#kehamilanektopik
Explore tagged Tumblr posts
Text
Kehamilan Kedua
Heu.. dua puluh bulan pernikahan, Barakallah.
Cerita kehamilan dan persalinan pertama masih ketumpuk di kepala, belum dituliskan. Nanti dulu, ada cerita lain yang lagi pengen saya bagi. Semoga menjadikan pengalaman dan pelajaran yang bisa dipetik hikmahnya..
Awal bulan Desember, perut saya sakit. Rasanya seperti nyeri haid di perut bagian bawah pusar. Dan saat itu saya memang sedang haid (haid pertama setelah nifas dari kelahiran anak pertama). Tapi sakit perutnya masih saya abaikan, ah paling ini nyeri haid biasa, apalagi masih awal-awal setelah lama nggak haid. ASI pun masih lancar, nafsu makan juga nggak berkurang, aktivitas ini itu seperti biasa juga enjoy aja (ya beberes rumah-belanja-masak-ngurus anak, dll).
Setelah pekan pertama. Enam hari haid dengan kondisi nyeri perut yang sakitnya datang pergi, kemudian haid berhenti sekitar delapan hari. Setelahnya saya haid lagi. Dan saya ngga begitu perhatikan siklus yang ngga teratur begini, lagi-lagi mikirnya udahlah paling karena masih haid pasca nifas, palingan belum teratur.
22 Desember 2018. Karena positif thinking nya ya udah begitu aja, saya dan suami berangkat ke jawa tengah sesuai planning karena udah jauh-jauh hari nyiapin tiket kereta dan segala persiapan kita liburan.
25 Desember 2018. Ketika menikmati liburan, nyeri perut nya muncul lagi. Bahkan yang sekarang nyeri nya lebih hebat. Semakin naik ke semua bagian perut. Lagi-lagi yang muncul cuma perasaan menyepelekan, mungkin karena telat makan, jadinya sakit itu makin bertambah.
26 Desember 2018, 9 pagi. Sampai di suatu waktu karena sakit yang luar biasa hebat, suami kekeh bawa saya periksa. Cek jadwal dokter obgyn (karena saya punya riwayat SC, kepikirnya pergi ke obgyn) dan semua full pasien. Semua dokter sedang cuti pasca natal. Iya, ini kan di kota kecil, praktik dokter tidak sebanyak di kota-kota besar. Mau ngga mau harus pergi ke IGD dan cek problem di perut saya. (hiks, baru muncul rasa was-was ada apa nih..). Rasanya makin mual ketika ada makanan yang masuk. Saya cuma bisa berbaring untuk nyelimur rasa sakitnya.
1 siang. Saya ditemani suami dan budhe yang pensiunan perawat berangkat ke IGD RSI Fatima Cilacap. Saya diminta berbaring, perut saya langsung diperiksa pake stetoskop gitu, di teken-teken dikit, dan langsung berasa sakit di bagian kiri bawah. Ya Allah, ini kenapa? Si Dokternya bilang sepertinya ini gastritis, insayaallah bukan masalah rahim. Alhamdulillah, saya masih bersyukur banget denger itu, karena sebelumnya saya udah dapet statement penguat dari budhe sepertinya ini maag, bukan problem yang begitu serius, minum obat InsayaaAllah sembuh.
Dokter jaga IGD tetap menyarankan untuk USG, supaya terjawab apa problemnya. Dirujuk lah ke poli obgyn, sempet antri dua jam dengan menahan rasa sakit yang sudah ngga tau gimana jelasin nya (hiks), dan kepikiran ninggal anak di rumah, akhirnya saya kebagian pemeriksaan. Seperti biasa, kami sampaikan keluhan dan riwayat awal mula nyeri perut, siklus haid, dan riwayat lahir anak pertama beberapa waktu lalu.
4 sore. ‘Ibu USG dulu ya’ kata dokter. Ketika di USG, terjawab sudah semua keluhan. Bukan maag. Kami perhatikan monitor USG, rahim saya sudah penuh dengan air (istilahnya air, padahal itu darah). Iya, pendarahan di dalam rahim akibat Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), kehamilan di luar kandungan. Kaget sambil nahan sakit, kepala langsung berat banget, tangan berasa dingin, dan lemes. Astaghfirullah. 'Ibu, ini harus segera ke lab dan cek PT, saya yakin ini positif hamil, tapi dengan kondisi yg seperti ini harus segera tindakan, janin harus diangkat'
Saya hamil? Kan kemarin haid, dok?
Bukan, itu bukan haid. Itu pendarahan akibat kehamilan di luar kandungan. Dan darah yang keluar itu sudah alarm dini atas kondisi di dalam rahim. Saya buru-buru menuju lab dengan suami yang selalu on di samping saya sejak berangkat ke IGD. Hasilnya positif, saya hamil. Ini berita menyenangkan, tapi saya ingin menangis sejadi-jadinya. Ya Allah, berikan yang terbaik, yang terbaik. Begitu saja kalimat yang saya ucapkan dalam hati. Berjalan kembali menuju poli, pandangan saya mulai kabur. Jangan sekarang kalo mau pingsan, tahan, tahan dulu sampai di ruangan. Saya shock! yang tadinya saya berasa kuat, mendengar kabar itu kepala jadi berat tak karuan.
Mendengar kabar janin harus diangkat, saya masih berasa linglung, belum pernah berhadapan dengan hal semacam ini, ngga sempat diskusi ini itu dengan suami, kondisi saya yang pucet, dingin, dan sempat pingsan, akhirnya dokter langsung menyarankan operasi malam itu juga (pertimbangan pendarahan yang makin menjadi). Ternyata usia kehamilan nya sudah lima minggu,bukan waktu yang sebentar, dan luar biasanya si janin tetap tumbuh di saluran tuba. MasyaAllah.. Keinget surat ali imran jadinya
“Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS Ali Imran:6
Iya udah gitu, pasrah. Mencoba kuat dengan dzikir dan doa. Kalo memang yang terbaik adalah dengan operasi KET, maka harus.
Dari RSI Fatima, saya kembali dirujuk ke IGD kebidanan RSUD Cilacap. Ini pertama kalinya, dan suami menguatkan saya untuk banyakin istighfar, doa, ikhlas. Ya Allah belum ada jangka waktu satu tahun, tapi Allah sudah ijinkan saya masuk ruang operasi lagi.
Menjelang Maghrib di IGD Kebidanan. Bidan dan perawat langsung menangani saya, pasang infus, kateter, tensi otomatis, dan selang oksigen. Pasrah lagi, cuma itu yang bisa saya lakukan. Dengan BB saya yg termasuk dibawah rata-rata (42kilo), perawat lumayan kerepotan pasang jarum infus. Saya ngerasain empat tusukan jarum di tempat yang berbeda, salah satunya sempat pecah karena shock. Qadarullah. ‘Ibu bilang ya kalo ada keluhan, dokter masih ada jadwal operasi, mungkin sekitar setengah jam ke depan’
Suami saya menghampiri, saya melihatnya, ada banyak kata yang kelu untuk disampaikan, berat menyampaikan padanya terlebih dulu. Dia melihat saya, dan bilang, “ngga apa-apa sayang, bismillah ya”. Saya sembunyikan tangisan dalam hati, bukan saatnya jadi rapuh, dia sudah yakin saya kuat menghadapinya. Saya cuma bilang, Sadiid ya Mas. (anak saya yang pertama).
Setengah tujuh sampai jam 9 malam. Masuk ruang operasi, dan keluar sekitar dua jam kemudian. Sakit luar biasa itu berganti sakit pasca operasi, sama-sama nyeri tapi ngga sehebat nyeri di awal. Kaki mati rasa, tenggorokan kering, dan bertahan dengan peralatan yang sama sebelum masuk ruang operasi. Dokter bilang pendarahan di dalam sudah mencapai kantong ukuran 500cc. Dan qodarullah, saluran tuba sebelah kiri saya pun harus di potong karena ruptur (robek/pecah) karena ukuran janin yang membesar di dalam saluran yang kecil. Alhamdulillah ngga sampe transfusi darah, tapi tetep yaa.. operasi apapun pasti beresiko.
Dini hari. Kaki saya mulai bisa gerak, kata perawat tekanan darah sudah mulai normal. Saya dapet kabar dari rumah kalo Sadiid ngga mau minum susu formula, jadi saya harus pumping ASI meskipun untuk duduk pun belum bisa. Sejak itu saya pumping ASI paling tidak 2-3 kali sehari. Alhamdulillah Allah masih mudahkan semuanya, dan kabar baiknya, Sadiid ngga begitu rewel dititip ke adik-adik saya selama saya menginap di rumah sakit. Ah, kangen nge-gendong, cium pipinya, mandiin, nyuapin, kangen semuanya. Tapi saya harus bersabar dengan pemulihan pasca operasi ini.
29 Desember. Saya diperbolehkan pulang, dengan membawa pesan dokter yang sudah pasti harus dilakuin untuk pemulihan. “Makan protein yang banyak, minum air putih, banyak aktifitas ringan seperti jalan pagi, dan setelah pulih, coba diskusikan untuk segera pasang KB ya”
Kami catat semua itu. Saya lega bisa pulang, rumah sakit membawa suasana yang kurang nyaman.
Saya langsung flashback ke belakang, ambil poin hikmah nya bareng suami. Ada rasa penyesalan yang kami rasakan karena pasca SC anak pertama, kami tidak menyegerakan program KB. Bukan tidak mau, lebih memilih untuk menunda menggunakan. Ternyata Allah berikan cerita istimewa seperti sekarang ini. Untuk kasus KET sendiri sebenernya termasuk langka (10% dr berapa persen kondisi kehamilan), dan penyebabnya pun berbeda. Hanya saja KET dengan pendarahan harus segera ditangani. Ah, sebulan lalu, saya masih ‘merasa’ kuat naik turun tangga, bersepeda, gendong Sadiid, jalan kaki sana-sini, padahal sedang mengantongi darah dalam perut secara perlahan. Allah Maha Baik menghadirkan semua ini.
5 notes
·
View notes
Photo
@Regranned from @sensitif_id - Suatu kondisi dimana sel telur yang sudah dibuahi tidak mampu menempel atau melekat pada rahim, namun melekat pada tempat lain, dikenal dengan kehamilan ektopik/ kehamilan di luar rahim. Terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Sekitar 98% kasus kehamilan ektopik terjadi di tuba falopi, sehingga kadang disebut tubal pregnancy. Jika tidak segera ditangani, bisa saja membahayakan kesehatan Bunda. Kemungkinan janin untuk bertahan hidup, sangat kecil. Penyebab: - Hamil pada usia 35 tahun atau lebih - Merokok - Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya - Pernah operasi panggul atau perut sebelumnya - Riwayat penyakit radang panggul - Riwayat penyakit menular seksual - Penggunaan kontrasepsi IUD - Infeksi di tuba falopi Gejala: Mual muntah disertai rasa sakit, lemas, pusing, bahkan pingsan. Kram perut yang tajam. Sakit pada bagian leher, bahu, dan atau anus. Perdarahan ringan pada vagina. Rasa tidak nyaman saat buang air kecil maupun buang air besar. Note: Sekitar 12% wanita akan kembali mengalami kehamilan ektopik, jika sebelumnya pernah mengalami kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik tidak selalu dapat dicegah, tapi Bunda dapat mengurangi isiko terjadinya kehamilan di luar rahim dengan menghindari faktor penyebab terjadinya kondisi ini. Seperti: Setia pada 1 pasangan. Berhenti merokok. #sensitifpedia #fromthismoment #kehamilanektopik #ektopik #kehamilan #sensitif #momtobe #pregnant #pregnancy #amazingmoment - #regrann
#sensitifpedia#fromthismoment#pregnant#pregnancy#kehamilan#momtobe#ektopik#regrann#amazingmoment#kehamilanektopik#sensitif
0 notes
Photo
Indahnya rumah tangga apabila di tengah-tengah kita hadir sang buah hati, akan tetapi terhalang dengan penyakit dan virus seperti: MIOM, PCOS, KISTA, KEPUTIHAN, HAID TDK TERATUR, KURET, KB, OBESITAS, TOURCH RUBELLA dll. Yuk konsultasikan segera kami akan membantu MENEMUKAN SOLUSINYA...!!! ====================================== #kehamilan #herbalkehamilan #solusikehamilan #kehamilanku #macamxkehamilan #masalahkehamilan #kehamilanterapi #kehamilansehat #programkehamilan #gangguankehamilan #teskehamilan #infokehamilan #indopregnancy #konsultasikehamilan #tipskehamilan #promil_id #penghambatkehamilan #solusipenghambatkehamilan #konsultankehamilan #kehamilanakurat #terapiherbalkehamilan #penyuburkehamilan #kehamilanbunda #kehamilanektopik #kehamilanpertama #kehamilansehatporis #kehamilansehatbee #kehamilansehatgroup #kehamilanibu
0 notes
Text
KB dan KET
Pasca Operasi KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) akhir tahun lalu, akhirnya link tentang masalah itu menumpuk di room history.
https://www.alodokter.com/kehamilan-ektopik
https://hamil.co.id/masalah-kehamilan/kehamilan-ektopik/kehamilan-ektopik-terganggu
https://hellosehat.com/penyakit/kehamilan-ektopik-hamil-di-luar-kandungan/
Link PDF. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjR9KWerN3fAhXJvo8KHYU-CsMQFjAGegQIBBAC&url=http%3A%2F%2Fwww.rp2u.unsyiah.ac.id%2Findex.php%2Fwelcome%2FprosesDownload%2F10595%2F4&usg=AOvVaw0CVXiIvNVWbFXOVb_qS3Gq
Dan link lainnya yang bisa diakses via google. Saya pilihkan saja yang mudah dibaca dan dipahami. Tentu, pernikahan sama dengan dekat dengan masalah seksual. Siapa yang tidak bahagia melihat dua garis merah setelah tes urin, hamil yang tidak menunggu waktu sampai berbulan-bulan atau bahkan hitungan tahun, dan tanpa masalah kehamilan lainnya. Hampir semua yang berstatus kawin pasti mendambakannya. Tapi tetap saja ada yang perlu dikontrol, atau malah mengontrol? dengan program KB itu. Menurut saya, program KB disediakan untuk dipilih, mau menggunakan atau tidak. Dan lebih baik atas pertimbangan ahlinya (Obgyn atau bidan). Jaman sudah berganti, makin menakutkan. Kadang ngga sadar apa yang kita makan, minum, hirup, aktivitas yang dilakukan ternyata mencederai jasad kita. Mengantisipasi itu semua, perlulah berkonsultasi. Eh tapi ada juga sih yang kelewat ngga rutin konsultasi (saya maksudnya.. ). Ceritanya ya seperti kemarin, SC di persalinan anak pertama mengharuskan rahim saya beristirahat sejenak, ditambah jahitan bekas perut di buka paling tidak membutuhkan waktu istirahat kurang lebih dua tahun lamanya. Dan melihat kondisi itu, program KB adalah pilihan. Menunda KB bukan berarti jadi penyebab munculnya Kehamilan Ektopik Terganggu, tidak sama sekali. Saya dan suami sampai jengah ketika berkali-kali harus berhadapan dengan pertanyaan itu. Dokter Obgyn pun tidak menyampaikan alasan khusus penyebab KET, karena memang sulit mendeteksi penyebabnya. KB itu digunakan untuk mengatur jarak kehamilan yang satu dengan berikutnya, dan meminimalisir risiko pembedahan (yang punya riwayat SC).
Adapun salah satu faktor risiko KET yang dinilai semakin meningkat dewasa ini adalah pemakaian alat-alat/ metode kontrasepsi. Ditinjau dari penelitian tahun 2001 dan 2011, pemakaian alat kontrasepsi dengan kejadian KET memiliki hubungan yang signifikan.”
Logikanya, justru menggunakan alat kontrasepsi meningkatkan risiko KET. Karena itu, kasus KET terkadang tidak bisa dideteksi dini dan dikatehui penyebab sebenar-benar penyebabnya. Kembali lagi, semua adalah campur tangan Allah, yang Maha Tau. Wallahu’alam.
1 note
·
View note