#khaathirahUmmiyya
Explore tagged Tumblr posts
Text
Sejauh mana kamu mengizinkan prasangka buruk memperkeruh jalinan persahabatan?
- di hati dan pikiranmu, kuncinya.
***
Aku tertegun, mendengar ulang saran dan nasihatnya. Ia temanku, aku mengenalnya sebagaimana iapun mengenalku. Kami berteman baik.
Sebagai teman, diri tentu mengenalkan orang-orang baru yang turut hadir mewarnai hidup. Bersama mereka yang sudah lebih dahulu ada, kurasa pastinya akan memperkaya warna dan cahaya di hidup kita. Once salah satunya redup bahkan hilang, kita tetap bisa berdiri tegak bersama cahaya lainnya yang tersisa. Begitu simpulku tentang pertemanan.
Pastinya kita tak bisa menjamin semua sahabat ini bisa selalu stay bersama kita. Akan selamanya menjadi sefrekuensi, dengan segala kondisi dan perubahan fase-fase hidup yang masing-masing kita jalani. Tiap kita punya dunia sendiri. Dan di dunia ini, tiap waktu punya tokohnya tersendiri. Dan it's okay dengan datang dan pergi. Kita hanya perlu menjalani apa dan siapa yang ada saat ini dengan mindful dan bahagia. toh? 🤗
***
Ya, dia sahabat lamaku. Dua penggal vn ia kirimkan, menyampaikan pendapatnya tentang pertemananku yang baru. Katanya, kayanya ga bakal bertahan. Karena seasonal~
Aku menghela napas agak berat. Jujur, berat buatku menerima pendapatnya itu. Seolah bisa meramalkan gelapnya masa depan yang padahal belum tentu terjadi. Aku tertegun di pojokan, bulir air mata tak bisa kutahan.
Otakku berpikir keras, menganalisa semua kemungkinan yang bakal terjadi di pertemanan baruku ini. Hatiku menerjemahkannya dalam bentuk emosi, dominannya takut, takut kehilangan. Juga menyesal, sebab telah memulai. Dan pastinya sedih, ada banyak sekali kesedihan yang kemudian terpanggil lagi. Banyak... banyak sekali 😭
Lagi, aku menghela napas berat.
Dia sahabatku, dan tak memberi saran apapun selepas ramalannya itu. Membiarkan aku kalut dengan pikiran dan rasaku sendiri. Ya, sendiri.
Aku berantakan, lagi.
Aku meminta izin tuk istirahat. Jujur kepala sakit sekali rasanya, dan hati tak lagi terkondisi. Kuakhiri percakapan whatsapp malam itu.
Kucoba pejamkan mata, tak bisa!
Pikiranku mengajak kembali berkelana ke masa lalu. Tentang bagaimana aku bertemu teman baruku ini. Yakinku, aku tak sedang memaksakan sesuatu di pertemanan baru ini. Semengalir itu, apa adanya~ aku cukup lega.
Sesekali pikiran negatif menyelinap lagi, mengacaukan segala trust pertemanan yang sudah dijalin rapat. Jujur, hampir tak pernah ada konflik dengan teman terbaruku ini, tapi kenapa diri mengizinkan orang lain hadir memberi pandangan tentang apa yang sedang diri jalani? Siapa sebenarnya yang lebih tahu, kita yang menjalani atau mereka yang kita mintai pandangannya?
Pastinya kitalah yang tahu persis apa yang sedang kita jalani. Bahkan tahu alasan kenapa kita menjalani semua keputusan-keputusan di hidup kita. Tak sampai situ, tentunya kita pun sudah mengantisipasi segala kemungkinan dan konsekuensi yang mungkin menyertai tiap apapun yang kita lakukan. Sungguh tak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.
Hiburku pada diri sendiri.
Perkara hati memang berat, tapi melogika segala rasa semoga membuat jiwa tetap mindful menjalani seluruh alur ceritanya.
Pesanku pada diri tuh gini:
kita boleh meminta pandangan orang lain yang juga kita percaya, tapi sebelum itu percayalah utuh pada intuisimu sendiri.
Pada kemampuan diri, tuk menjalani segala alur cerita dengan sebaik-baik sikap.
Sebab pertemanan itu ya hanya perlu dijalani. Sebahagia mungkin. Selagi relasi kamu rasa membuatmu tumbuh dan bahagia, you are in the right circle! Teruskan saja dan jangan biarkan prasangka mendominasi hubungan. Apalagi prasangka orang lain di luar dirimu!
Hubungan apapun, seindah apapun akan amat mungkin keruh, jika sering dihinggapi prasangka. Jalani saja dengan bahagia dan logikakan rasamu!
2 notes
·
View notes
Text
Hei kamu!
Jika ada kesempatan buat kita bertemu dan saling berpesan, ada satu hal yang kuingin engkau mengajarkannya padaku;
Bagaimana caranya mencintai dia yang tak mencintai kita? Bahkan lebih buruk dari itu, mencintai ia yang terang-terangan menyampaikan kebenciannya pada kita?
Bagai disambar petir, kan, rasanya?
Tapi hati kita unik, ya? Masih aja mencoba. Meski jatuh. Coba lagi, jatuh lagi. Tak terhitung berapa kali akhirnya engkau jatuh hingga patah berkeping saat itu.
Dan kamu tak berubah.
Masih dalam senyum dan sapa yang sama~
Bagaimana aku tak tertawan karenanya?
Hatimu unik, lapang dan amat elegan.
Bisa tersenyum meski sakit. Selalu tertawa meski berkali-kali kuacuhkan, enggan.
***
Kukira aku gigih dan pantang menyerah.
Memang, tuk urusan capaian materi dan hal-hal yang tak terkait rasa, mungkin aku bisa. Tapi soal rasa?
Lihatlah, pada akhirnya aku menyerah, kan?
Setelah berkali-kali kumencoba. Meski entahlah aku bisakah? 😭
Pernah sebertahan itu juga, persis sepertimu. Pernah sekuat itu juga, persis kuatnya hatimu. Pernah sememaafkan itu juga, persis luas maafmu.
Oh, tapi aku jadi ingat sesuatu,
Ada satu tatap kecewamu yang pada akhirnya tak bisa kau sembunyikan, di saat itu engkau mulai berubah. Kehilangan daya dan kekuatan dirimu yang seteguh itu, akhirnya;
Saat kamu melihat sudah tak lagi terbuka peluang untuk hatiku.
Hmm, baik.
Aku mengerti, pasti berat ya?
Maafkan aku.
Meski aku akan belajar, bagaimana menikmati semua rasa sepahit apapun itu. Dunia ini, tak selalunya berjalan semau kita, kan?
Maafkan aku.
0 notes
Text
Jika experience hidup membawaku pada sebuah kesimpulan negatif tentang aku memandang duniaku..
Apa yang harus kulakukan?
~aku yang sedang berusaha mengenali bahagia dan keberhargaan diriku.
Bukittinggi, 170424
0 notes
Text
Apakah aku layak dicintai?
- tanyaku pada hati.
Sesudutnya meragu. Mengenang diri dan segala ketidaksempurnaanya. Apakah ada yang menerimaku? Adakah yang berkenan menemani perjalananku?
Aku tertegun. Bulir air mata menitik perlahan tanpa bisa kutahan. Jika sudah rasa ini yang hadir lagi, hilang sudah dayaku. Padahal hidupku baik-baik saja. Amat sangat baik-baik saja.
Wait, apakah aku baik-baik saja?
Ujian apa yang sedang Allah titipkan ke kita? Nyaris tak ada. Badan sehat, anak-anak sehat, keluarga aman, semuanya alhamdulillah. Hanya perasaan sepi yang berulang kali menyapa, di tengah ramainya hari.
Kamu pernah merasakannya?
Sepi. Padahal di sekitarmu ramai sekali? 🤷♀️
Suara langkah mungil anak-anak. Teriakan mereka yang menggemaskan. Dua hal yang hampir tak pernah henti meramaikan hari? Aku sungguh punya mereka. Ramai, ramai sekali di sini.
Tapi, kenapa masih terasa sepi?
Kuhela napas panjang, di antara hal berat yang selalu menghampiri hariku -bahkan sejak kecil dulu- ini, sepi. Sepi yang tak terdeskripsikan alasannya. Tapi, itulah yang terasa.
Kamu tahu kenapa?
Tanyaku. Pada siapa lagi, melainkan ke diriku sendiri.
Hmm, mungkin karena memang sejak kecil terbiasa sendiri? Menghadapi jahatnya dunia dalam sendiriku. Saat hati ingin menceritakan segenap rasa sakit dan kecewanya, kutahan. Kuabaikan dan memilih diam. Kukira menceritakannya hanya akan menambah rumit. Kurasa mengalirkan isi hati takkan merubah kondisi. Ibarat nasi sudah menjadi bubur, percuma. Meski padahal, jika kubercerita pada koki handal, dia amat mungkin bisa menyulapnya menjadi bubur ayam kan?
Ntahlah, kecil-kecil dulu, kita bahkan tak tahu alasan kita memilih melakukan or tak melakukan sesuatu. Tak punya kuasa juga. Banyak hal yang tak kita tahu. Tapi pastinya tak ada kata terlambat untuk terus belajar. Belajar mengenali dan menyelami diri sendiri.
0 notes
Text
▪︎ MIMPI ▪︎
[Part 1]
Entah sejak kapan persisnya, diri berkawan mimpi.
Mimpi yang kebanyakannya buruk mencekam. Meski kadang juga berwujud bunga tidur, indah, tenang-menyenangkan~
Katanya, tidur terbaik nan berkualitas itu justru saat kita tak bermimpi. Bahkan meski itu mimpi baik. Tidur yang dalam kondisi deepnya~
Memang, dari banyak mimpi buruk sebabnya karena tertidur. Kecapean syekali hingga tepar dan tak prepare untuk tidur dengan baik. Tidak berwudhu, tak mengibas alas tidur dan belum sempat membaca doa tidur. Ya, wajar kalau jin mengganggu sebab pagar perlindungannya tak ditegakkan, hihi.
Tapi yang bikin kesal adalah sekali si jin masuk di mimpi -yang literally sampai 3 hari berturut-turut mimpi buruk yang sama terulang- sejak itu rasanya mudah sekali doi mengganggu aktivitas tidurku, bahkan meski sudah menyempurnakan adab tidur sebelumnya 😭
Seperti kejadian saat di pondokan dahulu,
Aku terbangun dengan napas tersengal. Sekujur badan sakit dan pegal-pegal. Kejadian di mimpi barusan sekejap membayang, melintas-lintas di ingatan. Ya, waktu itu mimpi buruk. Mungkin mimpi buruk perdana selama di pondokan. Atau bisa jadi bukan benar-benar perdana, melainkan mimpi paling drama yang pertama kalinya diri rasakan di pondokan. Wallahu a'lam persisnya~
Mimpi misterius saat itu bahkan membangunkan diri dalam kondisi terisak, banjir air mata. Setengah histeris sampai musyrifah (guru pembina asrama) kami datang mengecek kondisi.
Keringat bercucuran, seiring air mata yang juga ngucur. Dada berdegup kencang dengan sekujur badan sakitttt, persis seperti habis merasakan yang terjadi di mimpi saat itu. Padahal itu tidur siang yang amat sangat singkat sekali waktunya disediakan pondokan.
Melihat kondisi diri, musyrifah kami inisiatif mengambilkan segelas air minum, lalu mengingatkan diri tuk membaca zikir, dan doa lagi jika ingin melanjutkan tidur siang. Kuturuti~
Kubaca istighfar dan membaca doa tidur, sebab meski sakit dan ngos-ngosan, mata masih lagi berat, mengantuk dan letih sekali rasanya. Hingga akhirnya tertidur lagi.
Bertemu di ruang, waktu, tokoh dan mimpi yang sama. Terjadi lagi, kedua kali. Aku tersentak, lagi.
Kali ini isaknya lebih kencang. Musyrifah kami prihatin dan akhirnya menemani, dengan murattal yang beliau putarkan. Kucoba pejamkan mata setelah melafalkan zikir yang biasa kami baca saban pagi-petang agak lengkap, hingga tertidur lagi dan kembali bermimpi. Mimpi yang sama~
Kali ketiga ini aku menjerit. Sakitnya tak terdera rasanya, sebab sudah kali ketiga merasakan hal sama, berulang. Hilang sudah rasa kantuk, tersisa sakit sebadan dan ngilu hingga tulang. Kucoba duduk saja sambil menjaga kesadaran hingga jelang ashar, kapok tidur lagi.
Begitulah saking misteriusnya drama tidur ini, doapun sudah tak mempan lagi.
Dan ini baru satu dari jutaan pengalamanku bersama mimpi. Kubilang di antaranya ada yang indah, tenang dan menyenangkan. Dan biasanya itu memang petunjuk atau berujung jadi kenyataan, syukurnya~
Sebagaimana diri pernah bermimpi dapat warisan rumah megah dari tokoh ikhwanul Muslimin Mesir, pernah mimpi umrah lalu bertemu Ka Maryam Afifah, bahkan pernah mimpi haji dan bertemu Ammah Lina shohib di Mesir dulu 😍
Syukurnya, sejauh ini dan semoga begitu seterusnya, yang menjelma jadi nyata hanya yang baik-baik saja.
_______
*bikin ini setelah semalam kembali dihantui mimpi buruk. Gangguan yang berulang kali, terbangun-tidur-mimpi-terbangun-tidur-mimpi, meski kejadiannya tak sama persis, tapi lagi-lagi bikin diri tak bisa benar-benar mindful dan menikmati istirahatnya tubuh ini 🥲
Alhamdulillah 'ala kulli hal~
0 notes
Text
Menurutmu, apakah memosting moment kebersamaan dengan keluarga di medsos saat Hari Raya itu adalah hal tepat?
Kadang, diri berpikir... Apakah kita ndak bisa 'manenggang' kawan yang qadarallah baru saja kehilangan anaknya sebab sakit? Atau sahabat yang ditinggal wafat ayahanda tercinta, hingga tak lagi bisa berlebaran bersama? 😭😭😭
Kadang, memikirkan itu rasanya tak setega itu ikut meramaikan medsos dengan foto keluarga, meski pastinya kita memosting bukan niat menyindir or membuat sedih kawan-kawan yang tak lagi lengkap anggota keluarganya.
Kita hanya sedang mengabadikan kenangan~
Membaginya agar mudah diakses keluarga lainnya. Juga agar keluarga serta teman-teman yang tak bisa kita sambangi satu persatu, tahu kondisi terbaru kita. Ya, semacam memberi kabar pada banyak orang, meminta maaf lahir batin sekaligus agar didoakan banyak kebaikan untuk kita..
Niatnya hanya itu saja sebenarnya, bukan pamer sarimbitan. Hanya mengabadikan kenangan mudik yang jarang-jarang banget, sekali setahun mungkin?
Juga mengabarkan dan menitipkan doa pada teman-teman di dunia maya~
Ohya, ada satu lagi lebih penting; syiar kemeriahan Hari Raye.. Toh ini harinya Umat Muslim, kan? Kita tentu perlu turut andil menyiarkan kemeriahan dan bahagianya.
Tinggal, saat sedang dalam kondisi tak ideal, hingga memilih tuk tidak memosting potret kebahagiaan, pandai-pandailah kita melihat sudut pandang teman-teman yang 'membagikan' momen bahagianya.
Sebab, jika tak ada yang membagikan kebahagiaan, syiar Hari Raya Islam yang pastinya jadi syepii sekali rasanya, seolah tak ada yang merayakannya~
Apapun kondisimu, berbahagialah di Hari Raya kita. Undang banyak kesyukuran hadir, untuk nikmat-nikmat yang pastinya masih banyak syekali bisa kita rasa. Hilang satu nikmat, jangan sampai membutakan mata dan mengelukan lisan syukur atas nikmat yang lainnya, ya~
Berharap dengannya Allah gantikan yang hilang dengan yang lebih berkah dan membahagiakan jiwa kita~
*Peluk teman-teman yang menjalani hari bahagia, tapi sejumput sedih dan kerinduan hadir juga menyapa, I feel you 😭😭😭
Hanya pesanku, jangan sampai itu mengurangi kadar bahagiamu. Nikmat Allah sangat banyak (harusnya) takkan bisa henti kita syukuri..
"Sungguh jika kalian bersyukur, betul akan kami tambahkan (nikmat kami) tuk kalian..."
(Penggal Surat Ibrahim: 7)
Selamat Berayeee ya, Manteman semuanya 😍
Taqabbalallahu minna wa minkum shaalihal a'maal,
Mohon maaf lahir batin juga, ya!
'Eiidukum Sa'iied, 'Eidukum Mubaarak! 😍❤
1 note
·
View note
Text
RUANG RASA; Sebuah cara mengamati dan memeluk diri sendiri.
Dari dulu, sejak kita kecil-kecil dulu kita suka sekali berteman dengan pena dan buku. Mengurai kusutnya pikiran, merapikan riak-riak hati yang berserakan.
Ada banyak hal yang bisa kita goreskan, tanpa khawatir penilaian orang-orang. Karena tulisan itu tersimpan rapi di diarynya kita.
Nyaman sekali, saat bisa menjadi diri sendiri, seapaadanya.
Sampai semua berantakan saat teman sekamar dengan tak merasa bersalah membuka lembar kisah goresan tangan kita.
Ingat rasanya?
Kesal!
Ruang privasi kita dicongkel maling!
Alih-alih kita omeli dan menimpuki si maling, kita malah ambil sebuah keputusan besar nan fatal: membakar semua cerita hidup dengan detail alurnya.
Kita menyesal, kan?
Tak pernah mengizinkan versi tak sempurnanya kita diketahui orang-orang? Padahal kita manusia biasa, dan semua manusia punya salah alpanya. Tak masalah selagi kita terus berbenah, jadi versi lebih baik.
Ceritakan jatuhmu demi jutaan orang tahu, cara terbaik bangkit dari jatuh itu.
Ceritahkan patahmu demi jutaan orang tahu, cara terbaik tumbuh di tengah patah itu.
Ceritakan apapun, selagi kamu menemukan hikmah di tiap gulir peristiwa dengan rasanya yang menyerta.
Dengannya, kamu tak hanya sedang memeluk sendirimu. Tapi moga juga memeluk banyak manusia dalam kesendiriannya~
Ayo nulis lagi, lebih panjang lagi.
Tanpa perlu khawatir mereka memandang apa tentang diri
yang memang tak sempurna ini 🥰
____________
Bismillah, soft launching Tumblr ya, Manteman. Setelah sebelumnya punya blog tapi malah mentok di tata letak. Aku ndak pen bikin jurnal estetik, cuma pen menulis aja yang panjaaang. Moga ini keputusan tepat ya. Di IG terbatas soalnya dan harus mikirin pasang gambar apa ya? 🤣🤣🤣
Officially tayang linknya di profil IG kalau udah berhasil melewati tantangan #30harimenulis, in sya Allah 😁
#softlaunchTumblr#welcomingTumblr#SebuahProlog#BTSNulis#khaathirahUmmiyya#Whynulis#cintaliterasi#DuniaLiterasiUmmiyya
1 note
·
View note