membayar hutangnya pada anak-anak Indonesia dengan upaya perlindungan hak kesehatan mereka, agar prevalensi perokok anak juga bisa tercapai pada angka 8.7% pada tahun 2024 sebagaimana yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 -2024.
Indonesia harus bergegas agar tidak kehilangan generasi emas. Mari susul Thailand dan Brunei yang sudah gagah berani patuhi dan tegakkan peraturan tegas pelarangan total, baik iklan langsung, promosi, sponsorship, display di tempat penjualan, CSR, display pack, dan cross border (Data Yayasan Lentera Anak). Indonesia berkejaran dengan waktu, semakin cepat sahkan revisi, semakin banyak anak-anak Indonesia yang akan terlindungi dan terselamatkan dari jerat rokok. 
Jika menunggu pemerintah rasanya lama dan entah kapan realisasinya, mari kita mulai dari lingkungan terkecil di rumah kita sendiri. Bangun stigma negatif rokok, jaga dan tuntun anak-anak kita agar tidak terjerat rokok sedari dini. Meski efeknya tidak sebesar jika pemerintah yang bertindak dari hulu, setidaknya kita menjalankan peran kita dengan sebaik-baiknya. Menjaga anak-anak kita masuk ke daftar jutaan anak indonesia yang menjadi korban kepungan industri rokok. Dirgahayu ke 77 Indonesiaku, semoga menjadi maju bisa segera tercapai di negeriku, sejahtera serta sehat jasmaninya, bebas dari adiksi rokok toksik, supaya generasi emas bisa tercapai dengan baik.
Referensi:
https://www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/29/2970/indonesia-setelah-30-tahun-meratifikasi-konvensi-hak-anak
http://www.tcsc-indonesia.org/rokok-bukan-budaya-asli-indonesia/
https://protc.id/densitas-dan-aksesibilitas-rokok-batangan-anak-anak-usia-sekolah-di-dki-jakarta-gambaran-dan-kebijakan-pengendalian/https://protc.id/health-education-research-if-i-dont-smoke-im-not-a-real-man-indonesian-teenage-boys-views-about-smoking/
https://katadata.co.id/yuliawati/berita/629a4c7ae4079/indonesia-darurat-konsumsi-rokok-25-penduduk-jadi-perokok
https://www.kompas.com/sains/read/2022/08/13/203100623/vape-tak-lebih-aman-dari-rokok-konvensional-apa-saja-bahaya-vape-rokok-?page=all#:~:text=Vape%20rokok%20menghasilkan%20sejumlah%20bahan,%2C%20asma%2C%20serta%20kanker%20paru.
https://www.lenteraanak.org/content/berita_terkini/darurat_perokok_anak_serbuan_iklan_rokok_dan_regulasi_yang_lemah
https://www.republika.co.id/berita/rghvg4349/darurat-perokok-anak-6-organisasi-minta-segera-disahkan-revisi-pp-tembakau
0 notes
sapulidi · 5 years ago
Text
Akibat kompetisi Blog, Lihatlah Akibatnya
Tumblr media
Akibat Competisi Blog, Lihatlah Akibatnya
Mengikuti kompetisi blog membuat kita semangat untuk update data blog kita sendiri, terutama yang sudah kehabisan ide untuk menulis postingan baru sebuah blog, yang kesemuanya sudah ada sudah masuk judul topik pokok bahasan di internet,hal ini yang membuat kita mempunyai peluang untuk meramaikan kompetisi lomba blog.    Domain golden wap belumlah pernah mengikuti lomba blog dengan keyword keyword apapun yang diselenggarakan oleh pihak penyelenggara, karena belum pernah mengikuti satupun blog competition di tanah air ini. Apa Saja keuntungan kita dalam program ikut kompetisi Blog ? Menambah Wawasan Blog Fresh Update  Competisi blogBlog selalu fresh dengan membuat postingan pendukung Akibat kompetisi blog dengan fresh update sangat di sukai oleh google dan alexa rank, hal ini karena bot dari search engine Alexa akan berkunjung ke blog dengan konten-konten terbaru,lain halnya jika update dengan postingan lama yang diperbaharui. Menambah Wawasan  Mengikuti lomba blog Dalam Ilmu Blogger,tentunya tidak semua pintar dan ahli, kecuali yang benar-benar ahli di bidang blog, hal ini akan memancing kita untuk mengunjungin blog-blog sesuai keinginan kita,dan disitulah kita mulai tertarik akan hal-hal yang belum kita ketahui sebelumnya,dan ini akan setidaknya dapat menambah wawasan dalam pemikiran kita sebagai seorang blogger.Terindek dengan Cepat Index Bot Index bot  Banyak bot yang mengindex Ikut lomba blog atau blog competition akan mendapatkan Konten yang fresh dapat memancing bot search engine lainnya,hal ini dapat meningkatkan keyword-keyword dalam blog kita masuk keurutan atas dalam mesin pencarian, ini sudah saya buktikan judul dan keyword seperti "KOMPUTER" situs golden wap dalam sejarah masa lalu rata-rata menduduki posisi 10 besar dalam search engine google. Menurunkan Alexa Rang Lomba Blog  Peringkat alexa menurun  Mengikuti blog competition atau lomba blog menjadikan Salah satu search engine bot yang mendatangi blog dengan kontent fresh atau baru adalah Alexa Rank,jika kita rajin update kontent atau judul terbaru ya,bukan konten lama yang di update kembali, ya sudah aku sebut diatas kalau kehabisan ide,kita cukup ikut lomba blog. Meningkatkan Page Rank Walaupun Page Rank sudah tidak Update lagi semenjak tahun 2016,akan tetapi beberapa tools online seperti situs chekpagerank.net dapat mendeteksi keberadaan page rank blog kita, ini hanya buat patokan tingkatan blog kita saja,saat ikut lomba blog,dan dengan ikut lomba blog setidak nya kita mau tak mau mencari posisi tertinggi demi meningkatkan keyword kita dalam ikut lomba blog dan juga dengan hasil kelayapan di blog-blog sebelah yang tak lupa meninggalkan jejak blog kita, akan pengaruh di hasil peningkatan page rank dan secara tidak langsung dapat menurunkan pagerank blog kita. Apa akibat negatif setelah adu seo blog competition? Hal yang tadinya menyemangatkan dan menyenangkan dalam menulis blog demi mengikutin blog competition mulai terasa saat mendekati akhir batas yang di tentukan oleh penyelenggara. Rasa was-was para blogger mulai menyerang, selalu melihat keyword posisi blog setiap saat.   Pengalaman penulis memang begitu, mulai usil nakal terhadap para pesaingnya, sama pula pesaingpun juga nakal terhadap blog penulis, teknik nakalnya dengam mengirim auto traffic ke blog penulis, atau cloning blog dengan harapan bot google akan membaned blog penulis. Penulispun sama berbuat hal yang demikian. Kecurangan pesaing dalam kompetisi lomba seo Tidak jujur memang untuk menjadi pemenang blog competitions, alih-alih saling menjatuhkan, dan yang berbahayanya adalah penyelenggara memperpanjang masa tenggang yang telah ditentukan sebelumnya. Maka buyarlah hasil optimasi yang telah dilakukan sebelumnya, ditakutkan mesin bot akan berjalan sesuai programnya, mulailah deindex keyword-keyword yang diunggulkan, naiknya blog-blog yang tidak diperhitungkan akan menggeser posisi-posisi urutan teratas. Dan malapetakalah yang terjadi. Lihatlah akibatnya  mengikuti kompetisi blog Sudah dijelaskan diparagraf sebelumnya, akibat ikut lomba blog lihatlah hasilnya:  Blog kemungkinan terkena pinalti. Blog akan deindex.Spam score meningkat akibat membuang backlink berkualitas.  Cukup mengerikan melihat hasil akhir setelah mengikuti seo blog competition.  Mungkin hanya itu yang saya ketahui,hanya sekedar teknik standar dalam kemampuanku untuk membuat blog, dan keuntungan kita dalam Ikut Lomba Blog. Read the full article
0 notes
webbudi · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Kontes Vidgram erlanggakampus Berhadiah Total JUTAAN Rupiah (Info cek WBinfohadiah.blogspot.com) #new #info #newinfo #kontes #lomba #kontesvideo #lombavideo #videochallenge #videocompetition #kontesblog #lombablog #blogcompetition #kompetisiblog #blogcompetition2019 #hadiah #wbinfohadiah #webbudicom https://www.instagram.com/p/B1iFYYqAaGp/?igshid=1vg5ju9eklzc7
0 notes
agussunoto · 4 years ago
Text
Akibat kompetisi Blog, Lihatlah Akibatnya
Akibat Competisi Blog, Lihatlah Akibatnya Mengikuti kompetisi blog membuat kita semangat untuk update data blog kita sendiri, terutama yang sudah kehabisan ide untuk menulis postingan baru sebuah blog, yang kesemuanya sudah ada sudah masuk judul topik pokok bahasan di internet,hal ini yang membuat kita mempunyai peluang untuk meramaikan kompetisi lomba blog.    Domain golden wap belumlah pernah mengikuti lomba blog dengan keyword keyword apapun yang diselenggarakan oleh pihak penyelenggara, karena belum pernah mengikuti satupun blog competition di tanah air ini. Apa Saja keuntungan kita dalam program ikut kompetisi Blog ? Menambah Wawasan Blog Fresh Update  Competisi blogBlog selalu fresh dengan membuat postingan pendukung Akibat kompetisi blog dengan fresh update sangat di sukai oleh google dan alexa rank, hal ini karena bot dari search engine Alexa akan berkunjung ke blog dengan konten-konten terbaru,lain halnya jika update dengan postingan lama yang diperbaharui. Menambah Wawasan  Mengikuti lomba blog Dalam Ilmu Blogger,tentunya tidak semua pintar dan ahli, kecuali yang benar-benar ahli di bidang blog, hal ini akan memancing kita untuk mengunjungin blog-blog sesuai keinginan kita,dan disitulah kita mulai tertarik akan hal-hal yang belum kita ketahui sebelumnya,dan ini akan setidaknya dapat menambah wawasan dalam pemikiran kita sebagai seorang blogger.Terindek Read the full article
0 notes
sedekahkata · 8 years ago
Text
Ku (Tak) Ingin Hilang Ingatan
Malam udah terlalu larut. Seperti biasa, saya tidur-tiduran lenjeh sambil main hape, membuka media sosial dan menelusuri hidup orang lain. Istilah bulenya, stalking. Hobi pasaran generasi milenial masa kini. Waktu membuka Instagram, seseorang baru mengikuti akun saya. Eh, tunggu dulu. Dari namanya, bukannya dia…
“Alamak! Ini kan senior gebetan saya jaman SMP!” jerit saya di dalam hati.
Tumblr media
Otak saya pun memutar balik kejadian-kejadian masa SMP, saat saya lagi suka-sukanya sama senior yang satu ini. Ingatan tentang dia sebagian lucu, sebagiannya lagi membuat saya nggak percaya, “Gila! Jaman baheula saya pernah naksir sama orang ini, Men!”
Persis seperti apa yang diceritakan di novel-novel teenlit, semasa saya SMP rata-rata cewek naksir dua jenis cowok. Kalau nggak pemain basket, ya anak band. Kebetulan senior saya ini mantan anak band terpopuler zaman SMP. Vokalis pula. Jenis idola cewek remaja yang pasaran banget nggak, sih?
Awal mula interaksi saya dengan dia adalah saat kami sama-sama tergabung dalam tim vokal grup sekolah. Pada masa itu, ikut ekskul paduan suara dan terpilih menjadi tim vokal grup adalah suatu kebanggaan. Soalnya, tim vokal grup tahun sebelumnya berhasil menjadi juara tingkat kabupaten dan maju ke provinsi. Walhasil, profil seluruh personilnya mejeng dengan keren di majalah sekolah, lengkap dengan foto close up ala model. Widih, saat itu saya sudah berfantasi macam-macam tentang betapa ngetopnya saya jika memenangkan kompetisi vokal grup ini. Wajah dan profil saya bakal mejeng di majalah sekolah, saya pun beken dan jadi cewek idola. Sayangnya, impian itu harus pupus karena tim kami hanya memenangkan juara kedua. Hiks.
Masa-masa latihan vokal grup menjadi permulaan munculnya benih-benih cinta di hati saya untuk senior tersebut. Sebut saja namanya Otong. Saya dan Otong sama-sama tergolong suara alto, dan posisi kami dalam tim adalah substitusi antara vokalis inti dan cadangan. Kalau menjelang kompetisi keadaan saya lebih prima, saya masuk ke dalam tim inti. Jika kualitas suara saya menurun, Otong akan menggantikan saya dan saya pun menjadi anggota cadangan. Oh, saat tampil tentu saja saya yang menjadi tim inti. Sombong sedikit, hehehe.
Selama latihan, kami sering melipir buat latihan berdua, sekadar menyamakan harmoni dan kebulatan suara. Ketika latihan selesai, beberapa kali Si Otong pun mengantar saya pulang, membonceng saya naik motor. Kedekatan itulah yang membuat saya menaruh perhatian lebih pada Si Otong. Setelah kompetisi vokal grup berakhir, ternyata saya masih suka sembunyi-sembunyi mengintip dia tiap saya lewat kelasnya. Saat itulah saya menyadari kalau saya naksir alias demen sama dia.
Beberapa bulan setelah dilaksanakannya kompetisi vokal grup dalam O2SN (Olimpiade Olahraga dan Seni Nasional) tingkat kabupaten, OSIS di SMP kami mengadakan pemilihan ketua baru. Saya pun mendaftarkan diri, dan salah satu motivasi kecilnya adalah: memeroleh perhatian Si Otong. Mirip-mirip Nam dalam film Thailand Crazy Little Thing Called Love lah, yang berusaha untuk menjadi terkenal di sekolah supaya mendapat perhatian dari P’Shone gebetannya. Kurang heroik apa saya? Lagipula muka saya nggak jauh lah dari Baifern, artis Thailand pemeran Nam. Versi buluk berkacamatanya, tentu saja.
Saya pun terpilih menjadi ketua OSIS. Setelah susah payah mendapatkan informan terpercaya, akhirnya saya memeroleh informasi kalau Si Otong mencoblos saya dalam pemilihan. Tentu saya senang bukan kepalang. Ini cuma dicoblos loh Sis, bukan ditembak! Sayangnya, terpilih menjadi pemimpin nomor satu di sekolah nggak lantas membuat Si Otong melirik saya. Sedikit pun dia nggak memperlihatkan tanda-tanda naksir saya balik, tuh.
Beberapa bulan kemudian, sekolah kami mengadakan Pekan Kreativitas Siswa (PKS). Acaranya semacam lomba-lomba olahraga dan kesenian gitu. Di bidang seni, Si Otong berhasil menjadi finalis dalam tiga lomba, yaitu vokal grup, solo vokal, dan band. Seingat saya, hanya dalam lomba band dia memenangkan juara pertama. Bandnya pun menjadi model sampul majalah sekolah dan profilnya diangkat sebagai salah satu artikel di dalamnya. Gila, kurang idola apa coba doi? Vokalis band paling keren di sekolah, coy!
Fakta lain yang membuat saya makin naksir dia adalah, ternyata dia cukup aktif dalam ekskul Paskibra. Bisa kamu bayangin dong betapa kesemsemnya saya. Ekskul Paskibra di sekolah kan ngetop banget!
Setelah berhasil menjuarai kontes band dalam PKS itu, Si Otong pun mendapatkan pacar. Dan pacarnya tentu saja bukan saya. Pacarnya adalah cewek cantik ngehits zaman SMP, seangkatan sama dia. Senior juga. Hiks. Apalah guna saya menjadi Ketua OSIS kalau yang dia lirik wanita lain, Coy.
Di dalam pahit-manis perjalanan naksir Si Otong, ada satu kejadian yang paling nggak bisa saya lupakan. Mengingat ini membuat saya kepingin menyanyikan lagu ‘Ingin Hilang Ingatan’ punya Rocket Rockers. Kenangan ini berhubungan dengan sebuah media sosial yang ngetren banget kala itu, sekitar 2008 sampai 2009 awal, yaitu Friendster.
Sebagai ketua OSIS yang ngerasa eksis, saya pun membuat akun di Friendster. Tren Friendster kala itu adalah halaman profil yang menampilkan visual yang super alay. Oh tidak, pada masa itu kami pengguna Friendster sama sekali nggak merasa alay meskipun tulisan G3de_kEciL d4N B3rC4mpuR_huRuF bertebaran di profil kami. Belum lagi warna-warni ngejreng dan gliternya itu loh. Idih, pengen ta’awuz rasanya. Ya Alloh, lindungilah kami dari godaan syaitonialayrojim.
Karena menginginkan tampilan yang superkeren, saya pun nggak pernah pergi ke warnet untuk main Friendster sendirian. Saya selalu mengajak seorang teman untuk bermain bersama di dalam satu bilik. Tujuannya, saling berbagi soal cara memasang gliter dan tulisan bermacam-macam bentuk (baca: aneh-aneh). Manfaat sampingan, bisa patungan bayar ongkos warnetnya. Itu loh, yang tampilan tarifnya bergambar lumba-lumba berenang. Inget, kan?
Saya pun penasaran, apakah Si Otong punya akun Friendster juga? Menyenangkan rasanya kalau saya bisa memantau apa yang dia pikirkan dan lakukan di media sosial. Saya pun berencana mencari akun Si Otong di Friendster.
Gengsi mencari akun doi di warnet karena takut dicengcengin teman satu bilik, saya pun mencarinya di rumah. Lewat hape. Hape saya waktu itu bermerk Siem*ns, foliponik dan bisa mengakses jaringan GPRS. Waktu itu belum ada 3G apalagi 4G, Coy!
Tampilan Friendster di hape saya saat itu mirip seperti tampilan internet era hape foliponik pada umumnya. Warnanya cuma putih, semua tombolnya berwarna abu berbentuk kotak. Kadang kalau koneksi lemot, tampilan kotak-kotak itu jadi berantakan dan super aneh. Walhasil, saya pun harus reload berkali-kali.
Di halaman beranda Friendster melalui tampilan hape, ada dua boks yang bisa kita tulis. Pertama, boks untuk menulis shoutout (semacam status di Twitter dan Facebook). Kedua, boks pencarian. Didorong oleh api asmara yang berkobar-kobar kayak obor persami pramuka, saya pun buru-buru mencari namanya di boks pencarian. Karena koneksi tiba-tiba putus dan ternyata pulsa saya habis, pencarian akun doi pun gagal. Maklum, saat itu biaya internet termurah masih Rp1,- per kilobyte.
Esoknya, ketika saya pergi ke sekolah, salah satu senior yang dekat dengan saya (sekaligus informan terpercaya tentang Si Otong) tiba-tiba ngecengcengin saya. “Adeuh, Asmi… shoutout kamu…”. Begitu. Tiga kata doang ditambah kata ‘Adeuh’ alias ‘Cie’ versi bahasa Sunda. Begitu saya masuk ke kelas, beberapa teman sekelas yang juga punya Friendster melontarkan empat kata yang sama. “Adeuh, Asmi… shoutout kamu…”. Begitu terus sampai guru matematika killer masuk kelas dan ngelempar kepala saya pakai kapur lantaran belum ngerjain peer.
Saya pun penasaran. Emangnya shoutout saya kenapa? Perasaan, postingan terakhir di beranda bukan shoutout deh, tapi foto dengan frame bunga warna-warni bertuliskan ‘happy birthday’ (padahal nggak lagi ulang tahun). Lewat hape teman sekelas, saya pun membuka profil sendiri di Friendster. Ternyata, tertulis nama lengkap Si Otong di shoutout terakhir saya. Nama asli, tentu saja.
Goblok! Berarti semalam saya salah menulis nama dia, bukan di kolom pencarian melainkan di kolom shoutout. Alih-alih menyalahkan koneksi internet yang lemot, pada akhirnya saya harus mengakui kalau kejadian ini menandakan ketololan saya yang hakiki. Saya nggak bisa membayangkan berapa banyak orang yang membaca shoutout saya itu, yang sekaligus menjadi sarana buat Si Otong il-feel-tot alias ilang feeling total sama saya.
Ah, mengingat cerita cinta monyet sendiri selalu menyegarkan pikiran. Tanpa sadar, saya pun jadi cekikikan sampe ingus muncrat ke bantal. Tiba-tiba saja saya penasaran kembali dengan Si Otong. Malam itu saya pun menelusuri akun instagramnya. Rupanya dia kerja di Jepang sekarang. Beberapa postingannya berbentuk video, dan di dalam video itu dia menyanyikan lagu sambil bermain gitar. Alamaoy sambalado… makin merdu aje suaranye! Serak-serak bercengkok mirip vokalis J-Rocsk dioplos Armada gitu. Kalau bikin lagu, mungkin judulnya Kekasih Ceria yang Tak Dianggap.
Dalam video-videonya dia menyebutkan sebuah nama. Nama junior masa SMP yang dia jatuhi cinta saat ini.
Tentu saja nama junior itu bukan saya.
Dia adalah teman sekelas saya saat saya menduduki kelas sembilan dan Si Otong sudah jadi alumni.
Yah… dunia begitu sempit, Bung.
Tumblr media
Tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti lomba “Kuingin Hilang Ingatan” dari web Dagelan. Apabila senior yang bersangkutan merasa kesinggung, mohon maaf saya nggak maksud apa-apa, cuma ikutan lomba. Maaf ya Akang dan pacarnya, semoga langgeng terus. Peace, hehehe.
Sumber foto: kapanlagi.com
0 notes
webbudi · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Kompetisi Blog & Video Animasi #FestivalLiterasiZakatWakaf2019 Berhadiah Total 81 JUTA Rupiah (Info cek WBinfohadiah.blogspot.com) #new #info #newinfo #kontes #lomba #kontesvideo #lombavideo #videochallenge #videocompetition #kontesblog #lombablog #blogcompetition #kompetisiblog #blogcompetition2019 #hadiah #wbinfohadiah #webbudicom https://www.instagram.com/p/B1fyxCtg_W8/?igshid=1ghkkvwydb6q9
0 notes
webbudi · 5 years ago
Photo
Tumblr media
Kontes Blog #NabungBuatKonser Berhadiah 6 Tiket konser Super Kpop Festival Indonesia 2019 , Fujifilm Instax Square SQ6 dan 5 Voucher Belanja MAP (Info cek WBinfohadiah.blogspot.com) #new #info #newinfo #kontes #lomba #kontesblog #lombablog #blogcompetition #kompetisiblog #blogcompetition2019 #hadiah #wbinfohadiah #webbudicom https://www.instagram.com/p/B1WRtBIg6O5/?igshid=t5c5zzrm2wpp
0 notes
webbudi · 7 years ago
Photo
Tumblr media
WEBBUDIcom (Kontes Blog Ramadan Mudik Asik Pakai Motor Berhadiah Uang 2,5 Juta) Deadline 17 Juni 2018 - Cek Bacaan Lengkapnya Di Situs WebBudi #new #info #newinfo #kontes #lomba #berhadiah #kontesblog #lombablog #blogger #kontesmenulis #lombamenulis #writing #writingcompetition #blogcompetition #blogcompetition2018 #blogcontest #kompetisiblog #moladin #webbudi
0 notes