#kapitan dupa
Explore tagged Tumblr posts
cynameru · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media
co jeśli ty byś miała breloczek z catboy bombą... a ja breloczek z catboy torpedą... i obie byśmy były dziewczynami 😳😳😳
20 notes · View notes
crocincrocsart · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Gee, would you look at that, more fanarts of my favourtie shitshow
70 notes · View notes
nininmenulis · 6 years ago
Text
NININMENULIS.COM – Jika Anda sedang ke Tanjung Pinang maka sempatkan berkunjung ke kelurahan Senggarang. Senggarang terletak di Utara Teluk Riau yang merupakan kawasan pemukiman penduduk yang ada di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Seperti yang kita ketahui Tanjung Pinang terkenal akan kawasan pecinannya dan dipercaya sebagai tempat yang pertama disinggahi para pendatang dari Tiongkok sebelum menyebar ke pulau lainnya di sini. Dari situlah masyarakat setempat biasa menyebut tempat ini dengan Tua Po yang dalam bahasa Teo Chew berarti kota besar.
Sisi samping klenteng yang memperlihatkan akar-akar beringin
Di Senggarang sendiri budaya dan adat istiadat Tionghoa masih terasa sangat ketal, masyarakatnya masih menjalankan tradisi kepercayaan Kong Hu Chu, walapun pemeluk agama Kristen, Budha, Katolik, dan Islam banyak dijumpai di sini. Ini terlihat dari peninggalan sejarah Tionghoa yang terdiri dari 7 klenteng dan 2 vihara untuk ibadah umat Budha dan Kong Hu Chu.
Baca juga: Masjid Sultan Riau di Pulau Penyengat
Saat mengunjungi Senggarang jangan lewatkan untuk mengunjungi salah satu klenteng yang dilihat sekilas mirip Angkor Wat di Kamboja. Berada di klenteng ini tiba-tiba saya merasa seperti Angelina Jolie saat syuting Thomb Rider, eeeaaaakk.
Sudah mirip Angelina Jolie di film Thomb Rider belum? hahahaha…..
Sebenarnya kemiripan klenteng ini dengan Angkor Wat bukan dari segi ukuran tetapi lebih ke kondisi tembok klenteng yang terlilit akar pohon beringin raksasa. Klenteng ini bernama Tien Shang Miao yang oleh penduduk sekitar kerap disebut Vihara Pohon atau Bayan Tree Temple, kadang juga disebut Klenteng Beringin lantara bangunannya yang seolah-olah seperti di dalam Pohon Beringin. Klenteng ini berada hanya sekitar 5 meter dari bibir pantai. Dia berdiri di kawasan rumah penduduk kampung Boyan yang mayoritas adalah etnis Tionghoa. Tak jauh dari kawasan ini juga ada pasar, sekolah dasar dan lapangan yang jadi semacam alun-alun warga setempat.
Tampak depan klenteng yang dililit akar beringin
Baca juga: Merasakan Naik Bentor Berkeliling Pulau Penyengat
Menurut sejarah, klenteng ini dibangun pada tahun 1811 oleh Kapitan Tionghoa, Chiao Chen sebagai tempat tinggalnya. Setelah sang kapitan meninggal dan lama tidak dihuni, barulah masyarakat Senggarang menjadikannya sebagai tempat ibadah. Tidak ada yang tahu persis bagaimana ceritanya hingga bangunan tersebut bisa terlilit akar pohon beringin raksasa, bahkan ada yang mengatakan pohon beringin tersebut telah berusia 200 tahun dan bukan pohon sembarangan yang mudah untuk ditebang.
Meja Kursi dari batu yang berada di sisi samping klenteng
Berbagai mitos atau sedikit mistis kadang hadir, seperti meskipun setiap tahun akar pohonnya bertambah banyak namun sisi tembok yang sudah ratusan tahun tidak rusak juga. Ada juga cerita yang mengatakan pernah ada beberapa pejabat yang mencoba untuk merenovasi klenteng dengan memotong akar-akar pohon beringin yang melilitnya, namun usaha itu selalu gagal konon karena ‘penghuninya’ tidak mengizinkan. Namun apapun mitos dan cerita yang beredar tentang klenteng ini, hingga kini klenteng tersebut masih digunakan sebagai tempat ibadah. Hio terus dibakar. Tak hanya warga lokal, banyak turis domestik hingga mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Tiongkok yang datang berdoa dan meminta berkah. Mungkin suatu saat nanti kepopuleran Klenteng Beringin ini akan sama atau lebih popular dari Angkor Wat di Kamboja.
Tempat Menaruh Dupa
Meja untuk berdoa di dalam Klenteng Beringin
Interior Klenteng Beringin Bintan
Klenteng Beringin – Angkor Wat-nya Indonesia NININMENULIS.COM
0 notes
ejiebelula · 7 years ago
Text
Vihara di Pasar Glodok? Kedengarannya sih, biasa saja? Heem.. mungkin kamu akan mendapatkan sisi lain setelah berkunjung. Kisah Phoenix, burung penghantar do’a, patung penjaga daaaaann… Yuk, main ke Glodok! 😉
Tumblr media
Pintu masuk yang kami lalui ketika keluar. Doc Murni @indohoy
***
Main di Jakarta
Siapa sangka, Jakarta banyak menyimpan tempat wisata bersejarah. Atau saya yang kurang mengeksplore Jakarta? Huaaaa 🙀
Iya, jujur begitu. Karena lebih banyak main keluar kota kali yah? Ahhahah.. umm, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali kan? So, let’s playing around Jakarta. Come on!
***
Tumblr media
@nonafeli dan halte busway Glodok. Doc by Murni @indohoy
Suci, The Guide
Jakarta, kota besar yang tak pernah padam berkegiatan hingga macet, tapi selalu saja dikangenin. Kalau pergi main lama dan pulang yang jarang, rasa itu muncul. Ehh, ada sisi lain yang ternyata baru saya ketahui dari pertemuan dengan teman lama, setelah on air di salah satu radio yang kerap mengulik kisah para traveler itu.
Adalah Suci Rifani, menjadi guide kami, para wajah-wajah baru berjalan-jalan bersama di bulan September ini. Wajah baru, karena hitungannya jadi 2 kali kami bertemu. Kamal, Feli, Susan, Fajar dari Iradiojakarta dan Maggi dari HardRockFM. Ada Peter, sepupu Feli.
Suci mengajak kami kuliner dan mengitari seputar Petak 9. Kami mengunjungi Glodok, tempat yang saya tahu hanyalah berupa pasar, tanpa tahu ada apa di sekitarnya. Perjalanan yang membawa kesan buat saya ketika memulainya dari Jalan Kemurnian, depan halte busway Glodok.
Kendaraan mudah serta terjangkau dari tempat saya, naik transjakarta. Janji temu di IRadio, lalu melanjutkan, turun di halte Glodok.
***
Tumblr media
Vihara Dharma Bhakti Dibalik dinding. Doc by Murni @indohoy
Phoenix dan Patung Penjaga
Dari sekian tempat kuliner yang kami kunjungi dan cicipi, Vihara Dharma Bhakti, merupakan penutup wisata kota kami hari itu. Berada di ujung jalan bercat dinding berwarna kuning serta merah diatasnya. Kontras dengan warna langit biru cerah siang itu.
Jika melihat vihara, yang terbesit adalah dupa, do’a, merah, dewa-dewi dan keemasan. Itu saya, entah kalau teman-teman.
Tumblr media
Berlatar tempat berdo’a di vihara. Doc by @indohoy Taken by Peter
Kami masuk dari pintu samping, dimana terdapat kotak burung-burung di kiri pintu masuk. Kata Suci, burung-burung tersebut dipercaya bisa menghantarkan do’a dan keinginan kita kepada Sang Pencipta.
Begitu masuk, pandangan pertama yang terlihat yakni seorang bapak dan ibu yang memegang dupa, berdo’a di tengah halaman. Sebuah tempat beribadah berada tepat di hadapan dengan jajaran dupa tertanam dalam gentong di kiri.
Mata selanjutnya mengarah pada lampion-lampion merah yang menjadi warna pilihan di vihara ini. Berasa melihat film silat China nih saya 😄
Tumblr media
Red lampions Doc by @yesmagi
Pada kanan pintu masuk, terdapat lukisan burung phoenix. Dipercaya sebagai lambang kebajikan tinggi dan rahmat, kekuatan dan kemakmuran (yin yang). Burung ini selalu berenkarnasi, serta dapat hidup selama 500-1461 tahun. Phoenix memiliki warna indah pada tubuh, juga bulu panjangnya. Masyarakat Tionghoa lebih mengenalnya dengan nama Fenghuang, pasangan dari naga yang dikonotasikan sebagai jantan.
Ada tebak-tebakan dari Suci tentang dua patung singa yang mengapit tempat beribadah di luar itu. Kedua patung dicat berwarna hitam. Pertanyaannya, mana jantan dan mana betina? Eeeits.. hampir semuanya menjawab sama perihal jantan dan betina di posisi mana.
Mau tahu jawabannya  ngga?? Ikut saya jalan-jalan kesana lagi ayoklah. Nanti dikasih tahu deh. Aahahahahah..
***
Tumblr media
Dinding berwarna merah dengan ruang do’a yang tidak untuk diambil maupun dipublish gambarnya. Doc by @yesmagi
Ruang Merah
Diantara merahnya lampion, ada ruang khusus berdo’a dimana segala pinta dan keinginan dilakukan secara khusyu’.
Ruang berdo’a tidak bisa difoto. Mengingat orang yang beribadah membutuhkan waktu untuk berdo’a.
Feli, Kamal, Magi dan saya, diantar Suci, memasuki ruang do’a. Beberapa patung dewa-dewi terlihat ketika kami melangkah masuk.
Ada tiga tahapan do’a yang harus dilewati sebelum menuju kepada Dewi Kwan Im. Kita juga bisa ikut berdo’a dan meminta dengan melalui dewa-dewi yang ada.
Di tahapan terakhir, ada kotak berisi angka yang harus digoncang agar mengeluarkan satu kayu dengan nomor. Selanjutnya melemparkan dua buah batu.
Jika terbuka atau salah satunya terbuka, artinya do’a kita diterima dan bisa mengambil angka. Tetapi jika keduanya tertutup, artinya do’a kita belum diterima (tersampaikan). Hanya 3 kali lemparan batu saja yang bisa kita lakukan.
Dari 5 orang yang melakukan do’a, hanya Fajar saja yang belum tersampaikan do’a nya. Sedangkan Feli, Kamal, Magi dan Susan, mereka mendapatkan lembaran kertas atas jawaban yang menjadi do’a juga pertanyaan dalam hati 😊🙏
Tumblr media
Hasil do’a yang diperoleh Magi. Doc by @yesmagi
Berusaha lebih baik dalam berdo’a dan giat yah Fajar. Semangat 💪
***
Tumblr media
Bagian vihara. Doc @yesmagi
Kisah Vihara
Kalau dikulik, banyak kisah yang terjadi di vihara ini.
Klenteng ini dibangun pertama kali pada tahun 1650 dan dinamakan Kwan Im Teng. Kata Kwan Im Teng kemudian diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi klenteng.
Sebelum Perang Dunia II, kelenteng ini merupakan salah satu dari empat kelenteng besar yang berada di bawah pengelolaan Kong Koan, selain Kelenteng Kuan Im Tong, Kelenteng Ancol, dan Kelenteng Hian Thian Shang Te.
Merupakan klenteng tertua di Jakarta. Dibangun tahun 1650, seorang  Letnan Tionghoa bernama Kwee Hoen dan dinamakan Kwan Im Teng (觀音亭 , Paviliun Guan Yin). Letaknya di Glodok, sebelah barat daya kota.
Menurut sinolog Claudine Salmon, walau tidak ditemukan buktinya, kelenteng ini kemungkinan terbakar dalam peristiwa pembantaian etnis Tionghoa pada tahun 1740.
Kelenteng dipugar kembali pada tahun 1755 oleh Kapitan Oei Tji-lo dan diberi nama “Kim Tek Ie”.
Selama abad ke-17 tidak ada informasi yang jelas mengenai Kim Tek Ie.
Pada abad ke-18, seiring dengan perkembangan kota yang semakin pesat, Kim Tek Ie dikenal sebagai tempat ibadah masyarakat Tionghoa yang terpenting di Batavia. Setiap pemuja diterima dengan terbuka dan menjadi tempat ibadah yang banyak dikunjungi pejabat-pejabat. Seorang Mayor Tionghoa pernah menyumbangkan dana untuk pemugaran kelenteng.
💻 sumber:
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kim_Tek_Ie
***
The team 😍 Doc by Murni Mumun @indohoy
Jadi, sudah berencana main ke Pecinan Jakarta kah weekend ini? Siapa tahu akan dapat cerita baru lagi kan? 🏇💨 (jie)
***
Pecinan Jakarta: Do’a Dalam Ruang Merah Vihara Dharma Bhakti Vihara di Pasar Glodok? Kedengarannya sih, biasa saja? Heem.. mungkin kamu akan mendapatkan sisi lain setelah berkunjung.
0 notes
cynameru · 1 year ago
Text
Tumblr media
GALAKTYKA KURVIX ZAMIESZKAŁA PRZEZ KOSMITÓW ZOSTAŁA NAJECHANA PRZEZ WIELKIE ZŁO: HOMOSEKSUALIZM
(oryginał niżej)
Tumblr media
19 notes · View notes
cynameru · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media
bombomania trwa w najlepsze
13 notes · View notes
crocincrocsart · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Wszysko co polskie, squatem się kończy.
(Everything that’s polish ends up with squatting.)
69 notes · View notes
crocincrocsart · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Ain’t no lack of laptop is gonna stop me from drawing the gays. 
Good news! My friend already borrowed me her laptop (bless that angel) and I’ve baptized it with rainbow
23 notes · View notes
crocincrocsart · 7 years ago
Photo
Tumblr media
*drawing high quality fanarts of very low quality show* yissss
Tak, oglądam Kapitana Bombę. Od jak dawna spytacie... od niedawna. Ale się strasznie wkręciłem.
40 notes · View notes
crocincrocsart · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
I think I got kind of crazy about this one polish cartoon
30 notes · View notes
crocincrocsart · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
Photoshop basics lessons didn't go in vain
20 notes · View notes